PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 10 PALU | Toangi | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8630 28306 1 PB

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM
MENYELESAIKAN MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA
VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 10 PALU
Dina Fitriana Toangi
E-mail:dinafitrianatoangi93@gmail.com
Bakri Mallo
E-mail:bakrim06@yahoo.com
Linawati
E-mail:linaluckyanto@yahoo.co.id
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang penerapan pendekatan
saintifik untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan sistem persamaan
linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 10 Palu. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas. Rancangan penelitian yang digunakan mengacu pada
desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas empat komponen, yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Data yang dikumpulkan pada
penelitian ini adalah data aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran, dan aktivitas
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, data hasil tes awal dan data hasil tes akhir
tindakan. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
melalui penerapan pendekatan saintifik kemampuan belajar siswa dalam menyelesaikan
sistem persamaan linear dua variabel meningkat sesuai kriteria keberhasilan tindakan,

dengan mengikuti langkah-langkah pendekatan saintifik, yaitu: 1) pengamatan, 2)
pengajuan pertanyaan, 3) penalaran, 4) percobaan, dan 5) pembentukan jejaring.
Kata Kunci: pendekatan saintifik; kemampuan; sistem persamaan linear dua variabel
Abstract: The purpose of this study to description of the application of the scientific
approach to improve students' ability in solving systems of linear equations in two variables
of grade VIII SMP Negeri 10 Palu. This type of research is classroom action research. The
study design used is based upon research design Kemmis and Mc.Taggart consisting of four
components: planning, action, observation, and reflection.The data collected in this study is
data activity of teachers in managing learning, and students' activity in participating in
learning activities, the initial test result data and the final test result data action. The study
was conducted in two cicles. The result showed at the application of scientific approach to
student learning ability in solving systems of linear equations of two variables increases
according to criteria of success of the action, by following these steps scientific approach ,
that is: 1) Observing, 2) Questioning, 3) Associating, 4) Experimenting, and 5) networking.

Keywords: scientific approach; ability; systems of linear equations two variables

Matematika merupakan pengetahuan universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern. Saat belajar matematika siswa akan terbiasa untuk berpikir kritis,
sistematis, logis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan untuk bekerja sama (Depdiknas,

2006). Berdasarkan silabus matapelajaran matematika SMP kelas VIII, materi-materi yang
dipelajari yaitu faktorisasi suku aljabar, relasi dan fungsi, persamaan garis lurus, sistem
persamaan linear dua variabel, teorema phytagoras, lingkaran, dan bangun ruang sisi datar.
Selanjutnya, peneliti mengambil sistem persamaan linear dua variabel yang diduga sebagai
satu diantara beberapa materi yang menjadi kesulitan siswa di dalam pembelajaran.
Adapun beberapa penelitian yang mendukung bahwa siswa kesulitan dalam
mempelajari sistem persamaan linear dua variabel yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Nugroho (2010) bahwa di SMP Negeri 2 Banyudono kelas VIII tahun ajaran 2009/2010
masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep matematika
khususnya pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.

Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 205

Selanjutnya,penelitian yang dilakukan oleh Liberna (2012) bahwa siswa di SMPN 248
Jakarta kelas VIII tahun ajaran 2011/2012 masih cenderung lemah dalam berpikir kritis
terutama dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua
variabel dan juga penelitian yang dilakukan oleh Jalil (2015) ditemukan bahwa siswa kelas
VIII MTs Darul Hikmah Jember tahun ajaran 2014/2015 masih kesulitan dalam memahami
konsep sistem persamaan linear dua variabel. Selanjutnya, peneliti menduga bahwa siswa
kelas VIII di SMPN 10 Palu juga mengalami kesulitan pada materi sistem persamaan linear

dua variabel. Kemudian peneliti melakukan observasi dan dialog di sekolah tersebut untuk
memperoleh jawaban atas dugaannya.
Hasil dialog dengan salah seorang guru matematika kelas VIII di SMPN 10 Palu
pada Senin tanggal 03 Agustus 2015, diperoleh informasi bahwa siswa kurang mampu
dalam menyelesaikan soal-soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) karena
siswa tidak memahami konsep SPLDV, siswa mengalami kesulitan dalam membuat kalimat
matematika, siswa sering melakukan kesalahan dalam hal perhitungan yang berdampak
pada penyelesaian, siswa malas untuk bertanya atau mengemukakan pendapat dan selalu
berharap pada temannya yang lebih mampu, sehingga siswa kurang mampu menyelesaikan
soal-soal yang diberikan.
Usaha lain yang dilakukan peneliti untuk memperkuat informasi yang telah
diperoleh dari hasil dialog, maka peneliti melakukan tes identifikasi terkait materi SPLDV
di kelas IX SMPN 10 Palu. Tes yang diberikan terdiri atas dua soal, satu diantaranya yaitu
Linda dan Andi pergi ke pasar bersama-sama untuk membeli buah, Linda membeli 1 kg
jeruk dan 2 kg mangga dengan harga seluruhnya Rp 70.000,00. Di kios yang sama, Andi
membeli 2 kg jeruk dan 2 kg mangga dengan harga seluruhnya Rp 80.000,00. Berapakah
harga masing-masing 1 kg jeruk dan 1 kg mangga di kios tempat Linda dan andi membeli
buah? Jawaban siswa terhadap soal tersebut diperlihatkan pada gambar 1 berikut:
KH TI 01


