Ekspresi Androgini Sebagai Suatu Fashion’’ (Studi Kasus Pada Mahasiswa FISIP USU)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah salah satu bagian dari ekspresi gender
yaitu androgini. Androgini merupakan kombinasi karakteristik1 antara maskulin dan feminin.
Ambiguitas2 seksual dapat ditemukan dalam fashion dan gaya hidup seksual. Istilah androgini
berasal dari bahasa yunani kuno, Andro berarti laki-laki dan Gyne berarti perempuan.
Sementara jika dalam bahasa Indonesia yaitu Androgini. Androgini ini merupakan suatu
ekspresi yang dimana gendernya tidak termasuk salah satu diantara laki-laki atau perempuan
tetapi masuk terhadap keduanya.
Terkadang aksesoris yang biasanya dikenakan oleh perempuan umumnya dipakai
laki-laki terlihat sangat aneh dan aksesoris yang biasanya dikenakan oleh laki-laki
dipakai oleh perempuan juga sangat terlihat aneh. Namun, ada satu perbedaan dengan
laki-laki yang kemayu, Androgini justru memperlihatkan pembagian karakter maskulin
dan feminin dalam satu orang pada saat yang bersamaan3. Bagi orang-orang yang tahu
tentang fashion, menemukan orang dengan tipikal androgini merupakan hal yang
menyenangkan. Ekspresi gender androgini ini menarik untuk di bahas dan di
teliti secara mendalam karena ekspresi androgini ini banyak terdapat di lingkungan
masyarakat terutama kampus.

                                                            

1

Karakteristik adalah sifat. 
Ambiguitas adalah keraguan, ketidakjelasan, ketidaktentuan. 
3
www.brondongmanis.com/2015/021/androgini‐kenapa‐tidak.html (diakses pada tanggal 15/03/2015) 
2

Universitas Sumatera Utara

Banyak androgini yang diidentifikasikan antara laki-laki dan perempuan. Didalam suatu
hubungan androgini lebih ekspresif dibandingkan laki-laki (maskulin) dan perempuan
(feminin). Dalam ekspresi gender seorang androgini tidak dapat sepenuhnya cocok dengan
peranan gender maskulin dan feminin. Banyak juga seorang androgini yang menggambarkan
dirinya secara mental di antara laki-laki dan perempuan. Androgini bukan sekedar fashion
saja tetapi sebagai suatu ekspresi gender. Androgini banyak diartikan oleh pandangan
masyarakat sebagai suatu fashion atau gaya hidup, itu memang benar bahwa androgini ini
lebih kepada mengekspresikan penampilannya sehari-hari yaitu dengan cara fashionnya atau
cara dia berpakaian.
Disetiap lingkungan masyarakat pasti ada seorang laki-laki yang suka memakai bedak

yang tebal, lipstick, ataupun pakaian perempuan yang lebih identik dengan perempuan, dan
ada juga seorang perempuan yang rambutnya pendek seperti laki-laki, memakai kemeja
kotak-kotak besar yang lebih identik dengan laki-laki. Itu semua disebut androgini. Seorang
laki-laki yang berpenampilan androgini tetap mengaku dirinya yaitu laki-laki, begitupun juga
seorang perempuan yang berpenampilan androgini tetap mengaku dirinya yaitu perempuan.
Ada juga godaan yang terdapat pada androgini yaitu godaan untuk menjadi homoseksual.
Godaan homoseksual ini bisa saja terjadi apabila seorang androgini berada di dalam suatu
lingkungan yang beridentitaskan homoseksual, misalnya seorang laki-laki androgini tidak
suka dibilang waria atau transgender dia tetap mengaku bahwa dia laki-laki tulen yang
tertarik pada perempuan. Namun seorang laki-laki

androgini akan lebih mudah untuk

didekati kaum gay dan bergabung ke dalam kaum gay tersebut karena pria androgini itu bisa
memerankan antara maskulin dan feminin dikehidupannya, begitupun sebaliknya dengan
seorang perempuan androgini. Orientasi sexual dari androgini juga beragam tidak semuanya
sama. Ada yang berorientasi homosexual karena mungkin dia lebih nyaman menjalani
hubungan ketika pasangannya yang sejenis dengan dia. Ada yang berorientasi heterosexual

Universitas Sumatera Utara


yang dimana androgini ini tetap menganggap dia tulen sebagai laki-laki dan sebagai
perempuan dan tertarik pada lawan jenisnya. Ada juga yang berorientasi bisexual yang
dimana androgini ini tertarik kepada lawan jenisnya dan sesama jenisnya.
Androgini ini memang tidak bisa ditebak orientasi sexualnya dikarenakan sifat maskulin
dan sifat feminim ada pada dirinya sehingga dia mengaplikasikan orientasi sexualnya sesuai
dengan hati maupun kenyamanannya dalam berhubungan. Intinya androgini ini lebih bersifat
suatu saat dia seperti laki-laki (maskulin) dan suatu saat juga dia bersifat seperti perempuan
(feminin).Ini yang membuat keraguan terhadap identitas dirinya. Orang androgini adalah
perempuan atau laki-laki yang memiliki derajat yang tinggi dari kedua feminin (ekspresif)
dan maskulin (instrumen) sifat. Seseorang feminin peringkat tinggi pada feminin dan
peringkat rendah terhadap maskulin tetapi tetap ada keduanya dan seseorang maskulin
peringkat tinggi pada maskulin dan peringkat rendah pada feminin tetapi tetap ada keduanya.
Perkembangan androgini ini ada semenjak ekspresi androgini muncul di saat masa
feminis. Feminis ada untuk mensetarakan perempuan dan laki-laki. Karena perempuan
dianggap tidak sama atau tidak setara dengan laki-laki maka muncul lah feminis bersamaan
dengan lahir nya ekspresi gender androgini. Ekspresi serta identitas androgini ini
menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki sifat maskulin dan laki-laki memiliki sifat
feminin yang ada di dalam diri nya dan dapat diperlihatkan selama itu membuatnya nyaman
dan merasa bebas. Di zaman sekarang ini banyak masyarakat luas terutama mahasiswa

