Penentuan Lebar Jalur Hijau Mangrove secara Aktual Berdasarkan Kemiringan Pantai dan Lebar Penanaman Rehabilitasi di Pantai Utara Jawa Tengah - repository civitas UGM

DEWAN REDAKSI

  ii -

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL TAHUNAN VIII

HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2011

  Diterbitkan oleh : Jurusan Perikanan dan Kelautan - Fakultas Pertanian UGM

Penanggungjawab : Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan-Fakultas Pertanian UGM

Penyunting : Alim Isnansetyo, Dr.

  Djumanto, Dr. Suadi, Dr.

  Redaksi Pelaksana : Prihati Sih Nugraheni, MP.

  Indah Istiqomah, M.Si. Fuad Nursef Ghozali, M.Eng.

  Alamat Redaksi : Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian UGM Jl. Flora, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Telp/Fax. 0274-551218

  Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Seminar Nasional Tahunan VIII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (2011: Yogyakarta) Prosiding Seminar Nasional Tahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2011 Jilid II : Manajemen Sumberdaya Perikanan Penyunting Isnansetyo, A. (et al.) Yogyakarta Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, 2011

  Isnansetyo, A. @ Hak Cipta dilindungi Undang-undang All rights reserved Penyunting: Isnansetyo, A dkk. Diterbitkan oleh: Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2011 Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin dari penerbit

  Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselenggaranya

“SEMINAR NASIONAL TAHUNAN VIII HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN

KELAUTAN TAHUN 2011” di Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pengembangan IPTEK yang bersifat dasar, strategis,

terapan dan adaptif dalam bidang perikanan dan kelautan serta dukungan kelembagaan

yang kuat sangat diperlukan untuk menunjang pembangunan bangsa. Oleh karena itu,

kegiatan seminar nasional tahunan hasil penelitian perikanan dan kelautan dilaksanakan

dalam rangka inventarisasi penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan mengetahui

teknologi yang telah dihasilkan.

  Makalah yang dipresentasikan pada seminar ini berjumlah kurang lebih 350

makalah dari berbagai instansi pemerintah, lembaga penelitian dan pengembangan

baik pemerintah maupun swasta. Makalah yang dipresentasikan sebagian diterbitkan

dalam Jurnal Perikanan yang dikelola oleh Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas

Pertanian UGM serta Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Makalah-makalah yang diterbitkan dalam

prosiding ini sudah melalui penyuntingan.

  Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada: 1. Rektor Universitas Gadjah Mada 2. Dekan Fakultas Pertanian UGM 3. Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan UGM 4. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan

  Semua pihak yang turut serta dalam mensukseskan seminar dan membantu penerbitan prosiding ini.

Akhirnya, kami mohon maaf apabila ada kekurangan dalam penyelenggaraan

seminar maupun penyajian prosiding ini. Harapan kami, semoga prosiding ini dapat

bermanfaat.

  Yogyakarta, Agustus 2011 Tim Penyunting

  DAFTAR ISI Halaman judul ........................................................................................................... i Dewan redaksi........................................................................................................... ii

  ISBN........................................................................................................................... iii Kata Pengantar ......................................................................................................... iv Daftar Isi .................................................................................................................... v BIDANG BIOLOGI PERIKANAN

  KODE HAL ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI KERANG TOTOK (Polymesoda erosa) DARI PULAU GOMBOL SEGARA ANAKAN : PERBANDINGAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2003

  BP – 01 DAN 2010 Bonifacius Arbanto, Ita Widowati PERTUMBUHAN, MORTALITAS DAN PREFERENSI MAKANAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI WADUK MALAHAYU BP - 02 Kunto Purnomo SEBARAN TEMPORAL KONDISI KEPITING BAKAU (Scylla serrata FORSSKAL) DI PANTAI MAYANGAN, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT BP - 03 Agus Arifin Sentosa dan Amran Ronny Syam KEBIASAAN MAKAN IKAN BAGRIDAE DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT

  BP – 04 Masayu Rahmia Anwar Putri dan Didik Wahju Hendro Tjahjo STRUKTUR KOMUNITAS DAN BESARAN STOK IKAN DI DANAU SEMBULUH DAN PEPUDAK, KALIMANTAN TENGAH

  BP – 05 Endi Setiadi Kartamihardja, Kunto Purnomo dan Zulkarnaen Fahmi BIODIVERSITAS DAN PRODUKTIVITAS PRIMER KAWASAN TERUMBU KARANG NON PRODUKTIF PADA ZONASI YANG BERBEDA PRA RESTOCKING ANEMON LAUT BP – 06 M. Ahsin Rifa’i ASPEK BIOLOGI IKAN LAIS TAPA (Kryptopterus Impok) DI PERAIRAN SEKITAR DESA MUARA RAWAS KABUPATEN MUSI RAWAS BP – 07 Makri PERTUMBUHAN DAN KUALITAS PERAIRAN HABITAT IKAN SUMPIT (Toxotes microlepis) DI SUNGAI MUSI BAGIAN HILIR BP – 08 Herlan dan Aroef Hukmanan Rais PENDUGAAN MIGRASI LOKAL IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DI BAGIAN TENGAH SELAT MADURA JAWA TIMUR

  BP – 09 Gatut Bintoro, Fedi Sondita, Daniel Monintja, John Haluan, dan Ari Purbayanto BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN PAYANGKA (Ophiocara porocephala) DI DANAU LIMBOTO, GORONTALO

  BP – 10 Astri Suryandari dan Krismono

  PEMANGSAAN IKAN MADIDIHANG (Thunnus albacares Bonnatere 1788) DI PERAIRAN TELUK TOMINI DAN SELATAN JAWA BP - 11 Karsono Wagiyo PANJANG BOBOT, KEBIASAAN MAKAN DAN FAKTOR KONDISI IKAN BAUNG

  BP – 12 (Mystus nemurus) DI SUNGAI BATANGHARI JAMBI Siti Nurul Aida HUBUNGAN PERTUMBUHAN TUBUH DAN KOMPONEN MATA IKAN KEMBUNG

  BP – 13 PEREMPUAN (Rastrelliger brachysoma) Abdul Razak ASPEK BIOLOGI IKAN PARI MARGA HIMANTURA DI DAREAH ALIRAN SUNGAI MUSI BAGIAN HILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN BP - 14 Makri dan Siswanta Kaban PENDUGAAN STOK IKAN MEGGUNAKAN METODE HIDROAKUSTIK SECARA HORIZONTAL DI PERAIRAN SUNGAI BATANGHARI JAMBI BP - 15 Freddy Supriyadi, Zulkaranaen Fahmi, Wijopriono dan Taufiq Hidayah ANALISIS MORFOLOGI SIDAT BICOLOR (Anguilla bicolor bicolor) CITANDUI CILACAP

