Penentuan Kualitas Air di Perairan Tigaras Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem Danau
Danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang menempati daerah yang relatif
kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Bagi
manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya
(Yazwar, 2008). Danau merupakan satu contoh perairan tergenang selain rawa, situ,
waduk, telaga, embung dan lainnya (Bratadiredja, 2010).
Menurut Effendi (2003), berdasarkan tingkat kesuburannya, danau dapat
diklasifikasikan menjadi 3 sebagai berikut :
a. Oligotropik (miskin unsur hara dan produktivitas rendah), yaitu perairan dengan
produktivitas primer dan biomassa yang rendah. Perairan ini memiliki kadar unsur
hara mitrogen dan fosfor rendah, namun cnderung jenuh dengan oksigen.
b. Mesotropik (unsur hara dan produktivitas sedang), yaitu perairan dengan
produktivitas primer dan biomassa sedang. Perairan ini merupakan peralihan
antara oligotropik dan eutropik.
c. Eutrofik (kaya unsur hara dan produktivitas tinggi), yaitu perairan dengan kadar
unsur hara dan tingkat produktivitas primer tinggi. Perairan ini memiliki tingkat
kecerahan yang rendah.
Menurut Bratadiredja (2010) karakteristik dasar ekosistem perairan tergenang
yaitu memiliki arus yang tenang (atau bahkan tidak ada arus), organismenya tidak

membutuhkan adaptasi khusus, ada stratifikasi suhu (khusus perairan terganang
dengan kedalaman lebih dari 100 meter), ada stratifikasi kolom air (pada perairan
dalam), substrat dasar umumya berupa lumpur halus. Selain itu menurut Lukman dkk
(2012), kondisi morfometri memberikan karakteristik spesifik perairan danau, seperti

Universitas Sumatera Utara

waktu simpan air yang dapat menggambarkan berbagai potensinya, sebagai sumber air
maupun potensi produksi hayati, serta menentukan tingkat kepekaan terhadap
pengaruh beban material dari daerah tangkapannya.
Menurut Mulyawan (2013), danau memiliki perbedaan ukuran dan kedalaman,
tergantung pada cara terbentuknya, seperti di bawah ini:
1.

Danau yang disebabkan oleh pengikisan
a. Danau gletser, terbentuk bila gletser dan lembaran es mengeruk permukaan
bumi dan membentuk ceruk. Kemudian ceruk ini terisi air dan membentuk
danau.
b. Danau lekukan gurun, terbentuk didaerah kering tempat angin menghasilkan
lekukan. Bila dasar lekuk tersebut mencapai muka air tanah, maka

terbentuklah sebuah danau. Contohnya iyalah oase gunung di seluruh dunia.

2.

Danau yang disebabkan oleh kegiatan vulkanik
a. Danau kaldera, terbentuk bila didalam kaldera atau bagian tengah gunung
berapi yang runtuh terkumpul air. Danau ini umumnya bulat dan dalam. danau
Toba di Sumatera Utara adalah suatu danau kaldera.
b. Danau kawah, terbentuk bila dalam kawah, atau lubang bulat mirip corong
dipuncak gunung berapi terkumpul air. Contohnya ialah danau Kawah Putih di
Jawa Barat, danau Kelimutu di Nusa Tenggara Timur.
c. Danau bendungan lava, terbentuk bila aliran lava gunung berapi menyumbat
lembah sungai dan menyebabkan terbentuknya danau. Contohnya adalah danau
Purba Bandung di Jawa Barat.

3.

Danau yang dihasilkan oleh gerakan bumi

Universitas Sumatera Utara


a. Danau sesar, terjadi jika pergeseran di kerak bumi, maka tterbentuklah lekukan
atau lembah retak yang kemudian dapat menjadi danau.
4.

Danau yang dihasilkan oleh sungai dan laut
a. Danau tapal kuda, dihasilkan bila sungai yang berkelok-kelok melintasi daratan
mengambil jalan pintas dan meninggalkan potongan-potongan yang akhirnya
membentuk danau tepal kuda.
b. Danau delta, terbentuk di sepanjang pantai yang arus pantainya mengendapkan
pasir dan membentuk gosong pasir. Akhirnya, gosong pasir itu sama sekali
memisahkan sebagian kecil laut, dan dengan demikian membentuk laguna.
Delta-delta terbesar di dunia mempunyai danau delta atau laguna.