mempunyai ekspresi fashion androgini yang secara sadar maupun yang secara tidak sadar.
Kebanyakan mahasiswa yang memiliki ekspresi androgini secara bebas memperlihatkan
bahwa dirinya memiliki sifat maskulin dan sifat feminin yang dapat dipadukan menjadi satu
sehingga menjadi style (gaya) tersendiri.

Universitas Sumatera Utara

Pada era modern ini, konsep Androgini banyak berkembang didunia fashion dan
entertainment. Mungkin dunia fashion lebih banyak berbicara dan mempunyai namanama model Androgini dunia yang tersohor seperti Andre Pejic (yang sudah menjalani
operasi kelamin dan berganti sebagai wanita), Zhao Yiming, Darrel Ferhostan (asli
Indonesia), dan Kristina Salinovic (Model Androgini wanita yang kerap menunjukan
ekspresi pria dingin).4
Androgini Style, istilah yang cukup jarang didengar awam ini nyatanya bukan lagi hal
asing bagi kalangan fashionista5. Gaya androgini bisa dijabarkan menjadi sebuah gaya
berpenampilan yang merefleksikan sisi feminin sekaligus maskulin secara bersamaan.
Misalkan seorang wanita yang tampil sexy sekaligus maskulin. Namun, gaya berpenampilan
yang satu ini tidak hanya fokus pada gaya busananya saja, termasuk aksesoris tas dan sepatu
maupun tatanan rambut hingga make-upnya.
Jika melihat dari definisinya, mungkin belum bisa dibayangkan seperti apa gaya
androgini semacam ini. Namun, jika dicontohkan dengan style fashion ala Lady Gaga,

SMASH, Super Junior, Dareel Ferhostan dan lain sebagainya, masyarakat tentu bisa
membayangkan seperti apa style6 androgini. Intinya, ada satu keseimbangan antara sisi
maskulin dan fenimin dalam satu penampilan. Seorang wanita yang tampil layaknya pria,
bahkan seorang pria yang tampil dengan busana feminin khas wanita. Faktanya, gejala
androgini ini telah banyak menyebar dimasyarakat dan masyarakat belum mengetahui bahwa
fashion maupun peran maskulin dan feminin dalam satu tubuh secara bersamaan.

                                                            
4

http://lifestyle.androgini/2019792/merabata.pdf.gaya‐androgini‐tidak‐usang‐dimakan‐zaman(diakses pada 
tanggal 21/06/2014) 
5
Fashionista adalah orang yang menggemari dan menggilai fashion. 
6
Style adalah gaya.  

Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya setiap wanita bisa tampil dengan gaya androgini dengan memanfaatkan model

–model baju yang maskulin semisal jas, blazer, jumpsuit7 dari berbagai pusat perbelanjaan.
Pola asuh dari orang tua juga sangat berpengaruh dalam membentuk karakter seorang
anak untuk berperilaku feminin dan maskulin. Orang tua sejati nya yang memperkenalkan
kepada anak nya perilaku feminin dan maskulin, tetapi tidak menutup kemungkinan pola
asuh orang tua yang memperkenalkan perilaku yang diluar jenis kelamin anak agar anak itu
tahu. Ada juga orang tua yang membiarkan anak nya tumbuh dan berkembang sesuai dengan
ekspresi apa yang dia suka seperti maskulin, feminin, dan androgini. Pola asuh menunjukkan
bahwa tidak ada pembedaan peran laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari.
Pola asuh tidak perlu dibedakan antara laki-laki dan perempuan hanya karena kenyataan
bahwa perempuan menstruasi, hamil dan melahirkan. Sifat feminim dan sifat maskulin dapat
dikembangkan secara seimbang dalam kehidupan setiap hari. Kebanyakan anak atau
mahasiswi yang berekpresi androgini tidak menerima paksaan dari orang tua atau orang
terdekatnya untuk berperilaku dan berekspresi sesuai dengan jenis kelamin nya karena
mereka yang dikatakan androgini memiliki kebebasan tersendiri untuk berperilaku dan
berekspresi.
Hal ini membuat peneliti merasa bahwa jenis ekspresi gender androgini ini layak untuk
diteliti karena menimbulkan banyak pertanyaan dan permasalahan pada ekspresi ini. Banyak
juga kalangan masyarakat terutama mahasiswa tidak tahu tentang ekspresi gender androgini
bahkan keberadaan juga tidak semua orang tahu. Androgini ini layak diteliti agar dapat
menjadi pengetahuan bagi banyak orang dan mahasiswa bahwa setiap orang memiliki sifat

feminim dan sifat maskulin dalam tubuhnya dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari.
                                                            
7

Jumpsuit adalah baju dan celana yang menyatu. 