  BP - 16 Marlina Ummas Genisa, Trijoko, Niken Satuti Nur Handayani

BIDANG MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN KODE HAL

STUDI FLUKTUASI KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS PLANKTON DI PERAIIRAN

  MS - 01 Bejo Slamet PENENTUAN LEBAR JALUR HIJAU MANGROVE SECARA AKTUAL BERDASARKAN KEMIRINGAN PANTAI DAN LEBAR PENANAMAN REHABILITASI DI PANTAI UTARA

  MS – 02 JAWA TENGAH Erny Poedjirahajoe KAJIAN KUALITAS AIR DI WADUK MALAHAYU, KABUPATEN BREBES – JAWA TENGAH BERDASARKAN PARAMETER FISIKA KIMIA MS – 03 Andri Warsa NISBAH KELAMIN, FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN BETE (Leiognathus equulus FORSSKAL, 1775) DI PERAIRAN DANAU TEMPE, KABUPATEN WAJO,

  MS – 04 PROPINSI SULAWESI SELATAN Syarifuddin Kune, Sharifuddin Bin Andy Omar, dan Yenda Hirasti Yusuf KONDISI DAN KERAPATAN PADANG LAMUN DI PERAIRAN PANCURAN BELAKANG, KARIMUNJAWA TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA JEPARA MS – 05 Suryanti dan Ruswahyuni vi - MAKROZOOBENTOS OLIGOCHAETA, TEKSTUR DAN BAHAN ORGANIK SEDIMEN DI SUNGAI SIAK BAGIAN HILIR MS - 06 Siswanta Kaban dan Makri

  DISTRIBUSI KANDUNGAN LOGAM BERAT (Pb, Cu, Zn, Sn, Cd) DI PERAIRAN KOTA PEKALONGAN, JAWA TENGAH MS – 07 Petrus R. Pong-Masak, A. Indra Jaya Asaad, Ahmad Mustafa, dan Rachman Syah

  POTENSI EKOSISTEM PESISIR DI KAWASAN INTERTIDAL TELUK TERIMA, DESA MS – 08 SUMBER KLAMPOK, TAMAN NASIONAL BALI BARAT Anargha Setiadi dan Mulyani DEGRADASI MANGROVE, EKO-EFISIENSI ALIH FUNGSI LAHAN DAN PERUBAHAN POLA PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI TELUK YOUTEFA KOTA

  MS – 09 JAYAPURA PROVINSI PAPUA Nurhani Widiastuti KAJIAN PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN UNTUK PENGEMBANGAN SILVOFISHERY DI KAWASAN REHABILITASI MANGROVE PANTAI UTARA REMBANG MS – 10 Erny Poedjirahajoe STATUS TROFIK SITU BEKAS GALIAN PASIR DI DESA CIKAHURIPAN KABUPATEN CIANJUR

  MS – 11 Pelita Octorina, Niken T.M.Pratiwi , dan Enan M. Adiwilaga NISBAH KELAMIN DAN UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD IKAN ENDEMIK BONTI-BONTI (Paratherina striata AURICH, 1935) DI DANAU TOWUTI, SULAWESI

  MS – 12 SELATAN Sharifuddin Bin Andy Omar, Raodah Salam, dan Syarifuddin Kune STUDI KLASIFIKASI SUNGAI MENGGUNAKAN KOMUNITAS MAKROINVERTEBRATA BENTIK DI SUNGAI JANGKOK, MATARAM NTB MS – 13 Nanda Diniarti, Dewi Nur’aeni Setyowati dan Alis Mukhlis

  IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA KERANG TOTOK (Polymesoda erosa) DI KAWASAN SEGARA MS – 14 ANAKAN KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

  Bonifacius Arbanto, Jusup Suprijanto, dan Sutrisno Anggoro KARAKTERISTIK ESTUARI SUNGAI MUSI DITINJAU DARI SIFAT FISIKA KIMIA DAN

  MS – 15 Siswanta Kaban PENDUGAAN DISTRIBUSI KELIMPAHAN IKAN DI ZONA LITORAL WADUK IR. H DJUANDA DENGAN PENDEKATAN HIDROAKUSTIK MS – 16 Chairulwan Umar dan Zulkarnaen Fahmi KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI WADUK GAJAH MUNGKUR, WONOGIRI, MS – 17

  Danu Wijaya dan Agus Djoko Utomo

  PERTUMBUHAN, MORTALITAS DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN SEPAT SIAM PK – 01 (Trichogaster pectoralis) DI DANAU TEMPE SULAWESI SELATAN

  Samuel

  KOMPOSISI DAN KERAGAMAN IKAN HASIL TANGKAPAN GILL NET DI SITU PK – 02 PANJALU, KABUPATEN CIAMIS – JAWA BARAT

  Andri Warsa

  RESPONS PENGLIHATAN IKAN BERONANG DAN KAKAP MERAH TERHADAP PK – 03

  Aristi Dian Purnama Fitri dan Asriyanto

  KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN EXPERIMENTAL GILLNET DI WADUK IR.H.DJUANDA PK – 04

  Masayu Rahmia Anwar Putri dan Sri Endah Purnamaningtyas

  KOMPOSISI JENIS DAN BIOMASA IKAN DAN UDANG HASIL TANGKAPAN PERCOBAAN DI PERAIRAN ESTUARI SELAT PANJANG RIAU PK – 05 Rupawan MATERIAL-RANCANG BAGUN, METODA PENANGKAPAN DAN HASIL TANGKAPAN BUBU BIDANG (BARRIER TRAPS) DI RAWA BANJIRAN DANAU LINDUNG PK – 06 EMPANGAU KABUPATEN KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Rupawan HUBUNGAN JARAK DAN TINGKAH LAKU POLA GERAK IKAN KARANG SEBAGAI PENENTU ZONA PENGARUH ALAT TANGKAP BUBU YANG DIOPERASIKAN

  PK – 07 BERSAMA RUMPON

  Fonny J.L Risamasu

  HASIL TANGKAP DAN AKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN RINGO (Datnioides microlepis) DI BEBERAPA PERAIRAN DAS KAPUAS BAGIAN TENGAH DAN HULU

  PK – 08 KALIMANTAN BARAT

  Emmy Dharyati dan Niam Muflikhah

  ANALISIS INTRINSIC RATE SEBAGAI INDIKATOR UNTUK MENDUGA BENTUK EKSPLOITASI SEBUAH PERIKANAN TROPIS YANG BERSIFAT MULTI-SPECIES DAN PK – 09

  Ledhyane Ika Harlyan

  ANALISIS BENTUK LAYAR UNTUK APLIKASI KAPAL DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI DAN RAMAH LINGKUNGAN PK – 10 Ahmad Nasirudin, Achmad Zubaydi, Murdijanto, Muhammad Nurul Misbah,