KH TI 06

KH TI 02

KH TI 07

KH TI 03

KH TI 08

KH TI 04

KH TI 09

KH TI 05
KH TI 11

KH TI 10

Gambar 1. Jawaban siswa KH pada soal nomor 2

Terlihat pada jawaban siswa KH sebagaimana Gambar 1, KH menuliskan x + 2y = 70
(KHTI01), dan 2x + 2y = 80 (KHTI02), 3x = 150 (KHTI 03), x =
(KHTI04) sehingga
diperoleh hasilnya x =

(KHTI05). Selanjutnya KH mensubtitusikan nilai x kedalam

persamaan dan menuliskan x + 2y = 70 (KHTI06),

+ 2y =70 (KHTI07), 2= 70 –

(KHTI08), 2y =
(KHTI09), dan 2y =
(KHTI10), sehingga hasil yang di peroleh y
= (KHTI11). Jawaban KH pada (KHTI01) dan (KHTI01) benar. Sedangkan jawaban KH
pada (KHTI03), (KHTI04), (KHTI05), (KHTI06), (KHTI07), (KHTI08), (KHTI09),

206 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016


(KHTI10) dan (KHTI11) salah. Siswa KH menghilangkan variabel y dengan menggunakan
operasi penjumlahan (KHTI01) dan (KHTI01) maka variabel x bernilai salah (KHTI03),
sehingga pada langkah substitusi KH tidak memperoleh penyelesaian dengan benar.
Seharusnya KH menggunakan operasi pengurangan maka variabel y tereliminasi dan
variabel x bernilai benar sehingga KH bisa menyelesaikan dan memperoleh himpunan
penyelesaian dengan benar.
Berdasarkan hasil observasi, dialog, dan tes identifikasi maka peneliti menyimpulkan
bahwa siswa masih kesulitan pada materi SPLDV, sehingga peneliti berupaya untuk
mengatasi masalah yang terjadi terkait dengan materi SPLDV yaitu dengan memilih suatu
pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa kelas VIII SMPN 10 Palu
yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
menyelesaikan suatu SPLDV, maka salah satu upaya yang dilakukan adalah menerapkan
suatu pendekatan pembelajaran yang sifatnya melatih kerja siswa untuk aktif dalam
pembelajaran yang kemudian diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi di kelas.
Terkait dengan informasi-informasi yang telah diperoleh, maka peneliti mencoba
menerapkan pendekatan saintifik karena pendekatan pembelajaran ini dianggap cocok
untuk diterapkan di kelas tersebut.
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang memerlukan proses
mental, seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan membentuk jejaring. Tujuan
dari beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam pembelajaran saintifik sama yaitu

menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi diruang kelas, tetapi juga dilingkungan
sekolah dan masyarakat. Guru cukup bertindak sebagai scaffolding ketika siswa mengalami
kesulitan, serta guru bukan satu-satunya sumber belajar. Motivasi peserta didik untuk
belajar matematika akan meningkat apabila ia dapat menemukan sendiri konsep dalam
matematika. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada
peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan
ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta
diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu (Hosnan, 2014).
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti mendeskripsikan penerapan pendekatan
saintifik untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan sistem persamaan
linear dua variabel di kelas VIII SMPN 10 Palu. Rumusan masalah pada penelitian ini
adalah bagaimana penerapan pendekatan saintifik untuk meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP
Negeri 10 Palu?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini mengacu
pada desain yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas
empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian

ini adalah seluruh siswa Kelas VIII SMPN 10 Palu yang berjumlah 21 orang, terdiri dari
12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan yang terdaftar pada tahun ajaran 2014/2015.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan
lapangan, tes awal, dan tes akhir tindakan. Analisis data pada penelitian ini mengacu pada
analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992), yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Selanjutnya dari subjek penelitian tersebut, dipilih tiga

Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 207

orang informan yang diambil berdasarkan tes awal dan konsultasi dengan guru mata
pelajaran matematika yaitu siswa SAB berkemampuan matematika tinggi, siswa DM
berkemampuan matematika sedang, dan siswa HR berkemampuan matematika rendah.
Kriteria keberhasilan tindakan yaitu: 1) aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran minimal berkategori baik, 2) Siklus I siswa mampu menyelesaikan SPLDV
dengan menggunakan metode eliminasi, substitusi dan gabungan dengan benar, dan 3) siklus II
siswa mampu membuat model matematika dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan
dengan SPLDV.
HASIL PENELITIAN
Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti memberikan tes awal kepada siswa kelas VIII
SMPN 10 Palu. Tes awal yang diberikan terdiri atas dua soal, soal pertama mengenai