Universitas Sumatera Utara

Alasan penulis memilih tempat penelitiannya di FISIP USU dikarenakan di FISIP USU
sendiri banyak terdapat dan terlihat adanya keberadaan mahasiswa yang memiliki ekspresi
androgini di tengah-tengah lingkungan kampus. Ekspresi yang maskulin dan feminin ada
pada satu tubuh secara bersamaan. Di FISIP USU sendiri merupakan wadah atau tempat yang
dimana mahasiswa bebas berekspresi misalnya dalam fashion.
1.2 Masalah Penelitian
Pada penelitian ini juga memiliki pertanyaan penelitian yang merupakan suatu masalah
yang ada pada ekspresi androgini ini serta identitasnya. Adapun pertanyaan penelitian ini
yaitu :
1. Bagaimana ekspresi fashion dan eksistensi androgini di kalangan mahasiswi FISIP
USU?
2. Bagaimana pendapat mahasiswa/i FISIP USU mengenai ekspresi androgini?

1.3 Tujuan Penelitian
Di dalam penelitian dan bahkan di setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki
tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat serta mengetahui keberadaan
dan ekspresi androgini ini dilingkungan kampus. Penelitian ini sebagai suatu bentuk tulisan
ilmiah yang bermaksud untuk dapat menambah pengetahuan tentang androgini ini. Penelitian
ini juga bermaksud untuk memberikan suatu pengetahuan kepada mahasiswa serta
masyarakat akan androgini ini yang mungkin belum banyak masyarakat yang mengetahuinya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini juga sebagai pengetahuan serta wawasan untuk mahasiswa
antropologi dan untuk sebagai penambah tulisan penelitian di Departemen Antropologi Fisip
USU. Penelitian ini juga mempunyai manfaat yang mendalam untuk peneliti sebagai

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan yang mendalam dan luas secara akademis dan penelitian ini dapat berguna bagi
mahasiswa Antropologi Fisip USU sebagai kajian pustaka.
1.5 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Universitas Sumatera Utara fokus penelitian di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. Pemilihan lokasi ini didasarkan bahwa ekspresi androgini banyak
terlihat dan belum banyak penelitian antropologi yang dilakukan di lokasi ini. Secara teknis

lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti dikarenakan peneliti merupakan mahasiswa dilokasi
ini. Hal ini membuat peneliti memilih lokasi ini sebagai lokasi penelitian.
1.6 Tinjauan Pustaka
Istilah gender digunakan sebagai sebuah kategori konseptual dan telah diberikan
sebuah makna yang sangat khusus. Gender merujuk kepada defenisi sosial budaya dari pria
dan wanita, cara masyarakat membedakan pria dan wanita serta memberikan peran-peran
sosial kepada mereka. Gender bersifat tidak tetap, ia berubah dari waktu ke waktu, dari suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya, bahkan dari suatu keluarga ke keluarga lainnya.
Gender berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin bersifat alamiah dan tetap. Jenis
kelamin bersifat biologis, ia merujuk kepada perbedaan yang nyata dari alat kelamin dan
perbedaan terkait dalam fungsi kelahiran. Berdasarkan perbedaan antara jenis kelamin dan
gender. Menurut pendapat Fakih dalam buku ‘’Sejarah Wanita Perspektif Androgynous’’
bahwa konsep gender berarti sifat yang melekat pada kaum pria maupun wanita yang
dikontruksi secara sosial maupun kultural. Sifat yang dilekatkan pada wanita misalnya,
bahwa wanita dikenal : lemah lembut, cantik, emosional, keibuan. Sementara pria dianggap
kuat, rasional, jantan, perkasa. Pada prinsipnya, dalam pemahaman gender ada beberapa
karakter dari sifat tersebut yang dapat dipertukarkan. Artinya, ada pria yang emosional,

Universitas Sumatera Utara


lemah lembut dan keibuan, sementara ada juga wanita yang kuat, rasional, perkasa. Semua itu
bisa berbeda berdasarkan waktu, tempat, maupun kelas sosial8.
Menurut Sandra Bem yang merupakan pendukung awal androgini menyatakan bahwa lakilaki dan perempuan androgini lebih fleksibel dan lebih sehat mental dari pada mental
individu maskulin dan feminin. Berdasarkan alat ukur yang dibuat oleh Bem (dalam Baron &
Byrne 1994) terdapat berbagai macam sifat yang dimiliki oleh pria dan wanita yang
menunjukkan sifat maskulin dan feminin. Sifat maskulin adalah :
1. Kemampuan memimpin
2. Tegas
3. Dominan
4. Kepribadian yang kuat
5. Agresif
6. Independen
7. Bertanggung jawab
8. Berkeyakinan kuat
Semua sifat ini menonjolkan rasionalitas dari laki-laki. Sementara sifat-sifat yang dimiliki
feminin adalah :
1. Lemah lembut
2. Cepat merasa iba
3. Hangat
4. Simpatik

