Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal

(1)

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Program Sarjana (S1) pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

OLEH: MELANY PUTRI

(110903098)

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia kesehatan dan belas kasih sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal”.Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan akademis dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kata sempurna baik dari sisi substansi dan redaksi.Untuk itu, penulis tidak menutup diri dari kritik atau saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Husni Thamrin, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Hatta Ridho, S.Sos., M.SP selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan


(3)

5. kritik dan saran selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

6. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan, arahan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mempermudah penulis dalam mengurus berbagai keperluan administrasi selama penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

8. Bapak Drs. Ruslan Isra Pulungan selaku Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Medan Sunggal, Ibu Yulisnina, S. Ag selaku Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kecamatan Medan Sunggal, dan masyarakat penerima Program Keluarga Harapan (PKH) Kecamatan Medan Sunggal yang telah mendukung penelitian baik langsung maupun tidak langsung selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

9. Teristimewa rasa terima kasih serta penghargaan yang tulus penulis sampaikan kepada orang tua penulis yaitu Ali Endi Sabri dan Tirama Manik dan saudara laki-laki penulis yaitu Hendra Satria, Ricky Ansari, dan Randy Arsyad yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan


(4)

10.kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11.Sahabat-sahabat terdekat yang telah memberi doa, semangat, dukungan, dan hiburan kepada penulis selama ini.

12.Seluruh teman-teman di Departemen Ilmu Administrasi Negara secara khusus dan teman-teman di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberi ilmu dalam kehidupan sehari-hari dan berbagi rasa atas kebenaran.

Akhirnya, terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini maupun selama perkuliahan.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2015 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN………....……i

KATA PENGANTAR………...……ii

DAFTAR ISI………...………v

DAFTAR TABEL………....…….viii

DAFTAR LAMPIRAN……….……….ix

ABSTRAK………...…….………...…x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………..1

1.2 Rumusan Masalah………9

1.3 Tujuan Penelitian……….9

1.4 Manfaat Penelitian………..….9

1.5 Kerangka Teori……….………9

1.5.1 Kebijakan Publik………10

1.5.2 Evaluasi Kebijakan……….……13


(6)

1.6 Definisi Konsep…….……….31

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian……….……….………32

2.2 Lokasi Penelitian………...32

2.3 Informan Penelitian………...33

2.4 Teknik Pengumpulan Data……….……...34

2.5 Teknik Analisis Data……….………35

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Keadaan Geografis……….………..….……….38

3.2 Kependudukan……….………....……..…….…....…...40

3.3 Sarana dan Prasarana……….…..….….….…...….41

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Identitas Responden……….……….………….43

4.2 Deskripsi Hasil Wawancara Tentang Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal………..………...46

4.2.1 Efektivitas………..47


(7)

4.2.3 Pemerataan……….……….…...58

4.2.4 Responsivitas……….………..…….……..62

4.2.5 Ketepatan……….………..65

4.3 Hasil Data Sekunder……….……..…...…68

BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisis Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal……….…71

5.1.1 Efektivitas………..……...71

5.1.2 Kecukupan ………..….78

5.1.3 Pemerataan………....80

5.1.4 Responsivitas……….…83

5.1.5 Ketepatan………..…84

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan………...…………..………..……….……87

6.2 Saran ………...…..………....….92


(8)

(9)

DAFTAR TABEL/BAGAN

Tabel 1.1 Anggaran Kemiskinan 2009-2014 (triliun rupiah)………3

Tabel 1.2 Metode Evaluasi (Finsterbusch dan Motz dalam Subarsono

2009:128-130) ……….……19

Bagan 1.1 Siklus PKH………..……21

Tabel 1.3 Skema Bantuan per RTSM pertahun…………...….………24

Tabel 3.1 Monografi Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013…….…………..39

Tabel 3.2 Jumlah Pegawai Negeri di Kecamatan Medan Sunggal Tahun

2013 (Jiwa) ……….….39

Tabel 3.3 Data Kependudukan Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013…...…40

Tabel 3.4 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Medan


(10)

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Hasil Wawancara

3. Laporan Kerja Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kecamatan Medan Sunggal Kel. Lalang dan Kel. Sunggal Periode September-Desember 2014

4. Rekapitulasi Kehadiran Pendamping UPPKH Kota Medan Unit Kerja UPPKH Kecamatan Medan Sunggal Oktober-Desember 2014

5. Formulir Verifikasi PKH Komponen Kesehatan Ibu Hamil, Melahirkan, Nifas, dan Balita/Apras

6. Formulir Kehadiran Peserta Didik Peserta PKH

7. Formulir Pemutakhiran Data Program Keluarga Harapan 8. Daftar Hadir Pertemuan Kelompok Peserta PKH


(12)

(13)

ABSTRAK

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Melany Putri

NIM : 110903098

Departemen : Ilmu Administrasi Negara USU Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Pembimbing : Hatta Ridho, .S.Sos., M.SP

Untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan, pemerintah meluncurkan Program Keluarga Harapan yaitu sebuah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM) jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, yaitu pendidikan dan kesehatan.

Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal adalah kegiatan mengevaluasi program PKH. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi dampak yaitu proses menilai dampak dari suatu kebijakan. Model evaluasi dampak yang digunakan adalah single program after only, dimana evaluasi dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah dicapai dari program. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal dengan menggunakan indikator evaluasi menurut Dunn.

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi kepustakaan.Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini berjumlah empat orang dan yang menjadi informan utama berjumlah empat orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal memiliki beberapa dampak positif sesuai dengan yang diharapkan oleh program dan juga dampak negatif akibat mental masyarakat dan proses kebijakan. Dilihat dari dampak positifnya bagi peningkatan kesehatan dan pendidikan, program ini masih perlu dilanjutkan namun perlu perbaikan agar benar-benar bermanfaat bagi penerima bantuan sesuai tujuannya.

Key words: Evaluasi, Program Keluarga Harapan (PKH), Kecamatan Medan Sunggal


(14)

ABSTRAK

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL

Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Melany Putri

NIM : 110903098

Departemen : Ilmu Administrasi Negara USU Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Pembimbing : Hatta Ridho, .S.Sos., M.SP

Untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan, pemerintah meluncurkan Program Keluarga Harapan yaitu sebuah suatu program yang memberikan bantuan tunai kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM) jika mereka memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, yaitu pendidikan dan kesehatan.

Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal adalah kegiatan mengevaluasi program PKH. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi dampak yaitu proses menilai dampak dari suatu kebijakan. Model evaluasi dampak yang digunakan adalah single program after only, dimana evaluasi dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah dicapai dari program. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal dengan menggunakan indikator evaluasi menurut Dunn.

Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi kepustakaan.Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini berjumlah empat orang dan yang menjadi informan utama berjumlah empat orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal memiliki beberapa dampak positif sesuai dengan yang diharapkan oleh program dan juga dampak negatif akibat mental masyarakat dan proses kebijakan. Dilihat dari dampak positifnya bagi peningkatan kesehatan dan pendidikan, program ini masih perlu dilanjutkan namun perlu perbaikan agar benar-benar bermanfaat bagi penerima bantuan sesuai tujuannya.

Key words: Evaluasi, Program Keluarga Harapan (PKH), Kecamatan Medan Sunggal


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemiskinan kini menjadi masalah global yang tak kunjung usai dan telah melanda semakin banyak penduduk dunia. Bahkan Bank Dunia memprediksi sekitar 1,35 miliar penduduk hidup dengan pendapatan kurang dari US$ 1 atau Rp 12.190 per hari. Selama beberapa dekade terakhir, kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin bukannya menyempit tetapi justru semakin melebar. Seperti dikutip dari The Richest, Selasa (28/1/2014), 1% orang terkaya yaitu 85 orang di dunia menguasai harta yang setara dengan milik setengah populasi manusia di muka bumi ini. Lebih buruk dari itu, kehidupan di bawah standar membuat sebagian besar penduduk dunia rentan terhadap penyakit.Tingkat kemiskinan yang ekstrim membuat satu dari dua anak di dunia hidup penuh kesusahan.Ironisnya, setiap tahun sekitar 10 juta anak meninggal dunia karena kemiskinan yang dialaminya.

Kemiskinan ternyata bisa terjadi pada penduduk di negara kaya sekalipun.Meski tercatat sebagai negara dengan perekonomian terbesar di dunia, satu dari tujuh warga Amerika Serikat ternyata hidup di bawah kemiskinan. Artinya lebih dari setengah penduduk AS akan mengalami kemiskinan saat mencapai usia 65 tahun. Meningkatnya ketergantungan terhadap kupon makan, kontroversi jaminan kesehatan, dan jaminan pensiun membuktikan masih rendahnya kehidupan finansial sebagian warga AS.


(16)

Indonesia sebagai negara berkembang juga masih dilanda masalah kemiskinan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia, jumlah penduduk di Indonesia yang ada di garis kemiskinan pada tahun 2013 per September 2013 adalah 28,55 juta. Jumlah ini berarti 11,47% dari keseluruhan penduduk di Indonesia dan seringkali bertambah jika ternyata ada kebijakan kenaikan BBM atau kenaikan bahan pokok makanan semacam beras. Masyarakat miskin di Indonesia tidak hanya berasal dari kalangan pengangguran atau pendidikan rendah. Hasil kajian LIPI pada tahun 2012 menyebutkan sekitar 43,67% pekerja Indonesia saat ini masih berada di bawah garis kemiskinan. Ini terjadi karena kecilnya upah dan tingginya harga barang.Sebanyak 30 juta penduduk Indonesia masih hidup dengan penghasilan di bawah USD 1 atau sekitar Rp 12.000 per hari.Sedangkan 70 juta penduduk Indonesia saat ini masih hidup dengan penghasilan rata-rata USD 2 atau hanya sekitar Rp 24.000 per hari.

Kemiskinan menjadi masalah yang sangat urgen karena berpengaruh buruk terhadap banyak aspek kehidupan dan menimbulkan banyak masalah sosial seperti kriminalitas, putus sekolah, kesehatan yang memburuk, kelaparan, hingga kematian.Pemerintah Indonesia secara tegas dalam pembukaan UUD 1945 menyatakan salah satu tujuannya adalah memajukan kesejahteraan umum.Salah satu penghambat terwujudnya kesejahteraan umum adalah kemiskinan.Maka tidak heran negara setiap tahunnya meningkatkan jumlah anggaran untuk program-program dan usaha-usaha pengentasan kemiskinan.


