ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Pada 6 Bank Umum Syariah Terdaftar Di Bi Tahun 2010.

ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DENGAN
PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
(Studi pada 6 Bank Umum Syariah terdaftar di BI tahun 2010)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
pada Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh :
SLAMET AWALUDIN
B 300 080 032

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

Abstrak
Keterkaitan antara lembaga keuangan terhadap kehidupan suatu

perekonomian tidak dapat dipisahkan. Bank Umum Syariah sebagai salah satu
lembaga keuangan menjadi bagian dari tolak ukur perekonomian. Kondisi suatu
bank umum syariah merupakan cermin kondisi perekonomian di masyarakat.
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui efisiensi bank umum
syariah. Selain itu juga untuk membandingkan efisiensi di antara bank-bank
umum syariah. Penelitian ini meneliti 6 bank umu syariah dngan penggunaan data
yang dipakai berasal dari input dan output bank umum syariah antara lain
sinpanan, aktiva tetap, biaya tenaga kerja, pembiayaan, dan pendapatan
operasional dimana setiap perubahan pada variable tersebut menceminkan kondisi
bank umum syariah. Sementara alat analisis yang dipakai menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan Value Return to Scale (VRS)
yang berorientasi pada input. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi
kepustakaan . Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah bank umum syariah masih belum efisien
selama tahun 2010. Meskipun demikian tingkat efisiensi masih baik dengan ratarata efisiensi berada diatas 90 persen pada masing-masing bank. Ketidakefisienan
tersebut berasal dari input maupun outputnya dengan kompisisi yang berbeda
pada masing-masing bank umum syariah.

Kata kunci : Bank Umum Syariah, efisiensi, Data Envelopment Analysis
(DEA).


PENDAHULUAN
Kebutuhan akan lembaga keuangan yang bertindak sebagai lembaga
intermediasi tidak dapat dilepaskan dari kehidupan suatu perekonomian. Lembaga
ini terbagi atas dua jenis utama yaitu bank dan non-bank. Dalam hal ini, maka
sistem perbankan pada hakekatnya merupakan bagian dari sistem keuangan yang
mempunyai cakupan luas. Bank dilihat dari fungsinya secara umum antara lain
menyediakan fasilitas penyimpanan dana masyarakat dalam bentuk giro,
tabungan, maupun deposito dan dapat dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi
berbagai kebutuhannya (Bank Indonesia, 1999)
Sejak tahun 2005, perkembangan aset perbankan di Indonesia selalu
mengalami kenaikan yang signifikan. Pada tahun 2005 Bank Umum dengan
jumlah aset Rp 1.469 miliar terus naik menjadi Rp 1.989 miliar di akhir 2007, Rp
2.310 miliar pada akhir Desember 2008, dan pada juli 2010 total aset yang
dimiliki meningkat menjadi Rp 2.683 miliar. Sementara perkembangan Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) memiliki aset sebesar Rp 20,3 miliar pada tahun 2005,
terus meningkat menjadi Rp 27,7 miliar pada tahun 2007, Rp 32,5 miliar pada
akhir Desember 2008. Dan terus meningkat sampai Rp 41,4 miliar pada tahun
2010 (Bank Indonesia, 2010).
Menurut Margaretha Tri Utami (2008), keberadaaan bank syariah

telah muncul sejak tahun 1992 yaitu Bank Muammalat Indonesia (BMI).
Keberadaan BMI muncul pasca pemberlakuan UU No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan yang menerapkan sistem bagi hasil. Bank Indonesia (2002) juga
merinci Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang bank berdasarkan

prinsip bagi hasil selain penetapan UU No. 7 Tahun 1992 sebagai pendukung
perkembangan perbankan syariah. Penetapan perundang-undangan tersebut
juga menandakan diberlakukannya dasar hukum beroperasinya perbankan
syariah sekaligus dimulainya era sistem perbankan ganda (dual sytem
banking) di Indonesia. Kinerja perbankan syariah yang relatif baik selama
krisis ekonomi tahun 1997 menjadikan kepercayaan yang semakin besar,
sehingga

