Dendrogram Zonasi Pertumbuhan Mangrove Berdasarkan Habitatnya di Kawasan Rehabilitasi Pantai Utara Jawa Tengah Bagian Barat | Poedjirahajoe | Jurnal Ilmu Kehutanan 1551 2868 1 PB

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007

Hasil Penelitian

DENDROGRAM ZONASI PERTUMBUHAN MANGROVE BERDASARKAN HABITATNYA
DI KA WASAN REHABILITASI PANTAI UTARA JAWA TENGAH BAGIAN BARAT
ERNY POEDJIRAHAJOE*

Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan, Faku1tas Kehutanan UGM, Yogyakarta

ABSTRACT

The growth of rehabilitated mangrove, although planted at the same time, shows differences in terms of
density and height growth. Such condition is visible in the North Shore of Brebes, Tegal and Pemalang
Regency.
The research result shows that mangrove growth planted in 2001 on the North Shore ofBrebes, Tegal and
Pemalang Regency is not apart from several factors, among others are its habitat physical-chemical factors.
The result ofregression correlation analysis shows that the habitat factors which play an important role in the
vegetation density are salinity, temperature and plankton population. Meanwhile, the most dominant factor
which determines the vegetation height growth is salinity and phosphor. The combination role based on its

habitat shows that mangrove growth in Brebes Regency on proximal (JP) and medial (JM) zone and the one in
Pemalang Regency on proximal コッョ・セ@
(3P) has the shortest cluster, so that those research locations have
similarity on vegetation growth and its habitat factors. Meanwhile, the proximal (2P) zone in Tegal Regency is
similar with the medial (2M) zone. Mangrove growth on distal zone in Tegal Regency has less good growth
parameter and habitat factors compared to that of in Brebes and Pemalang for containing more sand.
From the research result, it can be concluded that the existence of habitat factors salinity, plankton
population and phosphor have to be taken into consideration if a mangrove area will be rehabilitated/planted
especially using Rhizophora mucronata seedlings. In order to reach the maximum achievement, one thing
which has to be taken into consideration is the habitat clustering ofthe planted area, especially in Brebes, Tegal
and Pemalang Regency area.
Key words: forest, certification, asset, liability
* A1amat korespondensi: E-mail: er_pjr@yahoo.com

PENDAHULUAN

,.

tidak 1epas dari peran faktor resesif yang ada di da1am
ekosistem tersebut. Poedjirahajoe (1996) menunjuk-


Habitat merupakan tempat suatu orgamsme

kan adanya peran arah tumbuh mangrove terhadap

hidup, jadi habitat organisme dapat disebut sebagai

pertumbuhan tanaman me1a1ui penelitiannya yang

a1amat organisme itu (Resosoedarmo dkk., 1987).

dilakukan di kawasan rehabi1itasi mangrove Pantai

Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai

Pema1ang. Dasar penentuan arah tumbuh ada1ah

dengan habitat berlumpur dan payau. Pertumbuhan

adanya zonasi yang terbentuk o1eh arus dan genangan


mangrove yang ada di da1am suatu ekosistem akan

pasang surut. Se1ain itu arah tumbuh juga dibentuk

se1a1u dipengaruhi dan dikenda1ikan o1eh faktor-

o1eh gabungan dari berbagai faktor habitat yang

faktor habitat. Faktor yang dominan biasanya

dite1iti.

berpengaruh pada pertumbuhan vegetasi, meskipun

10

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007


DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

Vegetasi mangrove umumnya tumbuh mem-

Tenggara (Mustafa dkk., 1982). Sifat fisik-kimia

bentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai

tersebut adalah bahan organik, unsur Kalium, unsur

beberapa meter ke arah daratan. Zonasi hutan

Kalsium, unsur Magnesium dan pH. Dari berbagai

mangrove merupakan tanggap ekofisiologis tanaman

penelitian serupa dapat disimpulkan· bahwa peran

terhadap gradasi lingkungan (Nybakken, 1982).


gabungan dari parameter habitat mangrove sangat

Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang

besar terhadap pertumbuhan vegetasinya. Walaupun

sederhana dan zonasi yang kompleks, tergantung

demikian setiap habitat sangat bergantung pada

pada kondisi

kandungan

lingkungan mangrove

setempat.

faktor-faktor


yang

membentuknya,

Beberapa faktor lingkungan yang penting dalam

sehingga nampak pada pertumbuhan vegetasi yang

mengontrol

tumbuh pada habitat tersebut.

zonasi

adalah

pasang

surut


dan

kemiringan pantai, tipe tanah, salinitas, cahaya dan

Kembalinya

komponen-komponen

penyusun

aliran air sungai yang mampu membawa lumpur

ekosistem setelah ada rehabilitasi mangrove akan

(Poedjirahajoe, 1998). Hal ini berarti bahwa zonasi di

sangat diharapkan dalam waktu yang relatif singkat.

hutan mangrove tergantung pada keadaan tempat


Oleh sebab itu faktor penyusun habitat menjadi

tumbuh spesifik yang berbeda dengan tempat lain.

faktor penentu waktu yang diperlukan untuk

Zonasi juga menggambarkan tahapan suksesi yang

pengembalian fungsi mangrove seperti semula.

terjadi sejalan dengan perubahan tempat tumbuh.