(17)

Tabel 1.1 Anggaran Kemiskinan 2009-2014 (triliun rupiah)

Sumber:

Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat, serta program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen pemerintah baik pusat maupun daerah. Untuk meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan kemiskinan, Presiden telah mengeluarkan Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan hingga 8% sampai 10% pada akhir tahun 2014. Untuk memenuhi target angka kemiskinan tersebut, pemerintah Republik Indonesia kemudian mengambil kebijakan untuk mendorong percepatan penanggaulangan kemiskinan dengan berbagai pendekatan, mulai dari pendekatan kelembagaaan dengan membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan


(18)

Kemiskinan (TNP2K). Lembaga ini dibentuk sebagai wadah koordinasi lintas sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan dengan tugas:

1. Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

2. Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di kementerian/lembaga. 3. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan

kegiatan penanggulangan kemiskinan.

Terdapat empat strategi dasar yang telah ditetapkan dalam melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu:

1. Menyempurnakan program perlindungan sosial.

2. Peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. 3. Pemberdayaan masyarakat.

4. Pembangunan yang inklusif.

Terkait dengan strategi tersebut, pemerintah telah menetapkan instrumen penanggulangan kemiskinan yang dibagi berdasarkan beberapa klaster, yaitu:

1. Klaster I - Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga.

2. Klaster II – Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.

3. Klaster III – Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil.

Program penanggulangan kemiskinan yang disusun yaitu Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Beras


(19)

Untuk Keluarga Miskin (Raskin), Bantuan Siswa Miskin (BSM), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ((PNPM Mandiri), dan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Salah satu program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga adalah Program Keluarga Harapan (PKH).PKH merupakan program unggulan kementerian sosial yang merupakan pemberian uang tunai bersyarat kepada keluarga sangat miskin agar memeriksakan kesehatan dan menyekolahkan anaknya. Sebagai program unggulan, PKH mendapat porsi anggaran terbesar dari Kemensos yaitu mencapai Rp 3,4 triliun dari anggaran Rp 5,6 triliun pada 2013. PKH pada 2013 menyasar 2,4 juta rumah tangga sangat miskin (RTSM) dan pada 2014 meningkat menjadi tiga juta RTSM dengan anggaran Rp4,2 triliun.

Landasan hukum program ini yaitu:

• Undang-undang nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

• Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin.

• Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

• Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan.

• Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).


(20)

Tujuan utama PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin.Dalam jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran KSM, sedangkan untuk jangka panjang, dengan mensyaratkan keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antargenerasi.

PKH mulai dilaksanakan pemerintah di Indonesia pada bulan Maret tahun 2007 dengan uji coba di tujuh provinsi (Sumatra Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, NTT, Sulawesi Utara, dan Gorontalo). Tahun berikutnya mencakup Aceh, Sumatera Utara, Banten, D.I. Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Hingga tahun 2013, PKH telah menjangkau 2,4 juta Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang tersebar di 334 kabupaten/kota dan 2.843 kecamatan serta didukung oleh 11.132 tenaga Pendamping di seluruh Indonesia. Tahun ini, PKH ditargetkan menjangkau 3,2 juta KSM yang tersebar di 497 kabupaten/kota dan 3.342 kecamatan dan didukung 14.432 tenaga pendamping.

Delegasi "National Social Security Fund" (NSSF) Kenya terkesan dengan pelaksanaan PKH di Indonesia yang dinilai sukses menangani masalah kemiskinan, namun ternyata masih banyak terdapat permasalahan dalam pelaksanaannya (Allennella, 2013), yaitu :

a. Belum meratanya pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) di seluruh wilayah Indonesia.


(21)

b. Kurangnya sumber daya manusia yang memadai khususnya untuk tenaga pendamping sebagai pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) di kecamatan.

c. Belum tersedianya data Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang akurat dan belum online data penduduk Indonesia.

d. Gambaran masalah sosial di seluruh wilayah Indonesia belum akurat. e. Belum merata dan masih ada diskriminasi anggaran untuk pelayanan sosial

baik anggaran APBN maupun APBD.

f. Program Keluarga Harapan (PKH) masih bersifat mencoba-coba yang bisa di anggap meniru program internasional yang di kenal dengan namaconditional cash transfers (CCT) atau program bantuan tunai bersyarat.

g. Belum memadainya sumber daya manusia baik yang di pusat maupun daerah yang mempunyai kemampuan merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program.

h. Belum ada atau jelasnya undang-undang, peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, ataupun peraturan daerah yang mendukung dan memperkuat Program Keluarga Harapan (PKH).

Pelaksanaan PKH di Propinsi Sumatera Utara meliputi tiga kabupaten/kota yakni Medan, Nias, dan Tapanuli Tengah sebagai daerah percontohan dengan total 33 kecamatan. Khusus untuk Kota Medan, ada 11 kecamatan yang telah memberlakukan Program Keluarga Harapan, termasuk Kecamatan Medan Sunggal. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


(22)

dengan mengangkat judul “Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disebutkan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian dari proposal penelitian ini adalah “Bagaimana evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah menjawab perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, yakni untuk mengetahui evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Secara subjektif, sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah tentang evaluasi kebijakan.

2. Secara praktis, sebagai masukan pemikiran bagi Kecamatan Medan Sunggal.

3. Secara akademis, sebagai bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun bahan perbandingan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian di bidang yang sama.


(23)

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah kebijakan yang diambil oleh aktor kebijakan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak.Kebijakan publik adalah strategi terhadap sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah. Kebijakan publik merupakan suatu bentuk intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan kelompok yang kurang beruntung dengan mengatakan bahwa public policy is strategic use of resources to alleviate national problems or governmental concerns. Dapat diartikan bahwa kebijkan publik adalah pemanfaatan sumberdaya bagi masyarakat agar mereka dapat hidupdan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.

Menurut Anderson dalam Tangkilisan (2003:16), kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah:

1. Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.

2. Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.

3. Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan.


(24)

4. Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu atau bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu.

5. Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Proses pembuatan kebijakan publik dibagi menjadi beberapa tahap (Winarno, 2008: 32-34), yaitu:

1. Penyusunan Agenda

Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ruang untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah publik dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak mendapatkan alokasi sumber daya publik lebih daripada isu lain.

2. Formulasi Kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan.Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik.Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan


(25)

masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

3. Adopsi/Legitimasi Kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah. Namun warga negara harus mempercayai bahwa tindakan pemerintah tersebut sah serta memberi dukungan.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Melalui proses inilah masyarakat belajar untuk mendukung pemerintah.

4. Implementasi Kebijakan

Implementasi merupakan aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan suatu kebijakan publik yang telah ditetapkan dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan.

5. Penilaian/Evaluasi Kebijakan

Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi, dan dampak.Dalam hal ini, evaluasi dipandang sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap perumusan masalah-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan


(26)

untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap dampak kebijakan.

1.5.2 Evaluasi Kebijakan

Evaluasi dilakukan untuk menilai kinerja suatu kebijakan.Evaluasi dapat dilakukan setelah kebijakan berjalan cukup waktu.Evaluasi kebijakan dalam perspektif alur proses/siklus kebijakan publik menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan, sehingga sudah sewajarnya jika kebijakan publik yang telah dibuat dan dilaksanakan, lalu dievaluasi. Dari evaluasi akan diketahui keberhasilan atau kegagalan sebuah kebijakan sehingga secara normatif akan diperoleh rekomendasi apakah kebijakan dapat dilanjutkan, perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, atau bahkan dihentikan. Evaluasi juga menilai keterkaitan antara teori (kebijakan) dengan prakteknya (implementasi) dalam bentuk dampak kebijakan, apakah dampak tersebut sesuai dengan yang diperkirakan atau tidak.Dari hasil evaluasi pula kita dapat menilai apakah sebuah kebijakan/program memberikan manfaat atau tidak bagi masyarakat yang dituju.Fungsi evaluasi sangat dibutuhkan sebagai bentuk pertanggungjawaban publik, terlebih di masa masyarakat yang semakin kritis menilai kinerja pemerintah.

Berbicara mengenai jenis atau tipe kebijakan, Sugiono dalam Maraya(2011:9) membedakan evaluasi kebijakan publik atas dua bagian, yaitu sebagai berikut:


(27)

Evaluasi proses dilakukan dengan memusatkan perhatian pada pertanyaan bagaimana program dilaksanakan. Evaluasi ini memiliki konsekuensi berupa output. Output adalah barang, jasa, atau fasilitas lain yang diterima oleh kelompok masyarakat tertentu, baik kelompok sasaran atau kelompok yang bukan sasaran dari kebijakan. Output biasanya berupa dampak jangka pendek.Evaluasi ini bertujuan untuk menilai tingkat kepatuhan pelaksana atau standar aturan.Umumnya evaluasi ini bersifat kualitatif dan menggunakan model-model implementasi beserta variabelnya.

b. Evaluasi Dampak (Summative Evaluation)

Evaluasi dampak dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah dicapai dari program. Evaluasi ini bisa dilakukan sebelum program diimplementasikan (sering disebut analysis, assessment, estimasi, prediksi, atau perkiraan) atau sesudah diimplementasikan.Dampak adalah akibat yang dihasilkan dari suatu intervensi program pada kelompok sasaran (baik akibat yang diharapkan atau tidak diharapkan), dan akibat tersebut mampu menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok sasaran (impact).Umumnya, perubahan kondisi fisik dan sosial jangka panjanglah yang menjadi output evaluasi dampak.Evaluasi dampak dapat menggunakan pendekatan deskriptif, eksplanatif, dan kausal.

Hal-hal yang dapat diperhatikan dalam melakukan evaluasi dampak:

a. Dimensi-dimensi dampak 1) Waktu


(28)

Dimensi ini penting karena:

- Kebijakan dapat memberikan dampak sekarang dan yang akan datang.

- Semakin lama periode waktu semakin sulit mengukur dampak. Ini disebabkan karena hubungan kualitas semakin kabur sehingga faktor lain yang akan dijelaskan semakin banyak. Jika efek terhadap individu terlalu lama, maka akan kesulitan menjaga track record individu dalam waktu yang sama.

- Semakin terlambat sebuah evaluasi dilakukan akan semakin sulit mencari data dan menganalisis pengaruh program yang diamati.

2) Selisih antara dampak aktual dengan yang diharapkan

Evaluator selain memperhatikan efektivitas tujuan, perlu pula memperhatikan:

- Berbagai dampak yang tak diinginkan.

