ProdukHukum BankIndonesia

No. 10/ 25 /DPM

Jakarta, 14 Juli 2008

SURAT EDARAN
Kepada
SEMUA BANK
DI INDONESIA

Perihal :

Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum

Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor
5/15/PBI/2003 tanggal 14 Agustus 2003 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka
Pendek Bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4317), sebagaimana diubah
dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/21/PBI/2005 tanggal 3 Agustus
2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/15/PBI/2003
tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 68, Tambahan Lembaran

Negara

Nomor

4518),

dan

Peraturan

Bank

Indonesia

Nomor

10/2/PBI/20082tanggal 4 Februari 2008 tentang Bank Indonesia – Scripless
Securities Settlement System (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4809) selama ini telah
diatur lebih lanjut peraturan pelaksanaan mengenai fasilitas pendanaan jangka

pendek bagi bank umum dalam 3 (tiga) surat edaran terpisah.
Dalam rangka memudahkan pengguna surat edaran serta untuk
menyempurnakan persyaratan dan nilai underlying asset yang diagunkan maka
keseluruhan materi selanjutnya akan dituangkan dalam 1 (satu) surat edaran.

Untuk …

2

Untuk itu dipandang perlu untuk mengatur kembali mengenai fasilitas
pendanaan jangka pendek bagi bank umum sebagai berikut:

I.

KETENTUAN UMUM
Yang dimaksud dalam Surat Edaran ini dengan :
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang
melaksanakan kegiatan usaha perbankan konvensional.
2. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek yang selanjutnya disebut FPJP

adalah fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia kepada Bank yang
hanya dapat digunakan untuk mengatasi Kesulitan Pendanaan Jangka
Pendek.
3. Kesulitan Pendanaan Jangka Pendek adalah suatu keadaan yang
dialami Bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang
lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar (mismatch).
4. Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement yang selanjutnya
disebut Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik
antar Peserta dalam mata uang Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan
secara seketika per transaksi secara individual.
5. Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System yang
selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana Transaksi Dengan Bank
Indonesia termasuk penatausahaannya dan Penatausahaan Surat
Berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara Peserta,
Penyelenggara dan Sistem BI-RTGS.
Fasilitas Likuiditas Intrahari yang selanjutnya disebut FLI adalah
fasilitas pendanaan dari Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai fasilitas likuiditas intrahari.

7. Sertifikat …


3

7. Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat
berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.
8. Surat Utang Negara yang selanjutnya disebut SUN adalah surat
berharga yang berupa surat pengakuan utang sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang
Negara, yang terdiri atas Surat Perbendaharaan Negara dan Obligasi
Negara.
9. Surat Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disebut SPN adalah
SUN yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan,
dengan pembayaran bunga secara diskonto.
10. Obligasi Negara adalah SUN yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua
belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara
diskonto.
11. Central Registry adalah Bank Indonesia yang melakukan fungsi
Penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan Peserta yang
memiliki rekening surat berharga di BI-SSSS.

12. Pialang adalah perusahaan pialang pasar uang Rupiah dan valuta asing
serta perantara pedagang efek yang telah ditunjuk oleh Menteri
Keuangan sebagai Dealer Utama.

II.

PRINSIP-PRINSIP FPJP
1. Bank yang dapat mengajukan FPJP, termasuk dalam rangka
perpanjangan FPJP dan pengalihan FLI menjadi FPJP, adalah Bank
yang memiliki agunan yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan
yang nilainya minimal sebesar jumlah FPJP yang diterima.
2. Bank sebagaimana dimaksud dalam butir 1 berstatus aktif sebagai
peserta BI-SSSS.

