Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

(1)

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG DONOR DARAH

(Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU Tentang Donor Darah)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Dalam Bidang Ilmu Antropologi

OLEH :

NUR’AZIZAH LUBIS 070905018

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

OLEH Nama : Nur’azizah Lubis Nim : 070905018 Departemen : Antropologi

Judul : Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

Medan, 25 April2014

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Nurman Achmad, S.Sos, M.Soc) (Dr. Fikarwin Zuska)

NIP. 196711181995121002 NIP.196212201989031005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP. 196805251992031002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG DONOR DARAH

(Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia di proses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 25 April 2014 Penulis


(4)

ABSTRAK

Nur’azizah Lubis, 2014, Judul :Persepsi Mahasiswa tentang Donor Darah ( Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab + 97 Halaman + 17 Daftar Gambar + 8 Daftar tabel + 16 Daftar pustaka

Penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi kognitif, dimana kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang diperoleh manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan tingkah laku. Tugas sang peneliti adalah mengorek keluar yang ada dalam mind mahasiswa tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi yaitu mendeskripsikan sebuah kebudayaan dengan cara mempelajari masyarakatnya dan belajar dari masyarakat. Oleh sebab itu, dalam hal ini peneliti akan menjelaskan tentang persepsi mahasiswa FISIP USU tentang donor darah dengan mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal dan fenomena sosial yang terjadi.

Peran mahasiswa sebagai masyarakat muda dinilai sesuai untuk berkontribusi dalam meningkatkan jumlah donor darah sukarela, apalagi bisa dnegan mudah mengakses berbagai informasi dari berbagai media mengenai donor darah, yang diharapkan memiliki sikap yang positif terhadap aksi donor darah.Mahasiswa dapat berperan secara langsung dengan menjadi pendonor darah sukarela secara berkala, atau bisa juga secara tidak langsung dengan mengajak atau mempromosikan aksi donor darah sukarela kepada masyarakat luas.Namun dalam penerapannya belum terlihat buktinya.Hal ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan donor darah yang dilakukan di kampus FISIP USU. Partisipasi mahasiswa dalam mendonorkan darah terlihat masih kurang.Bagaimana partisipasi mahasiswa tersebut tergantung dengan bagaiamana persepsinya tentang donor darah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pandangan mahasiswa tentang donor darah, hal-hal yang mempengaruhi seseorang memilih untuk ikut berpartisipasi atau tidak dalam mendonorkan darah, serta proses yang dilakukan dalam mendonorkan darah, berfokus pada persepsi mahasiswa dalam mendonorkan darah, Khususnya mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

Selain melakukan wawancara sebagai data primer, saya juga mengumpulkan data sekunder dengan menambah literatur-literatur kepustakaan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa serta apa yang ada di balik persepsi mahasiswa tentang donor darah tersebut yang membuat mereka mau atau malah enggan untuk berpartisipasi dalam mendonorkan darah.

Kata Kunci : Donor Darah bagi Mahasiswa, Proses Donor Darah, Persepsi Donor Darah, Partisipasi Donor Darah


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas Rahmat dan kasih karunia-Nyalah, saya dapat menyelesaikan skripsi ini.Sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas dari banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga penulisan skripsi ini masih belum bisa dikatakan sempurna, baik dalam penuturan kata ilmiah yang lazim maupun dalam penyajian data. Adapun penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir dari seorang mahasiswa dalam mencapai gelar sarjana khususnya dalam bidang ilmu Antropologi, dan untuk penelitian ini berjudul “PERSEPSI MAHASISWA TENTANG DONOR DARAH”. (Studi Etnografi Tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah).

Saya mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua saya, Ayahanda H. Zulkifli Lubis dan Ibunda Hj. Nurhayati Daulay. Terima kasih banyak karena telah mendidik saya dari kecil hingga duduk di bangku perkuliahan, terima kasih juga atas dukungan doa, semangat, kesabaran, motivasi dan materi yang telah diberikan kepada saya, terlebih kasih sayangnya ibu selama ini. Saya sangat bangga memiliki orangtua seperti Ayah dan Ibu, tanpa kalian saya bukanlah apa-apa di dalam hidup ini, terima kasih karena kalian telah menjadi penyemangat hidup saya yang sejati, saya akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kalian Ayah dan Ibu.

Saya juga berterima kasih kepada kedua abang saya dan kedua kakak saya yang sangat saya banggakan dan juga sangat saya sayang Zunaida Lubis, M. fachrizal Lubis, S.T, Fauziah Hanum Lubis, S.Pd dan Abriansyah Lubis, Amd. Kom, terima kasih atas segala dukungannya selama ini untuk saya.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan


(6)

Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi FISIP USU terima kasih atas ilmunya, dan Bapak Drs. Agustrisno, M.S.P, selaku Sekretaris Departemen Antropologi FISIP USU .

Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Nurman Achmad, S.Sos, M.Soc selaku dosen pembimbing proposal saya yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan ilmunya dan nasehat serta saran-saran selama dalam proses bimbingan skripsi, mulai dari awal hingga akhir. Terima kasih banyak atas waktu, ilmu dan nasehat serta saran-sarannya yang telah diberikan kepada saya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Yance, M.Si selaku dosen penasehat akademik saya,yang telah begitu banyak membantu saya baik dalam nasehat arahan dan waktu yang telah beliau luangkan untuk saya dalam berbagi hal dalam urusan akademik.Terima kasih karena telah mendidik dan mengarahkan saya di dalam perkuliahan.

Saya juga mengucapkan terima kasih seluruh Dosen dan Staf Pengajar FISIP USU yang telah bersedia berbagi pengalaman dan pengetahuan akademik, terima kasih juga kepada seluruh pegawai FISIP USU atas bantuannya, terutama kepada Kak Nurhayati dan Kak Sofiana selaku pegawai di Departemen Antropologi, terima kasih karena telah membantu saya dalam segala pengurusan administrasi.

Saya juga berterima kasih kepada seluruh informan penelitian yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan informasi seakurat mungkin sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaik saya dari masa SMA yaitu Novita Sari, Milda Svican, Amd, Ayu S Ketaren, S.E, Dewi Purnama Sari, S.Pd, Indri Antika alias Kak Dempo, dan sahabat-sahabat saya stambuk


(7)

2007 yaitu, Rabithah Adawiyah, Hafizah Fauzi, Indriani, Thia Ayu A. Nst, Tino Saragih, Rendi Arsami Srg, M. Fahrizal, Wahyu Tata Mu’alim, Alfi Zulkarnaen, Hendra Alfino Pjt, Khairil Fikri, Jonathan Tarigan, Nugraha H, Fauzi Abdulah, S.Sos, Parlaungan H, Septian Hadapi Lbs, S.Sos, Putri Dewi, S.Sos dan juga sahabat-sahabat lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, tidak lupa pula kepada kakanda Annis Amalia, S. Sos, abangda Akhyar Nst, S.Sos dan adinda Abdul Rahman Matondang, yang selama ini memberi semangat dan dukungan untuk saya. Thanks for all.

Medan, 25 April 2014

Penulis


(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nur’azizah Lubis, lahir di Medan pada tanggal 04 Juni 1989, anak kelima dari pasangan Ayahanda H. Zulkifli Lubis dan Ibunda Hj. Nurhayati Daulay. Pendidikan formal Sekolah Dasar (SD) Negeri 060920, tamat tahun 2001. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 7 Medan, tamat tahun 2004. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 15Medan, tamat tahun 2007. Pada tahun 2007 mengikuti pendidikan (S1) di Departemen Antropologi FISIP USU. Alamat email :zizahlubis89@gmail.com. Pengalaman organisasi yang dilakukan adalah :Tahun 2007-2008 menjadi anggota muda HMI FISIP USU, tahun 2007 sampai dengan sekarang menjadi anggota Korps Sukarela (KSR) Unit PMI Kota Medan. Pengalaman aktifitas di luar kampus adalah : Tahun 2007 mengikuti Dialog Budaya oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh sebagai peserta, tahun 2010 sebagai peserta di Orientasi Budaya Lokal yang diadakan oleh Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Wil Aceh-SUMUT, tahun 2008-2010 menjadi surveyor di Sucofindo, tahun 2009-2013 menjadi enumerator dalam Penelitian Kepuasan Pelanggan Air Bersih dan IPAL PDAM TIRTANADI, tahun 2010 menjadi enumerator pada Survei Perilaku Kesehatan Pada Kelompok Rumah Tangga Di Indonesia yang diadakan oleh Puslitkes UI bekerjasama dengan BNN, tahun 2011 menjadi interviewer dalam Studi Evaluasi tentang Efektivitas Pemasyarakatan Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara yang diadakan oleh CSRC dan MPR RI.


(9)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atasRahmat dan Karunia-Nya, saya bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PERSEPSI MAHASISWA TENTANG DONOR DARAH (Studi Etnografi Tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah).Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana ilmu sosial dalam bidang ilmu Antropologi, Universitas Sumatera Utara.Skripsi ini membahas secara menyeluruh mengenai Persepsi Mahasiswa tentang Donor Darah. Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab V. Penguraian yang saya lakukan pada skripsi ini adalah sebagai berikut:

Bab pertama menguraikan garis besar penulisan skripsi secara menyeluruh, antara lain dikemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian sehingga dapat diketahui apa yang dikemukakan didalam penulisan skripsi ini. Selanjutnya, akan diuraikan juga tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan alat pengumpulan data, juga kesimpulan dan saran. Penguraian dalam bab ini, dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai materi penulisan yang dimaksud dalam penelitian skripsi.

Bab dua menggambarkan secara umum mengenai gambaran umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, sejarahnya, staf pengajar, mahasiswa, dan fasilitas yang ada di FISIP USU, tidak hanya itu pada bab ini juga membahas tentang Palang merah Indonesia serta Unit Donor Darah PMI Kota Medan. Serta kerjasama yang dijalin oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU dengan Palang Merah Indonesia Kota Medan.