pemerintah

dan

otoritas moneter

perkembangannya melalui peluncuran


berupaya

membantu

dual system banking dengan terbitnya

UU No. 10 Tahun 1998.
Pengembangan

perbankan

syariah

selanjutnya

diikuti

dengan


penetapan Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah. Cetak Biru (Blue
Print) Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia akan memberikan arahan
dan tujuan yang ingin dicapai dan memberikan tahapan-tahapan untuk
mewujudkan

sasaran

pengembangan

jangka panjang. Sasaran-sasaran

pengembangan bank syariah sampai tahun 2011, antara lain (Bank Indonesia,
2002):
1. Terpenuhinya prinsip-prinsip syariah dalam operasional perbankan,
2. Diterapkannya

prinsip-prinsip

kehati-hatian


dalam

operasional

perbankan;
3. Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien;
dan
4. Terciptanya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi
masyarakat luas.

Perkembangan kinerja perbankan syariah setelah dikeluarkannya berbagai
kebijakan termasuk Arsitektur Pebankan Indonesia (API) pada tanggal 9 januari
2004, juga terus mengalami peningkatan yang dilihat dari indikator kenaikan
jumlah aset, dana pihak ketiga dan pembiayaan dari tahun 2005-2010. Statistik
perbankan syariah mencatat bahwa rata-rata pertumbuhan bank syariah
mencapai 30% per tahun yaitu lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan bank
konvensional. Hal positif lainnya juga dapat dilihat dari jumlah aset
perbankan syariah sebesar Rp. 7.800 miliar pada tahun 2003 meningkat
secara signifikan menjadi RP. 20.880 miliar pada tahun 2005, kemudian aset
tersebut meningkat tiga kali lipat menjadi Rp. 66.090 miliar pada akhir bulan

Desember 2009, dan pada akhir tahun 2010 perbankan syariah memiliki total
total sebesar Rp. 97.519 miliar (Bank Indonesia, 2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti kemudian tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul ”ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN
SYARIAH DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENTANALISYS
(DEA), STUDI KASUS PADA BANK UMUM SYARIAH TERDAFTAR DI BI
TAHUN 2010”
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Efisiensi
Pengertian efisiensi dalam produksi menurut Kirana (2001) dalam Purbayu
(2009) bahwa efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum
dengan menggunakan sejumlah input tertentu. Baik secara kuantitas fisik maupun
nilai ekonomis (harga). Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa sejumlah input

yang sifatnya boros dihindarkan, sehingga tidak ada sumber daya yang tidak
digunakan terbuang.
Efisiensi ekonomi terdiri atas efisiensi teknis dan efisiensi alokasi. Efisiensi
teknis adalahkombinasi antara kapasitas dan kemampuan unit ekonomi untuk
memproduksi sampai tingkat output maksimum dari jumlah input dan teknologi.
Efisiensi alokasi adalah kemampuan dan kesediaan unit ekonomi untuk beroperasi

pada tingkat nilai produk marjinal sama dengan biaya marjinal (Saleh, 2000 dalam
Purbayu, 2009).
Penghitungan Efisiensi
Pendekatan yang paling sering digunakan secara luas untuk mengukur
tingkat efisiensi dalam pengaturan multi input dan multi output yang umum adalah
strategi yang disarankan oleh Debreu dan Farrel, dimana sering disebut sebagai
efisiensi Farrell saja. Konsep efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel
(1957) yang merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan oleh Debreu
(1951) dan Koopmans (1951). Konsep pengukuran efisiensi Farrel dapat
memperhitungkan input majemuk (lebih dari 1 input). Farrel menyatakan bahwa
efisiensi sebuah perusahaan terdiri dari dua komponen, yaitu efisiensi teknis
(technical efficiency) dan efisiensi alokatif (allocative efficiency). Efisiensi teknis
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mencapai
mungkin dari sejumlah

output semaksimal

input. Sedangkan efisiensi alokatif menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk menggunakan input dengan proporsi seoptimal

mungkin pada tingkat harga input tertentu. Kedua komponen ini kemudian
dikombinasikan untuk menghasilkan ukuran efisiensi total atau efisiensi ekonomis

