Analis Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit X Kota Medan Tahun 2016

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1

Rumah Sakit

2.1.1 Defenisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU nomor 40 tahun 2009).
Menurut Wolper dan Pena, rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit
mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan
klinik untuk mahasiswa kedokteran, perawat, dan berbagai tenaga profesi
kesehatan lainnya diselenggarakan (Adisasmito, 2007).
Menurut WHO, rumah sakit adalah sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan

yang

memberikan


pelayanan

kuratif

dan

preventif

serta

menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan di rumah
(Adisasmito,2007).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu
tempat yang terorganisasi dalam memberikan pelayanan kepada pasien, baik yang
bersifat dasar, spesialistik, maupun subspesialistik. Selain itu, rumah sakit juga
dapat digunakan sebagai lembaga pendidikan bagi tenaga profesi kesehatan
(Adisasmito,2007).
Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan rumah sakit maka rumah
sakit harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan Kepmenkes RI No :


6

Universitas Sumatera Utara

7

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
rumah sakit (Adisasmito, 2007).
2.1.2

Tugas Rumah Sakit
Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, Rumah Sakit

mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.
2.1.3

Fungsi Rumah Sakit
Fungsi Rumah Sakit antara lain :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (UndangUndang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009).
2.1.4 Klasifikasi rumah sakit
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan
dalam :

Universitas Sumatera Utara

8

1. Rumah Sakit Umum : memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan, rumah sakit umum dibedakan menjadi :

a. Rumah sakit umum kelas A
b. Rumah sakit umum kelas B
c. Rumah sakit umum kelas C
d. Rumah sakit umum kelas D
Klasifikasi rumah sakit umum tersebut ditetapkan berdasarkan :
a. Pelayanan
b. Sumber daya manusia
c. Peralatan
d. Sarana dan prasarana
e. Administrasi dan manajemen
2. Rumah Sakit Khusus : memberikan pelayanan utama pada satu bidang
atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Contohnya, rumah sakit
jantung, rumah sakit mata, rumah sakit bersalin, gigi dan mulut, dll
(Permenkes RI nomor 340 tahun 2010).
2.2

Manajemen Lingkungan Rumah Sakit

2.2.1 Pengertian Manajemen Lingkungan Rumah sakit

Sistem manajemen lingkungan rumah sakit adalah sistem pengelolaan
lingkungan yang merupakan bagian dari manajemen rumah sakit. Sistem
manajemen lingkungan rumah sakit merupakan bagian dari sistem menajemen

Universitas Sumatera Utara

9

terpadu yang meliputi pendekatan organisasi, kegiatan perencanaan, pemberian
tanggungjawab dan wewenang, praktik menurut standart operasional, prosedur
khusus, proses berkelanjutan dan pengembangan sumber daya manusia untuk
mengembangkan,

menerapkan,

mencapai,

mengkaji,

mengevaluasi


dan

mensinergiskan kebijakan lingkungan dengan rumah sakit.
Pengelolaan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk mengembangkan
kapasitas pengembangan pengelolaan rumah sakit sehingga memberikan manfaat
langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan kualitas pelayanan rumah
sakit secara menyeluruh. Diakui pengelolaan lingkungan rumah sakit memiliki
permasalahan kompleks. Salah satunya adalah permasalahan limbah rumah sakit
yang sangat sensitif dengan peraturan pemerintah. Rumah sakit sebagai salah satu
penghasil limbah terbesar yang apabila tidak dikelola dengan baik berpotensi
menimbulkan pencemaran (Adisasmito, 2008).
2.2.2

Sumber Daya Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit
Sumber daya diperlukan dalam mencapai tujuan pengololaan limbah

rumah sakit. Untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan diperlukan sumber
daya manusia sebagai sumber daya aktif, dana atau keuangan, sarana dan
prasarana (machine)

1. Man (Sumber daya manusia)
Dalam manjamen, faktor manusia adalah yang paling menetukan. Manusia
yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk
mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada
dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu manajemen timbul
karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Prinsip-

Universitas Sumatera Utara

10

prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber daya manusia,
sebagai berikut :
a. Adanya pembagian kerja, kualitas anggota perlu diperhatikan baik fisik,
mental, pendidikan, pengalaman, keimanan, dan ketaqwaan kepada Tuhan
yang Maha Esa
b. Disiplin merupakan ketaatan, kepatuhan untuk mengikuti aturan yang
menjadi tanggung jawabnya
c. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan
pekerjaannya sesuai pembagian tugas yang diberikan kepadanya

d. Memberikan prioritas kepada kepentingan umum
e. Penggajian pegawai dan karyawan sangat menetukan dalam kelancaran
tugas
f. Pusat kewenangan yang berdampak kepada perumusan pertanggungjawaban
dalam rangka mencapai tujuan
g. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota tahu siapa yang
menjadi atasan dan bertanggung jawab kepada siapa dan sebaliknya
h. Keamanan
i. Inovasi, pengembangan inisiatif dari pekerja agar berkembang kearah
perubahan kemajuan
j. Semangat bekerja sama
Hubungan manajemen dengan sumber daya manusia, merupakan proses
usaha pencapaian tujuan melalui kerjasama dengan orang lain untuk mencapai

Universitas Sumatera Utara

11

tujuan. Pengorganisasian usaha sanitasi rumah sakit harus mencerminkan
fungsi dinamis dengan wadah kegiatan terdiri dari unsur :

a.

Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit

b.

Teknis sanitasi

c.

Penunjang layanan sanitasi

Adapun tugas-tugas dalam sanitasi rumah sakit, yaitu :
a.

Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas
cleaning service

b.


Membagi tugas dan tanggung jawab

c.

Melapor kepada atasan atau pimpinan rumah sakit

d.

Mengembangkan prosedur rutin termasuk manual untuk pelaksanaannya

Tenaga pengelola limbah cair :
a.

Tenaga pelaksana meliputi pengawas sistem plumbing dan operator proses
pengolahan

b.

Kualifikasi tenaga untuk kegiatan tersebut dilakukan oleh tenaga sanitasi
dengan kualifikasi D1 ditambah latihan khusus


c.

Kegiatan pengawasan dilakukan oleh tenaga sanitasi dengan kualifikasi D3
atau D4 ditambah latihan khusus (Depkes RI, 2002).

