ProdukHukum BankIndonesia

No.12/ 29 /DASP

Jakarta, 10 November 2010

SURAT EDARAN
Kepada
SEMUA BANK UMUM

Perihal : Tata Cara Pemberian Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank
Umum

Sehubungan

dengan

penerbitan

Peraturan

Bank


Indonesia

Nomor

10/29/PBI/2008 Tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2008 Tahun 174, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4922) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/13/PBI/2010

(Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2010, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5147), perlu untuk mengatur kembali tata cara pemberian fasilitas
likuiditas intrahari bagi bank umum sebagai berikut:
I.

KETENTUAN UMUM
1.

Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah

diubah

dengan

Undang-undang

Nomor

10

Tahun

1998

yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional.
2.

Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement yang selanjutnya

disebut dengan Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai
Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement.
3.

Bank ...

2

3.

Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya
disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia
termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara
elektronik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia
mengenai Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System.

4.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang selanjutnya disebut

SKNBI adalah sistem kliring yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai sistem kliring nasional Bank Indonesia.

5.

Kliring Debet adalah kegiatan dalam SKNBI untuk transfer debet
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur
mengenai sistem kliring nasional Bank Indonesia.

6.

Fasilitas Likuiditas Intrahari yang selanjutnya disebut FLI adalah
penyediaan pendanaan oleh Bank Indonesia kepada Bank dalam
kedudukan Bank sebagai peserta Sistem BI-RTGS dan peserta SKNBI,
yang dilakukan dengan cara repurchase agreement (repo) surat berharga
yang harus diselesaikan pada hari yang sama dengan hari penggunaan.

7.


FLI dalam rangka RTGS yang selanjutnya disebut FLI-RTGS adalah FLI
untuk mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi selama jam
operasional Sistem BI-RTGS.

8.

FLI dalam rangka Kliring yang selanjutnya disebut FLI-Kliring adalah
FLI untuk mengatasi kesulitan pendanaan Bank yang terjadi pada saat
penyelesaian akhir atas hasil Kliring Debet.

9.

Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI, adalah surat
berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek.

10. Surat Utang Negara, yang selanjutnya disebut SUN, adalah surat
berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya
oleh ...


3

oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang berlaku.
11. Surat Berharga Syariah Negara, yang selanjutnya disebut SBSN, atau
dapat disebut Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas penyertaan
terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing,
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang yang berlaku.
12. Surat Berharga Negara, yang selanjutnya disebut SBN, adalah SUN dan
SBSN.
13. Repurchase agreement yang selanjutnya disebut Repo adalah transaksi
penjualan surat berharga oleh Bank kepada Bank Indonesia, dengan
kewajiban pembelian kembali oleh Bank sesuai dengan harga dan jangka
waktu yang disepakati.
II.

PENYEDIAAN FLI
1.


Bank Indonesia menyediakan FLI kepada Bank yang meliputi FLI-RTGS
dan/atau FLI-Kliring.

2.

Bank dapat menggunakan FLI jika memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a.

memiliki surat berharga yang dapat direpokan kepada Bank
Indonesia berupa SBI dan/atau SBN;

b.

tidak sedang dikenakan sanksi penangguhan sebagai Bank peserta
Sistem BI-RTGS dan/atau penghentian sebagai Bank peserta
kliring; dan

c.

3.

berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS.

Bank yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada butir 2
dan akan menggunakan FLI harus menyampaikan dokumen sebagai
berikut:
a.

Perjanjian Penggunaan FLI sebagaimana contoh dalam Lampiran-1
sebagai dasar bagi Bank untuk menggunakan FLI sebanyak 2 (dua)
eksemplar ...

4

eksemplar sebagai berikut:
1)

Satu eksemplar dibubuhi meterai cukup dan ditandatangani
oleh Direksi atau pejabat Bank yang berwenang sesuai dengan

Anggaran Dasar Bank; dan

2)

Satu eksemplar dibubuhi meterai cukup untuk ditandatangani
oleh Bank Indonesia.

b.

Bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di Indonesia :
1)

fotokopi anggaran dasar Bank atau perubahan terakhir yang
dilegalisir Bank, yang memuat kewenangan direksi untuk
mewakili Bank jika penandatangan perjanjian dilakukan oleh
direksi;

2)

fotokopi anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada butir 1

dan

surat

kuasa

dari

direksi

kepada

pejabat

yang

menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian
tidak dilakukan oleh direksi;
3)


fotokopi peraturan daerah bagi Bank yang berbadan hukum
perusahaan daerah yang memuat kewenangan direksi untuk
mewakili Bank jika penandatanganan perjanjian dilakukan
oleh direksi; atau

4)

fotokopi peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada butir
3 dan surat kuasa dari direksi kepada pejabat yang
menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian
tidak dilakukan oleh direksi.

c.

Bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri :
1)

fotokopi surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusatnya
yang memuat kewenangan pejabat untuk mewakili Bank jika
penandatangan perjanjian dilakukan oleh Chief Executive
Officer (CEO); atau

2)

fotokopi surat kuasa sebagaimana dimaksud pada angka 1)
dan ...

5

dan surat kuasa dari CEO kepada pejabat yang diberikan
wewenang

untuk

menandatangani

perjanjian

jika

penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh CEO;
3)

dalam hal penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh
CEO, maka surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusat
sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus memuat hak CEO
untuk mengalihkan kewenangannya (hak substitusi).

4)

fotokopi identitas diri yang masih berlaku berupa Kartu Tanda
Penduduk (KTP) atau paspor dari pejabat Bank yang
berwenang untuk menandatangani perjanjian sebagaimana
dimaksud pada butir b dan butir c.

4.

Dokumen sebagaimana dimaksud pada butir 3 disampaikan dengan
surat pengantar kepada:
Bank Indonesia
Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP)
Bagian Penyelenggaraan Setelmen
Komplek Perkantoran Bank Indonesia
Gedung D, Lantai 3
Jl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350

5.

Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis mengenai persetujuan
atau penolakan permohonan FLI kepada Bank paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah dokumen sebagaimana dimaksud

pada butir 3 diterima

oleh Bank Indonesia secara lengkap dan benar.
6.

Dalam hal permohonan FLI disetujui, Bank Indonesia membuka akses
bagi Bank untuk menggunakan FLI melalui BI-SSSS.

7.

Dalam hal Bank telah memiliki akses FLI sebagaimana dimaksud pada
butir 6 dan di kemudian hari Bank yang bersangkutan tidak lagi
memenuhi persyaratan FLI maka Bank Indonesia menghentikan akses
penggunaan ...

6

penggunaan FLI melalui BI-SSSS.
III. TRANSAKSI REPO DALAM RANGKA PENGGUNAAN FLI
1.

Dalam rangka menggunakan FLI, Bank melakukan transaksi repo
dengan menggunakan surat berharga berupa SBI dan/atau SBN milik
Bank yang bersangkutan yang tercatat dalam rekening perdagangan di
BI-SSSS.

2.

Surat berharga sebagaimana dimaksud pada

butir 1 harus memenuhi

persyaratan sebagai berikut:
a.

untuk SBI, memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari
kerja pada saat FLI jatuh waktu; dan

b.

untuk SBN, memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari
kerja pada saat FLI jatuh waktu.

3.

Kriteria, harga, haircut dan perhitungan nilai setelmen untuk surat
berharga sebagaimana dimaksud pada butir 1 tunduk pada ketentuan
Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan surat berharga, peserta
dan lembaga perantara dalam operasi moneter.

4.

Pelaksanaan transaksi repo dengan menggunakan SBI dan/atau SBN
sebagaimana dimaksud pada butir 1 dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a.

Transaksi repo dalam rangka FLI-RTGS
1)

Bank harus memindahkan SBI dan/atau SBN dari rekening
perdagangan ke rekening FLI-RTGS pada BI-SSSS.

2)

Pemindahan SBI dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada
angka 1) dilakukan pada saat Bank membutuhkan FLI-RTGS
(self assessment) selama jam operasional BI-RTGS sampai
dengan cut off warning sistem BI-RTGS.

3)

SBI dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada angka 1) tidak
dapat dipindahkan ke rekening perdagangan selama Bank
menggunakan FLI-RTGS.
4)

Bank ...