5. Sensitif
6. Mudah tersinggung
                                                            
8

 Data diambil dari buku Sejarah Wanita Perspektif  Androgynous 

Universitas Sumatera Utara

7. Penuh kasih sayang
8. Memahami atau mengerti orang lain
9. Menyayangi anak
Semua sifat yang diatas menonjolkan emosi dan perasaan dari wanita. Dari zaman ke zaman
dan dari waktu ke waktu gender mulai berubah, dahulu gender hanya di kenal antara laki-laki
dan perempuan. Namun, sekarang gender atau identitas gender tidak hanya itu saja melainkan
ada 3 yaitu :






Perempuan
Laki-laki
Transgender adalah seseorang yang memutuskan untuk mengubah gender asalnya
menjadi gender dimana dia merasa nyaman9.
 Female to Male (Priawan-Perempuan ke laki-laki)
 Male to Female (waria-Laki-laki ke Perempuan)

Identitas Sexual yaitu :


Transeksual adalah seseorang yang melakukan perubahan jenis kelamin melalui
tindakan medis.





Interseksual adalah seseorang yang dilahirkan dengan dua jenis kelamin.
Queer adalah seseorang yang tidak merasa cocok dengan kategori identitas gender
yang ada dan tidak mau dikategorikan ke dalam kategori tersebut.

Ekspresi Gender yaitu :




Androgini adalah kombinasi karakteristik maskulin dan feminin.
Metrosexual adalah laki-laki yang mempunyai gaya atau penampilan mengikuti
perkembangan zaman dan ekspresi ini ada di daerah perkotaan.

                                                            
9

 Data diambil dari Modul Sekolah Feminis Pemula #5 Medan 

Universitas Sumatera Utara





Maskulin
Feminin

Androgini adalah pembagian karakter antara feminin dan maskulin secara bersamaan.
Androgini dari segi fashion mempunyai gaya tersendiri yang dimana perempuan bisa
memakai pakaian laki-laki dan laki-laki memakai pakaian perempuan. Gaya fashion
androgini ini tidak tetap pada satu gaya saja seperti feminin, tetapi sering menampilkan gaya
fashion yang berbeda-beda seperti feminin dan maskulin. Gaya fashion feminin dan maskulin
ini akan bertahan pada orang-orang yang menerapkan fashion androgini dalam kehidupannya.

Konsep androgini berasumsi bahwa anak laki-laki dan perempuan mempunyai potensi
yang sama untuk menjadi maskulin ataupun feminin, oleh karena itu perlu diperlakukan
sama. Apabila anak laki-laki dan perempuan sudah menginternalisasi peran-peran yang sama,
maka diharapkan tidak ada lagi peran-peran berstereotip gender. (Ratna Megawangi 1999 :
hal 114 )
Menurut pendapat

Davis dalam buku

‘’The Woman’s Dres for Succes book’’

menyatakan bahwa perempuan karir dalam bekerja yang mengenakan pakaian seperti blazer,
kemeja, dan celana panjang yang melambangkan feminitas dimana ia melakukan
pekerjaannya dengan serius. Hal tersebut sangat melambangkan androginitas yang dimana
suatu pakaian atau fashion pria masih bisa dibentuk dengan cara feminin.
Menurut pendapat Adam

dalam buku ‘’Sejarah Wanita: Perspektif Androgynous’’,

sejarah indonesia bersifat androcentric, berpusat pada kegiatan kaum pria saja. Tentu ini
tidak adil, karena wanita diperlakukan sebagai the second sex belaka. Walaupun diperlukan
adanya sejarah yang berpihak kepada wanita. Namun Kuntowijaya menolak adanya sejarah

Universitas Sumatera Utara

yang berpusat pada wanita atau gynocentric. Ia lebih memilih sejarah androgynous, sejarah
dimana pria dan wanita sama-sama menjadi pemeran utama.
Konsep androgini lahir dan muncul sejak adanya feminisme beserta teori-teori feminisme.
Dalam artikel leksikal, feminisme adalah gerakan wanita yang menuntut hak sepenuhnya
antara kaum wanita dan pria (Moeliono).
Menurut Goefe feminisme ialah teori tentang persamaan antara laki-laki dan wanita di
bidang politik, ekonomi, atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan h ak-hak serta
kepentingan wanita10.
Menurut Betty Friedan bahwa androgini lahir atau muncul dari konsep feminis yang tidak
adanya kesetaraan maupun keadilan sehingga muncul konsep androgini11. Perjuangan kaum
wanita atau perempuan yang berat untuk mencapai suatu kedudukan disebabkan karena
masih banyak masyarakat Indonesia yang masih menganut kaum patriarki, sehingga
menghasilkan keputusan dan sikap yang bias gender. Keadaan ini menjadi lebih parah dengan
adanya penafsiran yang salah dari hukum agama yang mempertajamkan keadaan bias gender.
Fashion adalah setiap mode pakaian atau perhiasan yang populer selama waktu tertentu
atau pada tempat tertentu. Istilah fashion sering digunakan dalam arti positif, sebagai sinonim
untuk glamour, keindahan dan gaya atau style yang terus mengalamai perubahan dari satu
periode ke periode berikutnya, dari generasi ke generasi. Juga berfungsi sebagai refleksi dari
status sosial dan ekonomi, fungsi yang menjelaskan popularitas banyak gaya sepanjang
sejarah kostum. Fashion atau mode semakin menjadi industri yang menguntungkan didunia