2. Money (uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang
merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar kecilnya hasil kegiatan
dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu,

Universitas Sumatera Utara

12

uang merupakan alat yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan
berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat
yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari
suatu organisasi.
3. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana adalah saran yang minimal dapat menunjang
pelaksanaan manajemen lingkungan sanitasi untuk kegiatan promotif dan
preventif. Pelaksanaan pelayanan sanitasi juga harus ditunjang kelengkapan
materi yang diperlukan berupa proses administrasi, pencatatan dan laporan, dan
pedoman buku petunjuk teknis sanitasi (Depkes RI, 2009).
Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat/ tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Depkes RI,
2009).
2.2.3 Manfaat Manajemen Rumah Sakit
Beberapa manfaat yang diperoleh bila kita menerapkan sistem manajemen
lingkungan rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Perlindungan terhadap lingkungan
Dampak positif yang paling bermanfaat untuk lingkungan dengan
diterapkan sistem manajemen rumah sakit adalah pengurangan limbah
berbahaya termasuk didalamnya limbah medis. Dengan adanya sistem
manajemen lingkungan rumah sakit, dapat diketahui pengolahan terhadap

Universitas Sumatera Utara

13

limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah sakit, sehingga limbah yang
dihasilkan tidak berdampak buruk bagi lingkungan, masyarakat.
2. Manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih baik
Sistem manajemen lingkungan rumah sakit akan membantu rumah sakit
dalam membuat kerangka manjemen lingkungan yang lebih konsisten dan
dapat diandalkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Spesifikasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit akan memberikan garisgaris besar pengelolaan lingkungan yang didesain untuk semua aspek, yaitu
operasional, produk, dan jasa dari rumah sakit secara terpadu dan saling terkait
satu sama lain.
3. Pengembangan sumber daya manusia
Penerapan sistem manajemen lingkungan rumah sakit dapat membawa
perubahan kondisi kerja dirumah sakit. Hal ini merupakan harapan yang cukup
realistis karena sistem manajemen lingkungan rumah sakit menekankan
peningkatan kepedulian, pendidikan, pelatihan, dan kesadaran dari semua
karyawan sehingga mereka mengerti dan tanggap terhadap konsekuensi
pekerjaannya. Keterlibatan karyawan dalam proses manajemen lingkungan
juga akan meningkatkan budaya sadar dan kepedulian untuk bersama-sama
memelihara dan meningkatkan kulitas lingkungan sekitarnya.
4. Kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit
Sistem manajemen lingkungan rumah sakit tidak didesain untuk menilai
tingkat lingkungan (misalnya, tingkat teknologi pengelolaan lingkungan atau
limbah). Namun, dengan melakukan sistem manajemen lingkungan rumah
sakit,

manajemen

lingkungan

rumah

sakit

dapat

menjamin

dan

Universitas Sumatera Utara

14

mengembangkan kemampuan untuk memenuhi kewajiban dalam mengelola
lingkungan. Dengan demikian, kinerja pengelola lingkungannya berjalan
seperti spiral yang terus berputar ke atas dan mengarah ke kondisi yang lebih
baik.
5. Kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan
Dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan, maka ada peluang
bagi rumah sakit untuk membuktikan kepatuhannya terhadap peraturan
perundang-undangan atau menunjukkan kepedulian terhadap pengelola
lingkungan yang lebih baik. Sebagian rumah sakit yang berdiri selama
beberapa tahun kemungkinan telah dapat menyesuaikan diri dengan peraturan
yang telah ditetapkan. Apabila tidak, saat ini rumah sakit tersebut pasti terkena
tuntutan hukum dan publisitas negatif. Pemberian denda juga dapat
menyebabkan bangkrutnya suatu rumah sakit.
6. Bagian dari manajemen mutu terpadu
Manajemen mutu terpadu atau lebih dikenal sebagai Total Quality
management (TQM) merupakan strategi utama rumah sakit dalam mencapai

tujuannya, meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan
pendokumentasian. Sistem manajemen rumah sakit dalam hal ini juga
mengandung berbagai teknik manajemen yang menggunakan pendekatan TQM
sehingga implementasi sistem manajemen lingkungan rumah sakit secara
langsung mendukung pelaksanaan manajemen mutu terpadu.
7. Pengurangan/penghematan biaya

Universitas Sumatera Utara

15

Sistem manajemen lingkungan rumah sakit menawarkan keuntungan
finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang. Efisiensi pemakaian
berbagai sumber daya dan minimalisasi limbah yang dihasilkan berarti
mengurangi biaya untuk pengadaan sumber daya dan biaya untuk pengolahan
limbah.
Setelah sejumlah biaya dikeluarkan untuk membuat dan menerapkan programprogram lingkungan yang belum ada dalam rangka memperoleh sertifikasi,
secara tidak langsung akan terjadi suatu penghematan biaya dalam jangka
panjang, terutama dalam hal pembersihan dan pengawasan lingkungan.
Dasar utama dalam penghematan biaya adalah lebih sedikitnya bahan medik
berbahaya dan limbah yang perlu ditangani. Berkurangnya bahan kimia berarti
berkurang pula penggunaan bahan kimia dan tumpahan bahan kimia dan berarti
mengurangi limbah berbahaya yang harus dibuang.
8. Meningkatkan citra rumah sakit
Rumah sakit yang memiliki sertifikasi ISO 14001 telah menunjukkan
bahwa rumah sakit tersebut benar-benar peduli pada lingkungan. Dengan telah
memenuhi standar dalam ISO 14001, pasien akan merasa bahwa lingkungan
rumah sakit tersebut telah terlindungi. Hal ini erat kaitannya dengan usaha
rumah sakit meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat melalui
kepercayaan dan kepuasan pasien. Dengan sertifikasi ISO 14001, suatu rumah
sakit dapat meyakinkan para pasien mereka dan masyarakat luas bahwa rumah
sakit benar-benar melakukan kegiatan perlindungan terhadap lingkungan dan
mempunyai dokumen yang cukup untuk mendukung pernyataan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

16

Sertifikasi ISO 14001 akan memberikan suatu keuntungan kompetitif yang
berharga. Sistem manajemen lingkungan rumah sakit mensyaratkan tindakan
lingkungan yang proaktif. Setiap tindakan proaktif yang melindungi
lingkungan sudah dapat dipastikan akan mendapatkan respon positif dari
masyarakat dan hal ini tentunya dapat meningkatkan citra yang menjadi nilai
tambah bagi rumah sakit bagi rumah sakit yang berarti pula dapat menjadi
prefensi masyarakat. Kepercayaan dan citra yang terbentuk dimasyarakat
terhadap rumah sakit yang bersih dan bertanggung jawab terhadap lingkungan
merupakan aset yang bernilai tinggi bagi aspek pemasaran sosial rumah sakit
(Adisasmito, 2007).
2.3

Sanitasi Rumah Sakit

2.3.1

Pengertian Sanitasi Rumah Sakit
Sanitasi adalah cara untuk mencegah terjangkitnya suatu penyakit menular

dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan upaya
kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan
(Subirosa dkk, 2011).
Sanitasi adalah usaha mendapatkan kondisi yang sehat dalam pengaturan
pembuangan kotoran manusia atau cara pembuangan yang memenuhi aspek-aspek
penyehatan lingkungan (Kalbermaten, 1987).
Sanitasi rumah sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan
fisik, kimia, dan biologi dirumah sakit yang menimbulkan atau dapat
mengakibatkan

pengaruh

buruk

terhadap

kesehatan

petugas,

penderita,

pengunjung maupun bagi masyarakat sekitar rumah sakit (Djojodibroto, 1997).

