Karakteristik dan syarat wirausaha (2)
Karakteristik dan syarat wirausaha
Pengertian wirausaha
Wirausaha merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan
menangkap peluang bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna
mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat dalam memastikan
keberhasilan.
Syarat wirausaha
1. Memiliki sikap mental yang positif
2. Mampu berpikir kreatif
3. Rajin mencoba hal – hal yang baru ( inovatif )
4. Memiliki motivasi dan semangat juang yang tinggi
5. Mampu berkomunikasi
Karakteristik wirausaha
M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993; 6-7 ) mengemungkakan
delapan karakteristik yang meliputi :
1. Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
2. Lebih memilih risiko yang moderat.
3. Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil
4. Selalu menghendaki umpan balik yang segera
5. Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan
6. Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya
demi masa depan yang lebih baik .
7. Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk
menciptakan nilai tambah
8. Selalu menilai prestasi dengan uang.
Karakteristik Wirausahawan Andal :
1. Punya rasa percaya diri dan kemandirian yang tinggi.
2. Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan
tangguh.
3. Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang.
4. Mau dan mampu bekerja keras dan menekuni bidang usahanya tanpa kenal
menyerah.
5. Mau dan mampu berkomunikasi baik dengan pihak internal maupun
eksternal
6. Mau dan mampu bernegosiasi dengan win-win solution.
7. Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat,
dan disiplin.
8. Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas
perusahaan dengan mengelola dan memotivasi orang lain
(leadership/managerialship).
9. Mau dan mampu melakukan perluasan dan pengembangan usaha dgn
resiko yang moderat.
10. Berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggalang
kemitraan.
Beberapa karakteristik wirausaha yang dikenal dengan istilah 10D dari Bygrave
1994:
1. Dream artinya seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginan
terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya. Dia harus memiliki kemampuan
untuk mewujudkan keinginan tersebut.
2. Decisiveness artinya seorang wirausaha adalah orang yang bekerja cepat.
Mereka membuat keputusan dengan cepat dan penuh perhitungan. Kecepatan dan
ketepatan dalam mengambil keputusan adalah kunci keberhasilan bisnisnya.
3. Doers artinya begitu seorang wirausaha mengambil keputusan maka ia
langsung menindaklanjuti. Mereka melaksanakan kegiatan yang ia sanggupi
secepat mungkin, tidak menyia-nyiakan kesempatan.
4. Determination artinya seorang wirausaha melaksanakan kegiatan dengan penuh
perhatian. Dia memiliki rasa tanggung jawab tinggi dan tidak mau menyerah
walaupun dia dihadapkan pada rintangan yang tidak mungkin diatasi.
5. Dedikasi artinya dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi,
kadang-kadang dia mengorbankan hubungan kekeluargaan, bekerja tidak
mengenal lelah, dan semua perhatian dan kegiatan dipusatkan untuk kegiatan
bisnisnya.
6. Devotion artinya seorang wirausaha mencintai pekerjaan bisnisnya lebih dari
yang lain sehingga ia berhasil dengan efektif.
7. Details artinya seorang wirausaha harus memperhatikan factor-faktor kritis
secara detail dan tidak mengabaikan sekecil apapun factor yang menghambat
usahanya.
8. Destine artinya seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan
tujuan yang hendak dicapai. Dia merupakan yang mandiri, tidak tergantung pada
orang lain.
9. Dollars artinya seorang wirausaha tidak mengutamakan kekayaan atau uang
tetapi uang merupakan ukuran kesuksesan bisnisnya.
10. Distribute artinya seorang wirausaha bersaedia mendistribusikan kepemilikan
bisnisnya terhadap orang-orang kepercayaannya.
Syarat:
Arti Sikap (Mental) Anda Bagi Perusahaan
Penulis: Gunawan Winata & Wahyu Pujiati
Managers' Scope
Artikel ini di-upload pada tanggal: 2005-11-16 10:57:25
“Tidak ada manfaatnya melakukan SESUATU DENGAN BAIK, apabila TIDAK seharusnya kita lakukan!” (Zig Ziglar)
ca Managers’ Scope yang terhormat, apa kabar? Semoga Anda kami temui dalam keadaan baik, sehat dan tidak kurang suatu apa
n mengajak Anda untuk melihat bagaimana “sikap mental” mempengaruhi seseorang, termasuk Anda sebagai para Pemimpin da
keseharian Anda me-lead dan me-manage Perusahaan serta bekerja.