  Setijoprajudo viii -

  VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI BALIKPAPAN SE - 01

  Suradi WijayaSaputra

  ANALISIS PERAN WANITA PESISIR DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN SE - 02 KELUARGA PADA USAHA KERANG KEPAH (Polymesodaerosa) DAN TINGKAT KESEJAHTERAANNYA DI DESA PENITI LUAR KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Deliana R. Pridaningsih, AzisNurBambang, Asriyanto DESTINASI PENGEMBANGAN POTENSI WISATA BAHARI DI TELUK PANGEMPANG SE - 03

  Eko Sugiharto

  ANALISIS BIO-EKONOMI UDANG LOBSTER DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL SE - 04

  Rendy Herdian, Supardjo S.D. danDjumanto

  KAJIAN GAMBARAN PERBANDINGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PERAIRAN SE - 05 RAWA DAN DANAU: Kasus Di DesaBerkat, Bangkau Dan Bambaler Sastrawidjaja, ZahriNasution KAJIAN NILAI TUKAR PELAKU USAHA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN SE - 06 Sonny Koeshendrajanadan SubechanisSaptanto ANALISIS EFISIENSI EKONOMI DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS SE – 07 PADA PENDEDERAN GURAME DI KEC. SINGAPARNA, TASIKMALAYA Ine Maulina PARTISIPASI MASYARAKAT DI DALAM KEBERHASILAN REHABILITASI MANGROVE SE – 08 DI DESA KALIWLINGI, BREBES, JAWA TENGAH

  Aini ChairunnisaAmalia, Muhammad Zainuri dan Rudhi Pribadi

  KAJIAN POTENSI HABITAT PENELURAN PENYU PANTAI SAMAS, BANTUL SE - 09 YOGYAKARTA UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS PENYU Intan Rahmawati, Agus Hartoko dan Baskoro Rochadi ANALISIS PERUBAHAN NILAI EKONOMI SUMBER DAYA MANGROVE DI KAWASAN SE - 10 SEGARA ANAKAN KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH Rheza Mahardika, Johannes Hutabarat, Jusup Suprijanto FAKTOR DETERMINAN YANG BERPENGARUH TERHADAP MEKANISME DISEMINASI SE – 11 KINERJA IPTEKMAS PENGOLAHAN PRODUK PERIKANAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Mei Dwi Erlinadan Nensyana Shafitri PERUBAHAN SOSIAL PETAMBAK DI KELURAHAN KARANGANYAR KECAMATAN SE – 12 TUGU KOTA SEMARANG

  Tika Wulandari PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM KONSERVASI MANGROVE DI DESA PASAR SE – 13 BANGGI KABUPATEN REMBANG

  Cahyani Pratisti, Hery Saksono, Suadi

  PERANAN KELEMBAGAAN NELAYAN DALAM MELESTARIKAN SUMBERDAYA IKAN SE – 14 DI TELUK JAKARTA (Studi Kasus di Kelurahan Muara Kamal, Jakarta Utara) Hendra Saepulloh, Amula Nurfiarini, dan Adriani Sri Nastiti STRATEGI AKSELERASI DISEMINASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRODUK SE – 15 PERIKANAN MELALUI KINERJA IPTEKMAS DI DIY YOGYAKARTA Mei Dwi Erlina dan Manadiyanto

  SEBARAN DAN KERAGAMAN IKAN KARANG DI PULAU BARRANGLOMPO: KL –01 KAITANNYA DENGAN KONDISI DAN KOMPLEKSITAS HABITAT Chair Rani, A. Iqbal Burhanuddin dan Andi Arham Atjo KEANEKARAGAMAN JENIS-JENIS BIOTA PENEMPEL DI LOKASI TERUMBU KARANG KL –02 BUATAN DI TELUK SALEH, NUSA TENGGARA BARAT Mujiyanto dan Hendra Satria DISTRIBUSI LARVA IKAN SECARA SPASIAL DI PANTAI MAYANGAN SUBANG JAWA KL – 03 BARAT

  Arip Rahman dan Amran Ronny Syam

  STRUKTUR KOMUNITAS ALGA PERIPHYTON PADA DAUN LAMUN (Cymodocea KL –04 rotundata dan Thalassia hemprichii) DI PESISIR KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Endang Yuli H.

  STUDI KONDISI TERUMBU KARANG KAWASAN PULAU-PULAU SEMBILAN KL –05 KABUPATEN SINJAI, SULAWESI SELATAN Lodewyk S. Tandipayuk SEBARAN KELIMPAHAN PLANKTON DI LOKASI TERUMBU BUATAN DI PULAU RAKIT KL – 06

  Mujiyanto dan Hendra Satria

  SEBARAN DAN POTENSI JENIS RUMPUT LAUT DI PERAIRAN PULAU NUSALAUT KL – 07 MALUKU TENGAH

  Saleh Papalia

  VARIASI DAN SEBARAN KUALITAS AIR DI PERAIRAN SEGARA ANAKAN, KABUPATEN KL – 08 CILACAP

  Riswanto dan Didik Wahju Hendro Tjahjo

  x -

  STUDI PENDAHULUAN TENTANG KELIMPAHAN IKAN HIAS ANGEL NAPOLEON KL - 09 Pomacanthus xanthometapon DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP, SULAWESI SELATAN

  Mauli Kasmi, M. Natsir Nessa, Jamaluddin Jompa, dan Budimawan

  ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI KERANG TOTOK (Polymesoda erosa) BP-01 DARI PULAU GOMBOL SEGARA ANAKAN : PERBANDINGAN HASIL PENELITIAN TAHUN 2003 DAN 2010 1) 2) Bonifacius Arbanto , Ita Widowati

  1) 2)

  e-mail : bonifacius.arbanto@yahoo.fr ita_jusup@yahoo.co.id

  1)

  Mahasiswa Beasiswa Unggulan DD Magister Manajemen Sumber Daya Pantai, Konsentrasi Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Universitas Diponegoro Semarang

  2)

  Staff Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Staff pengajar Beasiswa Unggulan DD Magister Manajemen Sumber Daya Pantai – Semarang

