ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA | Arsyad | JSTT 6962 23249 1 PB

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA
DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG
KABUPATEN MAMUJU UTARA
Iis Arsyad¹, Syaiful Darman dan Achmad Rizal²
iis_arsyad@yahoo.co.id
¹Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako
²Dosen Program Studi Magister Ilmu-ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako

Abstract
This study aimed to analyze the level of sustainability of aquaculture Minapolitan based in
the Sarasa village Dapurang subdistrict, Mamuju Utara regency. The method used is RAPFISH
analysis method using 5 dimensions of human resources, natural resources, institutional,
technological and infrastructure. The results showed that the sustainability status Minapolitan
based aquaculture in the Sarasa village Dapurang subdistrict, Mamuju Utara regency categorized
quite sustainable because the resulting index value of 65.33. Status sustainability Sarasa
Minapolitan in the village in terms of dimensions less sustainable technologies. Thus, the
preparation and implementation of policies that can improve the condition of the sustainability of
farming in the Sarasa village Minapolitan Dapurang subdistrict, Mamuju Utara regency deemed
necessary.
Keywords: Sustainability Analysis, Mamuju Utara regency, Minapolitan
Indonesia merupakan salah satu Negara

dengan garis pantai terpanjang, sehingga
dapat diasumsikan bahwa Indonesia sebagai
Negara yang memiliki potensi yang sangat
besar dari segi kelautan dan perikanannya.
Namun, meskipun memiliki potensi yang
sangat besar tetapi belum terkelola dengan
optimal, sehingga belum mampu memenuhi
kebutuhan
masyarakat
dalam
mensejahterakan pelaku usaha dibidang
perikanan khususnya petambak dan nelayan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)
telah mengeluarkan kebijakan strategis dalam
upaya pembangunan sektor kelautan dan
perikanan berbasis wilayah dengan konsep
Minapolitan.
Minapolitan
adalah
konsep

pembangunan kelautan dan perikanan
berbasis manajemen ekonomi kawasan
dengan motor penggerak sektor kelautan dan
perikanan dalam rangka peningkatan
pendapatan rakyat. Pembangunan ekonomi
kelautan dan perikanan dengan konsepsi
Minapolitan
dikembangkan
melalui
peningkatkan efisiensi dan optimalisasi

keunggulan komparatif dan kompetitif daerah
sesuai dengan eksistensi kegiatan pra
produksi, produksi, pengolahan dan/atau
pemasaran, serta jasa pendukung lainnya,
yang dilakukan secara terpadu, holistik, dan
berkelanjutan.
Kabupaten Mamuju Utara memiliki
panjang garis pantai 138,23 km dengan
wilayah sebagian besar berbatasan dengan

pantai. Secara administratif pemerintahan
Kabupaten Mamuju Utara memiliki Dua
Belas wilayah kecamatan dimana sepuluh
wilayah Kecamatan berada di pesisir Selat
Makassar yang terdiri dari 33 Desa pantai
dengan luas kewenangan laut sekitar 1135
km2.
Sesuai dengan letak geografisnya
wilayah pesisir Kabupaten Mamuju Utara
memiliki sumberdaya alam yang cukup
menunjang pertumbuhan ekonomi, potensial
dan strategis. Hal ini disebabkan, sebahagian
luas daerah Kabupaten Mamuju Utara
merupakan daerah pesisir sehingga kawasan
pantai Mamuju Utara memiliki sumberdaya
yang berpotensi untuk dikembangkan
menjadi suatu kawasan perikanan yang

72


73 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 72-77

terpadu (Minapolitan) yang berbasis pada
budidaya udang.
Luas areal tambak potensial di
Kabupaten Mamuju Utara sebesar 13.669,65
Ha namun total luasan tambak yang telah
diusahakan atau dikelola oleh petani tambak
baru seluas 5.974 Ha yang pengelolaannya
masih bersifat tradisional, sisanya masih
merupakan lahan tidur (DKP Mamuju Utara,
2013).
Kabupaten Mamuju Utara merupakan
salah satu kabupaten yang menerapkan
konsep
minapolitan,
namun
untuk
mengetahui tingkat keberlanjutan kawasan
yang digunakan sebagai kawasan minapolitan