(economic efficiency) (Bogetoft dan Otto, 2010).
Dalam penelitian ini, pengukuran efisiensi perbankan menggunakan
pendekatan non-parametrik. Pendekatan non parametrik untuk menghitung
efisiensi bank menggunakan metodologi yang dikenal dengan istilah Data
Envelopment Analisys (DEA). DEA menghitung efisiensi teknis untuk seluruh
unit. Skor efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada tingkat
efisiensi dari unit-unit lainnya di dalam sample. Setiap unit dalam sample
dianggap memiliki tingkat efisiensi yang tidak negatif, dan nilainya antara 0
hingga 1, dimana satu menunjukkan efisiensi yang sempurna. Kemudian unit-unit
yang memiliki nilai satu ini digunakan dalam membuat envelope untuk frontier
efisiensi. Unit-unit lainnya yang ada di dalam envelope menunjukkan tingkat
inefisiensi (Bank Indonesia, 2003).
Analisis non-parametrik (Charnes, Coopers and Rhodes, 1978) tidak
membutuhkan spesifikasi khusus dari bentuk fungsi tertentu untuk menerangkan
dan membentuk batasan efisiensi atau permukaan fungsi ‘envelop’ yang ada.
Fleksibilitas dari teknik nonparametrik membolehkan kita untuk membentuk
beberapa formulasi alternatif. Kita dapat menganalisa dua versi dari sebuah model

DEA yang berorientasi output berdasarkan dua asumsi return of scale yang ada:
yaitu constant returns to scale (dikenal dengan DEA CRS) dan variable returns to
scale (dikenal dengan DEA VRS) (Bank Indonesia, 2003).
Alat dan Model Analisis
Alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA). DEA (Charnes, et al, 1978), adalah sebuah metode

optimasi program matematika yang mengukur efisiensi teknik suatu Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) dan membandingkan secara relatif terhadap UKE yang
lain. DEA mula-mula dikembangkan oleh Farrel (1957) yang mengukur efisiensi
teknik satu input dan satu output, menjadi multi input dan multi output,
menggunakan kerangka nilai efisiensi relatif sebagai rasio input (single virtual
input) dengan output (single virtual output) (Giuffrida dan Gravelle, 2001:4;
Lewis, et al, 1999: 907-912; Post dan Spronk, 1999: 3 dalam Suminarsis, 2008).
Input yang dipakai dalam hal ini adalah Simpanan, Aktiva Tetap, dan Biaya
Tenaga Kerja, sementara output yang dipakai adalah Pembiayaan dan Pendapatan
Operasional. Secara sederhana pengukuran dinyatakan dengan rasio antara output
terhadap input yang merupakan satuan pengukuran efisiensi atau produktifitas.
Skor efisiensi untuk setiap unit adalah relatif, tergantung pada tingkat efisiensi
dari unit-unit lainnya dalam sampel. Setiap unit dalam sampel dianggap memiliki

tingkat efisiensi yang tidak negatif, dan nilainya antara 0 dan 1, dimana 0 (nol)
menunjukan inefisiensi sempurna dan 1 (satu) menunjukkan efisiensi sempurna.
DEA merupakan model pemrograman linier fraksional yang dapat mencakup
banyak output dan input tanpa menentukan bobot untuk setiap variabel
sebelumnya, tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai hubungan fungsional
antara input dan output. DEA merupakan ukuran efisiensi relatif, yang mengukur
inefisiensi unit-unit yang ada, dibandingkan dengan unit yang lain yang dianggap
paling efisien dalam set data yang ada. Sehingga dalam analisis DEA
dimungkinkan beberapa unit entitas mempunyai tingkat efisiensi 100% yang
artinya bahwa unit tersebut merupakan unit yang terefisien dalam set data tertentu