(10)

Bab tiga menjelaskan secara khusus tentang proses donorkan darah, dimulai dari memenuhi syarat donor darah, pemeriksaan pendahuluan, saat pengambilan darahnya, cara memperoleh darah bagi yang membutuhkan, biaya penggantian Pengadaan Darah (BPPD),

Bab empat menjelaskan tentang persepsi mahasiswa tentang donor darah, dari masing-masing persepsi merekalah dapat dilihat partisipasi mahasiswa dalam mendonorkan darah.persepsi donor darah menurut mahasiswa, pengalaman mereka dalam donor darah dan alasan-asalan mahasiswa tidak ikut serta berpartisipasi dalam donor darah.

Bab lima merupakan suatu kesimpulan dan saran mengenai Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah.

Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini, dilampirkan pula daftar kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan. Saya telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran, dan juga waktu dalam penulisan skripsi ini.Namun saya menyadari skripsi ini belum bisa dikatakan telah sempurna. Dengan rendah hati, saya mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari para pembaca.Harapan dari saya agar skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya.

Medan, 25 April 2014 Penulis


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tinjauan Pustaka ... 6

1.3 Perumusan Masalah ... 32

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 32

1.5 Metode Penelitian ... 33

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 37

2.1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara ... 37

2.2 Palang Merah Indonesia ... 47

2.3 Kerjasama FISIP USU dan UDD PMI Kota Medan ... 57

BAB III PROSES DONOR DARAH ... 60

3.1 Proses Donor Darah secara Teknis ... 60

3.1.1 Syarat Donor Darah ... 60

3.1.2 Pemeriksaan Pendahuluan ... 63

3.1.3 Melakukan Pengisian Formulir Calon Pendonor Darah ... 65

3.1.4 Pengambilan Darah Donor (Aftaf) ... 65

3.1.5 Pelayanan Donor ... 70

3.2 Cara Memperoleh Darah... 71

BAB IV PERSEPSI MAHASISWA TENTANG DONOR DARAH ... 75

4.1Pengetahuan Mahasiswa tentang Donor Darah ... 75

4.2 Pengalaman Partisipasi Mahasiswa dalam Mendonorkan Darah ... 80

4.3Alasan MahasiswaTidak Berpartisipasi dalam Mendonorkan Darah ... 83

4.3.1. Minimnya Pengatahuan Mahasiswa akan Mekanisme Donor Darah ... 84

4.3.2. Rasa Takut Mahasiswa terhadap Jarum Suntik dan Darah ... 85

4.3.3 Respon Mahasiswa atas Pengalaman Sendiri maupun Orang Lain ... 86

4.3.4 Aspek Ekonomis Donor Darah ... 88

4.3.5 Belum Ada Kesempatan dan Teman yang Menemani ... 89

4.3.6 Tidak Memenuhi Persyaratan Donor Darah ... 90

BAB V PENUTUP ... 91


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar

Gambar 2.1 Lokasi Unit Donor Darah PMI Kota Medan 53 Gambar 2.2 Contoh Brosur yang dibuat oleh PMI 54 Gambar 2.3 Bagan Alur Permintaan dan Pendistribusian Darah 56 Gambar 2.4 Acara Donor Darah saat Dies Natalis FISIP USU 58 Gambar 2.5 Contoh Brosur Promosi Acara Donor Darah di FISIP USU 58 Gambar 2.6 Contoh Promosi Acara Donor Darah dari Media Sosial 59 Gambar 3.1 Calon Pendonor sedang diperiksa Hemoglobin 63 Gambar 3.2 Peralatan untuk Memeriksa Golongan Darah 64 Gambar 3.3 Calon Pendonor sedang diperiksa Tekanan Darah 64

Gambar 3.4 Contoh Formulir Donor Darah 65

Gambar 3.5 Peralatan dalam Pengambilan Darah Donor 67 Gambar 3.6 Proses Pengambilan Darah Donor (AFTAF) 69-70 Gambar 3.7 Makanan dan Minuman Selesai Berdonor 71

Gambar 3.8 Bagan Alur Permintaan Darah 72

Gambar 4.1 Petugas Menanyakan Calon Pendonor ttg Riwayat Medis 80

Gambar 4.2 Bagan Alur Mendonorkan Darah 82


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

Tabel 2.1 Akreditasi Departemen yang ada di FISIP USU 41

Tabel 2.2 Staf Pengajar di FISIP USU 42

Tabel 2.3 Jumlah Mahasiswa FISIP USU 44

Tabel 2.4 Daftar Nama Organisasi Mahasiswa Departemen 45 Tabel 2.5 Daftar Nama UKM Tingkat Fakultas di FISIP 46 Tabel 2.6 Daftar Nama Organisasi Ekstra yang beraktivitas di FISIP 46-47 Tabel 2.7 Jumlah Pendonor Darah du UDD PMI Kota Medan 56


(14)

ABSTRAK

Nur’azizah Lubis, 2014, Judul :Persepsi Mahasiswa tentang Donor Darah ( Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab + 97 Halaman + 17 Daftar Gambar + 8 Daftar tabel + 16 Daftar pustaka

Penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi kognitif, dimana kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang diperoleh manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan tingkah laku. Tugas sang peneliti adalah mengorek keluar yang ada dalam mind mahasiswa tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi yaitu mendeskripsikan sebuah kebudayaan dengan cara mempelajari masyarakatnya dan belajar dari masyarakat. Oleh sebab itu, dalam hal ini peneliti akan menjelaskan tentang persepsi mahasiswa FISIP USU tentang donor darah dengan mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal dan fenomena sosial yang terjadi.

Peran mahasiswa sebagai masyarakat muda dinilai sesuai untuk berkontribusi dalam meningkatkan jumlah donor darah sukarela, apalagi bisa dnegan mudah mengakses berbagai informasi dari berbagai media mengenai donor darah, yang diharapkan memiliki sikap yang positif terhadap aksi donor darah.Mahasiswa dapat berperan secara langsung dengan menjadi pendonor darah sukarela secara berkala, atau bisa juga secara tidak langsung dengan mengajak atau mempromosikan aksi donor darah sukarela kepada masyarakat luas.Namun dalam penerapannya belum terlihat buktinya.Hal ini dapat dilihat dari beberapa kegiatan donor darah yang dilakukan di kampus FISIP USU. Partisipasi mahasiswa dalam mendonorkan darah terlihat masih kurang.Bagaimana partisipasi mahasiswa tersebut tergantung dengan bagaiamana persepsinya tentang donor darah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan dan menjelaskan pandangan mahasiswa tentang donor darah, hal-hal yang mempengaruhi seseorang memilih untuk ikut berpartisipasi atau tidak dalam mendonorkan darah, serta proses yang dilakukan dalam mendonorkan darah, berfokus pada persepsi mahasiswa dalam mendonorkan darah, Khususnya mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU.

Selain melakukan wawancara sebagai data primer, saya juga mengumpulkan data sekunder dengan menambah literatur-literatur kepustakaan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa serta apa yang ada di balik persepsi mahasiswa tentang donor darah tersebut yang membuat mereka mau atau malah enggan untuk berpartisipasi dalam mendonorkan darah.

Kata Kunci : Donor Darah bagi Mahasiswa, Proses Donor Darah, Persepsi Donor Darah, Partisipasi Donor Darah


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Darah sangat penting bagi kehidupan manusia untuk menyelamatkan jiwa. Begitu pentingnya darah bagi kehidupan manusia sehingga darah yang berkurang dari dalam tubuh bisa dikarenakan berbagai hal, seperti kecelakaan dengan perdarahan hebat, saat sedang menjalani operasi besar, ibu yang pendarahan hebat pada saat melahirkan, dan dengan berbagai hal lainnya, maka organ-organ tersebut akan kekurangan nutrisi dan oksigen. Akibatnya, dalam waktu singkat terjadi kerusakan jaringan dan kegagalan fungsi organ yang berujung pada kematian.Untuk mencegah hal itu, dibutuhkan pasokan darah yang diperoleh dari transfusi darah.Darah yang tersedia seharusnya seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan, tetapi yang terjadi adalah ketidakseimbangan antara stok darah yang ada dengan jumlah darah yang dibutuhkan, sehingga kebutuhan darah tidak dapat terpenuhi seluruhnya.

Data dari negara maju menunjukkan tingkat donor darah sebanyak 60-100 per 1.000 penduduk, sedangkan di Asia tingkat donor darah yang paling maju adalah jepang yaitu 68 per 1.000 penduduk, Korea 40 per 1.000 penduduk, Singapura 24 per 1000 penduduk, Thailand 13 per 1.000 penduduk, Malaysia 10 per 1.000 penduduk, dan Indonesia memiliki tingkat penyumbang 6-10 orang per 1.000 penduduk. Hal ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan sejumlah negara di Asia (Aziz, 2000).

Berdasarkan data statistik tahun 2012, Palang Merah Indonesia menerima darah dari 1.371.638 pendonor atau sekitar 3,5 juta - 4 juta kantong darah yang dikumpulkan, dan sekitar 41% pendonor menyumbangkan darah mereka untuk


(16)

pertama kalinya1. Jumlah ini tentu saja belum cukup untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi populasi di Indonesia.Bila menggunakan tolak ukur sesuai dengan standard yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, suatu negara harus memiliki stok darah minimal sebesar 2% dari jumlah populasi nasional. Jika acuan WHO ini yang digunakan, Indonesia yang berpenduduk ±237.600.000 jiwa2, minimal harus mempunyai stok darah antara 4,5 juta sampai 4,8 juta kantung darah, berarti Palang Merah Indonesia masih kurang sekitar 1,3 juta kantong darah lagi untuk mencapai target 4,8 juta kantong darah3

“Ada kota besar yang paling sulit mendapatkan pendonor darah, maaf saja ya kota Medan merupakan daerah yang paling sulit cari donor darahnya, sampai-sampai harus mengambil stok darah dari Jawa”

. Hal tersebut menggambarkan bahwa kebutuhan darah di Indonesia yang tinggi tetapi darah yang terkumpul dari donor darah masih rendah.

Begitu juga di Medan, kecukupan akan darah masih sangat kurang. Kebutuhan darah bisa mencapai 3.000 kantong darah per bulan, namun rata-rata pemenuhan kebutuhan hanya sekitar 30%- 40% nya saja. Seperti yang dikatakan oleh Ketua Umum Palang Merah Indonesia M. Jusuf Kalla saat Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Komisi IX DPR RI,

4

Pentingnya ketersediaan darah adalah untuk memenuhi kebutuhan akan darah yang dapat terjadi kapan saja dan kepada siapa saja yang membutuhkan transfusi darah. Namun yang terjadi ketersediaan darah belum memenuhi seluruh kebutuhan

.

