Modul Teknologi Sepeda Motor (OTO225 01) Pengapian

, # # %%' - &.

( " )

" "* +

!

"

!

"
!

" "#

" "#
%&&'

$


$

/

0

!
"!

!
#$%

'

!

&

()


#) *%

()

)!

$

)!

!

+

,

$--.

, (


0

#,*1
/

2 1

*1 !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

/

0 !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

, (

0

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!


/ ,*,*/
0

1 2

#,*1 !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

3 1#

0 *

'

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

'

* !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

&


0( +(0(2 !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

&

, 2*1*
(!
1!

0*

)!

2 3,

344 3((3

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

$


&!

1

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

$

$!

1

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

5

! 2 , (3 ( /*0 !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

5


!

6

2 3 * !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

7! )

(

(3 !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

8

(,(0

(/( * 9( !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

:


(,(0 !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

;

1 ! 0
(! 0 3)(3( 1
1!

4*(2(3 1
&!

1

&
'

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

;


& !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

;

& !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

;



#$

%! 2

(

()

4


()

"

1#

3

()

!

6

'
#
%
!


6 5

,
"
#<

%

#

#

6 )

<

%

'

5

!

%!

5 " )
?

<

!

1
!

6

"

'

"

<

!
'

,

6

,6
! 2

)

4

)

! (
() #

%
)!

2

5

5 " 5)
! ,
!

6 )

"

#

?

%
!

7
"
#

> ""%

#

%

/

!

6 5
!
'
?

"

<

<
!

)

3

" 5

)
#

"

< %

<

"
!

'

5 "

)

"
<

<

@

!

# ? $-!--- '

7

<

%!
) *#

) *%

"

!

'

!
"#

!
"
!
#$!
%!

&

"
&

'

#

%
#$!

'

#

#

$ #
#

()( %%*+,

&

!

)

(

%

& "

''

( )(*

+

!
,

+

.

+
+

.
#

$
&

!
+

+
!

+

%!

!

/!

!

0! 1
*! #

$

2!

3

#

"

$

%

( )(*
#

#

$

+

4

&

"

#

#

"
%
#$!
/
"
0
#$!

/

"
# ()( %%* + ,
!
"

!
#$!

-

0

&( 5)56 $
&(#5
#-7' $ 5 58'3'7'6
85958 &(

# ()( %%*+,

'

5)56 $ &-6 $

.

#

5

:
%

1

#

(

"

.

;

)

)

&(6#$ $ &$6573'

&

"

5

#$!

.

"

"#

#

"

#&

!

'"

"

#

! & #

" "

"

'

! & #
"

#

!

"
"

"

+

:

"

+
+
"

!

"

(
"

#
&/
"
"

"

*

#
"

"#

#

"

#&

!

'"

! & #

"

" "

! & #

'

"

#

!

%

#$!

#$!

#$!
#$!

#$!

:
+

+
+
!
(

#$!

#$!

#$!

#
&/

#$!
#$!

#$!

2

- % ""
√!

./

0 1

&

(0 "

& , 0

2

$

"

"

#$!

'

)

:

)

:

%

)

:

/

)

:

0

) *

'

%
#$!

3$ 45 *

#

%
#$!

1 ) , 0

'

%
"

*

#

*

<

! & #

#

%

! & #

6

7
#

0 17 7
&

.
"

1

6 * (

1 )

1
(0 +

8

"
%

#$!

=

! " #
$

% &

'

(
(

.&.

% &

-

)
,

*

)

+ (

%
%

'

1) Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja dan konstruksi sistem
pengapian konvensional sepeda motor tipe AC.
2) Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja dan konstruksi sistem
pengapian konvensional sepeda motor tipe DC.
3) Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan, perawatan, perbaikan
dan penyetelan sistem pengapian konvensional sepeda motor tipe
AC.
4) Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan, perawatan, perbaikan
dan penyetelan sistem pengapian konvensional sepeda motor tipe
DC.
+ /
0

!

Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada busi
pada saat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan
udara di dalam silinder.
Sistem pengapian mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembangkitan tenaga (daya) yang dihasilkan oleh suatu mesin bensin.
Apabila sistem pengapian tidak bekerja dengan baik dan tepat, maka
kelancaran proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara di
dalam ruang bakar akan terganggu sehingga tenaga yang dihasilkan
oleh mesin berkurang.

9

%

1(

Menurut sumber tegangannya, sistem pengapian dibedakan menjadi
dua macam, yaitu : sistem pengapian baterai (DC) dan sistem
pengapian magnet (AC). Adapun dalam perkembangannya sistem
pengapian berkembang menjadi dua sistem, yaitu :
1) Sistem Pengapian Konvensional (Platina)
2) Sistem Pengapian Elektronik (CDI)
Selanjutnya dalam kegiatan belajar ini akan kita bahas mengenai sistem
pengapian konvensional, yaitu :
1) Sistem Pengapian Magnet Konvensional (AC)
2) Sistem Pengapian Baterai Konvensional (DC)
1)

. +
diperlukan

%

) berfungsi sebagai penyedia tegangan yang
oleh sistem

pengapian.

Sumber

tegangan

sistem

pengapian dibedakan menjadi dua menurut jenis tegangan yang
digunakan, yaitu :
a) Sumber tegangan AC (Alternating Current), berupa Alternator
(Kumparan Pembangkit dan Magnet), berfungsi untuk mengubah
energi mekanis yang didapatkan dari putaran mesin menjadi
tenaga listrik arus bolak.balik (AC).

Gambar 1. Alternator

10

b) Sumber tegangan DC (Direct Current), berupa Baterai yang
didukung oleh sistem pengisian (Kumparan Pengisian, Magnet
dan Rectifier/Regulator), berfungsi sebagai penyedia tegangan
DC yang diperlukan oleh sistem pengisian.

Gambar 2. Baterai
2)

. 2

(3

* 24$) berfungsi sebagai saklar utama

untuk menghubung dan memutus (On.Off) rangkaian pengapian
(dan rangkaian kelistrikan lainnya) pada sepeda motor.
Menurut fungsi dan cara kerjanya, kunci kontak dibedakan menjadi
dua, yaitu :
a) Kunci kontak untuk pengapian AC (pengendali massa).
Pada posisi

55 dan ! 6 , kunci kontak membelokkan

tegangan dari sumber tegangan (alternator) yang dibutuhkan
oleh sistem pengapian ke massa melalui terminal IG dan E kunci
kontak, sehingga sistem pengapian tidak dapat bekerja. Di sisi
lain, pada posisi OFF dan LOCK kunci kontak juga memutuskan
hubungan tegangan (+) baterai (terminal BAT dan BAT 1)
sehingga seluruh sistem kelistrikan tidak dapat dioperasikan.
Pada posisi

, kunci kontak memutuskan hubungan terminal IG

dan E, sehingga tegangan yang dihasilkan oleh alternator
diteruskan ke sistem pengapian. Sistem pengapian dapat

11

dioperasikan, disamping itu hubungan terminal BAT dan BAT 1
terhubung

sehingga

seluruh

sistem

kelistrikan

dapat

dioperasikan.