7

4)

Bank dapat memindahkan kembali SBI dan/atau SBN
sebagaimana

dimaksud

pada

butir

1)

ke

rekening

perdagangan setelah Bank menyelesaikan FLI-RTGS.
b.

Transaksi repo dalam rangka FLI-Kliring
1)

Bank harus memindahkan SBI dan/atau SBN dari rekening
perdagangan ke rekening FLI-Kliring dalam rangka pemenuhan kewajiban penyediaan pendanaan awal (prefund).

2)

Pemindahan SBI dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada
butir 1) dilakukan pada awal hari sebelum Kliring Debet
dimulai sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai Sistem
Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).

3)

Nilai nominal SBI dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada
butir 1) yang dipindahkan sesuai dengan kebutuhan untuk
memenuhi kewajiban penyediaan pendanaan awal (prefund).

4)

Bank dapat memindahkan kembali SBI dan/atau SBN sebagaimana dimaksud pada butir 1) ke rekening perdagangan
sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai SKNBI.

5.

Pelaksanaan transaksi repo dengan menggunakan SBI dan/atau SBN
dalam rangka FLI dilakukan dengan tata cara seba-gaimana dimaksud
dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai BI-SSSS.

IV. PENGGUNAAN FLI
1.

Penggunaan FLI-RTGS
a.

Bank dapat menggunakan FLI-RTGS sejak Sistem BI-RTGS
dibuka sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sepanjang
Bank telah memindahkan SBI dan/atau SBN ke rekening FLIRTGS sebagaimana dimaksud pada butir III.4.a.

b.

Penggunaan FLI-RTGS dilakukan secara otomatis pada saat saldo
rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi
untuk:
1) penyelesaian ...

8

1)

penyelesaian transaksi keluar (outgoing transaction) sistem
BI-RTGS; dan

2)

penyelesaian akhir Kliring Debet, sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur mengenai SKNBI.

2.

Penggunaan FLI-Kliring
Penggunaan FLI-Kliring dilakukan secara otomatis pada saat saldo
rekening giro Rupiah Bank di Bank Indonesia tidak mencukupi untuk
memenuhi kewajiban Bank dalam penyelesaian akhir Kliring Debet
sepanjang Bank telah memindahkan surat berharga ke rekening FLIKliring sebagaimana dimaksud pada butir III.4.b.

3.

Mekanisme penggunaan FLI melalui BI-SSSS dilakukan sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BI-SSSS.

V.

PENYELESAIAN FLI
1.

Bank wajib menyelesaikan FLI pada hari penggunaan FLI (T+0) paling
lambat sampai dengan pre cut-off time Sistem BI-RTGS.

2.

Penyelesaian FLI dilakukan secara otomatis oleh Sistem BI-RTGS setiap
terdapat transaksi masuk (incoming transaction) ke rekening giro Rupiah
Bank di Bank Indonesia.

3.

Mekanisme penyelesaian FLI melalui BI-SSSS dilakukan sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia mengenai BI-SSSS.

VI. BIAYA ATAS PENGGUNAAN FLI
1.

Bank Indonesia mengenakan biaya atas penggunaan FLI yang dihitung
sebagai berikut :
Nominal Penggunaan FLI x [t / (10,5 jam x 60 menit)] x i x [1/360]
Keterangan:
t

= waktu penggunaan FLI

i

= suku bunga rata-rata tertimbang Pasar Uang Antar Bank
(PUAB) Rupiah overnight pagi yang terjadi pada hari
penggunaan FLI (T+0) sebagaimana tercatat dalam Laporan
Harian ...

9

Harian Bank Umum (LHBU).
10,5 jam = jangka waktu dari mulai dibukanya jam operasional Sistem
BI-RTGS (06.30 WIB) sampai dengan cut off warning
Sistem BI-RTGS (17.00 WIB).
2.

Biaya atas penggunaan FLI sebagaimana dimaksud pada butir 1 dihitung
dengan cara sebagai berikut:
a.

Untuk penggunaan FLI dalam 1 (satu) jam pertama, biaya atas
penggunaan FLI dihitung berdasarkan akumulasi nilai nominal FLI
yang digunakan Bank dengan waktu penggunaan dibulatkan
menjadi 1 (satu) jam.

b.