3. FPJP …

4

3. FPJP digunakan untuk menutup saldo giro negatif yang dialami Bank
akibat ketidakmampuan Bank dalam penyelesaian kewajiban karena

sistem kliring dan/atau untuk menutup penggunaan FLI yang tidak
dapat dilunasi Bank sampai dengan waktu pre cut off time Sistem BIRTGS.
4. Dalam rangka penggunaan FPJP, Bank diberikan kesempatan untuk
melakukan perpanjangan FPJP yang jatuh tempo dengan ketentuan:
a. Bank melunasi bunga FPJP jatuh waktu terlebih dahulu.
b. Dalam hal Bank tidak dapat melunasi biaya bunga FPJP jatuh
waktu sebagaimana dimaksud dalam butir a, Bank dapat
memperpanjang FPJP sebesar biaya bunga FPJP jatuh waktu yang
tidak dapat dilunasi ditambah nominal FPJP jatuh waktu
(kapitalisasi biaya bunga menjadi nominal).
5. Dalam rangka perpanjangan penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud
dalam butir 4, nominal FPJP jatuh waktu dapat ditambahkan dengan
tambahan nominal FPJP baru dengan memperhatikan ketentuan
penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud dalam butir 3.
6. Tambahan nominal FPJP sebagaimana dimaksud dalam butir 5
diakumulasikan terhadap nominal FPJP yang sedang digunakan Bank
dan jumlah hari penggunaan FPJP.
7. Jangka waktu FPJP ditetapkan sebagai berikut:
a. Jangka waktu setiap FPJP adalah 1 (satu) hari, yang dinyatakan
dalam hari kalender. Dalam hal FPJP memiliki tanggal jatuh waktu

yang bertepatan dengan hari Sabtu, Minggu atau hari libur maka
penyelesaian FPJP jatuh waktu adalah pada hari kerja berikutnya.
b. Jangka waktu FPJP dapat diperpanjang untuk jangka waktu 1 (satu)
hari berturut-turut hingga mencapai jumlah keseluruhan jangka
waktu FPJP yang digunakan Bank mencapai 90 (sembilan puluh)

hari …

5

hari, termasuk hari Sabtu, Minggu atau hari libur yang dihitung
sejak pertama kali Bank memanfaatkan FPJP.
c. Bank

tidak

dapat

memperpanjang


FPJP

dalam

hal

atas

perpanjangan FPJP dimaksud mengakibatkan terlampauinya jangka
waktu maksimum FPJP selama 90 (sembilan puluh) hari.
8. Biaya Bunga FPJP
a. Bank Indonesia mengenakan biaya bunga atas FPJP yang diterima
Bank sebesar nilai tertinggi dari :
1) Rata-rata tertimbang suku bunga Pasar Uang Antar Bank
(PUAB) sesi pagi overnight pada hari penggunaan FPJP atau
perpanjangan FPJP atau pengalihan FLI menjadi FPJP ditambah
marjin sebesar 200 (dua ratus) basis point; atau
2) Rata-rata tertimbang tingkat diskonto SBI jangka waktu 1 (satu)
bulan pada lelang terakhir ditambah marjin sebesar 200 (dua
ratus) basis point.

b. Perhitungan rata-rata tertimbang suku bunga PUAB sebagaimana
dimaksud dalam butir a.1) diperoleh dari angka sebagaimana
tercantum pada pusat informasi pasar uang sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Laporan
Harian Bank Umum.
9. Bank wajib menjamin FPJP dengan agunan milik Bank berupa SBI
dan/atau SUN dengan ketentuan:
a. Nilai jual SBI dan/atau nilai pasar SUN yang diagunkan ditetapkan
berdasarkan perhitungan sebagaimana ketentuan butir IV.1.
b. Pada tanggal FPJP jatuh waktu, SBI atau SUN yang diagunkan
memiliki sisa jangka waktu:
1) paling singkat 2 (dua) hari kerja untuk SBI dan SPN; atau

2) paling …

6

2) paling singkat 10 (sepuluh) hari kerja untuk Obligasi Negara
termasuk Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Zero Coupon Bond
(ZCB).