dan waktu tertentu (Nurul Komaryatin, 2006 dalam Muhammad Afif Amirillah,
2010).
Efisiensi teknis perbankan diukur dengan menghitung rasio antara output
dan input perbankan. Data Envelopment Analysis (DEA) akan menghitung bank
yang menggunakan input n untuk menghasilkan output m yang berbeda Efisiensi
bank diukur sebagai berikut (Miller dan Noulas, 1996 dalam Adrian Sutawijaya
dan Etty Puji Lestari 2009) :
ℎ =
Dimana:
hs = efisiensi teknis bank s
yis = jumlah output i yang diproduksi oleh bank s
xjs = jumlah output yang digunakan oleh bank s
ui = bobot output i yang dihasilkan oleh bank s
vj = input j yang diberikan oleh bank s, dan i dihitung dari 1 ke m
serta j dihitungdari 1 ke n
HASIL PENELITIAN

Bulan ke
1
2
3
4
5
6
7

Tabel 1.1
Hasil perhitungan efisiensi DEA
6 BUS tahun2010
Skor efisiensi DEA
Muamalat Bukopin
Mandiri
Mega
1
1
1
1
1
1
0.99639
1
1
1
1
0.98633
1
1
1
1
1
1
0.99194
1
0.96517
1
1
1
0.96227
0.99732
1
1

Panin
1
1
0.99180
0.98383
0.98966
0.99060
1

BRI
1
1
1
1
1
1
0.96758

8
1
1
9
1
0.99517
10
1
1
11
1
1
12
1
1
Sumber : hasil olah data.

1
1
1
1
1

1
1
1
0.99531
1

1
0.98130
0.99165
1
10

1
1
1
1
1

Tabel 1.1 di atas menunjukkan skor efisiensi masing-masing bank umum
syariah berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan program DEA
frontier dan Frontier Analys. Hasil pengolahan data tersebut menunjukkan bahwa
keseluruhan bank umum syariah yang menjadi obyek penelitian msih belum bisa
dikatakan efisien. Hal ini terlihat dari skor efisiensi masing-masing bank yang
belum bernilai 1 (satu). Meskipun memiliki skor

efisiensi kurang dari satu

sehingga termasuk dalam kategori inefisien, akan tetapi dari keseluruhan bank
tersebut memiliki rata-rata skor efisiensi mendekati satu. Ini berarti bahwa bankbank tersebut sudah mendekati efisien.
Dari hasil perbandingan pada tabel di atas, terlihat bahwa bank yang paling
efisien diantara enam bank tersebut adalah bank BRI Syariah. Hal ini disebabkan
bank BRI Syariah hanya memiliki inefisiensi pada satu bulan saja yaitu bulan juli.
Sedangkan bank yang paling tidak efisien adalah bank Panin Syariah yang
memiliki inefisiensi selama enam bulan. Sementara itu baik bank Mumalat, bank
Bukopin Syariah, dan bank Mega Syariah memiliki inefisiensi dalam waktu dua
bulan atau memiliki inefisiensi diantara bank BRI syariah dan bank Panin Syariah.
A. Simpulan
Berdasarkan dari analis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil perhitungan DEA, keseluruhan bank umum syariah yang
menjadi obyek penelitian (Bank Panin Syariah, Bank Bukopin Syariah, Bank
Syariah Mega, Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, dan Bank BRI
Syariah) dalam kurun waktu 2010 masih belum efisien. Hal ini terlihat dari
skor efisiensi yang belum mencapai 100 persen. meskipun demikian
keseluruhan bank umum syariah tersebut memiliki rata-rata efisiensi diatas 90
persen.
2.