                                                            

 Data diambil dari buku Wanita Dalam Wanita 
 Dikutip dari https://suluhpw.wordpress.com/2008/06/17/betty‐friedan‐dan‐gagasan‐androgini‐polemik‐
tentang‐arah‐feminisme/ (diakses pada 31/05/2015) 
10

11

Universitas Sumatera Utara

internasional sebagai akibat dari munculnya rumah-rumah mode terkenal didunia dan majalah
fashion.12
Fashion itu berasal dari kata latin yaitu ‘’factio’’, jadi menurut salah satu ahli yakni
(Barnard, terj Ibrahim dan Iriantara, 1996 : 1) kata fashion sendiri mengacu pada kegiatan
yaitu sesuatu yang dilakukan seseorang. Berbeda dengan Peter kata ‘’fashion’’ yang sering
kita ucapkan meminjam dari istilah bahasa asing yang artinya ‘’busana’’ atau ‘’pakaian’’13.
Sejarah Fashion Indonesia
Abad ke-15 menurut Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa : Silang Budaya
(1996) Kebaya berasal dari bahasa Arab ‘kaba’ yang berarti pakaian dan diperkenalkan lewat
bahasa Portugis ketika mereka mendarat di Asia Tenggara. Kata Kebaya dapat diartikan
sebagai jenis pakaian (atasan/blouse) pertama yang dipakai wanita Indonesia pada kurun
waktu abad 15 atau abad ke-16 Masehi. Hingga pada pertengahan abad ke-18, ada dua jenis
kebaya yang banyak dipakai masyarakat, yakni Kebaya Encim, busana yang dikenakan
wanita China keturunan Indonesia, dan Kebaya Putu Baru, busana bergaya tunik pendek
dengan berwarna-warni dengan motif yang cantik. Pada abad ke-19, Kebaya dikenakan oleh
semua kelas sosial setiap hari, baik wanita jawa maupun wanita peranakan Belanda. Bahkan
kebaya sempat menjadi busana wajib bagi wanita Belanda yang hijrah ke Indonesia.
Tahun 1950 tahun 50-an ditandai dengan gaya berbusana klasik yang elegan, yang
populer dengan sebutan gaya ‘’New Look’’ yang diadaptasi dari trend fashion dunia. Dahulu,
model busana ini sering dianggap sebagai model rancangan Christian Dior, yang pada tahun
1947 memperkenalkan Corolleline, namun kemudian lebih dikenal sebagai The New Look.

                                                            
12

Dikutip dari http://blog.katalogpakaian.com/2012/08/perkembangan‐trend‐fashion‐indonesia.html (diakses 
pada tanggal 10/07/2015) 
13
 Dikutip dari https://rizkiagustia.wordpress.com/2012/04/18/fashion/ (diakses pada tanggal 07/12/2015) 

Universitas Sumatera Utara

Meski banyak perancang lain seperti Balenciaga, Balmain dan Faith yang juga turut
mengadaptasi bentuk ini sebelumnya pada tahun 1939.
Tahun 1980 tahun 80-an adalah era ‘powerful women’ sesuai dengan era tersebut,
dimasa ini bermunculan busana dengan silet serta besar, seperti padding yang menonjol
dibagian bahu, silet busana yang besar dan cenderung longgar. Permainan detail dan aksen
berukuran besar (seperti kancing-kancing misalnya), serta paduan warna kontras. Perancang
Indonesia dimasa itu sangat terpengaruh dengan gaya ini, sehingga gaya busana yang ada pun
cenderung berukuran besar.
Tahun 1990-2008 tahun ini ditandai dengan isu globalisasi dan internet. Artinya,
kemudahan masyarakat mengakses internet mode dari luar negeri menyebabkan
kegandrungan akan budaya barat yang glamour. Glamoritas ini terasa pada karya disainerdisainer yang naik daun di tahun 1990-an. Di tahun 2000-an, mode Indonesia semakin kaya
akan ide dan inspirasi. Setiap disainer memiliki ciri tersendiri. Adrian Gan, Obin, Kiata
Kwanda, Sally Koeswanto, Tri Handoko dan Irsan selalu memukau dengan busana-busana
mereka yang sangat bernafaskan seni14.
Tahun 2010 - hingga sekarang, demam K-Pop yang melanda Indonesia turut
mempengaruhi perkembangan fashion ditanah air. Lihat saja gaya remaja Indonesia sekarang
yang mengikuti trend fashion Korea. Hal ini dikarenakan semakin banyak bermunculan boy
band dan girl band Indonesia yang meniru gaya maupun fashion mereka15.
1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif yang bersifat studi kasus. Penelitian ini berusaha menjelaskan mengenai adanya
                                                            

 Data diambil dari buku Sejarah Wanita Perspektif Androgynous 
 Dikutip dari http://www.desainbusana.com/2012/09/sejarah‐fashion‐indonesia.html. Diunduh pada tanggal 
01/02/2015 
14

15

Universitas Sumatera Utara

keberadaan ekspresi fashion androgini dan mengenai latar belakang setiap mahasiswi yang
memiliki ekspresi fashion androgini. Pada penelitian ini penulis akan turun ke lapangan untuk
melakukan penelitian secara etnografi. Etnografi pada ilmu antropologi sangat membantu di
dalam hal penelitian karena penelitian etnografi membuat peneliti lebih dekat lagi dengan
permasalahan serta manusia yang ada permasalahan tersebut.

Di dalam penelitian ini tentunya penulis akan melihat mahasiswi mana yang memiliki
fashion androgini dan mencari tahu apakah ada komunitas androgini di FISIP USU. Selain
melihat dan lebih dekat dengan para androgini tentunya penulis akan berusaha melebur
dengan mahasiswa/i umum untuk dapat menanyakan apa pendapat serta pandangan
mahasiswa/i tentang keberadaan androgini disekitar mereka, dan apakah mahasiswa/i umum
dapat memahami dan menerima keberadaan androgini tersebut. Di FISIP USU ini juga
peneliti akan melihat berapa mahasiswi yang berasal dari berbagai departemen yang
mempunyai gaya atau style androgini. Penelitian ini hanya berfokus pada kalangan mahasiswi
perempuan yang fashion androgini di FISIP USU.

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Data Primer


Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan penulis untuk memperoleh data dengan cara

memberikan pertanyaan pada informan, di dalam menanyakan pertanyaan yang ada tentunya
penulis yang juga merangkap sebagai peneliti lebih natural dalam menayakannya. Keadaan
yang sebenarnya dan natural akanmemunculkan jawaban-jawaban yang lebih apa adanya
ketimbang keadaan atau wawancara yang sudah disetting sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara yang di terapkan merupakan wawancara mendalam agara data yang di
perlukan lebih banyak dan lebih dalam. Selain informan kunci penulis juga akan
mewawancarai informan biasa agar mendapatkan data atau hasil yang lebih pasti dan jelas.
Informan kunci di dalam penelitian ini adalah mahasiswa FISIP USU yang bergaya androgini
dan mengaplikasikan gaya atau style tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Informan biasa
yang akan ditemui dan diwawancarai penulis adalah mahasiswa/i luas tetapi masih berstatus
mahasiswa FISIP USU yang setuju dan tidak menerima kehadiran atau keberadaan ekspresi
androgini ini. Hal-hal yang penulis tanyakan adalah seputar androgini, pendapat terhadap
keberadaan androgini di kampus dan pengetahuan mahasiswa tentang androgini.


Observasi Partisipasi

Teknik observasi partisipasi digunakan penulis atau peneliti sebagai tindakan pengamatan
untuk mendapatkan gambaran tentang apa dan bagaima style fashion sehari-harinya
androgini. Di dalam hal ini penulis atau peneliti lebih dekat lagi yang dimana mengikuti gaya
hidup serta fashionnya androgini sehari-hari dan apabila penulis atau peneliti menemukan
suatu komunitas androgini di FISIP USU, penulis akan bergabung dalam komunitas tersebut
agar dapat mengetahui bagaimana dan seperti apa kegiatan komunitas tersebut. Di dalam hal
observasi partisipasi ini di harapkan penulis meluangkan waktu yang lebih lama lagi untuk
bersama dengan informan yang mempunyai peran penting dan sebagai penguat suatu data
penelitian. Di dalam teknik observasi partisipasi ini penulis atau peneliti menggunakan etic
view dan emic view yang dimana bahwa etic view merupakan hasil pengamatan dan pendapat
peneliti seputar apa yang diteliti yaitu seputar androgini, sementara emic view merupakan
pendapat, hasil pengamatan, penelitian yang diperoleh dari informan atau orang yang diteliti.
Pastinya didalam penelitian ini emic view akan lebih banyak digunakan dan ditulis dari pada
etic view.

Universitas Sumatera Utara

Data Sekunder
Dalam data sekunder merupakan data yang berhubungan dengan aspek yang diteliti
yang bersumber dari buku, majalah, artikel baik media massa maupun elektronik. Suatu
penelitian tidak mungkin hanya mengandalkan data yang ada di lapangan saja tetapi juga
harus memiliki data yaitu dari buku, majalah dan artikel yang dianggap dapat sinkron dan
relavan dengan pembahasan suatu penelitian.Data sekunder juga berperan penting dalam
penelitian ini sebagai dasar untuk melakukan data primer atau data yang diperoleh dari
lapangan. Seperti teori-teori seputar androgini didapat dari ata sekunder berupa buku dan
media elektronik. Majalah dan artikel juga menjadi bahan tambahan penulis atau peneliti
dalam menulis dan memperbanyak data tentang androgini.
1.8 Analis Data
Data-data yang diperoleh dari lapangan akan ditranskripkan atau dipindahkan dalam
bentuk field note (catatan lapangan). Data-data lapangan berupa observasi, rekaman
wawancara secara mendalam. Catatan lapangan yang ditulis merupakan catatan yang lebih
rinci, luas, cermat dan pasti. Setelah itu data-data tersebut diklasifikasikan berdasarkan tema.
Penulis juga akan menggunakan data kepustakaan guna melengkapi informasi yang
berkaitan dengan penelitian. Data-data kepustakaan berupa sumber-sumber tertulis seperti
buku-buku, koran, majalah dan sumber-sumber elektronik seperti televisi dan internet.
1.9 Pengalaman Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kampus FISIP USU. Pada awal judul penelitian peneliti
disetujui untuk diteliti dan tulis menjadi skripsi, penulis sudah melihat mahasiswa yang
memiliki ekspresi fashion androgini. Setelah itu peneli berusaha membangun hubungan dan