1

Harian Berita Sore edisi 12 April 2013, Deputi Konsul AS Medan Donor Darah di USU (beritasore.com/2013/04/12/deputi-konsul-as-medan-donor-darah-di-usu/)

2

Data BPS 2010 3

Harian Berita Sore edisi 12 April 2013, Deputi Konsul AS Medan Donor Darah di USU (http://beritasore.com/2013/04/12/deputi-konsul-as-medan-donor-darah-di-usu/)

4


(17)

masyarakat akan darah. Belum terpenuhinya mungkin disebabkan karena partisipasi masyarakat untuk mendonorkan darahnya secara sukarela masih kurang atau mungkin saja karena kurang agresifnya UDD PMI dalam mempromosikan dan menggalang kegiatan donor darah.

Untuk menjalankan fungsi sebagai penyedia darah serta sebagai pendistribusi darah ke Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) di berbagai Rumah Sakit di Medan untuk memenuhi kebutuhan akan darah bagi masyarakat, Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Medan berusaha agar kebutuhan darah terpenuhi, mulai dengan membangun jaringan sesama PMI nasional maupun internasional, melakukan kerjasama dengan berbagai institusi, seperti BUMN, lembaga-lembaga pemerintah, Bank Indonesia, Bank Swasta, POLDASU, Perusahaan Swasta, Perusahaan Daerah, dan Universitas-Universitas, dan bahkan menjajal pasar dan mall, tetapi keberadaannya seakan kurang terlihat oleh masyarakat. Peranan UDD penting dalam mensosialisasikan informasi tentang betapa pentingnya mendonorkan darah demi menyelamatkan jiwa yang membutuhkan, dan manfaatnya bagi kesehatan si pendonor sendiri.

Donor darah bukan hanya memiliki nilai kemanusiaan saja karena dapat menyelamatkan jiwa, namun juga baik bagi kesehatan si pendonor darah.Selain bisa kontrol kesehatan melalui pemeriksaan darah secara gratis, donor darah yang teratur juga dapat meringankan kerja jantung dan terjaganya vitalitas karena lancarnya sirkulasi dan regenerasi darah yang berkesinambungan. Sejak pertengahan abad Masehi pengobatan dengan cara mengeluarkan darah dari dalam tubuh sudak mulai dipraktikkan dan telah diketahui manfaatnya untuk kesehatan yang kita kenal dengan bekam. Adapula pengobatan lain dengan mengeluarkan darah juga seperti totok darah dan terapi lintah. Pengobatan tersebut mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh


(18)

sehingga tubuh memproduksi darah baru yang efeknya melancarkan sirkulasi darah sehingga tubuh meregenerasi darah baru dalam tubuh, menjadi lebih sehat dan ringan.Manfaat dari pengobatan tersebut juga kita temui saat mendonorkan darah.

Peran pemuka agama juga dapat diberdayakan dengan memberikan informasi bahwa menjadi pendonor darah adalah suatu perbuatan baik karena dengan mendonorkan darah dapat menyelamatkan jiwa yang membutuhkannya, tanpa memandang suku bangsa, agama, ras, maupun golongan manapun.Karena hal tersebut, donor darah dalam berbagai agama diperbolehkan untuk tujuan yang baik demi menyelamatkan jiwa manusia.

Namun melakukan sosialisasi dan kerjasama dengan berbagai pihak saja tidaklah cukup jika tanpa dibarengi dengan partisipasi masyarakat untuk menjadi pendonor darah sukarela.Kurangnya partisipasi masyarakat tidak terlepas dari bagaimana persepsi mereka tentang donor darah.Masyarakat kurang menyadari bahwa donor darah tidak hanya memiliki nilai kemanusiaan tetapi juga bermanfaaat bagi kesehatan. Selain hal tersebut, masih ada permasalahan lain yang membuat masyarakat enggan untuk berdonor darah misalnya karena persepsi akan bahaya bila seseorang memberikan darah secara rutin, persepsi masyarakat tentang memberi dan atau menerima darah dari yang tidak dikenal, dan tingkat kepercayaan masyarakat minim dan beranggapan bahwa Palang Merah Indonesia memperjualbelikan darah hal ini dikarenakan bahwa pasien yang membutuhkan darah diharuskan membayar Biaya Pengganti Pengelolaan Darah (BPPD) untuk setiap kantung darah. Seperti pendapatnya Chaeruddin Salim Anggota Komisi B DPRD Medan mengenai krisis stok darah yang terjadi di Kota Medan, lebih dikarenakan ketidaktransparan pihak


(19)

Unit Donor Darah (UDD)5 Palang Merah Indonesia Kota Medan maupun pihak bank darah terutama mengenai jumlah perolehan kantong darah yang didapatkan sehingga masyarakat menilai sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab bisa memperjualbelikan darah yang telah didonorkan secara sukarela6

Partisipasi dalam mendonorkan darah juga dapat dilihat pada mahasiswa Universitas Sumatera Utara.Sudah ada beberapa kali diadakan kegiatan donor darah di USU tetapi partisipasi mahasiswa terlihat kurang. Salah satunya pada saat diadakannya kegiatan donor darah Blood4Nation yang diselenggarakan oleh

American Corner Universitas Sumatera Utara, bekerjasama dengan Konsulat Amerika Serikat di Medan dan Palang Merah Indonesia Pada tanggal 12- 13 April 2013 yang lalu. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menyumbang darah, terutama di kalangan pemuda dan membantu Indonesia mencapai target stok darah tahunannya, dan selama dua hari kegiatan tersebut menghasilkan 178 pendonor

.

7

. Pendonor tersebut tidak hanya berasal dari dalam usu, tetapi 10%-20% adalah masyarakat umum, dan pendonor yang terbanyak dari Fakultas Kesehatan Masyarakat8.Jika dilihat dengan jumlah mahasiswa USU yang sekitar ± 33.000 orang9

5

Masyarakat masih mengenalnya dengan Unit Donor Darah(UTD), PMI sendiri telah berganti nama tersebut mulai tahun 2011.

6

Harian INABERITA, edisi Selasa, 2 Maret 2010, Masyarakat Enggan Mendonor Darah Dipicu Kekhawatiran Terjadinya Penyalahgunaan (http://www.inaberita.com/beta/view.php?newsid=575) 7

Harian Analisa, edisi Senin, 15 April 2013, “Blood4Nation” Konsulat AS Hasilkan 178 Kantong Darah (http://www.analisadaily.com/news/2013/9499/1366439385)

8

ujar Abdul Hafiz Harahap selaku penanggung jawab American Corner USU pada Harian Analisa, edisi 23 Agustus 2013 (www.analisadaily.com/mobile/pages/news/40929/penghargaan-blood4nation-diraih-american-corner-usu/)

9

http://usu.ac.id/id/article/10/profil

, maka masih sedikit sekali mahasiswa yang berminat untuk ikut berpartisipasi mendonorkan darahnya. Sama halnya seperti kegiatan donor


(20)

darah di Fisip USU yang diadakan oleh IMAJINASI pada bulan Mei 2013 bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia ini menyumbangkan 46 kantung darah10

1.2 Tinjauan Pustaka

. Peran mahasiswa sebagai masyarakat muda dinilai sesuai untuk berkontribusi dalam meningkatkan jumlah donor darah sukarela dan dalam meningkatkan ketersediaan darah.Mahasiwa dapat berperan secara langsung dengan menjadi donor darah sukarela secara berkala, bisa juga secara tidak langsung dengan mengajak atau mempromosikan aksi donor darah sukarela kepada masyarakat luas.Sebagai mahasiswa yang mungkin dianggap telah paham tentang manfaat dan pentingnya donor darah, diharapkan memiliki sikap yang positif terhadap aksi donor darah.Namun penerapannya, donor darah oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari masih belum terbukti.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai bagaimana persepsi mahasiswa tentang donor darah, yang dapat menggambarkan seperti apa pengetahuan dan pemahaman mereka tentang donor darah, bagaimana pandangan mereka terhadap donor darah, sehingga terlihat bagaimana partisipasi mereka, dan kendala-kendala apa saja dalam donor darah.

1.2.1 Konsep Budaya

Konsepsi budaya atau kebudayaan merupakan konsep paling asli atau baku, paling pokok atau dasar, dan paling utama atau penting dalam studi antropologisepanjang sejarah perkembangannya.Kata budaya atau kebudayaan dalam

10

http://zoneofimajinasifisipusu.blogspot.com/2013/11/donor-darah-menyambut-hari-waisak-2557.html?m=1


(21)

bahasa Indonesia disamakan pengertiannya dengan culture dalam bahasa Inggris. Koentjaraningrat(1996:72)mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.Ada juga definisi kebudayaan berbau psikologi yang perlu ditinjau yakni yang dirumuskan oleh R.Linton (dalam Keesing 1989), yakni kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan, sikap, dan pola perilaku kebiasaan berbagi dan ditunjukkan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.

Untuk memudahkan pemahaman kita tentang konsep kebudayaan yang

mencakup semua wujud kehidupan manusia yang kompleks ini, maka tepatlah menggunakan analisis tiga wujud kebudayaan dari Koentjaraningrat, yakni:

1. wajud ide/gagasan (mencakup seluruh komponen pengetahuan, pendapat, nilai, norma, kepercayaan),

2. wujud tindakan (segala yang dilakukan manusia secara terpola), dan

3. wujud material (keseluruhan benda-benda fisik buatan manusia yang digunakan bagi pemenuhan kebutuhan hidupnya).

Lalu kebudayaan masyarakat manusia dalam tiga wujud tersebut dibagi dalam bagian-bagian umum kebudayaan (cultural universal), yakni sistem-sistem pengetahuan, bahasa, organisasi sosial, mata pencaharian, alat-peralatan hidup, kesenian, dan religi atau sistem kepercayaan. Dikatan sebagai unsur umum kebudayaan karena unsur-unsur ditemukan dalam semua suku bangsa atau bangsa dalam semua masa.