Bank yang mengalami inefisiensi paling tinggi adalah Bank Panin Syariah
dengan inefisiensi pada enam bulan selama tahun 2010, sementara bank yang
memiliki inefisiensi paling rendah adalah Bank BRI Syariah dengan
inefisiensi pada satu bulan selama tahun2010. Sedangkan bank umum syariah
yang lain (Syariah Mega, Syariah Mandiri, Bukopin Syariah, dan Muamalat)
mengalami inefisiensi masing-masing dalam dua bulan selama kurun waktu
2010 dengan bulan-bulan yang berbeda.

3. Pada sisi input, ketidakefisienan pada keenam bank tersebut berasal dari
seluruh variabel (simpanan, aktiva tetap, dan biaya tenaga kerja) dengan
tingkat inefisiensi yang berbeda . Meski demikian ketidak efisien pada sisi
input tersebut tidak selalu terjadi setiap bulan selama tahun 2010.
4. Sebagaimana variabel input, variabel output pada masing-masing bank umum
syariah tersebut juga belum efisien. Variabel output pembiayaan merupakan
variabel yang paling sering mengalami inefisiensi pada masing-masing bank.
Sementara variabel output pendapatan operasional meskipun mengalami

inefisiensi tetapi lebih rendah bila dibandingkan dengan inefisiensi variabel
pembiayaan..
Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Perlunya kebijakan yang mengatur ketidakefisienan pada bank-bank yang
tidak efisien yang berkaitan dengan upaya pengoptimalan dari sisi input
maupun output. Dengan mengetahui penyebab dan tingkat ketidakefisienan
baik input maupun output, diharapkan stake holder mampu mengambil
kebijakan tepat dalam mengatasi ketidakefisienan tersebut.
2. Perlunya peningkatan produk-produk pembiayaan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, tetapi tidak meninggalkan prinsip-prinsip syariah untuk
meningkatkan jumlah pembiayaan kepada masyarakat. Dengan demikian
jumlah input yang besar akan terserap di masyarakat.
3. Perlunya

pengawasan

terhadap

pembiayaan

yang

diberikan

kepada

masyarakat agar pembiayaan yang diberikan mampu memberikan keuntungan
bagi nasabah maupun perbankan. Selain itu juga pengawasan selama proses
pembiayaan untuk meminimalkan pembiayaan yang macet. Sehingga
meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima oleh bank.
4. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi pada
penelitian-penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Ghofur Anshori. 2008. Penerapan Prinsip Syariah dalam Lembaga
Keuangan, Lembaga Pembiayaan, dan Perusahaan Pembiayaan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Abdul Majid, M, Md. Nor, N.G. dan Said, F.F 2003. Efficiency of Malaysian
Banks: What happen after the financial crisis. Paper presented at
National Seminar on Managing Malaysia in the Millennium:
Economic and Business Challenges, Malaysia.
Abidin, Zaenal, dan Endri. 2008. Kinerja Efisiensi Teknik Bank Pembangunan
Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis. Jurnal Akuntansi
dan keuangan. Vil. 11. Nomor. 1. Hal. 21-29.
Amirillah, Muhammad afif. 2010. Efisiensi perbankan syariah diindonesia tahun
2005-2009. Thesis. Tidak diterbitkan.
Anshor, Abdul Ghofur, Kapita Selekta Perbankan Syariah di Indonesia; -Yogyakarta: UII Press, 2008.
Arikunto, Suharsimi, (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bank Indonesia. 2002. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah.
http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 20 April 2012.
Bank

Indonesia. 2009. Laporan Perkembangan Perbankan
http://www.bi.go.id diakses tangal 20 April 2012.

Syariah.

Bank Indonesia, 1999. Sejarah Perbankan Indonesia: perbankan periode 19531959. http://www.bi.go.id. Diakses tanggal 20 April 2012.
Bank

Indonesia. 2010. Laporan Perkembangan Perbankan
http://www.bi.go.id diakses tangal 20 April 2012

Syariah.