Danau Toba
Ekosistem Kawasan Danau Toba terletak di dataran tinggi Bukit Barisan di
Provinsi Sumatera Utara, secara geografis terdapat antara koordinat 2º10´ LU - 3º0´
LU dan 98º20´ BT - 99º50´ BT dengan luas permukaan air danau 112.959 ha.
Ekosistem Kawasan Danau Toba secara administratif terletak di 7 (tujuh) kabupaten
yaitu Kabupaten Simalungun, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Samosir,

Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi dan
Kabupaten Karo (Nasution, dkk., 2010).
Dengan banyaknya kota-kota wisata di tepi Danau Toba dan di Pulau Samosir
beserta pemukiman yang ada serta segala aktifitas domestik, pertanian, peternakan dan
lainnya, maka secara kumulatif seluruh aktifitas itu akan memberikan kontribusi
terhadap kualitas badan air danau. Selain kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan,
pada saat ini telah banyak dikembangkan budidaya ikan mas dan nila yang

Universitas Sumatera Utara

dikembangkan dengan jaring apung yang terdapat di seluruh wilayah danau baik yang
dikelola perorangan maupun beberapa perusahaan. Demikian banyaknya aktivitas
yang terjadi di sekitar dan dalam badan air wilayah danau termasuk banyaknya
transportasi motor air dan kapal-kapal penumpang yang beroperasi di wilayah perairan
danau, maka tentu kualitas badan air danau akan mengalami perubahan dengan beban
introduksi segala material dan energi yang diterima oleh lingkungan perairan Danau
Toba tersebut (Sagala, 2012).
Danau Toba merupakan danau vulkano tektonis akibat proses tanah terban
(subsidence) yang terjadi karena bagian dalamnya berupa magma naik ke permukaan
melalui celah tektonik membentuk gunung api. Berdasarkan keadaan nutrisinya,

Danau Toba tergolong danau yang memiliki kandungan nutrien sedikit dan
produktivitas primernya juga rendah, kondisi ini disebut ologotropik (Yazwar, 2008).
Danau Toba termasuk perairan lentik (lentic water), atau disebut juga perairan
tenang. Danau Toba merupakan suatu perairan yang banyak dimanfaatkan oleh
beberapa sektor seperti pertanian, perikanan, pariwisata, perhubungan laut, dan juga
merupakan sumber air minum bagi masyarakat di kawasan Danau Toba. Adanya
berbagai aktivitas manusia di sekitar danau tersebut, sehingga Danau Toba akan
mengalami perubahan ekologis di mana kondisinya sudah berbeda dengan kondisi
alaminya (Silalahi, 2009).
Permasalahan utama yang dialami ekosistem Danau Toba terutama adalah
penurunan kualitas air akibat dari berbagai limbah yang dibuang ke dalarn danau
sehingga menimbulkan pencemaran, seperti limbah rumah tangga, limbah pertanian,
lirnbah dari budidaya perikanan di dalam keramba serta limbah rninyak yang berasal
dari aktivitas transportasi air. Selain itu terjadi perusakan kawasan hutan berupa

Universitas Sumatera Utara

penebangan hutan untuk berbagai keperluan di sekitar danau yang menyebabkan
terjadinya fluktuasi alirau air yang rnasuk ke dalarn ekosistem danau (Barus, 2004).
Dalam penelitian Haro (2013), menyatakan bahwa evaluasi kondisi kualitas air

di perairan Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison menggunakan metode Storet,
dapat disimpulkan status mutu air perairan Danau Toba Kecamatan Haranggaol
Horison termasuk ke dalam kelas C yaitu tercemar sedang. Hal ini diduga adanya
beban masukkan berupa limbah dari kegiatan budidaya dan limbah rumah tangga di
sekitar perairan Danau Toba Kecamatan Haranggaol Horison menyebabkan nilai
ammonia, nitrat dan fosfat tinggi.