Pendapat lain menunjukkan adanya peran faktor

Tempat tumbuh mangrove memang selalu berubah

biologis yang besar disamping faktor fisik-kimia

karena adanya laju pengendapan (sedimentasi) dan


habitat. Faktor ini dicirikan dengan kuantitas gugur

pengikisan (abrasi). Daya adaptasi dari tiap jenis

seresah, proses dekomposisi, laju pengambilan

penyusun mangrove terhadap keadaan tempat

energi dan aktivitas biota laut (Anonim, 1994).

tumbuh akan menentukan komposisi jenis yang

Gugur daun mangrove adalah sumber bahan organik

menyusun mangrove. Setiap zonasi diidentifikasi

penting dalam rantai makanan perairan. Besamya

berdasarkan individu jenis mangrove atau populasi,


bahan organik dapat mencapai 7-8 ton!ha/tahun,

dan dinamakan sesuai dengan jenis yang dominan

sehingga kesuburan perairan mangrove terletak pada

atau melimpah. Hogarth (2000) membagi kawasan

masukan bahan organik (Nontji, 1987) dan kandung-

mangrove menjadi tiga zonasi, yaitu zonasi paling

an unsur hara lain dalam komunitas (Sukardjo, 1993).

depan menghadap ke arah laut (proximal zone)

Kandungan unsur Nitrogen pada mangrove Muara

biasanya ditumbuhi oleh jenis pioner seperti


Angke mencapai 421,83 kg/ha!tahun, sedangkan

Avicennia sedangkan zona di belakangnya (medial

unsur Fospor mencapai 18,89 kg/ha/tahun. Unsur N

Rhizophora,

dan P tersebut merupakan unsur makro dan temyata

sedangkan zona paling belakang yang mendekati

pengaruhnya dominan terhadap pertumbuhan tanam-

arah daratan (distal zone) biasanya ditumbuhi oleh

an rehabilitasi di Muara Angke. Temyata dengan

jenis Bruguiera, Lumnitzera ataupun Ceriops.

mengetahui besamya unsur hara dan unsur lain

zone)

biasanya

ditumbuhi

oleh

Pertumbuhan mangrove juga dipengaruhi oleh

penyusun habitat mangrove, kendala rehabilitasi

keadaan sifat fisik kimia habitatnya. Sifat fisik-kimia

mangrove dapat diminimalkan, sehingga kembalinya

habitat menunjukkan perbedaan yang signifikan di

ekosistem seperti semula dapat dicapai dalam waktu

bawah tegakan mangrove Malangke Sulawesi

yang telah direncanakan.

11

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007

DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

Rehabilitasi mangrove di Pantai Utara Pulau Jawa

3. Membuat dendrogram zonasi mangrove berdasar-

telah dilakukan sejak tahun 1980-an. Namun

kan faktor habitat.

demikian tidak semua kawasan yang direhabilitasi
METODE PENELITIAN

berhasil dengan baik. Banyak kendala yang secara
nyata dapat dilihat, antara lain adanya penebangan

Lokasi penelitian berada pada kawasan rehabili-

kayu yang belum saatnya untuk dimanfaatkan, juga

tasi mangrove Pantai Utara Jawa Tengah bagian

pergeseran kawasan karena dibangun tambak,

barat, yaitu di wilayah Kabupaten Pemalang, Tegal,

sehingga areal mangrove menjadi sempit. Kalau

Brebes (Lampiran 1). Observasi menunjukkan

sudah terjadi gangguan seperti itu, biasanya kendala

bahwa rehabilitasi mangrove yang dilaksanakan pada

selanjutnya adalah kurang sesuainya habitat sebagai

tahun yang sama, yaitu tahun 2001 di beberapa areal

lahan pertumbuhan tanaman, karena terjadi perubah-

wilayah tersebut telah menunjukkan pertumbuhan

an habitat akibat kegiatan eksploitasi dan intervensi

tinggi tanaman yang berbeda. Tiga lokasi penelitian

mangrove. Hilangnya beberapa faktor habitat yang

tersebut mempunyai muara DAS yang sama yaitu

dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman sangat

Pemali dan Comal, kemiringan pantai dan Iebar jalur

mempengaruhi tingkat keberhasilan penanaman.

hijau yang sama pula, sehingga faktor tersebut dapat

Faktor-faktor tersebut adalah faktor fisik, kimia dan

diabaikan.

biologis. Keberadaan faktor-faktor ini sangat membantu

meningkatkan

pertumbuhan

Alat yang digunakan

tanaman,

sehingga mempercepat terbentuknya ekosistem

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

kembali. Oleh sebab itu penelitian mengenai peran

a. 3 buah roll meter ukuran 30 meter untuk pekerja-

faktor habitat dalam menentukan pertumbuhan

an analisis vegetasi

tanaman, serta pengelompokan faktor-faktor habitat

b. 3 buah counter untuk menghitung kerapatan

tersebut dalam bentuk dendrogram sangat tepat

tan am an

dilakukan guna memberi informasi secepatnya

c. 3 buah termometer batang untuk mengukur suhu

terhadap kegiatan rehabilitasi mangrove yang saat ini

perairan

sedang berlangsung, sehingga diharapkan mampu

d. 3 buah galah berskala untuk mengukur ketebalan

mengurangi tingkat kegaga1an rehabilitasi.

lumpur
TUJUAN PENELITIAN

e. 3 buah salinometer untuk mengukur kadar garam

.,.