Untuk penggunaan FLI setelah 1 (satu) jam pertama sebagaimana
dimaksud pada huruf a, biaya atas penggunaan FLI dihitung sesuai
dengan posisi (outstanding) nominal FLI yang digunakan dengan
waktu penggunaan dibulatkan ke atas dalam hitungan menit
terdekat.

3.

Contoh perhitungan biaya atas penggunaan FLI sebagaimana dimaksud
pada butir 2 dapat dilihat dalam Lampiran-2.

4.

Pembebanan biaya atas penggunaan FLI dilakukan pada 1 (satu) hari
kerja setelah penggunaan FLI.

VII. PERLAKUAN FLI YANG TIDAK DISELESAIKAN
1.

Dalam hal Bank tidak menyelesaikan FLI sampai dengan batas waktu
pre-cut off sistem BIā€“RTGS maka terhadap nilai FLI yang tidak
diselesaikan diberlakukan sebagai transaksi repo dengan Bank Indonesia
(first leg) dengan jangka waktu 1 (satu) hari kerja (overnight).

2.

Atas transaksi repo sebagaimana dimaksud pada

butir 1, Bank

dikenakan biaya repo dengan perhitungan sebagai berikut:
Biaya Repo = i x (t/360) x n
i = suku bunga lending facility
t = jumlah hari kalender repo SBI/SBN
n = nominal ...

10

n = nominal Repo (FLI yang tidak diselesaikan)
3.

Bank Indonesia mengumumkan suku bunga lending facility sebagaimana
dimaksud pada butir 2 melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana
lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

4.

Pada tanggal jatuh waktu repo (second leg) sebagaimana dimaksud pada
butir 1, BI-SSSS secara otomatis melakukan setelmen dengan
penyelesaian transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut :
a.

melakukan setelmen dana dengan cara mendebet rekening giro
Bank sebesar nilai setelmen first leg ditambah biaya repo.

b.

melakukan setelmen surat berharga dengan ketentuan sebagai
berikut:
1)

dalam hal SBI, dilakukan dengan cara memindahkan kembali
pencatatan seri SBI yang diagunkan dari sub rekening hold
SBI ke sub rekening aktif sebesar nilai nominal Repo SBI
yang jatuh waktu.

2)

dalam hal SBN, dilakukan dengan cara mengkredit rekening
surat berharga Bank sebesar nilai nominal SBN yang
direpokan.

5.

Dalam hal terdapat pembayaran kupon/imbalan SBN maka perlakuan
kupon/imbalan tersebut mengikuti ketentuan Bank Indonesia mengenai
koridor suku bunga (standing facilities).

6.

Dalam hal Bank tidak memiliki saldo rekening giro yang mencukupi
untuk setelmen pelunasan repo SBI atau repo SBN sampai dengan cut off
warning sistem BI-RTGS, BI-SSSS secara otomatis membatalkan
setelmen second leg.

7.

Dalam rangka pemenuhan kewajiban Bank untuk pelunasan repo jatuh
waktu yang diakibatkan karena kegagalan setelmen second leg, Bank
Indonesia melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.

mendebet rekening giro Bank untuk penyelesaian biaya repo yang
harus ...

11

harus dibayar; dan
b.

pelunasan seri SBI yang direpokan sebelum jatuh waktu (early
redemption) atau memperlakukan jenis, seri dan nominal SBN yang
gagal dibeli kembali oleh Bank sebagai transaksi jual putus
(outright selling) secara otomatis melalui BI-SSSS.

VIII. PENUTUP
Dengan diberlakukannya Surat Edaran Bank Indonesia ini maka :
1. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/38/DPM tanggal 14 November
2008 perihal Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum ; dan
2. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/3/DASP tanggal 1 Februari 2010
perihal perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/38/DPM
tanggal 14 November 2008 perihal Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi
Bank Umum;
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Ketentuan dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada
tanggal 10 November 2010.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Surat
Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Demikian agar Saudara maklum.

BANK INDONESIA,

RONALD WAAS
DIREKTUR AKUNTING DAN
SISTEM PEMBAYARAN