Tigaras
Nagori Tigaras merupakan salah satu Nagori di Simalungun yang terkenal
dengan tempat pariwisatanya, yakni seperti Pantai Paris, Pantai Garoga dan lain
sebagainya. Nagori Tiga Ras merupakan satu-satunya alternatif penyeberangan ke
Samosir dan Tapanuli pada masa itu sebelum terbentuk pelabuhan di Parapat, Tomok
dan lain sebagainya. Namun sarana penyeberangan kapal baru dibuka pada tahun
2007. Secara geografis Nagori Tigaras berada dikecamatan Dolok Pardamean,
Kabupaten Simalungun. Ketinggian desa rata rata di atas 862-900 m diatas permukaan
laut dan rata-rata suhu sekitar 25° C dengan kategori daerah Dingin/Sejuk dan dengan
luas wilayah sekitar 1209 Ha. Nagori Tigaras berada di bagian selatan Kabupaten
Simalungun yang berbatasan dengan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan
Pematang Sidamanik, sebelah barat dengan Danau Toba, sebelah utara dengan Nagori
Togu Domu Nauli, dan sebelah timur berbatasan dengan Danau Toba (Girsang, 2015).


Universitas Sumatera Utara

Panjang pantai pada desa Tigaras ini lebih kurang 15 km. Jika lebar pinggiran
danau yang dipergunakan untuk budidaya rata-rata 50 meter maka luas lahan perairan
yang dapat dimanfaatkan untuk pemasangan keramba jaring apung ini lebih kurang
750.000 m2 atau 75 ha. Karena perairan danau ini merupakan perairan yang tenang
sehingga pencemaran limbah yang diakibatkan oleh penggunaan pakan dan obatobatan pada keramba-keramba ini terkonsentrasi pada kawasan perairan selebar lebih
kurang 50 meter sepanjang pantai yang digunakan untuk penempatan keramba.
Jumlah keramba apung masyarakat di desa ini tercatat 200 unit dengan luas masingmasing keramba 1 m2, jadi luas total keramba milik masyarakat di desa ini 200 m2.
Perairan Tigaras yang merupakan bagian dari wilayah Danau Toba memiliki
karakteristik pinggiran danau yang cukup landai dan didominasi oleh pasir putih
kecoklatan dan bebatuan serta dikelilingi oleh perbukitan. Perairan ini juga cukup
dangkal dan memiliki gelombang yang tidak cukup deras.

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik Sumberdaya dan Lingkungan Danau
Karakteristik sumberdaya danau meliputi parameter fisika, parameter kimia
dan parameter biologi. Ekosistem dan lingkungan merupakan dua hal yang tidak

terpisahkan. Lingkungan sekitar danau juga mempengaruhi keberadaan sumberdaya
alam danau. Parameter fisika meliputi temperatur atau suhu perairan, kecerahan
perairan danau, warna perairan, dan kandungan Total Suspended Solid (TSS).
Parameter kimia yang dapat menjadi faktor pembatas tersebut diantaranya: Dissolved
Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), pH, Nitrogen dan Fosfor total
(Effendi 2003).
Parameter biologi perairan meliputi seluruh organisme yang seluruh atau
sebagian hidupnya di air. Secara fisik, lingkungan berarti wadah atau tempat
berlangsungnya suatu sistem kehidupan organisme atau suatu komunitas. Lingkungan
sekitar danau merupakan kawasan sekitar danau yang masih mempengaruhi
keberadaan danau tersebut meliputi vegetasi sekitar danau. Kondisi lingkungan akan
berubah jika terjadi perubahan di dalam ekosistem atau sebaliknya masing-masing
saling mempengaruhi dalam suatu keseimbangan yang dinamis dan merupakan satu
kesatuan fungsional. Dengan demikian, ekosistem meliputi seluruh mahluk hidup dan
lingkungan fisik yang mengelilinginya, dan merupakan suatu unit yang mencakup
semua mahluk hidup dalam suatu area yang memungkinkan terjadinya interaksi
dengan lingkungannya, baik yang bersifat abiotik meupun biotik. Keseluruhan unsur
tersebut penting untuk diketahui guna menjaga kelestarian dan keberadaaan
sumberdaya dan lingkungan danau (Bratadiredja, 2010).
Proses eutrofikasi merupakan proses alamiah pada beberapa danau. Tetapi bila

terjadi kontaminasi fosfat dan nitrat karena aktivitas manusia yang berlangsung terus