Universitas Sumatera Utara

17

2.3.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit berdasarkan Permenkes
No.1204/MENKES/SK/X/2014 meliputi :
1. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit.
2. Persyaratan higiene dan sanitasi makanan.
3. Penyehatan air.
4. Pengelolaan limbah.
5. Pengelolaan tempat pencucian linen.
6. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
7. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi.
8. Persyaratan pengamanan radiasi.
9. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan.
2.4

Limbah cair

2.4.1

Pengertian Limbah Cair
Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari

rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan (Kepemenkes no 1204
tahun 2004).
Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun, dan
radioaktivitas (Permen LH nomor 5 tahun 2014).
Dari beberapa defenisi limbah cair tersebut, dapat disimpulkan bahwa
limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan

Universitas Sumatera Utara

18

pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut ataupun tersuspensi
yang terbuang yang bersumber dari domestik (perkantoran, perumahan dan
perdagangan), sumber industri dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah,
air permukaan dan air hujan.
2.4.2 Sumber Limbah Cair
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001
yang dikutip oleh Mulia (2005) air limbah adalah sisa dari suatu usaha atau
kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga
(domestik) dan Industri.
1.

Air limbah rumah tangga
Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting :
a. Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba pathogen
b. Air seni (urine), umumnya mengandung nitrogen dan fosfor, serta
kemungkinan kecil mikroorganisme
c. Grey water , merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar
mandi. Grey water sering juga disebut sullage.

2.

Air limbah industri
Berbeda dengan air limbah rumah tangga, zat-zat yang terkandung
didalam air limbah industri sangat bervariasi sesuai dengan pemakaiannya di
masing-masing industri. Oleh karena itu dampak yang dihasilkannya juga
berbeda, tergantung zat yang terkandung didalamnya.
Selain itu, Soeparman dan Suparmin juga mengatakan bahwa limbah cair
berasal dari dua sumber, yaitu aktivitas manusia dan aktivitas alam.

Universitas Sumatera Utara

19

1. Aktivitas manusia
a.

Aktivitas bidang rumah tangga : sangat banyak aktivitas rumah tangga
yang mengahsilkan limbah cair, antara lain : mencuci pakaian, mencuci
alat masak, memasak makanan dan minuman, dll. Semakin banyak
jenis aktivitas dilakukan, semakin besar volume limbah cair yang
dihasilkan. Tingkat ekonomi, sosial serta budaya manusia akan
mempengaruhi jenis aktivitas yang dilakukan sehingga secara tidak
langsung faktor itu akan berpengaruh pula pada volume limbah cair.

b.

Aktivitas bidang perkantoran : aktivitas perkantoran pada umumnya
merupakan aktivitas penunjang kegiatan pelayanan masyarakat, contoh
: kantor POS, kantor PDAM, dll. Limbah cair dari sumber itu biasanya
dihasilkan dari aktivitas kantin yang menyediakan makanan dan
minuman bagi pegawai, penggunaan toilet, dll. Jenis aktivitas kantor,
jumlah pegawai, kebiasaan hidup bersih pegawai dan tingkat kesadaran
pegawai dalam penghematan penggunaan air sangat mempengaruhi
volume limbah cair yang dihasilkan.

c.

Aktivitas bidang perdagangan : kegiatan dalam bidang perdagangan
yang menghasilkan limbah cair, yaitu : pengepelan lantai gedung,
pencucian alat makan dan minum di restoran, toilet, pakaian,
kendaraan, dll.

d.

Aktivitas bidang perindustrian : aktivitas bidang perindustrian juga
sangat bervariasi. Variasi kegiatan bidang perindustrian dipengaruhi
antara lain, oleh faktor bahan baku yang digunakan, bahan jadi yang

Universitas Sumatera Utara

20

dihasilkan, kapasitas produksi, teknik yang diterapkan, kemampuan
modal, jumlah karyawan, serta kebijakan manajemen industri.
e.

Aktivitas bidang pertanian : aktivitas bidang pertanian menghasilkan
limbah cair karena digunakannya air untuk mengairi lahan pertanian.
Secara alamiah dan dalam kondisi normal, limbah cair pertanian
sebenarnya tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan,
namun dengan digunakannya pestisida secara berlebihan sering
menimbulkan dampak negatif pada keseimbangan ekosistem pada
badan air penerima

f.

Aktivitas bidang pelayanan jasa : aktivitas bidang pelayanan jasa
dilaksanakan

diberbagai jenis usaha, misalnya : rumah sakit yang

memberikan pelayanan jasa perawat dan pengobatan penderita sakit,
usaha transportasi darat, laut, serta udara yang memberikan pelayanan
jasa

angkutan

barang

atau

penumpang,

usaha

perbengkelan,

penginapan. Limbah cair terutama dihasilkan dari pencucian peralatan,
toilet, makanan dan minuman, linen dll. Karakteristik limbah cair dari
kegiatan perumahan, perkantoran, perdagangan dan pelayanan jasa
secara umum mempunyai kesamaan. Limbah cair dari keempat jenis
kegiatan ini dimasukkan dalam kelompok limbah cair domestika.
2.