Pada mulanya, menurut Shobirin (Koentjaraningrat, 1980), culture dalam bahasa Inggris dihubungkan dengan aktivitas dengan teknologi mengolah lahan,


(22)

beternak hewan, dan mengeksploitasi sumberdaya alam. Lambat laun konsep tersebut diperluas oleh ilmuan sosial budaya, khususnya ahli antropologi, pada semua bidang kehidupan manusia yang dipelajari, dikembangkan, dan dipertahankan bagi pemenuhan kebutuhan dan eksistensi masyarakat.

Budaya terdiri dari pola berpikir dan bertindak yang khas mencakup nilai, kepercayaan, organisasi politik dan aktivitas ekonomi yang diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya bukan melalui bawaan gen (biological inheritance,melainkan melalui proses belajar. Proses belajar yang dimaksudkan yakni proses internalisasi (penanaman sikap kepribadian budaya), sosialisasi (pembelajaran pola tindakan), dan enkulturasi (pembelajaran pengetahuan) yang dilakukan oleh individu mulai dari lahir hingga meninggal.

Hampir seluruh aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupannya adalah dari proses belajar. Menurut Spradley sendiri pengetahuan yang tertata dalam diri manusia yang diperoleh melalui proses belajar merupakan kebudayaan. Lebih jelasnya lagi Spradley mendefenisikan kebudayaan sebagai suatu sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar yang kemudian mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka11

Goodenough mendefinisikan kebudayaan sebagai sistem gagasan yang dimiliki bersama, sistem, konsep, aturan serta makna yang mendasari dan diungkapkan dalam tata cara kehidupan manusia (dalam Keesing, 1989: 68-69). Budaya dengan demikian, menurutnya, mengacu pada hal-hal yang dipelajari

.

11

Defenisi tersebut ditulis ulang oleh Marzali dalam pengantar pada buku Metode Etnografi oleh james Spradley pada bagian pengantar ini Marzali menjelaskan secara singkat tentang apa itu etnografi sampai perkembangan metode dalam etnografi.


(23)

manusia, bukan pada hal-hal yang manusia kerjakan dan perbuat (dalam Keesing, 1989).

1.2.2 Konsep Persepsi 1.2.2.1 Pengertian persepsi

Alam sekitar manusia terdapat berbagai hal yang diterimanya melalui panca inderanya serta melalui alat penerima yang lain, misalnya getaran eter (cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal (panas-dingin), dan lain-lain, yang masuk ke dalam berbagai sel di bagian-bagian tertentu dari otaknya. Di sana berbagai macam proses fisik, fisiologi, dan psikologi terjadi, sehingga getaran-getaran dan tekanan-tekanan tadi diolah menjadi suatu susunan yang menjadi suatu gambaran tentang lingkungan sekitarnya, dan dalam antropologi seluruh proses akal manusia yang sadar itu disebut persepsi (Koentjaraningrat, 1996:99).

Walgito (2004:70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsikan sesuatu stimulus, hasil persepsi akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan arah yang


(24)

berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya.

Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negative ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita.

File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006:118)

Menurut Jalaluddin Rakhmat (2007:51) persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan, menurut Suharman (2005:23) persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.

Persepsi orang terhadap suatu objek akan dipengaruhi oleh sejauh mana pemahamannya terhadap objek. Persepsi yang belum jelas atau belum dikenal sama sekali tidak mungkin akan memberikan makna. Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap individu di dalam memahami informasi tentang lingkungan, baik lewat penglihatan, pandangan penghayatan, perasaan dan penciuman. Sementara yang dimaksud dengan proses kognisi adalah proses atau kegiatan mental yang sadar seperti berpikir, mengetahui memahami dan kegiatan


(25)

konsepsi mental seperti sikap, kepercayaan dan pengharapan yang kesemuanya merupakan penentu atau dipengaruhi perilaku (Toha, 1983:138)

Wirawan ( 1995 : 77 ), menjelaskan bahwa proses pandangan merupakan hasil hubungan antar manusia dengan lingkungan dan kemudian diproses dalam alam kesadaran ( kognisi ) yang dipengaruhi memori tentang pengalaman masa lampau, minat, sikap, intelegensi, dimana hasil atau penelitian terhadap apa yang diinderakan akan mempengaruhi tingkah laku.

Persepsi itu tergantung pada proses berpikir atau kognitif seseorang, sehingga bisa saja persepsi antara satu orang dengan orang lainnya berbeda terhadap hal yang sama, tergantung pada kemampuan selektivitas informasi yang diterima setelah diolah ternyata bermakna positif maka seseorang mendukung informasi yang diterima, tetapi bila negatif maka yang terjadi sebaliknya.

1.2.2.2 Jenis-jenis Persepsi

Menurut Bjorklund proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Persepsi visual

Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan.Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya, persepsi visual merupakan topic utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

2. Persepsi auditori


(26)

3. Persepsi perabaan

Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. 4. Persepsi penciuman

Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.

5. Persepsi pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.12

1.2.2.3 Syarat terjadinya persepsi

Syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut (Sunaryo, 2004:98): a. Adanya objek yang dipersepsi

b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagi suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.

c. Adanya alat indera/ reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

d. Syaraf sensoris sebagi alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

Menurut Walgito (2004:70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

12


(27)

b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebahai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang

c. Perhatian

Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu kumpulan objek.

1.2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Notoatmodjo (2005), ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal.Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut.

1. Faktor Eksternal a. Kontras

Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik warna, ukuran, bentuk dan gerakan.


(28)

Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.

c. Pengulangan (repetition)

Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak termasuk dalam rentang perhatian kita, maka akan mendapat perhatian kita. d. Sesuatu yang Baru (novelty)

Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang telah kita ketahui.

e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak

Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian seseorang.

2. Faktor Internal

a. Pengalaman atau Pengetahuan

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.

b. Harapan (expectation)

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus. c. Kebutuhan

Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara berbeda. Misalnya seseorang yang mendapatkan undian sebesar 25 juta akan merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membelii sepeda motor, tetapi ia akan merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah.


(29)

d. Motivasi

Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. e. Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Misalnya seseorang yang sedang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya serba indah.

f. Budaya

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja.

Menurut Toha (1983:154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

a. Faktor eksternal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian(fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.

b. Faktor internal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan suatu objek.

Robbins ( 2001 : 89 ) mengemukakan bahwasanya ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat yaitu :

1. Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu.


(30)

2. Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam keadaan terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi persepsi seperti kecendrungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang berdekatan atau yang mirip.

3. Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.

Menurut Walgito (2004:56-57) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu:

1. Faktor individu, yang meliputi:

a. Perhatian. Baik perhatian spontan maupun perhatian tidak spontan; dinamis atau statis

b. Sifat struktural individu; simpati atau antipati c. Sifat temporer individu; emosional atau stabil d. Aktivitas yang sedang berjalan pada individu.

2. Faktor stimulus (rangsangan). Stimulus akan dapat disadari oleh individu, bila stimulus itu cukup kuat. Bagaimanapun besarnya perhatian dari individu, tetapi bila stimulus tidak cukup kuat, maka stimulus itu tidak akan dipersepsi oleh individu yang bersangkutan, dan ini bergantung pada: intensitas (kekuatan) stimulus; ukuran stimulus; perubahan stimulus; ulangan dari stimulus; pertentangan atau kontras dari stimulus.

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsikan suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat


(31)

jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu,perbedaan pengalaman, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.

1.2.2.5 Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi menurut Walgito (2004: 108) terdiri dari tahap-tahap berikut:

1. Tahap pertama, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses kealaman atau proses fisik, merupakan proses ditangkapnya suatu stimulus oleh alat indera manusia.

2. Tahap kedua, merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, merupakan proses diteruskannya stimulus yang diterima oleh reseptor (alat indera) melalui syaraf-syaraf sensoris.

3. Tahap ketiga, merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologik, merupakan proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima reseptor.

4. Tahap keempat, merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan perilaku.

Sedangkan menurut Toha (1983:145) proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan yaitu:


(32)

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

b. Registrasi

Dalam proses registrasi, ssuatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengar atau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang berkirim kepadanya tersebut.

c. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian seseorang.

Mencermati proses terbentuknya persepsi masyarakat dapat dikemukakan bahwa seseorang diawali oleh adanya rangsangan (stimulus) yang diterima oleh alat indera atau reseptor, kemudian melalui proses persepsi sesuatuyang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan.

1.2.3 Konsep Partisipasi 1.2.3.1 Pengertian Partisipasi

Keberhasilan dalam upaya peningkatan jumlah stok darah sangat diperlukan partisipasi dari masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat, akan sulit untuk memenuhi kebutuhan darah. Semakin banyak masyarakat yang ikut berpartisipasi, maka akan semakin terpenuhi kebutuhan akan darah. Partisipasi masyarakat tidak terlepas pada


(33)

bagaimana persepsi mereka terhadap donor darah. Dalam hal ini Koentjaraningrat (dalam Joesoef, 1997: 29) mengatakan cara-cara yang ditempuh agar masyarakat mau berpartisipasi dalam program pembangunan adalah jika masyarakat diberitahu bahwa program tersebut nantinya akan berguna bagi mereka atau jika mereka diberitahu tentang tujuan program tersebut. Partisipasi yang dilandaskan pada pengetahuan dan kegunaan program bagi diri individu biasanya akan menghasilkan partisipasi yang spontan sifatnya. Adanya informasi sebagai salah satu faktor dalam menarik partisipasi masyarakat dalam kegiatan suatu program dirasakan penting terutama dalam hal memperkenalkan atau menyebarkan suatu ide baru.

Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interksi sosial dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama (Ach. Wazir Ws dalam Jamal, 2011:1).