  Abstrak

  Segara Anakan adalah sebuah delta dengan potensi sumberdaya lingkungan dan ekonomi yang tinggi. Dalam kurun waktu tahun 2003 sampai 2010, Segara Anakan banyak mengalami tekanan lingkungan dan Kerang Totok (Polymesoda erosa) yang hidup disana harus beradaptasi dengan kondisi tersebut. Tujuan penelitian ini membandingkan hasil penelitian penulis tahun 2003 dengan 2010 pada beberapa aspek biologi reproduksi sebagai berikut 1. Diameter dan jumlah oosit tiap tingkat kematangan gonad (TKG), 2. Deskripsi morfologi oosit, 3. korelasi antara diameter oosit dengan TKG, jumlah oosit dengan TKG, panjang cangkang dengan berat daging basah, panjang cangkang dengan inflasi dan jumlah oosit dengan diameter oosit. Penelitian ini dilaksanakan pada November-Desember 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode pengambilan sampel purposive randome sampling dan analisis data menggunakan alat bantu statistik. Hasil penelitian menunjukan peningkatan diameter dan jumlah oosit sejalan dengan peningkatan TKG. Ukuran diameter oosit sampel segar tahun 2010 lebih kecil dibanding 2003. Jumlah oosit per ml pada tiap TKG tahun 2010 lebih banyak dibanding 2003. Morfologi oosit P.erosa secara umum antara penelitian tahun 2010 dan tahun 2003 adalah sama dimana dapat dideskripsikan berwarna coklat-coklat tua; berbentuk seperti buah pir, bulat atau elips; memiliki nukleus berwarna putih keruh dengan diameter 30-40 m. Korelasi antara panjang cangkang dengan berat daging basah dan inflasi cangkang pada tahun 2003 dan 2010 menunjukan hasil yang sama yaitu memiliki derajat asosiasi tinggi. Sedangkan korelasi antara TKG dengan jumlah dan diameter oosit serta jumlah oosit dengan diameter menunjukan hasil yang berbeda. Kata kunci : Polymesoda erosa; diameter oosit; jumlah oosist; morfologi oosit

  Pengantar

  Delta merupakan sebuah kawasan yang memiliki potensi sumberdaya lingkungan yang sangat kaya dan memiliki potensi ekonomi yang tinggi (Sopaheluwakan, 2010). Salah satu delta di Pulau Jawa yang menjadi pusat perhatian oleh para peneliti dan pemerhati lingkungan adalah Segara Anakan. Delta yang terletak di Cilacap, Jawa Tengah ini merupakan sebuah ekosistem estuari yang mendapat suplai air asin dari Samudra Indonesia melalui dua buah kanal yaitu kanal barat dan kanal timur. Sedangkan suplai air tawar berasal dari beberapa sungai besar yang bermuara di Segara Anakan seperti Citanduy, Cibeureum dan Ci Meneng, Ujungalang, Sapuregel dan Donan. Keberadaan banyak aliran sungai yang bermuara di Segara Anakan membawa banyak unsur hara yang berguna bagi mahluk hidup di didalamnya.

  Unsur hara yang melimpah sangat mendukung untuk tumbuhnya Mangrove di kawasan ini. Tercatat 27 spesies tumbuhan mangrove terdiri dari 13 spesies mayor, 8 spesies minor dan 6 spesies tumbuhan asosiasi (setyawan et all, 2002). Pemda Cilacap (2003) mengungkapkan mengenai perubahan luasan hutan mangrove dari waktu kewaktu, pada tahun 1997 luasan hutan mangrove hanya sebesar 8.958 ha selang 2 tahun pada tahun 1999 luasan hutan mangrove Segara anakan mengalami peningkatan 39% atau setara dengan 12.451 ha. Peningkatan luasan hutan mangrove terhenti dan secara bertahap mengalami penurunan sejak tahun 2000 hingga tinggal 12.343 hektar. Tahun 2003 dengan menggunakan citra satelit Landsat 7 ETM+ kondisi hutan mangrove Segara anakan terhitung hanya sebesar 9.211 ha (Hudaya, 2004) dan hasil penelitian Wicaksono pada tahun 2008, daerah Segara Anakan memiliki total area mangrove seluas 8.244 ha, yang terbagi menjadi kategori jarang seluas 1.843 ha, kategori sedang seluas

  3.495 ha dan kategori rapat selu eluas 2.906 ha. Terhitung mulai tahun 1999 samp mpai dengan tahun 2008 telah terjadi penurunan luas as hutan mangrove sebesar 34% atau setara deng ngan 4207 ha.

  Salah satu fungsi hutan m mangrove yaitu tempat hidup dan berkembang bi biak bagi berbagai mahluk hidup. Salah satu sumb mber daya hayati kekerangan yang hidup di kawa kawasan mangrove Segara Anakan adalah Polymes tnya Kerang Totok.

  esoda erosa atau masyarakat lokal menyebutny

  Pemanfaatan Kerang Totok seba bagai sumber pangan banyak dilakukan oleh mas asyarakat di benua Asia, khususnya pada negara-ne negara tempat habitat kerang tersebut ditemukan an (Poutiers, 1998). Masyarakat yang tinggal di s sekitar daerah Segara Anakan, Cilacap, Jawa awa Tengah juga memanfaatkan Kerang Totok seb ebagai sumber pangan. Selain dikonsumsi oleh m masyarakat sekitar Segara Anakan, kerang ini juga ga diperdagangkan sampai ke Jakarta. Perminta ntaan akan Kerang Totok cukup tinggi bahkan kada adang-kadang para pencari Kerang Totok tidak k dapat memenuhi permintaan para pembeli. Saat d t dilakukan penelitian ini (2010) harga kerang Toto Totok yang dijual di sekitar Segara Anakan seharga Rp a Rp 10.000,00 /kg tanpa cangkang dan Rp 5.000,0 0,00/ember dengan cangkang.

  Dalam kurun waktu 2003 s 3 sampai 2010 di Segara Anakan telah mengalam mi banyak tekanan lingkungan. Tekanan lingkungan an yang disebabkan oleh manusia dan alam mem emperburuk kondisi Segara Anakan. Tekanan alam m terutama disebakan oleh meningkatnya laju ju sedimentasi dan diperparah lagi dengan adanya p a pemanasan global yang mengakibatkan naiknya ya suhu lingkungan. Kenaikan suhu lingkungan men enyebabkan terjadinya peningkatan evaporasi da dan pada akhirnya akan meningkatan pembentukan an awan yang memungkinkan untuk turunnya cu curah hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan an terjadinya erosi sehingga partikel-partikel sedim dimen terlarut mulai dari hulu sungai dan terbawa sam ampai hilir. Setiap tahun sungai Citanduy dan Ci M i Meneng/ CI Konde

  3

  3

  3

  masing-masing-masing mengang ngkut 5 juta m dan 770.000 m sedimen, dimana na 740.000 m dan

  3

  260.000 m diantaranya diendap apkan disegara anakan (ECI, 1994). Perlumpuran n ini menyebabkan menjoroknya daratan antara 17- -30 m per tahun. Tanpa upaya yang berarti untu ntuk mengatasinya, dalam jangka panjang ekosistem tem hutan mangrove akan berubah menjadi ek ekosistem daratan, dengan jenis komponen biotik ik (flora dan fauna) yang berbeda (Tjitrosoepom pomo, 1981 dalam Winarno et all, 2003).