III. PENGAJUAN FPJP
1. Dalam rangka penggunaan FPJP, termasuk perpanjangan FPJP
sebagaimana dimaksud dalam butir II.4, Bank dapat mengajukan
nominal FPJP disertai dengan agunan FPJP melalui sarana BI-RTGS
dari cut off warning BI-SSSS sampai dengan 15 (lima belas) menit
setelah waktu pre cut off time Sistem BI-RTGS.
2. Pengajuan FPJP sebagaimana dimaksud dalam butir 1 selanjutnya
wajib ditegaskan dengan penyampaian Surat Pengajuan FPJP
sebagaimana dimaksud Lampiran-1 kepada Biro Operasi Moneter,
Direktorat Pengelolaan Moneter (BOpM-DPM), Jl. MH Thamrin No. 2
Jakarta 10350, disertai dengan:
a. Perjanjian Kredit sebagaimana contoh dalam Lampiran-2 yang telah
dibubuhi meterai cukup dan ditandatangani oleh Direksi atau
Pejabat Bank yang diberikan wewenang sesuai dengan Anggaran
Dasar Bank yang berlaku, atau Chief Executive Officer (CEO) atau
Pejabat Bank yang berwenang bagi Kantor Cabang Bank Asing,
dalam rangkap 2 (dua); atau
b. Dalam hal Bank mengajukan perpanjangan FPJP, disertai dengan
Addendum Perjanjian Kredit sebagaimana contoh dalam Lampiran3 yang telah dibubuhi meterai cukup dan telah ditandatangani oleh

Direksi atau Pejabat Bank yang diberikan wewenang sesuai dengan
Anggaran Dasar Bank yang berlaku, atau CEO atau Pejabat Bank
yang berwenang bagi kantor cabang Bank Asing, dalam rangkap 2
(dua); dan

c. Akta …

7

c. Akta Pengikatan Agunan Secara Gadai sebagaimana contoh dalam
Lampiran-4 yang telah dibubuhi meterai cukup dan ditandatangani
oleh Direksi atau Pejabat Bank yang diberikan wewenang sesuai
dengan Anggaran Dasar Bank yang bersangkutan atau CEO atau
Pejabat Bank yang berwenang bagi Kantor Cabang Bank Asing,
dalam rangkap 2 (dua).
3. Bagi Bank yang yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat
Bank Indonesia (KPBI), Surat Pengajuan FPJP sebagaimana dimaksud
dalam butir 2 diberikan tembusan kepada Direktorat Pengawasan Bank
terkait.
4. Bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Bank
Indonesia (KBI) namun tidak memiliki cabang di wilayah kerja KPBI,
Surat Pengajuan FPJP beserta lampirannya sebagaimana dimaksud
dalam butir 2 disampaikan kepada KBI setempat dengan terlebih
dahulu mengirimkan faksimili Surat Pengajuan FPJP kepada BOpMDPM.
5. Dalam hal Bank memiliki FLI dan tidak dapat melunasi FLI sampai
dengan batas waktu yang ditetapkan maka nominal FLI yang tidak
dapat dilunasi secara otomatis dialihkan menjadi FPJP Bank melalui
BI-SSSS.
6. Dalam hal terdapat pengalihan nilai FLI yang tidak dapat dilunasi
menjadi FPJP sebagaimana dimaksud dalam butir 5 maka berlaku
ketentuan :
a. Apabila Bank sedang tidak menggunakan FPJP, Bank wajib
menyampaikan akta Perjanjian Kredit FPJP.
b. Apabila Bank sedang menggunakan FPJP dan melakukan
perpanjangan FPJP, Bank wajib menyampaikan Addendum