a, tidak ada salahnya, Anda perlu untuk mengetahui pendapat dari beberapa pakar tentang SIKAP itu sendiri! GW Allport mengat
daan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis dan terarah terhad
epada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya! Pendapat lain yang dikemukakan oleh ‘(tokoh) Fishbein & Azjen’ da
“Psikologi Sosial” karya David O’Sear, Sikap akan menentukan perilaku dari seseorang untuk (didalam) bertindak!
ting Sikap Mental mempengaruhi seorang Pemimpin didalam bekerja? Berdasarkan fenomena dan fakta kejadian yang akhir-akh
ara kita Indonesia, maka peran Sikap Mental bagi seorang Pemimpin menjadi sesuatu yang sangat penting, mendesak dan bersifa
to implement!
l merupakan ‘kata kunci pertama’ bagi kualitas seseorang, karena kualitas Sikap Mental merupakan dasar yang terpenting, bersa
tas pokok manusia yang lain: Kualitas Spiritual, Fisik dan Teknik. Seseorang yang berpendidikan biasa-biasa saja, tetapi (karena
l Positif maka akan dapat mencapai hasil kerja serta kepemimpinan yang baik, akan tetapi berbeda dengan seorang yang berpend
Mental Negatif maka pencapaian hasil kerja dan gaya kepemimpinannya-pun menjadi tidak baik. (Untuk contoh diatas, kami m
Jonathan, salah seorang Director di PT. Selamat Sempurna, Tbk – sebagai satu pribadi Pemimpin yang berpendidikan ‘pas-pas-a
mempunyai Sikap Mental Positif dan gaya Kepemimpinan yang wise!)
al akan melahirkan tindakan kerja, dimana dengan Sikap Mental tersebut akan menentukan apakah seseorang mampu atau tidak
am pekerjaannya. Mungkin Anda masih ingat, ketika mengikuti “assessment test” atau “fit and proper test” untuk “dalam rang
ahaan”, maka Anda diminta untuk menyelesaikan beberapa “persoalan”. Perintah untuk mengerjakannya cukup mudah, dimana
enjawab dengan ‘sejujurnya’ beberapa pertanyaan”. Didalam waktu 10 menit pertama, mungkin Anda masih santai dan fokus m
ertanyaan yang ada tersebut, tetapi 20 menit kemudian, berbagai pikiran dan perasaan mulai memenuhi benak Anda! Stamina A
run dan Anda merasa “stress”! Grafik kepemimpinan (‘leadership graphic’) Anda juga mulai menurun, kemampuan Anda untuk
dalikan diri juga tampak mulai “bermasalah”. Disini, terlihat apakah kemampuan dan “Sikap Mental” Anda untuk mengatasi te
pekerjaan, apakah cukup handal atau malahan sebaliknya!
Mental, kita harus mau belajar dari bangsa Jepang! Pada tahun 1975, Jepang mampu membuat 1 (satu) unit mobil dalam waktu
kerjakan oleh 1 orang. Sedangkan, Inggris hanya mampu membuat 1 mobil dengan the same quality dalam waktu 40 hari! Hal in
karena bangsa Jepang mempunyai Sikap Mental dalam hal etos kerja yang luar biasa positif!
ah Perusahaan yang berkualitas adalah “intangible asset” berupa karakter orang-orang yang kuat, dan disertai gaya kepemimpin
ter membentuk Sikap, karena setiap orang memiliki Sikap “positive” dan atau “negative”. Sikap Mental para Karyawan yang n
satunya “disebabkan oleh ketidaknyamanan dalam bekerja” Hal tersebut dikarenakan:
Sikap dan Perilaku Pemimpin yang Emosional, yang selalu (“mampu dan bisa”, akhirnya menjadi kebiasaan) melihat sisi nega
Staff/Bawahannya.
g iri hati terhadap kedudukan dan fasilitas Staff/Karyawan lain! (Pimpinan memberlakukan “bawang merah dan bawang putih sy
maksud yang tidak baik!).