  Keterangan :

  1. Gonad

  2. Kaki

  3. Cangkang

  4. Mantel

  5. Insang

  6. Otot Aduktor 7. Jaringan Pencernaan Gambar 1. . Anatomi Polymesoda erosa (Arbanto, 2003)

  Tekanan lingkungan yang ng terjadi dapat menyebabkan terjadinya ganggu guan pada proses reproduksi. Gonad merupakan organ tubuh yang paling berperan dalam pros oses reproduksi P. terjadi secara bertahap sampai menghasilkan gamet yang siap

  erosa. Perkembangan gonad te dipijahkan. Perkembangan gona nad dapat dilihat secara visual dari perubahan uk ukuran dan warna.

  Oosit yang terdapat didalam gona onad merupakan sel gamet betina yang memegang ng peranan penting dalam proses reproduksi.

  Tujuan dari penelitian ini ad i adalah 1) Membandingkan diameter oosit dari ma asing-masing TKG pada Polymesoda erosa hasil p il penelitian tahun 2003 dengan tahun 2010, 2) 2) Membandingkan jumlah oosit dari masing-masing g TKG pada Polymesoda erosa hasil penelitian tah tahun 2003 dengan

  2 - Semnaskan _UGM / Biologi Per tahun 2010, 3) Membandingkan deskripsi morfologi oosit Polymesoda erosa hasil penelitian tahun 2003 dengan tahun 2010, 4) Membandingkan korelasi antara diameter oosit dengan tingkat kematangan gonad (TKG), jumlah oosit dengan TKG, Panjang cangkang dengan berat daging basah, panjang cangkang dengan inflasi, jumlah oosit dengan diameter oosit dari hasil penelitian tahun 2003 dengan tahun 2010.

  Bahan dan Metode

  Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2010 di Pulau Gombol, Segara Anakan, Cilacap Jawa Tengah. Lokasi pengambilan sampel di Pulau Gombol yang terletak 108

  50

  ’ ’

  493 BT dan 07 40 614 LS. Analisa morfometri, penimbangan, pengamatan oosit, pengukuran oosit, dan analisa sedimen dilakukan di laboratorium Ekologi Laut Marine Station Jurusan Ilmu Kelautan UNDIP Teluk Awur, Jepara.

  Metode pengumpulan sampel dilakukan dengan metode survei yaitu metode pengumpulan data dengan mencatat sebagian kecil populasi, namun hasilnya diharapkan dapat menggambarkan sifat populasinya secara keseluruhan. Pada proses pengambilan kerang Polymesoda erosa yang bersembunyi di dalam substrat dilakukan dengan secara manual menggunakan tangan. Kerang yang sudah diambil dikumpulkan di kantung plastik yang diberi sedikit air laut. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar suhu di dalam kantung plastik tidak terlalu panas. Semua sampel kerang yang telah diambil kemudian dibawa ke laboratorium Ekologi Marine Center Jurusan Ilmu Kelautan, Teluk Awur UNDIP untuk dilakukan pengukuran.

  Pengukuran Morfometri dan Penimbangan Sampel

  Pengukuran morfometri pada kerang Polymesoda erosa dengan jumlah sampel sebanyak 270 individu dilakukan dengan cara mengukur panjang, tinggi, inflasi cangkang tiap individu dengan menggunakan jangka sorong (Poutiers, 1998). Pengukuran panjang cangkang dilakukan dengan cara mengukur mulai dari sisi posterior sampai dengan sisi anterior. Pengukuran Tinggi dilakukan dengan cara mengukur mulai dari sisi dorsal sampai dengan sisi ventral, sedangkan pengukuran inflasi dilakukan dengan cara mengukur mulai dari sisi terluar cangkang kiri sampai dengan sisi terluar cangkang kanan (Gambar 2).

  3

  2

  1 Keterangan Gambar :

  1. Panjang Cangkang

  2. Tinggi Cangkang

  3. Pengukuran Inflasi / Tebal Cangkang Gambar 2. Cara Pengukuran Panjang, Tinggi dan Inflasi Cangkang (Sumber: Poutiers ,1998 dimodifikasi Arbanto,2010) Berat total dari individu kerang Polymesoda erosa diperoleh dengan melakukan penimbangan terhadap berat cangkang dan jaringan lunaknya. Berat total adalah gabungan dari berat seluruh jaringan lunak ditambah dengan berat cangkangnya (Imai, 1971). Setelah penimbangan berat total kemudian dilakukan pengeluaran dan pemisahan jaringan lunak dari cangkang. Jaringan lunak yang sudah dipisahkan kemudian diletakkan diatas aluminium foil (berat aluminium foil telah diketahui) kemudian ditimbang. Selisih antara berat jaringan lunak diatas aluminium foil dikurangi berat aluminium foil maka ditemukan berat daging basah.

  Proses selanjutnya adalah pengeringan jaringan lunak dengan sampel sebanyak 270 individu. Dalam proses ini jaringan lunak yang diletakkan di atas aluminium foil dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100 C sampai mencapai berat konstan selama kurang lebih 24 jam, kemudian ditimbang. Berat hasil timbangan dikurangi dengan berat aluminium foil maka diperoleh berat kering. Guna mengetahui berat cangkang dilakukan proses penimbangan pada cangkang yang telah dikeringkan sebelumnya.

  Penentuan Tingkat Kematangan Gonad dan Pengukuran diameter Oosit

  Dalam penentuan tingkat kematangan gonad dilakukan dengan cara pengamatan secara makroskopis yaitu pengamatan dengan cara visual berdasarkan ciri-ciri tingkat kematangan gonad dan penentuan jenis kelaminnya dibantu dengan menggunakan mikroskop. Jumlah sampel yang diamati sebanyak 270 individu Polymesoda erosa.

  Pengamatan oosit dilakukan dengan melakukan pengambilan sampel sejumlah 9 individu betina. Pengamatan dan pengukuran yang dilakukan menghitung jumlah oosit, diameter, diamati morfologi oositnya, pengukuran diameter dan perhitungan jumlah oosit.