beberapa kondisi kawasan yang sebaiknya
diperhatikan adalah kondisi sumberdaya
manusia, sumberdaya alam, kelembagaan,
tekhnologi dan infrastruktur.
Untuk itu
penelitian tentang analisis keberlanjutan
kawasan minapolitan budidaya di Kecamatan
Dapurang
penting
untuk
dilakukan
berdasarkan hasil diskusi dengan masyarakat
di kawasan tersebut.
METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan
September - November 2014 bertempat di
areal
pertambakan
calon
kawasan

minapolitan Desa Sarasa Kecamatan
Dapurang Kabupaten Mamuju Utara Provinsi
Sulawesi Barat.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi langsung, dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif, wawancara semi terstruktur
dengan bantuan alat pencatat, perekam suara
dan menggunakan alat perekam gambar.
Jenis data yang dikumpulkan berupa data
primer dan sekunder. Data primer diperoleh
dari hasil wawancara, kueisioner dan
pengamatan di lapangan serta para
stakeholder yang menjadi sasaran evaluasi
keberlanjutan. Data sekunder diperoleh dari

ISSN: 2089-8630

studi literatur dan referensi yang relevan

dengan kebutuhan seperti laporan tahunan
dan data-data terkait Minapolitan di
Kecamatan Dapurang, Kabupaten Mamuju
Utara.
Dalam pendekatan kuantitatif yang
dilakukan, digunakan kuisioner yang
disebarkan dengan menggunakan pendekatan
secara sensus mengingat jumlah pemilik
tambak yang sedikit. Pendekatan kualitatif
dilakukan dengan cara wawancara langsung
dengan
petambak
dan
dinas
yang
berhubungan dengan Kawasan Minapolitan
yakni Dinas Kelautan dan Perikanan.
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode survey dengan menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpulan data.

Pengisian kuesioner dilakukan terhadap 20
responden petani serta para pakar dari
instansi terkait yang dipilih secara sengaja
(purposive).
Analisa Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer, diperoleh
dengan wawancara langsung terhadap pakar
(tokoh masyarakat, pemerintah kelurahan/
desa) dan stakeholder yang menjadi sampel
penelitian dengan menggunakan panduan
wawancara. Data sekunder diperoleh dari
kantor-kantor pemerintah, instansi maupun
dinas-dinas terkait.
Metode
yang digunakan
untuk
mengetahui
status
keberlanjutan

pengembangan kawasaan minapolitan adalah
Rap-Minapolitan
dengan
menggunakan
pendekatan Multi Dimensional Scaling
(MDS) yang diadopsi dari program Rapfish
(Rapid Assesment Techniques for Fisheries)
yang dikembangkan oleh Fisheries Center,
University of British Columbia (Kavanagh
dalam Fauzi dan Anna, 2002). Metode
RAPFISH (Rapid Appraisal Technique for
Evaluating Fisheries Sustainability) yang
dikembangkan oleh Fisheries Center,
University of British Columbia di tahun

Iis Arsyad, dkk. Analisis Keberlanjutan Kawasan Minapolitan Budidaya di Desa Sarasa Kecamatan Dapurang …74

1999. Metode RAPFISH dilakukan dengan
menilai atribut yang terdapat pada setiap
dimensi pengelolaan perikanan.

Secara
ringkas metode RAPFISH diuraikan dalam
beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Penentuan
Atribut
Keberlanjutan.
Penelitian ini menggunakan 14 atribut dari
lima dimensi.
2. Penentuan Nilai Setiap Atribut. Setiap
atribut diberikan salah satu nilai dari
ketiga kategori nilai yang telah ditentukan.
Pemberian nilai terhadap setiap atribut
memberikan gambaran terhadap kondisi
keberlanjutan
kawasan
minapolitan,
apakah baik ataupun buruk.
3. Ordinasi RAPFISH (Multidimensional
Scaling). Ordinasi RAPFISH dengan
metode MDS (Multidimensional Scaling)