ng ‘memanas-manasi’ diantara Staff/Karyawan! (Pimpinan tidak bersikap mature, tetapi malahan menjadi “latah seperti para B
ap membesar-besarkan masalah (Pimpinan bukannya menjadi sosok panutan, tetapi malahan bersikap mental “pecundang/opp
bungan antara Pimpinan dan Bawahan yang Kurang Harmonis (Pimpinan bersikap mental: “kesalahan selalu ada di pihak B
aan Perusahaan yang sedang dalam “kesulitan” (Keuangan), sebagai contoh, tetapi Pimpinan tidak melakukan Sikap “open ma
……………”Loyalitas serta profesionalitas terhadap Perusahaan memudar, dan Pimpinan tidak ber-Sikap Mental yang positif ser
isu tidak jelas merebak di dalam Perusahaan; Pencapaian prestasi didapat dengan “mendepak” rekan sekerja melalui cara yan
tor dan kriminal”); Iri hati; Mudah tersulut ‘issue’ yang tidak brtanggung-jawab; serta Akal sehat ditanggalkan diganti dengan
i-buta! Akhirnya para Pimpinan yang “pintar” bicara menjadi Provokator dan bukannya menjadi Motivator! Negative thinker be
i Perubahan dengan apriori dan atau skeptis, serta “memaksakan kekendak” (Keadaan inilah yang membuat banyak Pimpinan B
ukan “perbuatan yang merugikan Negara, Perusahaan dan orang lain”, seperti yang terjadi pada 42 (empat puluh dua) Bank pe
dengan menyelewengkan dana sebesar Rp. 62,6 triliun - Kompas, 28 Juni 2005).
“contoh kasus” sederhana yang sehari-hari dan nyata, bagaimana pengaruh Sikap Mental (Negatif) terhadap kelangsungan hidu
adalah seorang Pimpinan yang baru bekerja di PT. Regetindo dan mempunyai Sikap Mental Negatif, yaitu selalu membuang sam
di toilet kamar mandi. Tindakan ini kemudian menjadi kebiasaan. A sama sekali tidak menyadari kerugian yang dapat ditimbulk
g “Bawahan” A melihat kebiasaan A tersebut dan B langsung meniru tindakan yang dilakukan A. Kebiasaan buruk ini akhirnya “
ang di Perusahaan. Tanpa disadari, akhirnya semua orang di PT. Regetindo, mulai dari Pimpinannya “memiliki kebiasaan selalu m
sampah secara sembarangan di toilet kamar mandi”.
n, C yang Managing Director PT. Telattroos, mempunyai Sikap Mental Negatif yang selalu datang terlambat (bahkan untuk Rap
ang penting) Tindakan ini diteruskan sehingga menjadi satu kebiasaan, tanpa mengetahui arti dari kata terlambat itu sendiri. Keb
ara terus-menerus sampai mendarah daging sehingga menjadi sebuah kebiasaan datang terlambat dan berubah lebih menakutkan
biat. Ternyata hal ini menyebabkan hampir 70% Direksi, Staff, dan Karyawan PT. Telattroos selalu datang terlambat (untuk hal
ntoh diatas menunjukkan, bahwa Sikap Mental Negatif yang dimiliki Pimpinan Perusahaan, apabila tidak segera diatasi maka aka
biasaan” dan lama kelamaan akan menjadi “company culture”. Sangat dibutuhkan strong-leadership dan living-example untuk h
impinan Perusahaan, seperti Anda, untuk “membawa Perusahan menjadi benar dan lebih baik lagi” (Sesuatu yang sudah menja
untuk dihilangkan dan dibenahi untuk menjadi lebih baik. Karena dengan mengubah ‘budaya’, maka peraturan yang ada juga m
Sehingga dapat dikatakan, Sikap Mental merupakan dasar dari terbentuknya Budaya Perusahaan! Budaya negatif atau positif d
pada Sikap Mental “manusia-manusia’ yang ada di Perusahaan, sekaligus juga “cerminan kepemimpinan” Anda dan siapa diri A
Pemimpin).
avinata, Vice President PT. Yuan Sejati mengatakan hal yang “sama dengan” diatas, based on his more than 30 years working ex
dustri di Perusahaan Swasta skala nasional: Memimpin dengan Sikap Mental yang selalu memberi contoh yang baik dan benar s
n dengan Sikap Mental selalu menghormati dan men-apresiasi para Karyawannya sebagai Manusia (yang mempunyai rasa dan k
engan Sikap Mental bahwa keberhasilan dalam pekerjaan adalah Kesuksesan Bersama! (Hal ini juga sudah dengan luar biasa ditu
Howard Schulz – CEO Starbucks Coffee, dimana kesuksesan bisnis mereka menjadi cerita yang sangat inspirasional).
