S PAI 1202861 Chapter 1

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Berbicara mengenai pendidikan tidak terlepas dari manusia. Hal ini sangat
wajar karena manusia dengan segala dimensinya merupakan komponen utama
kegiatan pendidikan sehingga konsep dan kegiatan pendidikan tidak akan
terwujud tanpa pemahaman tentang manusia. Hal ini dapat dimaklumi karena
sebagaimana menurut Asy-Syaibani (Syihabuddin, dkk., 2014, hlm. 3),
pendidikan merupakan sebuah upaya untuk membantu manusia dalam
menyingkapkan, membuka, dan mengembangkan kesiapan, bakat, minat, dan
kemampuannya; mengarahkan dan membimbing manusia dalam mencapai
tujuan yang baik bagi dirinya dan masyarakatnya; mendorong terjadinya
berbagai perubahan perilaku yang dikehendaki, baik secara individual maupun
sosial; termasuk menyiapkan manusia untuk menghadapi kehidupan sosial yang
sukses.
Menurut Suryosubroto (2010, hlm. 2) dilihat dari sudut perkembangan
yang dialami oleh anak, maka usaha yang sengaja dan terencana (yang disebut
pendidikan) tersebut ditunjukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan yang dialaminya dalam setiap periode

perkembangan.
Sedangkan menurut Hasbullah (2008, hlm 1) dalam arti sederhana
pendidikan

sering

diartikan

sebagai

usaha

manusia

untuk

membina

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan

pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha
untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu sehingga
tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan, pendidikan bukan
semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi
untuk kehidupan menuju tingkat kedewasaan (Ihsan, 2010, hlm. 5).
Suryosubroto (2010, hlm. 10) mengatakan bahwa berhasil tidaknya suatu
usaha atau kegiatan, banyak tergantung pada jelas tidaknya tujuan yang hendak
1

Sandra Mila Erlanda, 2016
Model Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

dicapai oleh orang atau lembaga yang melaksanakannya. Berdasarkan
pernyataan ini, maka perlunya suatu tujuan dirumuskan sejelas-jelasnya dan
kemudian barulah menyusun suatu program kegiatan yang objektif dan realistis
sehingga segala energi dan kemungkinan biaya yang berlimpah tidak akan
terbuang sia-sia.

Tujuan pendidikan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003, yaitu:
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
(Departemen Pendidikan Nasional RI, 2010, hlm. 2).
Secara eksplisit fungsi pendidikan agama telah dituangkan dalam
penjelasan Pasal 39 ayat 2 UU Nomor 2 Tahun 1989, yang menyebutkan
“Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut peserta
didiknya

yang

bersangkutan,

dengan

memperhatikan


tuntutan

untuk

menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.” (Hasbullah, 2008,
hlm. 179).
Dari rumusan tersebut, tampaknya terdapat konsistensi dan keterkaitan
langsung antara rumusan fungsi pendidikan agama dengan tujuan pendidikan
nasional yang tertuang dalam Pasal 4 UU Nomor 2 Tahun 1989 yaitu:
“Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa …”
Menurut Hasbullah (2008, hlm. 179) hal tersebut dipertegas lagi pada
penjelasan Pasal 15 UU Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa
pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi
yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang
menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan atau menjadi ahli
ilmu agama.


Sandra Mila Erlanda, 2016
Model Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Dalam upaya membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa,
pendidikan agama memiliki peranan yang sangat penting. Untuk itulah
pendidikan agama wajib diberikan pada semua satuan, jenjang, dan jenis
pendidikan, baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah (Hasbullah,
2008, hlm. 179).
Pendidikan agama sebagai institusi yang selama ini dikenal dengan nama
madrasah serta pondok pesantren telah berakar, tumbuh, dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam (Hasbullah,
2008, hlm. 180).
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, Hasbullah (2008, hlm. 182)
berpendapat bahwa dalam kurikulum pendidikan, pendidikan keagamaan
merupakan bagian terpadu yang dimuat dalam kurikulum pendidikan maupun
melekat pada setiap mata pelajaran sebagai bagian dari pendidikan nilai. Oleh