Universitas Sumatera Utara

menerus, maka proses eutrofikasi tersebut meningkat secara drastis. Kejadian
eutrofikasi ini merupakan masalah yang terbanyak ditemukan di dalam danau,
terutama bila danau tersebut berdekatan dengan daerah urban (Darmono, 2001).

Parameter Fisika Perairan
Suhu
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian
dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan
dan aliran serta kedalaman dari badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap
proses fisika, kimia dan biologi badan air. Kecepatan metabolisme dan respirasi
organisme air juga memperlihatkan peningkatan dengan naiknya suhu yang
selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen (Effendi, 2003).
Bedasarkan suhunya, suatu badan air dapat dibagi atas epilimnion dan
hipolimnion. Bagian epilimnion merupakan lapisan air bagian atas yang mendapat
panas dari sinar matahari sehingga air bagian atas lebih panas dan ringan, sedangkan
hipolimnion yaitu lapisan bawah yang tidak terkena cahaya matahari. Karena

berbedanya suhu perairan berdasarkan kedalamannya maka pengukuran suhu badan
air selalu diukur berdasarkan kedalaman yang berbeda. Pengukuran suhu air dilakukan
dengan menggunakan thermometer. Suhu permukaan air dapat diukur dengan
thermometer biasa. Suhu air padaberbagai lapisan dapat diukur dengan menggunakan
tletermometer atau thermometer biasa yang dibenamkan dalam air (Suin, 2002).
TSS (Total Suspended Solid)

Universitas Sumatera Utara

Padatan tersuspensi total (Total Suspension Solid/TSS) adalah bahan-bahan
tersuspensi (diameter > 1 μm) yang tertahan pada saringan Millipore dengan diameter
0,45 μm. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasadjasad
renik yang terutama disebabkan kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan
air (Effendi 2003). Penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis
perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan
air, buangan domestik, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Padatan
tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air.
TDS (Total Dissolved Solid)
Nilai TDS sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan , limpasan dari tanah dan
pengaruh antropogenik (berupa limbah domestic dan industri). Rasio antara padatan

terlarut dan kedalaman rata-rata perairan merupakan salah satu cara untuk menilai
produktivitas perairan. Bahan-bahan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik,
akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan. Selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya yang matahari kekolom air dan akhirnya berpengaruh
terhadap proses fotosintesis (Effendi, 2003).
Kecerahan
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan
ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara visual dengan menggunakan
Secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter. Nilai ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan
tersuspensi, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran. Kecerahan juga
mempengaruhi pertumbuhan beberapa organisme atau biota perairan.

Universitas Sumatera Utara

Parameter Kimia Perairan
pH Air
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion Hidrogen dalam suatu larutan.
Organisme air hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral dengan
kisaran toleransi antara asam lemah sampai dengan basah lemah. Nilai pH yang ideal
bagi kehidupan organisme air pada umumnya 7 sampai 8,5. Kondisi perairan dengan
pH tertentu mempengaruhi metabolisma dan respirasi bagi kelangsungan hidup
organisme (Barus 2004).
Kelarutan Oksigen (Dissolved Oxygen)
Menurut Effendi (2003), menyatakan bahwa oksigen terlarut (DO) adalah
konsentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air yang berasal dari hasil fotosintesis
fitoplankton dan tumbuhan air serta hasil difusi dari udara. Oksigen terlarut dalam
perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme
untuk tumbuh dan berkembang biak. Menurut Barus (2004), selain pengukuran
konsentrasi oksigen juga perlu dilakukan pengukuran terhadap tingkat kejenuhan
oksigen dalam air. Nilai oksigen terlarut di perairan sebaiknya berkisar antara 6 – 8
mg/L.
Kandungan oksigen terlarut rata – rata di Danau Tasikardi adalag 3,93 ppm
berkisar antara 3,1 – 4,87 ppm. Berdasarkan penelitian, rendahnya kandungan oksigen
di Danau Tasikardi disebabkan bahan pencemar yang masuk ke perairan. Kandungan
oksigen yang rendah juga disebabkan oleh kecerahan di Danau Tasikardi tergolong
rendah, karena kecerhan yang rendah proses fotosintesi yang dilakukan fitoplankton
tidak optimal sehingga kandungan oksigen terlarut pun rendah (Adawiyah, 2011).
BOD (Biological Oxygen Demand)