ap Mental melahirkan Tindakan, Tindakan yang dilakukan terus menerus akan menjadi sebuah Kebiasaan, Kebiasaan yang dila
aging dan menjadi Tabiat dan Tabiat yang dimiliki para Pemimpin dan sebagian besar Karyawannya akan menjadi Budaya bag
entuk Sikap Mental Positif para Staff/Karyawan (dan Perusahaan), sangat dibutuhkan peran aktif-dinamis seorang Pemimpin. K
ng Pemimpin yang bijaksana, tegas, berwibawa, serta memahami “kebutuhan” Karyawannya dengan baik akan membuat mereka
i Sikap Mental Positif) akan merasa nyaman dalam bekerja, terus berprestasi dan hasil yang dicapai akan maksimal serta “kesala
yang terjadi akan menjadi minimal.
ai seorang Pemimpin, tentunya ada sebuah Tujuan yang harus dicapai oleh Anda bersama dengan tim. Tips kami: Pimpinlah Kar
, bukan dengan kekuasaan! (Managing and leading with heart, not with power!). Karena salah satu tugas (utama) seorang Pemim
ualitas kerja para bawahannya” (Seperti kalimat bijak: “Sebenarnya tidak ada Bawahan yang tolol! Yang sebenarnya ada adalah
eberapa tips untuk Anda, para Pemimpin, untuk mengubah kualitas dan menjadikan Sikap Mental Kerja Positif, menjadi “satu a
para Bawahan Anda:
Memberikan contoh nyata (leading by example).
Memberikan informasi berkualitas (giving the right and proper information).
Memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (giving chances to exploring employee’s capability).
Memberikan tugas yang menantang (providing exciting challenges).
Merangsang setiap Bawahan agar senang belajar (keeping the ‘learning attitude’).
elakukan beberapa hal diatas, maka seorang Pemimpin akan mendapatkan para Staff/Karyawannya dengan Sikap Mental Positif
nilai tambah dan keuntungan bisnis jangka panjang kepada Perusahaan. Untuk membentuk sebuah Sikap Mental Positif bagi se
an, maka yang terutama adalah dengan mencintai pekerjaan! Dengan mencintai pekerjaan, walaupun pekerjaan itu berat maka ti
kan rasa jenuh dan putus asa bila diperhadapkan dengan tantangan dan tekanan dalam pekerjaan. Dengan selalu berpikir seperti d
dengan sendirinya seseorang akan mencintai pekerjaannya dan tanpa sadar akan membentuk satu Sikap Mental positif!
ini maka disimpulkan bahwa Sikap Mental yang dimiliki oleh seorang Pimpinan Seperti Anda akan sangat berpengaruh terhadap
Perusahaan dan Tingkat Profitabilitas Perusahaan!
“Pemimpin menentukan dan mencerminkan budaya suatu Organisasi. Moral selalu mengalir dari atas!”
(John
Situs ini telah dikunjungi sebanyak 18208 kali
Berpikir merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk membedakan
manusia dengan makhluk lain. Solso menjelaskan tentang definisi berpikir sebagai
berikut: “ Thinking is a process by which a new mental representation is formed through
the transformation of information by complex interaction of the mental attributes of
judging, abstracting, reasoning, imagining and problem solving”. Maksud dari pernyataan
tersebut adalah bahwa berpikir merupakan proses menghasilkan representasi mental yang
baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kompleks antara
atribut-atribut mental seperti penilaian, abtraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan
masalah. Bigol juga mengatakan bahwa berpikir adalah meletakkan hubungan-hubungan
antara bagian-bagian pengetahuan kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir
merupakan proses yang kompleks, terorganisir, terintegrasi, dan melibatkan pengetahuan
sebelumnya.
Terdapat bermacam-macam cara berpikir, antara lain: berpikir vertikal, lateral, kritis,
analitis, kreatif dan strategis. Namun pada penelitian ini akan difokuskan pada berpikir
kreatif. Kreativitas memang perlu dikembangkan, namun kadang-kadang kita
memandang istilah kreativitas itu sebagai sesuatu yang berbeda satu sama lain, yang
dapat menyebabkan kaburnya makna essensial dari istilah tersebut. Pandangan atau
pemahaman tentang kreativitas itu menurut Dedi Supriadi disebabkan karena dua hal.
