Gambaran Pengetahuan, Sikap, Dan Tindakan Pengobatan Sendiri Pada Masyarakat Di Lingkungan II Kelurahan Babura Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting di dalam kehidupan. Definisi

kesehatan dalam Undang - Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 1992 adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam
mengupayakan kesehatannya sendiri. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan
upaya demi memperoleh kesehatannya kembali. Upaya masyarakat untuk
mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah pengobatan sendiri (self
medication) (Depkes RI, 2006).

Pengobatan sendiri (self medication), atau yang disebut juga dengan
swamedikasi, didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat-obatan oleh
individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dikenali sendiri (WHO, 1998).

Pengobatan sendiri biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan- keluhan dan
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, nyeri, pusing,
batuk, influenza, sakit maag, kecacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain.
Pengobatan sendiri

menjadi

alternatif

yang diambil

masyarakat

untuk

meningkatkan keterjangkauan pengobatan (Depkes RI, 2006).
Sumber pengobatan di Indonesia menurut Kalangie (1984) dalam Supardi
dan Notosiswoyo (2005), mencakup tiga sektor yang saling berhubungan, yaitu
pengobatan rumah tangga/pengobatan sendiri, pengobatan tradisional, dan
pengobatan medis profesional. Dalam pengobatan sakit, seseorang dapat memilih

satu sampai lima sumber pengobatan, tetapi tindakan pertama yang paling banyak
dilakukan adalah pengobatan sendiri.
Di banyak negara berkembang, hingga 60-80% masalah kesehatan diatasi
dengan pengobatan sendiri (Awad dan Eltayeb, 2007). Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 di Indonesia terdapat sejumlah 103.860
atau 35,2% dari 294.959 rumah tangga di Indonesia menyimpan obat untuk
pengobatan sendiri, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (56,4%) dan terendah

2

di Nusa Tenggara Timur (17,2%). Di Sumatera Utara, proporsi rumah tangga yang
menyimpan obat untuk pengobatan sendiri yaitu 33,5 %.
Menurut Holt dan Edwin (1986) pengobatan sendiri dalam hal ini dibatasi
hanya untuk obat-obat modern, yaitu obat bebas dan obat bebas terbatas.
Keuntungan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas dan obat bebas terbatas
antara lain: aman bila digunakan sesuai dengan aturan, efektif untuk menghilangkan
keluhan (karena 80% keluhan sakit bersifat self-limiting), efisiensi biaya, efisiensi
waktu, bisa ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi, dan meringankan
beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana kesehatan di
masyarakat (Kristina, Prabandari, dan Sudjaswadi, 2008).

Pada pelaksanaannya, pengobatan sendiri dapat menjadi sumber terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error ) karena keterbatasan pengetahuan
masyarakat akan obat dan penggunaannya (Depkes RI, 2006). Penelitian Supardi
dan Notosiswoyo (2006) menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang
pengobatan sendiri yang baik masih terbatas.
Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan adalah apabila cara
menggunakan obat sesuai dengan keterangan yang tercantum pada kemasannya.
Pengobatan sendiri yang tidak sesuai dengan aturan, selain dapat membahayakan
kesehatan, juga mengakibatkan pemborosan waktu dan biaya karena harus
melanjutkan upaya pencarian ke pelayanan medis (Supardi, Sampurno, dan
Notosiswoyo, 2002).
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya
sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dirasa perlu ditunjang dengan sarana
yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional.
Peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional dapat dicapai
melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri
yang sekaligus menjamin penggunaan obat yang secara tepat, aman dan rasional.
Oleh karena itu, perlu ditetapkan kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep
(Kemenkes RI, 1993).
Dari data Kelurahan Babura Sunggal, diketahui bahwa jumlah penduduk

sebesar 1735 jiwa yang terdiri dari 490 kepala keluarga. Dari survei awal yang

3

dilakukan di Lingkungan II Kelurahan Babura Sunggal, Kecamatan Medan
Sunggal, Kota Medan diketahui bahwa di sekitarnya juga terdapat beberapa apotek,
warung, toko obat, dan supermarket yang juga menjual obat-obatan.
Tidak ada data pasti yang menunjukkan data pembelian obat oleh
masyarakat sebagai upaya pengobatan sendiri di lokasi tersebut. Dengan
pertimbangan bahwa jumlah penduduk yang besar di Lingkungan II, dan dari survei
awal yang telah dilakukan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti gambaran
pengobatan sendiri yang dilakukan masyarakat di Lingkungan II Kelurahan Babura
Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.

1.2.

Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan pengobatan sendiri

pada masyarakat di Lingkungan II Kelurahan Babura Sunggal, Kecamatan Medan

Sunggal, Kota Medan?

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan pengobatan sendiri
pada masyarakat di Lingkungan II Kelurahan Babura Sunggal, Kecamatan Medan
Sunggal, Kota Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengetahuan masyarakat Lingkungan II Kelurahan Babura
Sunggal tentang pengobatan sendiri.
2. Mengetahui sikap masyarakat Lingkungan II Kelurahan Babura
Sunggal terhadap pengobatan sendiri.
3. Mengetahui tindakan masyarakat Lingkungan II Kelurahan Babura
Sunggal dalam melakukan pengobatan sendiri.
4. Mengetahui sosiodemografi pengobatan sendiri pada masyarakat di
Lingkungan II Kelurahan Babura Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal,
Kota Medan.


4

1.4.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Hasil penelitian dapat menjadi pertimbangan atau data tambahan bagi
instansi kesehatan mengenai pengetahuan, sikap, dan tindakan
pengobatan sendiri pada masyarakat.
2. Memberikan informasi yang berguna bagi masyarakat sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengobatan sendiri dan
dapat lebih waspada ketika menggunakan obat secara bebas.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti mengenai perilaku
pengobatan sendiri yang dilakukan masyarakat.