Gambar 3. Kunci Kontak Pengapian AC
b) Kunci kontak untuk pengapian DC (pengendali positif).
Pada posisi
baterai

ke

, kunci kontak menghubungkan tegangan (+)
seluruh

sistem

kelistrikan

(termasuk

sistem

pengapian) untuk mengoperasikan seluruh sistem kelistrikan
yang ada.
Pada posisi

55 dan ! 6 , kunci kontak memutuskan

hubungan kelistrikan dari sumber tegangan (terminal (+)
baterai) yang dibutuhkan oleh seluruh sistem kelistrikan,
sehingga seluruh sistem kelistrikan tidak dapat dioperasikan.

Gambar 4. Kunci Kontak Pengapian DC
3)

3

.
menaikkan

tegangan

(alternator)

menjadi

yang

6 %$)
diterima

tegangan

tinggi

dari
yang

berfungsi
sumber

untuk

tegangan

diperlukan

untuk

pengapian.
Dalam

kumparan

pengapian

terdapat

kumparan

primer

dan

kumparan sekunder yang dililitkan pada tumpukan.tumpukan plat
besi tipis. Diameter kawat pada kumparan primer 0,6 – 0,9 mm,
12

dengan jumlah lilitan 200 – 400 kali, sedangkan diameter kawat
pada kumparan sekunder 0,05 – 0,08 mm dengan jumlah lilitan
sebanyak 2000 – 15.000 kali.
Karena perbedaan jumlah gulungan pada kumparan primer dan
sekunder tersebut, dengan cara mengalirkan arus listrik secara
terputus.putus pada kumparan primer (sehingga pada kumparan
primer timbul/hilang kemagnetan secara tiba.tiba), maka kumparan
sekunder akan terinduksi sehingga timbul induksi tegangan tinggi
sebesar ± 10.000 volt.

Gambar 5. Koil Pengapian (AC)
4)

(

%

36

2

( $) berfungsi sebagai saklar

rangkaian primer pengapian, menghubungkan dan memutuskan
arus listrik yang mengalir melalui kumparan primer pada kumparan
pengapian untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada
kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.

Gambar 6. Kontak Platina
13

5)

( %

3

(

6

$) membuka kontak platina pada waktu

(sudut engkol) yang tepat, sehingga saat pengapian dapat diatur
menurut ketentuan.

36

6)

2

$)

mempunyai

kemampuan

sejumlah

muatan listrik sesuai kapasitasnya dan dalam waktu tertentu.
Kondensor dalam sistem pengapian konvensional berfungsi untuk
menyerap/meredam loncatan bunga api pada kontak platina yang
terjadi pada saat kontak platina mulai membuka dengan tujuan
untuk mempercepat pemutusan arus primer sehingga meningkatkan
tegangan pada kumparan pengapian sekunder.

Gambar 7. Kondensor
7)

.

3

(

%. $) mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi

menjadi loncatan bunga api melalui elektrodanya. Loncatan bunga
api terjadi disebabkan adanya perbedaan tegangan diantara kedua
kutup elektroda busi (± 10.000 volt).

Gambar 8. Bagian.bagian Busi

14

Karena busi bekerja dalam ruang bakar yang mengalami tekanan
tinggi, perubahan temperatur secara drastis dari sangat panas ke
dingin secara berulang.ulang, serta harus tahan getaran yang keras
maka busi dibuat dari bahan.bahan yang tahan terhadap hal.hal
tersebut.
Jenis busi pada umumnya diklasifikasikan menurut keadaan panas
dan temperatur di dalam ruang bakar. Secara umum, pembagian
jenis busi adalah sebagai berikut :
a) Busi Dingin (Cold Type Spark Plug)
b) Busi Panas (Hot Type Spark plug)

Gambar 9. Tingkat Nilai Panas Busi
Busi dingin adalah busi yang mempunyai kemampuan untuk
menyerap dan melepas/membuang panas dengan cepat sekali. Busi
dingin biasanya digunakan pada mesin yang temperatur kerja dalam
ruang bakarnya tinggi.
Busi panas adalah busi dengan kemampuan menyerap dan melepas
panas yang lambat. Jenis ini digunakan untuk mesin yang
temperatur kerja dalam ruang bakarnya rendah.
Diantara kedua jenis busi tersebut terdapat satu jenis busi lagi, yaitu
Busi Sedang (Medium Type Spark Plug).

15

.
Busi diberi kode dengan huruf dan angka. Sistem kode yang
digunakan berbeda.beda tergantung pabrik pembuatnya. Berikut ini
merupakan uraian sistem kode busi yang dibuat oleh NGK.

Gambar 10. Kode Busi Menurut NGK

16

-

%3

$

6
-

6$

% 3 6$

Sumber tegangan didapat dari alternator (kumparan pembangkit
dan magnet), sehingga arus yang digunakan merupakan arus bolak.
balik (AC).
$

(1)

%

3 .

+

%

(

$)

berfungsi untuk mengubah energi mekanis yang didapatkan
dari putaran mesin menjadi tenaga listrik (AC).
(2)

. 2

() berfungsi sebagai saklar utama untuk

menghubung dan memutus (On.Off) rangkaian kelistrikan
sepeda motor.
(3)

.

)

berfungsi

untuk

menaikkan

tegangan yang diterima dari sumber tegangan (alternator)
menjadi tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian.
(

(4)

%

) berfungsi sebagai saklar rangkaian primer

pengapian, menghubungkan dan memutuskan arus listrik
yang mengalir melalui kumparan primer pada kumparan
pengapian untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi
pada kumparan sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
(5)

(

%

) membuka kontak platina pada waktu (sudut

engkol) yang tepat, sehingga saat pengapian dapat diatur
menurut ketentuan.
) berfungsi untuk menyerap loncatan bunga api

(6)

pada kontak platina pada saat kontak platina mulai membuka
dengan tujuan untuk mempercepat pemutusan arus primer
sehingga meningkatkan tegangan pada kumparan pengapian
sekunder.

17

(7)

. ) mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi
loncatan bunga api melalui elektrodanya.

+$

(

-

%

Gambar 11. Skema Sistem Pengapian Magnet Konvensional
2$

&
(1)

. 2

(

%

11

Kunci kontak menghubungkan (by pass) rangkaian primer
sistem pengapian dengan massa kunci kontak.
Walaupun kendaraan distarter arus listrik yang dihasilkan

alternator akan selalu mengalir ke massa melalui kunci
kontak, tidak ada arus yang mengalir ke rangkaian primer
sistem pengapian walaupun kontak platina membuka dan
menutup sehingga tidak terjadi induksi pada kumparan
pengapian dan motor tidak dapat dihidupkan.
(2)

. 2

(

Hubungan ke massa melalui kunci kontak terputus, sehingga
arus listrik yang dihasilkan alternator akan disalurkan ke
sistem pengapian.

18

(a) Kontak platina dalam keadaan menutup (Nok/cam pada
posisi tidak menekan kontak platina).
Kontak platina pada posisi menutup sehingga terjadi
hubungan antara tegangan yang dihasilkan alternator
dengan massa melalui kontak platina.
Arus dari sumber tegangan (alternator) ⇒ Kontak Platina
⇒ Massa.
Dalam keadaan ini tidak ada arus listrik yang mengalir ke
Kumparan Primer Koil Pengapian.