digunakan untuk menentukan satu titik
(nilai) yang mencerminkan posisi relatif
dari perikanan minapolitan. Hasil analisis
yang baik menunjukkan nilai stress yang
lebih kecil dari 0,25 (S < 0,25).
4. Penentuan
status
keberlanjutan
pengelolaan
kawasan
minapolitan
berdasarkan pada indeks keberlanjutan
perikanan. Indeks keberlanjutan perikanan
mempunyai selang antara 0-100. Nilai
indeks keberlanjutan mengacu pada
Budianto dalam Fitrianti (2014), yang
membagi status keberlanjutan dalam 4
kategori: Tidak Berkelanjutan selang nilai
0-25, Kurang Berkelanjutan selang nilai
26-50, Cukup Berkelanjutan selang nilai
51-75 dan Sangat Berkelanjutan selang
nilai 76-100.
5. Analisis Monte Carlo dan Analisis
Laverage.
Analisis
Monte
Carlo
digunakan untuk mengetahui kestabilan
hasil ordinasi RAPFISH. Analisis Monte
Carlo pada metode RAPFISH dilakukan
sebanyak 25 kali ulangan dengan teknik
scatter
plot.
Kestabilan
indeks
keberlanjutan yang dihasilkan tercermin
oleh plot yang mengumpul, sedangkan
jika hasil menunjukkan plot menyebar
dapat diartikan terdapat gangguan atau

aspek ketidakpastian dalam hasil analisis.
Analisis Laverage dilakukan untuk
mengetahui atribut apa saja yang sensitif
dari
seluruh
dimensi
yang
digunakan.Atribut paling sensitif akan
memberikan
kontribusi
terhadap
keberlanjutan dalam bentuk perubahan
Root Mean Square (RMS) yaitu pada
sumbu X (skala keberlanjutan).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kabupaten Mamuju Utara terletak pada
garis 0º 40’ 10” - 1º 50’ 12” Lintang Selatan
dan 119º 25’ 26” - 119º 50’ 20” Bujur Timur.
Kabupaten Mamuju Utara merupakan
Kabupaten yang terletak di bagian utara dari
Provinsi Sulawesi Barat dan berbatasan
langsung dengan Kabupaten Donggala dan
Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah.
Luas wilayah Kabupaten Mamuju
Utara adalah sebesar 3.043,75 Km2.
Berdasarkan data yang ada di BPS tahun
2013, jumlah peduduk Kabupaten Mamuju
Utara tercatat sebanyak 148.129 jiwa. Jumlah
penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan
jumlah penduduk perempuan.
Pertumbuhan
penduduk
setiap
tahunnya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan angkatan kerja. Menurut Badan
Pusat Statistik (2015), penduduk usia kerja
dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja di
Kabupaten Mamuju Utara pada tahun 2013
sebanyak 67.700 orang.
Usaha
pengembangan
kawasan
minapolitan budidaya merupakan suatu mata
rantai yang sangat berhubungan dengan
prospek wilayah seperti karateristik dan
kualitas sumberdaya manusia, sumberdaya
alam,
kelembagaan,
teknologi
dan
infrastruktur yang ada dikawasan minapolitan
budidaya tersebut, semakin baik karateristik
dan kualitas suatu kawasan akan mendorong
percepatan pengembangan wilayah dengan
kegiatan perikanan sebagai kegiatan utama

75 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 72-77

dalam meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Kajian potensi kawasan budidaya ikan
harus mempertimbangkan berbagai aspek,
meliputi lingkungan perairan (parameter
fisika, biologi, dan ekologi), sosial ekonomi
dan infrastruktur (Treece dalam Radiarta,
dkk., 2012).
Penilaian status keberlanjutan kawasan
minapolitan, dilakukan dengan menggunakan

metode RAPFISH terhadap 5 (lima) dimensi
yaitu dimensi sumberdaya manusia, dimensi
sumberdaya alam, dimensi kelembagaan,
dimensi teknologi dan dimensi infrastruktur.
Status keberlanjutan kawasan minapolitan
diwakilkan oleh besar kecilnya kisaran nilai
yang dihasilkan dalam analisis ordinasi
RAPFISH pada Gambar 1