Universitas Sumatera Utara

BOD menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme
hidup di dalam air untuk menguraikan atau mengoksidasi bahan-bahan pencemar di
dalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya,
tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi bahan-bahan pencemar tersebut (Nugroho, 2006).
Dalam penelitian Barus (2004) menyatakan hasil pengukuran terhadap nilai
BOD5 di Danau Toba menunjukkan bahwa nilai terendah sebesar 1,86 mg/L diperoleh
pada lokasi Simanindo (kedalaman 5 m), sedangkan nilai tertinggi sebesar 4,55 mg/L
diperoleh pada lokasi Parapat (kedalaman 5 m). Nilai BOD5 yang diperoleh pada
lokasi pengamatan menunjukkan indikasi tentang kadar bahan organic di dalam air,
yang berasal dari limbah cair yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia. Nilai
yang tinggi pada lokasi Parapat sangat berhubungan dengan pencemaran air danau
oleh limbah yang dihasilkan oleh penduduk (limbah domestik), dibandingkan dengan
nilai yang lebih rendah pada lokasi Simanindo. Hal inijuga menunjukkan bahwa pada
lokasi-lokasi tertentu di kawasan Danau Toba telah terjadi pencemaran air yang
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air danau. Dari uji statistik terhadap nilai
BOD5 diperoleh bahwa nilai rata-rata BOD5 pada kedalaman yang berbeda tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata.
COD (Chemical Oxygen Demand)
COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan
dalam proses oksidasi kimia yang dinyatakan dalam mg/l. Dengan mengukur nilai
COD maka akan diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk proses oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan

Universitas Sumatera Utara

secara biologis maupun terhadap yang sukar/tidak bisa diuraikan secara biologis
(Barus, 2004).
Nitrat
Nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan diketahui
sebagai senyawa yang kurang berbahaya dibandingkan dengan amonium/amoniak atau
nitrit. Nitrat adalah zat nutrisi yang dibutuhkan oleh organisme untuk tumbuh dan
berkembang (Barus, 2004).
Keberadaan keramba jaring apung di daerah tujuan wisata Tigaras
mempengaruhi kadar nitrogen yang berasal dari sisa pakan ikan. yang juga dapat
berdampak terhadap pencemaran. Kelebihan nitrogen di dalam badan perairan juga
meningkatkan pertumbuhan fitoplankton yang dapat memicu terjadinya blooming
(pertumbuhan tidak terkendali).
Fosfat
Seperti halnya nitrogen, kandungan fosfor merupakan unsur yang penting
dalam ekosistem air. Zat-zat organik seperti protein mengandung gugus fosfor,
misalkan ATP, yang terdapat dalam sel makhluk hidup dan berperan penting dalam
penyedia energi. Keberadaan senyawa fosfor dalam ekosistem perairan adalah sangat
penting terutama berfungsi dalam proses pembentukan senyawa protein dan
metabolisme bagi organisme. Kandungan fosfat yang terdapat di perairan umumnya
tidak lebih dari 0,1 mg/L. Kecuali bagian badan air yang menerima limbah dari rumah
tangga dan industri tertentu, serta dari daerah pertanian yang mendapatkan pemupukan
fospat. Oleh karena itu, perairan yang mengandung kadar fosfat melebihi kadar normal
kebutuhan organisme akuatik akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi (Isnaini,
2011).

