Perubahan Sosial dan Budaya Petani Sawit

(1)

BAB II

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

2.1Lokasi penelitian

2.1.1 Lokasi secara Administrasi

Secara administrasi, Desa Batang Pane-I, merupakan sebuah desa yang berada di kecamatan padang bolak, kabupaten padang lawas utara, provinsi sumatera utara. Luas wilayah desa Batang Pane-I adalah 3000 hektar atau 30 Km². berjarak kurang lebih ± 45 km arah utara dari kantor Camat Padang Bolak.

Adapun batas administratif desa Batang Pane-I adalah sebagai berikut

- Sebelah utara berbatasan dengan desa PTTN/ Perbaungan. - Sebelah timur berbatasan dengan desa ulok tano.

- Sebelah selatan berbatasan dengan desa Sionggotan. - Sebelah barat berbatasan dengan Siopuk Baru

Desa Batang Pane-I visi “IMAN MAKMUR”. Yang memiliki makna desa yang indah, aman,maju dan subur. Untuk mencapai visi tersebut, desa Batang Pane-I mempunyai misi sebagai berikut

 Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa  Menanam penghijauan di halaman masing-masing  Menjaga lingkungan dengan cara Siskamling  Giat bekerja

 Harus ada semangat untuk merubah diri sendiri  Manfaatkan setiap tetes air dan setiap jengkal tanah


(2)

Dengan demikian, diharapkan Desa Batang Pane-I menjadi Desa yang Indah,aman,maju dan subur.

Dibawah ini merupakan bagan susunan perangkat desa

Bagan 1. Struktur Perangkat Desa

(sumber : dokumen desa)

Pusat pemerintahan desa Batang pane-I terletak di RT V, tepat berada ditengah-tengah desa. Disini terdapat satu buah balai desa yang menjadi tempat

Sekretaris desa Beja

Nip. 196802052009061001

KAUR PEMERINTAHAN

MAKIMOTO

LKMD

GULAM SYAMI SIR

KETUA KARANG TARUNA

WARSIMIN, S.Pd KETUA BPD

R.NABABAN KAUR KESRA

SEMDAN

KAUR PEMBANGUNAN

H.SUKIMIN

KAUR KEUANGAN

PAHMININGSIH

KETUA BKPM POLMAS

WIJIANTO

KETUA PKK

MARSINI Plt. Kepala Desa


(3)

warga desa mengurus hal-hal yang berkaitan dengan birokrasi, seperti mengurus KTP, kartu keluarga dan lain sebagainya. Balai desa juga sering dijadikan tempat untuk berdiskusi atau rapat yang dihadiri oleh aparatur desa serta tokoh-tokoh desa. Tps sebagai tempat untuk memilih calon anggota legislative juga didirikan disini.

Gambar. 1. Kantor kepala desa/ balai desa

(sumber:dokumen pribadi)

Desa ini terletak disebuah padang ilalang dengan kandungan tanah Liat campur dengan batu gunung dan berkontur dataran rendah. Tetapi sekarang sudah tidak tampak lagi bekas padang ilalang tersebut dan sudah berubah menjadi rumah-rumah yang pekarangannya ditanami oleh pohon kelapa sawit dan pohon


(4)

karet. Mengingat wilayah desa ini merupakan tanah liat merah ,sangat sulit mendapatkan air ketika musim kemarau datang. Satu-satunya harapan masyarakat untuk mendapatkan air ketika musim kemarau adalah air dari sungai napanas yang berada di sebelah barat desa yang airnya berasal aliran-aliran kecil yang bergambung menjadi satu. Sungai napanas ini bertipe semi permanen, ketika musim hujan air sungai ini sangat melimpah ruah bahkan sampai kejalan karena sungai Napanas ini berada dipinggir jalan utama menuju desa Batang Pane-I. Sedangkan ketika musim kemarau, air sungai ini ada tetapi sedikit sampai dapat terlihat dasar sungainya.

Dengan demikian jelaslah bahwa desa Batang Pane-I terletak di daerah dataran rendah dengan kondisi tanah liat bercampur batu gunung yang mengandung asam tingg.Untuk mengatasi hal itu, pada masa pembukaan desa dilakukan pengkapuran oleh ahli tanah dari ITB. Hasilnya kandungan asam di tanah ini menjadi berkurang dan menjadi mudah ditanami tanaman. Pada awal pembukaan, pemerintah memberikan intruksi untuk warga menanam tanaman seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Tetapi, seiring berjalannya waktu warga lebih memilih menanam pohon sawit dan karet karena alasan lebih mudah merawatnya dan hasilnya lebih bernilai ekonomi tinggi.

Sebagian besar lahan yang ada di desa ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan pertanian dan permukiman. Berikut rincian pemanfaatan lahan desa Batang Pane-I :


(5)

Tabel I. Luas lahan menurut Peruntukan di Desa Batang Pane-I Tahun 2011

No Peruntukan Lahan Luas Presentase

1 Persawahan 0 Ha 0,00%

2 Perkebunan 2848 Ha 94,93%

3 Perumahan/permukiman 125 Ha 4,17%

4 Kolam/perikanan 0 Ha 0,00%

5 Perladangan 0 Ha 0,00%

6 Perkantoran/ sarana sosial 16 Ha 0,53%

a. Kantor/ Balai Desa 1 Ha 0,03%

b. Puskesmas 0,25 Ha 0,07%

c. Satu unit Mesjid 1 Ha 0,03%

d. Tujuh Unit Mushola 2 Ha 0,07%

e. Lapangan Bola 1 Ha 0,03%

f. Jalan Umum 5 Km 0,17%

g. Saluran Irigasi 0 Km 0,00%

h. Hutan Masyarakat 0 Ha 0,00%

i. Lahan Kosong 0 Ha 0,00%

j. Jalan Setapak 0,75 Ha 0,03%

Total 3.000 Ha 100,00%

(Sumber : dokumen desa)

Selain itu, ditengah-tengah desa tepat berada di depan balai desa terdapat sebuah lapangan olah raga terbuka seluas satu hektar. Dilapangan inilah selalu diadakan peringatan hari besar. Baik hari besar nasional ataupun hari besar keagamaan. Seperti peringatan hari kemerdekaan republik Indonesia. Kegiatan biasanya dimulai pada pagi hari dengan dilaksanakannya upacara yang dipimpin


(6)

oleh kepala desa serta diikuti oleh pelajar-pelajar mulai dari tingkat SD. Antusiasme masyarakat desa Batang Pane-I dari tahun ke tahun juga semakin tinggi. Menurut informan yang juga merupakan Kepala esa, jumlah warga yang mengikuti upacara peringatan kemerdekaan Indonesia tidak kurang dari 500 jiwa. Memang masih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk desa batang pane-I yang mencapai kurang lebih 2176 Jiwa.

Gambar 2. Lapangan bola yang berada ditengah-tengah desa

(Sumber : Dokumen Pribadi)

Pada peringantan hari besar nasional itu, tidak pernah terlewatkan acara-acara kesenian khas suku jawa seperti jarang kepang, pertunjukan wayang. Selain hiburan yang bertemakan kesukuan, panitia peringatan yang terdiri atas kaum mudi-mudi setempat juga mengadakan perlombaan dan pertandingan untuk masyarakat. Pertandingan dan atau perlombaan itu meliputi, panjat pinang, tarik tambang,lomba lari, balap karung, jalan cepat dengan mulut ngapit sendok yang


(7)

diatasnya terdapat kelereng, tari-tarian daerah, lomba lari untuk tingkat anak SD dan SMP. Sementara untuk tingkat dewasa, diadakan pertandingan bola volley yang diikutin oleh peserta perwakilan dari setiap lorong atau RW.