peratran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

f. 3 buah oksimeter untuk mengukur DO perairan

1. Mengetahui faktor-faktor habitat yang meliputi
faktor fisik, kimia dan biologis di tiga lokasi

Cara penelitian

rehabilitasi mangrove (Brebes, Tegal, Pemalang)

Pada

tiga

kawasan

rehabi1itasi

mangrove

yang ditanam pada tahun tanam ketiga (tahun

(Pemalang, Tegal, Brebes) yang ditanam pada tahun

2001) di Pantai Utara Jawa Tengah.

tanam yang sama (tahun 2001) dicari luas dan Iebar

2. Mengetahui

faktor

yang

dominan

dalam

jalur hijau. Kemudian dihitung panjang pantai untuk

pertumbuhan tanaman rehabilitasi.

menentukan jumlah plot. Plot-plot untuk mengukur
parameter tanaman dibuat dengan ukuran 5 x 5 meter

12

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume I No. 2 - Juli 2007

DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

ANALISIS HASIL

secara sistematik pada tiga arah!zona (proximal,
medial dan distal). Berhubung tanaman mangrove

1. Untuk

semua masih seragam Genis R. mucronata), maka
zonasi

dibuat

berdasarkan

pembagian

melihat

hubungan

antara

parameter

tanaman dengan faktor fisik-kimia habitat diguna-

lebar

kan analisis regresi berganda, dengan formula :

penanaman menjadi 3 bagian yang sama. Peletakan
Y = bo + b1X1 + b2X2 + ... + bnXn

plot berikutnya berjarak 100 meter yang digunakan
sebagai ulangan (Lampiran 2). Pada setiap plot

Keterangan:

diukur:

Y = parameter tanaman

a. Kerapatan dan tinggi tanaman

X= faktor fisik-kimia habitat

b. Faktor fisik-kimia habitat yang meliputi: ketebal-

2. Untuk menentukan angka koefisien korelasi

an lumpur, pH tanah dan air, salinitas, suhu air,

tertinggi. yang menunjukkan pengaruh paling

oksigen terlarut, unsur hara N, P, K tanah dan

besar dari faktor fisik-kimia habitat, maka

bahan organik, kadar lempung, debu dan kelas

digunakan

tekstur.

Procedure (prosedur penghapusan mundur).

Backwards

metode

Elimination

3. Untuk melihat peran gabungan faktor fisik-kimia

c. Cara pengukuran:
• Ketebalan lumpur: dengan cara menancapkan

habitat dan parameter tanaman digunakan analisis

galah berskala ke dalam lumpur sampai me-

tandan (cluster analysis). Analisis ini meng-

nyentuh dasar tanah, dan dibaca ketebalannya.

gambarkan pola pengelompokan pertumbuhan
tanaman karena peran faktor fisik-kimia habitat,

• pH air: diukur dengan menggunakan pH tester

yaitu

yang dicelupkan ke dalam air. sampai pada

apakah

terdapat

tingkat

kesamaan/

kemiripan satu tempat dengan tempat lain,

bagian yang ditetapkan kemudian angka pH

ataukah faktor fisik kimia habitat memang

dibaca pada display.

berbeda satu dengan yang lain, meskipun pada
• Salinitas diukur dengan cara mencelupkan salt

hamparan pantai yang sama. Analisis tandan ini

test ke dalam air, dan angka salinitas dapat

mendasarkan pada perhitungan jarak rata-rata

dibaca pada display.

(mean euclidean distance) dari Ludwig and

• Suhu air diukur dengan menggunakan stick

'

Reynold (1988).

thermometer yang dicelupkan ke dalam air, dan

F ormulasi tandan adalah :

dilihat tinggi air raksa dalam alat tersebut yang
menunjukkan suhu.

m

L(X;k-Xjk)2
dij=

• Oksigen terlarut : diukur dengan menggunakan

"-'k-::.c_l_ _ __

m

oxymeter, dengan cara mencelupkan sensorisKeterangan:

nya, kemudian angka dibaca pada display.

dij = koeffisien jarak matriks i ke j

• Untuk mengukur pH tanah, unsur hara N,P,K,
bahan organik, kadar lempung, debu dan kelas

Xik = variabel k yang diukur pada objek i

tekstur dengan cara mengambil sampel tanah,

xjk

kemudian dianalisis di Laboratorium Ilmu

= variabel k yang diukur pada objekj

m = total variabel

Tanah Fakultas Pertanian UGM.

13

Jurnalllmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007

DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

HASIL DAN PEMBAHASAN

yang lebih kecil, tinggi tanaman juga lebih kecil
dibanding tempat lain. Rehabilitasi di Kabupaten

Kabupaten Brebes, Tegal dan Pemalang merupa-

Tegal menempati areal yang agak jauh dari muara

kan wilayah administrasi yang membawahi kawasan

sungai Pemali dan Comal, tetapi sangat dekat dengan

Pantai Utara Jawa Tengah, tergolong sangat aktif
melakukan kegiatan rehabilitasi pantai.

laut. Dengan demikian kondisi habitat banyak

Sejak

mengandung pasir. Hal lain adalah dilakukannya

pemerintah melaksanakan program pantai lestari, ke3 kabupaten tersebut

setiap

tahunnya

penyudetan terhadap sungai Pemali pada daerah

selalu

selatan, sehingga volume air sungai yang bermuara di

melaksanakan rehabilitasi pantai dengan menanam

pantai tersebut tidak besar. Kondisi seperti ini sangat

bibit bakau (R. mucronata) pada areal yang kosong

berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, karena

karena abrasi atau penebangan. Menurut wilayah

faktor utama pertumbuhan, yaitu salinitas terjadi

DAS, maka ke-3 kawasan tersebut termasuk bagian

perubahan. Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut

DAS Pemali dan Comal. Secara administrasi sampel

mengenai kondisi fisik, kimia dan biologisnya.

kawasan yang merupakan hasil rehabilitasi tahun
tanam 2001 termasuk dalam wilayah Desa Kali-

Penelitian terhadap kerapatan dan tinggi tanaman

wlingi Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes,

rehabilitasi di tiga lokasi, dapat dilihat pada Tabel 2.