Partisipasi adalah peran serta aktif anggota masyarakat dalam berbagai jenjang kegiatan. Dilihat dari konteks pembangunan kesehatan, partisipasi adalah keterlibatan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk menjalin kemitraan diantara berbagai aktivitas program kesehatan, mulai dari pendidikan kesehatan, kemadirian dalam kesehatan, sampai dengan mengontrol perilaku masyarakat dalam menanggapi teknologi dan infrastrusktur kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

1.2.3.2 Aspek-aspek Partisipasi

Partisipasi dapat dikelompokkan menurut beberapa aspek (Dusseldorp, 1981, dalam Euis Sunarti) :


(34)

1. Tingkat keterlibatan

Berdasarkan tingkat keterlibatannya, partisipasi dibedakan lagi menjadi partisipasi bebas, partisipasi dipaksa, dan partisipasi biasa.

a. Partisipasi bebas digunakan bagi seorang individu yang melibatkan dirinya sendiri secara sukarela dalam aktivitas partisipasi spesifik. Partisipasi bebas dapat dibagi lagi menjadi partisipasi spontan dan partisipasi yang dibangkitkan. Seseorang dikatakan berpartisipasi spontan bila berpartisipasi atas pendiriannya sendiri tanpa dipengaruhi oleh program penyuluhan dari suatu institusi maupun individu, sebaliknya seorang dikatakan berpartisipasi yang dibangkitkan jika keikutsertaannya setelah dia diyakinkan melalui program penyuluhan atau pengaruh orang lain dari suatu institusi maupun individu.

b. Partisipasi dipaksakan dibedakan lagi menurut sumber pemaksaan melalui hukum dan pemaksaan sebagai akibat kondisi sosial ekonomi.

c. Partisipasi biasa digambarkan untuk keikutsertaan seseorang yang paling tidak dalam esbagian waktunya, untuk memilih pola partisipasinya, sehubungan dengan fakta seseorang dilahirkan sebagai laki-laki atau perempuan, dalam suatu keluarga dari kelas tertentu, kasta, suku bangsa atau ras dan dalam suatu area.

2. Cara keterlibatan

Berdasarkan cara keterlibatannya, partisipasi dapat dibedakan menjadi partisipasi langsung dan tak langsung.

a. Partisipasi langsung digunakan untuk menggambarkan keikutsertaan seseorang secara langsung dalam proses partisipasi seperti mengikuti


(35)

pertemuan, diskusi, menyediakan tenaga kerjanya untuk proyek, memberikan suara bagi calon yang akan mewakilinya di luar kelompoknya.

b. Partisipasi tak langsung digunakan untuk menggambarkan keikutsertaan seseorang yang mewakilkan hak berpartisipasinya (sebagai contoh dalam pengambilan keputusan) ke orang lain yang kemudian dapat mewakilinya dalam aktivitas partisipatif pada tingkat yang lebih tinggi.

3. Keterlibatan dalam berbagai tahap proses pembangunan yang direncakan. Berdasarkan hal tersebut, partisipasi dibedakan menjadi partisipasi pada seluruh tahap dan partisipasi pada sebagian tahap.

4. Tingkat organisasi

Berdasarkan tingkat organisasinya, partisipasi dibedakan menjadi partisipasi terorganisasi dan tak terorganisasi.

a. Partisipasi terorganisasi digunakan jika struktur organisasi dan satu set prosedur dikembangkan dalam proses persiapannya. Organisasi dapat diformalkan lebih tinggi dengan menggunakan peraturan dan hukum. Berdasarkan hal tersebut partisipasi terorganisasi dibedakan lagi menjadi berorganisasi formal dan terorganisasi tidak formal.

b. Partisipasi tidak terorganisasi digunakan jika keikutsertaan seseorang karena kondisi darurat atau kejadian khusus. Hal ini dapat menjadi awal dari partisipasi terorganisasi.

5. Intensitas Aktivitas Partisipasi

Berdasarkan intensitas aktivitasnya,, partisipasi dibedakan menjadi partisipasi intensif dan partisipasi ekstensif. Partisipasi dikatakn intensif jika frekuensi aktivitas partisipasinya tinggi seperti pertemuan setiap minggu, pertemuan


(36)

kelompok regular untuk membangun aktivitas tertentu.Partisipasi dikatakan ekstensif jika aktivitas partisipasinya dilakukan secara tidak teratur dan dengan internak yang luas.

6. Kisaran Aktivitas yang Dapat Dijangkau

Berdasarkan kosaran aktivitas yang dapat dijangkau, partisipasi dibedakan menjadi partisipasi tidak terbatas dan partisipasi terbatas.

a. Partisipasi dikatakan tak terbatas jika seluruh usaha yang dapat dikontrol manusia, mempengaruhi komunitas tertentu, dapat dikontrol oleh aktivitas partisipasi dari anggota komunitas tersebut.

b. Partisipasi terbatas digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika melalui aktivitas partisipasi, hanya sebagian aspek kehidupan (sosial, politik, lingkungan fisik dan administrative) yang dapat dipengaruhi.

7. Tingkat Efektifitas

Berdasarkan tingkat efektifitasnya, partisipasi dibedakan menjadi partisipasi efektif dan partisipasi inefektif.Partisipasi efektif digunakan jika aktivitas partisipasi menghasilkan terealisasinya seluruh tujuan, sedangkan partisipasi inefektif terjadi jika tidak ada, atau hanya sedikit dari tujuan yang terealisasi. 8. Siapa yang Berpatisipasi

Berdasarkan pelaku yang berpartisipasi dapat dibedakan menjadi anggota komunitas local (penduduk, pemimpin), anggota pemerintahan, dan pihak luar. 9. Tujuan dan Gaya Patisipasi

Berdasarkan tujuan dan gayanya (style), partisipasi dapat dibedakan menjadi partisipasi dalam pembangunan daerah, partisipasi dalam perencanaan sosial, dan partisipasi dalam kegiatan sosial.Model praktik organisasi komunitas identik


(37)

dnegan pembangunan komunita dan bertujuan melibatkan masyarakat dalam pembangunan mereka sendiri.Satu dari tujuannya untuk merangsang partisipasi (process goal) dan untk mengumpulkan energi sosial yang dapat membawa mereka untuk menolong dirinya sendiri.Tujuan utama melibatkan masyarakat dalam perencanaan sosial adalah untuk mendekatkan program sebisa mungkin terhadap feltneed mereka dan untuk membuat program lebih efektif.Tujuan utama dari tipe partisipasi dalam aksi sosial adalah untuk meningkatkan kekuatan hubungan dan akses terhadap sumber daya.Fokus utama adalah terhadao suatu segmen dari komunitas.Sebagaimana dalam pembangunan local, perambatan partisipasi diantara target grup erupakan satu tujuan penting.Aksi sosial secara erat berkaitan dengan perencaan inovatif.

1.2.3.3 Faktor-faktor yang menumbuhkan Partisipasi

Menurut Cary (dalam Notoatmodjo 2005), mengatakan bahwa partisipasi dapat tumbuh jika tiga kondisi berikut terpenuhi:

a. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti ada kondisi yang memungkinkan anggota masyarakat untuk berpartisipasi.

b. Mampu untuk berpatisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota masyarakat sehingga mampu untuk memerikan sumbangan saran yang kontruksif untuk program.

c. Mau berpartisipasi, kemauan atau kesediaan anggota masyarakat untuk berpatisipasi dalam program.

Ketiga kondisi ini harus hadir secara bersama-sama. Apabila orang mau dan mampu tetapi tidak merdeka untuk partisipasi, maka orang tidak akan berpatisipasi.


(38)

Menurut Mikkelsen (2003), rendahnya partisipasi masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Adanya penolakan secara internal dikalangan anggota masyarakat dan penolakan eksternal terhadap pemerintah

2. Kurang dana

3. Terbatasnya informasi, pengetahuan atau pendidikan masyarakat; dan 4. kurang sesuai dengan kebutuhan.

1.2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi

Mikkelsen (2003) mengemukanan bahwa faktor-faktor yang memegaruhi patisipasi masyarakat itu yaitu:

1. Faktor sosial yaitu dilihat adanya ketimpangan sosial masyarakat untuk berpartisipasi

2. Faktor budaya yaitu adanya kebiasaan atau adat istiadat yang bersifat tradisional statis dan tertutup terhadap pembaharuan

3. Faktor politik yaitu apabila prosespembangunanyang dilaksanakan kurang melibatkan masyarakat pada awal dan akhir proses pembangunan sehingga terkendala untuk berpatisipasi dan pengambilan keputusan

1.2.4. Donor Darah

1.2.4.1 Pengertian Donor Darah

Donor darah adalah suatu kegiatan menyumbangkan darah yang dilakukan secara sukarela untuk tujuan transfusi darah bagi pasien yang


(39)

membutuhkan13

13

http://rahmatshah.tumblr.com/

.Kegiatan donor darah sendiri sudah dimulai dijalankan pada tahun 1818 oleh Dr. James Blundell, namun sayangnya pada saat itu masih belum mengenal adanya pengelompokan golongan darah berdasarkan jenisnya sehingga terdapat banyak pasien yang meninggal.

Sebenarnya usaha dalam melakukan transfusi darah pertama kali dicoba pada abad ke-15 dengan pasien pertama Pope Innocent VII, namun usaha ini gagal total karena mereka mencoba mentransfusinya lewat mulut. Setelah itu kegiatan transfusi darah terus dikembangkan dengan diikuti berbagai penelitian dan hasilnya kegiatan transfusi berhasil dilakukan secara sukses dan aman .

Sekarang ini kegiatan donor darah bisa dibilang merupakan kegiatan amal yang bisa kita lakukan kapan saja dan dimana saja terutama jika ada orang yang sangat memerlukan golongan darah yang sama dengan kita. Yang kita butuhkan adalah kondisi kesehatan yang fit dengan minimal berat badan 45 kg, dan usia sekitar 17 tahun hingga 60 tahun. Sebelum kita memberikan donor darah, maka petugas medis akan mengecek terlebih dahulu apakah si pendonor layak untuk mendonorkan darahnya atau tidak. Melakukan kegiatan donor darah juga memiliki manfaat tersendiri bagi tubuh manusia.

Donor darah biasa dilakukan rutin di pusat donor darah lokal, dan setiap beberapa waktu dilakukan kegiatan donor darah di tempat keramaian, misalnya saja di pusat perbelanjaan, di sekolah, Universitas, di kantor perusahaan besar, ataupun di tempat ibadah. Hal ini dimaksudkan, agar mempemudah dan menarik simpati masyarakat untuk melakukan donor darah, hal ini juga mempermudah para pendonor agar melakukan donor darah, tanpa harus ke pusat donor darah.