- Dampak yang hanya sebagian saja dari yang diharapkan. - Dampak yang bertentangan dari yang diharapkan. 3) Tingkat agregasi dampak

Dampak juga bersifat agregatif artinya bahwa dampak yang dirasakan secara individual akan dapat merembes pada perubahan di masyarakat secara keseluruhan.

b. Persoalan yang berkaitan dengan program Beberapa persoalan yang ada yaitu:


(29)

1) Wilayah (scope) program: nasional, provinsi, lokal, dan sebagainya.

2) Ukuran program: berapa individu yang dilayani untuk setiap satuan wilayah program.

3) Kebaruan program: apakah dampak yang diharapkan merupakan sesuatu yang baru.

c. Unit-unit pendampak

Unit sosial yang dapat terkena dampak kebijakan:

1) Dampak individual: biologis (penyakit, cacat fisik, dan sebagainya), fisiologis (stress, depresi, cinta, emosi, dan sebagainya), lingkungan hidup (tergusur, pindah rumah, dan sebagainya), ekonomis (naik turunnya penghasilan, harga, keuntungan, dan sebagainya), sosial, serta personal.

2) Dampak organisasional: langsung (terganggu atau terbantunya pencapaian tujuan organisasi) dan tak langsung (peningkatan semangat kerja dan disiplin).

3) Dampak pada masyarakat.

4) Dampak pada lembaga dan sistem sosial. d. Karakteristik evaluasi

Evaluasi harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Evaluasi harus empirik, tidak spekulatif, hipotetik, atau asumtif teoritik.


(30)

3) Rasional, harus sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan di depan pakar.

4) Kajian harus dilakukan dari berbagai aspek.

5) Handal dan sahih baik dalam analisis, ketersediaan data, dan reliabilitas datanya.

Evaluasi dampak dilakukan untuk melihat beberapa hal:

1. Menentukan apakah program telah membawa dampak yang diinginkan terhadap individu, rumah tangga, dan lembaga.

2. Menilai apakah dampak tersebut berkaitan dengan intervensi program.

3. Mengeksplor akibat yang tidak diperkirakan baik positif maupun negatifnya.

4. Permasalahan yang disoroti pada bagaimana program mempengaruhi peserta program dan apakah perbaikan kondisi peserta program benar-benar disebabkan oleh program ataukah faktor lain.

Melihat dimensi dampak yang begitu penting dalam proses evaluasi, dampak juga memiliki tipe utama dari segi mana dampak dilihat, antara lain:

1. Dampak pada kehidupan ekonomi: penghasilan, nilai tambah, dan sebagainya.

2. Dampak pada proses pembuatan kebijakan: apa yang akan dilakukan pada kebijakan berikutnya.


(31)

3. Dampak pada sikap publik: dukungan pada pemerintah dan program.

4. Dampak pada kualitas kehidupan individu, kelompok, dan masyarakat yang bersifat non ekonomi.

Untuk melakukan evaluasi terhadap program yang telah diimplementasikan, ada beberapa metode evaluasi yakni single program

after-only, single program before-after, comparative after-after-only, dan comparative

before-after.

Tabel 1.2 Metode Evaluasi (Finsterbusch dan Motz dalam Subarsono 2009:128-130) JENIS EVALUASI PENGUKURAN KONDISI KELOMPOK SASARAN KELOMPOK KONTROL INFORMASI YANG DIPEROLEH Single Program

After Only Tidak Ya Tidak Ada

Keadaan Kelompok Sasaran Single Program

Before After Ya Ya Tidak Ada

Perubahan Kelompok Sasaran Comparative

After Only Tidak Ya Ada

KeadaanSasaran dan Bukan Sasaran Comparative

Before After Ya Ya Ada

Efek Program Terhadap Sasaran Evaluator dapat menggunakan kontrol selain kelompok eksperimen. Yang dimaksud kelompok eksperimen adalah kelompok yang mendapat program tetapi memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama dengan kelompok eksperimen. Evaluator juga dapat membandingkan kondisi sebelum dan sesudah diimplmentasikan suatu program atau hanya melihat suatu kondisi setelah suatu program diimplementasikan. Apabila evaluator menggunakan kelompok kontrol, karakteristik dan kelompok kontrol harus sama atau hampir sama dengan kondisi dan karakteristik kelompok eksperimen sebelum mendapat keberhasilan. Dengan


(32)

demikian dapat diketahui adanya perubahan pada kedua kelompok tersebut dalam kurun waktu mencari kelompok kontrol tersebut karena setiap masyarakat memiliki keunikan tersendiri.

Menurut Dunn (2003), secara umum evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria:

a. Efektivitas, keinginan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan supaya nilai-nilai yang diinginkan sampai kepada publik;

b. Kecukupan, berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijkan tingkat efektivitasnya memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya masalah, dimana didalam suatu kebijakan terdapat alternatif apa yang akan dilakukan bila kebijakan telah diimplemen tasikan;

c. Pemerataan, berkenaan dengan distribusi manfaat dari suatu kebijakan; d. Responsivitas, berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat

memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi target kebijakan; dan

e. Ketepatan, berkenaan dengan pertanyaan apakah kebijakan tersebut tepat untuk masyarakat.

1.5.3 Program Keluarga Harapan (PKH)

PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM) dengan kewajiban melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan.Tujuan PKH adalah untuk


(33)

mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta mengubah perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling miskin. Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:

1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi KSM. 2. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak KSM.

3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari KSM.

4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi KSM.

Bagan 1.1 Siklus PKH

Sumber:

Sejak tahun 2012, untuk memperbaiki sasaran penerima PKH, data awal untuk penerima manfaat PKH diambil dari Basis Data Terpadu hasil PPLS 2011 yang dikelola oleh TNP2K. Sampai dengan tahun 2014, ditargetkan cakupan PKH


(34)

adalah sebesar 3,2 juta keluarga. Penerima bantuan PKH adalah Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anakusia 0-15 tahun atau usia 15-18 tahun namun belum menyelesaikan pendidikan dasar dan/atau ibu hamil/nifas. PKH memberikan bantuan tunai kepada KSM dengan mewajibkan KSM tersebut mengikuti persyaratan yang ditetapkan program, yaitu:

1. Menyekolahkan anaknya di satuan pendidikan dan menghadiri kelasminimal 85% hari sekolah/tatap muka dalam sebulan selama tahun ajaranberlangsung.

2. Melakukan kunjungan rutin ke fasilitas kesehatanbagi anak usia 0-6 tahun, ibu hamil dan ibu nifas.

Hak peserta PKH adalah: 1. Menerima bantuan uang tunai.

2. Menerima pelayanan kesehatan (ibu dan bayi) di Puskemas, Posyandu, Polindes, dan lain-lain sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Menerima pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar Pendidikan Dasar 9 tahun sesuai ketentuan yang berlaku.

Selain itu, peserta PKH juga berhak mendapatkan layanan program Bantuan Sosial secara terintegrasi. Karena Peserta PKH merupakan kelompok yang paling miskin, maka idealnya peserta PKH juga secara otomatis mendapatkan program lainnya seperti Jaminan Kesehatan, Bantuan Pendidikan bagi Siswa Miskin, Beras untuk Rumah Tangga Miskin, dan sebagainya. Siswa dari keluarga peserta PKH seharusnya mendapatkan program Bantuan Siswa Miskin (BSM). Hal ini juga telah dicantumkan di dalam Pedoman Umum BSM Kemendikbud dan Kemenag. Selain itu, sudah ada surat edaran dari Dirjen


(35)

Pendidikan Islam No: Dj.1/PP.04/51.2014, Kementerian Agama mengenai prioritas anak peserta PKH untuk memperoleh BSM dari Kemenag.

Bantuan tunai hanya akan diberikan kepada KSM yang telah terpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam program. Agar pemenuhan syarat ini efektif, maka bantuan harus diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada keluarga yang bersangkutan (nenek, tante/bibi, atau kakak perempuan).Hal ini karena umumnya ibu bertanggung jawab atas kesehatan, nutrisi, dan pendidikan anak-anaknya. Pada kartu kepesertaan PKH akan tercantum nama ibu/wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Pengecualian dari ketentuan di atas dapat dilakukan pada kondisi tertentu dengan mengisi formulir pengecualian di UPPKH kecamatan yang harus diverifikasi oleh ketua RT setempat dan pendamping PKH.Sebagai bukti kepesertaan PKH, KSM diberikan kartu peserta PKH. Uang bantuan dapat diambil di kantor pos terdekat dengan membawa kartu peserta PKH dan tidak dapat diwakilkan. Sebagian peserta PKH menerima bantuan melalui rekening bank (BRI).

Dalam program PKH, besaran bantuan dipengaruhi oleh komposisi keluarga maupun tingkat pendidikan anak. Skenario bantuan yang diberikan menurut SK Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial No. 121/LJS/06/2013 tanggal 18 Juni 2013 Perihal Penetapan Perubahan Bantuan tetap dan Bantuan Komponen PKH, yaitu:

Tabel 2.2 Skema Bantuan per RTSM pertahun

Skema Bantuan Bantuan per RTSM pertahun


(36)

Bantuan bagi RTSM yang memiliki:

a. Anak usia di bawah 6 tahun dan/atauIbu hamil b. Anak usia SD/MI

c. Anak usia SMP/MTs

Rp. 1.000.000 Rp. 500.000 Rp. 1.000.000

Rata-rata bantuan per RTSM Rp. 1.390.000

Bantuan minimum per RTSM Rp. 800.000

Bantuan maksimum per RTSM Rp. 2.800.000

Sumber:

Setiap bantuan yang diterima oleh peserta PKH memiliki konsekuensi sesuai komitmen yang ditandatangani ibu penerima pada saat pertemuan awal. Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya dalam satu triwulan, maka besaran bantuan yang diterima akan berkurang 10% dari jumlah bantuan yang diterima dalam satu triwulan.

Ketentuan tersebut berlaku secara tanggung renteng untuk seluruh anggota keluarga penerima bantuan PKH, artinya jika salah satu anggota keluarga melanggar komitmen yang telah ditetapkan, maka seluruh anggota dalam keluarga yang menerima bantuan tersebut akan menanggung akibat dari pelanggaran ini. Peserta dapat menggunakan bantuan PKH untuk keperluan apa saja asal mereka memenuhi syarat pendidikan dan kesehatan. Penggunaan uang bantuan tidak dimonitor oleh program.