2.1.2 Lokasi secara kultural

Secara kultural tanah atau wilayah yang dihuni oleh warga transmigran Batang Pane-I berbatasan dengan wilayah budaya penduduk asli yaitu suku Batak Anggola. Desa ini dikelilingi oleh desa-desa yang mayoritas suku batak. Seperti desa ulok tano yang berada disebelah timur desa Batang Pane-I, terdapat kelompok masyarakat yang terdiri atas suku batak tapanuli selatan. Disebelah selatan juga berbatasan dengan sebuah desa bernama pembangunan yang merupakan kelompok masyarakat bersuku bangsa batak. Sedangkan untuk desa Batang Pane-I, mayoritas penduduknya adalah suku jawa. Menurut informan, suku jawa yang menghuni desa tersebut merupakan transmigran yang didatangkan dari pulau jawa pada pemerintahan orde baru (masa Presiden Soeharto). Walaupun suku jawa yang didatangkan dari pulau jawa berasal dari daerah yang berbeda-beda tetapi tetap memiliki budaya yang sama. Adapun daerah asal mereka seperti boyolali , magetan, Madiun, banyuwangi, klaten, bandung dan lain-lain.

Sementara, desa-desa yang mengelilingi desa Batang Pane-I merupakan suku asli Batak Anggola. Terdapat banyak perbedaan yang mencolok antara kedua kelompok masyarakat ini. Seperti bahasa. Bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat desa Batang Pane-I adalah bahasa Jawa Sumatera sedangkan bahasa yang digunakan oleh kelompok masyarakat yang menguni desa-desa disekitaran


(8)

desa Batang Pane-I adalah bahasa Batak Anggola. Tetapi, dalam hal agama kedua kelompok masyarakat tersebut memeluk agama islam dengan tradisi masing-masing dari nenek moyang mereka. Walaupun ada beberapa warga yang beragama Kristen atau menganut sebuah keperacayaan tetapi jumlahnya tidak banyak.

Perbedaan lainnya terlihat dari bentuk-bentuk bangunan atau rumah antara kedua kelompok masyarakat ini. Bangunan rumah suku Batak banyak yang bermodel panggung sedangkan untuk rumah-rumah suku Jawa bermodel semi permanen bahkan sudah banyak yang bermodel permanen.Menurut informan, rumah bermodel tidak panggung yang dimiliki oleh warga suku Jawa merupakan bawaan dari tradisi pemberian jatah oleh pemerintah. Sehingga menjadi kebiasaan apabila warga suku Jawa yang bermukim di Desa Batang Pane-I ini membangun rumah bermodelkan tidak panggung. Selain itu, bila kita berjalan-jalan ke kampung yang dihuni oleh orang Batak banyak dijumpai sebuah kedai kopi yang pada malam dan sore hari ramai dikunjungi oleh bapak-bapak sekedar untuk bercerita atau bermain kartu dan catur. Sementara, di kampung jawa, tidak banyak kedai kopi yang bisa kita jumpai. Ketika penulis mengadakan penelitian, hanya ada satu kedai kopi di desa ini. Terletak dipersimpangan dekat lapangan bola.Itupun pengunjungnya tidak seramai kedai kopi yang berada di kampung suku batak.

Dalam hal pernikahan, kedua suku bangsa tersebut juga sangat berbeda. Apabila di suku jawa tidak mengenal istilah membeli penganti wanita dengan nilai yang ditentukan oleh pihak pengantin perempuan, tetapi cukup memiliki mahar nikah. Menurut informan, yang juga merupakan penghulu sekaligus orang tua dari


(9)

mempelai perempuan, anaknya dilamar dan dinikahi oleh seorang pria hanya bermahar sebesar dua juta.

Hal diatas sangat berbeda pada suku batak. Sudah menjadi kewajiban mempelai pria menyiapkan uang yang dimaksudkan untuk membeli atau menganti mempelai perempuan. Harganya pun berbeda-beda sesuai dengan jenjang pendidikan yang sudah diraih oleh mempelai perempuan tersebut. Sebagai contoh, seorang perempuan dengan gelar sarjana dihargai sebesar ±30-an juta rupiah.

Dari keterangan diatas dapat kita lihat terdapat perbedaan yang mencolok mengenai kebudayaan antara suku Jawa dan suku Batak yang hidup berdampingan ini.

2.1.3 Lokasi secara Geografis

Desa Batang Pane-I terletak di sebuah dataran rendah dengan iklim tropis. Daerah ini mempunyai suhu 230-320 celsius dan berada diketinggian 450 M dari permukaan laut. Menjadikan daerah ini panas pada siang hari dan dingin pada malam hari. Seperti kebanyakan wilayah di Indonesia, Desa Batang Pane-I mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan September sampai februari dan musim kemarau terjadi pada bulan februari sampai bulan desember.

2.2Penduduk

2.2.1 Gambaran Umum penduduk

Desa Batang Pane-I merupakan sebuah desa transmigran yang dibuka oleh pemerintahan masa presiden Soeharto pada tahun 1981 sebagai program


(10)

pemerataan penduduk (transmigrasi). Suku mayoritas penduduknya adalah suku Jawa yang hampir 80 %, Sunda 15% dan sisanya merupakan suku Batak, Padang dan Makasar. Dengan demikian bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa. Jenis bahasa Jawa yang digunakan, menurut informan adalah bahasa Jawa Sumatera. Bahasa Jawa Sumatera, sekilas sangat mirip dengan bahasa Jawa yang digunakan oleh penduduk Jawa di Pulau Jawa. Tetapi terdapat beberapa kata yang berbeda, seperti kata ‘saya’. Dalam bahasa Jawa Sumatera, saya adalah aku, sedangkan dalam bahasa Jawa yang digunakan oleh suku Jawa di Pulau Jawa, saya adalah kulo.

Mayoritas penduduk desa Batang Pane-I adalah bermata pencaharian dibidang pertanian. Adapun tanaman utama mereka adalah sawit dan karet. Tetapi ada juga yang menanan sayur-sayuran walaupun jumlahnya sedikit. Selain bertani, ada juga beberapa profesi yang digeluti oleh masyarakat desa batang pane-I ini, diantaranya adalah Guru, Pegawai pemerintahan (aparatur kantor kepala desa), pedagang,bidan, tukang pangkas dan buruh tani.

Ketika pagi hari, bila kita berkeliling menyusuri jalanan di desa ini, akan tampak pintu-pintu rumah warga tertutup rapat. Hanya ada beberapa rumah saja yang pintunya terbuka. Mereka pada pagi hari banyak yang pergi bekerja di kebun sawit ataupun kebun karet sampai siang hari menjelang waktu dzuhur. Mengingat mata pencaharian warga di desa ini adalah bertani, maka kegiatan mencari nafkah banyak yang dihabiskan di ladang ataupun perkebunan sawit. Bagi warga yang mempunyai kebun karet, setiap pagi wajib pergi ke ladang untuk menyadap getah karet.