(40)

1.2.4.2 Donor Darah dari Segi Religi 1. Sudut pandang Agama Islam

Donor darah merupakan kebajikan yang sangat mulia di mata agama.Ulama fiqih menetapkan bahwa perbuatan menyumbangkan darah dibolehkan untuk membantu sesama manusia yang amat membutuhkan. Mereka memperbolehkan dengan alasan darurat atau dengan alasan bahwa dengan donor darah adalah cara pengobatan yang bermanfaat dan dengan persyaratan tidak membahayakan nyawa si pendonor. Di samping bertujuan untuk kemashlahatan umat manusia, juga bertujuan untuk menghindari segala yang merugikan manusia.Sesuai ajaran Islam, donor darah termasuk implementasi perintah Allah SWT untuk saling menolong sesama.

Penerima sumbangan darah tidak disyaratkan harus sama dengan donornya mengenai agama, suku bangsa, dan sebagainya. Karena menyumbangkan darah dengan ikhlas itu adalah termasuk amal kemanusiaan yang sangat dihargai dan dianjurkan oleh Islam, sebab dapat menyelamatkan jiwa manusia.Oleh karenanya, tidak masalah mendonorkan darah untuk orang yang berbeda keyakinan dengan kita.14

2. Sudut Pandang Agama Buddha

Dilihat dari agama Buddha donor darah sama dengan memberikan dana yang disebut Abhaya dana. Ada tiga jenis dana yang dikenal oleh Buddhist yaitu :Amisa Dana (pemberian dana melalui materi atau uang, pikiran), Dhamma Dana (dana pemberian pengetahuan kebenaran kepentingan orang banyak, missal buku, DVD),

14


(41)

dan Abhaya Dana (dan ayang dapat membebaskan orang dari rasa khawatir, sakit, cemas, misal donor darah, bakti sosial).

Menurut Master Cheng Yen kehidupan lebih bermakna apabila kita dapat bermanfaat bagi orang lain. dengan donor darah kita juga sudah mengembangkan cinta kasih universal. Cinta kasih tidak berkurang karena dibagikan, namun akan tumbuh dan berkembang karena dibagikan kepada orang lain (Wahyuni, 2012:1).

3. Sudut Pandang Agama Kristen

Gereja Bethel Indonesia tidak melarang umat tuhan untuk melakukan donor dan menerima darah, selama hal itu dilakukan dengan tujuan untukmenolong dan menyelamatkan manusia, dan dinyatakan aman secara medis15

4. Sudut Pandang Agama Katolik

.

Menurut ajaran agama Katolik, donor darah pada dasarnya diperbolehkan.Agama katolik justru mengizinkan dan menganjurkan agar umatnya menjadi pendonor darah.

Umat kristus dituntut untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Berdonor darah menyebabkan jiwa dan rohani menjadi sehat sehingga dapat berfungsi ganda, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Donor darah menurut ajaran kalotik sangat memupuk semangat persaudaraan dan solidaritas kepada mereka yang menderita sakit.

5. Sudut Pandang Agama Hindu

Setiap orang mendapatkan kekuatan dari tiga sumber yaitu, harta, ilmu pengetahuan dan jasmani. Ketiga kekuatan ini harus digunakan dengan baik untuk menolong orang lain. mendonor darah pada hakekatnya adalah memberi pertolongan

15

Dalam Pandangan GBI Terhadap Ajaran Saksi Yehova, oleh Departemen Theologia dan Pendidikan Gereja Bethel Indonesia Diringkas Oleh Pdt. Yohannes Nahuway, S.Th.


(42)

pada orang yang membutuhkan. Oleh karena itu kita wajib mensyukurinya dengan menggunakan kekuatan kita ini untuk menolong yang lemah”.

Individu dan masyarakat ibarat ikan dengan air. Masyarakat itu akan terjadi kalau ada jalinan cinta kasih antar individu yang ditandai oleh saling memberi. Menurut filsafat Karma Yoga, bantuan yang dijiwai oleh karunia dan materi berpahala berlipat ganda16

6. Sudut Pandang Saksi-Saksi Yehuwa .

Setiap anggota Saksi Yehuwa diwajibkan untuk mengikuti berbagai pantangan.Salah satunya melarang pengikutnya untuk makan darah dan atau melakukan transfusi darah.Baik sebagai pendonor maupun sebagai penerima darah. Saksi Yehuwa percaya bahwa darah adalah sama dengan kehidupan atau nyawa yang suci dan berharga. Perintah untuk menjauhkan diri dari darah berarti tidak akan mengizinkan siapa pun mentransfusikan darah ke dalam pembuluh darah17

1.2.4.3 Donor Darah dari Segi Kesehatan

.

1. Dapat mengontrol kesehatan secara teratur seperti tekanan darah, Hb, berat badan, golongand darah

2. Mengurangi resiko hipertensi, penyakit jantung stroke, dan kolesterol

3. Memperoleh rasa segar dan hilangnya rasa berat dan pening di kepala yang disebabkan oleh kekentalan/ viscositas darah.

4. Control kesehatan secara gratis dari penyakit HIV, hepatitis B, hepatitis C, sifilis dan malaria.

16

http://taxblood.blogspot.com/2013/05/donor-darah-dalam-pandangan-agama.html?m=1 17

Dalam buku “Apa Yang Sebenarnya Alkitab Ajarkan?” pasal tiga belas: Pandangan Allah Tentang Kehidupan. www.jw.org/id/publikasi/buku/alkitab-ajarkan/pandangan-allah-tentang-kehidupan-/


(43)

5. Menjadi lebih sehat karena darah tergantikan secara teratur. 6. Menghilangkan rasa pegal dan kaku di pundak

7. Memperlancar peredaran darah dalam tubuh

Dikatakan donor darah itu menyehatkan, dapat dilihat juga pengobatan yang dengan cara mengeluarkan darah dari dalam tubuh seperti donor darah, yaitu bekam/

hijamah. Bekam adalah suatu proses membuang darah kotor (toksin/racun) yang berbahaya dari dalam tubuh, melalui bawah permukaan kulit. Darah kotor yang mengandung racun dapat menyumbat peredaran darah, sehingga sistem peredaran darah tidak dapat berjalan dengan lancar.Timbunan racun yang terdapat dalam darah manusia menyebabkan tidak berfungsinya mekanisme pertahanan tubuh. Kondisi ini sedikit demi sedikit akan mengganggu kesehatan baik fisik maupun mental18

1.2.4.4 Pendonor Darah

.

Selain bekam, ada juga pengobatan alternatif lainnya, yaitu totok darah dan terapi lintah, yang pengobatannya juga dengan mengeluarkan darah dari tubuh yang berguna untuk kesehatan.

Pendonor darah adalah orang yang menyumbangkan darah atau komponennya kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Menurut PMI, ada dua jenis pendonor. Donor Darah Pengganti/Langsung dan Donor Darah Sukarela (DDS). Donor Darah Langsung adalah donor yang menyumbangkan darah untuk keluarga/kerabat dengan golongan darah yang sama dengan pasien, Donor Darah Pengganti adalah donor yang menyumbangkan darah untuk keluarga/kerabat dengan menggantikan persediaan darah di UDD PMI dengan

18


(44)

golongan darah yang tidak harus sama dengan pasien. Donor Darah Sukarela (DDS) adalah donor yang menyumbangkan darahnya secara sukarela tanpa mengetahui untuk siapa darah tersebut diberikan.

1.2.4.5 Syarat-syarat Teknis Menjadi Pendonor

1. Umur 17 - 60 tahun ( Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat ijin tertulis dari orangtua. Sampai usia tahun donor masih dapat menyumbangkan darahnya dengan jarak penyumbangan 3 bulan atas pertimbangan dokter )

2. Berat badan minimum 45 kg

3. Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)

4. Tekanan darah baik ,yaitu:Sistole = 100 - 180 mm HgDiastole = 60 - 100 mm Hg 5. Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit

6. Hemoglobin, Wanita minimal = 12 gr % Pria minimal = 12,5 gr %

7. Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.

1.2.4.6 Tidak Boleh Menjadi Pendonor

Seseorang tidak boleh menjadi pendonor darah pada keadaan: 1. Pernah menderita hepatitis B.

2. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis. 3. Dalam jangka waktu 6 bulan sesudah transfusi.


(45)

5. Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi. 6. Dalam jangka wktu 6 bulan sesudah operasi kecil. 7. Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar.

8. Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, cholera,tetanus dipteria atau profilaksis.

9. Dalam jangka waktu 2 minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica, measles, tetanus toxin.

10.Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic.

11.Dalam jangka waktu 1 minggu sesudah gejala alergi menghilang. 12.Dalam jangka waktu 1 tahun sesudah transpalantasi kulit.

13.Sedang hamil dan dalam jangka waktu 6 bulan sesudah persalinan. 14.Sedang menyusui.

15.Ketergantungan obat.

16.Alkoholisme akut dan kronik. 17.Sifilis.

18.Menderita tuberkulosa secara klinis. 19.Menderita epilepsi dan sering kejang.

20.Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh balik) yang akan ditusuk.

21.Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya, defisiensi G6PD, thalasemia, polibetemiavera.

22.Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi untuk mendapatkan HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, pemakai jarum suntik tidak steril).


(46)

23.Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan pada saat donor darah19.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka yang menjadi rumusan masalah ini adalah bagaimana persepsi mahasiswa FISIP USU tentang donor darah. Rumusan masalah tersebut diuraikan dalam beberapa pertanyaan:

1. Bagaimana proses donor darah?

2. Bagaimana pandangan mahasiswa tentang donor darah?

3. Hal apa saja yang membuat mahasiswa mau dan atau malah enggan untuk berpartisipasi dalam mendonorkan darah?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggamparkan bagaimana pengetahuan, pemahaman, dan sudut pandang mahasiswa FISIP USU mengenai donor darah, bagaimana partisipasi mereka dalam mendonorkan darah dan kendala-kendala untuk melakukan tindakan donor darah. Diharapkan setelah penelitian ini dilakukan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi pembacanya dan menambah kepustakaan dibidang yang bersangkutan dengan penelitian ini, serta menambah masukan buat PMI dalam usaha meningkatkan jumlah darah donor sukarela.