Aktivitas Alam
Hujan merupakan aktivitas alam yang menghasilkan limbah cair yang

disebut air larian. Air hujan yang jatuh kebumi sebagian akan merembes
kedalam tanah (30%) dan sebagian besar lainnya (70%) akan mengalir

Universitas Sumatera Utara

21

dipermukaan tanah menuju sungai, telaga, atau tempat lain yang lebih rendah.
Air hujan yang

mengalir diatas permukaan tanah akan menjadi air

permukaan yang dapat masuk kesaluran limbah cair rumah tangga yang
disebut sebagai air luapan. Air larian yang jumlahnya berlebihan sebagai
akibat dari hujan yang turun dengan identitas tinggi dan dalam waktu yang
lama dapat menyebabkan saluran air hujan teraliri dalam jumlah yang
melebihi kapasitas, dan dapat menyebabkan terjadinya banjir.
2.4.3 Komposisi Air Limbah
Limbah cair secara umum terdiri dari air ± 99,9% dan padatan ± 0,1%.
Padatan ini berupa bahan kimia yaitu zat anorganik (garam dan logam) dan
organik (protein dan karbohidrat). Skema susunan bahan yang terkandung dalam
limbah cair dapat dilihat pada gambar berikut

Limbah Cair

Cairan
± 99,9 %

Padatan
± 0,1 %

Senyawa
Organik

Senyawa
Anorganik

Gambar 2.1 Komposisi air limbah (Said, 2005)

Universitas Sumatera Utara

22

2.4.4

Parameter Air Limbah
Untuk mengetahui apakah air tercemar atau tidak, diperlukan serangkaian

tahap pengujian untuk menentukan tingkat pencemaran tersebut. Beberapa
parameter uji yang umumnya harus diketahui, yaitu :
1.

Nilai keasaman (ph) dan alkalinitas
Umumnya air yang normal memiliki ph netral, berkisarkan antara 6 hingga
8. Air limbah atau air yang tercemar memiliki ph sangat asam atau ph
cenderung basa, tergantung dari jenis limbah dan komponen pencemarnya.

2.

BOD /COD
BOD (Biological Oxygen Demand) menunjukkan jumlah oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh organisme hidup didalam air untuk menguraikan atau
mengoksidasi bahan-bahan pencemar didalam air. Nilai BOD tidak
menunjukkan jumlah organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara
relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan
pencemar tersebut.
COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan uji yang lebih cepat dari
pada uji BOD, yaitu suatu uji berdasarkan reaksi kimia tertentu untuk
menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan (misalnya
kalium dikhomat) untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat
didalam air.

3.

Suhu
Kenaikan suhu air tersebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen
terlarut didalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya

Universitas Sumatera Utara

23

kehidupan ikan dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yag relatif tinggi
seringkali ditandai dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke
permukaan air untuk mencari oksigen. Jika suhu tersebut tidak juga kembali
pada suhu normal, lama kelamaan dapat mnenyebabkan kematian ikan dan
hewan lainnya.
4.

Warna, rasa dan bau
Air yang normal tampak jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak
berbau. Air yang tidak jernih sering kali merupakan petunjuk awal terjadinya
polusi di suatu perairan. Rasa air sering kali dihubungkan dengan bau air. Bau
air dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut, ganggang, plankton,
tumbuhan air dan hewan air baik yang masih hidup maupun yang mati.

5.

Jumlah padatan
Padatan yang dapat mencemari air, berdasarkan ukuran partikel dan sifatsifat lainnya dapat dikelompokkan menjadi, padatan terendap (sedimen),
padatan tersuspensi dan padatan yang terlarut. Padatang yang mengendap
terdiri dari partikel-partikel yang berukuran relatif besar dan berat sehingga
dapat mengendap dengan sendirinya. Padatan tersebut terbentuk biasanya
akibat erosi. Padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan
kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat mengendap langsung. Padatan
tersuspensi berukuran lebih kecil dan ringan daripada padatan terendap.
Padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang
larut dalam air seperti gula dan garam mineral air buangan industri kimia.

Universitas Sumatera Utara

24

6.

Kehadiran mikroba pencemar
Air merupakan habitat mikroba seperti, alga, protozoa dan bakteri. Dari
sekian banyak jenis mikroba yang bersifat patogen atau merugikan manusia
ada beberapa jenis mikroba yang sangat tidak dikehendaki kehadirannya
karena mikroba tersebut berasal dari kotoran manusia dan hewan berdarah
panas lainnya. Mikroba tersebut dapat berperan sebagai bioindikator kualitas
air. Mikroba tersebut adalah Escherichia coli.

7.

Kandungan minyak dan lemak
Meskipun banyak mengandung senyawa yang mudah menguap, namun
masih ada sisa minyak yang tidak dapat menguap. Karena minyak tidak dapat
larut dalam air, maka sisa minyak akan tetap mengapung di air. Minyak yang
menutup permukaan air akan menghalangi sinar matahari kedalam air. Selain
itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi oksigen terlarut dalam
air, karena fiksasi oksigen bebas menjadi terhambat. Akibatnya terjadi
ketidakseimbangan rantai makanan dalam air.

8.

Kandungan bahan radioaktif
Meskipun jarang terjadi, namun pada perairan yang dekat dengan industri
peleburan dan pengolahan logam sering kali ditemukan bahan-bahan
radioaktif seperti, uranium, torium-230 dan radium-226. Komponenkomponen tersebut dapat terlarut dalam air hujan dan masuk kesumbersumber air yang ada. Semua radioaktif menimbulkan dampak negatif bagi
kesehatan manusia, diantaranya dapat menyebabkan gangguan pada fungsi

Universitas Sumatera Utara

25

saraf, gangguan pada pembelahan sel yang menyebabkan kanker serta
gangguan dalam pembentukan sel darah merah yang menyebabkan anemia.
9.

Kandungan logam berat
Logam berat atau logam toksik adalah terminologi yang umumnya
digunakan untuk menjelaskan sekelompok elemen logam yang kebanyakan
tergolong berbahaya jika masuk kedalam tubuh makhluk hidup. Logamlogam berat yang sering dijumpai dalam lingkungan perairan yang tercemar
limbah industri adalah merkuri (Hg), nikel (Ni), kromium (Cr), cadmium
(Cd), arsen (As), timbal (Pb).

2.5

Limbah Cair Rumah Sakit

2.5.1 Pengertian Limbah Cair Rumah Sakit
Limbah Rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan
rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas (Kepmenkes 1204/ MENKES/ SK/
X/ 2004).
Limbah cair rumah sakit adalah semua limbah cair yang berasal dari
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun dan radioaktif (Dinkes, 2002).
Air limbah rumah sakit mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun, dan kemungkinan juga bahan radioaktif. Air limbah rumah sakit ini
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang kesaluran air (Djojodibroto,1997).