Perjanjian …

8

Perjanjian Kredit dengan nilai FPJP sebesar FLI yang tidak dapat
dilunasi ditambah dengan nominal perpanjangan FPJP.
c. Dalam hal Bank tidak menyampaikan akta Perjanjian Kredit
sebagaimana dimaksud dalam butir a atau butir b paling lambat 30
(tiga puluh) menit setelah waktu pengajuan FPJP berakhir maka
pengikatan kredit dilakukan berdasarkan kuasa menandatangani
Perjanjian Kredit atau Addendum Perjanjian Kredit dalam rangka
FPJP sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Penggunaan FLI
dan Pengagunan yang telah ditandatangani Bank.
d. Akta pengikatan agunan dalam rangka pengalihan FLI menjadi
FPJP dibuat oleh Bank Indonesia berdasarkan kuasa gadai
sebagaimana diatur dalam ketentuan FLI yang berlaku.
7. Mekanisme pengajuan FPJP melalui sarana BI-SSSS dilakukan
mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran tentang
BI-SSSS yang berlaku.

IV. PERHITUNGAN NILAI AGUNAN FPJP
1. Perhitungan nilai agunan FPJP adalah sebagai berikut :
a. Dalam hal agunan berupa SBI :
1) Nilai agunan didasarkan pada nilai jual SBI pada saat pengajuan
permohonan FPJP awal atau perpanjangan FPJP atau pengalihan
FLI menjadi FPJP.
2) Nilai agunan sebagaimana dimaksud dalam butir 1) ditetapkan
paling kurang sebesar 100% (seratus per seratus) dari nilai
permohonan FPJP awal atau perpanjangan FPJP atau pengalihan
FLI menjadi FPJP.

3) Nilai …

9

3) Nilai jual SBI sebagaimana dimaksud dalam butir 1) dihitung
berdasarkan nominal dan harga setiap seri SBI sebagaimana
tercantum dalam BI-SSSS.
4) Harga setiap seri SBI ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan
mempertimbangkan rata-rata tertimbang tingkat diskonto saat
penerbitan dan sisa jangka waktu setiap seri SBI.
Contoh perhitungan nilai agunan FPJP dalam bentuk SBI
sebagaimana tercantum dalam Lampiran-5.
b. Dalam hal agunan berupa SUN:
1) Nilai agunan didasarkan pada nilai pasar SUN pada saat
pengajuan permohonan FPJP awal atau perpanjangan FPJP atau
pengalihan FLI menjadi FPJP.
2) Nilai agunan sebagaimana dimaksud dalam butir 1) ditetapkan
paling kurang sebesar 105% (seratus lima per seratus) dari nilai
permohonan FPJP awal atau perpanjangan FPJP atau pengalihan
FLI menjadi FPJP.
3) Nilai pasar SUN sebagaimana dimaksud dalam butir 1) dihitung
berdasarkan nominal dan harga setiap seri SUN sebagaimana
tercantum dalam BI-SSSS.
4) Harga setiap seri SUN ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan
mempertimbangkan harga pasar masing-masing jenis dan seri
SUN.
Contoh perhitungan nilai agunan FPJP dalam bentuk SUN
sebagaimana tercantum dalam Lampiran-5.
c. Dalam hal Bank menggunakan SBI dan SUN sebagai agunan FPJP,
maka ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir a dan butir b
diterapkan untuk masing-masing jenis surat berharga yang

diagunkan …

10

diagunkan. Contoh perhitungan nilai agunan FPJP dalam bentuk
SBI dan SUN sebagaimana tercantum pada Lampiran-5.
2. Dalam rangka perpanjangan FPJP, Bank dapat menggunakan SBI
dan/atau SUN yang telah diagunkan sebelumnya, sepanjang nilai jual
SBI dan/atau nilai pasar SUN masih memenuhi ketentuan perhitungan
nilai agunan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dan ketentuan sisa
jangka waktu SBI dan SUN sebagaimana dimaksud dalam butir II.9.b.
3. Mekanisme pengagunan SBI dan/atau SUN melalui BI-SSSS
dilakukan sesuai tata cara sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran
tentang BI-SSSS yang berlaku.