Desa Muarareja Kecamatan Tegal Kabupaten Tegal,

Dengan peletakan plot secara intensif pada setiap

dan Desa Mojo Kecamatan Petarukan Kabupaten

pengukuran jarak 100 meter, maka angka kerapatan

Pemalang. Luas kawasan yang ditanami setiap tahun-

pada setiap kawasan mangrove yang diteliti, tingkat

nya rata-rata lebih dari 30 ha, tetapi pada kenyataan-

kesalahan (error) dapat diperkecil. Tabel 2 me-

nya yang mampu tumbuh kurang dari 10 ha. Luas

nunjukkan bahwa angka rata-rata kerapatan terbesar

kawasan rehabilitasi mangrove tahun tanam 2001,

adalah hasil rehabilitasi mangrove tahun 2001 di

lebar jalur hijau serta panjang pantai di wilayah

Pantai Pemalang, kemudian Brebes dan Tegal.

administrasi Kabupaten Brebes, Tegal dan Pemalang

Besamya angka rata-rata kerapatan juga disertai

yang didapat dari Dinas Kehutanan setempat

dengan angka rata-rata tinggi tanaman. Hasil

ditunjukkan dalam Tabel 1.

rehabilitasi tahun tanam 2001 yang paling baik
adalah

Data Tabel 1 menunjukkan bahwa rehabilitasi
tingkat

keberhasilan

paling

Utara

Pemalang.

kondisi habitat. Hara substrat menjadi sangat penting

kecil

terutama pada pertumbuhan meninggi. Ketersediaan

dibanding dengan wilayah lain. Secara visual, pantai

unsur hara N, P, K dan BO yang cukup dapat

Tegal mempunyai kandungan pasir lebih besar dari

tercermin dari pertumbuhan tanaman.

Pantai lainnya. Selain tingkat keberhasilan tumbuh

Tabel 1. Luas, Iebar jalur hijau dan panjang pantai di Kabupaten Brebes, Tegal dan Pemalang
Wilayah Kab!Kec.

Parameter

Brebes/Losari

Tegal

Pemalang!Mojo

Lnas Mangrove

20,5 ha

8,4 ha

12,5 ha

Lebar Jalur Hijau

410m

312m

350m

510,0m

269,2 m

357,1 m

5 (x3)

3 (x3)

4 (x3)

Panjang Pantai
Jumlah Plot(@ lOOm)

Pertumbuhan

meninggi dan kerapatan sangat dipengaruhi oleh

mangrove yang ada di wilayah Kabupaten Tegal
mempunyai

Pantai

paten Tegal, Pemalang, dan Brebes.

14

Namun

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007

DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

Tabel2. Hasil pengukuran kerapatan dan tinggi tanaman rehabilitasi mangrove tahun 2001 pada tiga zonasi di pantai utara Kabupaten Brebes, Tegal dan Pemalang.

Zona
Wil Kab/Desa

Proximal

No.PU

Brebes/Ka1iwlingi

1

TegaVMuarareja

Pemalang/Mojo

2
3
Rata2
1
2
3
4
Rata2

Distal

(n)

Tinggi
Rata2

Kerapt
(n)

Tinggi
Rata2

Kerapt
(n)

Tinggi
Rita2

12
14
10
13
15
12,8
9
10
14
11 ,0
19
18
18
14
17,25

145,4
152,8
150,4
146,9
140,8
147,26
176,4
155,4
158,2
163,33
192,4
182,6
175,2
190,7
185,22

12
12
10
11
12
11 ,4
18
14
13
15,0
18
20
20
19
19,25

167,6
166,4
165,7
142,8
158,8
160,26
102,4
142,7
120,5
121 ,86
168,7
174,2 .,
186,6
192,4
. 180,47

13
16
12
10
14
13,0
8
9
9
8,66
17
13
18
14
15,5

99,4
124,6
133,4
146,3
164,5
133,64
154,6
162,7
164,2
160,5
196,3
201,2
188,4
196,2
195,52

Kerapt
1
2
3
4
5
Rata2

Medial

demikian keberadaan faktor lingkungan lainnya juga

proksimal, populasi plankton yang menjadi produsen

sangat mendukung pertumbuhan tanaman.