19


(47)

1.5 Metode Penelitian 1.5.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografiyaitu pekerjaan mendeskripsikan sebuah kebudayaan dengan memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli(Spradley, 1997:3).

Menurut Yahya (2010; 40) dengan mengkombinasi antara kekuatan deskripsi dan analisis data akan menghasilkan penggambaran yang jelas dan sistematik mengenai cara hidup dan makna dari setiap tindakan dan peristiwa dalam kehidupan sosial mereka, berdasarkan pandangan masyarakat sebagai pelaku. Moleong (2006; 22) mendefinisikan etnografi sebagai uraian tentang kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan. Semula gagasan budaya terikat dengan persoalan etnis dan lokasi geografis, tetapi sekarang hal itu telah diperluas dengan memasukkan setiap kelompok dalam suatu organisasi. Hal ini memungkinkan antropolog dapat meneliti budaya dari bisnis atau kelompok tertentu.Spradley dalam Moleong (2006; 23) mengungkapkan bahwa:

“Sebaiknya etnografi mempertimbangkan perilaku manusia dengan jalan menguraikan apa yang diketahui mereka yang membolehkan mereka berprilaku secara baik sesuai dengan

common sense dalam masyarakatnya”.

Metode etnografi oleh Spradley adalah khas aliran antropologi kognitif, dengan berasumsi bahwa setiap masyarakat mempunyai satu sistem yang unik dalam mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti benda-benda, kejadian, perilaku, dan emosi. Karena itu, objek kajian antropologi bukanlah fenomena material tersebut, tetapi tentang cara fenomena tersebut diorganisasikan dalam pikiran (mind) manusia. Jadi singkatnya, budaya itu ada di dalam pikiran


(48)

manusia, dan bentuknya adalah organisasi pikiran tentang fenomena material. Tugas etnografi adalah menemukan dan menggambarkan organisasi pikiran tersebut (Spradley, 1997:xx).

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam mencari data di lapangan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara Mendalam (Depth Interview) Adapun wawancara20

Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh infomasi secara mendalam tentang pengetahuan, pemahaman, dan sudut pandang terhadap donor darah serta kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan tindakan donor darah.

yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam.Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaaan itu (Moleong, 2007:186).Wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian sehingga diperoleh data-data yang diperlukan.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan menggunakan wawancara bebas terpimpin, yaitu dengan cara mengajukan pertanyaan yang dikemukakan bebas, artinya pertanyaan tidak terpaku pada pedoman wawancara tentang masalah-masalah pokok dalam penelitian yang kemudian dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi di lapangan.

20

Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin, 2007: 107).


(49)

Teknik wawancara mendalam ini diperoleh langsung melalui serangkaian tanya jawab dengan para informan yang terkait dengan penelitian ini dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Peneliti tidak membatasi jumlah informan, sampai data yang dibutuhkan sudah menjawab tujuan dari penelitian ini.Pedoman wawancara ini disusun peneliti sebelum melakukan wawancara ke lapangan yang hanya berisi garis-garis besar tentang hal-hal yang ditanyakan. Dengan meliputi beberapa pertanyaan: bagaimana pandangan mahasiswa tentang donor darah, bagaimana partisipasi dalam mendonorkan darah dan kendala-kendala untuk mendonorkan darah.

2. Observasi

Menurut Bungin (2007:115) observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya. Hanya saja dalam penelitian ini teknik observasi partisipasi tidak bisa diterapkan mengingat kegiatan donor darah yang dilakukan di FISIP USU tidak ada saat ini, sehingga peneliti tidak bisa mengobservasi kegiatan donor darah di FISIP USU. Untuk itu, dalam proses observasi, peneliti menggunakan jenis observasi non partisipasi di mana peneliti tidak ikut serta terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang informan lakukan, tetapi observasi dilakukan pada saat wawancara. Serta peneliti melakukan observasi di tempat-tempat lain hanya untuk mengetahui bagaimana proses berlangsungnya donor darah, melihat proses dari awal pendaftaran hingga selesai mendonorkan darah, cara kerja dalam mendonorkan darah dan alat-alat yang digunakan dalam mendonorkan darah, hal ini dilakukan untuk mendapatkan data tambahan untuk penelitian ini.


(50)

3. Kepustakaan dan Dokumentasi

Untuk melengkapi data yang diperoleh dari lapangan, peneliti mencari data kepustakaan yang terkait dengan masalah penelitian berupa buku-buku, surat kabar, literature, jurnal, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan bacaan yang relevan dengan masalah penelitian. Selain data kepustakaan, untuk mempermudah dalam hal mengingat dan mempertajam data peneliti juga menggunakan dokumentasi visual untuk menyimpan/mengarsipkan data yang telah diperoleh untuk mencegah kealpaan data dengan menggunakan kamera digital sebagai penguat data hasil wawancara dan observasi.


(51)

BAB II

GAMBARAN UMUM PENELITIAN

2.1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 2.1.1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) merupakan fakultas yang ke sembilan di Universitas Sumatera Utara.Kelahiran fakultas ini tidak jauh berbeda dengan fakultas lainnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara didirikan pada tahun 1980.

Pada awalnya fakultas ini merupakan Jurusan Pengetahuan Masyarakat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Setahun kemudian Jurusan Pengetahuan Masyarakat berubah menjadi Jurusan Ilmu_ilmu Sosial (IIS).Pada tahun 1982, Jurusan Ilmu-Ilmi Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU secara resmi menjadi Fakultas berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 36 Tahun 1982.Surat Keputusan Presiden RI tersebut menetapkan FISIP merupakan fakultas ke 9 (Sembilan) pada Universitas Sumatera Utara.Walaupun FISIP USU baru resmi terbentuk pada tahun 1982, tetapi cikal bakal FISIP USU itu sudah muncul pada tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor. 1181/PT.05/C.80, pada tanggal 1 Juli 1980. Perkuliahan pertama kali dilakukan pada tanggal 18 Agustus 1980 dengan jumlah mahasiswa hasil ujian SIPENMARU bulan Juli 1980 sebanyak 75 orang.


(52)

Lebih kurang dalam waktu satu tahun, keluar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan SK Mendikbud RI itu, disebutkan FISIP USU mempunyai 6 (enam) jurusan yaitu: Jurusan Antropologi, Jurusan Sosiologi, Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Jurusan MKDU, Jurusan Ilmu Administrasi, dan Jurusan Ilmu Komunikasi.

Pembentukan jurusan di FISIP USU tidak berjalan sesuai dengan urutan berdasarkan Surat Keputusan Mendikbud RI Nomor 0535/0/83 itu, karena pembukaan jurusan pada tahap awal dilakukan pada semester tujuh yang didasarkan pada pilihan mahasiswa. Selain itu juga bergantung pada ketersediaan staf pengajar.

2.1.2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Kini

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara saat ini memiliki 6 (enam) Departemen, satu Program Diploma III, 3 (tiga) Program S2, dan satu Program S3.Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik merupakan salah satu fakultas yang ada dalam lingkup USU, tepatnya berada di Jalan Dr. A. Sofyan No. 1.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU berada di wilayah paling Selatan USU. Berbatasan dengan lapangan bola kaki di bagian Timur, pada bagian Selatan berbatasan dengan jalan Dr. A. Sofyan, pada bagian Barat berbatasan dengan Fakultas Pertanian, dan pada bagian Utara FISIP berbatasan dengan Fakultas Ekonomi.


(53)

2.1.2.1 Pimpinan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Saat ini, FISIP USU dipimpin oleh Prof. Dr. Badaruddin, M.Si dengan jabatan sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam menjalankan masa baktinya, Dekan diperbantukan oleh 3 (tiga) Pembantu Dekan, yakni: Drs. Zakaria, MSP sebagai pembantu Dekan I, Dra. Rosmiani, MA sebagai Pembantu Dekan II, dan Drs. Edward, MSP sebagai Pembantu Dekan III.

2.1.2.2 Visi dan Misi Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik

• Visi

Visi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah : “Menjadi Pusat Pendidikan dan Rujukan Bidang-Bidang Ilmu Sosial dan Politik di Wilayah Barat”

• Misi

1. Menghasilkan alumni dengan skala kualitas global dan menjadi pusat riset, kajian dalam studi ilmu sosial dan politik.

2. Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan selurug

stakeholders dan mitra pendidikan. Misi ini berhubungan dengan fungsi relasi yang harus dibangun oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sebagai suatu organisasi professional pendidikan. Bentuk kolaborasi dengan organisasi lain perlu dijajaki dengan sikap open minded dan professional. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara harus mampu melihat peluang kerjasama yang ditawarkan atau malah mampu menawarkan kerjasama tersebut pada pihak lain.


(54)

3. Membentuk lingkungan kerja sehat, harmonis, dan profesionalitas dalam menjalankan pekerjaan. Lingkungan dan suasana kerja yang dibangun harus memperhatikan situasi fisik dan psikologis seluruh sivitas akademika. Harus ada mekanisme yang mampu membangun suasana tersebut. Prinsip profesionalitas juga harus didukung dengan prinsip persaudaraan dan pertemanan (makna positif) dengan kemampuan bisa menempatkan dan menjalankan fungsi masing-masing.

4. Menjadi institusi bagi kepentingan publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara sangat potensial sebagai institusi pendidikan yang membawa misi di atas dengan melihat pengalaman-pengalaman yang telah dilalui oleh FISIP USU sendiri.