karena itu, nilai-nilai agama akan selalu memberikan corak kepada pendidikan
nasional.
Namun, pada kenyataannya masih saja ada kejadian atau kasus yang
menimpa pelajar berkenaan dengan perilaku buruk yang dilakukannya. Dari
data yang diperoleh dikatakan bahwa:
Seorang siswa laki-laki yang masih duduk di bangku SMP membawa
kabur siswa perempuan yang duduk di bangku SMK yang diduga adalah
teman dekat wanitanya. Motifnya karena hubungan mereka tidak disetujui
oleh oleh orang tua wanita. Setelah diselidiki oleh polisi, mereka berdua
ditemukan di daerah Cisarua, Bogor (Putra, 2016).
Dari data survei Kesehatan Reproduksi Remaja usia 15-19 tahun oleh
Badan Pusat Statistik pada tahun 2009 dalam (Unik, 2010) tentang perilaku
remaja terhadap kesehatan reproduksi menyebutkan bahwa dari 10.833 remaja
laki-laki yang disurvei, 72 persen diantaranya mengaku sudah pernah
berpacaran.
Berkaitan dengan banyaknya perilaku menyimpang yang terjadi pada
kalangan remaja, maka Pendidikan Agama Islam hendaknya ditanamkan sejak
kecil, sebab pendidikan masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan
untuk pendidikan selanjutnya. Sebagaimana menurut Daradjat (2004, hlm. 139)


Sandra Mila Erlanda, 2016
Model Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

bahwa “pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,
pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak kecil”.
Menurut Syahidin (2009, hlm. 4) masalah moralitas siswa dan remaja
dewasa ini sudah menjadi problema umum dan merupakan pertanyaan yang
belum ada jawabannya. Mengapa para siswa sejak SMP sudah banyak yang
mengkonsumsi narkoba dan obat-obat berbahaya lainnya? Mengapa para siswa
tampak mudah marah dan sangat agresif sehingga mudah tersinggung dan
dengan mudahnya terjadi tawuran? Mengapa para siswa begitu bebas bergaul
dengan lain jenis tanpa risi dan malu? Dan mengapa para siswa sekarang ini
sepertinya kurang, malah tidak hormat pada orang dewasa bahkan terhadap
guru dan orang tuanya sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan di atas memicu berbagai spekulasi yang belum
pernah, dan tentunya perlu diuji kebenarannya. Misalnya, apakah telah terjadi
“mal edukasi” baik di sekolah ataupun di lingkungan keluarga? Atau, malah

memang sekolah dan keluarga dewasa ini tidak melaksanakan fungsi edukatif,
yang terjadi hanyalah “transfer of knowlrdge”? Atau, malah lebih jauhnya lagi
baik sekolah ataupun keluarga dewasa ini memang “abai” terhadap pendidikan
agama khususnya mengenai akhlak (Syahidin, 2009, hlm. 4).
Pendidikan Agama Islam di sekolah memang harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Pemberian materi pendidikan agama Islam di sekolah tidak
hanya menjadi pengetahuan saja, tetapi lebih kepada pembentukan akhlak yang
baik kepada peserta didik dan bisa melaksanakan kewajibannya sebagai seorang
Muslim yang taat kepada Allah Swt (Hasbullah, 2008, hlm. 183).
Menurut Rizal (2009, hlm. 109) pendidikan agama dalam Sistem
Pendidikan Nasional, secara eksistensial merupakan bagian dari Pendidikan
Umum yang misinya adalah membina karakter peserta didik melalui berbagai
pembinaan moral dan transfer nilai-nilai konstruktif, baik bagi kehidupan
individual atau dalam kehidupan bersama.
Menurut Nata (2008, hlm. 18) banyak pelajar yang terlibat dalam
perbuatan yang kurang terpuji seperti tawuran, pencurian, penodongan,
penyalahgunaan obat narkotika, dan sebagainya. Semua perbuatan yang dapat