Gambar 12. Saat Kontak Platina Menutup
(b) Kontak platina mulai membuka
Nok/cam pada posisi mulai menekan platina.
Kontak Platina membuka, memutuskan arus primer dari

alternator yang mengalir ke massa melaui kontak platina.
Arus listrik akan mengalir ke kondensor untuk mengisi
sesaat sampai muatan kondensor penuh dan menuju
kumparan primer koil pengapian.
Begitu muatan kondensor penuh, kondensor melepaskan
muatannya ke kumparan primer koil sehingga timbul gaya
kemagnetan sesaat pada kumparan primer koil dan hal ini
menyebabkan pada kumparan sekunder koil pengapian
akan terjadi induksi tegangan tinggi (± 10.000 Volt) yang

19

diteruskan ke busi melalui kabel tahanan tinggi (kabel
busi).

Gambar 13. Saat Kontak Platina Membuka
$

-

% 3 6$

Sumber tegangan diperoleh dari tegangan baterai (yang disuplay
oleh sistem pengisian), sehingga arus yang digunakan merupakan
arus searah (DC).
$

-

%

) merupakan sebuah alat elektro.kimia yang dibuat

(1)

untuk mensuplai energi listrik tegangan rendah (pada sepeda
motor menggunakan 6 Volt dan atau 12 Volt) ke sistem
pengapian, starter, lampu dan komponen kelistrikan lainnya.
Baterai menyimpan listrik dalam bentuk energi kimia, yang
dikeluarkan apabila diperlukan sesuai beban/sistem yang
memerlukannya.
(2)

. 2

() berfungsi sebagai saklar utama untuk

menghubung dan memutus (On.Off) rangkaian kelistrikan
sepeda motor.
(3)

.

(Ignition Coil), berfungsi untuk

menaikkan tegangan yang diterima dari sumber tegangan
(baterai ataupun alternator) menjadi tegangan tinggi yang
diperlukan untuk pengapian.

20

(

(4)

%

) memutuskan arus listrik yang mengalir

melalui kumparan primer dari kumparan pengapian untuk
menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan
sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
(5)

( 2

) membuka kontak platina pada waktu (sudut

engkol) yang tepat.
) menyerap loncatan bunga api pada kontak

(6)

platina pada saat kontak platina mulai membuka dengan
tujuan

untuk

meningkatkan

tegangan

pada

kumparan

pengapian sekunder.
(7)

. ) mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi
loncatan bunga api melalui elektrodanya.

+$

(

-

Keterangan :
1. Baterai
2. Kump. Pengisian (Alternator)

3. Rectifier Regulator
4. Koil Pengapian (Ignition Coil)

5.
6.
7.
8.

%

Busi
Kontak Platina
Kondensor
Kunci Kontak (Ig. Switch)

Gambar 14. Skema Sistem Pengapian Baterai Konvensional

21

2$

(
(1)

&

-

. 2
Hubungan

(
sumber

%

11
tegangan

dengan

rangkaian

sistem

pengapian terputus, tidak ada arus yang mengalir sehingga
motor tidak dapat dihidupkan.
(2)

. 2

(

(a) Kontak platina dalam keadaan menutup (Nok/cam pada
posisi tidak menekan kontak platina).
Arus dari sumber tegangan (baterai/sistem pengisian) ⇒
Kunci Kontak ⇒ Kumparan Primer Koil Pengapian



Kontak Platina ⇒ Massa.
Akibatnya pada Kumparan Primer Koil Pengapian terjadi
kemagnetan.
(b) Kontak platina mulai membuka
Nok/cam pada posisi mulai menekan platina.
Kontak Platina membuka, memutuskan arus primer yang
mengalir ke massa, sehingga kemagnetan pada Kumparan
Primer Koil Pengapian hilang. Pada saat yang bersamaan,
kondensor akan menyerap arus yang diputus oleh Kontak
Platina,

sehingga

pemutusan

arus

primer

akan

berlangsung lebih cepat dan sempurna (tanpa adanya
loncatan bunga api pada Kontak Platina).
Hilangnya

kemagnetan

pada

Kumparan

Primer

Koil

Pengapian menyebabkan timbulnya induksi tegangan
tinggi (± 10.000 Volt) pada Kumparan Sekunder Koil
Pengapian yang diteruskan ke Busi dan diubah menjadi
percikan bunga api oleh elektroda Busi yang berguna
untuk menciptakan proses pembakaran di dalam silinder.

22

(

)
(

*
-

1) Pemeriksaan

)

+ (

%

alternator

3 6
(kumparan

,
%
6$

pembangkit/stator

dan

magnet/rotor)
a) Pemeriksaan tahanan kumparan pembangkit/stator
Pemeriksaan dapat dilakukan dalam keadaan stator tetap
terpasang. Pemeriksaan dilakukan melalui konektor terminal

alternator (atau dapat pula pada konektor rectifier/regulator),
dengan menggunakan ohm meter.

Gambar 15. Posisi Kabel/Konektor Stator Alternator
Posisi

pemeriksaan

tahanan/kontinuitas

kumparan

stator

alternator menggunakan Ohm meter dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.

Gambar 16. Pemeriksaan Kumparan Stator Alternator

23

b) Pemeriksaan magnet/rotor secara visual (keretakan, kotoran,
kondisi pasak/spie pada poros engkol).

Gambar 17. Pemeriksaan Rotor Alternator
2) Pemeriksaan dan perawatan baterai,
a) Memeriksa jumlah cairan baterai. Permukaan cairan baterai
harus berada di antara batas atas dan batas bawah. Apabila
cairan baterai berkurang, tambahkan air suling sampai batas atas
tinggi permukaan yang diperbolehkan.
b) Memeriksa berat jenis cairan baterai. Berat jenis cairan baterai
ideal adalah 1,260. Apabila kurang, maka baterai perlu distrum
(charged),

sedangkan

apabila

berat

jenis

cairan

baterai

berlebihan maka tambahkan air suling sampai mencapai berat
jenis ideal.

Gambar 18. Perawatan Baterai
c) Pemeriksaan pipa/slang ventilasi baterai. Perhatikan kerusakan
pipa/slang

ventilasi

dari

kebocoran,

tersumbat

maupun

kesalahan letak/jalur pemasangannya.
3) Pemeriksaan kunci kontak, memeriksa kerja dan hubungan antar
terminal kontak menggunakan multi tester.

24

4) Pemeriksaan kumparan pengapian (Ignition Coil),
a) Memeriksa tahanan kumparan primer dan kumparan sekunder.
Tahanan kumparan primer (Std = 0,5.1 Ω)
Tahanan kumparan sekunder (tanpa cap busi, Std = 7,2.8,8 KΩ)
Tahanan kump. sekunder (dengan cap busi, Std = 11,5.14,5 KΩ)
b) Memeriksa kabel tegangan tinggi busi dari retak.retak/kebocoran
secara visual maupun dengan tes percikan.

Gambar 19. Tes Percikan Api Pengapian
5) Pemeriksaan, perawatan dan perbaikan kontak platina, serta
pemeriksaan kondensor
a) Pemeriksaan keausan dan kondisi permukaan kontak geser
maupun tetap.

Keterangan :
1. Baik

2. Terbakar

3. Miring

4. Bergeser

Gambar 20. Keausan Kontak Platina
b) Kontak yang miring/tergeser dapat diperbaiki dengan diratakan
menggunakan tang dan amplas halus, sedangkan kontak yang
terbakar atau habis (karena aus) harus diganti baru.
c) Memeriksa kondensor, kondensor yang rusak harus diganti baru.