Pertama, sebagai suatu “konstruk hipotesis” kreativitas merupakan ranah psikologis yang
kompleks dan multi dimensional, yang mengandung banyak penafsiran. Kedua, definisidefinisi kreativitas memberikan penekanan pada sisi yang berbeda-beda, tergantung dasar
teoritis yang menjadi acuan pembuat definisi.
Perbedaan pemahaman dalam mengartikan istilah kreativitas tidak berarti bahwa kita
lantas mengambil salah satu istilah dengan menafikan yang lain, tetapi hendaknya semua
dipandang sebagai sesuatu yang saling melengkapi sehingga dengan melihat berbagai
pandangan tersebut, kita akan melihat kreativitas sebagai sesuatu yang utuh menyeluruh.
Adapun beberapa definisi kreativitas, antara lain:
1. Torrance mengemukakan: “Creativity is a process of becoming sensitive to problems,
deficiencies, knowledge, missing elements, disharmonies, etc; identifying the difficulties;
searching for solution, making guesses, or formating hypotheses and possibly modifying
them and retesting them: finally communicating the results”. 2. Baron berpendapat bahwa
kreativitas adalah: “The ability to bring something new into existence”.
3. Mac Kinnon menyatakan bahwa kreativitas adalah: ...seems to be unique combination
of ingredients, a combination which leads to novel approaches to situations, to problem
solving through sustained insight.”
4. Mednick mengemukakan kreativitas sebagai salah satu ragam berpikir: “creative
thinking consist in forming need combination of associative elements, especially
mutually remote elements”.
5. Guilford mengatakan bahwa: “ ....creativity refers to the abilities that are
characteristics of creative people”.
Jika kita telaah, akan tampak bahwa kreativitas dapat dilihat dari berbagai segi, bisa dari
segi proses, produk atau dari segi orangnya. Bahkan Rhodes menyatakan bahwa
kreativitas dapat dipandang dari empat sisi komponen kreativitas, yaitu: “Person, Process,
Products and Press” atau yang terkenal dengan sebutan “ The four P’s creativity.”
Solso menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan aktivitas kognitif yang
menghasilkan sesuatu yang baru dalam menghadapi masalah5. Sedangkan Evans
menyebutkan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan membuat kombinasi baru
berdasarkan konsep-konsep yang sudah ada, selain juga kemampuan menemukan
hubungan-hubungan baru dan memandang sesuatu menurut perspektif yang baru6.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa produk dari berpikir kreatif
adalah sesuatu yang baru dan kompleks. Baru yang dimaksud bukan hanya dari yang
tidak ada menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada.
Dewasa ini, berpikir kreatif sangatlah diperlukan oleh setiap manusia, adapun alasan
mengapa diperlukannya berpikir kreatif adalah sebagai berikut: Pertama, era globalisasi
yang ditandai dengan cepatnya perubahan diberbagai bidang kehidupan memerlukan
manusia yang cepat mampu beradaptasi atau mereorientasikan hidupnya sejalan dengan
perubahan yang terjadi. Kedua, pembangunan yang sedang dilaksanakan di tanah air kita
dalam berbagai bidang memerlukan manusia yang tangguh dan kreatif, karena selain kita
harus menghadapi berbagai kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa lain, kita pun tentu
berkeinginan untuk menjadi pioner dalam berbagai kemajuan yang mungkin diraih
manusia dikemudian hari. Ketiga, program “pengentasan kemiskinan” bukan dipecahkan
dengan hanya sekedar memberi pekerjaan atau tunjangan sosial melainkan bagaimana “
Sumber Daya Manusia” yang ada berusaha dibina untuk secara mandiri memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapinya. Keempat, dalam kaitan dengan sains dan
teknologi yang demikian cepat, tanpa kreativitas yang memadai maka sains dan teknologi
yang berkembang itu hanya menjadi pertunjukan yang akan terus berlalu satu demi satu
tanpa bisa turut mewarnai pesatnya perkembangan IPTEK itu.