  Metode pengukuran diameter oosit dan penghitungan jumlah oosit mengacu pada metode kuantitasi sel (Sardjono, 1988) yang telah dimodifikasi oleh Arbanto (2003). Metode tersebut dilakukan dengan cara mengeluarkan oosit dari dalam gonad dan meletakkannya di atas cawan petri. Oosit yang berada di atas cawan petri diambil 0,1 ml dengan bantuan pipet dan gelas ukur. Oosit 0,1 ml yang terdapat di dalam gelas ukur kemudian diencerkan menjadi 10 ml dengan menambahkan cairan yang terdapat didalam cangkang dengan tujuan agar oosit tidak mengalami perubahan kondisi salinitas yang dapat mempengaruhi diameter oosit. Oosit yang sudah mengalami pengenceran kemudian diambil 1 ml dan diletakkan pada sedgwik rafter yang kemudian dihitung jumlah, diukur diameter dan diamati bentuk morfologinya. Sebelum proses pengambilan larutan yang berisi oosit, larutan tersebut diaduk terlebih dahulu agar oosit yang ada di dalamnya dapat tercampur rata.

  Langkah berikutnya oosit yang terdapat dalam sedgwick rafter dihitung jumlah seluruhnya. Kemudian untuk pengukuran diameter oosit hanya diambil 30 sampel oosit secara acak dari semua oosit yang terdapat di dalam sedgwik rafter. Pengukuran diameter pada sebuah oosit dilakukan dengan cara mengukur diameter terpanjang dari sebuah oosit dengan bantuan micrometer yang dipasang pada lensa okuler pembesaran 10:100. Apabila oosit tidak persis bulat, diameter oosit dihitung berdasarkan rumus Pangni et al., (2008) sebagai berikut:

  D  D

1

2 D =

  2 Keterangan :

  D = Diameter oosit D

  

1 = Diameter terpanjang

  D = Diameter terpendek

  Penghitungan Nilai Indeks Kondisi

  Dalam proses penghitungan nilai indeks kondisi dilakukan pada masing-masing individu dengan cara membagi antara berat kering dengan berat cangkang dikalikan seratus. Hasil indeks kondisi yang diperoleh kemudian diklasifikasikan termasuk dalam kategori kurus, sedang dan gemuk (Davenport dan Chen,1987). Berdasarkan hasil klasifikasi indeks kondisi yang ada pada masing-masing individu maka dapat dilihat kategori indeks kondisi yang dominan.

  Pengukuran Parameter Lingkungan

  Parameter lingkungan yang diukur adalah suhu, ukuran butir dan kandungan bahan organik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara umum kondisi lingkungan habitat dari kerang Totok (Polymesoda erosa). Analisa butir sedimen dan bahan organik dilakukan dengan mengambil

  4 - Semnaskan _UGM / Biologi Perikanan (BP-01) masing-masing 100 gr sedimen pada setiap stasiun kemudian dilakukan proses pengeringan dilanjutkan dengan analisa. Data parameter lingkungan yang diukur akan didukung oleh data sekunder mengenai pasang surut dan curah hujan yang diperoleh dari PMO SACDP dan BMG Cilacap.

  Hasil dan Pembahasan

  Pada tiap sampel Kerang Totok dilakukan pengukuran Morfometri yang terdiri dari panjang, tebal, inflasi, berat total, berat daging basah dan berat daging kering. Rata-rata hasil pengukuran Morfometri Kerang Totok pada tiap Stasiun pengambilan sampel ditampilkan pada Tabel 1.

  Tabel 1. Ukuran Rata-rata Morfometri Polymesoda erosa Tahun 2010 Berat

  Daging Berat Berat Panjang Tinggi Inflasi Berat Total Basah Cangkang Daging

  Ulangan (cm) (cm) (cm) (gr) (gr) (gr) Kering (gr) N 1 64.3+7.9 60.0+7.7 33.7+4.5 70.72+23.52 9.66+3.33 34.98+11.94 1.37+0.45 90 2 63.6+5.2 59.9+4.9 34.5+3.3 73.03+16.54 9.84+2.38 35.40+8.51 1.23+0.27 90 3 63.3+5.7 59.2+5.2 33.8+3.5 68.54+16.90 9.86+2.59 33.85+8.55 1.24+0.30

  90 Keterangan : + Standar Deviasi (SD) N = Jumlah Sampel Berdasarkan hasil pengukuran Morfometri panjang maksimum yang ditemukan adalah

  78,1 mm dan panjang cangkang minimum 37,4 mm. Tinggi maksimum adalah 74,5 mm dan tinggi minimum34,7 mm sedangkan inflasi tertinggi adalah 43,9 mm dan inflasi terkecil adalah 18,5 mm. Berat total terberat sebesar 132,30 gr dan teringan 11,40 gr. Berat cangkang terberat ditemukan adalah 7,22 gr dan teringan 3,22 gr. Berat kering jaringan lunak terberat sebesar 2,40 gr dan paling ringan 0,20 gr. Tingkat Kematangan Gonad Berdasarkan Pengamatan Makroskopis

  Pembagian TKG pada Kerang Totok merupakan modifikasi dari pembagian TKG menurut Mason (1983) dan telah digunakan oleh beberapa pengeliti Arbanto (2003), Widowati et al (2003), Hartati et al., (2005) dan Suryanti (2010). Dalam penentuan TKG pada sampel Kerang Totok dilakukan dengan cara pengamatan makroskopis. Berdasarkan hasil pengamatan makroskopis akan diketahui tingkatan kematangan gonad yaitu UND (belum bisa dibedakan antara jantan dan betina), TKG 1, TKG 2 dan TKG 3 dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

  50

  45

  40 B1

  35 B2

  30 B3

  25 J1

  20 J2

  15 J3

  10 UND

  5 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

  Grafik Distribusi Individu Pada TKG Berbeda Penelitian 2003 (Arbanto, 2003) Gambar 3.

  6 - Semnaskan _UGM / Biologi Perikanan (BP-01) Gambar 4.

  Pada masing-masing TKG ditemukan oosit dengan berbagai macam ukuran Gambar 5.

  B1 B2 B3 J1 J2 J3 UND

  50 Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

  45

  40

  35

  30

  25

  20

  15

  10

  5

  Oosit Polymesoda erosa

  6 Lain-lain Pada masing-masing TKG ditemukan oosit dengan berbagai macam ukuran

  Grafik Distribusi Individu Pada TKG Berbeda Penelitian 2010 Keterangan : B1 = Betina TKG 1 B2 = Betina TKG2 B3 = Betina TKG 3 J1 = Jantan TKG 1 J2 = Jantan TKG 2 J3 = Jantan TKG 3 UND = Jenis Kelamin Belum Diketahui Morfologi Oosit Polymesoda erosa

  ฀m.

  Terdapat Nukleus pada oosit yang sudah matang berwarna putih transparan dengan diameter 30 – 40

  ฀m.

  5 Nukleus Terdapat Nukleus pada oosit yang sudah matang berwarna putih transparan dengan diameter 30 – 40

  Bening dan memiliki ukuran berkisar antara 120 – 300 ฀m.