PKH dilaksanakan oleh UPPKH Pusat, UPPKH Kabupaten/Kota dan Pendamping PKH. Masing-masing pelaksana memegang peran penting dalam menjamin keberhasilan PKH, yaitu:


(37)

pengawasan perkembangan yang terjadi di tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang dibutuhkan.

2. UPPKH Kab/Kota - melaksanakan program dan memastikan bahwa alur informasi yang diterima dari kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan baik dan lancar. UPPKH Kab/Kota juga berperan dalam mengelola dan mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan. 3. Pendamping - merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima

manfaat dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas Pendamping termasuk didalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan, dan mendampingi para penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya.

Dalam pelaksanaan PKH terdapat tim koordinasi yang membantu kelancaran program di tingkat provinsi dan PT. Pos yang bertugas menyampaikan informasi berupa undangan pertemuan, perubahan data, pengaduan, serta menyampaikan bantuan ke tangan penerima manfaat secara langsung. Selain tim ini, terdapat lembaga lain di luar struktur yang berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan PKH yaitu lembaga pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan di tiap kecamatan dimana PKH dilaksanakan.

Pendamping merupakan aktor penting dalam menyukseskan PKH.Pendamping adalah pelaksana PKH di tingkat kecamatan. Pendamping diperlukan karena:

1. Sebagian besar orang miskin tidak memiliki kekuatan, tidak memiliki suara dan kemampuan untuk memperjuangkan hak mereka yang


(38)

sesungguhnya. Mereka membutuhkan pejuang yang menyuarakan mereka dan membantu mereka mendapatkan hak.

2. UPPKH Kabupaten/Kota tidak memiliki kemampuan melakukan tugasnya di seluruh tingkat kecamatan dalam waktu bersamaan. Petugas yang dimiliki sangat terbatas sehingga amatlah sulit mendeteksi segala macam permasalahan dan melakukan tindak lanjut dalam waktu cepat. Jadi pendamping sangat dibutuhkan. Pendamping adalah pancaindera PKH. Jumlah pendamping disesuaikan dengan jumlah peserta PKH yang terdaftar di setiap kecamatan.Sebagai acuan, setiap pendamping mendampingi kurang lebih 375 KSM peserta PKH. Selanjutnya, tiap-tiap 3-4 pendamping akan dikelola oleh satu koordinator pendamping. Pendamping menghabiskan sebagian besar waktunya dengan melakukan kegiatan di lapangan yaitu mengadakan pertemuan dengan ketua kelompok serta berkunjung dan berdiskusi dengan petugas pemberi pelayanan kesehatan, pendidikan, pemuka daerah, maupun dengan peserta itu sendiri.Pendamping juga bisa ditemui di UPPKH Kabupaten/Kota karena paling tidak sebulan sekali harus menyampaikan pembaharuan dan perkembangan yang terjadi di tingkat kecamatan.

Lokasi kantor pendamping sendiri terletak di UPPKH Kecamatan yang berada di kantor camat atau di kantor yang dekat dengan PT. POS dan/atau kantor kecamatan di wilayah yang memiliki peserta PKH. Pendamping melakukan berbagai tugas utama lainnya, seperti membuat laporan, memperbaharui dan menyimpan formulir, serta kegiatan rutin administrasi lainnya.

Meski Program Keluarga Harapan termasuk program jangka panjang, namun kepesertaan PKH tidak akan bersifat permanen. Dalam rancangan PKH


(39)

disusun exit strategy yang dilakukan melalui resertifikasi. Resertifikasi adalah proses evaluasi status kepesertaan PKH untuk menentukan apakah peserta masih layak atau tidak sebagai penerima bantuan. Resertifikasi dilakukan oleh UPPKH Pusat berkoordinasi dengan BPS dimana pelaksana program akan mendatangi peserta PKH dengan melihat secara langsung kondisi mereka dan mengajukan pertanyaan seperti pada saat registrasi awal, yaitu antara lain informasi dasar kepesertaan (nama, alamat, umur dan jenis kelamin), kondisi ekonomi peserta (pekerjaan saat ini, tempat bekerja dan penghasilan yang diterima), status pendidikan anggota keluarga (orang tua dan anak-anak), kondisi tempat tinggal, dan sebagainya. Data yang diperoleh dari hasil resertifikasi akan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan keberlanjutan kepesertaan dalam PKH. Proses resertifikasi dilakukan setiap tiga tahun, sebanyak-banyaknya dua kali selama kepesertaan suatu KSM dalam PKH. Tahap resertifikasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Resertifikasi pertama dilakukan ketika kepesertaan PKH berlangsung selama tiga tahun. Apabila hasil resertifikasi tahap ini menunjukan bahwa KSM masih berstatus miskin, maka KSM tersebut akan tetap menerima bantuan. Namun apabila hasil resertifikasi mengindikasikan bahwa KSM sudah mampu, maka status kepesertaan PKH akan dihentikan. Pengalaman negara lain menunjukkan bahwa pada resertifikasi pertama baru sekitar 15 persen dari total penerima bisa keluar dari program.

2. Resertifikasi tahap kedua dilakukan ketika kepesertaan PKH berlangsung sampai dengan 6 tahun. Jika dalam resertifikasi tahap kedua suatu KSM masih dalam status miskin, maka rumah tangga tersebut akan


(40)

dikoordinasikan untuk bergabung dengan program perlindungan sosial lainnya seperti asuransi kesejahteraan sosial (Askesos), program pemberdayaan keluarga fakir miskin, program pemberdayaan masyarakat, dan program-program pembangunan lainnya yang terkait. Sedangkan jika hasil resertifikasi mengindikasikan peserta sudah tidak miskin, maka mereka secara otomatis akan keluar dari status kepesertaan PKH.

Idealnya, peserta yang telah enam tahun berada di dalam program tidak lagi menjadi bagian dari program ini. Namun, ada pertimbangan bahwa penghentian selamanya kelompok pertama tanpa persiapan bukan keputusan terbaik bagi keluarga ataupun bagi program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Strategi harus dikembangkan terlebih dahulu guna memastikan bahwa PKH merupakan cara terbaik dalam mengatasi kebutuhan keluarga penerima bantuan program ini dan penanggulangan kemiskinan di Indonesia pada umumnya. Strategi seperti ini disebut proses transformasi. Dalam proses ini, resertifikasi tahunan akan dilakukan di tahun kelima partisipasi guna mengkaji status penghasilan keluarga. Resertifikasi di tahun kelima partisipasi dalam PKH akan memberikan cukup waktu kepada pengelola PKH untuk menyiapkan fase transformasi selanjutnya, dengan aturan-aturan berikut ini:

1. Keluarga PKH yang berdasarkan hasil resertifikasi masih miskin dan memenuhi kriteria kelayakan PKH akan masuk dalam fase transisi. Keluarga-keluarga ini akan menerima bantuan dana untuk tiga tahun lagi, bersama dengan program perlindungan sosial lainnya seperti Jamkesmas (asuransi kesehatan), BSM (bantuan pendidikan), Raskin (beras bersubsidi bagi rumah tangga miskin) dan lain-lain. Dalam proses transisi tiga tahun,


(41)

penerima bantuan akan menerima jumlah bantuan dana yang sama seperti yang diterima penerima bantuan PKH lainnya. Setelah tiga tahun dalam fase transisi, penerima bantuan otomatis akan keluar dari program tanpa proses resertifikasi.

2. Penerima bantuan PKH yang berdasarkan resertifikasi tidak lagi miskin dan/atau tidak lagi memenuhi kriteria kelayakan PKH tidak akan menerima PKH dan akan masuk dalam fase pelepasan, dimana mereka akan terus menerima program perlindungan sosial lainnya seperti Jamkesmas, BSM, Raskin, serta program peningkatan penghidupan dan pengurangan kemiskinan lainnya yang tersedia.

1.6 Definisi Konsep

Definisi konsep memberi batasan terhadap pembahasan dari permasalahan yang ditentukan oleh peneliti. Adapun definisi konsep dari penelitian ini adalah:

a. Evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Medan Sunggal adalah kegiatan mengevaluasi program PKH. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi dampak yaitu proses menilai dampak dari suatu kebijakan. Model evaluasi dampak yang digunakan adalah single program after only, dimana evaluai dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah dicapai dari program. Indikator evaluasi yang digunakan yaitu indikator menurut Dunn yang meliputi efektivitas, kecukupan, pemerataan, responsivitas, dan ketepatan.


(42)

(43)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Bentuk yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Metode deskriptif memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan kemudian menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian untuk mencoba menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Pendekatan kualitatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek kemudian dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandangan teoritis maupun praktis. Dalam pendekatan kualitatif ada dua hal yang ingin dicapai, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut, dan (2) menganalisis makna yang ada di balik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial itu.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kelurahan Sunggal dan Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.


(44)

2.3 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.

1. Informan kunci adalah yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan oleh peneliti.

2. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

Informan dalam penelitian ini adalah: 1. Informan kunci yaitu:

a. Pendamping PKH Kecamatan Medan Sunggal yaitu Yulisnina, S. Ag.

b. Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Medan Sunggal yaitu Drs. Ruslan Isra Pulungan.

c. Ketua Kelompok Ibu Penerima PKH Kelurahan Sunggal dan Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal yaitu Lista Mariani Malau dan Arifah.

2. Informan utama yaitu beberapa peserta PKH Kelurahan Sunggal dan Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal yaitu Indraweni, Zubaidah, Ratna Sari Dewi, dan Siti Kholizah.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Pengumpulan Data Primer


(45)

Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui :

a. Wawancara (in-depth interview), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara langsung dan mendalam untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam kepada pihak-pihak yang terkait.

b. Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh baik yang belum diolah maupun telah diolah, baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini, data-data sekunder yang diperlukan antara lain literatur seperti buku, artikel, makalah, peraturan, struktur organisasi, jadwal, waktu, petunjuk, pelaksana, petunjuk teknis, dan lain-lain yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti. Data sekunder diperoleh melalui:

a. Studi literatur/kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, majalah, dan berbagai bahan yang berhubungan dengan objek penelitian.