(11)

Menurut data RPJMdes (Rencana Penmbangunan Jangka Menengah Desa), dari 625 kepala keluarga yang ada di desa ini, ± 595 KK adalah petani. selebihnya sekitar 17 KK ada yang bekerja sebagai PNS, Wiraswasta, Tenaga Honorer/swasta dan lain-lain. Menurut data RPJMdes, dilihat dari tingkat penghasialan rata-rata masyarakat Desa Batang Pane-I tergolong kedalam tiga kategori (Miskin,menengah, dan kaya). Dari luas desa sebesar 3000 Ha dimiliki oleh :

- 316 Ha dimiliki oleh 26 KK dan masuk dalam kategori kaya

- 2474 Ha dimiliki oleh 522 KK dan masuk dalam kategori menengah - 77 Ha dimiliki oleh 77 KK dan masuk dalam kategori miskin

Kemampuan produksi perkebunan sawit di desa Batang Pane-I minimal adalah 400 Kg/Ha per 1x panen/ 2 minggu jika dalam satu bulan 2x panen, maka produksi sawit menjadi 0,8 ton/Ha/bulan. Kalau harga sawit berkisar Rp 1.100,- maka per hektar bisa menghasilkan Rp. 880.000,-.Karena satu KK petani miskin hanya memiliki satu Ha, maka penghasilan rata-rata petani KK miskin di desa Batang Pane-I hanya Rp. 10. 560.000/ tahun atau Rp. 880.000/bulan/ Kepala Keluarga. Sementara untuk warga yang masuk dalam kategori sedang, menghasilkan sekitar 4000 kg per bulan. Untuk keluarga yang masuk kategori kaya, perbulan bisa mendapatkan hasil sebesar 10000 kg sawit perbulan. Dengan demikian untuk keluarga sedang menghasilkan 52800000 pertahun. Dan untuk keluarga kaya 132000000 pertahun.


(12)

Bangunan rumah di desa ini berjumlah sekitar 625 unit yang terbagi atas tiga tipe rumah. Selain rumah juga terdapat beberapa bangunan yang tersedia di desa ini. Berikut adalah rincian bangunan yang ada di desa Batang Pane-I

Table 2. Jumlah dan jenis bangunan

No. Jenis Bangunan Jumlah keterangan

1 Rumah Batu (Permanen) 108 unit

2 Rumah setengah batu (Semi permanen) 415 unit

3 Rumah papan ( darurat) 102 unit

4 Sekolah dasar 2 unit

5 Sekolah menengah pertama 1 unit

6 Mesjid 1 unit

7 Mushola 7 unit

8 Pasar desa 1 unit

9 Kantor balai desa 1 unit

10 Perkuburan 1 unit Seluas 2 Ha

11 Gereja 1 unit

12 Selokan 1 unit Sepanjang 2 Km

13 Paud 1 unit

14 KUD 1 unit Terbengkalai

15 Madrasayah 1 unit

16 Pesantren 1 unit

17 Posyandu/ Puskesmas 1 unit Kurang Aktif

Jumlah 646 unit


(13)

2.2.2 Jumlah dan komposisi penduduk

Penduduk desa Batang Pane- I berjumlah 2176 jiwa. Yang terdiri atas 1188 jiwa laki-laki dan 988 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK), Desa Batang Pane-I dihuni oleh 625 Kepala Keluarga. Dari angkat tersebut dapat dihitung kepadatan penduduk sebagai berikut :

2176

30 �

1 ����

��² = 72,5333 ����/��

2(0,00073 ���� /�²)

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dan agama dapat terlihat pada tebel dibawah ini :

Tabel 3. Jumlah penduduk dan agama

NO Nama Desa

Jumlah Penduduk Agama

Lk Pr Total Islam Protestan Katolik Hindu Budha

1 Batang Pane -I 1188 988 2176 2131 0 45 0 0

Jumlah 1181 988 2176 2131 0 45 0 0

(sumber : dokumen desa)

2.3Sarana dan Prasarana 2.3.1 Kondisi Jalan

Simpang beragas adalah pintu utama ketika kita akan menuju desa batang pane –I ini, jarak desa dari simpang beragas ini ± 13 Km. sekitar ±9 Km berupa jalan aspal yang sudah terlihat bagus. Dan sisanya sekitar ± 4 Km berupa jalan


(14)

tanah dengan dilapisi bebatuan besar dan kerikil yang sering mengakibatkan mobil pengangkut sawit terpedam dan tergelincir karena kondisi jalan yang licin dan lembek serta lengket. Bila sudah terjadi hal seperti ini, dibutuhkan mobil atau traktor untuk menarik mobil pengangkut sawit tersebut. Kondisi atau kejadian seperti ini terjadi pada musim hujan. Dimana jalanan berubah menjadi kubangan air.

Sementara itu, pengaspalan jalan menuju desa batang pane-I yang hanya sepanjang ±9 Km baru dibangun pada tahun 2013 kemarin yang dibangun oleh pemerintah kabupaten Padang Lawas Utara bekerja sama dengan PT. ANJ. Menurut informan, telah terjadi kesepakatan bahwa pengerasan jalan menjadi tanggung jawab PT. ANJ dan untuk pengaspalan menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten. Jalan yang beraspal ini terbentang dari mulai simpang beragas sampai gerbang atau gapura desa batang Pane-I.

Table 4. Prasarana Perhubungan

No Jenis Prasarana Kuantitas/ panjang Keterangan

1 Jalan Kabupaten 45 Km Kondisi rusak kecil

2 Jalan Desa 10 Km Kondisi rusak

3 Jalan - Kondisi rusak

4 Jembatan 6 unit Kondisi rusak

(sumber : Dokumen desa)

Keadaan jalan desa secara umum sudah terlihat baik. Walaupun pada musim kemarau debu jalan sangat banyak mengingat jalan di desa ini masih


(15)

berupa tanah dengan dilapisi batu-batu besar dan kerikil. Tetapi pada musim hujan tiba jalanan-jalanan dibeberapa tempat mengalami kerusakan. Jalan menjadi lengket dan banyak genangan air. Hal ini menjadikan para pemakai jalan harus berhati-hati ketika melintasi jalanan yang rusak ini. Banyak sekali para pengendara yang jatuh ketika melintasi jalanan yang rusak ini. Ketika penulis melakukan penelitian, terlihat ada beberapa anak-anak yang berusia ± 11 tahun jatuh ketika melintasi titik jalan yang rusak tersebut.

Untuk mengatasi jalanan desa yang rusak tersebut, pemerintahan desa mengintruksikan kepada kepala RT untuk mengajak warganya bergotong royong memperbaikinya. Seperti jalan masuk menuju RT 9. Terlihat sudah mulai diperbaiki dengan cara membangun jalan berupa beton dengan lebar 3( tiga meter). Tetapi bagian tengah jalan beton ini kosong. Karena jalan ini dibuat sesuai dengan ukuran rentang panjang roda mobil dari satu titik ke titik yang lain. Hal ini dibuat untuk menghemat pengeluaran pembangunan jalan desa.

Jalanan desa dibangun dengan dana iuran yang dikutip dari warga. Setiap RT bertanggung jawab untuk memperbaiki dan merawat jalannya masing-masing. Setiap kepala keluarga dikenakan iuran wajib per dua minggu sebesar Rp. 5000-10000. Tetapi banyak juga anggota warga yang menyumbangkan dana lebih ataupun menyumbangkan material yang dibutuhkan untuk membangun jalan seperti batu, semen ataupun pasir. Hasilnya, menurut informan, telah terjadi perubahan jalan yang lumayan cepat. Dahulu, jalan-jalan desa sangat parah ketika musim hujan datang. Banyak mobil penganggkut sawit yang terpendam didalam kubangan air. Belum lagi sifat tanah di desa ini yang lengket dan licin.