Utami Munandar mengemukakan alasan mengapa kreativitas pada diri siswa perlu
dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan dirinya (Self
Actualization). Kedua, pengembangan kreativitas khususnya dalam pendidikan formal
masih belum memadai. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi
juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan
manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Dalam GBHN (Tap II/MPR/1993) menggarisbawahi pentingnya pengembangan
kreativitas, sehingga merekomendasikan kepada dunia pendidikan agar mengembangkan
pengajaran yang memberikan atau menyediakan iklim untuk berkembangnya kreativitas
itu.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa kreativitas mempunyai peranan penting dalam
kehidupan, sehingga kreativitas perlu dikembangkan terutama pada generasi muda yang
mengemban cita-cita sebagai peneru
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198837-pengertian-berpikirkreatif/#ixzz1WyOZzmVm
Berfikir merupakan kemampuan khusus yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki mahluk
lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, berfikir seakan merupakan sebuah proses yang
alami tanpa direncanakan. Namun sesungguhnya proses berfikir yang kita lakukan seharihari merupakan sebuah proses yang rumit dan melibatkan banyak komponen, demikian
jika kita melihatnya dalam perpektif kreatifitas. Sehingga untuk menentukan kreatifitas
berfikir seseorang diperlukan beberapa komponen variabel. Penentuan kriteria kreativitas
menyangkut tiga dimensi yaitu dimensiproses, orang atau pribadi, dan produk kreatif
(Amabile, 1983). Dengan menggunakan proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka
segala produk yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produk kreatif, dan
orangnya disebut sebagai orang kreatif.
Keberatan yang diajukan terhadap teori ini ialah, sesuatu yang dihasilkan dari proses
berpikir kreatif tidak selalu dengan sendirinya dapat disebut sebagai produk kreatif.
Kriteria ini jarang dipakai dalam penelitian (Supriadi, 1994: 13).
Dimensi orang atau pribadi sebagai kriteria kreativitas seringkali kurang jelas
rumusannya. Amabile (1983) mengatakan bahwa pengertian orang atau pribadi sebagai
kriteria kreativitas identik dengan yang dikemukakan Guilford (1950) disebut
kepribadian kreatif. Kepribadian kreatif menurut Guilford meliputi dimensi kognitif
(yaitu bakat) dan non-kognitif (yaitu minat, sikap, dan kualitas inborn). Menurut teori ini,
orang-orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang yang secara signifikan berbeda
dengan orang-orang yang kurang kreatif. Karakteristik-karakteristik kepribadian ini
menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif. Orang-orang yang memiliki
ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh orang-orang kreatif dengan sendirinya adalah orang
kreatif (Supriadi, 1994: 13).
Kriteria ketiga adalah produk kreatif, yang menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja,
atau karya seseorang dalam dalam bentuk barang, atau gagasan. Kriteria ini dipandang
sebagai yang barrier eksplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga disebut
sebagai ”kriteria puncak” bagi kreativitas (Amabile, 1983). Dalam operasi
penilaiannya,proses identifikasi kreativitas dilakukan melalui analisis obyektif terhadap
produk, pertimbangan subyektif oleh peneliti, atau peneliti ahli, dan melalui tes (Supriadi,
1994: 14).
Dalam kehidupan sehari-hari hasil/produk dari berfikir kreatif seringkali menarik
perhatian khalayak karena dianggap sebagai sesuatu yang baru, solutif dan terkadang
konyol. Namun demikian, hal ini mencerminkan dari serangkaianproses rumit yang pada
akhirnya menghasilkan sebuah produk dari berfikir kreatif. Produk ini pada umumnya
merupakan sebuah jawaban atas sebuah permasalahan, ungkapan/ekspresi seseorang.
Berikut beberapa contoh produk yang dihasilkan dari berfikir kreatif. Penjelasan berikut
hanya bersifat universal.
1. Komputer merupakan perangkat teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat seluruh
dunia. Penggunaan komputer membutuhkan energi listrik dan tentunya juga
membutuhkan biaya untuk dapat mengoperasikannya. Untuk menghemat energi
penggunaankomputer, ditemukan sebuah temuan kreatif yaitu perangkat hardware dan
software untuk menghemat listrik. Berikut gambar dan penjelasannya :
plug pin ini dan bed іn software nya, dengan menekan tombol tertentu dalam curriculum
tersebut, secara otomatis komputer akan masuk ke Energy Saver Manner yang diyakini
akan menurunkan biaya listrik hingga 1500 US$ pertahun kalo digunakan oleh 50
komputer saja. bayangkan kalo digunakan 500 juta pengguna komputer seluruh dunia,
berapa pengiritan listrik yang akan didapat. Alat ini menurut saya merupakan hasil dari
berfikir kreatif.