Universitas Sumatera Utara

komunikasi yang baik kepada mahasiswa yang bergaya androgini untuk dijadikan sebagai
informan.
Awalnya saya merasa mendapat tantangan karena belum banyak mahsiswa yang
mengetahui tentang androgini, tetapi saya berusaha menjelaskan androgini kepada setiap
sasaran informan secara mendalam. Dalam hal ini saya tidak memaksakan mahasiswa untuk
menjadi informan karena saya menginginkan mahasiswa yang menjadi informan saya dengan
senang hati dan tidak merasa adanya keterpaksaan dalam memberikan informasi.
Setelah saya berusaha menjelaskan apa itu androgini beruntungnya semua sasaran
informan saya bersedia menjadi informan saya. Informan saya terbagi menjadi dua yaitui
informan kunci yaitu mahasiswa yang memiliki ekspresi fashion androgini dan informan
biasa saya yaitu mahasiswa yang mengeluarkan pendapat tentang keberadaan androgini di
wilayah kampus.
Pertama-tama saya fokus dengan informan saya yaitu mahasiswa bergaya androgini.
Informan kunci saya yang merupakaninforman tetap saya berjumlah enam orang. Informan
kunci saya terdiri dari berbagai jurusan yang ada di kampus seperti : Administrasi Bisnis,
Antropologi Sosial, Ilmu Kesejahteraan Sosial, Administrasi Negara dan Sosiologi.
Menyenangkan ketika informan saya bersedia menjadi informan kunci saya atau
informan tetap saya. Informan kunci yang sebagian saya kenal dan sebagian yang tidak saya
kenal akhirnya berujung dengan pertemanan dan bahkan menjadi kompak dan rasa segan itu
hilang karena adanya hubungan komunikasi yang timbul dikarenakan penelitian ini. Selama
melakukan wawancara saya tidak menemukan kesulitan karena saya dan informan saya
sama-sama mahasiswa sehingga membuat saya dan informan saya menjadi tidak ada batasan
didalam penyampaian informasi.

Universitas Sumatera Utara

Wawancara yang saya hadapi kali ini berbeda sekali dibandingkan penelitianpenelitian yang pernah saya hadapi. Berbeda dikarenakan wawancara ini lebih tidak kepada
kondisi saat wawancara tetapi wawancara ini lebih kepada mahasiswa yang berbincang dan
tertawa apa adanya. Sebelum melakukan wawancara saya membuat interview guide atau
pedoman wawancara. Ketika berada dilapangan interview guide itu hanya sebagian saya
tanyakan dikarenakan kebanyakan pertanyaan yang saya ajukan muncul dari jawabanjawaban informan saya.
Dalam membangun hubungan atau komunikasi yang baik saya meminta Pin BBM, Id
LINE, dan nomor hp dari informan saya. Di zaman yang maju seperti saat ini sudah banyak
aplikasi sosial yang ditawarkan agar kita tetap terhubung dengan orang lain. Ketika
melakukan wawancara saya juga pernah diajak untuk ikut dalam aktivitasnya sehari seperti
makan dan nongkrong. Sungguh pengalaman yang luar biasa bagi saya yang dimana
sebelumnya tidak pernah kenal dan pada saat melakukan wawancara yang pertama saya
sudah dibawa dalam aktivitasnya sehari-hari. Pada saat kita makan, nongkrong kita selalu
bahas androgini beserta trend fashion nya dan tak jarang kita juga membahas soal pendidikan
bahkan sampai kepada hal yang lebih privasi.
Informan saya yang memiliki gaya androgini tidak pernah merasa bahawa dia itu
melakukan hal yang negatif terkait akan fashion nya. Dia cukup tampil apa adanya dengan
fashion androgini nya. Ketika saya bersama dengan informan saya sikap lebih percaya diri
saya ada pada saya. Kepercayaan diri dan tampil apa adanya jauh lebih membuat kita lebih
baik lagi kedepan. Saya sadar ternyata sifat dan fashion saya secara tidaak sengaja adalah
androgini. Dan informan saya yang lainnya juga memberikan respon yang positif terhadap
pertanyaan yang saya ajukan dan mereka juga mendukung penelitian skripsi saya ini
dikarenakan menurut mereka trend fashion androgini ini menarik untuk dibahas dan selalu
ada dikalangan mahasiswa.

Universitas Sumatera Utara

Ada juga informan saya yang bernama Meria Napitupulu mahasiswa Administrasi Negara
angkatan 2011 mengatakan kepada saya
‘’Androgini ini keren fashion nya, cuman dia belum tersekspose16 di Indonesia ini
terus komunitas nya pun belum ada, tapi kalo ada komunitas nya aku mau kok gabung.’’