Universitas Sumatera Utara

Parameter Biologi Perairan
Lingkungan perairan mudah tercemar oleh mikroorganisme pathogen
(berbahaya) yang masuk dari berbagai sumber seperti permukiman, pertanian dan
peternakan. Bakteri yang umum digunakan sebagai indikator tercemarnya suatu badan
air adalah bakteri yang tergolong Escherichia coli , yang merupakan satu diantara
beberapa bakteri yang tergolong koliform dan hidup normal di dalam kotoran manusia
dan hewan (Effendi, 2003).
Total Coliform
Parameter mikrobiologi yang diukur untuk mengetahui kualits perairan adalah
Fecal Coliform dan total Coliform. Bakteri Coliform dapat digunakan sebagai
indikator adanya pencemaran feses atau kotoran manusia dan hewan di dalam
perairan. Golongan bakteri ini umumnya terdapat di dalam feses manusia dan hewan.
Oleh sebab itu keberadaannya di dalam air tidak dikehendaki, baik ditinjau dari segi
kesehatan, estetika, kebersihan maupun kemungkinan terjadinya infeksi yang
berbahaya. Beberapa jenis penyakit dapat ditularkan oleh bakteri coliform melalui
Baku mutu air kelas satu mensyaratkan keberadaan Fecal coliform tidak boleh
melebihi 100 sel/100ml, sedang untuk air kelas dua tidak boleh lebih dari 1000
sel/100ml, dan untuk air kelas tiga tidak boleh melebihi 2000 sel/100ml (Pujiastuti
dkk, 2013).
Penelitan Haro (2013), menyatakan bahwa hasil analisis kandungan bakteri
coli fecal di Danau Toba yang terletak di Kecamatan Haranggaol Horison berkisar
antara 8,78–21,5 MPN/100 ml pada daerah yang terdapat aktivitas keramba jaring
apung dengan nilai rata – rata 16 MPN/100 ml dan ml pada daerah yang tidak terdapat

Universitas Sumatera Utara

aktivitas keramba jaring apung bekisar 13,8–22,7 MPN/100 ml dengan nilai rata – rata
17,2 MPN/100.

Baku Mutu Kualitas Air
Berdasarkam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dimana baku mutu air
adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup zat, energi atau komponen yang ada atau
harus ada dan atau unsur pencemaran yang ditenggang keberadaanya di dalam air.
Kriteria mutu air dan penetapan kelas sebagai berikut :
1. Kelas Satu : Bahan baku air minum dan peruntukan lain dengan syarat kualitasair
sama.
2. Kelas Dua : Prasarana/sarana rekreasi, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan,
pertanaman, dan peruntukanlain dengan syarat kualitas air yang sama.
3. Kelas Tiga : Prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, pertanaman dan peruntukan lain dengan syarat kualitas air yang sama.
4. Kelas Empat :Mengairi pertanaman dan peruntukan lain dengan syarat kualitas air
yang sama.
Berdasarkan penelitian Tobing (2014) di Danau Toba di Dusun Sualan Desa
Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon diperoleh data bahwa pada daerah
yang terdapat keramba jaring apung digolongkan dalam kelas III yang berarti perairain
tersebut masih dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, dan
pertanaman. Namun keberadaan aktivitas keramba jaring apung yang semakin banyak
diperkirakan akan memberikan dampak buruk terhadap perairan Danau Toba.
Kesadaran masyarakat yang masih belum rasional akan dampak buruk dari aktivitas

Universitas Sumatera Utara

keramba jaring apung menyebabkan semakin meningkatnya budidaya keramba dari
tahun ke tahun.
Dalam penelitian Wijana (2010), diketahui bahwa kondisi kualitas air Danau
Batur yang semakin menurun dan ditambah dengan adanya gejala eutropikasi pada
danau menyebabkan dalam jangka panjan ke depan ekosistem danau akan mengalami
perubahan. Dampak lebih jauh adalah keindahan alam akan berubah dan berpengaruh
terhadap kunjungan wisata.

Universitas Sumatera Utara