Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2011-2014)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang paling penting dalam
sistem perekonomian suatu Negara. Bank memiliki peran sebagai perantara
keuangan antara pihak yang memiliki dana ( surplus) dengan pihak yang
membutuhkan dana (defisit). Bank juga merupakan suatu lembaga yang berfungsi
untuk memperlancar lalu lintas keuangan yang berpeangaruh pada mobilitas
pertumbuhan perekonomian suatu Negara. Menurut Kasmir (2009), Peranan
perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara. Bank dapat
dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatau negara. Oleh karena itu,
kemajuan suatu bank di suatu dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang
bersangkutan. Semakin besar suatu negara, maka semakin besar peranan
perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya keberadaan dunia
perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya.
Perkembangan sektor keuangan khususnya perbankan di Indonesia sangat
pesat setelah adanya liberalisasi keuangan dengan diberlakukannya berbagai
kebijakan perbankan di antaranya Paket Kebijakan Juni 1983 (Pakjun 1983) dan
Paket Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 1988), namun sejalan perkembangan yang
pesat tersebut menjadikan perbankan juga dianggap mempunyai peran besar

sebagai faktor pemicu krisis moneter pada tahun 1997 yang melanda Indonesia.
Sejak krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia tahun 1997, sistem bunga

Universitas Sumatera Utara

yang diterapkan oleh dunia perbankan di Indonesia pada saat itu telah mengantar
bangsa ini ke dalam krisis ekonomi yang berkepanjangan dan memerlukan
perhatian yang amat sangat lebih dalam rangka penyehatan kembali (Harjum
Muharam dan Pusvitasari, 2007).
Namun, di tengah-tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada saat
itu, perbankan syariah masih bisa bertahan dan tidak terlalu terkena dampak krisis
moneter. Kondisi ini dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya penyaluran
pembiayaan yang bermasalah (Non-Performing Financing ) pada perbankan
syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya. Hal
ini dapat dipahami karena tingkat pengembaliannya tidak mengacu pada tingkat
suku bunga.
Bank Syariah di Indonesia lahir sejak tahun 1992. Bank syariah pertama di
Indonesia adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI). Keberadaan BMI muncul
pasca pemberlakuan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang menerapkan
sistem bagi hasil. Bank Indonesia (2004) juga merinci Peraturan Pemerintah No.

72 Tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil selain penetapan UU
No. 7 Tahun 1992 sebagai pendukung perkembangan perbankan syariah.
Penetapan perundang-undangan tersebut juga menandakan diberlakukannya dasar
hukum beroperasinya perbankan syariah sekaligus dimulainya era sistem
perbankan ganda (dual sytem banking) di Indonesia. Kinerja perbankan syariah
yang relatif baik selama krisis ekonomi tahun 1997 menjadikan kepercayaan yang
semakin besar, sehingga pemerintah dan otoritas moneter berupaya membantu

Universitas Sumatera Utara

perkembangannya melalui peluncuran dual system banking dengan terbitnya UU
No. 10 Tahun 1998.
Pengembangan perbankan syariah selanjutnya diikuti dengan penetapan Cetak
Biru Pengembangan Perbankan Syariah. Cetak Biru ( Blue Print) Pengembangan
Perbankan Syariah Indonesia yang akan memberikan arahan dan tujuan yang ingin
dicapai

dan

memberikan


tahapan-tahapan

untuk

mewujudkan

sasaran

pengembangan jangka panjang. Sasaran-sasaran pengembangan bank syariah
antara lain: (1) terpenuhinya prinsip-prinsip syariah dalam operasional perbankan;
(2) diterapkannya prinsip-prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan; (3)
terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien; dan (4)
terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi masyarakat
luas.
Kebijakan pengembangan perbankan syariah di Indonesia juga merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan sistem perbankan nasional,
seperti yang telah dicetuskan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API). API
merupakan kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh,
arah, bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai

sepuluh tahun ke depan. Arah kebijakan ini dilandasi oleh visi mencapai suatu
perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem
keuangan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Perkembangan Jumlah dan Kantor Perbankan Syariah Nasional
Tahun 2011-2014

2011

2012

Periode
2013

2014

BUS

Jumlah Bank
Jumlah Kantor

11
1.401

11
1.745

11
1.998

12
2.151

UUS
Jumlah BUK yang memiliki UUS
Jumlah Kantor

24

336

24
517

23
590

22
320

Jenis Perbankan Syariah

BPRS
Jumlah Bank
155
158
163
Jumlah Kantor
364

401
402
Total Kantor
2.101
2.663
2.990
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2014 (data diolah)