Universitas Sumatera Utara

26

2.5.2 Karakteristik Limbah Cair Rumah Sakit
Limbah cair dari instansi layanan kesehatan, mutunya serupa dengan
limbah cair yang berasal dari daerah perkotaan, tetapi mungkin juga mengandung
berbagai komponen berbahaya, sebagai berikut :
1. Patogen mikrobiologis
Keprihatinan utama saat ini berkaitan dengan limbah cair yang
mengandung begitu banyak patogen usus, termasuk bakteri, virus dan cacing,
yang mudah menukar melalui air. Limbah cair yang tercemar dihasilkan
khususnya oleh bangsal yang merawat pasien penderita penyakit usus dan
merupakan masalah khusus yang dihadapi selama berlangsungnya penyakit
diare.
2.

Zat kimia berbahaya
Limbah kimia berbahaya dengan komposisi yang berlainan harus
ditampung ditempat terpisah untuk menghindari reaksi kimia yang tidak
diinginkan. Limbah kimia berbahaya tidak diizinkan dibuang ke sistem
saluran pembuangan. Limbah kimia dalam jumlah besar tidak boleh
dipendam karena dapat mengkontaminasi persediaan air.

3.

Sediaan farmasi
Limbah cair atau limbah sediaan farmasi berbentuk cair yang relatif
ringan dalam jumlah sedang, misalnya cairan yang mengandung vitamin, obat
batuk, sirup, tetes mata dll, tetapi bukan obat antibiotik atau sitotoksik dapat
diencerkan dalam air yang alirannya deras dan dibuang kesaluran
pembuangan kota. Namun, limbah sediaan farmasi yang sedikit sekalipun

Universitas Sumatera Utara

27

`

tidak boleh dibuang ke badan air yang tidak mengalir atau yang alirannya
lambat.
4.

Isotop radioaktif
Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang tepat sesuai
dengan karekteristik kimia dan radiologis, volume serta persyaratan
penganganan dan penampungan (WHO, 2002).

2.5.3 Sumber Limbah Cair Rumah Sakit
Limbah cair rumah sakit berasal dari kegiatan rumah sakit. Sumber
tersebut berasal dari kegiatan :
1.

Limbah cair dari ruang keperawatan

2.

Limbah cair dari laboratorium

3.

Limbah cair dari dapur

4.

Limbah cair dari laundry

5.

Limbah cair dari toilet (Depkes, 2002).

Universitas Sumatera Utara

28

Tabel 2.1 Rata-rata aliran air limbah yang berasal dari daerah
kelembagaan.
Jumlah aliran
No.
1.

Sumber
Rumah sakit medis

Unit

1/unit/hari

Tempat tidur

500-950

Pekerja
2.

3.

4.

5.

Rumah sakit jiwa

Rumah penjara

Rumah peristirahatan

Sekolahan dengan

Tempat tidur

20-60
300-650

Pekerja

20-60

Pekerja

20-60

Napi

300-600

Penghuni

200-450

Pekerja

20-60

Murid

200-400

Murid

60-115

asrama
6.

Sekolahan

Sumber : Sugiharto, 2008

2.5.4 Sifat Air Limbah Rumah Sakit
Ukuran, fungsi dan kegiatan rumah sakit mempengaruhi kondisi air limbah
yang dihasilkan. Secara umum air limbah mengandung buangan pasien, otopsi
jaringan, berbagai macam bahan kimia baik toksik maupun nontoksik.
Apabila limbah laboratorium cukup besar (lebih dari 1 pin atau 0,568 liter)
disarankan untuk disediakan kontainer khusus dan dilakukan pengolahan khusus
(Dinkes RI,2002).

Universitas Sumatera Utara

29

2.5.5 Persyaratan Limbah Cair Rumah Sakit
Menurut

Kepmenkes

RI

No.

1204/MENKES/SK/X/2004

tentang

persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, limbah cair rumah sakit harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1.

Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan
karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume dan prosedur pananganan
dan penyimpanannya.

2.

Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup,
kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar serta terpisah dengan
saluran air hujan.

3.

Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau
bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi
persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem
pengolahan air limbah perkotaan.

4.

Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian
limbah yang dihasilkan.

5.

Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air
limbah harus dilengkapi/ditutup dengan grill.

6.

Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di instalasi
pengolahan air limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus dikelola
sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasama dengan pihak lain yang
berwenang.

Universitas Sumatera Utara

30

7.

Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah ( effluent) dilakukan setiap
bulan untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan
ketentuan yang berlaku

8.

Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena
zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN

9.

Parameter radioaktif diperlukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan
radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan
(Permenkes RI 1204 tahun 2004)

2.5.6

Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit
Limbah cair mempunyai standart maksimal suatu limbah dapat dibuang ke

lingkungan yang disebut baku mutu limbah cair. Bagi rumah sakit, baku mutu
limbah cair berarti batas maksimal limbah cair yang diperbolehkan dibuang ke
lingkungan dari suatu kegiatan rumah sakit (Adisasmito, 2007).
Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan/atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah yang akan dibuang atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha
dan/atau kegiatan (Permen LH RI Nomor 5 tahun 2014).
Baku mutu limbah cair rumah sakit berdasarkan Permen LH nomor 5
tahun 2014 :

Universitas Sumatera Utara

31

Tabel 2.2 Baku mutu limbah cair rumah sakit
Parameter

Kadar Maksimum

Fisika
Suhu
Kimia
pH
BOD5
COD
TSS
Amoniak Nitrogen
Minyak dan lemak
Mikrobiologi
Total Coliform
Sumber : Permen LH nomor 5 tahun 2014

380C
6-9
50 mg/l
80 mg/l
30 mg/l
10 mg/l
10 mg/l
5.000

2.5.7 Pengolahan Limbah Cair Dirumah Sakit
Rumah sakit dan kegiatan lainnya yang mempunyai air buangan yang
berbentuk limbah cair dalam skala besar harus melakukan penanganan agar tidak
berdampak pada lingkungan disekitarnya. Apabila limbah cair tersebut tidak
dilakukan pengolahan dan dibuang langsung ke badan air akan berdampak pada
lingkungan, karena jumlah polutan didalam air menjadi semakin tinggi. Pada
dasarnya ada dua alternatif penanganan, yaitu : membawa limbah cair ke pusat
pengolahan limbah atau memiliki pengolahan limbah cair tersendiri (Sunu, 2001).
1.

Proses pengolahan limbah cair rumah sakit
Didalam IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokkan sebagai

pengolahan pertama (pengolahan primer), pengolahan kedua (sekunder) dan
pengolahan lanjutan (pengolahan tersier) dan Desinfeksi (Mulia, 2005).