2.1.2.3 Departemen/ Program Studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 1. Program D3:

1. Administrasi Perpajakan 2. Program S1:

1. Ilmu Administrasi Negara 2. Ilmu Politik

3. Antropologi Sosial

4. Ilmu Kesejahteraan Sosial 5. Sosiologi

6. Ilmu Komunikasi

7. Ilmu Administrasi Niaga/ Bisnis 3. Program S2:


(55)

1. Studi Pembangunan 2. Ilmu Komunikasi 3. Sosiologi

4. Program S3:

1. Studi Pembangunan

2.1.2.4 Akreditasi

Tabel 2.1

Akreditasi Departemen/ Program Studi yang ada di FISIP USU

Departemen/ Prog. Studi Peringkat Akreditasi

SK BAN PT Tanggal

Re-Akreditasi Ilmu Administrasi Negara B 03/12/2010 03/12/2015

Ilmu Adm. Bisnis/ Niaga

Ilmu Kesejahteraan Sosial A 03/05/2005 03/05/2010

Ilmu Komunikasi B 07/01/2011 07/01/2016

Ilmu Politik B 09/03/2007 09/03/2012

Sosiologi B 21/01/2011 21/01/2016

Antropologi A 18/06/2006 18/06/2009

D-III Adm. Perpajakan C 07/07/2005 07/07/2008

2.1.2.5 Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU yang memiliki 12 program studi dengan staf pengajar yang kompeten di bidangnya masing-masing.Staf pengajar FISIP USU saat ini berkisar 101 orang.


(56)

Tabel 2.2

Staf Pengajar di FISIP USU

Departemen/ Program Studi Jumlah Staf Pengajar Ilmu Administrasi negara 18 orang Ilmu Kesejahteraan Sosial 10 orang

Sosiologi 17 orang

Antropologi 19 orang

Ilmu Politik 14 orang

Ilmu Komunikasi 23 orang

2.1.2.6 Fasilitas dan Layanan 1. Internet

Penyediaan layanan teknologi informasi (TI) diselenggarakan oleh Pusat Sistem Informasi (PSI), suatu divisi yang mengelola pelayanan akses terhadap infrastruktur teknologi informasi dan lingkungannya baik di dalam maupun dari luar kampus. Penyediaan layanan TI dimaksudkan terutama untuk memudahkan sivitas akademika (mahasiswa dan dosen) mengakses seluruh spectrum sumber daya informasi dan pengetahuan berbasis elektronik baik yang disediakan oleh Unoversitas maupun yang tersedia secara global untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian sebagai program utama Universitas. Selain itu, infrastruktur TI juga digunakan untuk mendukung Sistem Informasi Manajemen (SIM) Universitas.

Seluruh sivitas akademika dan staf Universitas dapat menggunakan layanan akses jaringan di dalam kampus secara gratis baik melalui jaringan kabel terminal PC maupun jaringan tanpa kabel (wireless) yang tersedia di seluruh gedung dan sekitarnya di dalam kampus. Penyediaan fasilitas jaringan


(1)

darah dibutuhkan partisipasi dari mahasiswa yang dianggap masyarakat muda yang jika dilihat dari segi umur juga baik untuk mendonorkan darah. Partisipasi dalam mendonorkan darah tidak terlepas dari persepsi mahasiswa tersebut terhadap donor darah.

Persepsi seseorang tergantung pada proses berpikir atau kognitifnya, sehingga bisa saja persepsi antara satu orang dengan orang lainnya berbeda terhadap hal yang sama, tergantung pada kemampuan menyeleksi informasi yang diterima. Persepsi donor darah menurut mahasiswa pun beragam.Alasan-alasan mahasiswa ikut partisipasi dalam mendonorkan darah, ada yang karena kesadaran sendiri, ada yang karena hanya sekedar ikut-ikutan saja, ada pula yang melakukan donor darah karena keluarga atau orang sekitarnya ada yang membutuhkan.

Selain melihat persepsi mahasiswa terhadap donor darah, tapi tentang manfaat donor darah serta bagaimana prosedur dan proses dalam mendonorkan darah juga sudah dijelaskan sebelumnya. Kebanyakan mahasiswa mendonorkan darah karena ingin mencoba saja, tanpa mengetahui manfaat secara jelas dan juga bagaimana prosedurnya.Hal ini terjadi karena kurangnya mencari informasi mengenai donor darah, serta kurangnya juga informasi dan promosi yang dilakukan dalam peningkatan donor darah oleh PMI itu sendiri.

Bagi mahasiswa yang pernah mendonorkan darahnya, mereka berbagi pengalaman saat proses mendonorkan darah, rata-rata pengalaman pertama donor darah di masing-masing orang hampir sama. Yang berbeda adalah sikap petugas ada yang ramah ada yang tidak, jenis makanan yang disediakan, dan kartu donor yang diterima berbeda-beda tergantung pada jenis golongan darah.jika golongan darahnya O, maka kartu donor yang diberikan berwarna merah muda. Jika golongan darah A,


(2)

maka diberikan kartu donor berwarna putih, berbeda lagi dengan golongan darah B diberikan kartu donor berwarna biru, dan golongan darah AB diberikan kartu berwarna kuning. Selebihnya hampir sama semua, jika ada yang berbeda itu dirasakan oleh masing-masing individu.

Tidak semua mahasiswa mau ikut partisipasi dalam donor darah.dari sekian informan yang diwawancarai, lebih banyak yang belum pernah mendonorkan darah. belum pernahnya mereka mendonorkan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal tersebut terjadi karena pengalaman yang mereka dengar, lihat atau malah dialami sendiri, yang menjadikan persepsi mereka terhadap donor darah tidak baik.

Alasan-alasan mahasiswa tidak berpartisipasi dalam mendonorkan darah adalah karena minimnya pengetahuan mahasiswa akan mekanisme donor darah, rasa takut mahasiswa terhadap jarum suntik dan darah, ada pula yang karena pengalaman sendiri dan orang lain mereka jadi merasa trauma, aspek ekonomis dari donor darah juga menjadi alasan seseorang masih enggan untuk ikut berpartisipasi, dan yang terakhir ada mahasiswa yang mempunyai keinginan untuk mendonorkan darah, namun belum memiliki kesempatan dan tidak ada teman yang menemani untuk donor darah, serta ada juga yang karena keadaannya yang membuat mereka tidak bisa mendonorkan darah dikarenakan tidak memenuhi persyaratan donor darah.

5.2 Saran

Dalam usaha meningkatkan jumlah donor darah dikalangan mahasiswa diharapkan perlu dilakukan sosialisasi dan promosi tentang pentingnya donor darah melalui berbagai media massa, baik media cetak maupun media elektronik, Unit Donor Darah diharapkan lebih meningkatkan kinerjanya dengan melakukan


(3)

sosialisasi tentang pentingnya donor darah, prosedur donor darah, dan pendidikan kesehatan mengenai donor darah dimulai dari sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi, sehingga informasi mengenai donor darah dapat diketahui dari dini yang diharapkan dapat meningkatkan pendonor darah usia produktif.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Auda, S

2000 Upaya Menghimpun dan Melestarikan Donor Darah. Jakarta: Buletin Transfusi Darah No.279/November Tahun ke XXVII, UTD-PMI Pusat.

Bungin, H. M Burhan

2007 Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Keesing, Roger M

1989 Antropologi Budaya “Suatu Perspektif Kontemporer”. Jakarta: Penerbit Erlangga

Koentjaraningrat

1996 Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT. Rineka Cipta Mikkelsen, Britha

2003 Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Moleong, Lexy

2006 Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya

Notoatmodjo S

2003 Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

2005 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 2007 Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. PMI

2011 Kebijakan Pelayanan Darah. Jakarta: PMI Pusat. Rahmat, Jalaluddin

2007 Psikologi Komunikasi. Bandung: CV. Remaja Karya Rosdakarya

Shobirin, Achmad

2009 Budaya Organisasi “Pengertian, Makna, dan Aplikasinya Dalam Kehidupan Organisasi”. Yogyakarta: Penerbit Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.


(5)

Soehendy, joesoef

1997 Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan Lahan Terkendali di Kawasan Pinggiran Kota (Studi Kasus: Desa Ciboga, Kab. Tangerang) Jabar. Tesis

Spradley, James P

1997 Metode Etnografi. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya Toha, Miftah

1983 Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.Jakarta: Rajawali Press

Walgito, Bimo

2004 Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Yahya

2010 Penelitian Ilmiah dan Tahapan-Tahapannya.Modul Kegiatan LDP-LPMA Mahasiswa Antropologi Angkatan 2009.

SUMBER-SUMBER LAIN :

Aziz, Taufiq Nur. 2013. kajian hukum islam tentang donor darah dan transfusi darah serta hukum bisnis stok darah.

Harian Analisa, edisi Senin, 15 April 2013, “Blood4Nation” Konsulat AS Hasilkan 178 Kantong Darah.

Harian Berita Sore edisi 12 April 2013, Deputi Konsul AS Medan Donor Darah di US

Harian INABERITA, edisi Selasa, 2 Maret 2010, Masyarakat Enggan Mendonor Darah Dipicu Kekhawatiran Terjadinya Penyalahgunaan.

Jamal, Awaluddin. 2011. Definisi Partisipasi Masyarakat.

Safwan, 2005.Konsepsi Budaya Masyarakat Aceh Tentang Donor Darah Dalam Upaya Peningkatan Stok Darah di Unit Transfusi Darah Palang Merah Indonesia (UTD-PMI) Kota Banda Aceh (Tesis).


(6)

Wahyuni, Lo. 2012. Donor Darah Baik Bagi

Kesehat


Dokumen yang terkait

Persepsi Mahasiswa FISIP USU Terhadap Video Parodi Vicky Prasetyo dan Zaskia Ghotic Karya Eka Gustiwana di Youtube

4 62 66

Persepsi Mahasiswa FK USU terhadap Kesiapan Menghadapi Self Directed Learning dengan Menggunakan Guglielmino’s SDLR Scale dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya

2 41 74

Persepsi Mahasiswa Terhadap Standar Jurnalistik Citizen Journalism (Studi Deskriptif Tentang Persepsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU Angkatan 2008, 2009, dan 2010 Terhadap Standar Jurnalistik Artikel Tentang Tewasnya Osama Bin Laden di WWW.K

6 41 112

Talk Show Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 71 232

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Donor Darah Dengan Tindakan Berdonor Darah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

4 94 83

Konsepsi Budaya Masyarakat Aceh Tentang Donor Darah Dalam Upaya Peningkatan Stok Darah

0 40 1

Donor Darah.

1 1 1

BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN 2.1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara - Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

0 1 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

0 2 36

Persepsi Mahasiswa Tentang Donor Darah (Studi Etnografi tentang Persepsi Mahasiswa FISIP USU tentang Donor Darah)

0 3 13