Di

perairan telah menunjukkan bahwa di Brebes lebih

kawasan perairan payau, kadar garam berperan besar

kecil dari Pemalang. N aik turunnya angka populasi

dalam menentukan keberadaan komponen biotik

plankton dapat disebabkan oleh faktor lingkungan

yang mendukung pertumbuhan vegetasi/tanaman,

perairan yang mengalami perubahan dalam jangka

sehingga di wilayah Tegal yang habitatnya agak

waktu tidak lama. Pada hasil pengukuran nampak

berpasir serta kawasannya mendekati laut, maka

bahwa suhu dan pH di Brebes menunjukkan angka

diduga mempunyai kadar salinitas yang lebih tinggi

yang lebih tinggi dari lainnya. Tingginya suhu dan

dari lainnya. Selain salinitas, faktor penting yang

pH dapat mempengaruhi metabolisme sel plankton,

sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman

karena plankton sangat sensitif dengan perubahan

adalah ketebalan lumpur. Seperti disebutkan dimuka

suhu dan pH meski tidak sesensitif terhadap

bahwa ketersediaan hara dan bahan organik akan

perubahan salinitas. Hal ini sangat berbeda dengan

meningkat apabila substrat lumpur semakin tebal

yang di Pemalang. Habitat mangrove di Pemalang

(Poedjirahajoe, 1998). Untuk lebih memperjelas

lebih baik dan diikuti dengan kerapatan dan tinggi

terjadinya perbedaan hasil penelitian kerapatan dan

tanamannya. Meskipun secara hitungan rata-rata

tinggi tanaman, dilakukan pengukuran terhadap

telah menunjukkan angka yang berbeda pada faktor

faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan tanam-

habitat, tetapi untuk melihat apakah perbedaan

an. Hasil analisis faktor-faktor tersebut dapat dilihat

tersebut nyata atau tidak terhadap pertumbuhan

pada Tabel3.

tanaman, maka hasil analisis dapat dilihat pada

'

persamaan garis regresi berikut :

Tabel 3 menunjukkan bahwa secara keseluruhan
dari ke tiga zona faktor habitat dan lingkungan yang

Hasil analisis korelasi regresi antara kerapatan

diukur, rehabilitasi mangrove tahun tanam 2001 di

tanaman

Kabupaten Pemalang mempunyai angka yang lebih

rehabilitasi mangrove pantai utara Kabupaten Brebes

baik dari pada Kabupaten Tegal. Namun demikian

pada zona proksimal, medial dan distal adalah :

jika dibandingkan dengan Kabupaten Brebes, maka
angka rata-rata tidak terpaut jauh. Pada zona
15

dengan

faktor

habitat

di

kawasan

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007

DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

Tabel 3. Hasil pengukuran faktor habitat di areal rehabilitasi mangrove tahun tanam 2001 pada tiga zonasi di pantai utara Kabupaten Brebes, Tegal dan Pemalang.

Zona Proximal
Kab/Desa
Brebes
Kaliwlingi

Tegal
Muarareja

Pemalang
Mojo

Kab/Desa
Brebes
Kaliwlingi

Tegal
Muarareja

Pemalang
Mojo

Kab/Kec

No.
PU
I
2
3
4
5
Rata2
I
2
3
Rata2
I
2
3
4
Rata2

Suhu
("C)
33,3
32,8
30,4
33,6
31,5
32,32
30,2
31,5
30,5
30,73
30,4
28,6
29,8
31,6
30,1

No.
PU
I
2
3
4
5
Rata2
1
2
3
Rata2
1
2
3
4
Rata2

Suhu
(oC)
30,8
31,6
30,4
30,2
29,8
30,56
32,4
31,6
31,2
31,73
30,4
29,2
28,2
29,6
29,35

No.
PU
1
2
3
4
5
Rata2
1
2
3
Rata2
1
2
3
4
Rata2

pH
7,0
7,7
7,4
7,5
7,6
7,44
6,8
7,0
7,1
6,96
6,8
6,9
6,8
6,4
6,72
pH

'
7;2
7,5
7,8
7,3
7,5
7,46
7,0
6,6
6,7
6,76
6,8
7,2
7,0
7,1
7,02

Suhu
pH
(oC)
Brebes
31,6
7,5
Kaliwlingi
30,4
8,1
32,1
8,0
30,5
7,6
30,4
7,4
31,0
7,72
28,6
6,4
Tegal
Muarareja
31,2
6,9
7,1
30,4
30,06
6,8
Pemalang
29,8
7,0
Mojo
29,5
7,5
28,5
6,8
29,5
7,2
29,32
7,12
>'
Keterangan :
Salt : salinitas N tsd : N tersedia
DO : Oksigen terlarut BO : Bahan Organik

Y = 1,62 + 3,24 x1 + 2,o2

Salt
(%.)
16,4
19,7
17,2
18,4
19,0
18,14
29,2
28,4
28,0
28,85
17,4
18,8
16,6
21,5
18,57

Ntsd
DO
(ppm)
(ppm)
28,70
8,2
29,14
6,2
6,1
25,60
17,48
8,4
8,7
25,53
7,52
25,29
21,39
6,2
6,4
12,40
8,3
11,27
6,96
15,02
64,36
12,6
56,11
10,8
15,4
54,51
14,7
35,52
52,62
13,37
Zona Medial
Ntsd
DO
(ppm)
(ppm)
22,4
8,2
40,6
8,0
24,7
8,4
36,9
9,6
26,4
10,0
30,2
8,84
47,2
7,6
40,8
8,4
25,5
6,0
37,83
7,33
52,60
10,2
54,47
8,4
38,25
12,2
64,21
10,4
52,38
10,3
Zona Distal
Ntsd
DO
(ppm)
(ppm)
30,2
9,3
32,2
9,0
34,6
9,6
30,7
8,8
30,4
9,2
31,62
9,18
14,6
6,7
20,8
8,5
18,2
8,5
17,86
7,9
61,6
12,4
58,2
10,8
51,7
10,2
63,2
9,8
58,67
10,8