Sandra Mila Erlanda, 2016
Model Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

mengahancurkan masa depan pelajar ini penyebab utamanya adalah kekurangan
bekal pendidikan agama.
Kekurangan bekal pendidikan agama sejak dini mengakibatkan banyaknya
perilaku menyimpang yang dilakukan oleh kalangan pelajar. Maka dari itu,
peneliti bermaksud meneliti lebih lanjut tentang peranan pendidikan agama di
sekolah yang berbasis Islam dengan judul “Model Pendidikan Agama Islam
di SMP Salman Al-Farisi Bandung”. SMP Salman Al-Farisi Bandung dipilih
dengan alasan sekolah tersebut merupakan sekolah menengah pertama berbasis
Islam yang di dalamnya mengajarkan pendidikan agama lebih banyak, dengan
harapan dapat mengetahui perencanaan, proses, dan hasil pendidikan agama di
SMP Salman Al-Farisi Bandung sehingga dapat meminimalisir perilaku
menyimpang yang dilakukan oleh anak-anak dan kalangan remaja.

B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka
yang menjadi masalah utama penelitian ini ialah “Bagaimana Model

Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi Bandung”.
Dari rumusan masalah tersebut, dapat dijabarkan ke dalam beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Perencanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi
Bandung?
2. Bagaimana Proses Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi
Bandung?
3. Bagaimana Hasil Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi
Bandung?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Model Pendidikan
Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi Bandung.
Adapun secara khusus dan operasional penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:

Sandra Mila Erlanda, 2016
Model Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


6

1. Mengetahui Perencanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Salman AlFarisi Bandung.
2. Mengetahui Proses Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi
Bandung.
3. Mengetahui Hasil Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi
Bandung.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi acuan
dalam mengembangkan teori pendidikan agama dalam pembelajaran PAI,
yang digunakan di SMP Salman Al-Farisi Bandung.
2. Secara Praktis
a. Lembaga/SMP Salman Al-Farisi Bandung
1) Sebagai acuan dalam mengembangkan teori pendidikan dalam
pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam).
2) Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam pemahaman dan aplikasi
terhadap keberagamaan para siswa.
b. Jurusan
1) Sebagai inspirasi dalam mengembangkan model pendidikan agama
Islam di Prodi IPAI.
2) Sebagai cerminan pemahaman pada pembelajaran PAI yang
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh para mahasiswa.
c. Peneliti
1) Sebagai motivasi dalam menambah wawasan tentang model
pendidikan agama Islam yang digunakan oleh SMP Salman AlFarisi Bandung.
2) Sebagai penghargaan terhadap keberhasilan pembelajaran PAI di
sekolah tersebut.
d. Umum
1) Sebagai penambahan wawasan tentang model pendidikan agama
Islam di SMP Salman Al-Farisi Bandung.

Sandra Mila Erlanda, 2016
Model Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

2) Sebagai pertimbangan bagi para orang tua untuk memilih Sekolah
Menengah Pertama yang berkualitas tinggi dan pembelajaran
keagamaan yang baik untuk anak-anaknya.

E. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk memudahkan pemahaman secara terstruktur, penulis menyusun
sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut.
BAB I terdiri dari pemaparan latar belakang penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
BAB II berisi tentang landasan teori yang relevan dengan judul skripsi ini
sebagai landasan pemikiran dalam pemecahan masalah.
BAB III berisi tentang metode penelitian, di dalamnya diuraikan tentang
desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, analisis
data, dan definisi operasional.
BAB IV ini terbagi ke dalam dua bagian penting, yaitu temuan atau
penyajian data yang diperoleh dan pembahasan atau hasil analisis data yang
diperoleh tersebut.
BAB V berisi simpulan dari hasil penelitian, implikasi dan rekomendasi
tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipahami oleh para pembaca
berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Sandra Mila Erlanda, 2016
Model Pendidikan Agama Islam di SMP Salman Al-Farisi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu