PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL-HIKMAH SURABAYA.

(1)

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL-HIKMAH

SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

M. HASAN MUAMMAR

NIM. D01212029

UIN SUNAN AMPEL

SURABAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Skripsi Ini berjudul “ Peran kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya sekolah di SMP Al-Hikmah Surabaya. Penelitian yang dilakukan ini merujuk pada rumusan masalah. Pertama,

Bagaimana peran kepala sekolah dalam pendidikan sekolah. Kedua, Bagaimana peran kepala Sekolah dalam pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya Sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya. Dan Ketiga, Bagaimana bentuk pengembangan pendidikan Islam sebagai budaya sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya.

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah peelitian kualitatif. Tujuan dari penelitian adalah Untuk mengetahui bagaimana peran kepala sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya, Untuk mengetahui bagaimana bentuk pengembangan pendidikan Islam sebagai budaya sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya dan Untuk mengetahui bagaimana peran kepala Sekolah dalam pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya Sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya.

Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskripsi, reduksi dan interpretasi.

Dalam penelitian ini di hasilkan Pertama, peran kepala sekolah dalam pendidikan sekolah. Kedua, peran kepala Sekolah dalam pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya Sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya. Dan Ketiga, bentuk pengembangan pendidikan Islam sebagai budaya sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya.


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Operasional... 9

G. Sistematika Pembahasan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsepsi Kepala Sekolah ... 12

B. Peran Kepala Sekolah ... 15


(7)

D. Strategi Pengembangan PAI di Sekolah ... 29

E. Internalisasi Pendidikan Agama Islam Sebagai Budaya Sekolah ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 54

B. Jenis dan Sumber Data ... 55

C. Metode pengumpulan data ... 56

D. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV PROFIL OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SMP Al-Hikmah Surabaya ... 59

2. Identitas dan letak Geografis SMP Al Hikmah Surabaya ... 60

3. Struktur Organisasi SMP Al-Hikmah Surabaya ... 61

4. Kelembagaan SMP Al-Hikmah Surabaya ... 62

5. Keunggulan Sekolah SMP Al Hikmah Surabaya ... 68

6. Penyajian dan Analisi Data... ... 69

BAB V PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI BUDAYA SEKOLAH DI SMP AL HIKMAH SURABAYA 1. Bentuk pengembangan pendidikan Islam sebagai budaya sekolah di .... 70

2. Peran kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya ... 73


(8)

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ... 82 B. Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LEMBAR PERNYATAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan agama Islam di Sekolah, diharapkan mampu membentuk kesalehan pribadi ( Individu ) dan kesalehan sosial sehingga pendidikan agama diharapkan jangan sampai menumbuhkan sikap fanatisme dan menumbuhkan sikap intoleran dikalangan peserta didik dan masyarakat Indonesia dan memperlemah kerukunan hidup umat beragama dan memperlemah persatuan dan kesatuan nasional. Dengan kata lain, pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menciptakan Ukhuwah Islamiyah dan dalam arti yang luas, yaitu Ukhuwah fi al-Ubudiyah, Ukhuwah fi al-Insaniyah, Ukhuwah fi al-Wathaniyah wa al-nasab, dan

Ukhuwah fi din al-Islam.

Terdapat tiga landasan yang mendasari pelaksanaan pendidikan agama Islam di lembaga pendidikan dasar dan menengah. Ketiga landasan tersebut adalah Pertama, Landasan yuridis. yakni Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, pasal 12 ayat 1 poin a, yang mengatakan, “ Setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya oleh pendidik yang segama “. Kedua, Landasan Psikologis. Yakni landasan yang berhubungan dengan aspk kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa manusia dalam hidupnya baik sebagai individu maupun sebgai anggota masyarakat, dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram, sehingga memerlukan suatu peganangan hidup.


(10)

2

Pegangan hidup itu dinamakan dengan agama. Ketiga, Landasan religius. Yakni landasan yang bersumber dari ajaran Islam. Mnurut ajaran islam pendidikan agama adalah perintah Allah SWT dan merupakan perwujudan beribadah kepada-Nya. Landasan ini bersumber dari Al-Quran dan Hadits.1

Secara Fungsi, pendidikan agama diselenggarakan di sekolah adalah untuk pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah serta akhlak mulia peserta didik secara optimal, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman dalam meniti kehidupan untuk mencapai kebahagiaan hidup bak di dunia ini maupun di akhirat kelak. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam yang berkaitan dengan hubungan sosial kemasyarakatan. Perbaikan kesalahpahaman, kesalahan dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif baik yang berasal dari pengaruh budaya asing maupun kehidupan sosial kemasyarakatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran tentang pengetahuan ilmu keagamaan secara umum, sistem dan fungsionalnya dalam kehidupan sehingga terbentuk pribadi muslim yang sempurna. Penyiapan dan penyaluran peserta didik untuk mendalami pendidikan agama ke lembaga pendidikan yang lebih tinggi.2

1

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Bandung ; Alfabeta, 2012 ) Cetakan ke III, h. 201-203

2

Asmaun Sahlan. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah.( Malang; UIN-Maliki Press, 2009 ) Cetakan ke I jilid I h. 20


(11)

3

Krisis moral dikalangan peserta didik nampaknya menjadi tantangan utama saat ini. Seperti tawuran anak Sekolah, Rendahnya disiplin diri, kecurangan dalam ujian, bahkan sampai masuk kedalam tataran penggunnaan Psikotropika dan Narkotika.3

Realitas buram terkait krisis moral dikalangan peserta didik mendorong timbulnya berbagai gugatan terhadap efektifitas pendidikan agama yang selama ini dipandang oleh sebagian besar masyarakat telah gagal dalam membangun

afeksi anak didik dengan nilai-nilai yang eternal Serta mampu menjawab tantangan zaman yang terus berubah. Terlebih lagi dalam hal ini, dunia pendidikan yang mengemban peran sebagai pusat pengembangan Ilmu dan sumber daya manusia, dan pusat kebudayaan kurang berhasil dalam mengemban misinya. Sistem pendidikan yang dikembangkan selama ini lebih mengarah pada pengisian kognitif peserta didik, sehingga melahirkan lulusan yang cerdas tetapi kurang bermoral.4

Menyikapi permasalahan diatas, perlu kiranya pelakasanaan pendidikan Islam disekolah mulai ditanamkan dan ditumbuhkembangkan melalui Strategi pendidikan yang mengedapankan sikap atau afektif dan Psikomotornya. Seperti halnya pembentukan budaya religius di sekolah. Melalui budaya religius inilah moral siswa dapat diperbaiki sebab budaya religius tersebut menjadi penting karena pada hakikatnya adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak ketika warga sekolah

3

Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspekstif Islam. ( Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2012 ) Cetakan ke IV jilid II h.4-5

4

Sahlan, Mewujudkan...65


(12)

4

mengikuti tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.5 Dengan demikian pengetahuan tentang pendidikan Islam yang diberikan kepada peserta didik tidak lagi berhenti pada ranah kognitif nya saja namun telah masuk pada ranah pengejawantahan terhadap nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam bentuk sikap keseharian. Dan inilah nanti yang akan membentuk kepribadian peserta didik menjadi pribadi yang unggul.

Untuk mendukung keberhasilan strategi pengembangan pendidikan agama Islam dalam mewujudkan budaya religius sekolah dapat dilakukan melalui kebijakan pimpinan sekolah, yakni Kepala Sekolah.6

Kepala sekolah disini berperan sebagai kekuatan sentral yang menjadi kekuatan penggerak kehidupan sekolah.7 Kepala sekolah tidaklah orang yang harus bekerja sendiri, melainkan orang yang memiliki kompetensi mengatur kerja sama seluruh Komponen dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Ibarat struktur anatomi tubuh, seorang pemimpin adalah kepala. Kepala berposisi paling atas. Di dalam kepala ada otak yang berfungsi memberikan perintah-perintah kerja pada organ tubuh lainnya. Kepala sekolah adalah konseptor dalam sebuah organisasi yang dipimpinnya. 8 dan seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar

5

Sahlan, Mewujudkan...77

6

Sahlan, Mewujudkan...86

7

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. ( Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 1999 ) Cetakan ke II, h. 82.

8

Baharuddin dan Makin, Manajemen Pendidikan Islam. ( Malang; UIN Maliki Press, 2010 ) Cetakan ke I, h.52


(13)

5

mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang mmberi mata pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.9

Berangkat dari pemahaman diatas penulis menemukan sebuah lembaga pendidikan Islam terkenal di wilayah surabaya. Yakni SMP Al Hikmah, Sekolah tersebut mengembangkan sebuah kurikulum yang merupakan paduan antara kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Khas Al Hikmah dan Kurikulum Matrikulasi. Serta memiliki tujuan dan target pendidikan dan pengajaran yakni Ketaqwaan yang tangguh, Akhlaq yang karimah, Prestasi akademis optimal, dan berwawasan kebangsaan, Global dan Islami.10

Atas dorongan inilah, penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dan Proposal skripsi dengan judul : “ Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Agama Islam Sebagai Budaya Sekolah di SMP Al-Hikmah Surabaya “

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih jauh mengenai peran kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya maka dapat diuraikan beberapa rumusan masalah penting yaitu :

9

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah...83

10

Http//Www.SMP.alhikmahsby.sch.id, diakses pada 03 November 2015


(14)

6

1. Bagaimana bentuk pengembangan pendidikan Islam sebagai budaya sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya ?

2. Bagaimana peran kepala Sekolah dalam pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya Sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian dalam proposal Skripsi ini yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana peran kepala sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pengembangan pendidikan Islam sebagai budaya sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya.