Bank Indonesia. 2010. Statistik Perbankan Syariah. http://www.bi.go.id. Diakses
tanggal 20 April 2012
Bank Indonesia. 2010. Statistik Perbankan Indonesia. http://www.bi.go.id.
Diakses tanggal 20 April 2012.
Berger, Allen N., and David B. Humphrey (1997). "Efficiency of Financial
Institutions: International Survey and Directions for Future
Research." European Journal of Operations Research 98, 175-212.

Bogetoff, Peter dan Lars Otto. 2011. Benchmarking with DEA, SFA, and R.
Springer New York Dordrecht Helderberg. London.
Budi Santosa, Purbayu. 2009. Analisis Kinerja Sektor Usaha Tani Padi melalui
Pendekatan agribisnis. Jurnal Organisasai dan Manajemen. Vol. 5.
Nomor 1. Hal 35-48.
Jemric, Igor, dan Boris Vujcic. 2002. Efficiency of banks in Croatia: a dea
approach. Kournal of comparative economic studies. Croatian
National Bank.
Muliaman D. H., Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. 2003. “Analisis Efisiensi
Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode NonParametrik Data Envelopment Analysis (DEA).” Bank Indonesia
Research Paper, Jakarta: Bank Indonesia.
Nugroho, rino adi. 2011. Analisis perbandingan efisiensi bank umum syariah dan
unit usaha syariah dengan metode stochastic frontier analysis
(periode 2005-2009). Skripsi. tidak diterbitkan.
Suminarsis, Brambyan Ardi. 2008. Analisis efisiensi bank mandiri, bni dan bri di
Indonesia tahun 2005. Skripsi. tidak diterbitkan.
Supriyono RA. 1991. “Akuntansi Manajemen Proses Pengendalian Manajemen”.
Yogyakarta: STIE YKPN.
Zaenal Abidin. 2006. Kinerja Efisiensi Pada Bank Umum. Jakarta : STIE.
Perbanas.
Hadad, Muliaman D. et. al. 2003. Studi Biaya Intermediasi Beberapa Bank Besar
di Indonesia: ApakahBunga Kredit Bank Umum Overpriced?,
Research Paper Bank Indonesia, Nomor 1/5
IAI, 2011. Pernyataan Standar akuntansi keuangan. Dewan standar akuntansi
keuangan. Jakarta.
Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia
Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model
DEA.” Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 10. No. 1. Hal 49-67.
Umam, Khotibul. 2009. Trend pembentukan bank umum syariah pasca UU No 21
tahun 2008 (konsep, regulasi dan implementasi); BPPE.
Yogyakarta.
Yudhistira, D. 2003. “Efficiency in Islamic Banking an Empirical Analysis of 18
Banks.” Proceeding of Islamic Conference on Islamic Banking.
Jakarta

Dokumen yang terkait

ANALISIS EFISIENSI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

4 11 70

Analisis Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia Pascakrisis Finansial Global 2008 Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)

0 27 18

Analisis Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah dengan menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus pada bank Muamalat Syariah, Bank Mandiri Syariah dan BRI Syariah Periode 2010-2012)

0 10 143

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Syariah dan bank Konvensional dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

0 15 100

Analisis Perbandingan Efisiensi Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Periode 2008-2012)

0 4 168

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI TEBU LAHAN SAWAH DAN LAHAN KERING DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) TECHNICAL EFFICIENCY ANALYSIS OF SUGARCANE FARMING ON WET AND DRY LAND USING DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) APPROACH

0 1 7

PENGUJIAN EFISIENSI PERBANKAN KONVENSIONAL DI INDONESIA MELALUI PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

1 1 10

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

0 1 15

EFISIENSI PERBANKAN DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP RETURN SAHAM DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

0 0 14

Efisiensi Bank Di Indonesia Dengan Data Envelopment Analysis (DEA) Saat Krisis Dan Setelah Krisis

0 0 45