(46)

b. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengkajian dan penelaahan terhadap catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

2.5 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusunnya dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, memeriksa keabsahan, serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

Menurut Burhan Bungin (2012), terdapat beberapa aktivitas dalam analisis data yaitu :

1. Data reduction/reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis diapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus sejalan dengan pelaksanaan penelitian berlangsung. Proses reduksi data tidak harus menunggu semua data terkumpul untuk melaksanakan analisis namun dapat dilakukan sejak data masih sedikit sehingga selain meringankan kerja peneliti juga


(47)

memudahkan peneliti dalam melakukan kategorisasi data yang telah ada. Jika hal tersebut telah dilakukan data akan secara mudah dimasukkan dalam kelompok-kelompok yang telah dibuat oleh peneliti. Reduksi data adalah merangkum dan memfokuskan hal-hal yang penting dalam penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk mencari data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data display/penyajian

Penyajian bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan. Kegiatan reduksi data dan proes penyajian data adalah aktivitas-aktivitas yang terkait dengan proses analisis atau model interaktif. Dengan demikian, kedua proses ini berlangsung selama proses penelitian berlangsung dan belum berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun. Data display dilakukan untuk mempermudah peneliti memahami data yang diperoleh selama penelitian dibuat dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan, atau dalam bentuk tabel.

3. Conclusian/penarikan kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah usaha penarikan arti data yang telah ditampilkan.Pemberian makna ini dilakukan sejauh pemahaman peneliti dan interpretasi yang dibuatnya. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah dengan melakukan pencatatan untuk pola dan tema yang sama serta pengelompokan dan pencarian kasus negatif (kasus khas, berbeda, mungkin pula menyimpang).


(48)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kecamatan Medan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal berbatasan langsung dengan kecamatan Medan Selayang di sebelah selatan, kecamatan Medan Helvetia di sebelah utara, kabupaten Deli Serdang di sebelah barat, dan kecamatan Medan Baru di sebelah timur. Kecamatan Medan Sunggal merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 13,90 km2 dengan ketinggian wilayah sekitar 17-28 meter di atas permukaan laut. Ketinggian terendah berada di kelurahan Lalang dan ketinggian tertinggi berada di kelurahan Sunggal. Jarak kantor kecamatan ke kantor walikota Medan yaitu sekitar 8 km. Dari enam kelurahan di kecamatan Medan Sunggal, kelurahan Sunggal memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 4,93 km2 sedangkan kelurahan Simpang Tanjung mempunyai luas terkecil yakni 0,32 km2. Kecamatan Medan Sunggal yang dipimpin oleh seorang camat, saat ini terdiri dari 6 kelurahan yang terbagi atas 88 lingkungan, 86 RW, 263 RT dan 246 blok sensus.

Tabel 3.1 Monografi Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013 No Kelurahan Lingkungan RW RT Blok Sensus Luas

1 Tanjung Rejo 24 18 65 70 3.50 km2

2 Simpang

Tanjung

4 1 2 5 0.32 km2

3 Sei Sikambing B

22 28 68 51 2,84 km2

4 Sunggal 14 16 50 61 4.93 km2

5 Lalang 13 11 37 39 1.25 km2

6 Babura 11 12 41 20 1.06 km2

Jumlah 88 86 263 246 14.116

km2. Sumber: Kecamatan Medan Sunggal Dalam Angka 2014


(49)

Pada tahun 2012, kecamatan Medan Sunggal memiliki total 212 pegawai negeri yang dialokasikan di kantor camat dan instansi-instansi pemerintah lainnya dimana alokasi pegawai terbesar ada pada Puskesmas yakni sebanyak 96 pegawai. Sedangkan alokasi pegawai terkecil terdapat pada statistik yang hanya berjumlah 1 pegawai.

Tabel 3.2 Jumlah Pegawai Negeri di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013 (Jiwa)

No Instansi Golongan Jumlah

I II III IV Lainnya

1 Kantor Camat 1 10 17 1 8 37

2 KUA 0 0 6 0 0 6

3 Statistik 0 1 0 0 0 1

4 PPLKB 0 3 3 1 0 7

5 Pertanian 0 0 2 0 0 2

6 PD. Kebersihan 0 0 2 0 0 2

7 Puskesmas 0 18 70 8 0 96

8 Kelurahan 0 9 31 0 6 46

9 Dinas Pendidikan 0 1 6 8 0 15

Jumlah 1 42 137 18 14 212

Sumber: Kecamatan Medan Sunggal Dalam Angka 2014

3.2 Kependudukan

Kecamatan Medan Sunggal dihuni oleh 113.644 orang penduduk dimana penduduk terbanyak berada di kelurahan Tanjung Rejo yakni sebanyak 31.280 orang.Jumlah penduduk terkecil di kelurahan Simpang Tanjung yakni sebanyak 868 orang.Penduduk terdiri dari 55.717 orang laki-laki dan 57.927 orang perempuan. Berdasarkan kelompok umur, distribusi penduduk kecamatan Medan Sunggal relatif lebih banyak penduduk usia produktif serta rata-rata ART yaitu 4 orang.

Tercatat sebanyak 217 penduduk yang lahir sepanjang tahun 2013 di kecamatan Medan Sunggal, sedangkan 187 orang tercatat yang meninggal. Pada


(50)

tahun ini, mobilitas penduduk di kecamatan Medan Sunggal ini cenderung pada mobilitas datang yakni tercatat 466 orang datang dan 185 orang pindah dari kecamatan ini. Sebagian besar warga kecamatan Medan Sunggal berprofesi sebagai pedagang dan pegawai swasta.

Tabel 3.3 Data Kependudukan Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

No Kelurahan Jumlah

Penduduk Jumlah Rumah Tangga Jenis Kelamin (Lk) Jenis Kelamin (Pr)

1 Tanjung Rejo 31.280 7.236 15.144 16.136

2 Simpang Tanjung 868 167 466 402

3 Sei Sikambing B 23.285 5.371 11.357 11.928

4 Sunggal 30.782 7.169 15.264 15.518

5 Lalang 18.159 4.292 8.964 9.213

6 Babura 9.270 2.160 4.540 4.730

Jumlah 113.644 26.395 55.717 57.927

Sumber: Kecamatan Medan Sunggal Dalam Angka 2014

Tabel 3.4 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2013

N o

Kelurahan Pegawai Petani Pedagang Pensiunan Lainnya Negeri Swasta ABRI

1 Tanjung Rejo

786 2.720 385 8 2.652 373 318

2 Simpang Tanjung

9 56 2 0 91 8 7

3 Sei

Sikambing B

659 2.574 22 0 1.209 223 689

4 Sunggal 790 2.682 58 63 2.585 146 854

5 Lalang 267 1.828 43 24 1.720 80 335

6 Babura 317 1.156 10 0 363 105 212

Jumlah 2.828 11.016 520 95 8.620 935 2.415

Sumber: Kecamatan Medan Sunggal Dalam Angka 2014

3.3 Sarana dan Prasarana

Tercatat ada sejumlah fasilitas pendidikan di kecamatn Medan Sunggal yaitu sebanyak 21 TK swasta, 18 SD negeri, 26 SD swasta, 1 SLTP negeri, 21


(51)

SLTP swasta, 1 SLTA negeri, 12 SLTA swasta, 1 SMK negeri, dan 10 SMK swasta.. Tercatat sebanyak 6.450 siswa bersekolah di SD negeri dan 6.120 siswa bersekolah di SD swasta.Jumlah guru yang mengajar di SD negeri sebanyak 311 orang dan 404 orang guru mengajar di SD swasta.

Fasilitas kesehatan yang ada di kecamatan Medan Sunggal masih sedikit dan belum merata di tiap kelurahan.Tercatat bahwa di kelurahan Simpang Tanjung tidak ada satupun fasilitas rumah sakit, puskesmas, Pustu, dan Poliklinik/BPU yang bisa ditemui.Tenaga medis yang terdapat di kecamatan Medan Sunggal ini sudah cukup tersebar di tiap kelurahan dimana pendistribusiannya disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap kelurahan.Terdapat sebanyak 72 posyandu, 57 dokter, dan 23 bidan.Penduduk kecamatan Medan Sunggal tergolong sudah banyak yang berpartisipasi dalam penekanan angka penduduk. Terlihat dari sejumlah wanita usia subur, lebih dari setengahnya sudah menggunakan alat kontrasepsi.

Perusahaan industri di Medan Sunggal lebih didominasi oleh industri rumah tangga. Tercatat pada tahun 2013 terdapat 4 industri besar sedang, 20 industri kecil, dan 20 industri rumah tangga. Penyediaan listrik dari PLN dan penyediaan air dari PAM sudah mulai membaik. Tercatat sebanyak 23.305 rumah tangga yang berlanganan listrik PLN dan 23.305 rumah tangga yang berlangganan air PAM.

Sejumlah pasar dan pertokoan mulai cukup ramai mendukung kegiatan perekonomian di kecamatan Medan Sunggal diantaranya terdapat 3 pasar, 9 kelompok pertokoan, 28 mini market, dan 5 swalayan. Terdapat 10 SPBU, 1 agen minyak tanah, 36 bengkel sepeda motor, dan 45 bengkel mobil. Fasilitas keuangan


(52)

untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat mulai cukup ramai. Terdapat 23 bank, 2 leasing/finance kendaraan, 2 koperasi, dan 5 pegadaian.


(53)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Setelah melakukan penelitian dan mengumpulkan data melalui wawancara dan observasi atau pengamatan secara langsung, maka diperoleh data yang berkaitan dengan evaluasi Program Keluarga Harapan di Medan Sunggal.Penyajian data didapatkan melalui wawancara.Pihak-pihak yang diwawancarai yaitu Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Medan Sunggal, Pendamping PKH Medan Sunggal, dua ketua kelompok peserta PKH, dan empat peserta PKH.

Data yang diperoleh dikelompokkan menurut lima kriteria yaitu efektivitas, kecukupan, pemerataan, responsivitas, dan ketepatan. Data-data yang diperoleh peneliti melalui data primer akan disajikan dalam bentuk narasi atau deskriptif sesuai dengan kenyataan di lapangan. Data-data primer adalah hasil wawancara langsung dengan informan kunci dan beberapa kelompok sasaran sebagai informan utama, sedangkan data-data sekunder adalah dokumen-dokumen yang akan dipaparkan kembali oleh peneliti dengan cara mendeskripsikannya kembali.

4.1 Identitas Umum Informan

Setelah melakukan penelitian dan mengumpulkan data di lapangan melalui wawancara dan pengamatan secara langsung, maka diperoleh data informan yang


(54)

berkaitan dengan evaluasi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Sunggal yaitu:


(55)

1. Kepala Seksi (Kasi) Kesejahteraan Sosial yaitu Bapak Ruslan Isra Pulungan. Pada awalnya PKH ditangani oleh Kasi PMK (Pemberdayaan Masyarakat Kecamatan), Ibu Tio. Pada tahun 2013, beliau berpindah tugas ke Medan Perjuangan. Dalam rangka kekosongan, maka program PKH ini dialihkan oleh pimpinan ke Kasi Kesos. Setelah ada pengganti Kasi PMK yaitu Ibu Widya, PKH kembali ditangani oleh Kasi PMK dan berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan. Setahun kemudian Ibu Widya berpindah tugas ke Mentawai, maka program ini kembali dikoordinir oleh Kasi Kesos bekerjasama dengan pendamping yang ada di lapangan yang berada di bawah naungan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan. Sampai saat ini, karena Kasi PMK masih lowong dengan pelaksana tugas sementara Bapak T. Mahari Abdillah, Kasi Kesos tetap menangani dan memonitor PKH ini. Tugas Kasi Kesos yaitu berkoordinasi dengan pendamping yang ada di Medan Sunggal, menerima laporan-laporan yang dikerjakan oleh pendamping PKH, memonitor kehadiran pendamping PKH, dan bekerjasama dengan pendamping PKH dalam hal memantau pendistribusian bantuan yang disalurkan kepada peserta PKH. Laporan hasil kegiatan yang dikerjakan oleh pendamping di lapangan diberikan langsung kepada lembaga yang menaunginya yaitu Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan melalui kepala bidang yang mengelola tugas pokok dan fungsi PKH. Hanya saja karena pendamping selama ini berkoordinasi dengan Kasi Kesos, maka daftar hadir mereka diserahkan kepada Kasi Kesos dan diketahui oleh camat disertai dengan melampirkan daftar hadir harian dan laporan hasil


(56)

kegiatan atau pelaksanaan kegiatan PKH. Pada dasarnya pendamping PKH berkewajiban untuk menyampaikan laporan kepada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dan memberikan tembusan ke camat melalui Kasi Kesos sebagai alur koordinasi. Jadi Kasi Kesos sifatnya mewakili camat dalam membina dan membimbing para pendamping PKH karena mereka berada di wilayah Kecamatan Medan Sunggal.

2. Pendamping yaitu Ibu Yulisnina, S.Ag yang telah menjadi pendamping PKH sejak 2008.

No Nama Umur Pendidikan Menerima Bantuan

Sejak

Lokasi

3 Lista

Mariani (ketua kelompok)

42 thn SMP 2008 Sunggal

4 Indraweni 46 thn SD 2008 Sunggal

5 Ratna Sari D.

45 thn SD 2008 Sunggal

6 Arifah (ketua kelompok)

42 thn SMA 2008 Lalang

7 Zubaidah 39 thn SMA 2008 Lalang

8 Siti

Kholizah


(57)

4.2 Deskripsi Hasil Wawancara Tentang Evaluasi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Sunggal

Program Keluarga Harapan di Medan Sunggal telah dilaksanakan sejak 2008 dan masih bertahan hingga kini. Gambaran Program Keluarga Harapan di Kecamatan Medan Sunggal menurut Bapak Isra yaitu:

“Program Keluarga Harapan di Medan Sunggal sudah disalurkan atau didistribusikan kepada warga sasaran sehingga sasaran yang diinginkan oleh pemerintah dapat tercapai. Namun kita melihat ada kendala-kendala dalam hal pemanfaatan bantuan oleh rumah tangga sasaran misalnya penggunaan setelah menerima bantuan yang perolehannya tidak digunakan oleh rumah tangga kepada apa yang dimaksud sebagai tujuan dari program artinya di luar dari tujuan awal, misalnya bantuan untuk keperluan anak untuk menunjang pendidikan atau sekolah yang digunakan untuk belanja. Hal ini berkaitan dengan mental masyarakat penerima bantuan PKH dan disarankan ini perlu pengarahan dari pendamping. Hasil yang telah dicapai yaitu berkurangnya beban masyarakat dalam menanggulangi kebutuhan yang berkaitan dengan menjadikan anak-anaknya sebagai harapan baik melalui pendidikan sekolah dan kesehatan bagi anak usia dini. Hasil ini perlu lebih dimaksimalkan dengan lebih menyempurnakan pendataan awal untuk menentukan keluarga sasaran penerima PKH.”

Sedangkan pendamping PKH yaitu Ibu Yulisnina menuturkan:

“Program ini masih berjalan dengan lancar tidak ada masalah yang begitu besar meskipun dalam kenyataannya masih ada yang pro dan


(58)

kontra.Rata-sedangkan yang kontra adalah yang tidak menerima bantuan.Hasil yang dicapai KSM setelah mendapat PKH tentu sangat banyak.Mereka lebih menyadari pentingnya pendidikan dan kesehatan.Selain itu, masyarakat lebih berani berkomunikasi dan menyampaikan pendapat.”

4.2.1 Efektivitas

Efektivitas berkaitan dengan keinginan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan supaya nilai-nilai yang diinginkan sampai kepada publik.Efektivitas berkaitan dengan pertanyaan apakah hasil yang diinginkan telah tercapai.

Bapak Isra menuturkan bahwa pelaksanaan program belum sepenuhnya sesuai dengan tujuan awal diluncurkannya PKH karena ada kendala seperti yang disebutkan tadi yaitu masalah mental manusianya termasuk masyarakat dan pengelola. Sudah ada prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang baku namun disana-sini perlu penyempurnaan terutama berkaitan dengan penyempurnaan aparat penyelenggara baik dari pihak pendamping, pemerintah, dan pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan program ini. Inilah pentingnya policy dan pengawasan untuk mengawasi secara ketat penyaluran bantuan dan pemanfaatannya di rumah tangga.

Berbeda dengan Bapak Isra, Ibu Yulisnina justru mengatakan pelaksanaan program ini sudah sesuai dengan tujuan awalnya yaitu mengentaskan mata rantai kemiskinan.Prosedur-prosedur dan aturan-aturan sudah ada dan dalam pelaksanaannya sudah berjalan. Semua KSM harus memenuhi kewajibannya, misalnya yang mempunyai anak balita harus dibawa setiap bulan ke posyandu untuk hal kesehatan, bagi yang mempunyai anak usia sekolah harus tetap


(59)

melaksanakan pendidikannya di sekolah masing-masing. Pencairan di kantor pos sudah terjadwal satu kelurahan dalam satu hari. Jadi, sewaktu pencairan semua pendamping hadir setiap hari meskipun pada hari tersebut bukanlah jadwal pencairan wilayah binaannya. Hal ini dilakukan karena peserta yang tidak bisa mengambil dana sesuai jadwalnya dapat mengambilnya di hari berikutnya sedangkan pendamping harus membuat rekap harian jumlah KSM berdasarkan wilayah, tanggal, dan nominal yang mengambil dana PKH. Rekapan tersebut juga harus ditandatangani oleh pihak kantor pos.

Mengenai resertifikasi, Ibu Yulisnina mengatakan bahwa resertifikasi telah dilakukan pada tahun 2013.Pendamping diberi pelatihan sebelum membuat laporan resertifikasi. Data yang telah dihimpun oleh pendamping kemudian dikirim ke UPPKH Pusat dan dari pusat akan dikeluarkan hasil resertifikasi apakah bantuan diperpanjang (transisi) atau diberhentikan (graduasi). Saat hasil resertifikasi telah keluar, pendamping mendapat pelatihan lagi untuk menindaklanjuti hasil tersebut.Pertemuan pertama dilakukan dengan anggota dan mengundang tokoh lingkungan setempat (tolingset) untuk menyampaikan hasil resertivikasi.Peserta PKH yang terkena graduasi boleh mengajukan keberatan melalui formulir yang telah disediakan.Di pertemuan yang kedua, formulir keberatan yang telah diisi peserta harus mendapat persetujuan dan tanda tangan dari dua tolingset, ketua kelompok, dan pendamping.Peserta PKH juga ada yang menerima status graduasinya dan ada pula yang menolak.Hasilnya ada 14 peserta PKH yang mengalami graduasi saat resertifikasi. Namun hingga kini belum ada lagi instruksi dari pusat untuk kelanjutan proses resertifikasi.


(60)

Bapak Isra menuturkan TKSK (Tenaga Kerja Sosial di Kecamatan) yang berada di bawah binaan Disosnaker namun memiliki wilayah kerja di Medan Sunggal, Ibu Helena Saragih, dipertemukan dengan pendamping PKH untuk mensinergikan program-programnya karena mereka adalah pihak yang aktif di lapangan. Pihak Seksi Kesejahteraan Sosial yang terbatas tenaga akibat banyaknya tugas berusaha menggandeng mereka untuk bekerja sama. Ibu Yulisnina menjelaskan Pendamping berkoordinasi dengan TKSK untuk mendata peserta PKH yang belum memiliki Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) adalah kartu yang diterbitkan oleh Pemerintah sebagai penanda keluarga kurang mampu, sebagai pengganti Kartu Perlindungan Sosial (KPS).

Selain itu, Ibu Yulisnina juga mengakui tugasnya banyak terbantu dengan adanya ketua kelompok.Ketua kelompok berfungsi untuk menyampaikan informasi yang didapat pendamping dari UPPKH Kota kepada anggota kelompok.Informasi mengenai anggota kelompok yang mengalami perubahan data baik hamil, melahirkan, anaknya berpindah sekolah, tamat sekolah, atau meninggal didapat dari ketua kelompok.Setelah itu barulah pendamping melakukan pendataan.Ketua kelompok membantu pendamping untuk melaksanakan tugasnya terkait dengan informasi mengenai anggota kelompok karena keterbatasan pendamping dan banyaknya peserta yang ditanggungjawabi oleh pendamping yaitu 184 orang.

Mengenai pelaksanaan PKH, Ibu Indraweni berpendapat PKH di Medan Sunggal sudah baik karena mereka tidak pernah mendapat kesulitan.Ibu Lista juga menuturkan bahwa PKH ini sudah baik karena tepat sasaran dan yang dibantu juga ada yang meningkat ekonominya.Dia mengaku ada peningkatan dari rumah


(61)

yang tidak ada lampu, kamar mandi, sumur, dan rumah hampir rubuh kini sudah berubah bahkan memiliki sepeda motor.Ibu Zubaidah juga mengakui PKH sudah terlaksana dengan baik karena sebagian yang dibantu sudah ada yang maju dan terbantu walaupun ada yang belum maju juga.Ibu Ratna dan Ibu Siti juga mengaku hal serupa bahwa program sudah baik.