25

Gambar 21. Pemeriksaan Kondensor
6) Pemeriksaan nok platina/cam, meliputi pemeriksaan secara visual
terhadap keausan, korosi/karat, dan kekocakan nok platina/cam
terhadap porosnya.
7) Pemeriksaan dan penyetelan busi,
a) Memeriksa keausan elektroda busi. Apabila keausan elektroda
berlebihan, busi perlu diganti.
b) Memeriksa warna hasil pembakaran pada ujung insulator dan
elektroda busi. Perhatikan pula kode busi yang digunakan,
bandingkan dengan spesifikasi yang disarankan.

Gambar 22. Warna Hasil Pembakaran Pada Busi
'
1. Normal
2. Tidak Normal

3. Tidak Normal

4. Tidak Normal
5. Tidak Normal

: Ujung insulator dan elektroda berwarna coklat atau abu.abu. Kondisi mesin
normal dan penggunaan nilai panas busi yang tepat.
: Terdapat kerak berwarna putih pada ujung insulator dan elektroda akibat
kebocoran oli pelumas ke ruang bakar atau karena penggunaan oli pelumas
yang berkualitas rendah.
: Ujung insulator dan elektroda berwarna hitam disebabkan campuran bahan
bakar & udara terlalu kaya atau kesalahan pengapian. Setel ulang, apabila
tidak ada perubahan naikkan nilai panas busi.
: Ujung insulator dan elektroda berwarna hitam dan basah disebabkan
kebocoran oli pelumas atau kesalahan pengapian.
: Ujung insulator berwarna putih mengkilat dan elektroda meleleh disebabkan
pengapian terlalu maju atau overheating. Coba atasi dengan menyetel ulang
sistem pengapian, campuran bahan bakar & udara ataupun sistem
pendinginan. Apabila tidak ada perubahan, ganti busi yang lebih dingin.

26

c) Membersihkan insulator dan elektroda busi dari endapan karbon
mempergunakan sikat kawat atau alat pembersih busi. Apabila
insulator retak atau pecah, busi harus diganti.
d) Menyetel celah elektroda busi. Celah spesifikasi : 0,6 – 0,7 mm.

Gambar 23. Pembersihan dan Celah Elektroda Busi
8) Penyetelan celah platina
Penyetelan celah platina merupakan penyetelan kerenggangan
terlebar antara kedua permukaan kontak platina. Tujuannya adalah
meningkatkan tenaga mesin melalui kesempurnaan tegangan pada
koil pengapian.
Langkah penyetelan platina :
a) Membersihkan dan meratakan persinggungan kedua permukaan
kontak platina.
b) Memposisikan puncak Nok platina/cam pada posisi menyentuh
tumit ebonit kontak platina dengan cara memutar rotor

alternator (magnet).
c) Mengendorkan baut pengikat kontak platina (baut jangan sampai
lepas), kemudian menyetel besar celah kontak sesuai dengan
spesifikasi yang disarankan (0,3 – 0,4 mm). setelah celah kontak
disetel, kencangkan lagi baut pengikat kontak platina.

Gambar 24. Penyetelan Kontak Platina
27

9) Penyetelan waktu pengapian
Penyetelan waktu pengapian merupakan kegiatan menepatkan
waktu (timing), saat piston mencapai batas pemampatan yang
optimum dengan saat busi memercikkan bunga api listrik (saat
platina mulai membuka). Tujuannya adalah untuk meningkatkan
tenaga mesin melalui proses pembakaran agar menghasilkan tenaga
panas yang sempurna.
Alat yang dapat digunakan untuk memeriksa dan menyetel waktu
pengapian :
a) Saat mesin mati

: Lampu indikator, dan atau multi tester

b) Saat mesin hidup

: Timing light

Langkah Pemeriksaan dan penyetelan waktu pengapian :
7$

,

.
% 4

,

,
4 .
%2 % 4 %

% (.(

+ %.

,

% * ( .

a) Pemeriksaan pada saat mesin mati (menggunakan lampu
indikator/multi tester)
(1) merangkai alat tester yang digunakan seperti pada gambar,
posisi kunci kontak “ON”.
(2) Memutar rotor alternator searah dengan putaran mesin di
sekitar langkah Kompresi.Usaha, sambil memperhatikan
tanda pengapian (Garis.F) dan “Penyesuai”.

Gambar 25. Pemeriksaan Waktu Pengapian Dengan Lampu
28

(3) Apabila perubahan sinyal pada tester terjadi bersamaan
dengan saat “Garis.F” sejajar dengan tanda “Penyesuai”,
berarti pengapian tepat.

F

F
TEPAT

Gambar 26. Waktu Pengapian Tepat
(4) Apabila perubahan sinyal terjadi sebelum “Garis.F” melewati
“Penyesuai”, berarti pengapian terlalu cepat (Voor).
(5) Sebaliknya, apabila perubahan sinyal pada tester terjadi
sesudah “Garis.F” melewati “Penyesuai”, berarti pengapian
terlalu lambat (Naa).
T
F

F

F
CEPAT (VOOR)

F
LAMBAT (NAA)

Gambar 27. Waktu Pengapian Voor dan Naa
b) Pemeriksaan pada saat mesin hidup (menggunakan timing light)
(1) Memasang timing light
(2) Mesin dihidupkan pada putaran stasioner (± 1.300 rpm).
Arahkan timing light ke tanda penyesuai pada tutup magnet.

Gambar 28. Penggunaan Timing Light
(3) Waktu pengapian tepat apabila terlihat “Garis.F” sejajar
dengan tanda “Penyesuai”.

29

(4) Apabila “Garis.F” terlihat sebelum melewati “Penyesuai”,
berarti pengapian terlalu cepat (Voor).
(5) Sebaliknya, Apabila “Garis.F” terlihat sesudah melewati
“Penyesuai”, berarti pengapian terlalu lambat (Naa).
(6) Pada saat putaran tinggi, waktu pengapian tepat apabila
terlihat “Penyesuai” di tengah tanda “Advance (//)”.
F

F
ADVANCE

Gambar 29. Waktu Pengapian Advance (//)
c) Penyetelan waktu pengapian
(1) Untuk pengapian baterai, penyetelan waktu pengapian
dilakukan dengan cara mengendorkan baut pengikat plat
dudukan/piringan kontak platina, kemudian menggeser plat
dudukan/piringan kontak platina searah ataupun berlawanan
dengan putaran rotor magnet.
(a) Apabila pengapian terlalu cepat (Voor), piringan platina
diputar/digeser searah dengan putaran nok platina.
(b) Apabila pengapian terlalu lambat (Naa), piringan platina
diputar/digeser berlawanan dengan putaran nok platina.

Gambar 30. Menyetel Waktu Pengapian Baterai

30

(2) Untuk pengapian magneto, penyetelan waktu pengapian
dilakukan dengan cara mengubah kerenggangan celah
platina.
(a) Apabila pengapian terlalu cepat (Voor), celah platina
dirapatkan.
(b) Apabila pengapian terlalu lambat (Naa), celah platina
direnggangkan.

Gambar 31. Penyetelan Waktu Pengapian AC
(3) Setelah dilakukan perubahan setelan waktu pengapian,
periksa lagi waktu pengapian menggunakan timing light.

2 #

(.

Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada busi
pada saat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan
udara di dalam silinder.
Menurut sumber tegangannya, sistem pengapian dibedakan menjadi
dua macam, yaitu : sistem pengapian baterai (DC) dan sistem
pengapian magnet (AC). Adapun dalam perkembangannya sistem
pengapian berkembang menjadi dua sistem, yaitu :
1) Sistem Pengapian Konvensional
2) Sistem Pengapian Elektronik (CDI)
31

Terdapat dua jenis sistem pengapian konvensional, yaitu :
1) Sistem Pengapian Magnet Konvensional (AC)
2) Sistem Pengapian Baterai Konvensional (DC)
Sumber tegangan sistem pengapian magnet konvensional didapat dari

alternator (kumparan pembangkit dan magnet), sehingga arus yang
digunakan merupakan arus bolak.balik (AC). Sumber tegangan sistem
pengapian baterai konvensional diperoleh dari tegangan baterai (yang
disuplay oleh sistem pengisian), sehingga arus yang digunakan
merupakan arus searah (DC).
Komponen Sistem Pengapian Konvensional adalah sebagai berikut :
1) Sumber Tegangan, berfungsi sebagai penyedia tegangan yang
diperlukan

oleh sistem

pengapian.

Sumber

tegangan

sistem

pengapian dibedakan menjadi dua menurut jenis tegangan yang
digunakan, yaitu :
a) Sumber tegangan AC (Alternating Current), berupa Alternator
(Kumparan Pembangkit dan Magnet), berfungsi untuk mengubah
energi mekanis yang didapatkan dari putaran mesin menjadi
tenaga listrik arus bolak.balik (AC).
b) Sumber tegangan DC (Direct Current), berupa Baterai yang
didukung oleh sistem pengisian (Kumparan Pengisian, Magnet
dan Rectifier/Regulator), berfungsi sebagai penyedia tegangan
DC yang diperlukan oleh sistem pengisian.
2) Kunci Kontak (Ignition Switch), berfungsi sebagai saklar utama
untuk menghubung dan memutus (On.Off) rangkaian pengapian
(dan rangkaian kelistrikan lainnya) pada sepeda motor.
3) Kumparan Pengapian (Ignition Coil), berfungsi untuk menaikkan
tegangan yang diterima dari sumber tegangan (alternator) menjadi
tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian.

32

4) Kontak Platina (Contact Breaker), berfungsi sebagai saklar rangkaian
primer pengapian, menghubungkan dan memutuskan arus listrik
yang mengalir melalui kumparan primer pada kumparan pengapian
untuk menghasilkan arus listrik tegangan tinggi pada kumparan
sekunder dengan cara induksi elektromagnet.
5) Nok Platina (Breaker Cam), membuka kontak platina pada waktu
(sudut engkol) yang tepat, sehingga saat pengapian dapat diatur
menurut ketentuan.
6) Kondensor (Capacitor), mempunyai kemampuan sejumlah muatan
listrik sesuai kapasitasnya dan dalam waktu tertentu.
Kondensor dalam sistem pengapian konvensional berfungsi untuk
menyerap/meredam loncatan bunga api pada kontak platina yang
terjadi pada saat kontak platina mulai membuka dengan tujuan
untuk mempercepat pemutusan arus primer sehingga meningkatkan
tegangan pada kumparan pengapian sekunder.
7) Busi (Spark Plug), mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi menjadi
loncatan bunga api melalui elektrodanya. Loncatan bunga api terjadi
disebabkan adanya perbedaan tegangan diantara kedua kutup
elektroda busi (± 10.000 volt).

.
1) Jelaskan prinsip kerja dari sistem pengapian di bawah ini dengan
singkat dan jelas, lengkapi dengan skema dan gambar!
a) Sistem pengapian baterai konvensional
b) Sistem pengapian magnet konvensional

33

1

5

1

1) Jelaskan prinsip kerja sistem pengapian magnet konvensional!
2) Jelaskan prinsip kerja sistem pengapian baterai konvensional!
3) Jelaskan

langkah.langkah

penyetelan

dan

perbaikan

sistem

dan

perbaikan

sistem

pengapian magnet konvensional !
4) Jelaskan

langkah.langkah

penyetelan

pengapian baterai konvensional !
1

. 2 " * +

5

1

Ada pada lembar tersendiri.
!

+
$

&

%

4

a) Sepeda motor dengan sistem pengapian konvensional (AC)
b) Sepeda motor dengan sistem pengapian konvensional (DC)
c) Alat.alat tangan
d) Multitester
e) Dwell.tacho tester
f) Timing light
g) Thickness Gauge
h) Amplas halus
$

%

&

a) Gunakanlah peralatan yang sesuai dengan fungsinya.
b) Ikutilah instruksi dari instruktur ataupun prosedur kerja yang
tertera pada lembar kerja.
c) Mintalah ijin dari instruktur anda bila hendak melakukan
pekerjaan yang tidak tertera pada lembar kerja.
d) Bila perlu mintalah buku manual dari training object.

34

8$ !

( 4

&

a) Persiapkan alat dan bahan praktek secara cermat, efektif dan
seefisien mungkin.
b) Perhatikan penjelasan prosedur penggunaan alat, baca lembar
kerja dengan teliti.
c) Mintalah penjelasan pada instruktur mengenai hal yang belum
jelas.
d) Buatlah catatan.catatan penting kegiatan praktek secara ringkas.
e) Setelah selesai, bersihkan dan kembalikan semua peralatan dan
bahan yang telah digunakan kepada petugas.
9$

.
a) Buatlah laporan kegiatan praktek saudara secara ringkas dan
jelas !
b) Buatlah rangkuman pengetahuan yang anda peroleh setelah
mempelajari kegiatan 1 !

35

!
"
#$ %&
''
1) Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja dan konstruksi sistem
pengapian elektronik (CDI) sepeda motor tipe AC.
2) Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip kerja dan konstruksi sistem
pengapian elektronik (CDI) sepeda motor tipe DC.
3) Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan, perawatan dan
perbaikan sistem pengapian elektronik (CDI) sepeda motor tipe
AC.
4) Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan, perawatan dan
perbaikan sistem pengapian elektronik (CDI) sepeda motor tipe
DC.
" (
%

)

)*+, %,* )-)

. *% #$ %&

Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada
busi pada saat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar
dan udara di dalam silinder. Seperti yang kita ketahui bahwa sistem
pengapian konvensional menggunakan gerakan mekanik kontak
platina untuk menghubung dan memutus arus primer, maka kontak
platina mudah sekali aus dan memerlukan penyetelan/perbaikan dan
penggantian setiap periode tertentu. Hal ini merupakan kelemahan
mencolok dari sistem pengapian konvensional.
Dalam perkembangannya, ditemukan sistem pengapian elektronik
sebagai penyempurna sistem pengapian. Salah satu sistem pengapian
elektronik yang populer adalah sistem pengapian CDI (Capacitor

Discharge Ignition). Sistem pengapian CDI merupakan sistem
36

pengapian elektronik yang bekerja dengan memanfaatkan pengisian
(charge) dan pengosongan (discharge) muatan kapasitor. Proses
pengisian dan pengosongan muatan kapasitor dioperasikan oleh saklar
elektronik seperti halnya kontak platina (pada sistem pengapian
konvensional).
Sebagai pengganti kontak platina, pada sistem pengapian elektronik
digunakan SCR/Silicon Controlled Rectifier (yang disebut Thyristor

switch) . SCR bekerja berdasarkan sinyal.sinyal listrik, sehingga pada
sistem pengapian elektronik didapatkan beberapa keuntungan yaitu :
1) Keuntungan Mekanik :
a) Tidak terdapat gerakan mekanik/gesekan antar komponen
pada SCR, sehingga tidak terjadi keausan komponen.
b) Tidak memerlukan perawatan/penyetelan dalam jangka waktu
yang pendek seperti pada sistem pengapian konvensional.
c) Kerja sistem pengapian elektronik stabil (karena tidak ada
keausan komponen) sehingga bahan bakar relatif ekonomis
karena pembakaran lebih sempurna.
d) Tidak sensitif terhadap air karena komponen sistem pengapian
dapat dikemas kedap air.
2) Keuntungan Elektrik
a) Tegangan pengapian cukup besar dan konstan, sehingga
pembakaran lebih sempurna dan kendaraan mudah dihidupkan.
b) Busi menjadi lebih awet karena pembakaran lebih sempurna.
Adapun kekurangan sistem pengapian elektronik adalah :
1) Apabila terjadi kerusakan terhadap salah satu komponen di dalam
unit CDI, berakibat seluruh rangkaian CDI tidak dapat bekerja dan
harus diganti satu unit.
2) Biaya/harga penggantian unit CDI relatif lebih mahal.