Universitas Sumatera Utara

32

Sumber

prapengolahan

Pengolahan lengkap

Pengolahan B3

Badan air :
Sungai, laut
tanah

Sludge
Treatment

-

Pembuangan
akhir

Gambar 2.2 Penanganan Limbah Cair (Adisasmito, 2007)
a. Pengolahan primer

Pengolahan primer limbah cair yaitu membuang bahan-bahan padatan
yang mengendap atau mengapung. Pada dasarnya pengolahan primer terdiri dari
tahap-tahap untuk memisahkan air dari limbah padatan dengan membiarkan
padatan tersebut mengendap atau memisahkan bagian-bagian padatan yang
mengapung, seperti : kerikil, kertas, daun dll. Proses pengolahan dapat dilihat
pada gambar berikut
Pemisahan

Penetral
(pengatur ph)

Klorin

Pertikel
limbah cair

air lebih bersih
pengen
dapan

Sedimen
tasi

Pengolahan
sekunder

Pengendapan pasir/partikel
Pengapungan komponen yang
berminyak
Gambar 2.3 Proses pengolahan primer limbah cair (Sunu, 2001)

Universitas Sumatera Utara

33

Gambar proses pengolahan primer limbah cair tersebut merupakan contoh
umum yang dalam pelaksaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan jika limbah
cairnya sederhana dengan peraturan yang relatif lunak. Penjelasan dari proses
tersebut :
1) Penyaringan : limbah dialirkan melalui saringan sehingga bahan-bahan
buangan yang berukuran besar dapat tersaring.
2) Pengendapan dan pemisahan benda-benda kecil : bahan buangan yang
tidak tersaring pada tahap sebelumnya dapat mengendap pada bak
pengendapan.
3) Pemisahan endapan : limbah cair yang telah dipisahkan dari kotoran,
masih mengandung padatan tersuspensi. Dengan memperlambat aliran,
padatan tersuspensi tersebut dapat mengendap pada bak sedimentasi.
Pemberian klorin pada limbah cair yang telah dihilangkan padatan
tersuspensinya sebelum digunakan ulang atau di buang kelingkungan
bertujuan untuk membunuh bakteri penyebab penyakit yang dapat
membahayakan lingkungan.
Pengolahan primer ini dapat menghilangkan sebagian BOD mencapai 35%
dan padatan tersuspensi sebesar 60%. Pengurangan BOD dan padatan pada tahap
awal ini selanjutnya akan membantu mengurangi beban pengolahan tahap kedua.
Proses pengolahan limbah cair ini biasanya belum memadai dan memerlukan
proses pengolahan selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

34

b. Pengolahan sekunder

pengolahan sekunder limbah cair yaitu proses dekomposisi bahan-bahan
padatan secara biologis. Pada proses pengolahan sekunder ini pada dasarnya
terdapat dua macam sistem yaitu : penyaringan trikel dan lumpur aktif .
Penerapan yang efisien baik penyaringan trikel maupun lumpur aktif sangat
efektif untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan BOD. Pada
tahap ini diperkirakan terjadi penguranag BOD sekitar 35-95%.
Penyaringan Trikel terdiri dari lapisan batu dan kerikil, dimana limbah cair
dialirkan melalui lapisan ini secara lambat. Bakteri akan berkumpul dan
berkembang biak pada batu-batuan dan kerikil tersebut sehingga jumlahnya cukup
untuk mengkonsumsi bahan-bahan organik yang masih terdapat dalam air limbah
setelah proses pengolahan primer. Sistem penyaringan trikel untuk proses
pengolahan sekunder sudah jarang digunakan, dan cenderung menggunakan
lumpur aktif.
Sistem lumpur aktif pada proses pengolahan sekunder limbah cair ini,
kecepatan aktivitas bakteri ditingkatkan dengan cara memasukkan udara dan
lumpur yang mengandung bakteri kedalam tangki sehingga lebih banyak
mengalami kontak dengan limbah cair yang telah diolah pada proses pengolahan
primer. Limbah cair, udara dan lumpur aktif tetap mengalami kontak selama
beberapa jam didalam tangki aerasi. Selama proses ini limbah cair dipecah
menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh bakteri yang terdapat
didalam lumpur aktif. Perbaikan proses lupur aktif ini dengan menggantikan udara
dengan oksigen murni agar bakteri dapat lebih banyak tumbuh. Limbah cair

Universitas Sumatera Utara

35

kemudian keluar dari bak aerasi menuju bak sedimentasi dimana padatan akan
dihilangkan, yang selanjutnya diakhiri dengan proses klorinasi. Proses pengolahan
dapat dilihat pada gambar berikut
pengolahan

Koagulasi /

Pengapungan

pengendapan

udara

Pengolahan
biologik

Kepembuangan /
pengolahan tersier
Gambar 2.4 Proses pengolahan sekunder limbah cair (Sunu, 2001)
c. Pengolahan tersier

Pengolahan jenis ini baru akan digunakan apabila pada pengolahan
pertama dan kedua masih banyak terdapat zat tertentu yang berbahaya bagi
lingkungan dan masyarakat umum. Pengolahan ke tiga ini merupakan pengolahan
secara khusus, contohnya senyawa nitrogen dan fosfor. Pada umumnya proses
pengolahan tersier seperti :

Universitas Sumatera Utara

36

a. Adsorpsi atau pengendapan
Salah satu cara menghilangkan komponen-komponen terlarut yaitu
dengan mengalirkan air yang telah diolah melalui karbon aktif.
Komponen-komponen organik yang terlarut akan diadsorpsikan pada
permukaan karbon aktif dan terpisah dari air. Karbon yang berbentuk
butiran dapat diaktifkan kembali untuk digunakan dengan cara
memanaskan. Sedangkan karbon aktif yang berbentuk bubuk dapat
dimasukkan langsung kedalam air dan komponen-komponen organik dan
teradsorpsi

pada

karbon,

kemudian

dapat

dipisahkan

dengan

menggumpalkan menggunakan bahan kimia tertentu. Fosfor yang
merupakan nutrien (zat yang mendorong pertumbuhan) tanaman, dapat
dihilangkan dari air dengan cara pengendapan. Pengendapan dengan cara
kimia yang biasa digunakan untuk mengendapkan fosfor yaitu dengan
menambahkan kapur (CaO) sehingga air bersifat alkali dan selanjutnya
fosfor dapat mengendap, dan cara lain dengan menambahkan metal
hidroksi (Sunu, 2001).

b. Elektrodialisis
Elektrodialisis adalah suatu proses khusus untuk menghilangkan
garam-garam anorganik yang terdapat di limbah cair. Proses ini
menggunakan listrik dan membran, aliran listrik dialirkan melalui air oleh
elektroda, selanjutnya ion-ion dalam larutan akan tertarik oleh elektroda
menembus membran, sehingga air yang tertinggal menjadi bersih dari
garam-garam anorganik.