(16)

tersebut. Walapun perbaikan hanya dengan cara menyebar batu berpasir (sertu) sudah terlihat jalanan tidak banyak yang berlubang ataupun lembek lagi.

Gambar 3. Jalan desa yang digenanggi air ketika musim hujan datang.

(Sumber: dokumen pribadi)

Hasilnya, menurut informan, telah terjadi perubahan jalan yang lumayan cepat. Dahulu, jalan-jalan desa sangat parah ketika musim hujan datang. Banyak mobil penganggkut sawit yang terpendam didalam kubangan air. Belum lagi sifat tanah di desa ini yang lengket dan licin. Menjadikan pengendara sepeda motor kesulitan melintasi jalan yang rusak tersebut. Walapun perbaikan hanya dengan cara menyebar batu berpasir (sertu) sudah terlihat jalanan tidak banyak yang berlubang ataupun lembek lagi.

Secara perlahan, penulis melihat kondisi jalan di desa ini telah banyak mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Walapun hanya pengerasan jalan


(17)

dengan cara menyebar batu berpasir, sudah mengurangi kelengketan tanah di sepeda motor khususnya bagian ban dan mengurangi jatuhnya pengendara sepeda motor ketika melintasi titik jalan yang rusak akibat dari licinnya jalan.

2.3.2 Alat Transportasi

Ketika tulisan ini dibuat, belum ada angkutan umum (bus,mikrolet,atau sejenisnya) yang merambah desa batang pane-I ini. Memang ada angkutan umum, tetapi tidak sampai masuk ke dalam desa. Hanya sampai di simpang tebu. Simpang tebu merupakan sebuah simpang yang menjadi pintu masuk ke desa Batang Pane-I dan jarak antara simpang ini ke desa ± 3Km. Di simpang ini terdapat sebuah gapuran dan sebuah warung kopi. Ketika waktu-waktu tertentu, tampak sebuah bus mini seukuran bus KUPJ ngetem di persimpanngan ini untuk menunggu penumpang. Walapun menurut informan yang mempunyai warung kopi di persimpangan tersebut, sangat jarang menumpang yang naik dari desa Batang Pane-I. Ada beberapa alasan yang diungkapkan oleh warga tidak mengunakan angkutan umum untuk berpergian ke kota.Alasan utama mereka karena angkutan umum tidak masuk kedalam desa.Sehingga menjadi ‘ tanggung’, karena harus berjalan menuju simpang tebu untuk menunggu angkutan umum yang datangnya tidak dapat diprediksi. Belum lagi waktu tempuh yang lama dibandingkan dengan mengunakan sepeda motor untuk mencapai kota. Karena alasan-alasan seperti itulah masyarakat lebih memilih mengunakan sepeda motor sebagai kendaraan untuk berpergian ke kota atapun ke pasar yang berada di simpang beragas.


(18)

Selain untuk berpergian ke kota, Warga desa juga mengunakan sepeda motor untuk menunjang kegiatan sehari-hari mereka. Mulai dari pergi ke ladang, sekolah, belanja ke warung, mengangkat pupuk, mengembala sapi dan lain sebagainya. Di desa ini anak-anak yang masih duduk dibangku kelas 6 SD sudah dapat dan diperbolehkan oleh orang tua mereka untuk mengendarai sepeda motor. Sudah menjadi pemandangan biasa jika di sore hari anak-anak usia ± 12 tahun berkeliling menyusuri jalanan desa dengan sepeda motor hanya untuk sekedar jalan-jalan sore bersama adik atau kawan-kawan mereka.

Terlihat juga jika pagi hari, anak-anak yang masih bersekolah tingkat menengah atas (SMA) mengunakan sepeda motor untuk menuju sekolah mereka yang berjarak ± 12 Km dari desa. Sepeda motor yang digunakan warga desa ini tergolong baru. Rata-rata tahun perakitan sepeda motor yang digunakan diatas tahun 2005. Hal itu tidak aneh mengingat mudahnya untuk memiliki kereta dengan cara kredit. Menurut informan, dengan membawa uang sebesar Rp. 500000 dan membawa foto copy KTP serta Kartu Keluarga ke dialer sepeda motor, sudah bisa membawa pulang satu unit sepeda motor. Bahkan banyak ada juga beberapa showroom sepeda motor yang menjajakan dagangannya dengan cara masuk ke desa membawa sepeda motor mengunakan mobil pick-up. Dalam bahasa jawa disebut diiderkan. Ini juga menambah kemudahan untuk mendapatkan sepeda motor.

Sistem kredit sepeda motor disini berjangka tahunan, mulai dari satu tahun hingga empat tahun. Cara pembayarannya perbulan. Misalkan satu buah sepeda motor tipe mio dengan harga kontan


(19)

Sudah menjadi hal biasa bila satu keluarga memiliki 3-5 sepeda motor. Tergantung berapa jumlah amggota keluarganya. Sebagai contoh, satu keluarga yang berjumlah 3 orang anak maka mereka memiliki 3 sepeda motor.

“… Jumlah kereta yang dimiliki oleh satu keluarga biasanya sama dengan jumlah anggota keluarga yang bisa mengunakan kereta. Sebagai contoh : satu keluarga ada 4 anggota keluarga. Maka mereka juga akan memiliki 4 kereta. (Beja, 44 tahun)

Kejadian seperti itu untuk keluarga kelas menengah yang mengandalkan sepeda motor untuk mendukung kegiatan mereka sehari-hari. Dari mulai pergi ke ladang, ke warung, sekolah, wirid mingguan, mengangkat pupuk dan lain sebagainya.

Untuk keluarga yang masuk kategori kaya, selain mengandalkan sepeda motor untuk menunjang kegiatan mereka sehari-hari, mereka juga memiliki satu unit mobil untuk memenuhi kebutuhan transportasi mereka. Mobil-mobil yang dimiliki oleh keluarga kaya desa Batang Pane-I minimal sekelas mobil avanza dengan tahun perakitan 2011. Ada juga yang sudah dapat membeli mobil mewah seperi Pajero Sport dan Fortuner. Selain sebagai barang simpanan mewah, mobil juga mereka gunakan untuk berpegian ke luar desa, seperti pergi ke kota untuk sekedar jalan-jalan, belanja dan mengurus keperluan birokrasi.

“… kalau untuk mobil, sudah banyak juga warga yang punya di desa ini. Kalau dirata-ratakan dapat dikatakan setiap RT itu ada warga yang sudah memiliki mobil. (Beja. 44 tahun)


(20)

Mobil juga menjadi alat transportasi jarak jauh seperti ke Kota Medan dan kota-kota besar lainnya di provinsi Sumatera Utara untuk mengantar atau menjemput anak mereka ketika datang musim libur atau musim tahun ajaran baru.Pada umumnya setelah tamat dari sekolah dasar, mereka langsung menyekolahkan anak mereka ke luar desa. Kota tujuan untuk menyekolahkan anak-anak mereka merupakan kota-kota besar seperti, Padang Sidempuan, Rantau Prapat dan Medan. Disana anak-anak mereka di kostkan atau diasramakan.