persamaan linear satu variabel (PLSV) yaitu menyetarakan ruas kiri dan ruas kanan untuk
memperoleh nilai pengganti dari variabelnya dan membuat model matematika dari PLSV
serta menyelesaikannya. Hasil yang diperoleh dari tes awal menunjukkan bahwa dari 21
siswa yang mengikuti tes, untuk soal nomor 1 ada 11 siswa yang mampu menyelesaikan
PLSV dengan cara menyetarakan kedua ruas dan menyelesaikannya dengan tepat.
Selanjutnya untuk soal nomor 2 belum ada siswa yang mampu membuat model matematika
dari soal PLSV dan menyelesaikannya.
Hasil analisis tes awal juga digunakan peneliti sebagai pedoman membentuk
kelompok belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik, dengan tujuan agar
siswa dapat saling membantu satu sama lain dan bertukar pendapat di dalam kelompok
belajarnya. Jumlah siswa di kelas VIII yaitu 21 orang, sehingga siswa dibentuk ke dalam 5
kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 siswa untuk setiap kelompok.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat
komponen, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi,
sesuai yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (2013). Pada tahap perencanaan
peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi membuat rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan fase-fase pembelajaran pendekatan saintifik, lembar kerja
siswa, tes akhir tindakan, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa,
dan catatan lapangan.
Pelaksanaan tindakan dilakukan sebanyak dua kali pertemuan pada setiap siklus,

setiap pertemuan berlangsung selama 2 × 40 menit dan 3 × 40 menit. Setiap pertemuan
pertama membahas materi, materi pada siklus I adalah penyelesaian SPLDV menggunakan
metode eliminasi, substitusi, dan gabungan, sedangkan materi pada siklus II adalah
membuat model matematika dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan SPLDV.
Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang mengikuti fasefase pendekatan saintifik yaitu pengamatan, pengajuan pertanyaan, penalaran, percobaan,
pembentukan jejaring, dan kegiatan penutup.
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II diawali dengan kegiatan
pendahuluan. Kegiatan tersebut yaitu membuka pelajaran dengan mengucapkan salam,
mengajak siswa berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Seluruh siswa atau sebanyak 21
siswa hadir pada pertemuan pertama di siklus I dan siklus II. Selanjutnya, peneliti
mengecek pengetahuan prasyarat dengan memberikan pertanyaan secara lisan maupun
tertulis berkaitan dengan materi ajar. Pada siklus I peneliti mengecek pengetahuan prasyarat
mengenai PLSV, sedangkan pada siklus II peneliti mengecek pengetahuan prasyarat
mengenai penyelesaian SPLDV menggunakan metode eliminasi, substitusi, dan gabungan.

208 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Selanjutnya peneliti menyampaikan informasi tentang materi yang hendak dipelajari dan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa

mampu menentukan himpunan penyelesaian suatu sistem persamaan linear dua variabel
menggunakan metode eliminasi, substitusi dan gabungan. Tujuan pembelajaran pada siklus
II yaitu: 1) siswa mampu membuat model matematika dari masalah yang berkaitan dengan
sistem persamaan linear dua variabel, 2) siswa mampu menyelesaikan model matematika
dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dua variabel menggunakan
metode eliminasi, substitusi dan gabungan. Kemudian peneliti memberikan pemotivasian
kepada seluruh siswa sehingga siswa termotivasi, siap, dan semangat dalam mengikuti
pembelajaran. Motivasi yang diberikan peneliti yaitu menyampaikan manfaat dari
mempelajari materi SPLDV dalam kehidupan sehari-hari misalnya siswa ingin
menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan angka, uang, umur dan
lain-lain, maka langkah pertama yang harus dilakukan yaitu mengubah informasi yang
diperoleh dari permasalahan tersebut kedalam model matematika dan menyelesaikannya
dengan langkah-langkah penyelesaian SPLDV.
Kegiatan inti dimulai dengan fase pengamatan. Pada fase pengamatan peneliti
memberikan LKS pada siswa dan mengarahkan siswa mengamati permasalahan yang
terdapat dalam LKS. Setelah mendengarkan arahan dari peneliti, semua siswa mengamati
gambar dan permasalahan yang ada di LKS. Siklus 1 peneliti memberikan permasalahan
yaitu diketahui suatu sistem persamaan 2 + 3b = 12 dan + 2b = 8. Tentukan himpunan
penyelesaian dari SPLDV tersebut, sebagaimana terlihat pada Gambar 2. Selanjutnya pada
siklus II peneliti memberikan permasalahan yang berkaitan dengan SPLDV dalam soal
bergambar sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 2. LKS pada siklus I

(b)

(a)
Gambar 3. LKS Nomor 2 pada siklus II

Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 209

Aktivitas pada fase pengajuan pertanyaan yaitu peneliti iswa bertanya kepada
peneliti tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Siklus I siswa FZ bertanya untuk
menemukan himpunan penyelesaianya boleh hanya menggunakan salah satu metode saja,
kemudan peneliti menjawab bahwa dalam menemukan himpunan penyelesaan dari
permasalahan yang diberikan siswa bisa menggunakan metode penyelesaian yang menurut
siswa lebih mudah dipahami. Selanjutnya pada siklus II siswa NH bertanya tentang maksud
gambar yang diberikan dalam LKS, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3. Peneliti
menjawab coba perhatikan Gambar 3(a) ada berapa buah baju dan berapa buah topi yang
dibayar dengan harga Rp.960.000,00 dari gambar tersebut siswa bisa memperoleh
informasi dan merubah kalimat verbalnya kedalam model matematika. Lakukan hal yang
sama pada Gambar 3(b). Pencapaian siswa setelah mengamati gambar dan melakukan tanya
jawab dengan peneliti, siklus 1 siswa dapat menunjukkan bahwa dari 2 persamaan belum
terdapat variabel yang memiliki koefisien sama sehingga siswa harus menemukan cara
untuk memperoleh koefisien yang sama dan siklus 2 siswa dapat menunjukkan bahwa pada
gambar pertama terdapat 3 buah baju dan 4 buah topi dibayar dengan harga Rp.960.000 dan
pada gambar yang kedua terdapat 2 buah baju dan 5 buah topi yang dibayar dengan harga
Rp.990.000.
Aktivitas yang peneliti lakukan pada fase penalaran yaitu peneliti meminta siswa
untuk membuat kesimpulan tentang konsep dan informasi yang mereka temukan.
Pencapaian siswa pada siklus I siswa sudah mampu menyimpulkan bahwa koefisisen dari
kedua variabel tidak ada yang sama, sedangkan untuk mengeliminasi variabel x atau y
koefisiennya harus sama, untuk memperoleh variabel yang sama maka siswa FZ
mengalikan persamaan kedua dengan angka 2. Selanjutnya siklus II Siswa NH sudah
mampu menyimpulkan dan mengubah kalimat verbal kedalam model matematika, yaitu
dengan memisalkan baju adalah x dan topi adalah y, jadi diperoleh model matematikanya
3x + 4y = 960.000 dan 2x + 5y = 990.000.
Akivitas yang dilakukan pada fase percobaan yaitu peneliti meminta siswa untuk
menyelesaikan permasalahan pada LKS. Pencapaian siswa pada siklus I dan siklus II yaitu
siswa bersama kelompoknya mencoba menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam
LKS menggunakan metode gabungan (substitusi-eliminasi) sehingga siswa mampu
menemukan himpunan penyelesaiannya dengan benar.
Aktivitas yang dilakukan pada fase pembentukan jejaring yaitu peneliti mengarahkan
siswa untuk mempresentasikan hasil kesimpulan kelompoknya didepan kelas. Pada siklus I
peneliti meminta perwakilan dari kelompok 1 untuk mempresentasikan hasil kesimpulan
kelompoknya. Kemudian peneliti bertanya kepada siswa apakah ada jawaban lain selain
dari jawaban kelompok 1, siswa menjawab bahwa jawaban kelompok mereka sama dengan
jawaban kelompok 1. Pada siklus II peneliti meminta perwakilan kelompok 2 untuk
mempresentasikan hasil kesimpulan kelompoknyanya. Kemudian peneliti bertanya kepada
siswa apakah ada jawaban lain selain dari jawaban kelompok 2, siswa menjawab hasil
jawaban kelompok mereka sama dengan jawaban kelompok 2 yang berbeda hanya
variabelnya.
Aktivitas yang dilakukan peneliti pada kegiatan penutup yaitu peneliti memberikan
tugas tentang penyelesaian SPLDV kepada siswa sebagai bahan latihan di rumah. Tugas
yang diberikan pada siklus I yaitu tentukan himpunan penyelesaian dari 3x – 2y = 12 dan
2x + 2y = 18 dan pada siklus II yaitu Asep membeli 2 kg mangga dan 1 kg apel dengan
harga Rp.15,000,00. Sedangkan Intan membeli 1 kg mangga dan 2 kg apel dengan harga
Rp.18,000,00. Berapakah harga 5 kg mangga dan 3 kg apel? Kemudian siswa mencatat

210 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

semua hal-hal penting yang menjadi bahan belajar mereka di rumah. Selanjutnyapeneliti
mengakhiri pembelajaran dengan berdoa bersama-sama dan mengucapkan salam.
Pada pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan siklus I kepada siswa.
Adapun satu diantara soal yang diberikan yaitu tentukanlah himpunan penyelesaian setiap
SPLDV berikut: x + y = 3 dan 2x – 2y = 10. Berdasarkan hasil jawaban siswa diperoleh
informasi bahwa dari 21 siswa yang mengikuti tes, terdapat 19 siswa telah mampu
menyelesaikan SPLDV dengan tepat menggunakan metode eliminasi, substitusi atau
campuran dan terdapat jawaban siswa terhadap soal tersebut sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar 4 berikut.
RF S1 01

RF S1 04

RF S1 02

RF S1 05

RF S1 03

RF S1 06

Gambar 4. Jawaban siswa RF pada soal nomor 1 S1
Terlihat pada jawaban siswa RF sebagaimana Gambar 4, RF menuliskan 2x + 2y = 6
(RFSI02)
dikurang dengan 2x – 2y = 10 (RFSI01) kemudian menuliskan hasilnya
sehingga hasil akhirnya y = -1 (RFSI03). Selanjutnya RF mensubstitusikan nilai y = 1 dan
menuliskan 2x – 2y = 10, 2x – 2(-1) = 10, 2x + 2 = 10 dan 2x + 2 – 2 = 10 (RFSI04),
kemudian menuliskan
(RFSI05) sehingga hasil akhirnya x = 4 (RFSI06). Jawaban RF
pada (RFSI03), (RFSI04) dan (RFSI06) benar. Sedangkan pada (RFSI01), (RFSI02) dan
(RFSI05) salah. RF melakukan oprasi pengurangan 6 – 10 = -6 (RFS101), seharusnya jawaban
RF 6 – 10 = -4 dan RF membagi 2x dengan 2 (RFS105), seharusnya siswa RF tidak membagi
variabel x. Selanjutnya untuk memperjelas informasi tentang kesalahan RF, peneliti melakukan
dialog sebagaimana transkip berikut.
RF S1 07 P

RF S1 08 S
RF S1 09 P

RF S1 10 S
RF S1 11 P

: pada soal nomor 1 kamu langkah pengerjaanya ada yang salah, kamu
melakukan oprasi pengurangan 6 – 10 = -6 namun hasil akhirnya benar.
Mengapa demikian?
: salah tulis saya kak. Disitu bukan - 6 tetapi - 4.
: jadi kamu hanya salah menuliskan ya. Kemudian pengerjaanmu pada
metode substitusi kamu membagi 2x dengan 2 sementara hasil akhirnya
kamu masih menuliskan variabel x. Seharusnya bagaimana?
: iya kak, saya terburu-buru sehingga coretannya sampai kena variabelnya.
Seharusnya yang dicoret hanya koefisien 2 saja kak.
: baiklah, kalau begitu kedepannya harus lebih teliti lagi ya.

Hasil jawaban siswa menunjukan bahwa siswa RF sudah memahami konsep dan
mampu menentukan himpunan penyelesaian dengan benar, tetapi kurang teliti dalam
melakukan operasi pengurangan (RFSI08S) dan operasi pembagian (RFSI10S).
Pada pertemuan kedua peneliti memberikan tes akhir tindakan siklus II yang diikuti
oleh 21 siswa. Adapun satu diantara soal yang diberikan sebagai berikut. Di kios Amir
harga 1 kg beras dan 4 kg minyak goreng adalah Rp.14.000,00. Sedangkan harga 2 kg beras
dan 1 kg minyak goreng adalah Rp.10.500,00. Tentukan: a) model matematika dari soal
tersebut, b) berapa harga 1 kg beras dan harga 1 kg minyak goreng.

Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 211

Selanjutnya hasil jawaban siswa dianalisis dan diperoleh informasi bahwa dari 21 siswa
yang mengikuti tes, terdapat 16 siswa telah mampu membuat model matematika dan
menyelesaikan permasalahan SPLDV, 6 siswa sudah mampu membuat model matematika pada
soal SPLDV, namun saat penyelesaian siswa masih melakukan beberapa kesalahan pada
operasi hitung. Jawaban siswa ditunjukkan sebagaimana Gambar 5 berikut.
AM S2 01

AM S2 02
AM S2 06

AM S2 05

AM S2 03
AM S2 04

Gambar 5. Jawaban siswa AM soal nomor 1 pada siklus 2
Terlihat pada jawaban siswa AM sebagaimana Gambar 5, AM menuliskan b + 4m =
14000 dikalikan dengan 2 hasilnya 2b + 8m = 18000 (AMS201), 2b + m = 10500 dikalikan
(AMS204),
satu hasilnya tetap 2b + m = 10500 (AMS202), 7m = 17500 (AMS203), m =
m = 2500 (AMS205) dan menuliskan kesimpulan harga 1 minyak goreng adalah 2500.
Jawaban AM pada (AMS202), (AMS203), (AMS204) dan (AMS205) benar. Sedangkan
jawaban AM pada (AMS201) dan (AMS206) salah, karena AM melakukan kesalahan ketika
mengoperasikan b + 4m = 14000 kemudian di kalikan dengan 2 hasilnya adalah 2b + 8m
=18000 padahal seharusya 2b + 8m = 28000 (AMS201) kemudian menuliskan kesimpulan
dengan informasi yang kurang lengkap (AMS206). Selanjutnya untuk memperjelas informasi
tentang kesalahan AM, peneliti melakukan dialog sebagaimana transkip berikut.
AM S2 09 P

AM S210 S
AM S211 P
AM S212 S
AM S213 P
AM S214 S

: coba lihat jawaban dari soal nomor 1 kamu, saat penyelesaian menggunakan
metode eliminasi kamu salah dalam mengoperasikan perkalian b + 4m =
14000 kemudian di kalikan dengan 2 hasilnya yang kamu tuliskan adalah 2b +
8m =18000, sementara hasil akhir kamu benar. Kenapa seperti itu?
: iya kak, saya salah menghitung karena buru-buru terlalu semangat
mengerjakan akhirnya salah seharusya hasil perkaliannya 2b + 8m = 28000.
: kemudian penulisan kesimpulanmu harga 1 minyak goreng adalah 2500.
Seharusnya yang benarnya bagaimana?
: iya kak, saya juga lupa menuliskan kg dan Rp nya. Seharusnya saya menulis
harga 1kg minyak adalah Rp.2500.
: ogh begitu ya, berikutnya nanti lebih diperhatikan ya.
: iya kak

Berdasarkan hasil dialog tersebut, diperoleh informasi bahwa siswa AM sudah
memahami soal dan mampu menyelesaikan SPLDV dengan benar serta mampu mengubah
kalimat verbal kedalam model matematika dengan benar tapi kurang teliti dalam melakukan
operasi perkalian (AMS210S) dan penulisan kesimpulan (AMS212S).
Observasi dilakukan dengan mengamati setiap aspek dalam lembar observasi
aktivitas peneliti. Adapun aspek yang diamati meliputi: 1) membuka pembelajaran dengan
mengucap salam, mengajak siswa berdoa dan mengecek kehadiran siswa, 2) memberikan

212 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

gambaran tentang pentingnya memahami sistem persamaan linear dua variabel sebagai
apersepsi untuk mendorong rasa ingin tahu dan berpikir kritis siswa, 3) menyampaikan
tujuan pembelajaran, 4) memberikan motivasi tentang pentingnya mempelajari materi
sistem persamaan linear dua variabel kepada siswa, 5) menyajikan gambar yang sering
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan sistem persamaan linear dua
variabel, 6) mengontrol pemahaman siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendapat tentang gambar yang diberikan, 7)
membimbing siswa membuat kesimpulan dengan bahasa siswa sendiri, 8) membagi siswa
dalam beberapa kelompok. Dengan setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, 9)
membagi LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa untuk mendiskusikan dengan
teman sekelompoknya untuk menyelesaikan soal pada LKS, 10) berkeliling untuk
memantau aktivitas siswa dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan, 11) meminta
perwakilan dari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, 12)
memimpin diskusi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan
pertanyaan atau tanggapan, 13) mengumpulkan hasil diskusi kelompok siswa, 14)
mengajak siswa merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung, 15) mengarahkan siswa
untuk membuat kesimpulan tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan, 16)
memberikan PR kepada siswa, 17) mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan memberikan
pesan-pesan positif dan mengucap salam, 18) efektivitas pengelolaan waktu, dan 19)
mengajak siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
Hasil observasi terhadap aktivitas peneliti yaitu aspek 2, 5, dan 18 memperoleh nilai
2, aspek 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,13, 14, 15, 16, 17 dan 19 memperoleh nilai 3, dan aspek
1 memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 55, sehingga aktivitas peneliti
pada siklus I dapat di kategorikan baik. Selanjutnya pada siklus II, aspek 2 dan 17
memperoleh nilai 3, aspek 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18 dan 19
memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 64, sehingga aktivitas peneliti
dikategorikan sangat baik.
Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diamati oleh pengamat dalam bentuk
kelompok belajar. Adapun aspek yang diamati yaitu: 1) memberi salam, berdoa bersama
dan mendengarkan nama ketika guru mengecek daftar hadir, 2) kesiapan siswa untuk
belajar, 3) memperhatikan tujuan pembelajaran dan motivasi yang disampaikan guru, 4)
mengamati fakta-fakta yang ditemukan setelah menyimak penjelasan guru, 5) menganalisa
dan memeriksa kembali data-data yang diperoleh dari fase mengamati, 6) membuat
kesimpulan mengenai konsep yang ditemukan, 7) membentuk kelompok seperti yang
diarahkan guru, 8) mengambil LKS yang diberikan oleh guru, 9) bekerjasama dalam
kelompok untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS, 10)
mempresentasikan hasil penyelesaian yang diperoleh, 11) menanggapi dan mengajukan
pertanyaan pada kelompok yang mempersentasekan, 12) mengumpulkan LKS kepada guru
dan kembali ketempat duduk masing-masing, 13) Membuat kesimpulan tentang apa yang
telah dipelajari, 14) memperhatikan penjelasan guru tentang apa yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya, 15) menulis PR yang diberikan guru, dan 16) keaktifan siswa dalam
pembelajaran.
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa yaitu aspek 4, 5 dan 12 memperoleh nilai 2,
aspek 2, 3, 6, 7, 9, 10, 11, 14, 15 dan 16 memperoleh nilai 3, dan aspek 1, 8 dan 13
memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang diperoleh adalah 48, sehingga aktivitas siswa dapat
dikategorikan baik. Selanjutnya pada siklus II, aspek 10 dan 13 memperoleh nilai 3; aspek

Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 213

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15 dan 16 memperoleh nilai 4. Jumlah skor yang
diperoleh adalah 62, sehingga aktivitas siswa dapat dikategorikan sangat baik.
PEMBAHASAN
Saat pelaksanaan tindakan peneliti menerapkan pendekatan saintifik agar siswa lebih
aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan mendorong siswa untuk melakukan
penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu kejadian atau fenomena. Menurut
Kemendikbud (2013) pada setiap langkah inti proses pembelajaran guru akan melakukan
pembelajaran dengan melakukan pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah
(Scientific). Sebelum pelaksanaan tindakan dilakukan, peneliti memberikan tes awal kepada
siswa kelas VIII dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa mengenai materi
prasyarat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sutrisno (2012) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan tes sebelum perlakuan dilakukan untuk mengetahui pemahaman awal siswa.
Pelaksanaan pembelajaran terdiri atas 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan. Pada pertemuan pertama, peneliti memberikan LKS yang bertujuan untuk
menemukan konsep dari materi yang dipelajari dan pemberian latihan soal. Selanjutnya
pada pertemuan kedua, peneliti memberikan tes akhir tindakan. Pelaksanaan kegiatan
pembelajaran pada setiap siklus mengikuti fase-fase pendekatan saintifik. Pada kegiatan
pendahuluan peneliti membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa
berdoa, dan mengecek kehadiran siswa.
Aktivitas selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Alasan peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran sebelum memulai aktifitas belajar
yaitu, agar siswa terarah dalam mengikuti pembelajaran sehingga siswa mampu mencapai
tujuan pembelajaran sesuai yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Barlian
(2013) yang menyatakan bahwa penyampaian tujuan pembelajaran merupakan strategi yang
dapat mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan pada saat
mengikuti proses pembelajaran.
Selanjutnya peneliti memberikan pemotivasian kepada seluruh siswa yaitu dengan
menyampaikan manfaat dari mempelajari materi SPLDV dalam kehidupan sehari-hari
misalnya siswa ingin menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan
angka, uang, umur dan lain-lain. Sehingga siswa termotivasi, siap dan semangat dalam
mengikuti pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo (1990) yang menyatakan
bahwa betapa pentingnya menimbulkan motivasi belajar siswa, sebab siswa yang diberi
motivasi belajar akan lebih siap belajar dari pada siswa yang tidak diberi motivasi belajar.
Kemudian peneliti mengorganisir siswa ke dalam beberapa kelompok yang heterogen. Hal
ini bertujuan agar siswa dapat bekerjasama, terlibat aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat
bertukar pendapat bersama teman kelompoknya.
Kegiatan peneliti pada fase pengamatan yaitu peneliti meminta siswa untuk
mengamati LKS dengan menyajikan sebuah masalah matematika terkait materi SPLDV
pada siklus I dan gambar yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada siklus II.
Langkah mengamati untuk siklus 1 siswa dapat mengetahui Konsep SPLDV dan pada
siklus II siswa dapat mengetahui hubungan SPLDV dengan kehidupan nyata. Langkah
mengamati ini bertujuan untuk mendorong rasa ingin tahu siswa mengamati fenomena
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan objek matematika sehingga timbul
keinginan sendiri untuk mengetahui konsep yang akan ditemukan. Hal ini sesuai dengan
Kemendikbud (2013) bahwa mengamati objek matematika dapat dikelompokkan dalam dua
macam kegiatan yang masing-masing mempunyai ciri berbeda, yaitu: 1) mengamati

214 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

fenomena dalam lingkungan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan objek
matematika tertentu, 2) mengamati objek matematika yang abstrak.
Kegiatan pada fase pengajuan pertanyaan yaitu siswa bertanya tentang hal-hal yang
belum dipahami yang bertujuan untuk menuntun siswa menemukan konsep SPLDV pada
siklus I dan mengubah kalimat verbal kedalam model matematika pada siklus II. Apabilah
siswa menemui kendala dalam proses menjawab maka peneliti dapat memberikan
pertanyaan penuntun yang mengarah pada jawaban pertanyaan siswa itu sendiri. Hal ini
sejalan dengan pendapat Nusantara dan Syafi’i (2013) yang menyatakan bahwa dalam
menjawab pertanyaan siswa, guru kiranya memberikan bimbingan secara terbatas yang
dapat mengarahkan siswa untuk dapat menemukan sendiri apa yang mereka tanyakan.
Kegiatan pada fase penalaran yaitu siswa membuat kesimpulan sesuai dengan konsep
dan informasi yang ditemukannya dari fase-fase sebelumnya. Hal ini bertujuan agar siswa
dapat berfikir logis dan sistematis dalam memperoleh kesimpulan. Hal ini sesuai dengan
kemendikbud (2013) bahwa secara umum dapat dikatakan penalaran adalah proses berfikir
yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan.
Kegiatan peneliti pada fase percobaaan yaitu peneliti meminta siswa untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan pada LKS, agar siswa terlatih untuk
memperdalam pengetahuannya dan memecahkan masalah. Hal ini sesua dengan
Kemendikbud (2013) bahwa pengalaman mencoba akan melatih siswa yang memuat
latihan mengasa pola pikir, sikap dan kebiasaan memecahkan masalah.
Kegiatan pada fase pembentukan jejaring yaitu peneliti mengarahkan siswa untuk
mempresentasikan hasil kesimpulan kelompoknya di depan kelas. Hal ini bertujuan agar
saat siswa berdiskusi dan menyampaikan hasil kerja kelompoknya, semua siswa aktif dalam
mengumpulkan informasi dan saling mengemukakan pengetahuan mereka masing-masing.
Hal ini sesuai dengan Kemendikbud (2013) bahwa penyelesaian dalam tugas kelompok
harus merupakan tujuan kelompok membentuk jejaring dapat dimaknai sebagai
menciptakan pembelajaran yang kolaboratif antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa.
Hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa siswa dapat mencari himpunan
penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode subtitusi, eliminasi dan gabungan.
Namun masih ada beberapa siswa yang melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut antara
lain siswa keliru dalam operasi hitung bilangan bulat dan membentuk himpunan
penyelesaian. Walaupun demikian, ketika diberikan bimbingan untuk menjawab kembali
soal tersebut siswa dapat menyelesaikannya dengan baik dan benar. Secara umum, siswa
mampu menyelesaikan soal yang berkaitan dengan mencari himpunan penyelesaian
SPLDV dengan menggunakan metode susbtitusi, eliminasi dan gabungan dengan benar
yang berarti indikator keberhasilan tindakan untuk siklus I telah tercapai. Selanjutnya, pada
tes akhir tindakan siklus II, menunjukkan bahwa siswa mampu mengubah kalimat
verbal/kalimat dalam kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika
dan
menyelesaikannya menggunakan metode eliminasi, substitusi, dan gabungan dengan benar.
Hal ini berarti bahwa kriteria keberhasilan tindakan untuk siklus II telah tercapai.
Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut, maka terlihat bahwa indikator
keberhasilan tindakan telah tercapai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan
pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaiakan materi
sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 10 Palu.

Dina Fitriana Toangi, Bakri Mallo, dan Linawati, Penerapan Pendekatan … 215

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII SMP
Negeri 10 Palu dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan
mengikuti fase-fase sebagai berikut: 1) pengamatan, 2) pengajuan pertanyaan, 3) penalaran,
4) percobaan, dan 5) pembentukan jejaring.
Kegiatan pada fase pengamatan yaitu siswa mengamati permasalahan yang
diberikan pada LKS. Pada siklus I mengenai materi SPLDV dengan menggunakan metode
subtitusi, eliminasi, dan gabungan dan pada siklus II merupakan materi lanjutan dari siklus
I yaitu membuat model matematika dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV dengan menggunakan metode gabungan
(eliminasi-subtitusi). Pada fase pengajuan pertanyaan siswa bertanya tentang hal-hal yang
belum dipahami yang bertujuan untuk menuntun siswa menemukan konsep SPLDV pada
siklus I dan mengubah kalimat verbal kedalam model matematika pada siklus II. Kegiatan
pada fase penalaran siswa mengolah informasi yang diperoleh untuk membuat suatu
kesimpulan. Pada fase percobaan siswa menggunakan konsep yang ditemukan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Selanjutnya kegiatan pada fase pembentukan
jejaring yaitu siswa berdikusi secara berkelompok dan mempersentasikan hasil kerja
kelompoknya.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, maka disarankan agar Guru
menggunakan pendekatan saintifik yang di padukan dengan metode diskusi kelompok dan
tanya jawab untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu
permasalahan dan peneliti lain dapat menerapkan pendekatan saintifik yang di padukan
dengan metode diskusi kelompok, tanyajawab dan model pembelajaran yang mendukung
pada materi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru? Jurnal Forum
Sosial. [Online]. Vol. 6.No. 1. 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri. ac.id/2268/2/isi.pdf. [12 Juni 2016].
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 Mata Pelajaran
Matematika . Jakarta: Depdiknas.
Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21 Cet.
Kedua, Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor.
Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika . Malang : IKIP Malang.
Jalil,,A.,(2015).,Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI)
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel Kelas VIII C Mts Darul HikmahTahun2014/2015.
[Online]. Jurnal Pendidikan. Vol.1.No.1. 7-8 halaman. Tersedia: http://repository.
unej. ac. id /handle/ 123456789/62305? show=full [21 September 2015].

216 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Diklat Guru: dalam Rangka
Implementasi Kurikulum 2013 Mata Diklat 2: Analisis Materi Ajar Jenjang
SD/SMP/SMA Matapelajaran Pendekatan Scientific. Jakarta. Kemendikbud.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical
Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience [Online]. Tersedia:
https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec= frontcover&dq
=kemmis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&rediresc=y#v=onepage&q=kemmis%20a
nd%20mctaggart&f=false. [23 September 2016].
Liberna, H. (2012). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Melalui
Penggunaan Metode Improve pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
[Online]. Jurnal Formatif. Vol2. No.3. 190 - 197 halaman. Tersedia: http:// www.
unindra. ac. id /Hawa-1. pdf [18 September 2015].
Miles, M. B dan Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Pres.
Nugroho, D.S. (2010). Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Bahasan
SPLDV Melalui Pendekatan Pair Check. [Online]. Jurnal Pendidikan.Vol
1.No.2.12-13 halaman. Tersedia: http://eprints.ums.ac.id/8302/ [21 Agustus 2015].
Nusantara, Toto dan Syafi’i Imam. (2013). Diagnosis Kesalahan Siswa pada Materi
Faktorisasi Bentuk Aljabar dan Scaffoldingnya. Jurnal Untan [Online]. Tersedia:
http//jurnal.untan.online.um.ac.id/data/artikel/artikel29887756D90
1C2029476EE329D179594.pdf. [10 Mei 2016].
Sutrisno. (2012). Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Matematika .
[Online]. Vol.14. No. 1.4 halaman.Tersedia: http://fkip.Unila.ac. id /ojs/journals
/II/JPMU vol1No4/016-Sutrisno. pdf. [25 April 2016]

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIII PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DI SMP PARULIAN 2 MEDAN.

0 7 24

Kajian Strategi Siswa dalam Menyelesaikan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.

0 2 166

PENERAPAN LANGKAH POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP NEGERI 14 PALU | Rafika | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8889 29185 1 PB

0 0 11

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 16 PALU | Rachman | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7172 23849 1 PB

0 0 15

PENERAPAN STRATEGI POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VIIIC SMP AL-AZHAR PALU DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL | Anggraini | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7982 26235 1 PB

0 0 6

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH POLYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP NEGERI 19 PALU | Putri | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 7253 24156 1 PB

0 0 14

PROFIL PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMPN 9 PALU DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL | Rahmi | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8644 28364 1 PB

0 0 12

PENERAPAN PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DI KELAS VIIIc SMP NEGERI 19 PALU

0 0 16

MATEMATIKA SISWA KELAS VIII PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP ADABIYAH PALEMBANG

0 0 129

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VIII PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

0 0 12