163
439
2.910

Jumlah perbankan syariah di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun
ke tahun. Peluang pengembangan perbankan syariah semakin besar pasca
penetapan API dengan besarnya kenaikan jumlah perbankan syariah. Dari tabel
diatas dapat diketahui jumlah bank umum syariah (BUS) telah mencapai 12 unit
dan Unit Usaha Syariah (UUS) 22 unit. Jumlah BUS mengalami peningkatan pada
pertengahan tahun 2014. Hal ini disebabkan BTPN Syariah melakukan spin off
sehingga jumlah BUS menjadi 12. Jumlah jaringan kantor juga semakin
meningkat, jika pada tahun 2013 jumlah kantor mencapai 1.998 unit, pada tahun

2014 meningkat menjadi 2.151 unit. Perluasan jaringan kantor tersebut juga telah
mampu meningkatkan penggunaan bank syariah. Akan tetapi UUS mengalami
penurunan setiap tahunnya baik dari jumlah bank maupun dari jumlah kantornya.

Universitas Sumatera Utara

Dengan semakin berkembangnya bank syariah, tentu yang menjadi sorotan
adalah bagaimana kinerja bank tersebut. Kinerja dan kondisi kesehatan bank
merupakan hal yang penting bagi pihak terkait, seperti pemilik atau pengelola
bank, masyarakat, maupun Bank Indonesia selaku pengawas perbankan yang ada
di Indonesia. Dengan demikian maka pihak yang terkait dapat mengevaluasi
kinerja perbankan dengan tetap menerapkan prinsip kehatihatian, patuh terhadap
ketentuan dan menerapkan manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam
pengukuran kinerja perbankan adalah efisiensi yang antara lain dapat ditingkatkan
melalui penurunan biaya (reducing cost) dalam proses produksi (Sutawijaya dan
Lestari, 2009:51). Masalah efisiensi perbankan dirasakan sangat penting saat ini
maupun di masa mendatang, karena antara lain: (1) Kompetisi yang bertambah
ketat; (2) Permasalahan yang timbul sebagai akibat berkurangnya sumber daya; (3)
meningkatkan standar kepuasan nasabah. Oleh karena itu, analisis efisiensi
perbankan di Indonesia perlu dilakukan untuk mengetahui dan menentukan

penyebab perubahan efisiensi serta selanjutnya mengambil tindakan korektif
supaya dapat dilaksanakan peningkatan efisiensi sebagaimana seharusnya.
Indikator efisiensi dapat dilihat dengan memperhatikan besarnya rasio beban
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan rasio Non Performing
Financing (NPF). Kinerja perbankan dapat dikatakan efisien apabila rasio BOPO

dan NPF mengalami penurunan. Namun, pengukuran dengan menggunakan rasio
ini memiliki kelemahan yaitu rasio keuangan hanya membandingkan satu variabel
dengan yang lain, sehingga tidak dapat mengakomodasi input dan output yang
memiliki lebih dari satu variabel untuk mengukur kinerja (Viverita & Ariff, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Selain itu, pengukuran kinerja berdasarkan rasio tidak secara langsung dapat
mengukur tingkat efisiensi yang dicapai oleh suatu bank dibandingkan bank
lainnya (Subekti, 2004). Hal in menyebabkan perlunya digunakan metode lain
untuk mengukur efisiensi bank. Salah satunya adalah dengan menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA). Selain itu efisiensi juga dapat dilihat dengan

memperhatikan pertumbuhan tingkat indikator kinerja bank seperti jumlah

simpanan, pembiayaan, dan total aktiva. Semakin besar jumlah simpanan,
pembiayaan, dan total aktiva menunjukan semakin baik dan produktif bank dalam
kegiatan operasinya.
Data rasio keuangan dan indikator kinerja berupa jumlah simpanan,
pembiayaan, dan total aktiva perbankan nasional dapat dilihat pada tabel 1.2
sebagai berikut:
Tabel 1.2
Perkembangan Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2011-2014
Periode
2011
2012
2013
Aset (miliar)
145.467
195.018 242.276
Simpanan (miliar)
115.415
147.512 183.534
Pembiayaan (miliar)
102.655

147.505 184.122
NPF (persen)
2,52%
2,22%
2,62%
BOPO (persen)
78,41%
74,97%
78,21%
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2014 (data diolah)
Keterangan : Data Meliputi BUS dan UUS (tidak termasuk BPRS)
Indikator Kinerja

2014
272.343
217.858
199.330
4,33%
94,16%

Pertumbuhan indikator kinerja perbankan di Indonesia secara keseluruhan
selama periode 2011-2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dapat
dilihat dari tabel 1.2. Diantaranya adalah jumlah simpanan yang meningkat setiap
periodenya sampai pada periode 2014. Persentase pertumbuhan simpanan pada
tahun 2011 adalah sebesar 51,79 kemudian mengalami penurunan ditahun 2012