Mobil juga menjadi alat transportasi untuk mengantar orang yang sakit untuk berobat ke kota-kota besar yang memiliki rumah sakit betaraf nasional. Menginggat di desa ini belum memiliki rumah sakit. Dalam hal ini, tidak hanya keluarga kaya saja yang mengandalkan mobil. Keluarga menengah dan kurang mampupun mengandalkan mobil untuk keperluan mengantar anggota keluarga yang sakit. Untuk keluarga yang tidak memiliki mobil, biasanya mereka meminjam mobil lengakap dengan sopirnya untuk mengantarkan anggota keluarga yang sakit berobat di rumah sakit yang berada di kota-kota besar di provinsi sumatera utara. Sistem pemimjamannya sangat mudah. Pemiminjam tidak perlu membayar uang sewa mobil. Hanya membayar uang untuk membeli bahan bakar minyak dan membayar supir. Kadangkala juga ada beberapa pemilik mobil yang mengendarai sendiri mobilnya ketika dipinjam oleh warga yang membutuhkan mobil untuk mengantarkan anggota keluarga yang sakit. Sehingga tidak perlu membayar uang sopir dan hanya membayar uang untuk membeli bahan bakar minyak.


(21)

2.3.3 Energi Listrik

Jaringan listrik dari perusahaan listrik Negara atau PLN sudah merambah dan tersedia di desa ini. Hampir setiap rumah tangga mengandalkan sumber listrik dari PLN untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti menanak nasi, mencuci pakaian, memasak air, menyedot air, meyalakan televise dan kebutuhan lainnya. Keperluan penerangan warga desa juga mengandalkan sumber listrik dari PLN.

Pemerataan PLN terjadi pada tahun 2005, pada tahun ini banyak sekali warga yang memasang sumber listrik dari PLN. Sehingga saat ini hampir semua rumah tangga sudah memiliki sumber listrik dari PLN. Tetapi yang menjadi masalah adalah sering kali terjadi pemadaman listrik yang tidak terjadwal. Seperti dikatakan oleh informan :

“…Listrik neng Batang Pane kene sering mati. Mati e sak wayah-wayah. Kadang isuk pas sholat subuhKadang yo awan. Mbengi yo sering juga. (M. Zaenuddin, 54 tahun)

Padamnya listrik dan tidak terjadwal sangat menganggu kegiatan mereka sehari-hari, terutama yang membutuhkan sumber listrik. Menginggat saat ini warga desa Batang Pane-I untuk keperluan rumah tangga sudah mengunakan teknologi yang membutuhkan energi listrik. Seperti memasak nasi dan air. Masyarakat mengunakan rice cooker untuk memasak nasi dan mengunakan dispenser untuk memanaskan air. Waktu mereka untuk memasak pada umumnya adalah ketika pagi hari setelah sholat subuh sebelum mereka pergi ke ladang.Nasi dan teh panas menjadi hidangan sarapan pagi wajib mereka sebelum pergi ke


(22)

ladang. Ketika terjadi pemadaman listrik disaat-saat seperti itu sangat mengangu aktifitas mereka. Nasi menjadi tidak matang, tidak bisa memanaskan air dan alhasil, waktu mereka untuk pergi ke ladang menjadi molor.

Ketika terjadi pemadaman disiang hari juga sangat mengusik kenyamanan mereka beraktifitas. Biasanya ketika pulang dari ladang ibu-ibu di desa Batang Pane-I menyuci pakaian dengan mengunakan mesin cuci yang membutuhkan sumber listrik. Hal ini mengakibatkan tertundanya pekerjaan untuk mencuci pakaian yang biasanya dilakukan oleh kaum ibu-ibu.

Tidak hanya itu, ketika pemadaman terjadi disiang hari, aktifitas istirahat mereka juga terganggu.Siang hari adalah waktu dimana warga banyak yang menghabiskan waktu untuk beristirahat dirumah sambil menonton televisi dan duduk dengan kipas angin nyala. Kipas angin juga menjadi barang elektronik wajib yang dimiliki oleh masyarakat desa Batang Pane-I karena bila siang hari desa ini sangat panas. Wajar saja jika terjadi pemadaman listrik disiang hari banyak warga yang mengeluh dan mengumpat.

Alunan musik dangdut yang menjadi musik kesenangan warga desa Batang Pane-I juga terdengar disiang hari. Suara musik dangdut tersebut tidak tanggung-tanggung. Sangat keras sehingga dapat terdengar hampir satu RT yang berjumlah sekitar 29 kepala keluarga. Suara sekuat itu dikeluarkan oleh speaker sound bervolume tinggi yang sangat membutuhkan energy listrik dari PLN. Untuk itu jika terjadi pemadaman listrik disiang hari, desa akan terasa sepi terutama rumah-rumah yang letaknya berada di pinggiran desa.


(23)

Ketika malam hari kebutuhan listrik untuk penerangan sangat diperlukan. Karena pada malam hari adalah waktu untuk anak-anak desa Batang Pane-I yang bersekolah menghabiskan waktu untuk belajar mengulas pelajaran yang diberikan guru disekolah serta mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan guru mereka disekolah. Pemadaman juga sering terjadi ketika malam hari. Untuk itu warga banyak yang memiliki mesin generator set (genset) untuk menjadi sumber cadangan listrik dimalam hari. Genset yang digunakan bermacam-macam. Ada beberapa jenis secara umum dibedakan atas daya yang dihasilkan oleh mesin genset tersebut. Ada yang berkapasitas 900 watt, 1000 watt dan 1500 watt. Dalam dua jam, genset tersebut dapat menghabiskan sekitar dua liter bensin murni. Bila dibandingkan dengan sumber listrik dari PLN, pemakaian genset ini lebih boros. Harga satu liter bensin di desa ini sekitar Rp. 7500,00.

Pada dasarnya listrik sudah masuk dan tersedia di desa Batang Pane-I, tetapi inkonsisten menyalanya listrik membuat warga banyak yang mengeluh dan sebagai solusi mereka membeli genset yang pada umumnya hanya digunakan ketika malam hari untuk penerangan saja.

2.3.4 Sumber Air Bersih

Desa Batang Pane-I merupakan sebuah desa yang terletak di dataran rendah dengan kandungan tanah liat bercampur batu gunung, berkontur landai dan sedikit berbukit. Walaupun di dataran rendah, desa ini tidak terletak dipesisir pantai dan walapun tanah desa ini mengandung batu gunung, desa ini juga tidak terletak di sekitar pengunungan. Sehingga sumber air bersih utama masyarakat desa Batang Pane-I adalah bersumber dari sumur. Sumur-sumur di desa ini pada


(24)

umumnya memiliki kedalaman sekitar 6- 15 meter. Tergantung di kedalaman berapa meter sumur tersebut mendapatkan mata air. Contohnya : Ketika menggali sumur, pada kedalaman 10 sudah mendapatkan mata air. Maka tidak akan dilanjutkan penggalian tersebut dan hanya mencapai 10 m saja.

Sumur-sumur yang menjadi sumber air utama masyarakat Batang Pane-I walaupun memiliki mata air, tetapi volume banyaknya air dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Ketika musim hujan, air akan melimpah ruah di sumur-sumur warga. Bahkan ada yang sampai hampir penuh. Tetapi ketika musim hujan datang, kualitas air di sumur-sumur warga menjadi berkurang, warnanya berubah dari yang biasanya berwarna bening berubah menjadi warna kekuningan sesuai dengan kondisi tanah yang ada di desa tersebut. Tetapi karena sudah terbiasa dengan keadaan tersebut, masyarakat menganggapnya sebagai hal yang biasa. Sumur-sumur tersebut berada diluar rumah dan untuk memindahkan air tersebut ke dalam bak penampungan yang berada dikamar mandi dalam rumah mereka mengunakan mesin air (sanyo) untuk menyedot air sumur tersebut.