3. Untuk mengetahui bagaimana peran kepala Sekolah dalam pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya Sekolah di SMP Al Hikmah Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Bertumpu pada tujuan penelitian diatas maka kegunaan penelitian ini adalah :


(15)

7

a. Sebagai karya Ilmiah dalam upaya mengembangkan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu tugas dan syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana strata satu ( S1 ).

b. Untuk menambah referensi bagaimana mengelola sebuah lembaga pendidikan yang efektif dan efisien di Era Globalisasi.

2. Bagi Praktisi Pendidikan

Dari Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan wawasan bagi para pengelola lembaga pendidikan dalam melaksanakan perannya sebagai supervisor, administrator, pemimpin pendidikan, manajer dan upaya apa saja yang dilakukan untuk mengembangkan lembaga pendidikan.

E. Penelitian Terdahulu

Pada tahun 2007, Samrotul Mufidah11 meneliti Peran Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Di SMK “ Antartika 1 “ Sidoarjo. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk kualitatif deskriptif yaitu memaparkan keadaan objek yang diteliti dengan sebenarnya berdasarkan fakta dilapangan dengan pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Skripsi tersebut mendeskripsikan peran kepala sekolah sebagai supervisor, administrator, pemimpin pendidikan dan manajer dalam mnegembangkan lembaga pendidikan di SMK Antartika 1 Sidoarjo sehingga, menjadi kepala sekolah unggul.

11

Samrotul Mufidah, “ Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan di SMK Antartika 1 Sidoarjo.” ( Skripsi, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2007 ) h.vi


(16)

8

Dalam pelaksanaan perannya tersebut kepala sekolah berpedoman pada program kerja kepala sekolah. Sehingga, kepala sekolah mampu mengembangkan lembaganya dengan beberapa upaya yaitu : a. Pembuatan RIPS b. Program kerja Sekolah c. RAPBS d. Rencana Pengembangan SDM.

Dalam pelaksanaannya tersebut meskipun tidak mudah tetapi, mampu berjalan dengan lancar dan hasil yang maksimal hal ini terbukti dengan berjalannya RIPS, berjalannya program kerja sekolah, SD yang berkualitas, dukungan dan kepercayaan masyarakat, Dunia usaha dan pemerintah ( baik daerah, propinsi dan pusat ), keuangan yang surplus, kelengkapan sarana dan prasarana SMK Antartika 1 Sidoarjo serta Akreditasi “ A “ dari departemen Pendidikan.

Judul Penelitian diatas hampir sama tetapi berbeda dengan Judul skripsi yang sudah kami ajukan yakni “ Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan Pendidikan Agama Islam Sebagai Budaya Sekolah di SMP Al-Hikmah Surabaya “.

Persamaannya ada pada peran kepala sekolah sedangkan Perbedaannya terdapat pada pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya sekolah.


(17)

9

Untuk menghindari kesalahfahaman dalam memahami judul penelitian skripsi diatas, maka kiranya perlu penulis jelaskan terlebih dahulu apa maksud yang terdapat dalam judul tersebut :

1. Peran kepala Sekolah

Perangkat yang diharapkan dari kepala sekolah selaku tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang mmberi mata pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.12

2. Pengembangan pendidikan agama Islam

Suatu usaha sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh ( Kaffah ). Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.13

3. Budaya Sekolah

Terwujudnya nilai-nilai ajaran agama sebagai tradisi dalam berprilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar

12

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah...83

13

Heri Gunawan, Kurikulum...201


(18)

10

maupun tidak ketika warga sekolah mengikuti tradisi yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah sudah melakukan ajaran agama.14

4. SMP Al-Hikmah Surabaya

Sekolah tersebut mengembangkan sebuah kurikulum yang merupakan paduan antara kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Khas Al-Hikmah dan Kurikulum Matrikulasi. Serta memiliki tujuan dan target pendidikan dan pengajaran yakni Ketaqwaan yang tangguh, Akhlaq yang karimah, Prestasi akademis optimal, dan berwawasan kebangsaan, Global dan Islami.15

14

Sahlan, Mewujudkan...77

15

SMP.alhikmahsby.sch.id, diakses pada 03 November 2015


(19)

11

G. Sistematika Pembahasan

Agar penelitian ini mudah dipahami, maka penulis akan menyusun sistematika Pembahsan sebagai berikut :

Dalam bab 1 yang merupakan bab pendahuluan akan dibahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Sedangkan bab II memuat kajian teoritis yang terdiri dari : peran kepala sekolah, peran kepala Sekolah dalam pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya Sekolah dan bentuk pengembangan pendidikan Islam sebagai budaya sekolah.

Pada paparan bab III memuat pembahasan tentang metode penelitian yang berisi jenis dan pendekatan penelitian, populasi dan sample, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan instrument penelitian dan teknik analisi data.

Selanjutnya bab IV memuat paparan data hasil penelitian yang meliputi gambaran umum obyek penelitian, penyajian data dan analisisnya.


(20)

Bab II

KAJIAN PUSTAKA A. Konsepsi Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah orang ( guru ) yang memimpin suatu sekolah.1 Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai “ seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.2

Kepala sekolah juga merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.3

Dalam Islam sendiri pemimpin dalam hal ini adalah kepala sekolah sering dikenal dengan perkataan khalifah yang bermakna “wakil”. Seperti dalam surah Al Baqarah (2):30 :

                                              1

Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai pustaka, 1989), h.421

2

Wahjosumidjo, kepemimpinan Kepala Sekolah, ( Jakarta: PT Grafindo Persada, 1999), cetakan ke I, h. 83

3

Mulyasa. Menjadi kepala sekolah profesional. ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011 ) Cetakan ke IV, h.24


(21)

2

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Begitu pula dalam sebuah hadits Bukhari Muslim diriwayatkan :

( ﻠﺴ ىر ﺎﺨﺑ هاور ) ﮫﺘﯿﻋر ﻦﻋ لﻮﺌﺴ ﻠ و عار ﻠ

“ Setiap kalian adalah pemimpin dan karenanya akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinan.”

(HR Bukhari Muslim)

Sukses tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan kepala sekolah dalam mengelola setiap komponen sekolah ( Who is behind the school ) . Kemampuan kepala sekolah tersebut terutama berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman mereka terhadap manajemen dan kepemimpinan, serta tugas yang dibebankan kepadanya; karena tidak jarang kegagalan pendidikan dan pembelajaran di sekolah disebabkan oleh kurangnya pemahaman kepala sekolah terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai suatu tujuan serta mewujudkan visi dan misinya terletak


(22)

3

pada bagaimana manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah, khsusunya dalam menggerakkan dan memberdayakan berbagai komponen sekolah. 4

Dalam prosesnya, interaksi berkualitas yang dinamis antara kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, dan peserta didik memainkan peran sangat penting, terutama dalam penyesuaian berbagai aktivitas sekolah dengan tuntutan globalisasi, perubahan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan situasi, kondisi dan lingkuangannya. Ke semuanya itu sangat menuntut kompetensi dan profesinalitas kepala sekolah, untuk memungkinkan terciptanya interaksi berkualitas yan dinamis.

Peranan strategis kepala sekolah ini, menimbulkan dua kemungkinan bagi sekolah. Bila figur kepala sekolah benar-benar profesional, maka dapat menghasilkan berbagai keuntungan bagi lembaga pendidikan, seperti stabilitas, kemajuan, pengembangan, citra baik, respon positif dari masyarakat, penghargaan dari negara, peningkatan prestasi dan sebagainya. Bila figur kepala sekolah tidak profesional, maka justru menjadi musibah bagi lembaga pendidikan yang akan mendatangkan berbagi kerugian. Misalnya, kemerosotan kualitas, penurunan prestasi, citra buruk, respon negatif dari masyarakat, kondisi labil, konflik yang tidak sehat, dan berbagai fenomena yang kontra- produktif. 5

Untuk itu, kepala sekolah sebagai pemimpin yang membawa kemajuan sekolah yang dipimpinnya harus memiliki karakter dan kriteria tertentu.

4

Mulyasa. Manajemen & Kepemimpinan kepala sekolah. ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012 ) Cetakan ke III h.5

5

Qomar, Mujamil. Manajemen pendidikan Islam. ( Jakarta : Penerbit Erlangga, 2007 ) Cetakan ke II h.287


(23)

4

Wahjosumijo menyatakan bahwa kepala sekolah yang berhasil adalah mereka yang memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik, serta mampu melaksanakan peranannya sebagai seseorang yang diberi tanggung jawab untuk memimpin sekolah. Sedangkan Dede Rosyada menegaskan bahwa sekolah akan mencapai performa terbaik jika dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang kuat, visioner, konsisten, demokratis, dan berani mengambil putusan-putusan strategis. 6

B. Peran kepala sekolah

Peran utama kepala sekolah antara lain adalah mengembangkan agar sekolah menjadi lembaga pendidikan yang baik dan mampu mencapai tujuan pendidikan Deskripsi bermakna bahwa peran kepala sekolah sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya sekolah dalam menjalankan tugas kekepalasekolahan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Baik atau buruk sebuah sekolah lebih banyak ditentukan oleh kemampuan profesional kepala sekolah sebagai pengelolahnya.7

Dalam pengelolaan kerja, seorang kepala sekolah seharusnya dapat memahami seperangkat peran yang diemban dalam statusnya itu. Seperangkat peran itu menjadi bagian dalam pengelolaan kerja, dan langsung maupun tidak langsung terkait dengan pelaksanaan tugas. Peran penting yang perlu melekat dalam diri dan pelaksanaan tugas kepala sekolah, anatara lain ; (1) peran

6

Ibid,. h .288

7

Sudarwan Danim & Suparno, Manajemen dan kepemimpinan tranformasional kekepalasekolahan, ( Jakarta : PT Rineka Cipta 2007), cetakan ke III, h. 13-14


(24)

5

manajerial, (2) peran Educator, (3) peran administrator, (4) peran leader, (5) Wirausahawan, (6) Pencipta Iklim Kerja dan (7) Penyelia ( Supervisor ). 8

1. Peran manajerial

Sebagai pengelola, kepala sekolah secara opersional melaksanakan pengelolaan kurikulum, peserta didik, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah-masyarakat, dan ketatusahaan sekolah. Semua kegiatan-kegiatan operasioanl tersebut dilakukan melalui seperangkat prosedur kerja berikut : Perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Berdasarkan tantangan yang didahapi sekolah, maka sebagai pemimpin, kepala sekolah melaksanakan pendekatan-pendekatan baru dalam rangka meningkatkan kapasitas sekolah.

2. Peran Educator (Pendidik)

Sebagai pendidik, kepala sekolah melaksanakan kegiatan perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi pembelajaran. Kegiatan perencanaan menuntut kapabilitas dalam menyusun perangkat-perangkat pembelajaran; kegiatan pengelolaan mengharuskan kemampuan memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan efisien, dan kegiatan mengevaluasi mencerminkan kapabilitas dalam memilih metode evaluasi yang tepat dan dalam memberikan

8

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007) cetakan ke II , h. 98-122


(25)

6

tindak lanjut yang diperlukan terutama bagi perbaikan pembelajaran. Sebagai pendidik, kepala sekolah juga berfungsi membimbing siswa, guru dan tenaga kependidikan lainnya.

3. Peran Administrator

Dalam pengertian yang luas, kepala sekolah merupakan pengambil kebijakan tertinggi di sekolahnya. Sebagai pengambil kebijakan, kepala sekolah melakukan analisis lingkungan ( politik, ekonomi, dan sosial-budaya ) secara cermat dan menyusun strategi dalam melakukan perubahan dan perbaikan sekolahnya. Dalam pengertian yang sempit, kepala sekolah merupakan penanggung jawab kegiatan administrasi ketatausahaan sekolah dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

4. Peran pemimpin ( Leader )

Sebagai pemimpin, kepala sekolah berfungsi menggerakkan semua potensi sekolah, khususnya tenaga guru dan tenaga kependidikan bagi pencpaian tujuan sekolah. Dalam uapaya menggerakkan potensi tersebut, kepala sekolah dituntut menerapkan prinsip-prinsip dan metode-metode kepemimpinan yang sesuai dengan mngedepankan keteladanan, pemotivasian dan pemberdayaan staf.

5. Peran Wirausahawan

Sebagai wirausahawan, kepala sekolah berperan sebagai inspirator bagi munculnya ide-ide kreatif dan inovatif dalam mengelola sekolah. Ide-ide kreatif


(26)

7

diperlukan terutama karena sekolah memiliki keterbatasan sumber daya keuangan dan pada saat yang sama memiliki kelebihan dari sisi potensi baik internal maupun ekstenal, terutama yang bersumber dari masyarakat maupun dari pemerintah setempat.

6. Peran Pengembang Iklim sekolah

Budaya dan iklim yang kondusif akan memotivasi dan meningkatkan semangat personil atau staf sekolah dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya, maupun proses belajar siswa. Budaya dan iklim kerja tersebut selanjutnya akan mendorong segenap pihak di sekolah untuk meningkatkan hasil yang dicapai. Iklim kerja kebersamaan dan saling mendukung antarpersonil atau staf sekolah misalnya, akan memberikan rasa dan sikap kepuasan personil atau staf sekolah dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya. Sebaliknya, iklim kerja kerja kurang peduli, masa bodoh, memntingkan diri sendiri, dan lain sejenisnya, tentu kurang akan emmberikan gairah dan tanggung jawab kerja yang baik terhadap personil atau staf. Oleh karena itu, kepala sekolah senantiasa harus menciptakan, membina dan mengembangkan budaya serta iklim kerja yang kondusif dan dapat diterima oleh segenap warga sekolah.9

7. Peran penyelia ( Supervisor )

Peran ini terkait dengan tindakan kepala sekolah untuk senantiasa melakukan pemantauan ( monitoring ) dan pengawasan ( supervisi ) terhadap pelaksanaan kerja personil atau staf di sekolah secara rutin maupun berkala.

9

Iskandar Agung dan Yufridawati, Pengembangan pola kerja Harmonis dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, ( Jakarta: PT.Bestari Buana Murni, 2013 ) cetakan ke-I,h 103


(27)

8

Untuk mnegtahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran misalanya, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan pemantauan dan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan, dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran – tingkat penguasaan kompetensi guru- selanjutnya diupayakan solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

Jones dkk mengemukkakan bahwa menghadapi kurikulum yang berisi perubahan-perubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah. Tindakan pemantauan dan pengawasan oleh kepala sekolah dapat memebrikan informasi berharga guna memberikan masukan bagi personil atau staf sekolah melakukan perbaikan pelaksanaan tugas atau kerja yang diperlukan.10

C. Standar Kompetensi Kepala Sekolah

Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu jika menguasai kecakapan bekerja sebagai suatu keahlian selaras dengan bidangnya. Kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan disyaratkan menguasai keterampilan

10

Ibid .,h100


(28)

9

dan kompetensi tertentu yang dapat mendukung pelaksanaan tugasnya. Suhertin mengartikan “ Kompetensi sebagai kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan “. Kompetensi diperoleh melalui berbagai macam pendidikan dan pelatihan yang diikuti dengan standar dan kualitas tertentu dengan tugas yang akan dilaksanakan. Hal ini senada dengan apa yang dikemukakan oleh supandi bahwa : 11

“ Kompetensi adalah seperangkat kemampuan untuk melakukan sesuatu jabatan, dan bukan semata-mata pengetahuan saja. Kompetensi menuntut kemampuan kognitif, kondisi afektif, nilai-nilai dan keterampilan tertentu yang khas dan spesifik berkaitan dengan karakteristik jabatan atau tugas yang dilaksanakan.”

Spesifikasi kemampuan tersebut dimaksudkan agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugas secara baik dan berkulaitas. Kepala sekolah yang memnuhi kriteria dan persyaratan suatu jabatan berarti berwenang atas jabatan atau tugas yang diberikan dengan kata lain memenuhi persyaratan Kompetensi.

Dengan demikian kompetensi kepala sekolah adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan seorang kepala sekolah dalam kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau berkemampuan dalam mengambil keputusan tentang penyediaan, pemanfaatan dan peningkatan potensi sumberdaya yang ada untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.

11

A.S Wahyudi, Manajemen Strategi, ( Jakarta : Binarupa Aksara, 1996 ) Cetakan ke I .h. 28


(29)

10

Menurut peratutan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Taun 2007, tentang standar kepala sekolah/madrasah, bahwa kepala sekolah harus memiliki standar kompetensi “ (1) Kompetensi Kepribadian, (2) Kompetensi Manajerial, (3) Kompetensi Kewirausahaan, (4) Kompetensi Supervisi dan (5) Kompetensi Sosial.”12

1. Kompetensi Kepribadian

Ketika seseorang membicarakan mengenai kepribadian tentunya harus di lihat dari sudut pandang psikologi dan harus pula dianalisis melalui psikologi kepribadian. Kepribadian merupakan suatu masalah yang abstrak, hanya dapat di lihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, dan cara berpakaian seseorang. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda.

Menurut Hipocrates bahwa dalam diri manusia terdapat empat macam sifat yaitu tanah sifat kering terdapat dalam chole (empedu kering), air sifat basah terdapat dalam melanchole(empedu hitam), udara sifat dingin tedapat dalam phlegma (lendir), dan api sifat panas terdapat dalam sanguis (darah). Kemudian Galenus menyempurnakan pendapat Hipocrates dan membeda-bedakan kepribadian atas dasar keadaan proporsi campuran cairancairan. Hipocrates dan Galenus mengikhtisarkan kepribadian empat macam cairan badan yang dominan yaitu:13

12

Muhaimin Dkk, Manajemen Pendidikan ; Aplikasinya dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, ( Jakarta, Kencana, 2011), Cetakan ke II,h. 42

13

Syaiful Sagala,Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009) Cetakan ke III h.126.


(30)

11

a. Chole mempunyai prinsip tegangan, tipe kholeris, dan sifat khasnya hidup (besar semangat), hatinya mudah terbakar, daya juang besar, dan optimistis.

b. Melancholemempunyai prinsip penegaran (rigidity), tipe melankholis, dan sifat khasnya mudah kecewa, daya juang kecil, muram, dan pesimis. c. Phlegma mempunyai prinsip plastisitas, tipe phlegmatic, dan sifat khasnya

tak suka terburu-buru (kalem, tenang), tak mudah dipengaruhi, setia.

d. Sanguis mempunyai prinsip ekspansivitas, tipe sanguinis, dan sifat khasnya hidup, mudah berganti haluan, dan ramah.

Bagi kepala sekolah perlu memiliki kemampuan mengenal kepribadian guru dan personel lainnya dengan menggunakan tipe yang dikemukan oleh Hipocrates dan Galenus. Secara umum manusia mempunyai tipe-tipe tersebut, hanya saja ada kecenderungan yang lebih besar pada salah satu chole, melancole, phlegm, atausanguis, jika salah satu dominan maka lainnya tidak dominan. Hal yang demikianini selalu ditemukan bagi setiap pribadi manusia.

Identitas pribadi seseorang menurut Erikson tumbuh dan terbentuk melalui perkembangan proses krisis psikososial yang berlangsung dari fase ke fase.14 Erikson berasumsi bahwa setiap individu yang sedang tumbuh di paksa harus menyadari dan berinterkasi dengan lingkungan sosialnya yang berkembang makin luas. Jika individu bersangkutan mampu mengatasi krisis demi krisis yang akan muncul dengan suatu kepribadian yang sehat dan ditandai dengan

14

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosda Karya Remaja, 2003). Cetakan ke II,h 117.


(31)

12

kemampuannya menguasai lingkungannya, fungsi-fungsi psiko fisiknya terintegrasi, dan memahami dirinya secara optimal.

Oleh karena itu kompetensi kepribadian merupakan suatu performansi pribadi (sifat-sifat) yang harus dimiliki seeorang. Dimensi kompetensi kepribadian kepala sekolah dijabarkan sebagai berikut:15

a. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah / Madrasah. b. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin.

c. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah.

d. Bersikap terbuka dalam melaksnakan tugas pokok dan fungsi.

e. Mampu mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah.

f. Memiliki bajat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan. 2. Kompetensi Manajerial

Seorang kepala sekolah, di samping harus mampu melaksanakan proses manajemen yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga dituntut untuk memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan.

Menurut pendapat Sanusi yang dikutip M. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir bahwa:

15

Ibid ,.h127


(32)

13

“Perubahan dalam peranan dan fungsi sekolah dari yang statis di jaman lampau kepada yang dinamis dan fungsional-konstruktif diera globalisasi, membawa tanggung jawab yang lebih luas kepada sekolah, khususnya kepada administrator sekolah. Pada mereka harus tersedia pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan nyata masyarakat serta kesediaan dan keterampilan untuk mempelajari secara kontinyu perubahan yang sedang terjadi di masyarakat sehingga sekolah melalui program-program pendidikan yang disajikannya dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dan kondisi baru.16

Diisyaratkan oleh pendapat tersebut, bahwa kepala sekolah sebagai salah satu kategori administrator pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikannya dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk perkembangan kebijakan makro pendidikan. Wujud perubahan dan perkembangan yang paling aktual saat ini adalah makin tingginya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, dan gencarnya tuntutan kebijakan pendidikan yang meliputi peningkatan aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu, efisiensi dan relevansi.

Kompetensi manajerial yang tertuang dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17 April 2007 adalah sebagai berikut:

1. Mampu menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.

16

https://sujarwohart.wordpress.com/page/4/ diunduh pada tanggal 03 Januari 2016


(33)

14

2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan. 3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya

sekolah/madrasah secara optimal.

4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.

6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.

8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencairan dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.

9. Mengelola peserta didik dalam rangkapenerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.

10.Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajarn sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional

11.Mengelola keuangan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan Sekolah.

12.Mengelola layanan unit khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah.


(34)

15

13.Mengelola sistem informasi sekolah dan mendukung penyusunan program dan pengamblan keputusan.

14.Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manjemen sekolah.

15.Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya. 17

3. Kompetensi Kewirausahaan

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses menciptakan sesuatu yang baru dan berani mengambil resiko dan mendapatkan keuntungan. Para ahli sepakat bahwa yang dimaksud dengan kewirausahaan menyangkut tiga prilaku yaitu: (a) kreatif, (b) komitmen (motivasi tinggi dan penuh tanggungjawab), (c) berani mengambil resiko dan kegagalan.

Dimensi kompetensi kewirausahaan kepala sekolah dijabarkan sebagai berikut:

1) Menciptakan inovasi yang bergunabagi pengembangan sekolah. 2) Bekerja keras untuk mencapaikeberhasilan sekolah.

3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah.

4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yangdihadapi sekolah.

17

Muhaimin Dkk, Manajemen Pendidikan ; Aplikasinya dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, ( Jakarta, Kencana, 2011) Cetakan ke II ,h 43


(35)

16

5) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar siswa.

4. Kompetensi Supervisi

Untuk mencapai hasil yang diinginkan atau yang akan direncanakan, kepala sekolah dalam mengelola kegiatan perlu melakukan pembinaan dan penilaian. Pembinaan lebih kearah memberi bantuan kepada guru-guru dan personel lainnya sedangkan penilaian lebih kearah mengukur dengan cara melakukan audit mutu tentang prosedur kerja dan instruksi kerja yang telah ditetapkan secara bersama-sama dapat tercapai atau tidak. Tindakan pemantauan dan pengawasan oleh kepala sekolah tersebut dapat memberikan informasi berharga guna memberikan masukan bagi personil atau staf sekolah untuk melakukan perbaikan pelaksanaan tugas atau kerja yang diperlukan.18

Dimensi kompetensi kewirausahaan kepala sekolah dijabarkan sebagai berikut:

a) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

b) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

c) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

18

Iskandar Agung dan Yufridawati, Pengembangan pola kerja Harmonis dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, ( Jakarta: PT.Bestari Buana Murni, 2013 )Cetakan ke I h 100


(36)

17

5. Kompetensi Sosial

Pakar psikologi pendidikan menyebut kompetensi sosial itu sebagai Social Intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan ( logika, bahasa, musik, raga, ruang, pribadi, alam dan kuliner ). Semua kecerdasan itu dimiliki oleh seseorang, hanya mungkin beberapa diantaranya menonjol dan yang lain biasa saja atau kurang. Uniknya beberapa kecerdasan tersebut bekerja secara terpadu dan simultan ketika seseorang berpikir atau mengerjakan sesuatu.

Menurut ramly kepala sekolah merupakan suatu cermin. Kepala sekolah sebagai cermin memberikan gambaran ( Pantulan diri ) bagaimana dia memandang dirinya, masa depannya, dan profesi yang ditekuninya. Berdasarkan uraian tersebut, yang dimaksud dengan kompetensi sosial merupakan suatu kemampuan seorang kepala sekolah dalam hal berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan : a) Peserta didik, b) sesama pendidik, c) tenaga kependidikan, d) Orang tua atau wali peserta didik dan e) masyarakat sekitar.19

Adapun Dimensi kompetensi sosial kepala sekolah dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah. 2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.

3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lai. 20

19

A.S Wahyudi, Manajemen Strategi, ( Jakarta : Binarupa Aksara, 1996 ).Cetakan ke I,h 32

20

Muhaimin Dkk, Manajemen Pendidikan ; Aplikasinya dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, ( Jakarta, Kencana, 2011)Cetakan ke II,h 44


(37)

18

D. Strategi pengembangan PAI di Sekolah

1. Meningkatkan kualitas pembelajaran

Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan.21 Pembelajaran merupakan sistem, yaitu suatu totalitas yang melibatkan berbagai komponen yang saling berinteraksi.22

Menurut Depag ( 2004 )konspe pendekatan terpadu dalam pembelajaran agama Islam meliputi : 1) Keimanan, 2) Pengamalan, 3) Pembiasaan, 4) Rasional, 5) Emosional, 6) Fungsional, 7) dan Keteladanan.23

Sedangkan Hamalik mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut yaitu :1) Tujuan, 2) Guru, 3) Siswa, 4) Materi, 5) Metode, 6) Sarana/alat/media, 7) Evaluasi dan 8) Lingkungan.24

Agar berbagai unsur tersebut dapat berjalan secara sinergis, maka diperlukan pengembangan pembelajaran PAI yang baik.25 Adapun tujuan manajemen pemebelajaran adalah untuk menciptakan proses belajar mengajar yang dengan mudah direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan, dan

21

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Bandung; Alfabeta, 2012)Cetakan ke II h.108

22

Ibid, h 108

23

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru ( Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2013 ) Cetakan ke I h 134.

24

Oemar Hamalik, Kurikulum dan pembelajaran, Cet. Keenam ( jakarta: Bumi Aksara, 2003) h.57

25

Ibrahim bafadhal, Dasar-dasar menajemen supervisi taman kanak-kanak, ( Jakarta Bumi Kasara, 2004 ) Cetakan ke II h.11


(38)

19

dikendalikan dengan baik. Dengan proses belajar mengajar yang demikian itu, maka pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan efisien yang pada akhirnya akan dicapai pembelajaran PAI yang berkualitas.

Efektif artinya dapat membelajarkan anak didik sehingga membentuk meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dngan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta pengembangan selanjutnya. Sementara, yang dimaksud dengan efisien disini adala mendayagunakan tenaga, waktu, biaya, ruang atau gedung, dan fasilitas sehemat mungkin.26

Dalam pengembangan pembelajaran PAI tendapat komponen-komponen pembelajaran, meliputi : Kesiswaan, guru, metode, evaluasi. Adapun bentuk pengelolaannya sebagai berikut :

a. Pengelolaan Siswa

Dalam kurikulum berbasis kompetensi, siswa merupakan “ produsen “, artinya siswa sendirilah yang mencari tahu pengetahuan yang dipelajarinya.27 Siswa dalam suatu kelas biasanya memiliki kemampuan yang beragam : pandai, sedang dan kurang. Karenanya guru perlu mengatur kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan, berkelompok atau klasikal. Jika berkelompok, kapan siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuan sehingga ia dapat berkosentrasi

26

Ibid,. h.11

27

Abdul Majid, perencanaan Pembelajaran, ( Bandung: remaja Risdakarya, 2005) Cetakan ke II, h. 112


(39)

20

membantu yang kurang, dan kapan siswa dikelompokkan secara campuran berdasarkan kemampuan sehingga terjadi tutor sebaya.

Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya. Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung. Menurut Andree, ada beberapa macam pengelompokan siswa, di antaranya :

1) Task Planning groups, bentuk pengelompokan berdasarkan rencana tugas yang akan di berikan guru.

2) Seating groups, pengelompokan yang bersifat umum, di mana 4-6 siswa duduk mengelilingi satu meja.

3) Join learning Groups, pengelompokkan siswa dimana satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan saling terkait dengan kelompok lain. 4) Collaborative-group, kelompok kerja yang menitikberatkan pada

kerjasama tiap individu dan hasilnya sebagai sesuatu yang teraplikasi.28

b. Pengelolaan guru

Dalam proses pembelajaran, guru memegang peranan yang penting. Oleh karena itu, mereka harus memiliki berbagai kompetensi yang diperlukan dalam memberikan arahan, bimbingan dan pendampingan terhadap para siswanya.

Berkenaan dengan standar kompetensi guru, menurut Madjid29 bahwasanya dirjen pendidikan dasar dan menengah departemen pendidikan

28

Ibid


(40)

21

nasional telah menyusun secara khusus rumusan standar kompetensi guru yang terdiri dari komponen, yaitu :

1) Komponen kompetensi pengelolaan pembelajaran yang meliputi: menyusun rencana pembelajaran; pelaksanaan interaksi belajar mengajar; penilaian prestasi belajar peserta didik; pelaksanaan tindak lanjut penilaian.

2) Komponen kompetensi pengembangan potensi yaitu pengembangan profesi. 3) Komponen kompetensi penguasaan akademik yang meliputi pemahaman

wawasan pendidikan dan penguasaan bahan kajian. c. Pengelolaan metode

Metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti melalui, dan hodos yang berarti jalan ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab, metode disebut tariqah, artinya jalan, cara sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Menurut istilah, metode ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita.30

Pengelolaan metode secara tepat akan dapat meningkatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Hal ini sesuai dengan ungkapan “ Athoriqoh ahamm min al maddah “ bahwasanya ( metode yang lebih penting dari materi pelajaran ).

Berkenaan dengan metode, memang ada beberapa istilah yang biasanya digunakan oleh para ahli pendidikan islam yakni: (1) min haj at-Tarbiyah Islamiyah; (2) Wasilatu at-Tarbiyah Islamiyah; (3) Kaifiyatu at-tarbiyah

al-29

Ibid, 128

30

Aat Syafaat Dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam, Dalam mencegah kenakalan Remaja ( Juvenile Delinquency ), ( Jakarta;PT.Raja Grafindo Persada, 2008 )cetakan ke I h 39


(41)

22

Islamiyah; (4) Thariqatu at-tarbiyah al-Islamiyah. Semua Istilah tesebut sebenarnya merupakan muradif ( kesetaraan ) sehingga semuanya bisa digunakan. Menurut Asnely Ilyas, diantara istilah diatas yang paling populer adalah at-Thariqah yang mempunyai pengertian jalan atau cara yang harus ditempuh.31

Adapun Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran : 32

1) Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan cara menyampaikan ilmu materi ilmu pengetahuan dan agama kepada anak didik dilakukan secara lisan.

2) Metode tanya jawab.

Metode tanya jawab adalah mengajukan pertanyaan kepada peserta didik. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang untuk berfikir dan membimbingnya dalam mencapai kebenaran.

3) Metode Tulisan

Metode tulisan adalah metode mendidik dengan huruf atau simbol apapun, ini merupakan suatu hal yang sangat penting dan merupakan jembatan untuk mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui.

4) Metode Diskusi

31

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru ( Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2013 ) cetakan ke II, h 135.

32

Ibid, h 137


(42)

23

Metode diskusi merupakan salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya.

5) Metode Pemechan Masalah ( Problem Solving )

Metode pemecahan Masalah ( Problem Solving ) merupakan cara memberikan pengertian dengan menstimulasi anak didik untuk memperhatikan, menelaah dan berfikir tentang suatu masalah untuk selanjutnya menganalisi masalah tersebut sebagai upaya untuk memecahkan masalah.

6) Metode Kisah.

Al Quran dan Hadits banyak meredaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para Nabi, Umat terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya, dalam kisah itu tersimpan nilai-nilai pedagogis –religius yang memungkinkan anak didik mampu meresapinya.

Pendidikan dengan metode ini dapat membuka kesan mendalam pada jiwa seseorang ( anak didik ), sehingga dapat mengubah hati nuraninya dan berupaya melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan yang buruk sebagai dampak dari kisah-kisah itu, apalagi penyampaian kisah-kisah tersebut dilakukan dengan cara yang menyentuh hati dan perasaan.

7) Metode perumpamaan

Metode perumpamaan ( al-Amtsal ) adalah suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat


(43)

24

dilakukan dengan men-tasybih-kan sesuatu ( menggambarkan dengan sesuatu yang lain yang serupa ), seperti mengumpamakan sesuatu yang rasional-abstrak dengan sesuatu yang bisa di indera.

8) Metode pemahaman dan penalaran ( al- ma’rifah wa al-nazhariyah )

Metode ini ini dilakukan dengan membangkitkan akal dan kemampuan berpikir anak didik secara logis. Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan pikirannya dalam mendata dan menginventarisasi masalah, dengan cara memilah-milah, membuang mana yang salah, meluruskan yang bengkok, dan mengambil yang benar.

9) Metode perintah berbuat baik dan saling menasehati

Dengan metode ini anak didik diperintahkan untuk berbuat baik dan saling menasehati agar berlaku benar dan memakan makanan yang halal, dan diperintahkan juga untuk saling menasehati agar meninggalkan yang salah, yang buruk, dan segala perbuatan yang haram dan semisalnya.

Pemberian nasehat atau penyuluha kepada anak adalah sesuatu yang niscaya untuk menumbuhkan kesadaran dan menggugah perasaan serta kemauan untuk mengamalkan apa yang diajarkan. Penyuluhan dapat diartikan sebagai proes bimbingan kepada anak didik sebagai subjek individual dan sosial yang perlu diaktualisasikan potensi dan kompetensinya secara maksimal.


(44)

25

10) Metode suri tauladan

Uswah al-hasanah, yaitu metode yang dapat diartikan sebagai “ keteladanan yang baik “. Dengan adanya teladan yang baik itu, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya; dan memang sebenarnyalah bahwa dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh tingkah laku yang baik dalam hal apa pun, maka hal itu merupakan suatu amaliyah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak, maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari.

11) Metode Hikmah dan Mau’izah Hasanah

Hikmah mengandung pengertian perkataan tegas dan benar antara hak dan yang batil. Penggunaan metode hikmah adalah upaya menuntut orang lain menggunakan akalnya untuk mendapatkan kebenaran dan kebaikan, namun untuk itu diperlukan penjelasan yang rasional, keterangan ynag tegas dan apa yang dikemukakan dengan dasar atau alasan yang benar beserta bukti yang nyata. Untuk mewujudkan Hikmah, maka dibutuhkan dua hal, yaitu adnaya akal yang rasional dan ilmu. Sedangkan kata “ al-mau’izhan al-hasanah” adalah mengingatkan dengan cara yang baik.

12) Metode penringatan dan emberian Motivasi

Metode ini adalah suatu kegiatan memberi dorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan kegiatan atau prilaku yang diharapkan oleh guru. Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan mencapai tujuan. Dan jika suatu saat anak seorang anak bersikap


(45)

26

berlawanan dengan perbuatan baik maka guru sebaiknya berpura-pura tidak mengetahui, agar tidak membuka rahasianya. Setelah itu apabila ia mengulangi perbuatannya, maka sebaiknya ia ditegur secara rahasia ( tidak di depan orang lain ) dan memberitahunya akibat buruk dari perbuatannya. Akan tetapi seorang guru dilarang berlebihan dan mengecamnya setiap saat. Sebab terlalu sering menerima kecaman, akan membuatnya menerima hal itu sebagai sesuatu yang biasa dan dapat mendorongnya ke arah perbuatan yang lebih buruk lagi.

13)Metode Praktik

Metode praktik dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seraya dipragakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan gamblang sekaligus dapat mempraktikkan materi yang dimaksud. Karna sesungguhnya memberi pengalaman praktis berarti memberi masukan wawasan dan ilmu pengetahuan.

14) Metode Karyawisata

Sejak lama kita telah mngetahui bahwa taman rekreasi dan tamasya mempunyai pengaruh besar dalam menggiatkan fisik dan jiwa. Oleh karena itu guru berkewajiban mengkhususkan waktunya untuk pergi ke taman rekreasi bersama anak didiknya. Dan sangat bermanfaat bila dalam rekreasi itu ditambahkan hal-hal positif lainnya seperti memberikan penjelasan ihwal sejarah, geografi, pembangunan dan sebagainya. Tidak diragukan lagi anak-anak pasti dapat merekam dan menyimpulkan dalam ingatan mereka semua kenangan indah yang mereka peroleh dari rekreasi yang dinikmatinya sewaktu masih kecil.


(46)

27

15) Pemberian Ampunan dan Bimbingan

Metode ini dilakukan dalam rangka memberi kesempatan kepada anak didik untuk memperbaiki tingkah lakunya dan mengembangkan dirinya.

Bimbingan lebih merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lengkungannya.

16) Metode Kerja Sama

Yang dimaksud dengan metode kerja sama ialah upaya saling membantu antara dua orang atau lebih, antara individu dengan kelompok dan anatara kelompok dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau menyelesaikan problema yang dihadapi dan atau menggarap berbagai program yang bersifat prospektif guna mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama.


(47)

28

Metode ini adalah penyampaian secara bertahap sesuai dengan proses perkembangan anak didik. Artinya dilaksanakan dengan cara pemberian materi pendidikan dengan bertahap, sedikit demi sedikit, dan berangsur-angsur.

d. Pengelolaan Evaluasi

Ragam evaluasi dalam bentuk penilaian kelas menurut madjid meliputi beberapa hal diantaranya :

1) Tes tertulis, yaitu merupakan tes dalam bentuk tulisan. Berfungsi untuk penialian formatif di kelas ( formatif calssroom assessment ) dan sumatif ( sumative classroom assessmen ).

2) Penilaian kerja, yaitu penilaian berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan mengalikasikan pengetahuan yang mendalam.

3) Penilaian portofolio, yaitu merupakan kumpulan atas berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi suatu penilaian.

4) Penilaian proyek, adalah tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data.

5) Penialian hasil kerja ( product assessment), merupakan penilaian terhadap keterampilan siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu dan kualitas produk tersebut. Terdapat dua tahapan penilaian, yaitu : pertama, penilaian


(48)

29

tentang pemilihan dan cara penggunaan alat serta prosedur kerja siswa. Kedua, penilaian tentang kualitas teknis maupun estetik hasil karya atau kerja siswa. 6) Penilaian sikap. Manusia mempunyai sifat bawaan misalnya: kecerdasan,

temperamen, dan sebagainya. Faktor-faktor ini memberi pengaruh terhadap pembentukan sikap warisan, yang terbentuk dengan kuat dari keluarga. Menurut klausmeir, ada dua model belajar dalam rangka pembentukan sikap, yaitu : pertama, mengamati dan meniru; kedua, menerima penguatan, peringatan dapat berupa ganjaran ( penguatan positif ) dan penguatan hukuman ( penguatan Negatif ).

7) Penilaian diri ( self assessment ) adalah penilaian yang dilakukan sendiri oleh guru atau siswa yang bersangkutan untuk kepentingan pegelolaan kegiatan belajar mengajar di tingkat kelas.

8) Peta perkembangan hasil belajar merupakan laporan hasil belajar yang dibuat dalam bentuk garis kontinum ( grafik perkembangan ) yang memuat deskripsi dan uraian perkembangan kemampuan atau kompetensi hasil belajar siswa. Dari peta tersebut dapat dipahami perkembangan kemajuan belajar siswa bersifat multi dimensional, yaitu kemajuan belajar siswa dalam semua bidang studi secara simultan.

9) Analisi instrumen. Suatu instrumen hendaknya dianalisi sebelum digunakan. Ada dua model analisis yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisi kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah pembahasan yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa


(49)

30

dipahami oleh siswa. Sedangkan analsis kuantitatif didasarkan pada tingkat capaian dari materi konstruksi dan pedoman yang dilaksanakan.33

Pengelolaan berbagai komponen pendidikan tersebut mutlak diperlukan untuk efektivitas pembelajaran, khususnya pendidikan agama yang dalam praktiknya masih dihadapkan pada berbagai persoalan seperti beragamnya pemahaman siswa tentang agama, penguasaan guru terhadap meteri pelajaran yang masih beragam, penerpan model evaluasi yang perlu disempurnakan sampai pada persoalan kesan siswa bahwa pelajaran agama terkesan sangat membosankan.

Penataan siswa, peningkatan mutu guru agama, penerapan model evaluasi yang sesuai dan pengembangan metode pembelajaran yang inovatif untuk mata pelajaran agama dilakukan dalam rangka mengatasi berbagai persoalan tersebut. Tujuannya tidak lain agar pembelajaran agama berlangsung secara efektif sehingga tujuan akhir pendidikan yaitu terciptanya prbadi yang beriman, berbudi pekerti luhur yang dibekali dengan kemampuan profesional dapat tercapai.

2. Mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif

Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Prubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman,

33

Abdul madjid, perencanaan...195


(50)

31

sikap dan tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang ada pada individu yang belajar.34

Untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas atau unggul, maka perlu dirancang strategi yang inovatif.35 Inovasi bermula dari suatu pengetahuan dengan nama praktik belajar pengetahuan, kemudian berkembang pada berbagai mata pelajaran atau bidang studi. Praktik belajar tersebut diartikan sebagai suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memhami teori atau konsep-konsep melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Oleh karna itu model pembelajaran ini hasil akhirnya adalah assessment ( Penilaian ) yang bersifat komprehensif, baik dari segi proses maupun produk pada semua aspek pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. 36 sedangkan Pembelajaran unggul adalah proses belajar mengajar yang dikembangkan dalam rangka membelajarkan semua siswa berdasarkan tingkat keunggulannya untuk menjadikannya beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi secara mandiri namun dalam kebersamaan, mampu menghasilkan karya yang terbaik dalam menghadapi persaingan pasar bebas.37

Merujuk pada konsepsi diatas, perlu ditegaskan bahwa pembelajaran unggulan bukanlah pembelajaran yang secara khusus dirancang dan

34

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta ; Kencana, 2010 )Cetakan ke II h. 9

35

Ibrahim Bafadhal, manajemen peningkatan mutu sekolah dasar;dari sentralisasi menuju Desentralisasi, ( Jakarta: Bumi aksara, 2003) h.29

36

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta ; Kencana, 2010 ) Cetakan ke II, h. 10

37

Ibrahim Bafadhal, manajemen peningkatan mutu sekolah dasar;dari sentralisasi menuju Desentralisasi, ( Jakarta: Bumi aksara, 2003) Cetakan ke II h.30


(51)

32

dikembangkan hanya untuk siswa unggul dari sisi akademik semata, melainkan lebih merupakan pembelajaran yang secara metodologis maupun psikologis dapat membuat semua siswa mengalami belajar secara maksimal dengan memperhatikan kapsitasnya masing-masing.

Menurut bafadhal38 ada tiga indikator pembelajaran unggulan. Pertama, pembelajaran unggulan apabila dapat melayani semua siswa ( bukan hanya pada sebagian siswa ). Kedua, dalam pembelajaran unggulan semua anaka mendapatkan pengalaman belajar semaksimal mungkin. Ketiga, walaupun semua siswa mendapatkan penglaman belajar maksimal, prosesnya sangat bervariasi bergantung pada tingkat kemmapuan anak yang bersangkutan. Dengan demikian, pembelajaran yang unggul berpusat ada siswa ( student center ).

Untuk menciptakan proses belajar yang unggul atau berkualitas dalam pembelajaran, maka perlu dikembangkan strategi khusus yang membuat siswa termotivasi untuk belajar dan selalu merasakan kesenangan dalam belajarnya. Strategi pembelajaran PAILKEM merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Dimaksudkan dengan strategi karena bidang garapannya tertuju pada bagaimana cara : (1) Pengorganisasian materi pembelajaran, (2) menyampaikan atau menggunakan metode pembelajaran, dan (3) mengelola pembelajaran sebagaimana yang dikehenndaki.39

38

Ibid, h. 31

39

Hamzah B. Uno & Nurdin Mohammad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, ( Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2011 )Cetakan ke I h.10


(52)

33

PAILKEM merupakan sinonim dari pembelajaran Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif dan Menarik. Sinonim dari PAILKEM tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan engetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam pembelajaran di kelas. Sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan kompetensinya. Lebih dari itu, pembelajaran aktif memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berfiir tingkat tinggi, seperti menganalisis dan mensistemis, serta melakukan penilaian terhadap berbagai peristiwa belajar dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran aktif memiliki persamaan dengan model pembelajaran self discovery learning, yakni pembelajaran yang dilakukan peserta didik untuk menanyakan kesimpulan sendiri sehingga dapat menjadikan nilai baru yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.40

Dalam pembelajaran aktif guru dapat memposisikan dirinya sebagai fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar ( to facilitate of learning ) kepada peserta didik. Peserta didik terlibat secara aktif dan banyak

40

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: remaja Rosdakarya, 2005) Cetakan ke II h.192


(53)

34

berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan, bimbingan, serta mengatr sirkulasi proses pembelajaran.41

b. Pembelajaran Inovatif

Pembelajaran inovatif juga merupakan strategi pembelajaran yang mendorong aktifitas belajar. Maksud inovatif disini adalah dalam kegiatan pembelajaran itu terjadi hal-hal yang baru, bukan saja oleh guru sebagai fasilitator belajar, tetapi juga oleh siswa yang sedang belajar. Dalam strategi yang inovatif ini, guru tidak saja tergantung dari materi pembelajaran yang ada pada buku, tetapi dapat mengimplementasikan hal-hal baru yang menurut guru sangat cocok dan relevan dengan masalah yang sedang dipelajari siswa. Demikian pula siswa, melalui aktifitas belajar yang dibangun melalui strategi ini, siswa dapat menemukan caranya sendiri untuk memperdalam hal-hal yang sedang dipelajari.

Pembelajaran yang inovatif bagi guru dapat digunakan untuk menerapkan temuan-temuan terbaru dalam pembelajaran, terlebih lagi jika temuan itu merupakan temuan guru yang pernah ditemukan dalam penelitian tindakan kelas atau sejumlah pengalaman yang telah ditemukan selama menjadi guru. Melalui pembelajaran yang inovatif ini, siswa tidak akan buta teknologi dan mereka bias mengikuti perkembangan teknologi yang ada sekarang ini. Dengan demikian pembelajaran diwarnai oleh hal-hal baru sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika pembelajaran inovatif ini berjalan dengan baik di sekolah,

41

Ibid, h 190


(54)

35

maka dapat dipastikan bahwa semboyan sekolah sebagai pusat pengembangan kebudayaan benar-benar terwujud.42

c. Pembelajaran menggunakan Lingkungan

Strategi pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa agar belajar tidak tergantung dari apa yang ada dalam buku atau kitab yang merupakan pegangan guru. Konsep pembelajaran ini berangkat dari belajar konstekstual dengan lebih mengedepankan bahwa hal yang perlu dipelajari terlebih dahulu oleh siswa adalah apa yang ada pada lingkungannya.