37

)

#$ %&

"

1) Sistem Pengapian Magnet Elektronik (AC.CDI)
Sumber tegangan didapat dari alternator, sehingga arus yang
digunakan merupakan arus bolak.balik (AC)
2) Sistem Pengapian Baterai Elektronik (DC.CDI)
Sumber tegangan diperoleh dari tegangan baterai (yang disuplay
oleh sistem pengisian), sehingga arus yang digunakan merupakan
arus searah (DC)
&

)

#,$/$ %&
,$/$ %

a) Sumber Tegangan, berfungsi sebagai penyedia tegangan yang
diperlukan oleh sistem pengapian. Sumber tegangan sistem
pengapian magnet elektronik AC merupakan sumber tegangan
AC

(Alternating

Current),

berupa

Alternator

(Kumparan

Pembangkit/stator dan Magnet/rotor). Alternator berfungsi
untuk mengubah energi mekanis yang didapatkan dari putaran
mesin menjadi tenaga listrik arus bolak.balik (AC). Pada sepeda
motor, rotor juga berfungsi sebagai fly wheel.

Gambar 1. Alternator

38

b) Kunci Kontak (Ignition Switch), berfungsi sebagai saklar utama
untuk

menghubung

dan

memutus

(On.Off)

rangkaian

pengapian (dan rangkaian kelistrikan lainnya) pada sepeda
motor. Kunci kontak untuk pengapian AC merupakan tipe
pengendali massa.
(1) Pada posisi
tegangan

00 dan - $ , kunci kontak membelokkan
dari

sumber

tegangan

(alternator)

yang

dibutuhkan oleh sistem pengapian ke massa melalui
terminal IG dan E kunci kontak, sehingga sistem pengapian
tidak dapat bekerja. Di sisi lain, pada posisi OFF dan LOCK
kunci kontak juga memutuskan hubungan tegangan (+)
baterai (terminal BAT dan BAT 1) sehingga seluruh sistem
kelistrikan tidak dapat dioperasikan.
(2) Pada posisi

*, kunci kontak memutuskan hubungan

terminal IG dan E, sehingga tegangan yang dihasilkan oleh

alternator

diteruskan

ke

sistem

pengapian.

Sistem

pengapian dapat dioperasikan, disamping itu hubungan
terminal BAT dan BAT 1 terhubung sehingga seluruh sistem
kelistrikan dapat dioperasikan.

Gambar 2. Kunci Kontak Pengapian AC.CDI
c) Koil pengapian (Ignition Coil), berfungsi untuk menaikkan
tegangan yang diterima dari sumber tegangan (alternator)
menjadi tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian.
Dalam koil pengapian terdapat kumparan primer dan kumparan
sekunder yang dililitkan pada tumpukan.tumpukan plat besi
tipis. Diameter kawat pada kumparan primer 0,6 – 0,9 mm,
39

dengan jumlah lilitan 200 – 400 kali, sedangkan diameter
kawat pada kumparan sekunder 0,05 – 0,08 mm dengan
jumlah lilitan sebanyak 2000 – 15.000 kali.
Karena perbedaan jumlah gulungan pada kumparan primer dan
sekunder tersebut, dengan cara mengalirkan arus listrik secara
terputus.putus

pada

kumparan

primer

(sehingga

pada

kumparan primer timbul/hilang kemagnetan secara tiba.tiba),
maka kumparan sekunder akan terinduksi sehingga timbul
induksi tegangan tinggi sebesar ± 20.000 volt.

Gambar 3. Koil Pengapian
d) Unit AC.CDI, merupakan serangkaian komponen elektronik
yang berfungsi sebagai saklar rangkaian primer pengapian,
menghubungkan
dimanfaatkan

dan

untuk

memutuskan
melakukan

arus

pengisian

listrik

yang

(charge)

dan

pengosongan (discharge) muatan kapasitor, kemudian dialirkan
melalui kumparan primer koil pengapian untuk menghasilkan
arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan
cara induksi elektromagnet.

40

RECTIFIER

CAPACITOR
(3)

(1)

RECTIFIER
(2)

THYRISTOR
SWITCH

(4)
Keterangan :
1. Dari Sumber Tegangan (Alternator)
2. Dari Signal Generator (Pick Up Coil)
3. Ke Ignition Coil
4. Massa CDI

Gambar 4. Basic Circuit AC.CDI
Prinsip kerja AC.CDI adalah sebagai berikut :

Rectifier bekerja menyearahkan arus AC yang dihasilkan oleh
sumber tegangan (alternator) maupun oleh signal generator
(pick up coil).
Kapasitor (capacitor) menyimpan energi hasil induksi dari
kumparan stator alternator dimana terdapat magnet permanen
yang berputar (rotor alternator) di dekat kumparan stator.

Thyristor switch merupakan saklar elektronik yang akan
mengosongkan kapasitor yang sudah bermuatan tersebut,
sinyal trigger didapatkan dari arus yang dihasilkan oleh pick up

coil yang mengalir melalui kaki Gate (G). Akibatnya Thyristor
aktif dan menghubungkan kedua terminal kapasitor melalui
terhubungnya terminal Anoda (A) dan Katoda (K) pada

Thyristor.
Kapasitor

akan

melepaskan

muatannya

secara

cepat

(discharge) melalui kumparan primer koil pengapian (Ignition

Coil) untuk menghasilkan induksi pada kumparan primer

41

maupun induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil
pengapian.
*) Thyristor switch merupakan saklar elektronik yang bekerja
lebih cepat daripada kontak platina (saklar mekanik) dan
kapasitor mendischarge sangat cepat.
Karena itu, tegangan tinggi yang dihasilkan semakin besar
karena kumparan sekunder koil pengapian terinduksi
dengan cepat, sehingga pijaran api yang dihasilkan pada
busi menjadi lebih kuat.
e) Kumparan Pembangkit Pulsa (Signal generator/Pick up coil),
bekerja bersama reluctor sehingga menghasilkan sinyal trigger
(pemicu)

yang

dimanfaatkan

Thyristor

oleh

untuk

mendischarge seluruh muatan kapasitor.