Keadaan berubah total ketika musim kemarau datang. Sumur-sumur menjadi kering dan hanya menyisakan beberapa jengkal air saja. Tanah-tanah pun terlihat sangat kering, bahkan ada yang sampai pecah-pecah. Bila musim kemarau datang, banyak warga yang kebingungan mencari air untuk keperluan rumah tangga. Ketika kejadian seperti itu terjadi, banyak warga yang mengandalkan air yang berasal dari rawa ataupun kolam-kolam yang ada di desa tersebut. Walapun kualitasnya tidak baik, warga terpaksa mengambil dan mengunakan air yang berasal dari rawa atau kolam tersebut untuk mencuci baju dan mandi. Akan terlihat warga berkerumun mengelilingi sebuah rawa untuk mencuci baju dan


(25)

mandi. Ada juga warga yang hilir mudik mengunakan sepeda motor yang dibelakangnya terdapat satu keranjang yang terbuat dari anyaman rotan lengkap dengan tiga buah derigen berkapasitas masing-masing derigen sebesar 25 liter. Masing-masing derigen diletakan disamping kiri, kanan dan atas. Tidak hanya sekali dalam satu hari mereka mengankut air dari rawa, tetapi ada yang sampai tiga kali bolak-balik. Tergantung kapasitas penampungan air yang ada dirumah mereka. Masyarakat desa Batang Pane-I banyak yang membangun bak air berukuran besar untuk mengantisipasi datangnya musim kemarau datang. Bak-bak tersebut digunakan untuk menampung air yang mereka angkut dari rawa atau sumber air lainnya seperti kolam-kolam ikan. Selain bak, hampir semua warga memiliki drum berkapasitas 100 L yang juga berfungsi sebagai wadah untuk menyimpang air yang mereka dapatkan dari rawa.

Sebenarnya didekat desa ada sebuah sungai yang airnya cukup lumayan dalam hal kuantitas. Tapi tidak untuk kualitasnya. Air sungai yang bernama sungai napanas tersebut sudah tercemar oleh limbah pabrik sawit. Sehingga airnya tidak lagi jernih. Warna airnya tidak lagi bening, tapi berubah menjadi kehitam-hitaman. Air dari sungai ini digunakan oleh masyarakat desa Batang Pane-I dan desa disekitar sungai ini hanya untuk keperluan mencuci mobil dan mencuci sepeda motor. Tidak untuk keperluan mencuci baju,mandi dan keperluan memasak.

Penjual air bersih dadakanpun muncul ketika musiam kemarau. Para penjual air bersih mematok harga satu derigen dengan volume 25 liter sebesar Rp. 10.000,00. Sedangkan untuk satu tong besar bervolume 1500 liter dihargai


(26)

harus memesannya terlebih dahulu. Tidak “bayar langsung dapat”. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan air bersih sekitar satu mingguan. Hal ini dikarenakan banyaknya warga yang membeli air bersih dan di desa Batang Pane-I hanya ada satu penjual air bersih ketika musim kemarau. Air yang dijualpun tidak seperti air yang berasal dari rawa atau kolam-kolam. Tetapi menurut informan yang juga penjual air bersih, dia mengambil air tersebut dari sumber mata air yang berada di dekat pengunungan. Sehingga airnya bening dan dingin serta bersih.

Untuk keperluan air minum dan memasak, warga desa Batang Pane-I mengunakan air minum isi ulang dalam kemasan. Ada satu depot isi ulang air minum di desa Batang Pane-I ini. Harga satu galon air minum bervolume 13 liter sebesar Rp. 6000,00. Untuk air minum isi ulang ini tidak harus memesannya terlebih dahulu. Pelangan tinggal datang ke depot isi ulang air minum. Bila jumlah galon yang dipesan pelanggan lebih dari tiga buah, maka penjual air minum isi ulang dalam kemasan tersebut akan mengantarkan sampai ke rumah pembeli tanpa menambah uang lagi.

2.3.5 Layanan Kesehatan

Layanan kesehatan di desa Batang Pane-I ini tergolong sudah memadai. Pantauan penulis sudah terdapat satu buah bangunan puskesmas yang digunakan untuk kegiatan seperti imunisasi, pemeriksaan ibu hamil dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kesehatan ibu hamil dan anak. Keberadaan balita kurang gizi juga sudah mulai berkurang, selaras dengan semakin membaiknya perekonomian masyarakat.


(27)

Di desa Batang Pane-I selain terdapat bidan yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil, juga terdapat bidan-bidan yang membuka praktek sendiri. Tercatat terdapat enam bidan yang membuka praktek sendiri. Pada musim-musim tertentu, banyak sekali masyarakat desa Batang Pane-I yang mengalami gangguan kesehatan, terutama flu,demam dan batuk-batuk. Untuk penyakit musiman seperti ini, masyarakat desa mengandalkan bidan-bidan yang ada di desa tersebut untuk mengobati sakit yang datangnya musiman tersebut.

Untuk penanganan ibu melahirkan, dukun dan bidan desa bekerja sama membantu proses persalinan. Hal ini dilakukan karena budaya mereka yang masih mengangap dukun beranak sangat dibutuhkan dalam proses persalinan. Sementara bidan desa juga mempunyai kewajiban untuk membantu proses persalinan. Untuk mewujudkan program ibu dan anak yang sehat dan cerdas. Tetapi ada juga warga yang melahirkan anak mereka dirumah sakit. Biasanya ini terjadi jika ibu tidak dapat melakukan proses persalinan secara normal. Sehingga proses persalinan harus dilakukan dengan cara operasi sesar. Di desa Batang Pane-I belum terdapat rumah sakit yang mempunayi peralatan untuk operasi. Untuk itu ibu hamil yang tidak dapat melahirkan secara normal akan dibawa ke rumah sakit terdekat yang berada di kota. Penuturan informan, rumah sakit rujukan bidan desa adalah Rumah Sakit Nuraini yang berada di pinang berjarak ± 65 km dari desa dan membutuhkan waktu tempuh ± satu setengah jam.

Demikian juga untuk penanganan sakit-sakit keras yang membutuhkan rawat inap seperi demam berdarah, tifus stroke dan lain-lain. Bidan desa juga merujuk warga desa yang sakit tersebut untuk dirawat di Rumah Sakit yang


(28)

2.4Kelembagaan atau Organisasi Desa

Lembaga-lembaga yang berdiri di desa Batang Pane-I sudah termasuk banyak dan bervariasi. Mulai dari lembaga atau organisasi muda-mudi, kelompok tani, organisasi perempuan, lembaga simpan pinjam dan lainnya. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Bagan 2. Daftar Kelembagaan desa

(sumber: Dokumen desa)

Dari sekian banyak lembaga atau organisasi yang ada di desa Batang Pane-I ini, banyak sekali masalah yang mendera lembaga-lembaga tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada tabel dibawah ini :

Masy. RW

LKMD

Dewan BPD Simpan Pinjam Kel. Tani

RT BKM

KUD Puskesmas

Pemdes

PKK


(29)

Tabel. 5 Daftar Lembaga dan permasalahannya.

No Lembaga Masalah

1 PEMDES

a. Peralatan kantor yang modern belum tersedia.sehinggan menghambat

kinerja pelayanan administrasi masyarakat

2 BPD

a. Kantor BPD belum tersedia. Mengakibatkan kurang efektifnya

rapat-rapat yang dijadwalkan oleh BPD.