RAPFISH Ordination

60
Other Distingishing Features

ISSN: 2089-8630

UP
40
20
65.33039093
0

BAD
0

Real Fisheries

GOOD
20

40

60

80

-20

100

120

References
Anchors

-40
DOWN

-60

Fisheries Sustainability

Gambar 1. Nilai Indeks Keberlanjutan Gabungan Beberapa Dimensi
Setelah dilakukan analisis Rap-Insus
COREMAG terhadap setiap dimensi maka
dilakukan juga analisis secara multidimensi
yaitu dengan mengakomodasi semua dimensi
baik sumberdaya manusia, sumberdaya alam,
kelembagaan, infrastruktur dan teknologi.
Hasil analisis Rap-Insus COREMAG
terhadap 5 (lima) dimensi terkait pengelolaan
kawasan minapolitan di Desa Sarasa
Kecamatan Dapurang, didapatkan nilai
indeks keberlanjutan multidimensi sebesar
65,33 (Gambar 1). Hal tersebut menunjukkan
bahwa kondisi
pengelolaan
kawasan
minapolitan di Desa Sarasa, Kecamatan
Dapurang Kabupaten Mamuju Utara berada
dalam kategori cukup berkelanjutan karena
termasuk kedalam skala 51,00-75,00.
Dengan demikian,
nilai
indeks
keberlanjutan
multidimensi
dalam
pengelolaan kawasan minapolitan di Desa
Sarasa Kecamatan Dapurang, berada pada

batas pertengahan pada kategori pengelolaan
kawasan
minapolitan
yang
cukup
berkelanjutan. Hal ini terjadi karena dari
kelima dimensi yang dipertimbangkan, hanya
terdapat satu dimensi dalam pengelolaan
kawasan minapolitan yang berada pada skala
kurang
berkelanjutan,
yaitu
dimensi
teknologi yakni 42,41, seperti yang tercermin
dari diagram layang pada Gambar 2.
Sedangkan dimensi sumberdaya alam
menjadi satu-satunya dimensi dalam kondisi
sangat berkelanjutan, dimensi sumberdaya
manusia, dimensi kelembagaan dan dimensi
infrastruktur
dalam
kondisi
cukup
berkelanjutan. Dimensi sumberdaya alam
dalam kondisi sangat berkelanjutan karena
hampir seluruh atribut sumberdaya alam
berkategori baik, sedangkan pada dimensi
teknologi didominasi oleh atribut yang
berkriteria nilai buruk.

Iis Arsyad, dkk. Analisis Keberlanjutan Kawasan Minapolitan Budidaya di Desa Sarasa Kecamatan Dapurang …76

Indikator penting yang mempengaruhi
keberlanjutan dimensi teknologi yaitu
teknologi budidaya dan pasca panen.
Kurangnya penerapan tekhnologi pada usaha
budidaya yang dilakukan memiliki pengaruh
besar dalam keberlanjutan teknologi. Hal ini
terkait dengan kualitas organisme yang
dihasilkan. Organisme yang dibudidayakan
secara intensif tentu memiliki mutu lebih
tinggi
dibandingkan
dengan
yang
dibudidayakan secara tradisional atau semi
intensif. Indikator teknologi yang perlu
mendapat perhatian saat budidaya di tambak
Desa Sarasa adalah pemberian pakan,
pengaturan kualitas air dan penanganan pasca

panen. Umumnya masyarakat pembudidaya
tambak di Desa Sarasa tidak memberikan
pakan pada organisme yang dibudidayakan,
hal ini dapat berakibat fatal bagi organisme
yang dibudidayakan khususnya udang karena
udang cenderung bersifat kanibalisme. Hal
ini tentu akan berdampak pada penurunan
jumlah hasil produksi yang semestinya
diperoleh.
Maka pengelolaan yang ada harus
diperbaiki
dengan
mengoptimalkan
penerapan
dimensi
yang
kurang
berkelanjutan dan mempertahankan atau
meningkatkan penerapan dimensi-dimensi
yang sudah berkelanjutan.

Aspek
SDM

KELEMBAGAAN
75.58

100
80
60
40
20
0

53.59
INFRASTRUKTUR

66.03
100
SDA
Aspek
42.41

TEKNOLOGI

Gambar 2. Diagram Layang Indeks Keberlanjutan antar Dimensi
RAPFISH Ordination - Monte
Carlo Scatter Plot
Other Distingishing Features

Hasil ordinasi RAPFISH diuji dengan
menggunakan analisis Monte Carlo untuk
menilai kestabilan dari nilai indeks
keberlanjutan kawasan minapolitan yang
dihasilkan.
Hasil analisis Monte Carlo
memperlihatkan
adanya
plot
yang
mengumpul/mengelompok (Gambar 3). Hal
ini berarti bahwa hasil ordinasi dalam
menentukan status keberlanjutan kawasan
minapolitan di Kabupaten Mamuju Utara
berada pada posisi yang stabil dan tidak
mengalami
gangguan,
dapat
dipertanggungjawabkan, serta baik dan valid
untuk diaplikasikan.

