PERJUANGAN TAK HARUS SIA SIA

PERJUANGAN TAK HARUS SIA-SIA
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden pada 5 Juli 2004 telah menunjukkan hasil.
Prof. Dr. H. M. Amien Rais dan Ir. H. Siswono Yudhohusodo sebagai pasangan Capres dan
Cawapres hanya menempati urutan nomor empat, yang berarti selain tidak masuk babak
kedua sekaligus pupus sudah harapan untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia yang keenam. Pesta demokrasi telah usai, yang maju ke babak kedua terus
bertanding, sedangkan tiga pasang kandidat lain tentu kembali ke posisi atau mengambil
peran-peran baru sesuai dengan pilihan masing-masing. Baik yang kalah apalagi yang
menang, diharapkan tidak surut dan bahkan terus berjuang untuk bangsa dan negara sesuai
dengan posisi dan peran yang dimainkan masing-masing. Bisa mendukung kandidat baru,
dapat pula membangun oposisi, selain berkiprah di luar kedua ranah fungsi politik tersebut.
Setiap orang dan kekuatan masyarakat berhak untuk mengartikulasikan dan memainkan
peran-peran sosial-politiknya di negeri yang demokratis ini.
Khusus bagi Prof. Dr. H. M. Amien Rais kita patut menyampaikan penghargaan atas
seluruh pergumulan perjuangannya baik secara khusus dalam mengikuti pencalonan Presiden
dan Wakil Presiden tersebut, maupun dan lebih luas lagi dalam kiprah politiknya selama ini.
Sumbangan dan kiprah mantan Ketua PP Muhammadiyah tersebut, lebih-lebih dalam
reformasi dan meletakkan dasar-dasar berbangsa dan bernegara yang lebih demokratis seperti
dalam amandemen UUD 1945 dan mengawal reformasi melalui MPR-RI, sangatlah besar dan
luar biasa. Bahwa rakyat tidak banyak yang menjatuhkan pilihannya kepada tokoh ini
bukanlah berarti tidak ada dukungan terhadap kebaikan-kebaikan politiknya, tetapi lebih

karena factor-faktor politik yang bersifat teknis dan sekaligus betapa masih rendahnya daya
kritis rakyat dalam berpolitik. Rakyat kita rupanya masih suka terhadap hal-hal yang bersifat
kulit luar dalam menentukan pilihan politiknya seperti soal penampilan dan cita luar, selain
rawan terserang penyakit-penyakit politik seperti politik uang dan rayuan-rayuan yang tak
kritis. Itulah dunia politik Indonesia, yang tentu masih jauh dari harapan, tetapi setidaknya
proses demokrasi langsung di mana Prof. Amien Rais sendiri ikut meletakkan dasarnya, telah
dimulai meskipun masih jauh dari harapan.
Karena itu, kepada warga Muhammadiyah dan pendukung Pak Amien Rais, begitu
kita sering menyapa, tak perlu berkecil hati dan kemudian kehilangan kepercayaan serta
harapan positif. Pak Amien tetap tokoh bangsa yang telah berjasa besar dan kita tetap
berkeyakinan beliau tetap menjadi tokoh dan guru bangsa yang memberikan pencerahan
dengan sikapnya yang jujur, bersih, berani, cerda, dan reformis. Tak banyak tokoh seperti itu,
bahkan langka. Indonesia sangat membutuhkan figure seperti itu, kendati mayoritas rakyat
tak paham akan kebutuhan negerinya yang sesungguhnya kecuali hal-hal yang bersifat sesaat
dan kulit luar tadi. Presiden boleh datang dan pergi, tetapi tokoh dan guru bangsa yang
menjadi uswah hasanah serta berkiprah mencerahkan serta mencerdaskan bangsa akan tetap
dikenang.
Karena itu tak ada yang sia-sia dalam perjuangan membangun bangsa dan negara,
lebih-lebih dengan niat dan landasan iman dan ikhlas, dibarengi semangat perjuangan Islam
untuk rahmatan lil-‘alamin. Jalan perjuangan mencerahkan, membuat bermoral atau

berakhlaq mulia, dan mencerdaskan bangsa ini masih panjang. Pak Amien Rais boleh kalah
dalam pemilihan Presiden, tetapi perjuangannya tidak boleh kalah dan dikalahkan. Tak
perjuangan luhur dan mulia yang sia-sia. Faidza azam-ta, fatawakkal ‘al-l-Allah. (HNs)
Sumber:
Suara Muhammadiyah

Edisi 15 2004