Peranan Pembuktian Terhadap Putusan Hakim Dalam Penjatuhan Hukuman Terhadap Pelaku Pembunuhan Berencana ( Putusan Pengadilan Negeri No.1359 PID.B 2014 PN.JKT.PST)

3

ABSTRAK
Heru Triatma Jaya Sinaga*
Prof. Dr. Madiasa Ablisar, S.H., M.S **
Alwan, S.H., M.Hum ***
Tindak pidana pembunuhan berencana adalah suatu tindak pidana yang
merupakan pemberatan dari tindak pidana pembunuhan biasa. Maraknya kasus
pembunuhan berencana belakangan ini menjadi perhatian bagi masyarakat
terutama pada vonis yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim. Bila melihat pengaturan
pembunuhan berencana dalam KUHP maka ada kemiripan dengan penganiayaan
berencana, dimana yang menjadi akibat dari perbuatannya adalah matinya korban,
dan adanya unsur perencanaan dalam melakukan tindak pidana tersebut. Sehingga
terhadap putusannya hakim harus sangat berhati-hati dalam melihat perbedaan
diantara keduanya sehingga menjadi putusan yang tepat. Hal inilah yang
menimbulkan pertanyaan bagi penulis yang kemudian diangkat menjadi rumusan
permasalahan, yaitu peranan pembuktian dalam menentukan apakah suatu kasus
tersebut pembunuhan berencana atau penganiayaan berencana, serta bagaimana
dalam persidangan kekuatan pembuktian mengarahkan putusan hakim dalam
perkara pembunuhan berencana tersebut.
Untuk menjawab masalah tersebut maka metode yang penulis gunakan

adalah menggunakan metode penelitian hukum normative yaitu dengan
melakukan penelitian kepustakaan yakni penelitian yang dilakukan dengan
meneliti bahan-bahan kepustakaan, khususnya perundang-undangan dan
kepustakaan hukum yang berkaitan putusan penjatuhan hukuman penjara terhadap
pelaku pembunuhan berencana dan penganiayaan berencana serta mengenai
pengaturan terhadap pembuktian dimana membahas mengenai sistem pembuktian
negatif yang berlaku di Indonesia yang diatur dalam pasal 183 KUHAP.
Majelis hakim dalam perkara ini menggunakan proses pembuktian dalam
persidangan sebagai pembentuk keyakinan hakim dalam menjatuhkan hukuman
kepada terdakwa. Dalam penelitian ini, pembuktian terhadap kejahatan yang
dilakukan oleh terdakwa melalui alat-alat bukti yang dihadirkan dalam
persidangan digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum maupun Kuasa Hukum
Terdakwa sebagai konstruksi kejadian sesungguhnya sehingga didapatkan faktafakta yang sebenarnya terjadi apakah terdakwa membunuh korban atau
menganiaya korban hingga menimbulkan kematian. Dalam perkara ini Majelis
Hakim memutuskan bahwa terdakwa terbukti bersalah melakukan pembunuhan
berencana dan dijatuhi hukuman penjara selama 20 tahun.

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**Dosen Pembimbing I
***Dosen Pembimbing II


i
Universitas Sumatera Utara