Salt
(%o)
17,2
17,0
17,4
17,2
18,1
17,38
28,7
28,4
29,2
28,76
19,6
20,1
18,5
19,2
19,35
Salt
(%o)
18,7
18,2
18,0
18,2
17,6
18,14
27,4
27,2
26,9
27,16
18,6
18,1
17,4
17,5
17,9

x2 + 1,33 x3 + o,46 セ@

Ptsd
{ppm)
18,86
13,97
17,48
30,26
46,56
25,42
20,07
12,05
7,84
13,32
18,40
33,65
41,75
23,85
29,41

Ktsd
(ppm)
0,92
1,05
1,27
2,88
1,84
1,59
1,08
0,99
0,88
0,98
0,97
1,36
1,42
1,12
1,21

Plank-ton
98
64
96
96
54
111,6
97
84
90
90,3
186
243
214
192
208,7

BO
(%)
2,62
2,47
2,76
1,68
3,59
2,62
2,84
3,62
1,37
2,61
3,24
3,38
2,47
4,86
3,48

Ptsd
(ppm)
10,24
12,76
31,28
40,54
10,26
21,01
18,64
22,20
32,78
24,54
16,80
21,43
12,10
10,24
15,14

Ktsd
(ppm)
1,84
0,62
0,43
1,41
1,36
1,13
0,90
0,96
0,45
0,77
1,64
0,88
1,38
1,47
1,34

Plankton
284
186
146
170
183
193,8
87
96
91
91,33
52
67
81
90
72,5

BO
(%)
3,87
2,62
2,74
1,84
3,20
2,85
1,54
2,38
1,92
1,94
3,60
3,28
2,67
2,84
3,09

Ptsd
(ppm)
12,10
24,24
32,40
14,63
18,72
20,41
7,68
8,73
6,40
10,16
24,6
20,80
18,64
20,26
21,07

Ktsd
mV10011:
1,21
0,45
1,37
0,42
1,31
0,95
0,24
0,20
0,16
0,20
0,72
0,84
0,80
1,25
0,90

Plankton
126
143
104
121
158
130,4
42
64
96
67,33
47
124
136
102
102,25

BO
(%)
1,49
1,72
2,10
1,46
3,23
2,00
0,92
0,74
2,02
1,22
2,17
2,43
1,76
2,28
2,16

x2 = suhu
x3 = plankton

+

0,18 X5 + 0,12 x6 + 0,08 X1 + 0,02 Xs + 0,003 X9 .
Nilai koefisien korelasi = 0,78.
セ]bo@

Keterangan:

X 5 =unsurN

Y = kerapatan tanaman

X6 = pH perairan

x1 = salinitas

X1=DO

16

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007

DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

X8 =unsurK

Xs =unsurK

X9 =unsurP

x9 = suhu

Dengan

menggunakan

metode

Dengan analisis Backward Ellimination, maka

Backward

Ellimination terpilih hanya tiga faktor karena nilai

diperoleh persamaan garis regresi :

koefisien korelasinya paling tinggi, yaitu 0,92.

Y = 4,76 + 0,89 x, + 0,54 x2

Dengan demikian persamaan regresi diperoleh hasil

dengan nilai koefisien korelasi = 0,94.

sebagai berikut:

Analisis statistik dengan menggunakan regres1

Y = 1,62 + 3,24 x, + 2,02 x2 + 1,33 x3

berganda dan mengikuti prosedur penghitungan
mundur (backwarq ellimination procedure), mem-

Hasil analisis korelasi regresi antara tinggi
tanaman dengan faktor habitat :

perlihatkan bahwa di wilayah Pantura Brebes pada

Y = 4,76 + 0,89 x, + 0,54 X2 + 0,44 x3 + 0,41 )4 +

zona proksimal, medial dan distal, yang paling
menentukan dalam pertumbuhan terhadap kerapatan

0,22 X 5 + 0,16 X6 + 0,08 X7 + 0,04 Xs + 0,002 X9

tanaman

dengan nilai koefisien korelasi = 0,52.

adalah

salinitas.

Berikutnya

yang

mempunyai pengaruh besar adalah suhu dan

Keterangan:

plankton. Ketiga faktor habitat di atas adalah faktor

Y = tinggi tanaman

yang paling dominan menentukan. Selanjutnya

X 1= salinitas

adalah bahan organik, unsur N, pH, oksigen terlarut,

X2 =unsurP

unsur K dan P. Faktor habitat ini mempunyai

x3 = plankton

pengaruh yang tidak besar dari ke tiga faktor di atas.

)4 = unsurN

Salinitas merupakan faktor habitat yang mencirikan perairan payau. Pada umumnya perairan

X5=BO

payau mempunyai salinitas optimal untuk ekosistem
セ]do@

adalah anatara 15% - 20 %o (Poedjirahajoe, 1998).

X7=pH

Kurang atau lebih dari itu maka pengaruhnya pada

Tabel 4. Data rata-rata parameter tanaman mangrove dan faktor habitat pada setiap zonasi di areal mangrove wilayah Kabu'
paten Brebes, Tegal dan Pemalang.