Universitas Sumatera Utara

37

c. Osmosis berlawanan
Proses osmosis terjadi bila terdapat dua macam larutan dengan
konsentrasi berbeda yang dipisahkan oleh suatu membran permeabel. Air
akan mengalir dari larutan yang konsentrasinya lebih rendah ke yang
tinggi melalui membran. Pengaliran larutan-larutan tersebut sampai
mencapai titik dimana konsentrasinya menjadi sama. Tekanan dengan
konsentrasi tinggi harus diberi tekanan yang cukup sedemikian rupa
sehingga molekul-molekul air tidak akan mengalir kedalam, namum
sebaliknya keluar. Pada proses ini, karena yang mengalir melalui membran
bukan ion-ion melainkan air, maka proses osmosis berlawanan dapat
mengurangi kandungan garam-garam organik maupun mineral dari air.
Pengolahan
sekunder

Pengendapan

Klarifikasi

sedimen

penyaringan

Oksidasi atau

Penyerapan

Osmosa balik/proses

pengolahan

Karbon

membran

pertukaran

Elektroda

Pembuangan / didaur ulang
Gambar 2.5 Proses pengolahan tersier limbah cair (Sunu, 2001)

Universitas Sumatera Utara

38

Selain itu perlu diketahui juga bahwa untuk mengolah air limbah tidaklah
harus selalu mengikuti tahapan diatas, akan tetapi perlu diadakan penyesuaian
dengan kebutuhan yang ada. Dengan demikian setiap unit bangunan pengolah air
limbah akan berbeda-beda teknik yang dipergunakan dan tidak semua tahap harus
dilalui (Sugiharto, 2008).
d.

Desinfeksi

Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme patogen yang ada dalam air limbah. Mekanisme pembunuhan
pembunuhan mikroorganisme patogen sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat
pembunuhnya dan mikroorganisme itu sendiri. Banyak zat pembunuh kimia
termasuk klorin dan komponennya mematikan bakteri dengan cara merusak atau
mengaktifkan enzim utama, sehingga terjadi kerusakan dinding sel. Mekanisme
lain dari desinfeksi adalah merusak langsung dinding sel seperti yang dilakukan
apabila menggunakan bahan radiasi ataupun panas. Pengurangan panas dan bahan
radiasi meskipun sangat baik hasil yang dicapai, akan tetapi kurang cocok untuk
diterapkan secara massal mengingat biaya pelaksanaanya sangat mahal serta
cukup sulit dalam penanganannya. Oleh karena itu terdapat hal-hal penting yang
perlu diperhatikan dalam memilih bahan kimia bila akan digunakan sebagai
desinfeksi :
1. Daya racun zat kimia tersebut
2. Waktu kontak yang diperlukan
3. Efektivitasnya
4. Rendahnya dosis

Universitas Sumatera Utara

39

5. Tidak toksik tehadap manusia dan hewan
6. Tetap tahan terhadap air
7. Biaya murah untuk pemakaian massal (Sugiharto, 2008).
2. Teknologi pengolahan limbah cair rumah sakit
Pengolahan air limbah dapat menggunakan teknologi pengolahan secara
biologis atau gabungan antara proses biologis dengan proses kimia-fisika.
Diagram proses pengelolaan limbah cair rumah sakit secara umum.
Limbah cair rumah sakit

Domestik

Klinis

Lain-lain

Laboratorium

Bak

Pengolahan

Pengolahan

Penampungan

Fisika-Kimia

Fisika-Kimia

Proses
pengolahan

Desinfeksi

Dibuang
kesaluran
Gambar 2.6 Diagram proses pengelolaan limbah cair rumah sakit (Said,2005)

Universitas Sumatera Utara

40

1) Proses Biologis
Pada pengolahan biologi air limbah, lingkungan perlu dipertahankan agar
mikroorgnisme dapat menujukkan kemampuannya secara optimal. Pengolahan
biologi air limbah bertujuan untuk memurnikan air limbah dengan membuat
pemakian maksimum kemampuan bakteri untuk mengambil bahan-bahan
organik dan berbagai peralatan pengolahan dirancang sehingga kondisi
lingkungan kondisi lingkungan cukup baik untuk pertumbuhan bakteri (Sunu,
2001).
Proses biologis biasanya digunakan untuk pengolahan air limbah dengan
BOD yang tidak terlalu besar. Proses secara biologis dapat dilakukan secara
aerobik (dengan udara) dan anaerobik (tanpa udara) (Adisasmoto, 2007).
a.

Pengolahan biologi secara aerobik (dengan udara )

Dalam pengolahan aerobik, zat-zat organik dalam air limbah dapat
dibusukkan oleh mikroorganisme. Pengolahan aerobik akan berlangsung
jika oksigen tersedia dengan cukup.
1) Pengolahan dengan lumpur aktif (Acive Sludget)
Proses lumpur aktif adalah pengolahan secara biologi dalam keadaan
aerob dengan menggunakan lumpur aktif. Yang dimaksud dengan
lumpur aktif adalah endapan lumpur dari tangki aerasi yang
mengandung mikroorganisme (Muslimin, 1996).
Teknologi pengolahan limbah cair dengan lumpur aktif ini
cocok untuk rumah sakit dengan kapasitas yang besar, karena
apabila digunakan untuk rumah sakit yang kapasitas kecil, teknologi

Universitas Sumatera Utara

41

ini kurang ekonomis karena biaya yang diperlukan cukup besar
(Adisasmoto, 2007).
Prinsip kerja :
Pada proses lumpur aktif influen akan masuk kedalam tangki
aerasi, terjadi pencampuran antara mikroorganisme dan udara
dengan air limbah yang masuk, dan bakteri, protozoa, algae dan
fungi berkembangbiak dengan mendapatkan sumber nutrisi dari
bahan-bahan dalam limbah dan secara langsung menguraikan bahan
organik

yang

ada.

Pertumbuhan

mikroorganisme

tersebut

menyebabkan penggumpalan dan pembentukan lumpur aktif, setelah
kurang lebih 6-8 jam air lim bah dan lumpur aktif dialirkan ketangki
pengendap kurang lebih 1-2 jam. Sebagian mikroorganisme yang ada
dalam tangki pengendap diambil dan dikembalikan kedalam tangki
aerasi untuk dibiarkan tetap hidup karena adanya pemberian oksigen
tanpa ditambahkan nutrisi, hal ini mengakibatkan mikroorganisme
tersebut kelaparan. Sisa lumpur aktif disalurkan pada tangki lain
untuk

dilakukan

pengolahan

dengan klorin

dngan maksud

membunuh mikroorganisme yang ada dalam effluent. Setelah proses
tersebut air yang telah diolah dikeluarkan. Dalam pengolahan lumpur
aktif terjadi proses adsorpsi, flokulasi dan oksidasi bahan organik.
Waktu detensi untuk lumpur aktif adalah 5-10 jam

(Muslimin,

1996).