Universitas Sumatera Utara

yaitu 27,81%. Persentase pertumbuhan simpanan pada tahun 2013 dan 2014
adalah masing-masing 24,42% dan 18,70%.
Kenaikan jumlah simpanan pada akhirnya juga meningkatkan jumlah
penyaluran pembiayaan yang juga terus meningkat setiap periodenya sampai
dengan periode 2014. Namun persentase pertumbuhan pembiayaan ini mengalami
penurunan setiap tahunnya mulai dari tahun 2011 sampai tahun 2014. Pada tahun
2011 persentase pertumbuhan pembiayaan adalah 50,58% kemudian menurun di
tahun 2012 sebesar 43,69% dan mengalami penurunan kembali di tahun 2013 dan
2014 yaitu masing-masing sebesar 24,82% dan 8,26%.
Begitu juga dengan jumlah total aset yang selalu menglami peningkatan setiap
tahunnya. Pertumbuhan aset perbankan syariah pada tahun 2009 sampai 2012
selalu berada di atas 30%, sedangkan pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan
hanya sebesar 24.23% dan persentase pertumbuhan aset mengalami penurunan
kembali di tahun 2014 sebesar 12,41%.
Data rasio keuangan pada tabel 1.2 menyebutkan bahwa terjadi peningkatan
jumlah rasio NPF mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, akan tetapi
angkanya masih di bawah 5 persen. Bank Indonesia (2008) menjelaskan bahwa
perbankan yang memiliki tingkat NPF di bawah 5 persen, kinerjanya tergolong
relatif baik. Perbankan nasional memperlihatkan bahwa rasio BOPO pada periode
2011-2014 mengalami fluktuasi, yaitu pada periode 2011 sebesar 78,41% menurun
menjadi 74,97% pada periode 2012, dan kemudian meningkat pada periode 2013
menjadi 78,21% lalu meningkat kembali menjadi 94,16% pada periode 2014.
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank

Universitas Sumatera Utara

dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Meningkatnya nilai rasio BOPO
menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya operasional yang ditanggung oleh bank
sehingga mengakibatkan operasional bank semakin tidak efisien.
Ascarya, Diana Y. dan Guruh S. R. (2008) menyebutkan bahwa untuk
meningkatkan pangsa perbankan syariah sendiri diperlukan adanya pengukuran
kinerja di antaranya melalui ukuran efisiensi, sehingga pada akhirnya tujuan
perbankan syariah dapat tercapai. Astiyah S. dan Husman A. (2006) juga
menjelaskan bahwa efisiensi bank bukan hanya sebagai indikator penting dalam
perbankan, tetapi juga sarana penting untuk lebih meningkatkan efektivitas
kebijakan moneter. Perbankan yang efisien diperkirakan dapat memperlancar
proses transmisi kebijakan moneter, sehingga kebijakan moneter dapat lebih
efektif mencapai sasaran.
Efisiensi

dapat

didefinisikan

sebagai

kemampuan

organisasi

untuk

memaksimalkan output dengan menggunakan input tertentu atau menggunakan
input secara minimal untuk menghasilkan output tertentu (Muazaroh, Enduardus,
Husnan, & Hanafi, 2012). Efisiensi juga dapat didefinisikan sebagai rasio antara
output dengan input. Definisi efisiensi lainnya adalah usaha mencapai prestasi
yang sebesar-besarnya dengan menggunakan kemungkinan-kemungkinan yang
tersedia (material,mesin, dan manusia) dalam tempo yang sependek-pendeknya, di
dalam keadaan yang nyata (sepanjang itu bisa berubah) tanpa mengganggu
keseimbangan antara faktor-faktor tujuan, alat, tenaga dan waktu (Wirapati dalam
The Liang Gie, 1976:26).

Universitas Sumatera Utara

Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu apabila dengan input yang
sama menghasilkan output yang lebih besar, dengan input yang lebih kecil
menghasilkan output yang sama, dan dengan input yang besar menghasilkan
output yang besar Kost dan Rosenwig, (1979:41) (dalam Sutawijaya dan Lestari,
2009:52). Sedangkan yang menyebabkan inefisiensi adalah terdapat rantai
birokrasi yang berkepanjangan, miss alocation dalam penggunaan sumber daya
yang ada, dan tidak terdapatnya economics of scale , Iswardono S Permono dan
Darmawan, (2000) (dalam Muharam dan Pusvitasari, 2007).
Mengukur efisiensi perbankan dapat dilakukan dengan berbagai metode
seperti melihat perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan,
selain itu ada juga beberapa metode lain, yaitu pendekatan parametrik dan non
parametrik. Pendekatan parametrik meliputi Stochastic Frontier Approach (SFA),
Distribution Free Approach (DFA), dan Thick Frontier Approach (TFA),

sedangkan yang non parametrik adalah dengan menggunakan pendekatan Data
Envelopment Analysis (DEA).