60
40
20
0
-20

0

50

100

150

-40
-60

Fisheries Sustainability

Gambar 3. Kestabilan nilai ordinasi RAPFISH
dengan teknik Monte Carlo

77 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 1, Januari 2016 hlm 72-77

Strategi
pengelolaan
kawasan
minapolitan secara berkelanjutan dilakukan
dengan memprioritaskan dimensi-dimensi
yang kurang berkelanjutan dan atribut-atribut
sensitif dari tiap dimensi. Pada dimensi
teknologi, strategi pengelolaan kawasan
minapolitan yang berkelanjutan dapat
dilakukan dengan peningkatan penerapan
teknologi mulai dari pembenihan hingga
penanganan hasil budidaya.
Dukungan
pemerintah dalam menyediakan bantuan
teknologi tersebut sangat diperlukan guna
meningkatkan dan menyukseskan program
pengembangan minapolitan serta membantu
meringankan beban petambak di kawasan
minapolitan.
Sedangkan dari dimensi infrastruktur
dengan nilai indeks 53,59 meskipun
tergolong cukup berkelanjutan namun hampir
berada pada batas bawah pada indeks
pengelolaan kawasan minapolitan yang
berkelanjutan, strategi pengelolaan kawasan
minapolitan dari dimensi infrastruktur yang
perlu dilakukan yaitu dengan meningkatkan
pembangunan sarana jalan produksi yang
masih sangat minim dan perlu ditingkatkan
pembangunannya,
guna
memperlancar
kegiatan usaha budidaya serta distribusi hasil
budidaya.
KESIMPULAN
Secara multidimensi, pengelolaan pada
kawasan
minapolitan
di
Kecamatan
Dapurang, Kabupaten Mamuju Utara
termasuk dalam kategori cukup berkelanjutan
(65,33). Status keberlanjutan pengelolaan
kawasan
minapolitan
di
Kecamatan
Dapurang, Kabupaten Mamuju Utara pada
masing-masing dimensi yaitu dimensi
sumberdaya manusia cukup berkelanjutan
(66,03), dimensi sumberdaya alam sangat
berkelanjutan (100), dimensi kelembagaan
cukup berkelanjutan (75,58), dimensi
teknologi kurang berkelanjutan (42,41) dan
dimensi infrastruktur cukup berkelanjutan
(53,59). Dimensi yang menjadi prioritas

ISSN: 2089-8630

untuk diperbaiki adalah dimensi Tekhnologi
yang termasuk dalam kategori kurang.
Dimensi yang juga perlu mendapatkan
perhatian adalah dimensi infrastruktur.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terwujudnya artikel ini tidak lepas dari
bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
bapak Prof. Dr. Ir. Syaiful Darman, M.P. dan
bapak Ir. Achmad Rizal, M.App.Sc., Ph.D.
yang telah ikhlas meluangkan waktunya
memberikan petunjuk, bimbingan, masukan
dan nasehat yang sangat berharga dalam
penulisan artikel ini.
DAFTAR RUJUKAN
Badan Pusat Statistik, 2015. Mamuju Utara
Dalam Angka.
Kabupaten Mamuju
Utara.
DKP Mamuju Utara, 2013. Laporan
Tahunan
Dinas
Perikanan
dan
Kelautan.
Dinas
Kelautan
dan
Perikanan Kabupaten Mamuju Utara,
Sulawesi Barat.
Fauzi, A dan S. Anna. 2002. Evaluasi Status
Keberlanjutan Pembangunan Perikanan:
Aplikasi Pendekatan RAPFISH (studi
Kasus Perairan Pesisir DKI Jakarta).
Jurnal Pesisir dan Lautan. Vol. 4(3) :
43 – 55.
Fitrianti, R. S, Kamal M. M., dan Kurnia R.,
2014. Analisis Keberlanjutan Perikanan
Ikan Terbang di Kabupaten Takalar,
Sulawesi Selatan. Jurnal perikanan
118-127
Radiarta I. N., Subagja, J. Saputra A., dan
Erlania, 2012. Pengembangan Budidaya
Ikan Lele di Kawasan Minapolitan
Kabupaten Bogor, Jawa Barat: Aspek
Kesesuaian
Lahan,
Implementasi
Produksi, dan Strategi Pengembangan.
Jurnal Akuakultur Vol. 7 No. 2 Tahun
2012: 307-320