Universitas Sumatera Utara

42

Kemampuan penurunan BOD 90-95%. Mikroorganisme
terutama protozoa, bakteri, virus, telur cacing berkurang sekitar 6080%. Keunggulan proses ini adalah kemampuan penurunan BOD
yang besar sehingga tidak memerlukan tempat yang besar.
Sementara kelemahannya adalah kemungkinan dapat terjadi bulking
pada lumpur aktifnya, terjadi buih, serta jumlah lumpur yang
dihasilkan cukup besar (Adisasmito, 2007). Proses pengolahan dapat
dilihat pada gambar berikut
saringan
Air

Penampungan

Pengendapan

limbah

air

awal
Bak earasi
Lumpur berlebih

Pengendapan
akhir
Penampungan
lumpur

Air hasil
olahan

Gambar 2.7 Proses pengolahan dengan metode lumpur aktif (Sunu, 2001)
2) Kolam oksidasi (Oxydation Pond)
Sistem kolam oksidasi ini telah dipilih untuk pengolahan air
limbah rumah sakit yang terletak ditengah-tengah kota, karena
tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasinya sendiri
dibuat bulat/elip dan air limbah dialirkan secara berputar agar

Universitas Sumatera Utara

43

ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dengan
udara (earasi). Kemudian air limbah dialirkan kedalam tank
sedimentasi untuk mengendapkan benda-benda padat dan
lumpur lainnya. Selanjutnya air yang sudah nampak jernih
dialirkan ke bak klorinasi sebelum dibuang ke lingkungan.
Sedangakn lumpur yang mengendap diambil dan dikeringkan
pada sludge drying bed. BOD pada oksidasi dapat berkurang
sekitar 60-65% (Dinkes RI, 2002)
Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari komponen-komponen
sbb :


Pump Sump (pompa air kotor)



Kolam oksidasi



Bak pengendapan



Bak klorinasi



Tempat pengeringan lumput



Ruang kontrol

Gambar 2.8 proses pengolahan dengan metode kolam oksidasi (Said, 2005)

Universitas Sumatera Utara

44

3) Biofilter Anaerob-Aerob
Pengolahan

dengan

biofilter

anaerob-aerob

merupakan

pengembangan dari proses biofilter anaerob dengan proses aerasi
kontak. Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob
terdiri dari beberapa bagian yakni, bak pengendapan awal, biofilter
anaerob, biofilter aerob, bak pengendap akhir (Said, 2005).
Skema proses pengolahan dengan biofilter anaerob-aerob dapat
dilihat dari gambar berikut

Gambar 2.9 Proses pengolahan dengan metode biofilter anaerob-aerob (Said,
2005)
4) RBC (Rotating Biological Contactor )
Keuntungan dari sistem RBC yakni, proses operasi maupun
konstruksinya sederhana, kebutuhan energi relatif lebih kecil
dibandingkan proses lumpur aktif, serta tidak menimbulkan buih.

Universitas Sumatera Utara

45

Kekurangan RBC yakni, sensitif terhadap temperatur. Perbandingan
proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC dengan sistem
lumpur aktif
Tabel 2.3
No

Perbedaan pengolahan dengan metode RBC dan Lumpur aktif
Item

1.

Tipe biakan

2.

Jenis Mikroba

3.

Konsumsi Energi

4.

Stabilitas terhadap
fluktuasi beban

5.

Kualitas air olahan

6.

Operasional dan
perawatan

7.

Konsentasi biomasa

8.

Permasalahan yang
sering terjadi

9.

10.

RBC

Lumpur Aktif

Unggun tetap

Tersuspensi

Bervariasi

Simple

Relatif kecil

Lebih besar

Stabil

Tidak stabil

Kurang baik

Baik

Mudah

Tidak mudah

Tidak terkontrol

Dapat terkontrol
Pertumbuhan

Penyumbatan

tidak normal

pengembangan

Fleksibel

Kurang fleksibel

Investasi awal

Relatif

Menguntungkan

menguntungkan

untuk kapasitas

untuk kapasitas kecil

besar

Fleksibilitas

Sumber : Said, 2005

Universitas Sumatera Utara

46

Cara kerja RBC :
Air limbah dialirkan dalam bak pemisah pasir, sehingga kotoran
yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan, sedangkan
kotoran yang mengembang misalnya sampah, plastik akan tertahan
pada saringan yang dipasang pada kolam pemisah pasir tersebut.
Dari bak pemisah pasir akan dialirkan ke bak pengendap awal.
Didalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi
sebagian besar mengendap. Waktu tinggal dalam bak pengendap awal
adalah 2-4 jam dan lumpur yang telah mengendap akan dipompa ke
bak pengendapan lumpur.
Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan,
kelebihan dapat dialirkan ke bak kontrol aliran untuk disimpan
sementara. Pada waktu debit aliran kecil maka air limbah yang di bak
kontrol di pompa ke bak pengendapan awal bersama-sama dengan
limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan.
Didalam bak kontraktor, media berupa piringan yang dilekatkan
pada suatu poros dan diputar secara pelan dan dicelupkan sebagian
kedalam air limbah. Waktu tinggal didalam bak kontaktor sekitar 2,5
jam. Dalam kondisi demikian bakteri akan tumbuh pada permukaan
media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan biologis yang
terdiri dari bakteri, protozoa, fungi, dll. Bakteri inilah yang akan
menguraikan senyawa organik didalam air limbah. Laisan biologis
tersebut makin lama makin tebal dan karena gaya beratnya akan

Universitas Sumatera Utara

47

mengelupas dengan sendirinya dan akan terbawa aliran air keluar, dan
lapisan biologis akan bertumbuh dan berkembang kembali.
Air limbah yang keluar dari kontaktor selanjutnya dialirkan ke
bak pengendap akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 1,5-3 jam
dan

akan

dialirkan

ke

bak

khlorinasi

untuk

membunuh

mikroorganisme patogen yang ada didalam air. Sedangkan lumpur
yang mengendap didasar bak dipompa ke bak pemekat lumpur.
Selanjutnya air limbah dibuang ke badan air.
Lumpur yang berasal dari bak pengendapan awal maupun bak
pengendapan akhir dikumpulka