Mengenai prosedur, Ibu Indraweni berpendapat prosedurnya tentu ada.Petugas memilih siapa yang berhak menerima bantuan kemudian peserta diminta menyerahkan kartu keluarga dan KTP. Bantuan diberikan mulai dari hamil hingga usia 5 tahun kemudian dilanjutkan saat dia masuk sekolah hingga SMP. Peserta sudah paham prosedurnya karena dari awal sudah dijelaskan dari lurah dan pendamping.Program sudah terlaksana sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Proses tidak ada yang sulit karena petugas melihat sendiri keadaan masyarakat yang sudah sulit dari segi ekonomi jadi prosedurnya mudah saja. Namun untuk syarat harus ke posyandu agak sulit dipenuhi karena ada ibu yang bekerja dan tidak sempat membawa anaknya. Menurut Ibu Lista, prosedurnya yaitu kartu keluarga dan KTP. Peserta sudah dijelaskan semua prosedurnya.Program sudah terlaksana sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.Prosedurnya hanya sekedarnya saja dan tidak memberatkan. Menurut Ibu Zubaidah, prosedur awalnya disurvei ke rumah masing-masing, dilihat kondisi rumah dan isinya, serta pekerjaan suami dan istri. Peserta sudah mengetahui prosedurnya karena ada sosialisasi pertama tentang PKH.Program sudah terlaksana sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Bantuan ini gampang-gampang sulit karena prosedurnya harus dipenuhi dan bila dilanggar akan mendapat denda. Ibu Arifah menuturkan awalnya kelurahan melakukan


(62)

peninjauan kemudian meminta KTP dan kartu keluarga. Dari awal peserta yang sudah disurvei dikumpulkan di kantor lurah untuk mendapat penjelasan jadi saya mengetahuinya. Program sudah terlaksana sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.Syaratnya gampang saja karena hanya KTP dan kartu keluarga.Ibu Ratna menuturkan awalnya peninjauan dilakukan oleh pemerintah.Karena anak banyak dan rumah juga masih sewa, maka dia dipilih menjadi peserta.Peserta juga telah paham mengenai program karena memang sudah dari awal diberitahu syarat-syaratnya.Program sudah terlaksana sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.Prosedur tidak ada yang menyulitkan.Syarat untuk ke sekolah dan posyandu juga diberikan demi masyarakat sendiri. Masyarakat sudah susah jadi kalau mau berubah nasibnya memang harus sekolah. Sewaktu pencairan dana di kantor pos, setiap kelurahan diberi giliran satu hari. Ibu Siti juga menuturkan awalnya kepala lingkungan memberikan kupon.Kemudian dari kelurahan memeriksa ke rumah masing-masing untuk melihat cocok atau tidak mendapat bantuan.Kemudian anak harus sekolah tidak boleh absen dan balita diperiksa ke posyandu.Semua prosedur sudah disampaikan dan saya sudah paham.Program sudah terlaksana sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.Prosedur seluruhnya tidak ada yang memberatkan.

Sebagai pelayan publik yaitu pendamping, Ibu Yulisnina mengaku peserta harus didampingi saat pencairan dana karena pihak kantor pos tidak mengetahui nominal uang yang dikeluarkan. Selain itu perlu pendamping untuk memastikan bahwa orang yang mengambil dana adalah orang yang benar dan tidak digantikan oleh orang lain. Kemudian, pendamping jugalah yang mengisi nama dan nominal uang pada formulir pencairan dana. Awalnya pendamping melakukan verifikasi


(63)

data dan mengumpulkan hasilnya kepada operator di UPPKH Kota.Setelah dikelola operator, pendamping kembali melakukan cross check pada data dan akhirnya dilakukan closing data. Akhirnya terbitlah keterangan nama dan nominal uang yang didapatkan masing-masing KSM dan dari keterangan tersebutlah nantinya pendamping mengisi formulir pencairan dana. Saat pertemuan kelompok sebelum pencairan, biasanya hasil keterangan tersebut langsung diumumkan oleh pendamping sehingga bila ada pemotongan dan KSM tidak mengetahuinya, pendamping langsung bisa menjelaskan dan membuktikannya lewat formulir verifikasi ke fasdik dan faskes.Masyarakat juga didampingi ke posyandu karena adanya rasa minder.Dalam bayangan mereka, kader-kader posyandu kurang ramah, namun setelah ada PKH mereka mau tidak mau memang diharuskan datang.Selain itu, pendamping juga melakukan monitoring terhadap konsistensi peserta dalam memenuhi kewajibannya.Bahkan, beberapa peserta PKH dijemput oleh pendamping ke rumah masing-masing agar membawa anaknya ke posyandu.Beberapa peserta terkadang tidak membawa anaknya ke posyandu karena anaknya sakit dan tidak bisa diimunisasi atau ibunya bekerja.

Mengenai para pelayan publik, Ibu Indraweni mengatakan para pelayan publik sudah melaksanakan tugasnya dengan benar.Apapun informasi yang ada, mereka cepat memberitahunya.Peserta tidak pernah tidak mengerti ataupun tidak datang dalam kegiatan PKH misalnya kunjungan ke posyandu karena selalu dikabari bahkan dijumpai hingga ke rumah.Ibu Lista juga berpendapat petugasnya sudah melaksanakan tugasnya dengan baik karena mereka turun langsung ke lapangan. Peserta ditanyai apa pendapatnya peserta melalui pertemuan dan aspirasinya diterima dan ada realisasinya. Ibu Zubaidah berpendapat petugas


(64)

sudah melaksanakan tugas sesuai fungsi karena setiap ada masalah selalu dikonsultasikan dengan pendamping dan saran yang diberikan sesuai dengan yang diinginkan.Ibu Arifah mengatakan petugas sudah baik melaksanakan tugasnya karena semua sudah dipenuhinya seperti membuat pertemuan untuk menyampaikan informasi dari atasan.Ibu Ratna juga menuturkan hal serupa bahwa petugasnya baik-baik dan ramah, peserta tidak pernah ada kendala dengan mereka.Menurut Ibu Siti petugas ramah dan segala informasi juga disampaikan lewat ketua kemudian ketua nantinya datang ke rumah-rumah untuk menyampaikan informasi dari pendamping.

Mengenai pencapaian hasil atau tujuan yang diinginkan sejak awal, Ibu Indraweni mengatakan bahwa tujuan sudah tercapai karena kondisi penerima bantuan sangat diperhatikan. Bahkan petugas sering mendatangi peserta untuk menanyakan apa masalah yang dihadapi peserta. Menurut Ibu Lista, tujuannya tercapai apalagi masyarakat yang kurang mampu ya jelas terbantu dan memang itulah tujuannya.Ibu Zubaidah berpendapat tujuannya belum tercapai karena memang bantuan yang diberikan tidak cukup.Pengeluaran lebih besar dari pendapatan.Ibu Arifah mengatakan tujuan dalam memutus rantai kemiskinan masih 50% karena masyarakat masih sepele untuk melaksanakan kewajibannya sehingga bantuan tidak maksimal.Ibu Ratna menuturkan tujuannya sudah tercapai karena memang dia benar-benar terbantu.Walaupun anaknya bersekolah di swasta karena tidak masuk negeri, anaknya tetap bisa bersekolah. Menurut Ibu Siti, tujuannya sudah tercapai. Sekarang kan zaman susah, semua kebutuhan mahal, dan suamipun kadang bekerja kadang tidak. Jadi benar-benar terbantu.


(65)

4.2.1 Kecukupan

Kecukupan berkaitan dengan hasil yang dicapai untuk memenuhi kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok tertentu dan berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijkan tingkat efektivitasnya memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menum buhkan adanya masalah, dimana di dalam suatu kebijakan terdapat alternatif apa yang akan dilakukan bila kebijakan telah diimplementasikan. Kecukupan berkaitan dengan pertanyaan apakah hasilnya telah memenuhi kebutuhan.

Bapak Isra menuturkan hasil yang dicapai belum 100% menjawab masalah kemiskinan yang ada di Medan Sunggal, mungkin berkisar 50-60%.Perlu pendataan ulang secara terus menerus karena ada kalanya seseorang dalam 3 bulan awal berada dalam posisi miskin namun tetap mendapat bantuan hingga bulan selanjutnya padahal statusnya sudah berada di atas garis kemiskinan. Di sisi lain, ada orang yang awalnya tidak miskin namun karena ada maslah seperti sakit atau bangkrut, dia lebih miskin yang lebih membutuhkan bantuan namun tidak mendapat bantuan karena tidak terdata saat program pertama kali diluncurkan. Kemudian, pendataan terhadap rumah tangga sasaran perlu lebih difokuskan kepada kriteria miskin yang sama antara dinas terkait. Misalnya miskin menurut Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana berbeda dengan miskin menurut BPS (Badan Pusat Statistik), berbeda pula dengan Departemen Sosial. Jadi perlu satu rumusan yang utuh tentang kriteria kemiskinan dan bisa diterima berbagai dinas yang menyelenggarakan pembangunan terkait pengentasan kemiskinan.


(66)

Ibu Yulisnina juga mengatakan hasil yang dicapai oleh program ini belum 100% karena bila sudah 100% program ini sudah dihapuskan.Masyarakat benar terbantu dari segi kemiskinan karena ada sejumlah uang yang diberikan, namun harus diakui juga bahwa jumlah uang yang diberikan belumlah sepadan dengan pengeluaran yang kini semakin mahal. Pendamping sudah memberi arahan pada peserta PKH untuk memanfaatkan dana sebaik-baiknya. Anak dari peserta PKH pada umumnya sudah mendapatkan BOS, maka pendamping mengarahkan peserta PKH agar menggunakan dana untuk membeli alat-alat sekolah, transportasi, dan uang saku anak.