  Bening dan memiliki ukuran berkisar antara 110 – 360 ฀m.

  4 Diameter Membran vitelin yang mengelilingi oosit

  Berkisar 65 – 130 ฀m

  3 Diameter oosit Berkisar antara 45 –130 ฀m.

  2 Bentuk Seperti buah pir, bulat atau elips. Seperti pir, bulat atau elips

  1 Warna Coklat Coklat - Coklat tua

  No Keterangan 2003 2010

  Berdasarkan hasil pengamatan morfologi oosit Polymesoda erosa menggunakan mikroskop pembesaran 10x10 (Gambar 5 ) dan bantuan micrometer untuk melakukan pengukuran oosit maka dapat dapat diketahui morfologi oosit Polymesoda erosa yang dideskripsikan pada Tabel 2. Tabel 2. Deskripsi Morfologi Oosit Polymesoda erosa

  Oosit Membran Nukleus Diameter Oosit Polymesoda e

  a erosa

  Proses pengukuran d diameter oosit Kerang Totok (Polymesoda erosa osa) dilakukan dengan menggunakan sampel. Denga gan Sampel 30 oosit pada masing-masing TKG. Berdasarkan hasil pe pengukuran diameter oosit Kerang Totok sampe pel segar (Gambar 7) diketahui bahwa rata-rata dia diameter oosit betina TKG 3 (B3) selalu lebih b besar diikuti dengan diameter oosit betina TKG 2 (B (B2) dan betina TKG 1 (B1).

  100

  )

  95

  m (m t

  90

  si o O

  B1

  r

  85 B2

  te e

  B3

  80

  iam D

  75 Ulang langan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

  

Periode Pengambilan Sampel

  Gambar 6. Gra rafik Distribusi Rata-rata Diameter Oosit Sampel S l Segar Pada Betin tina TKG 1-3 (B1 – B3) Tahun 2003 (Arbanto, 2003 003)

  100

  )

  95

  m (m t

  90

  si o

  B1

  O r

  85 B2

  te e

  B3

  80

  iam D

  75 Ulang langan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

  

Periode Pengambilan Sampel

  Gambar 7. Gra rafik Distribusi Rata-rata Diameter Oosit Sampel S l Segar Pada Betina TKG 1-3 (B1 – B3) Tahun 2010 Pa

  Jumlah Oosit Polymesoda ero rosa Sampel yang diguna nakan untuk menghitung jumlah Oosit adalah h sampel segar yang diambil 3 biota untuk masing- -masing TKG. Hasil penghitungan rata-rata jumla mlah oosit Polymesoda dengan B3 (Gambar 9.). Secara umum dapat diliha ihat bahwa jumlah oosit

  erosa dari TKG B1 sampai den

Polymesoda erosa per-ml pad ada TKG 3 B3 selalu lebih banyak dibandingkan T n TKG 1 (B1) dan TKG

  2 (B2).

  160000 140000 120000 100000

  B1 80000

  B2 60000

  B3 40000 20000

  Ulangan gan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Gambar 8. Grafik Distribusi si Rata-rata Jumlah Oosit Per-ml Pada Betina TKG G 1-3 (B1 – B3)

  Tahun 2003 (Arbanto, 2003) 160000 140000 120000 100000

  B1 80000

  B2 60000

  B3 40000 20000

  Ulanga ngan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Gambar 9. Grafik Distribusi Rata-rata Jumlah Oosit Per-ml Pada Betina TKG G 1-3 (B1 – B3)

  Tahun 2010 Indeks Kondisi

  Berdasarkan hasil penim imbangan berat cangkang, berat kering dan peng enghitungan Indeks kondisi Polymesoda erosa (Ta Tabel 4) diketahui bahwa rata-rata indeks ko kondisi pada saat pengambilan sampel berkisaran an 3.73+0.64– 3.98+0.66. Menurut Davenport d t dan Chen (1987), klasifikasi indeks kondisi yang dip diperoleh termasuk dalama kategori sedang (2,5 – 4,5 ).

  Tabel 3. Rata-rata Indeks Kondis disi Polymesoda erosa Tahun 2003 (Arbanto, 2003 03) Ulangan 1

  1 Ulangan 2 Ulangan 3 3.52 + 0.85 .85 5.04 + 1.15 4.43 + 0.58

  Keterangan : : + Standar Deviasi (SD), N=90 individu/sampling Tabel 4. Rata-rata Indeks Kondis disi Polymesoda erosa Tahun 2010

  Ulangan 1

  1 Ulangan 2 Ulangan 3 3.98+0.66 66 3.81+3.28 3.73+0.64

  Keterangan : : + Standar Deviasi (SD), N=90 individu/sampling Hasil Pengukuran Parameter Ling ingkungan

  Pengukuran parameter l r lingkungan daerah penelitian dilakukan dengan an mengukur 1 titik lokasi dengan ulangan 3 kali. Pa Parameter lingkungan yang diukur adalah suhu ,k kandungan bahan organik dan subtrat (Tabel 6).

  8 - Semnaskan _UGM / Biologi Per

  Tabel 5. Parameter Lingkungan Lokasi Penelitian Tahun 2003 (Arbanto, 2003) Ulangan Suhu Kandungan Bahan Jenis Substrat

  (

  C) Organik (%) 1 28,2

  33.18 Lanau 2 28,3

  35.33 Lanau 3 28,0

  35.23 Lanau Tabel 6. Parameter Lingkungan Lokasi Penelitian Tahun 2010

  Ulangan Suhu Kandungan Bahan Jenis Substrat (

  C) Organik (%)

  1

  29.6

  37.43 Lanau

  2

  30.2

  36.71 Lanau

  3

  30.0

  37.02 Lanau Korelasi

  Berdasarkan dari data-data pengukuran yang diperoleh dapat dibuat korelasi antar parameter-parameter yang diukur (Tabel 9). Berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) yang diperoleh dapat diketahui hubungan antara kedua parameter yang diukur.