V. PERSETUJUAN FPJP
1. Bank Indonesia akan meneliti setiap pengajuan FPJP yang disampaikan
Bank setelah Bank melengkapi persyaratan yang ditetapkan dalam
Surat Edaran ini.
2. Bank Indonesia menolak permohonan FPJP yang tidak memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Surat Edaran ini.
3. Bank Indonesia memberitahukan penolakan atas permohonan FPJP
kepada Bank melalui BI-SSSS.
4. Dalam hal nominal FPJP yang disetujui berbeda dari nominal FPJP
yang diajukan, Bank wajib menyampaikan kembali Perjanjian Kredit
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran-2 dan/atau Addendum
Perjanjian Kredit sebagaimana dimaksud dalam Lampiran-3 dan/atau
Akta Pengikatan Agunan Secara Gadai sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran-4 yang telah disesuaikan dengan nominal FPJP yang
disetujui Bank Indonesia.

5. Terhadap …

11

5. Terhadap nilai FPJP yang disetujui, Bank Indonesia akan mengkredit
rekening giro Rupiah Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia
sebesar nominal FPJP yang disetujui melalui Sistem BI-RTGS.

VI. PELUNASAN FPJP
1. Pada tanggal FPJP jatuh waktu, Bank Indonesia mendebet rekening
giro Rupiah Bank di Bank Indonesia dengan mendahulukan
pembayaran biaya bunga FPJP kemudian pelunasan FPJP.
2. Pendebetan sebagaimana dimaksud dalam butir 1 dilakukan oleh Bank
Indonesia melalui Sistem BI-RTGS sebesar biaya bunga FPJP jatuh
waktu yang dilakukan pada saat Sistem BI-SSSS dibuka dan
pendebetan sebesar nominal FPJP jatuh waktu yang dilakukan pada
pukul 16.00 WIB.
3. Dalam hal saldo rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak
mencukupi untuk membayar biaya bunga dan/atau nominal FPJP
sebagaimana dimaksud dalam butir 2 sampai dengan cut off warning
Sistem BI-RTGS, Bank dapat memperpanjang FPJP sepanjang masih
memenuhi persyaratan untuk memperoleh FPJP.
4. Mekanisme pelunasan FPJP melalui BI-SSSS dilakukan dengan
mengikuti tata cara sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran tentang
BI-SSSS yang berlaku.

VII. EKSEKUSI AGUNAN
1. Bank Indonesia berwenang untuk mengeksekusi agunan FPJP, dalam
hal Bank tidak dapat melunasi FPJP dan/atau Bank tidak dapat
memperpanjang FPJP dan/atau Bank dikenakan sanksi untuk tidak
dapat

memperoleh

FPJP

yang

disebabkan

Bank

melakukan

pelanggaran …

12

pelanggaran

atas

ketentuan

agunan

dan/atau

penyimpangan

penggunaan FPJP.
2. Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud dalam butir 1 maka
Bank Indonesia akan mengalihkan pencatatan agunan FPJP ke
rekening penampungan (special account) melalui BI-SSSS.
3. Bank Indonesia akan melakukan proses eksekusi agunan pada 1 (satu)
hari kerja setelah terjadinya kondisi sebagaimana dimaksud dalam butir
2 dengan cara :
a. Dalam hal agunan berupa SBI, eksekusi agunan dilakukan dengan
cara pelunasan SBI sebelum jatuh waktu.
b. Dalam hal agunan berupa SUN, eksekusi agunan dilakukan dengan
cara penjualan melalui Pialang berdasarkan harga penawaran yang
terbaik.
4. Terhadap pelaksanaan eksekusi agunan SUN sebagaimana dimaksud
dalam butir 3.b. berlaku ketentuan:
a. Calon pembeli agunan dapat merupakan Bank atau perorangan
yang telah memiliki rekening penatausahaan surat berharga di Sub
Registry.
b. Pada hari pelaksanaan eksekusi agunan, Pialang memberikan
laporan kepada Bank Indonesia c.q. BOpM-DPM yang meliputi
nama calon pembeli, kuantitas dan harga penawaran yang diajukan
calon pembeli paling lambat sampai dengan pukul 16.00 WIB
melalui BI-SSSS dan/atau faksimili.
c. Bank Indonesia akan mengumumkan calon pembeli agunan yang
penawarannya diterima melalui Pialang.
d. Bank pembeli agunan atau perserorangan yang bertindak sebagai
pembeli agunan melalui Sub Registry melakukan setelmen dana ke
rekening nomor 564.000617 "Rekening Untuk Penampungan Hasil