Mengenai masalah yang teratasi dengan adanya PKH dilaksanakan di Kecamatan Medan Sunggal, Indraweni mengatakan masalah kemiskinan jelas terbantu, namun ada juga masyarakat yang masih belum mau melaksanakan kewajibannya dan tidak bisa dipaksakan.Ibu Lista berkata masalah yang teratasi yaitu bagi anak yang sulit sekolah menjadi terbantu dan balita pun lebih terjaga kesehatannya. Menurut Ibu Zubaidah, masalah yang terbantu yaitu anak sekolah dan ibu hamil. Karena ada PKH, ibu yang melahirkan dibantu di rumah sakit jadi operasipun lebih mudah dan tidak banyak biaya.Balita juga terbantu setiap bulan untuk ke posyandu.Ibu Arifah mengakui program ini sudah tepat untuk menjawab masalah seperti kekurangan biaya membeli buku dan alat sekolah lainnya. Ibu Ratna berkata masalah yang teratasi yaitu pendidikan karena anak memang sedang sekolah dan butuh banyak biaya. Ibu Siti mengatakan masalah yang teratasi yaitu masalah keuangan karena memang uang yang diterima digunakan untuk kebutuhan sehari-hari bahkan untuk membayar hutang yang ada.


(67)

Mengenai peningkatan pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan setelah adanya program ini, Ibu Indraweni mengatakan sebelum ada program, sekolah terasa sulit karena kurang biaya.Uangpun kadang ada kadang tidak.Namun karena biaya sekolah dibantu secara tetap, biaya terasa ringan.Ibu Lista berpendapat ada peningkatan.Anak yang biasanya sulit sekolah bisa terbantu.Uangnya bisa digunakan untuk membeli seragam sekolah. Untuk yang balita bisa membeli susu. Menurut Ibu Zubaidah, ada peningkatan. Dulunya bila anak sekolah sering absen tidak ada masalah tapi sekarang biaya dipotong.Begitu juga dengan kesehatan ibu hamil dan balita yang sekarang lebih diperhatikan.Ibu Arifah mengatakan sebelum ada program, masyarakat malas untuk ke posyandu namun sekarang semua pergi karena takut dipotong.Anak sekolah juga harus rajin bersekolah dan orang tua selalu mengingatkan bahkan memaksa untuk pergi ke sekolah.Ibu Ratna berkata melihat kondisi ekonomi keluarga, awalnya dia merasa tidak mampu menyekolahkan anak apalagi anaknya tidak masuk sekolah negeri.Tapi program ini sudah sangat membantu dalam hal sekolah.Ibu Siti menuturkan dari kesehatan tidak ada perubahan karena memang anak jarang ada masalah dalam kesehatan.Dari pendidikan juga tidak ada perubahan karena anak masih SD dan merupakan sekolah negeri.Selain memang bebas uang sekolah, anak saya memang selalu rajin sekolah.

4.2.2 Pemerataan

Pemerataan berkaitan dengan distribusi hasil atau manfaat program bagi masyarat.Pemerataan berkaitan dengan pertanyaan apakah manfaatnya sudah merata dirasakan semua pihak.


(1)

- Lista: Bantuan tidak rata. Kalau banyak anak maka banyak bantuannya. Tergantung jumlah anak sekolah, balita, dan ibu hamil.

- Zubaidah: Bantuan berbeda karena menurut jumlah anak sekolah dan balita. Semakin banyak anak semakin banyak bantuan.

- Arifah: Bantuan tidak sama rata.

- Ratna: Bantuan berbeda-beda sesuai dengan peraturannya yaitu berdasarkan bayi dan anak sekolah.

- Siti: Bantuan yang terima berbeda-beda tiap penerima tergantung jumlah tanggungan.

29.Menurut Anda, apakah manfaat yang diterima dari Program Keluarga Harapan sama rata untuk semua keluarga sangat miskin?

- Indraweni: Manfaatnya sama karena petugas juga tidak pernah pilih kasih. Apabila ada informasi, disampaikan ke semua peserta jadi tidak dibeda-bedakan.

- Lista: Manfaat sama rata.

- Zubaidah: Manfaat sama rata dan tidak dibeda-bedakan. - Arifah: Manfaatnya merata karena semua dikumpulkan.

- Ratna: Manfaatnya ya sama sajalah untung membantu keuangan. - Siti: Manfaat sama rata bagi semuanya.

30.Menurut Anda, apakah Program Keluarga Harapan sudah menjangkau seluruh keluarga sangat miskin yang ada di Kecamatan Medan Sunggal?

- Indraweni: Semua yang kurang mampu mendapat program. Ada memang sebagian orang yang mengaku miskin namun tidak diberi bantuan karena setelah dilihat lagi ternyata dia memiliki kekayaan seperti rumah milik sendiri dan sepeda motor.

- Lista: Tidak semua yang terbantu namun ada banyak. Sebelumnya masyarakat ada yang mampu namun mendapatkan bantuan tapi kemudian diselidiki oleh petugas dan bantuan diambil kembali. Bagi yang tidak mampu namun belum mendapat bantuan juga diusahakan oleh petugas agar diberi bantuan.

- Zubaidah: Masih belum merata karena ada yang kurang mampu tapi tidak mendapat bantuan. Sewaktu survei keadaan masih bagus karena ada usaha seperti berjualan kemudian bangkrut dan tidak bisa berjualan karena tidak ada


(2)

modal jadi kurang biaya untuk anak sekolah. Namun, masyarakat yang mampu tidak ada yang mendapat bantuan.

- Arifah: Belum semua yang miskin mendapat bantuan mungkin karena ada kesalahan dari pendataan. Namun yang mendapat bantuan memang yang benar-benar miskin.

- Ratna: Yang saya tahu di sekitar saya sudah orang mampu semua jadi tidak ada yang mendapat bantuan. Tapi kalau di tempat lain saya tidak tahu.

- Siti: Belum semua yang kurang mampu mendapat bantuan karena merupakan orang pindahan. Ada juga warga yang mampu namun mendapat bantuan PKH dan katanya akan dicoret namanya. Ternyata dulunya penerima bantuan itu menyewa rumah namun karena mendapat rezeki sekarang sudah membangun rumah bertingkat.

31.Menurut Anda, apakah Program Keluarga Harapan yang dilaksanakan di Kecamatan Medan Sunggal sesuai dengan keinginan masyarakat?

- Indraweni: Saya sangat bersyukur dengan adanya program ini, bagaimana bisa saya bilang tidak sesuai dengan keinginan saya.

- Lista: Program ini sudah sesuai dengan keinginan saya pribadi. Saya berharap program ini berlanjut dan biayanya kalau bisa ditambahkan dan bantuan sampai SMA.

- Zubaidah: Program ini belum sesuai dengan keinginan karena saya berharap bantuan diteruskan sampai ke jenjang SMA.

- Arifah: Program ini belum sesuai karena ingin berlanjut ke SMA.

- Ratna: Sesuai dengan keinginan saya karena inikan bantuan uang, kami sebagai rakyat susah sangat membutuhkannya.

- Siti: Sudah sesuai dengan keinginan saya.

32.Menurut Anda, apakah pemerintah atau pemberi layanan memberi bantuan sesuai dengan keinginan dan harapan masyarakat sebagai penerima manfaat? - Indraweni: Pelayanan dari petugas juga sudah sesuai.

- Lista: Petugas sudah sesuai lah karena dekat dengan peserta dan mau mengunjungi secara pribadi.

- Zubaidah: Saya cukup puas dengan pelayanan dari petugas. - Arifah: Petugasnya sudah sesuai dengan keinginannya.


(3)

- Ratna: Semuanya sudah sesuai.

- Siti: Petugas keseluruhan sudah sesuai dengan keinginan.

33.Menurut Anda, apakah hasil yang telah dicapai dari Program Keluarga Harapan tersebut sudah memberikan manfaat kepada masyarakat (kelompok sasaran)?

- Indraweni: Hasil yang bermanfaat yaitu imunisasi anak-anak dan bantuan sekolah.

- Lista: Ya bermanfaat untuk sekolah dan kesehatan balita dan ibu hamil.

- Zubaidah: Iya bermanfaat seperti posyandu setiap bulan, bantuan biaya bagi operasi ibu melahirkan, dan biaya anak sekolah walaupun tiga bulan sekali tapi lumayan juga.

- Arifah: Selain manfaat dalam kesehatan dan pendidikan, program ini juga memberi pengalaman dan kesempatan untuk bertemu dengan pejabat-pejabat negara karena KSM pernah diundang untuk sosialisasi.

- Ratna: Manfaatnya sekarang saya sudah tidak bekerja di banyak tempat. Sebelumnya capek sekali karena mencuci di banyak rumah, sekarang sudah agak berkurang. Jadi ibu mencari uang untuk kebutuhan sehari-hari, bapak untuk membayar uang sewa rumah, dan bantuan ini untuk anak sekolah. - Siti: Manfaatnya yaitu mendapatkan uang. Uangnya untuk membeli beras dan

uang belanja.

34.Menurut Anda, apakah ada perubahan perilaku yang dialami masyarakat dari Program Keluarga Harapan tersebut?

- Indraweni: Perubahan perilaku saya tidak ada yang berubah, sama saja dari dulu.

- Lista: Setelah program ini, wawasan menjadi lebih luas, mudah bergaul karena banyak kenalan sehingga bisa berbagi pengalaman, dan lebih paham tentang organisasi.

- Zubaidah: Tidak ada perubahan perilaku bagi saya, biasa-biasa saja tetap seperti sebelumnya.

- Arifah: Perubahan yang ada, saya menjadi lebih bijak dan bisa menjelaskan hal-hal yang menyangkut PKH kepada peserta lain yang belum mengerti walaupun tidak sesempurna yang disampaikan oleh pendamping.


(4)

- Ratna: Sekarang lebih bersyukur sajalah. Kalau dulu semua dirasa sangat kurang tapi sekarang yang ada disyukuri dan dicukup-cukupkan dan tidak banyak mengeluh.


(5)

Dokumentasi Kegiatan

Foto 1 Wawancara dengan Pendamping PKH Kecamatan Medan Sunggal yaitu Yulisnina, S. Ag.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Foto 2 Wawancara Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kecamatan Medan Sunggal yaitu Drs. Ruslan Isra Pulungan.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Foto 3 Wawancara dengan Ketua Kelompok dan Peserta PKH Kecamatan Medan Sunggal


(6)

Foto 4 Kartu Peserta Program Keluarga Harapan

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Foto 5 Suasana Kunjungan ke Posyandu dan Monitoring Pendamping PKH

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Foto 6 Suasana Pertemuan Kelompok PKH