Dengan mengetahui lingkungan yang ada disekitarnya, maka kelak siswa setelah selesai belajara, dia akan berusaha memanfaatkan lingkungan ini sebagai sumber daya yang akan dikelolanya sebagai sumber yang dapat memberikan nilai tambah baginya. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran dan meningkatkan hasil pembelajaran.43

d. Pembelajaran kreatif

Pembelajaran kreatif mengharuskan guru dapat memotivasi dana memunculkan krativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan bebrapa metode atau strategi yang bervariasi misalnya kerja kelompok, bermain peran dan memecahkan masalah.

42

Hamzah B. Uno & Nurdin Mohammad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, ( Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2011 ) Cetakan ke I h.10

43

Ibid, h. 11-12


(55)

36

Pembelajaran kreatif menuntut guru untuk mampu merangsang kreativitas peserta didik, baik dalam mengembangkan kecaapan dalam berfikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berfikir kreatif selalu dimulai dengan berfikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu.

Berfikir kreatif harus dikembangkan dalam proses pembelajaran, agar peserta didik terbiasa dalam mengembangkan kreativitasnya.44 Sedangkan menurut campbell, kreatif mengandung inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, dan mengejutkan. Selain itu kreatif adalah berguna, memilikim lebih baik, praktis, mempermudah, memperlancar, mengembangkan, mendidik memcahkan masalah, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil yang baik, dapat dimengerti.45

e. Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif jika mampu memberikan pengalaman baru, membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran, peserta didik harus melibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran benar-benar kondusif dan terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi peserta didik.

44

Ibid, h 192-193

45

David Campbell, mengembangkan Kreativitas, ( Yogyakarta:Kanisius, 1986) Cetakan ke I h.11


(56)

37

Pembelajaran efektif menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Peserta didik harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Dala pelaksanaannya, memerlukan proses pertukaran pikiran, diskusi dan perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman yang sama terhadap materi standar.46

Pembelajaran yang efektif harus ditunjang dengan lingkungan memadai, dari situ guru harus mampu mengelola tempat belajar dengan baik, mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi atau materi pembelajaran dan mengelola sumber-sumber belajar seperti modul dan diktat.

f. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran menyenangkan ( Joy Instruction ) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat sebuah kohesi yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan ( not under pressure ). Dengan kata lain, pembelajaran yang menyenangkan adalah adanya hubungan yang baik antara peserta didik dan pendidik dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar peserta didik dalam proses pembelajaran, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari peserta didiknya. Hal ini disebabkan karena pesatnya perkembangan teknologi informasi sehingga memungkinkan siswa dapat memperoleh informasi lebih cepat dari pada gurunya. Sehingga dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis, dan

46

E.Mulyasa, Menjadi Guru...193-194


(57)

38

tidak ada beban baik bagi guru maupun bagi peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran.

Untuk meuwujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran yang baik, memilih strategi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan peserta didik secara optimal.47

Bambang Ari Sugianto, fasilitator Managing Basic Education bahas Inggris, menyatakan bahwa pembelajaran yang menyenangkan berarti siswa asyik terlibat dalam proses pembelajaran karena penugasan yang diberikan guru menantang, sesuai dengan kebutuhannya serta berada dalam dunianya. Di lain pihak siswa merasa nyaman karena tidak dimarahi atau dicemooh ketika siswa membuat kesalahan sehingga berani berbeda dan tidak takut membuat kesalahan terutama di dalam kelas.

Semua strategi tersebut dirancang agar tujuan pendidikan khususnya pendidikan agama dapat dicapai secara optimal. Di saat pembelajaran PAI di sekolah umum dihadapkan pada berbagai problem seperti terbatasnya alokasi waktu, heterogennya pemahaman siswa tentang agama sampai pada immage yang iring tentang pelajaran agama, maka model pembelajaran PAKEM akan menjadi salah satu solusi efektif.

47

Ibid, h 193-194


(58)

39

E. Internalisasi pendidikan agama Islam sebagai budaya Sekolah

Internalisasi nilai agama adalah suatu proses memasukkan nilai agama secara penuh ke dalam hati, sehingga ruh dan jiwa bergerak berdasarkan ajaran agama. Internalisasi agama terjadi melalui pemahaman ajaran agama secara utuh, dan diteruskan dengan kesadaran akan pentingnya ajaran agama, serta ditemukannya posibilitas untuk merealisasikannya dalam kehidupan nyata. Nilai – nilai agama adalah nilai luhur yang di transfer dan diadopsi ke dalam diri. Semakin dalam nilai-nilai agama terinternalisasi dalam individu seseorang, kepribadian dan sikap religiusnya akan muncul dan terbentuk. Jika sikap religius sudah muncul dan terbentuk, maka nilai-nilai agama akan menjadi pusat nilai dalam menyikapi segala sesuatu dalam kehidupan. 48

Menurut muhaimin, penciptaan suasana religius sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tempat model itu akan diterapkan beserta penerapan nilai yang mendasarinya.

Pertama, penciptaan budaya religius yang bersifat vertikal dapat diwujudkan dalam bentuk meningkatkan hubungan dengan Allah swt melalui peningkatan secara kuantitas maupun kualitas kegiatan-kegiatan keagamaan di sekolah yang bersifat ubudiyyah, seperti : shalat berjamaah, puasa senin kamis, khatm al-Quran, do’a bersama dan lain-lain.

Kedua, penciptaan budaya religius yang bersifat horizontal yaitu lebih mendudukkan sekolah sebagai institusi sosial religius, yang jika dilihat dari

48

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim. ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011)Cetakan ke I h.10


(59)

40

struktur hubungan antar manusianya, dapat di klasifikasikan ke dalam tiga hubungan yaitu : 1) hubungan atasan-bawahan, 2) Hubungan profesional, 3) Hubungan sederajat atau sukarela yang didasarkan pada nilai –nilai religius, seperti : persaudaraan, kedermawanan, kejujuran, saling menghormati dan sebagainya.49

Pengembangan PAI dalam mewujudkan budaya religius sekolah yang bersifat horizontal tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan pembiasaan, keteladanan dan pendekatan persuasif atau mengajak kepada warga sekolah dengan cara yang halus, dengan memberikan alasan dan prospek baik yang bisa meyakinkan mereka. Sikap kegiatannya berupa proaksi, yakni membuat aksi atas inisiatif sendiri, jenis dan arah ditentukan sendiri, tetapi membaca munculnya aksi-aksi agar dapat ikut emmberi warna dan arah pada perkembangan nilai-nilai religiusitas di sekolah. Bisa pula berupa antisipasi, yakni tindakan aktif menciptakan situasi dan kondisi ideal agar tercapai tujuan idealnya.50

Secara lebih terperinci, strategi pengembangan PAI dalam mewujudkan budaya religius di sekolah, menurut muhaimin dapat dilakukan melalui empat pendekatan, yaitu :

Pertama, pendekatan struktural, yaitu strategi pengembangan PAI dalam mewujudkan budaya religius sekolah sudah menjadi komitmen dan kebijakan pimpinan sekolah, sehingga lahirnya berbagai peraturan atau kebijakan yang yang mendukung terhadap lahirnya berbagai kegiatan keagamaan di sekolah serta

49

Muhaimin, strategi belajar...61-62

50

Ibid, h 63-64


(60)

41

berbagai sarana dan prasarana pendukungnya termasuk dari sisi pembiayaan. Dengan demikian pendekatan ini lebih bersifat “ Top Down “ yakni kegiatan keagamaan yang dibuat atas prakarsa atau instruksi dari pejabat atau pimpinan sekolah.

Kedua, pendekatan formal, yaitu strategi pengembangan PAI dalam mewujudkan budaya religius sekolah dilakukan melalui pengoptimalan kegiatan belajar mengajar ( KBM ) mata pelajaran PAI di sekolah yang setiap minggu untuk sekolah negeri ditetapkan dua jam pelajaran. Dengan demikian, dalam pendekatan formal ini, guru PAI mempunyai peran yang lebih banyak dibanding guru-guru mata pelajaran yang lain. Karena bagaimana meningkatkan mutu pembeljaran PAI di kelas sepenuhnya merupakan tanggung jawab guru PAI termasuk kegiatan ko-kurikuler pendukungnya.

Ketiga, pendekatan mekanik, yaitu strategi pengembangan PAI dalam mewujudkan budaya religius sekolah didasari oleh pemahaman bahwa kehidupan terdiri atas berbagai aspek, dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya. Masing-masing gerak bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau elemen-elemen, yang masing-masing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri, dan antara satu dengan yang lainnya bisa saling berkonsultasi atau tidak dapat berkonsultasi. Pendekatan mekanik ini di sekolah dapat diwujudkan dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan ekstrakurikuler bidang agama. Artinya dengan menyemarakkan berbagai kegiatan ekstra kurikuler bidang agama di sekolah, warga sekolah khususnya para siswa


(61)

42

tidak hanya memahami PAI secara kurikuler di kelas saja, namun juga diwujudkan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang saling terintegrasi dengan kegiatan sekolah lainnya. Dalam pendekatan mekanik ini, pengurus OSIS khusunya bidang agama memiliki peran penting dalam pengembangan PAI dalam mewujudkan budaya religius sekolah.