2. Manusia merupakan mahluk sosial dan mempunyai naluri-naluri kebersamaan dan
perasaan membutuhkan relasi dalam menjalani kehidupannya. Ketika seseorang tidak
mampu menghadirkan kebutuhannya dalam kenyataan, terkadang seseorang
mengalihkannya dalam fantasi dan alam idenya. Kebutuhan relasional tersebut termasuk
ketika tidur, meskipun sekedar dipeluk oleh orang disayangi. Berikut temuan kreatif yang
mungkin menurut sebagian orang adalah temuan yang konyol, akan tetapi merupakan
sebuah hasil kreatifitas dalam mengatasi masalah kesepian relasi ketika tidur maupun
sekedar istirahat. yaitu bantal peluk bagi perempuan:
3. Payung merupakan peralatan yang kita butuhkan ketika hujan dan kita memutuhkan
aktifitas diluar. Penggunaan payung ini terkadang menimbulkan permasalahan baru,
misalnya kesulitan membawa barang barang bawaaan, capek memegangi payung sambil
membawa barang. Untuk mengatasi masalah tersebut sebuah kreatiftas menghasil
peralatan yang digunakan untuk meringankan penggunaan payung yaitu alat penahan
payung. Berikut gambarnya :
4. Lem Mentega
Bila merasa repot ketika mengoleskan mentega ke roti dengan sendok atau pisau, ini dia
alat pengoles mentega yang lebih praktis. Berikut gambarnya:
1.Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan,
manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha,
berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu.
Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini baru dari
segi etimologi (asal usul kata).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi
untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta
memasarkannya.
Sedangkan hasil lokakarya Sistem Pendidikan dan Pengembangan di Indonesia tahun
1978, mendefinisikan “Wirausahawan adalah pejuang kemajuan yang mengabdikan
diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan dan bertekad dengan kemampuan
sendiri membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin meningkat dan
memperluas lapangan kerja”.
Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor
961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa:
a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan
kemampuan kewirausahaan.
b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang
dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih
besar.
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar
dalam sebuah kebudayaan[1] . Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964
melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai
proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka
waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit
adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat
dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah
inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa
kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi
inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu
dikatakan exploded atau meledak.
Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan
Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930),
Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi
interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni
ide yang menjadi penting di antara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian.
Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang
memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka
lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa memengaruhi
komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.[2]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Elemen
2 Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi
3 Lima tahap proses adopsi
4 Kategori pengadopsi
5 Catatan kaki
6 Pranala luar
[sunting] Elemen
Elemen dalam teori difusi inovasi ini terdiri dari: inovasi, tipe saluran komunikasi,
tingkat adopsi, dan sistem sosial.
[sunting] Tahapan peristiwa yang menciptakan proses
difusi
1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai
melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media
massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca
koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang
ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka
hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang
dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat
mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui
komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang
mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat
ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar
keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku
tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan
seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang
tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu
melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka
akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga
menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa
orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk
menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga
dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika
sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia
anut, maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang
dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.
[3]
3. Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi
akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga
sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi
tidak lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui
hubungan sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok
yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya.
Dalam proses adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih
cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding
saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memengaruhi
manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh
media massa.
[sunting] Lima tahap proses adopsi
1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi
mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus
disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media
elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal di antara masyarakat
2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran
calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika
mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi
dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi
tersebut.
3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan
akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun
bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup
kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari
lebih jauh tentang inovasi tersebut.
5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan
mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi
ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka
buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan
yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.
[sunting] Kategori pengadopsi
Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna
inovasi :
1. Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal
baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial
lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik
meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang
memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau
relasi.
2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori
adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya,
serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat
disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan
keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak
mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya,
mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan
dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orangorang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi,
atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak
digunakan atau cukup bermanfaat.
4. Mayoritas akhir: Kelompok zang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah
inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan
mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan
dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan
ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
5. Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi
inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru.
Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki
pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi
inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya,
dan menganggap mereka ketinggalan zaman.