Metode parametrik dan non parametrik memiliki beberapa perbedaan. Salah
satu perbedaannya adalah metode parametrik memasukkan random error,
sedangkan non parametrik tidak memasukkan itu. Meskipun demikian, hasil yang
ditunjukkan oleh kedua metode ini tidak jauh berbeda. Hal ini akan terjadi jika
sampel yang dianalisis merupakan unit yang sama dan menggunakan proses
produksi yang sama.
Pengukuran efisiensi Bank Umum Syariah pada penelitian ini akan
menggunakan metode non parametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Metode

Universitas Sumatera Utara

ini memiliki kelebihan yaitu mampu berhadapan dengan kasus input yang
beragam, seperti faktor yang berada diluar kendali manajemen dan memudahkan
perbandingan efisiensi dengan menggunakan kriteria yang seragam, melalui
penggunaan bentuk rasio yang sederhana untuk mengetahui efisiensi setiap
organisasi, termasuk lembaga perbankan. Keuntungan relatif penggunaan
pendekatan ini lebih besar dibandingkan parametrik, yaitu pendekatan ini dapat
mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi sehingga dapat membantu
mencari penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan yang merupakan
keuntungan utama dalam aplikasi manajerial.
DEA merupakan sebuah metode optimasi program matematika yang
mengukur efisiensi

teknik suatu Unit

Kegiatan Ekonomi

(UKE) dan

membandingkan secara relatif terhadap UKE yang lain. Penjabaran tersebut
mengarahkan penelitian ini untuk mengukur efisiensi teknik dari perbankan
syariah.
Berger et al. (1993) (dalam Sutawijaya dan Lestari, 2009) mengatakan jika
terjadi perubahan struktur keuangan yang cepat maka penting mengidentifikasikan
efisiensi biaya dan pendapatan. Setelah melihat perkembangan perbankan syariah
khususnya bank umum syariah yang cukup pesat akan tetapi persentase
pertumbuhan indikator kinerja yaitu aset, simpanan dan pembiayaan yang
mengalami penurunan selama periode pengamatan dan mengingat pentingnya
efisiensi dalam persaingan dunia perbankan yang semakin ketat maka peneliti
tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Efisiensi Teknik Perbankan
Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi

Universitas Sumatera Utara

kasus pada bank umum syariah yang terdaftar di bank indonesia periode 20112014)”

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat efisiensi Bank Umum Syariah selama periode 20112014?
2. Bank Umum Syariah manakah yang kurang efisien selama periode 20112014?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui bagaimana tingkat efisiensi Bank Umum Syariah
selama periode 2011-2014

2.

Untuk mengetahui Bank Umum Syariah manakah yang kurang efisisen
selama periode 2011-2014

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian

yang

dilakukan

ini

dapat

memberikan

tambahan

pengetahuan mengenai kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi
bank umum syariah di Indonesia. Dan dapat mengaplikasikan ilmu yang
telah didapat selama dibangku perkuliahan.

Universitas Sumatera Utara

2. Bagi Bank
a. Manajer
Dapat digunakan untuk mengetahui kinerja bank tertutama pada
efisiensi keuangan bank sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu
pedoman bagi manajer untuk mengambil keputusan di masa
mendatang.
b. Nasabah
Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kinerja bank konvensional
dan bank syariah dalam menjalankan usahanya. Serta dapat dijadikan
pilihan dalam hal penitipan dana, pengelolaan dana, dan pembiayaan
yang tepat.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan kepustakaan dan
dapat

digunakan

sebagai

bahan

kajian

dan

pengembangan

penelitiapenelitian selanjutnya dengan permasalahan yang sejenis.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2011-2014)

1 6 125

EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Efisiensi Bank Umum Syariah Di Indonesia Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis(DEA).(Studi Pada Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank BNI Syari

0 2 17

ANALISIS EFISIENSI TEHNIK PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Tehnik Perbankan Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Syariah Tahun 2011).

0 2 14

ANALISIS EFISIENSI TEHNIK PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Tehnik Perbankan Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Syariah Tahun 2011).

0 1 12

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Umum Syariah Terdaftar Di Bi Tahun 2010.

0 0 13

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Umum Syariah Terdaftar Di Bi Tahun 2010.

0 0 15

Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2011-2014)

0 0 12

Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2011-2014)

0 0 2

Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2011-2014)

0 0 34

Analisis Efisiensi Teknik Perbankan Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia Periode 2011-2014)

0 0 6