Parameter
tmlbr
Kerapatan
Tinggi
Suhu
pH
Salinitas
DO
N

p
K
Plankton
BO

lP

1M

1D

:ZP

:ZM

:ZD

3P

3M

12,8
147,26
32,32
7,44
18,14
7,52
25,29
25,42
1,59
111,6
2,62

11,4
160,26
30,56
7,46
17,38
8,84
30,2
21,01
1,13
193,8
2,85

13,0
133,64
31,73
6,76
28,76
7,33
37,83
24,54
0,77
91 ,33
1,94

11,0
163,33
30,73
6,96
28,85
6,96
15,02
13,32
0,98
90,3
2,61

15,0
121,86
31 ,73
6,76
28,76
7,33
37,83
24,54
0,77
91,33
1,94

8,66
160,5
30,06
6,8
27,16
7,9
17,86
10,16
0,20
67,33
1,22

17,25
185,22
30,1
6,72
18,57
13,37
52,62
29,41
1,21
208,7
3,48

19,25
180,47
29,35
7,02
19,35
10,3
52,38
15,14
1,34
72,5
3,09

Keterangan :
I adalah Kab. Brebes, P adalah zona proksimal/arah !aut
2 adalah Kab. Tegal, M adalah zona medial/tengah
3 adalah Kab. Pemalang, D adalah zona distal/arab darat

17

3D

15,5
195,52
29,32
7,12
17,9
10,8
58,67
21,07
0,90
102,25
2,16

Jurnalllmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007

metabolisme

sel

DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

khususnya

biota

laut

yang

yang sama terhadap ekosistem, hanya faktor yang

merupakan komponen ekosistem. Jenis dan keaneka-

paling dominan khususnya terhadap pertumbuhan

ragaman yang khas dari biota laut menunjukkan

awal yang akan menentukan nilai kerapatan, tinggi

kespesifikan kehidupan di payau. Salinitas dapat

dan pertumbuhan lainnya. Pada kegiatan rehabilitasi,

mengatur pengeluaran cairan tubuh karena proses

maka faktor tersebut perlu diperhatikan secara

lisis. Dengan demikian perubahan salinitas sedikit

cermat dan mendalam.

saja menjadi sangat sensitifterhadap kehidupan biota

Faktor yang dominan dalam menentukan tinggi

laut. Biota laut merupakan penyuplai energi terutama

tanaman nampak memiliki sedikit perbedaan dengan

perannya dalam penyediaan hara N, P, K sehingga

kerapatan meskipun faktor salinitas merupakan

membawa pengaruh pula pada pertumbuhan tanaman

faktor dominan utama. Pada pertumbuhan meninggi

rehabilitasi.

tanaman, temyata unsur P sangat dominan. Pengaruh

Suhu perairan berpengaruh signifikan pada saat
awal penanaman.

Pada

unsur P akan terjadi jika tanaman sudah mengalami

suhu perairan tinggi

pertumbuhan yang tetap, artinya tidak lagi sensitif

kemungkinan bibit tidak mampu tumbuh dengan

dengan perubahan faktor lingkungan. Menurut

baik, sehingga pada awal penanaman, suhu merupa-

Mustafa,

kan faktor dominan pertumbuhan bibit. Demikian

menyebabkan kekerdilan bagi tanaman. Oleh karena

pula dengan plankton yang merupakan sumber energi

itu hasil penelitian ini nampaknya menunjukkan hal

bagi biota laut. Kalau dicermati, maka hubungan

demikian.

sebab akibat akan terns bersiklus membentuk rantai

dkk.

(1982),

kekurangan

unsur

P

Untuk melihat pola pengelompokan (cluster) dari

yang rumit. Oleh karena itu apabila pada hasil

parameter tanaman dan

analisis terjadinya urutan peran pengaruh dominan

dilakukan analisis tandan dengan mendasarkan

kemungkinan dapat berubah di lain tempat pada

hitungan jarak rata-rata (euclidean distance). Rata-

materi yang sama. Satu faktor merupakan jalinan

rata data yang akan dikelompokkan terlebih dahulu

interaksi dari faktor lain, sehingga semua faktor

disusun dalam Tabel 4. Setelah dihitung dengan

habitat yang terukur mempunyai nilai kepentingan

menggunakan metode jarak MED (Ludwig dan

faktor

habitat maka

* * * * * *HIERARCHICALCLUSTERANALYSI S * * * * *
Dendrogram Using Average Linkage (Between Groups)
Rescaled Distance Cluster Combine
C A S E 0 5 I 0 15 20 25

·,•

Lab Num + - - - - - - - - - + - - - - - - - - - + - - - - - - - - - + - - - - - - - - - + - - - - - - - - - +
IP
3P

IM

-----

---

---

2P

--lD --3D. --3M ---

2M

2D

Gambar I. Dendrogram/pengelompokan vegetasi mangrove berdasarkan faktor habitat pada tiap zonasi di Kawasan Rehabilitasi
Mangrove Pantai Utara Kabupaten Brebes, Tegal dan Pemalang

18

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007

DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

KESIMPULAN

Reynold, 1988), maka diperoleh hasil analisis tandan
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Dendrogram

hasil

analisis

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat
dari

parameter

disimpulkan bahwa :

tanaman dan faktor habitat menunjukkan bahwa

1. Rehabilitasi mangrove di Pantai Utara Kabupaten

rehabilitasi mangrove di Kabupaten Brebes zona

Brebes dan Pemalang rata-rata mempunyai

proksimal ( 1P), zona medial (1M) dan di Kabupaten

habitat yang lebih baik dari Kabupaten Tegal.