Keempat, pendekatan organik, yaitu penciptaan susana religius yang disemangati oleh adanya pendangan bahwa pendidikan agama adalah kesatuan atau sebagai sistem sekolah yang berusaha mengembangkan pandangan atau semangat hidup agamis, yang dimanifestasikan dalam sikap hidup, prilaku dan keterampilan hidup yang religius dari seluruh warga sekolah. Artinya strategi pengembangan PAI dalam mewujudkan budaya religius sekolah sudah menjadi komitmen dan mendapat dukungan dari seluruh warga sekolah.51

Suatu organisasi pasti tumbuh dalam lingkungan kerja tertentu. Lingkungan kerja pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu lingkungan fisik berupa berbagai sarana dan prasarana yang menunjang pencapaian tujuan organisasi dan lingkungan non fisik berupa basic value atau niali dasar yang dikembangkan pada suatu organisasi. Lingkungan kedua ini lazim disebut sebagai budaya organisasi.

51

Ibid, h 305-307


(62)

Bab III

Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian. Dan penelitian dilakukan karena adanya hasrat keingintahuan manusia yang berawal dari kekaguman akan alam yang dihadapinya baik alam besar maupun alam kecil.1

A. Jenis dan pendekatan Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis dalam penelitian ini adalah Kualitatif yang mana dalam paradigma pemikiran kualitatif adalah berpikir secara induktif. Setiap masalah penelitian dipandang sebagai kasus yang bersifat mikro, baru kemudian dalam konteks yang lebih umum. Definisi paling singkat adalah penelitian kualitatif merupakan penelitian yang jenis datanya bersifat non-angka. Bisa berupa kalimat, pernyataan, dokumen, serta data lain yang bersifat kualitatif untuk dianalisis secara kualitatif. Makanya, dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan statistik dalam analisis penelitian. 2

Penelitian kualitatif lebih bersifat memberikan deskripsi dan kategorisasi berdasarkan kondisi kancah penelitian. Penelitian ini menggunakan konsep naturalistik, yaitu apa yang terjadi di kancah penelitian menjadi ukuran data yang paling bisa di terima.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam proposal penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dimana dalam mengkaji masalah yang diangkat. Penulis mengumpulkan informasi actual dari fakta di lapangan, kemudian fakta yang ada dilakukan identifikasi masalah atau merumuskan serta memaparkan kondisi dari yang

1

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian ( jakarta : Grafindo persada, 2003 ) Cetakan ke II h. 2

2

M. Musfiqon, Metodologi penelitian Pendidikan ( Jakarta ; PT. Prestasi Pustakarya, 2012) Cetakan ke I h. 70


(63)

2

sebenarnya. Dari data yang terkumpul akan dilakukan proses analisa Kualitatif berdasarkan pola pembahasan yang ada.

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang valid, jenis data yang akan dipakai terbagi menjadi dua, diantaranya :

a. Data Primer

Menurut lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan.3 Jenis data ini dipilih secara purposive dan bersifat Snowball sampling.

b. Data Sekunder

Jenis data yang diperoleh atau berasal dari bahan kepustakaan. Data ini berupa dokumen,buku, majalah, koran, jurnal yang berkaitan erat dengan permasalahan penelitian ini.

2. Sumber Data

Pengertian sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Adapun dalam penentuan sumber data dalam penelitian ini mengacu pada bukunya Suharsimi arikunto, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Person

Sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara dengan seluruh Komponen di SMP Al Hikmah Surabaya. Dalam hal ini adalah Kepala Sekolah, jaran pimpinan Sekolah dan Guru yang dapat memberikan informasi guna kelengkapan data yang dibutuhkan oleh penulis.

3

Lofland Dalam Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosada Karya, 2009 ) Cetakan ke III,h. 5


(1)

Bab VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari Uraian pada bab-bab diatas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagaimana yang ada dalam rumusan masalah yaitu sebagaimana berikut :

1. Bentuk Pengembangan pendidikan agama Islam sebagai budaya sekolah SMP al Hikmah.

Dilakukan dengan 4 pendekatan, yakni pendekatan Struktural, Formal, Mekanik dan Organik.

2. Peran kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan Agama Islam di SMP al Hikmah.

Dari hasil temuan di lapangan terkait peran kepala sekolah di SMP alhikmah, Dalam kaitannya peran kepala sekolah diatas dalam pengembangan pendidikan Agama Islam sebagai budaya sekolah kami menemukan bahwa peran kepala sekolah dalam pengembangan pendidikan Agama Islam di SMP Al Hikmah adalah Semua Peran sudah dijalankan seperti peran educator, administrator, wirausahawan, manajerial, leader, supervisor dan pengembang iklim sekolah namun diantara ketujuh peran tersebut kepala sekolah menekankan pada peran manajerial, peran leader dan peran supervisor yang sangat kuat.Disamping peran manajerial dan leader yang sangat kuat kepala sekolah juga menerapkan prinsip-prinsip dan metode-metode kepemimpinan yang sesuai dengan mngedepankan keteladanan, pemotivasian dan pemberdayaan staf.


(2)

B. SARAN

Setelah dikemukakan kesimpulan diatas di sini perlu penulis kemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi hendaknya menjalankan semua perannya dalam proses memimpin sebuah lembaga pendidikan. Agar semua peran yang semestinya di jalankan dalam berjalan secara seimbang.

2. Kepada Guru

Guru sebagai pelaksana kebijakan kepala sekolah, hendaknya tetap teguh dan patuh menjalankan kebijakan yang orintasinya kepada pemeberian teladan kepad siswa dan pengoptimalan potensi potensi siswa.

3. Kepada pembaca

Para pembaca hendaknya dapat mengambil masukan-masukan yang dapat diterapkan dalam setiap langkah kehidupan sesuai dengan situasi dan kondisi jaman yang terus berlangsung yang setiap saat akan berubah.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A.S Wahyudi, Manajemen Strategi, ( Jakarta : Binarupa Aksara, 1996 ). Aat Syafaat Dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam, Dalam mencegah kenakalan Remaja ( Juvenile Delinquency ), ( Jakarta;PT.Raja Grafindo Persada, 2008 )

Abdul Majid, perencanaan Pembelajaran, ( Bandung: remaja Risdakarya, 2005)

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru ( Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2013 )

Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Rosda Karya Remaja, 2007 )

Ahmad Tafsir, Pendidikan Karakter Perspekstif Islam. ( Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya, 2012 )

Wahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah. ( Jakarta ; PT. Raja Grafindo Persada, 1999 )

Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, Upaya Pembentukan

Pemikiran dan Kepribadian Muslim. ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) Asmaun Sahlan. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah.( Malang; UIN-Maliki Press, 2009 )

Baharuddin dan Makin, Manajemen Pendidikan Islam. ( Malang; UIN Maliki Press, 2010 )


(4)

David Campbell, mengembangkan Kreativitas, ( Yogyakarta:Kanisius, 1986) Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT. Remaja Rosadakarya, 2008 )

Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai pustaka, 1989)

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung: remaja Rosdakarya, 2005) E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007)

Hamzah B. Uno & Nurdin Mohammad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, ( Jakarta; PT. Bumi Aksara, 2011 )

Heri Gunawan, Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Bandung ; Alfabeta, 2012 )

Ibrahim bafadhal, Dasar-dasar menajemen supervisi taman kanak-kanak, ( Jakarta Bumi Kasara, 2004 )

Ibrahim Bafadhal, manajemen peningkatan mutu sekolah dasar;dari sentralisasi menuju Desentralisasi, ( Jakarta: Bumi aksara, 2003)

Iskandar Agung dan Yufridawati, Pengembangan pola kerja Harmonis dan Sinergis Antara Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas, ( Jakarta: PT.Bestari Buana Murni, 2013 )

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosada Karya, 2009 )

M. Musfiqon, Metodologi penelitian Pendidikan ( Jakarta ; PT. Prestasi Pustakarya, 2012)


(5)

Muhaimin Dkk, Manajemen Pendidikan ; Aplikasinya dalam penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, ( Jakarta, Kencana, 2011)

Mulyasa. Manajemen & Kepemimpinan kepala sekolah. ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012 )

Mulyasa. Menjadi kepala sekolah profesional. ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011 )

Oemar Hamalik, Kurikulum dan pembelajaran, Cet. Keenam ( jakarta: Bumi Aksara, 2003)

Qomar, Mujamil. Manajemen pendidikan Islam. ( Jakarta : Penerbit Erlangga, 2007 )

Samrotul Mufidah, “ Peran Kepala Sekolah dalam Pengembangan

Lembaga Pendidikan di SMK Antartika 1 Sidoarjo.” ( Skripsi, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2007 )

Sudarwan Danim & Suparno, Manajemen dan kepemimpinan tranformasional kekepalasekolahan, ( Jakarta : PT Rineka Cipta 2007),

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D ( Bandung : Alfabeta, 2007 )

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006 )

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian ( jakarta : Grafindo persada, 2003 )

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta ; Kencana, 2010 )


(6)

Wahjosumidjo, kepemimpinan Kepala Sekolah, ( Jakarta: PT Grafindo Persada, 1999)

http://smp.alhikmahsby.sch.id/baca/tentang-sekolah http//Www.SMP.alhikmahsby.sch.id

https://sujarwohart.wordpress.com/page/4/ http//Www.SMP.alhikmahsby.sch.id.