Pick up coil terdiri dari suatu lilitan kecil yang akan
menghasilkan arus listrik AC apabila dilewati oleh perubahan
garis gaya magnit yang dilakukan oleh reluctor yang terpasang
pada rotor alternator. Prinsip kerja pick up coil dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

1

2

3

(+)
0
(.)
2
3
1
Keterangan :
1. Reluctor mencapai Pick Up Coil
2. Reluctor di tengah Pick Up Coil
3. Reluctor meninggalkan Pick Up Coil

Gambar 5. Prinsip Kerja Pick Up Coil

42

f) Busi (Spark Plug), mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi
menjadi loncatan bunga api melalui elektrodanya. Loncatan
bunga api terjadi disebabkan adanya perbedaan tegangan
diantara kedua kutup elektroda busi (± 20.000 volt).
)

#,$/$ %&

IG. SWITCH
ALTERNATOR

D1

C
A
SCR
G

K

D2

IG. COIL
SIGNAL GENERATOR
(PICK UP COIL)

SPARK
PLUG

Gambar 6. Skema Sistem Pengapian AC.CDI
,$/$ %
a) Saat Kunci Kontak (Ig. Switch)

00

Kunci kontak dalam posisi terhubung dengan massa. Arus listrik
yang dihasilkan sumber tegangan (Alternator) dibelokkan ke
massa melalui kunci kontak, tidak ada arus yang mengalir ke
unit CDI sehingga sistem pengapian tidak bekerja dan motor
tidak dapat dihidupkan.
b) Saat Kunci Kontak

*

Hubungan ke massa melalui kunci kontak terputus sehingga
arus listrik yang dihasilkan alternator akan mengalir masuk ke
sistem pengapian.
Ketika rotor alternator (magnet) berputar, kumparan stator
menghasilkan arus listrik ⇒ disearahkan dioda

⇒ mengisi

kapasitor sehingga muatan kapasitor penuh.
43

Pada saat yang ditentukan (saat pengapian), arus sinyal
dihasilkan oleh signal generator (pick up coil). Arus sinyal pick

up coil

⇒ Gate (G) Thyristor switch dan mengaktifkan

Thyristor. Thyristor aktif (kaki Anoda ke Katoda terhubung) dan
arus listrik dapat mengalir dari kaki Anoda (A) ⇒ Katoda (K).
Hal ini akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan
muatannya) dengan cepat
pengapian

⇒ melalui kumparan primer koil

⇒ massa koil pengapian. Pada kumparan primer

koil pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri sebesar 200
– 300 V.
Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul
induksi tegangan tinggi sebesar ± 20 KVolt

⇒ disalurkan

melalui kabel busi ke busi untuk diubah menjadi pijaran api
listrik.
&

)

# $/$ %&
$/$ %

a) Sumber tegangan DC (Direct Current), berupa Baterai yang
didukung oleh sistem pengisian (Kumparan Pengisian, Magnet
dan Rectifier/Regulator), berfungsi sebagai penyedia tegangan
DC yang diperlukan oleh sistem pengapian.

Gambar 7. Baterai

44

b) Kunci kontak untuk pengapian DC (pengendali positif).
(1) Pada posisi

*, kunci kontak menghubungkan tegangan

(+) baterai ke seluruh sistem kelistrikan (termasuk sistem
pengapian) untuk mengoperasikan seluruh sistem kelistrikan
yang ada.
(2) Pada posisi

00 dan - $ , kunci kontak memutuskan

hubungan kelistrikan dari sumber tegangan (terminal (+)
baterai) yang dibutuhkan oleh seluruh sistem kelistrikan,
sehingga

seluruh

sistem

kelistrikan

tidak

dapat

dioperasikan.

Gambar 8. Kunci Kontak Pengapian DC
c) Koil pengapian (Ignition Coil), berfungsi untuk menaikkan
tegangan yang diterima dari sumber tegangan (alternator)
menjadi tegangan tinggi yang diperlukan untuk pengapian.
Dalam koil pengapian terdapat kumparan primer dan kumparan
sekunder yang dililitkan pada tumpukan.tumpukan plat besi
tipis. Diameter kawat pada kumparan primer 0,6 – 0,9 mm,
dengan jumlah lilitan 200 – 400 kali, sedangkan diameter
kawat pada kumparan sekunder 0,05 – 0,08 mm dengan
jumlah lilitan sebanyak 2000 – 15.000 kali.
Karena perbedaan jumlah gulungan pada kumparan primer dan
sekunder tersebut, dengan cara mengalirkan arus listrik secara
terputus.putus

pada

kumparan

primer

(sehingga

pada

kumparan primer timbul/hilang kemagnetan secara tiba.tiba),
45

maka kumparan sekunder akan terinduksi sehingga timbul
induksi tegangan tinggi sebesar ± 20.000 volt.

Gambar 9. Koil Pengapian
d) Unit DC.CDI, merupakan serangkaian komponen elektronik
yang berfungsi sebagai saklar rangkaian primer pengapian,
menghubungkan
dimanfaatkan

dan

untuk

memutuskan
melakukan

arus

pengisian

listrik

yang

(charge)

dan

pengosongan (discharge) muatan kapasitor, kemudian dialirkan
melalui kumparan primer koil pengapian untuk menghasilkan
arus listrik tegangan tinggi pada kumparan sekunder dengan
cara induksi elektromagnet.
(1)

DC . DC
CONVENTER

AMPLIFIER

CAPACITOR

(3)

THYRISTOR
SWITCH

(2)
(4)
Keterangan :
1. Dari Sumber Tegangan (Baterai)
2. Dari Signal Generator (Pick Up Coil)
3. Ke Ignition Coil
4. Massa CDI

Gambar 10. Basic Circuit DC.CDI

46

Prinsip kerja DC.CDI adalah sebagai berikut :

DC.DC Conventer merupakan serangkaian komponen elektronik
yang

menaikkan

tegangan

sumber

(baterai)

dan

menyearahkannya lagi untuk dialirkan ke kapasitor.
Kapasitor (capacitor) menyimpan energi hasil induksi dari DC.

DC Conventer sampai kapasitas muatannya penuh.
Thyristor switch merupakan saklar elektronik yang akan
mengosongkan kapasitor yang sudah bermuatan tersebut,
sinyal trigger didapatkan dari arus yang dihasilkan oleh pick up

coil yang terlebih dahulu diperkuat di dalam rangkaian penguat
sinyal (amplifier), dialirkan ke kaki Gate (G). Akibatnya

Thyristor aktif dan menghubungkan kedua terminal kapasitor
melalui terhubungnya terminal Anoda (A) dan Katoda (K) pada

Thyristor.
Kapasitor

akan

melepaskan

muatannya

secara

cepat

(discharge) melalui kumparan primer koil pengapian (Ignition

Coil) untuk menghasilkan induksi pada kumparan primer
maupun induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil
pengapian.
*) Thyristor switch merupakan saklar elektronik yang bekerja
lebih cepat daripada kontak platina (saklar mekanik) dan
kapasitor mendischarge sangat cepat.
Karena itu, tegangan tinggi yang dihasilkan semakin besar
karena kumparan sekunder koil pengapian terinduksi
dengan cepat, sehingga pijaran api yang dihasilkan pada
busi menjadi lebih kuat.

47

e) Kumparan Pembangkit Pulsa (Signal generator/Pick up coil),
bekerja bersama reluctor sehingga menghasilkan sinyal trigger
(pemicu)

yang

dimanfaatkan

Thyristor

oleh

untuk

mendischarge seluruh muatan kapasitor.

Pick up coil terdiri dari suatu lilitan kecil yang akan
menghasilkan arus listrik AC apabila dilewati oleh perubahan
garis gaya magnit yang dilakukan oleh reluctor yang terpasang
pada rotor alternator. Prinsip kerja pick up coil dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.

1

2

3

(+)
0
(.)
2
3
1
Keterangan :
1. Reluctor mencapai Pick Up Coil
2. Reluctor di tengah Pick Up Coil
3. Reluctor meninggalkan Pick Up Coil

Gambar 11. Prinsip Kerja Pick up coil
f) Busi (Spark Plug), mengeluarkan arus listrik tegangan tinggi
menjadi loncatan bunga api melalui elektrodanya. Loncatan
bunga api terjadi disebabkan adanya perbedaan tegangan
diantara kedua kutup elektroda busi (± 20.000 volt).

48

)
IG. SWITCH

# $/$ %&
FUSE

BATTERY

ALTERNATOR
Kump.

D

C

SWITCH
Tr

SCR

IG. TIMING CONTROL CIRCUIT/
AMPLIFIER

IG. COIL
SIGNAL GENERATOR
(PICK UP COIL)

DC.CDI
UNIT

SPARK
PLUG

Gambar 12. Skema Sistem Pengapian DC.CDI
)
1) Saat Kunci Kontak

# $/$ %&

00

Hubungan sumber tegangan dengan rangkaian sistem pengapian
terputus, tidak ada arus yang mengalir sehingga motor tidak dapat
dihidupkan.
2) Saat Kunci Kontak

*

Kunci kontak menghubungkan sumber tegangan ((+) baterai)
dengan rangkaian sistem pengapian, sehingga arus listrik dari
baterai dapat disalurkan ke unit CDI (DC.DC Conventer).
Ketika rotor alternator (magnet) berputar, reluctor ikut berputar.
Pada saat reluctor mulai mencapai lilitan pick up coil, lilitan pick up

coil akan menghasilkan sinyal listrik yang dimanfaatkan untuk
mengaktifkan Switch Transistor (Tr) pada DC.DC Conventer.
Kumparan primer dan sekunder (Kump.) pada DC.DC Conventer
akan bekerja secara induksi menaikkan tegangan sumber ⇒
disearahkan lagi oleh dioda (D) ⇒ mengisi kapasitor (C) sehingga
muatan kapasitor penuh.

49

*) Sinyal yang dihasilkan lilitan pick up coil tersebut belum mampu
membuka gerbang (Gate) Thyristor switch (SCR) sehingga SCR
belum bekerja.
Pada saat yang hampir bersamaan (saat pengapian), arus sinyal
yang dihasilkan oleh signal generator (pick up coil) mampu
membuka gerbang SCR sehingga SCR menjadi aktif dan membuka
hubungan arus listrik dari kaki Anoda (A) ⇒ Katoda (K).
Hal ini akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan
muatannya) dengan cepat

⇒ melalui kumparan primer koil

pengapian ⇒ massa koil pengapian. Pada kumparan primer koil
pengapian dihasilkan tegangan induksi sendiri sebesar 200 – 300
V.
Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul
induksi tegangan tinggi sebesar ± 20 KVolt ⇒ disalurkan melalui
kabel busi ke busi untuk diubah menjadi pijaran api listrik.

50

!

"

1

#$ %&
1) Pemeriksaan

alternator

(kumparan

pembangkit/stator

dan

magnet/rotor)
a) Pemeriksaan tahanan kumparan pembangkit/stator
Pemeriksaan dapat dilakukan dalam keadaan stator tetap
terpasang. Pemeriksaan dilakukan melalui konektor terminal

alternator (atau dapat pula pada konektor rectifier/regulator),
dengan menggunakan Ohm Meter.

Gambar 13. Posisi Kabel/Konektor Stator Alternator
Posisi

pemeriksaan

tahanan/kontinuitas

kumparan

stator

alternator menggunakan Ohm Meter dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.

Gambar 14. Pemeriksaan Kumparan Stator Alternator
Tahanan kumparan stator alternator : 100 – 400 D (Honda)

51

b) Pemeriksaan magnet/rotor secara visual (keretakan, kotoran,
kondisi pasak/spie pada poros engkol).

Gambar 15. Pemeriksaan Rotor Alternator
2) Pemeriksaan dan perawatan baterai,
a) Memeriksa jumlah cairan baterai. Permukaan cairan baterai
harus berada di antara batas atas dan batas bawah. Apabila
cairan baterai berkurang, tambahkan air suling sampai batas
atas tinggi permukaan yang diperbolehkan.
b) Memeriksa berat jenis cairan baterai. Berat jenis cairan baterai
ideal adalah 1,260. Apabila kurang, maka baterai perlu distrum
(charged), sedangkan apabila berat jenis cairan baterai
berlebihan maka tambahkan air suling sampai mencapai berat
jenis ideal.

Gambar 16. Perawatan Baterai
c) Pemeriksaan pipa/slang ventilasi baterai. Perhatikan kerusakan
pipa/slang

ventilasi

dari

kebocoran,

tersumbat

maupun

kesalahan letak/jalur pemasangannya.

52

3) Pemeriksaan kunci kontak, memeriksa kerja dan hubungan antar
terminal kontak menggunakan multi tester.

Gambar 17. Pemeriksaan Kunci Kontak
4) Pemeriksaan koil pengapian (Ignition Coil),
a) Memeriksa tahanan kumparan primer dan kumparan sekunder.
(1) Tahanan kumparan primer = 0,5.1 Ω
(2) Tahanan kumparan sekunder (tanpa cap busi = 7,2.8,8 KΩ)
(3) Tahanan kump. sekunder (dengan cap busi = 11,5.14,5 KΩ)

Gambar 18. Pemeriksaan Ignition Coil
53

b) Memeriksa

kabel

tegangan

tinggi

busi

dari

retak.

retak/kebocoran secara visual maupun dengan tes percikan.
Pengapian yang baik : percikan lebih dari 6 mm

Gambar 19. Tes Percikan Api Pengapian
5) Pemeriksaan unit CDI, dengan mengukur kontinuitas antar
terminal.terminalnya menggunakan Ohm Meter.
Tabel . Pemeriksaan Hubungan Antar Terminal Unit CDI (KΩ)
(+)
SW
EXT
(.)
SW
~
EXT
16
FP/PC
260
~
E
18
~
IGN
~
~
*) Honda : Astrea Supra

FP/PC

E

IGN

~
260

~
180
60

~
~
~
~

22
~

(+)
SW
EXT
FP/PC
(.)
SW
100
100
EXT
5
~
FP/PC
75
35
E
16,5
5
60
IGN
~
~
~
*) Honda : Astrea Prima, Astrea Star, Win
SW
EXT
FP/PC
E
IGN

:
:
:
:
:

Switch (Bl/W)
Exiter (Bl/R)
Fixed Pulser/Pick up coil (Bu/Y)
Earth (G/W)
Ignition (Bl/Y)

~

E

IGN

100
~
14

~
~
~
~

~

%+*

)2
3

0

$

)

Gambar 20. Contoh Pemeriksaan Unit CDI
6) Pemeriksaan kumparan pembangkit pulsa (pick up coil), dengan
memeriksa tahanan kumparan menggunakan Ohm Meter. Tahanan

pick up coil : 50 – 200 D (Honda).
54

7) Pemeriksaan dan penyetelan busi,
a) Memeriksa keausan elektroda busi. Apabila keausan elektroda
berlebihan, busi perlu