  Tabel 8. Korelasi (r) dan Interpretasi Koefisien Korelasi (Young, 1982) Tahun 2003 (Arbanto, 2003) No. Hubungan Korelasi Nilai r Interpretasi Nilai r

  Parameter 1 Parameter 2

  1 Panjang Cangkang Berat Daging basah 0.8868 Derajat Asosiasi Tinggi (r = + 0,7 – 1)

  2 Panjang Cangkang Inflasi cangkang 0.9604 Derajat Asosiasi Tinggi (r = + 0,7 – 1) Hubungan Substansial (r = + 0,4 – 0,7)

  3 TKG Jumlah Oosit 0.6553 Hubungan Substansial (r = + 0,4 – 0,7)

  4 TKG Diameter Oosit 0.5037 Hubungan Substansial (r = + 0,4 – 0,7)

  5 Jumlah Oosit Diameter Oosit 0.5869 Tabel 9. Korelasi (r) dan Interpretasi Koefisien Korelasi (Young, 1982) Tahun 2010 No. Hubungan Korelasi Nilai r Interpretasi Nilai r

  Parameter 1 Parameter 2 0.8585 Derajat Asosiasi Tinggi (r = + 0,7 – 1)

  1 Panjang Cangkang Berat Daging basah

  2 Panjang Cangkang Inflasi cangkang 0.9349 Derajat Asosiasi Tinggi (r = + 0,7 – 1) Derajat Asosiasi Tinggi (r = + 0,7 – 1)

  3 TKG Jumlah Oosit 0.9961 Derajat Asosiasi Tinggi (r = + 0,7 – 1)

  4 TKG Diameter Oosit 0.9953 0.9954 Derajat Asosiasi Tinggi (r = + 0,7 – 1)

  5 Jumlah Oosit Diameter Oosit

  Pembahasan

  Berdasarkan hasil pengukuran dan analisa Morfometri terhadap 270 individu Polyemesoda

  

erosa diketahui panjang cangkang berkisar antara 37,4 mm – 78,1 mm. Jika dibandingkan dengan

  hasil penelitian oleh penulis dilokasi yang sama tahun 2003 diperoleh kisaran panjang 32,20 mm – 86,15 mm maka ukuran panjang cangkang yang diperoleh tahun 2010 memiliki kisaran lebih kecil dibanding tahun 2003. Hasil penelitian 2010 menunjukan bahwa P. erosa berukuran kurang dari 37,4 mm tidak ditemukan. Hal ini diduga karena ada beberapa hal antara lain : 1) Tingkat kecepatan pertumbuhan dari kerang yang relatif cepat 2) Metode mengambilan sampel menggunakan tangan tanpa melakukan pengayakan sedimen 3) Ketidakmampuan biota berukuran kecil dalam beradaptasi terhadap ekosistem mangrove (Kresnasari, 2010). Ukuran panjang cangkang terpanjang hasil penelitian 2010 lebih pendek dibandingkan tahun 2003. Hal ini dimungkinkan karena 1) Kerang-kerang ukuran besar telah diambil oleh para nelayan pencari kerang 2) Mortalitas akibat predasi alami seperti kepiting (Morton, 1988) 3) Menurut Widowati et

  

al., (2005), kerang dengan kelas ukuran cangkang 65 - 75 mm mempunyai daya tahan hidup yang

lebih tinggi.

  Koefisien korelasi antara panjang cangkang dengan berat daging basah dan panjang cangkang dengan inflasi cangkang hasil penelitian 2010 sama dengan hasil penelitian penulis tahun 2010 yang menunjukan adanya derajat asosiasi yang tinggi antara masing-masing variabel. Hal ini diduga karena kandungan bahan organik sebagai bahan pangan yang sangat tinggi dan kondisi lingkungan yang mendukung sehingga menyebabkan masing-masing variabel berkembang secara normal.

  Berdasarkan hasil pengamatan tingkat kematangan gonad secara makroskopis diketahui bahwa rasio perbandingan antara betina dibanding jantan adalah 1 : 0,73 atau dengan kata lain jumlah kerang betina yang dijumpai lebih banyak dibandingkan jumlah kerang jantan. Jika ditinjau dari tingkat kematangan gonad (TKG) maka diketahui betina TKG 3 (B3) paling banyak ditemukan diikuti oleh Jantan TKG 2 (J2).

  Arbanto (2003) mengungkapkan kerang jantan Polymesoda erosa mengalami pematangan gonad lebih cepat dari pada kerang betina. Hal ini disebabkan karena ukuran gamet betina lebih besar dari pada gamet jantan sehingga dalam proses pembentukan gamet betina memerlukan energi yang lebih banyak.

  Dalam penelitian tahun 2003 dan 2010 stadia UND jarang ditemukan, hal ini dimungkinkan karena kerang yang berukuran kecil (< 35 mm) sulit ditemukan pada waktu proses pengambilan kerang. Dimana menurut penelitian Morton (1984) di Hongkong bahwa individu dewasa Polymesoda erosa yang siap bereproduksi memiliki panjang kurang lebih 35 mm dan akan bereproduksi sekali dalam satu tahun, akhir siklus reproduksi pada musim panas.

  Morfologi oosit Polymesoda erosa yang dapat diamati hasil penelitian tahun 2010 secara umum sama dengan penelitian penulis tahun 2003 dimana dapat dideskripsikan berwarna coklat – coklat tua; berbentuk seperti buah pir, bulat atau elips ; memiliki nukleus berwarna putih keruh dengan diameter 30-40 m dan masing-masing TKG ditemukan oosit dengan berbagai macam ukuran.

  Terdapat perbedaan diameter oosit dan diameter membrane vitelin yang mengelilingi oosit hasil penelitian tahun 2010 dengan penelitian penulis tahun 2003. Ukuran diameter oosit terkecil tahun 2010 lebih besar dibanding dengan tahun 2003 dengan selisih 20 m, hal ini disebabkan individu yang diambil sampelnya tahun 2010 lebih didominan dalam tahap perkembangan. Membran vitelin hasil penelitian 2010 juga memiliki kisaran diameter yang lebih pendek yaitu 120

  • – 300 m sedangkan hasil penelitian penulis tahun 2003 memiliki diameter 110 – 360 m. Hal ini sejalan dengan ukuran diameter oosit yang memiliki kisaran diameter yang lebih pendek. Fungsi membran vitelin adalah melindungi oosit dari kerusakan mekanik dan melindungi dari fertilisasi eksternal pada beberapa spesies (Fretter & Graham, 1964). Mackie (1984) dan Fretter & Graham (1964) menyatakan bahwa membran vitelin sengaja dibentuk oleh oosit itu sendiri pada saat masih berada di ovarium dan pada Ostrea, Mytilus, Dreissena membran vitelin akan hilang ketika oosit masuk kedalam air pada waktu dipijahkan.

  Rata-rata bivalvia yang termasuk kategori memiliki diameter oosit yang kecil (< 150 m) dimana pada umumnya memiliki rata-rata diameter oosit + 50 m (Mackie, 1984). Arbanto (2003) mengungkapkan Polymesoda erosa termasuk spesies yang memiliki rata-rata ukuran diameter oosit yang kecil yaitu 90.31 m (<150 m). Hasil penelitian 2010 juga menunjukan rata-rata diameter oosit termasuk dalam kategori kecil yaitu 87,22 m. Perbedaan diameter oosit antara spesies dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang terjadi selama proses gametogenesis sampai dengan pemijahan (Mackie, 1984)