Eksekusi …

13

Eksekusi Agunan FPJP" di Bank Indonesia pada 1 (satu) hari kerja
setelah diumumkan sebagai pembeli agunan oleh Bank Indonesia.
e. Berdasarkan setelmen dana sebagaimana dimaksud dalam huruf d,
Bank Indonesia memindahkan agunan FPJP dari rekening
penampungan (special account) ke rekening surat berharga milik
pembeli agunan.
5. Biaya yang timbul sehubungan dengan proses penjualan agunan adalah
menjadi beban Bank penerima FPJP dan Bank Indonesia akan
melakukan pendebetan rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia.
6. Selama agunan belum dapat dieksekusi, Bank tetap dikenakan biaya
bunga FPJP sebesar biaya bunga FPJP terakhir.
7. Dalam hal nilai eksekusi agunan lebih besar dari jumlah FPJP
ditambah dengan akumulasi biaya bunga FPJP dan biaya eksekusi
agunan, Bank Indonesia mengkredit rekening giro Rupiah Bank di
Bank Indonesia sebesar kelebihan nilai dimaksud.
8. Dalam hal hasil eksekusi agunan lebih kecil dari jumlah FPJP ditambah
dengan akumulasi biaya bunga dan biaya eksekusi agunan FPJP, Bank
Indonesia mendebet rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia
sebesar kekurangan nilai dimaksud.
9. Dalam hal saldo rekening giro Rupiah Bank tidak mencukupi untuk
pendebetan sebagaimana dimaksud dalam butir 8, Bank wajib
menyetor tambahan dana untuk menutup kekurangan dimaksud kepada
Bank Indonesia.

VIII. PENGAWASAN
1. Bank Indonesia dapat melakukan pemeriksaan khusus terhadap Bank
atas penggunaan FPJP.

2. Dalam …

14

2. Dalam hal Bank telah menggunakan FPJP selama 5 (lima) hari kerja
secara berturut-turut, Bank wajib menyampaikan action plan
penyelesaian FPJP kepada Direktorat Pengawasan Bank terkait atau
Tim Pengawas Bank di KBI setempat.

IX. SANKSI
Bank dikenakan sanksi atas pelanggaran terhadap ketentuan persyaratan
agunan FPJP dan atau penyimpangan penggunaan FPJP berupa:
1. tidak diperkenankan memperoleh FPJP dalam jangka waktu tertentu;
dan
2. sanksi administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat (2)
Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 antara lain
berupa teguran tertulis, larangan untuk turut serta dalam kegiatan
kliring, pembekuan kegiatan usaha tertentu dan/atau pemberhentian
pengurus Bank.

X.

PENUTUP
Dengan berlakukannya Surat Edaran ini maka :
1. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/7/DPM tanggal 16 Februari
2004 perihal Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum ;
2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/33/DPM tanggal 3 Agustus
2005 perihal Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
6/7/DPM tanggal 16 Februari 2004 perihal Fasilitas Pendanaan Jangka
Pendek Bagi Bank Umum ; dan
3. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/21/DPM tanggal 26 September
2007 perihal Perubahan Kedua Atas Surat Edaran Bank Indonesia

Nomor …

15

Nomor 6/7/DPM tanggal 16 Februari 2004 perihal Fasilitas Pendanaan
Jangka Pendek Bagi Bank Umum,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Ketentuan dalam Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal 14 Juli
2008.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat
Edaran ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Demikian agar Saudara maklum.

BANK INDONESIA,

EDDY SULAEMAN YUSUF
DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER