Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pandangan Mata Rumah Manuhutu Tentang Kutukan Simanole Analisa Sosio-Antropologi
SARIPATI
Kebudayaan merupakan suatu aturan yang mengatur setiap laku kita. Adat
merupakan wujud nyata dari kebudayaan yang dihormati dan dijunjung tinggi dalam
setiap tindakan kita, karena adat dipandang sebagai sebuah hukum,norma, tata aturan,
kontrol sosial, yang semuanya itu bertujuan untuk menata kehidupan masyarakat
kearah yang lebih baik. Mata Rumah merupakan salah satu klein yang terdiri dari
beberapa kelompok keluarga di Maluku. Fenomena yang diangkat dalam penulisan
ini adalah kutukan yang terjadi di Negeri Hutumuri, yang berdampak bagi Mata
Rumah Manuhutu. Kutukan ini berawal dari pelanggaran yang dilakukan oleh
Kapitan Latu Manuhutu terhadap aturan adat-istiadat yang mengatur tentang hal
perkawinan di Negeri Hutumuri. Dari pelanggaran tersebut, terjadilah polemik yang
berakhir pada kutukan yang memutuskan hubungan yang baik antara kedua bela
pihak (Simanole yang mendiami Negeri Hutumuri dan Kapitan Latu Manuhutu yang
mendiami Negeri Haria). Mata Rumah Manuhutu kemudian memandang kutukan
sebagai suatu bentuk penolakan yang mengakibatkan terjadinya relasi yang kurang
baik antara mata rumah Manuhutu dengan masyarakat negeri Hutumuri, serta
menimbulkan dampak yang dapat mengakibatkan adanya kematian bagi Manuhutu,
bila mencoba untuk melakukan apa yang menjadi larangan, dan hal ini diwariskan
turun temurun hingga saat ini.
Kebudayaan merupakan suatu aturan yang mengatur setiap laku kita. Adat
merupakan wujud nyata dari kebudayaan yang dihormati dan dijunjung tinggi dalam
setiap tindakan kita, karena adat dipandang sebagai sebuah hukum,norma, tata aturan,
kontrol sosial, yang semuanya itu bertujuan untuk menata kehidupan masyarakat
kearah yang lebih baik. Mata Rumah merupakan salah satu klein yang terdiri dari
beberapa kelompok keluarga di Maluku. Fenomena yang diangkat dalam penulisan
ini adalah kutukan yang terjadi di Negeri Hutumuri, yang berdampak bagi Mata
Rumah Manuhutu. Kutukan ini berawal dari pelanggaran yang dilakukan oleh
Kapitan Latu Manuhutu terhadap aturan adat-istiadat yang mengatur tentang hal
perkawinan di Negeri Hutumuri. Dari pelanggaran tersebut, terjadilah polemik yang
berakhir pada kutukan yang memutuskan hubungan yang baik antara kedua bela
pihak (Simanole yang mendiami Negeri Hutumuri dan Kapitan Latu Manuhutu yang
mendiami Negeri Haria). Mata Rumah Manuhutu kemudian memandang kutukan
sebagai suatu bentuk penolakan yang mengakibatkan terjadinya relasi yang kurang
baik antara mata rumah Manuhutu dengan masyarakat negeri Hutumuri, serta
menimbulkan dampak yang dapat mengakibatkan adanya kematian bagi Manuhutu,
bila mencoba untuk melakukan apa yang menjadi larangan, dan hal ini diwariskan
turun temurun hingga saat ini.