3

Kelompok

Tani

a. Tidak adanya bimbingan pemerintah. Menyebabkan kurangnya ilmu

pengetahuan anggota kelompok tani tersebut untuk mengembangkan

produktifitas pertanian kebut sawit mereka.

4

Simpan

Pinjam a. Tidak ada yang berbadan hukum. Dan hanya berjalan di perwiritan

5 KUD

a. Ada gudang dan pengurus KUD. Tetapi tidak berjalan dengan

semestinya. Dapat dikatakan KUD ini hidup segan mati tak mau.

Penyebabnya karena warga tidak percaya dengan pengurus KUD tersebut

6 PKK a. Kurang adanya bimbingan dari pemerintah.

7

Karang

Taruna

a. Kegiatan hanya terfokus pada lorong (RW) masing-masing. Tidak ada

koordinasi karang taruna antar lorong.

(Sumber:dokumen desa)

Ada juga organisasi kepemudaan yang dahulu pernah “hidup” di desa Batang Pane-I ini. Organisasi tersebut adalah Pemuda Pancasila. Tetapi saat ini, organisasi tersebut tidak aktif seperti dulu lagi.. Penuturan informan, dahulu ketika Pemuda Pancasila masih hidup, sering sekali Pemuda Pancasila mendatangkan hiburan-hiburan rakyat. Seperti pertunjukan Group Band, Sirkus, Pertunjukan Hewan dan lain sebagainya. Tidak jelas apa penyebab matinya


(30)

Organisasi Pemuda Pancasila ini. Dimungkinkan banyak masalah yang mendera Organisasi kepemudaan tersebut.

2.5Sejarah Desa

Desa Batang Pane-I pada awal sebelum menjadi lokasi transmigrasi merupakan wilayah administrtif dari Desa Siancimun. Pembukaan lahan dilakukan sekitar tahun 1980-1981 dan baru dihuni oleh masyarakat yang merupakan transmigran dari berbagai wilayah di pulau jawa pada tahun 1981-1982. Selain berasal dari pulau jawa, juga terdapat transmigran lokal yang mencakup 10% dari total kepala keluarga yang datang ke desa ini. Transmigran local pada umumnya datang dari wilayah sekitar desa Batang Pane-I ini, selain juga berasal dari kota yang ada di provinsi Sumatera Utara, seperti Kota Kisaran.

Pemerintah mendatangkan para transmigran tidak langsung sekaligus, tetapi dibagi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama tahun 1981 akhir, gelombang kedua awal tahun 1982 dan gelombang ketiga pada akhir tahun 1982. Untuk bentuk program transmigrasinya adalah gratis. Semua biaya ditanggung oleh pemerintah pada masa Soeharto.

Lahan seluas 3000 hektar yang disediakan oleh pemerintah diperuntukan untuk 450 Kepala Keluarga yang masing-masing Kepala Keluarga mendapatkan jatah dari pemerintah yang terbagi lahan garapan (ladang) dan lahan pekarangan. Lahan ladang yang diberi pemerintah seluas 1 (satu) Ha untuk lahan utama, lahan kedua sebesar ¾ Ha dan untuk pekarangan seluas ¼ Ha. Selain mendapatkan jatah tanah, masyarakat juga mendapatkan rumah berupa rumah papan berukuran 35M².


(31)

Gambar 4. Rumah jatah yang dibangun oleh pemerintah ketika awal pembukaan desa.

(Sumber : dokumen pribadi)

Selain itu, juga mendapatkan jatah berupa alat pertanian lengkap. Seperti cangkul,kampak,bibit tanaman,pupuk,sabit,parang, alat semprot dan lain sebagainya. Pemerintah juga memberikan jaminan hidup berupa jatah beras sebesar ±25 kg setiap kepala keluarga selama ± 1 tahun. Jatah lainnya selain beras, juga mendapatkan jatah seperti minyak lampu,minyak goreng dan ikan asin. Karena pada saat itu masyarakat belum bisa memenuhi kebetuhan hidupnya, maka pemerintah menambah jatah jaminan hidup selama ± 1 tahun.

. Pemerintah juga memberikan bantuan berupa ternak kecil dan ternak besar. Ternak kecil berupa hewan unggas seperti ayam,bebek dan itik. Sementara untuk ternak besar berupa kambing dan sapi. Untuk jatah ternak kecil diberikan kepada warga yang sudah menetap selama 1-3 tahun dan untuk ternak besar diberikan kepada warga yang sudah menetap selama 3 tahun keatas.


(32)

Pemerintah juga menyediakan pendamping atau penyuluh kepada masyarakat kala itu diberbagai bidang. Mulai dari penyuluh pertanian, penyuluh peternakan, dan lain-lain. Dalam hal keamanan,pada masa itu pemerintah menempatkan satu orang tentara dan satu orang polisi di desa Batang Pane-I. Pemerintah juga mengadakan penataran dan kursus yang diikuti oleh masyarakat yang pada waktu itu ditunjuk oleh koordinator desa. Seperti penataran tentang multikultural agama, kursus menjahit dan lain-lain.

Pada masa itu, program pertanian yang diberikan kepada masyarakat desa Batang Pane-I adalah program ketahanan pangan. Sehingga warga diwajibkan untuk menanam tanaman pangan seperti padi, sayur-mayur, umbi-umbian dan buah-buahan. Tetapi karena tanah di desa tersebut tidak cocok dan banyaknya hama yang merusak tannaman mereka seperti babi dan lain-lain, akhirnya warga mengusulkan untuk menanam tanaman keras seperti kelapa sawit dan karet. Warga yang mengusulkan mengganti tanaman pangan tersebut ke tanaman keras adalah transmigran yang berasal dari kota kisaran.

Selama kurang lebih 32 tahun desa Batang Pane-I berdiri, suda h terjadi beberapa pergantian penanggung jawa atau kepala pemerintahan desa. Mulai masih berupa KSPT (Kepala satuan penanggung jawab transmigrasi), KUPT (kepala unit penanggung jawab transmigrasi) sampai saat ini bernama kepala desa. Berikut nama-nama pemegang tampuk kepemimpinan di desa Batang Pane-I mulai dari awal desa dibuka.

1. Sutarno (KSPT) = Tahun 1980-1982 2. Wardi (KUPT) = Tahun 1982-1984


(33)

3. Gianto (KUPT) = Tahun 1984-1986 4. Opong srg(KUPT) = Tahun 1986-1987 5. Marpaung(KUPT) = Tahun 1987-1989 6. Gianto (Kades) = Tahun 1989-1994 7. Prapto Wiyono(Kades ) = Tahun 1994-1999 8. Tuginot(Kades) = Tahun 1999-2009 9. Shofiyatun (Kades) = Tahun 2009-2014 10.Suyatno(Plt. Kades) = Tahun 2014- Sekarang


(1)

2.4Kelembagaan atau Organisasi Desa

Lembaga-lembaga yang berdiri di desa Batang Pane-I sudah termasuk banyak dan bervariasi. Mulai dari lembaga atau organisasi muda-mudi, kelompok tani, organisasi perempuan, lembaga simpan pinjam dan lainnya. Untuk lengkapnya dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Bagan 2. Daftar Kelembagaan desa

(sumber: Dokumen desa)

Dari sekian banyak lembaga atau organisasi yang ada di desa Batang Pane-I ini, banyak sekali masalah yang mendera lembaga-lembaga tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada tabel dibawah ini :

Masy. RW

LKMD

Dewan BPD Simpan Pinjam Kel. Tani

RT BKM

KUD Puskesmas

Pemdes

PKK


(2)

Tabel. 5 Daftar Lembaga dan permasalahannya.