Pemalang bergabung pada jarak terpendek. Hal ini

Angka rata-rata salinitas antara 17,38- 19,35%o;

menunjukkan bahwa lokasi tersebut mempunyai

suhu antara 29- 31°C; pH antara 6,7 -7,12; DO

kemiripan habitat dan pertumbuhan tanaman. Data

antara 7,52- 13,3 7 ppm; N tersedia antara 25 29l

lapangan menunjukkan bahwa ketiga lokasi tersebut

'

58,67 ppm; P tersedia antara 15,14- 29,41 ppm;

mempunyai nilai faktor habitat yang lebih baik

K tersedia antara 0,90 - 1,59 ppm; populasi

dibanding lainnya. Kelompok lain terjadi pada

plankton antara 102,25 - 208,7 individu/liter; BO

Kabupaten Tegal zona proksimal (2P) dengan zona

antara 2,62 - 3,48 %.

medial (2M) yang membentuk satu cabang dengan
2. Faktor

jarak pendek. Kedua lokasi tersebut mempunyai

yang

pertumbuhan

kemiripan habitat, tetapi dari data lapangan keduanya

paling

dominan

tanaman

menentukan

adalah

salinitas.

Sedangkan faktor suhu, plankton dan unsur

mempunyai nilai habitat rendah. Sedangkan arah

Posfor perlu diperhatikan pada awal penanaman.

distal di Kabupaten Tegal dapat bergabung dengan

3. Hasil

kelompok Brebes distal, Pemalang distal dan medial

dendrogram

terhadap

kelompok.

habitat

pada skala jarak antara 10-15. Tidak adanya

menghasilkan

kelompok pada Kabupaten Tegal· arah distal

habitat di Pantai Utara Kabupaten Brebes dan

menunjukkan bahwa habitat kawasan mangrove di

Pemalang

Kabupaten Tegal didominasi oleh pasir, sehingga

mempunyai habitat yang lebih baik, ditunjukkan

pertumbuhan tanaman mengalami kesulitan. Ciri

dengan rata-rata kerapatan 12-17 individu/25m2

tanah berpasir adalah sifatnya yang porus sehingga

dan tinggi tanaman rata-rata 147-186 em.

ketersediaan hara sangat kecil.

empat

faktor

merupakan

Kelompok

kelompok

yang

DAFTAR PUSTAKA

Hasil penelitian ini memberikan informasi bahwa
Anonim. 1994. Laporan Telaah Tata Guna Lahan
Ekosistem Mangrove Pantai Utara Jawa Barat.
Tim Ekosistem Mangrove. MAB-LIPI dan PT.
Perhutani. Jakarta.
Hogarth PI. 2000. The Biology ofMangroves. Oxford
University Press.
Ludwig JA dan Reynold JF. 1988. Statistical
Ecology. John Wiley & Sons. New York.
Chichester. Brisbane. Toronto. Singapore.
Mustafa M, Rush dan Hazarin. 1982. Sifat Fisik dan
Kimia Tanah di bawah Tegakan Mangrove. Pusat
Studi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.
Universitas Hasanuddin Sulawesi Selatan.
Bulletin Lingkungan dan Pembangunan Vol. 2
(2). Hal97-118.

setiap kegiatan rehabilitasi mangrove hendaknya
mempersiapkan media substrat atau habitat yang
sesuai seperti habitat yang ada di kawasan Mangrove
Kabupaten Brebes dan Pemalang. Apabila suatu
kawasan yang akan direhabilitasi kurang memenuhi
syarat ketersediaan faktor habitat maka solusinya
adalah membiarkan kawasan untuk beberapa saat,
artinya segala bentuk kegiatan lain yang membawa
perubahan perlu dicegah agar terjadi akumulasi
faktor habitat dengan cepat.

19

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007

DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

Nontji A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit
Djambatan. Jakarta.
Nybakken JW. 1982. Biologi Laut (Suatu
Pendekatan Ekologi). Penerbit Gramedia.
Jakarta.
Poedjirahajoe E. 1996. Peranan Akar Bakau sebagai
Penyangga Kehidupan Biota Laut di Kawasan
Rehabilitasi Mangrove Pantai Utara Kabupaten
Pemalang. Thesis S2 Program Pasca Sarjana
UGM.
Poedjirahajoe E. 1998. Peranan Zonasi Vegetasi
Mangrove dalam Pengembangan Silvofishery.
Penelitian DPP Fakultas Kehutanan UGM. Tahun
1998.
Resosoedarmo, Kartawinata K, dan Soegiarto A.
1987. Pengantar Ekologi. Penerbit Remadja
Karya CV. Bandung.
Sukardjo S. 1993. Tanah dan Status Hara di Hutan
Mangrove Tiris Indramayu Jawa Barat. Majalah
Rimba Indonesia Vol. XXI Hal. 2-4.

,.

20

Jurnal Ilmu Kehutanan
Volume I No.2- Juli 2007

DENDROGRAM ZONAS! PERTUMBUHAN ....

Lampiran 1 : Peta lokasi penelitian

PETA LOKASI PENELITIAN
PANTAI UTARA JAWA TENGAH BAGIAN BARAT

LEGENDA :

-

Lokasi Penelitian

0.1

,.....

Dibuat oleh : Erny Poedjirahajoe

0

0.1

0.2 Kilometers

Lampiran 2. Skema peletakan plot-plot penelitian
U arah !aut
100m lOOm

r

L

T
'

D
Keterangan :
L : Plot arah !aut/proximal zone
T : Plot arah tengahlmedial zone
D : Plot arah darat/ distal zone

21