Mendengar perkataan itu saya terdiam dan salut dalam hati saya kepadanya bahwa ada
keinginannya untuk bergabung dikomunitas androgini yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan yang baru tentang androgini kepada masyarakat luas terutama kalangan
mahasiswa dan manusia yang memiliki ekspresi fashion androgini lebih percaya diri dalam
menunjukkan fashionnya dikarenakan ada nya komunitas.
Wawancara yang pertama sekali dilakukan adalah kepada Kartini Indayati Napitu
mahasiswa dari Departemen Administrasi Bisnis. Kartini angkatan 2012 dan berusia 20.
Wawancara dilakukan di koridor kampus FISIP USU. Sebelum memulai wawancara satu hari
sebelumnya saya dan kartini membuat janji jam berapa dan dimana dilakukan wawancara dan
hasilnya wawancara dilakukann di koridor FISIP USU pada jam 11.00 WIB. Wawancara ini
dilakukan ketika kartini menyelesaikan ujian terakhir nya di semester 6. Tepat jam 11.00
WIB kami bertemu dan memulai wawancara kami. Saya menanyakan beberapa hal terhadap
kartini seputar fashion androgini yang dipakai nya sehari-hari. Selama saya menanyakan hal
yang berkaitan tentang androgini terhadap kartini sama sekali saya tidak merasa keberatan
dalam hal memberikan jawaban seputar dirinya dan fashion androgininya. Wawancara yang
kami lakukan tidak selalu dalam kondisi yang serius kita juga mau sambil tertawa dan
mungkin ini terjadi karena kita sama-sama mahasiswa yang sudah kenal sebelum penelitian
ini ada.

                                                            
16

Terekspose adalah dipertunjukkan, dipertontonkan. 

Universitas Sumatera Utara

Wawancara yang kedua adalah kepada Meria Napitupulu mahasiswa dari Departemen
Administrasi Negara. Meria angkatan 2011 dan berusia 22 tahun. Meria juga adalah salah
satu mahasiswa memiliki ekspresi fashion androgini. Dari hasil wawancara ini juga saya
mendapatkan tambahan data. Meria juga tidak merasa keberatan dalam hal memberikan data
atau jawaban kepada saya tentang hal yang saya tanyakan kepadanya. Wawancara ini
dilakukan di koridor FISIP USU dan jam 14.00 WIB. Saya dan Meria sudah kenal sebelum
penelitian ini ada. Di Sekolah Feminis Pemula yang diselenggarakan oleh Perempuan
Mahardhika kita bertemu dan saling mengenal sehingga kita tidak ada pengenalan pada saat
melakukan wawancara untuk penelitian skripsi saya.
Wawancara berikutnya saya mewawancarai dua orang mahasiswa yang laki-laki
bernama Mei Henriko Sinaga dan Jefri Parulian Nainggolan. Mei dan Jefri adalah mahasiswa
dari Departemen Administrasi Bisnis angkatan 2012. Saya mewawancarai mereka diwaktu
yang sama tetapi terlebih dahulu saya mewawancarai Mei Henriko dan selanjutnya Jefri.
Saya juga sudah mengenal kedua mahasiswa ini sebelumnya sehingga tidak ada pengenalan
pada saat wawancara dilakukan. Saya menanyakan tentang pendapat mereka terhadap
ekspresi fashion androgini yang ada dikampus FISIP USU. Saya mewawancarai mereka
dikoridor kampus FISIP USU pada jam 12.00 WIB setelah mereka menyelesaikan ujian akhir
semester. Dari hasil wawancara ini saya mendapatkan informasi adanya pendapat positif dan
pendapat negatif tentang fashion androgini yang ada dikampus. Selama saya melakukan
wawancara mereka tidak merasa keberatan dalam hal memberikan jawaban kepada saya.
Dalam skripsi saya ini saya juga mempunyai beberapa informan biasa yaitu
mahasiswa FISIP USU yang mengeluarkan pendapat akan keberadaan fashion androgini di
kampus. Informan biasa saya terdapat dari berbagai departemen/ jurusan yaitu :
1. Mei Henriko Sinaga dari Program Studi Administrasi Bisnis

Universitas Sumatera Utara

2. Jefri Parulian Nainggolan dari Program Studi Administrasi Bisnis
3. Firmansyah Tarigan dari Program Studi Administrasi Bisnis
4. Yustry Manullang dari Departemen Ilmu Komunikasi
5. Anitha Lumbanraja dari Departemen Antropologi Sosial
6. Susi Susanti dari Departemen Antropologi Sosial
7. Yuni Pardede dari Departemen Administrasi Negara
8. Riska Anggraini dari Departemen Antropologi Sosial
Dalam melakukan wawancara begitu banyak pandangan atau pendapat yang saya dengar.
Ada pendapat atau pandangan positif untuk fashion androgini karena terlihat keren dan modis
tetapi ada juga yang berpendapat negatif dikarenakan fashion androgini ini dianggap
menyimpang. Perasaan saya saat mendengar pendapat atau pandangan seperti itu campur
karena posisi saya sebagai peneliti harus bersikap netral, tidak membenarkan dan tidak
menyalahkan.

Universitas Sumatera Utara