No Lembaga Masalah

1 PEMDES

a. Peralatan kantor yang modern belum tersedia.sehinggan menghambat kinerja pelayanan administrasi masyarakat

2 BPD

a. Kantor BPD belum tersedia. Mengakibatkan kurang efektifnya rapat-rapat yang dijadwalkan oleh BPD.

3

Kelompok Tani

a. Tidak adanya bimbingan pemerintah. Menyebabkan kurangnya ilmu pengetahuan anggota kelompok tani tersebut untuk mengembangkan produktifitas pertanian kebut sawit mereka.

4

Simpan

Pinjam a. Tidak ada yang berbadan hukum. Dan hanya berjalan di perwiritan

5 KUD

a. Ada gudang dan pengurus KUD. Tetapi tidak berjalan dengan semestinya. Dapat dikatakan KUD ini hidup segan mati tak mau.

Penyebabnya karena warga tidak percaya dengan pengurus KUD tersebut 6 PKK a. Kurang adanya bimbingan dari pemerintah.

7

Karang Taruna

a. Kegiatan hanya terfokus pada lorong (RW) masing-masing. Tidak ada koordinasi karang taruna antar lorong.

(Sumber:dokumen desa)

Ada juga organisasi kepemudaan yang dahulu pernah “hidup” di desa Batang Pane-I ini. Organisasi tersebut adalah Pemuda Pancasila. Tetapi saat ini, organisasi tersebut tidak aktif seperti dulu lagi.. Penuturan informan, dahulu ketika Pemuda Pancasila masih hidup, sering sekali Pemuda Pancasila mendatangkan hiburan-hiburan rakyat. Seperti pertunjukan Group Band, Sirkus, Pertunjukan Hewan dan lain sebagainya. Tidak jelas apa penyebab matinya


(3)

Organisasi Pemuda Pancasila ini. Dimungkinkan banyak masalah yang mendera Organisasi kepemudaan tersebut.

2.5Sejarah Desa

Desa Batang Pane-I pada awal sebelum menjadi lokasi transmigrasi merupakan wilayah administrtif dari Desa Siancimun. Pembukaan lahan dilakukan sekitar tahun 1980-1981 dan baru dihuni oleh masyarakat yang merupakan transmigran dari berbagai wilayah di pulau jawa pada tahun 1981-1982. Selain berasal dari pulau jawa, juga terdapat transmigran lokal yang mencakup 10% dari total kepala keluarga yang datang ke desa ini. Transmigran local pada umumnya datang dari wilayah sekitar desa Batang Pane-I ini, selain juga berasal dari kota yang ada di provinsi Sumatera Utara, seperti Kota Kisaran.

Pemerintah mendatangkan para transmigran tidak langsung sekaligus, tetapi dibagi menjadi tiga gelombang. Gelombang pertama tahun 1981 akhir, gelombang kedua awal tahun 1982 dan gelombang ketiga pada akhir tahun 1982. Untuk bentuk program transmigrasinya adalah gratis. Semua biaya ditanggung oleh pemerintah pada masa Soeharto.

Lahan seluas 3000 hektar yang disediakan oleh pemerintah diperuntukan untuk 450 Kepala Keluarga yang masing-masing Kepala Keluarga mendapatkan jatah dari pemerintah yang terbagi lahan garapan (ladang) dan lahan pekarangan. Lahan ladang yang diberi pemerintah seluas 1 (satu) Ha untuk lahan utama, lahan kedua sebesar ¾ Ha dan untuk pekarangan seluas ¼ Ha. Selain mendapatkan jatah tanah, masyarakat juga mendapatkan rumah berupa rumah papan berukuran 35M².


(4)

Gambar 4. Rumah jatah yang dibangun oleh pemerintah ketika awal pembukaan desa.

(Sumber : dokumen pribadi)

Selain itu, juga mendapatkan jatah berupa alat pertanian lengkap. Seperti cangkul,kampak,bibit tanaman,pupuk,sabit,parang, alat semprot dan lain sebagainya. Pemerintah juga memberikan jaminan hidup berupa jatah beras sebesar ±25 kg setiap kepala keluarga selama ± 1 tahun. Jatah lainnya selain beras, juga mendapatkan jatah seperti minyak lampu,minyak goreng dan ikan asin. Karena pada saat itu masyarakat belum bisa memenuhi kebetuhan hidupnya, maka pemerintah menambah jatah jaminan hidup selama ± 1 tahun.

. Pemerintah juga memberikan bantuan berupa ternak kecil dan ternak besar. Ternak kecil berupa hewan unggas seperti ayam,bebek dan itik. Sementara untuk ternak besar berupa kambing dan sapi. Untuk jatah ternak kecil diberikan kepada warga yang sudah menetap selama 1-3 tahun dan untuk ternak besar diberikan kepada warga yang sudah menetap selama 3 tahun keatas.


(5)

Pemerintah juga menyediakan pendamping atau penyuluh kepada masyarakat kala itu diberbagai bidang. Mulai dari penyuluh pertanian, penyuluh peternakan, dan lain-lain. Dalam hal keamanan,pada masa itu pemerintah menempatkan satu orang tentara dan satu orang polisi di desa Batang Pane-I. Pemerintah juga mengadakan penataran dan kursus yang diikuti oleh masyarakat yang pada waktu itu ditunjuk oleh koordinator desa. Seperti penataran tentang multikultural agama, kursus menjahit dan lain-lain.

Pada masa itu, program pertanian yang diberikan kepada masyarakat desa Batang Pane-I adalah program ketahanan pangan. Sehingga warga diwajibkan untuk menanam tanaman pangan seperti padi, sayur-mayur, umbi-umbian dan buah-buahan. Tetapi karena tanah di desa tersebut tidak cocok dan banyaknya hama yang merusak tannaman mereka seperti babi dan lain-lain, akhirnya warga mengusulkan untuk menanam tanaman keras seperti kelapa sawit dan karet. Warga yang mengusulkan mengganti tanaman pangan tersebut ke tanaman keras adalah transmigran yang berasal dari kota kisaran.

Selama kurang lebih 32 tahun desa Batang Pane-I berdiri, suda h terjadi beberapa pergantian penanggung jawa atau kepala pemerintahan desa. Mulai masih berupa KSPT (Kepala satuan penanggung jawab transmigrasi), KUPT (kepala unit penanggung jawab transmigrasi) sampai saat ini bernama kepala desa. Berikut nama-nama pemegang tampuk kepemimpinan di desa Batang Pane-I mulai dari awal desa dibuka.

1. Sutarno (KSPT) = Tahun 1980-1982 2. Wardi (KUPT) = Tahun 1982-1984


(6)

3. Gianto (KUPT) = Tahun 1984-1986 4. Opong srg(KUPT) = Tahun 1986-1987 5. Marpaung(KUPT) = Tahun 1987-1989 6. Gianto (Kades) = Tahun 1989-1994 7. Prapto Wiyono(Kades ) = Tahun 1994-1999 8. Tuginot(Kades) = Tahun 1999-2009 9. Shofiyatun (Kades) = Tahun 2009-2014 10.Suyatno(Plt. Kades) = Tahun 2014- Sekarang