Definisi, Pengertian &
Takrifan Motivasi
Oleh Taidin Suhaimin
Perkataan MOTIVASI sejak akhir kurun kedua puluh sudah menjadi sesuatu yang
lumrah. Namun kini, masih ramai yang kurang faham tentang apa yang dimaksudkan
dengan perkataan MOTIVASI.
Artikel ini menjelaskan pengertian, definisi dan takrifan motivasi dengan cara yang
lebih mudah difahami.
1. Motivasi Sebagai Pengarah Tuju dan Penggerak Tindakan
Perkataan MOTIVASI adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris "MOTIVATION". Perkataan asalnya ialah "MOTIVE" yang juga telah dipinjam oleh
Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada MOTIF, yakni bermaksud TUJUAN. Di dalam
surat khabar, kerap pemberita menulis ayat "motif pembunuhan". Perkataan motif di
sini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu
pembunuhan itu dilakukan.
Jadi, ringkasnya, oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan
atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak
utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang
diinginkannya sama ada secara negatif atau positif.
Oleh itu, kita boleh definisikan bahawa:
"Motivasi adalah sesuatu yang menggerak dan mengarahtuju seseorang
dalam tindakan-tindakannya sama ada secara negatif atau positif. "
CLICK HERE for More Info / to Purchase this SUPERB BOOK - How To Get The
Best Grades - NOW!
2. Motivasi Sebagai Pendorong
Tujuan atau motif adalah sama fungsinya dengan matlamat, wawasan, aspirasi,
hasrat atau cita-cita. Jadi, wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan
seseorang itu malah bagi sesebuah negara merupakan pendorong utama yang
menggerakkan usaha bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dihajatkan.
Lebih penting sesuatu yang ingin dicapai, dimiliki, diselesaikan atau ditujui, lebih
serius dan lebih kuatlah usaha seseorang, sesebuah keluarga, organisasi, masyarakat
atau negara untuk mencapai apa juga matlamat yang telah ditetapkan. Jadi, dengan
matlamat atau hasrat yang lebih penting atau besar, lebih kuatlah pula dorongan
atau motivasi seseorang itu untuk berusaha bagi mencapai matlamatnya.
Oleh itu, bolehlah kita buat kesimpulan di sini bahawa:
"Motivasi adalah suatu bentuk dorongan minda dan hati yang menjadi
penggerak utama seseorang, sesebuah keluarga atau organisasi untuk
mencapai apa juga yang diinginkan."
(Definisi kedua saya di atas ada kesamaan sedikit dengan definisi pertama).
3. Motivasi Sebagai Darjah Kesungguhan
Tahap kepentingan sesuatu yang seseorang ingin capai, memberi kesan terhadap
tahap kesungguhannya berusaha. Sungguhpun masa untuk mencapainya agak lama,
tetapi jika apa yang dihasratkan itu amat penting, ia akan terus tetap mempunyai
keinginan atau kesungguhan untuk berusaha sehinggalah matlamatnya tercapai.
Oleh itu, bolehlah juga kita buat kesimpulan di sini bahawa:
"Motivasi adalah darjah atau tahap kesungguhan dan tempoh keterusan
seseorang, berusaha untuk mencapai tujuan atau matlamat."
4. Motivasi Sebagai Stimulator
Untuk menjelaskan maksud ini, saya ingin ambil kisah berikut:
Seseorang lelaki dan wanita yang sedang saling amat cinta mencintai sehingga telah
berjanji untuk hidup bersama, akan berusaha dengan penuh kesungguhan untuk
menjadi suami isteri walaupun menghadapi pelbagai halangan berbuat demikian.
Itulah sebab makanya, ramai pasangan yang kita dengar pergi bernikah ke luar
negara apabila ada halangan (undang-undang) yang tidak membolehkan mereka
mendapat sijil perkahwinan di dalam negara. Seperti kata pepatah Melayu "Nak,
seribu daya. Tak nak, seribu dalih."
Di sini dapatlah kita simpulkan bahawa:
"Motivasi adalah stimulasi atau semangat akibat rangsangan atau
keghairahan terhadap sesuatu yang benar-benar diingini."
5. Motivasi Sebagai Pemangkin Keberanian
Apabila kita betul-betul dan benar-benar inginkan sesuatu, ketakutan atau kemalasan
menjadi perkara kedua - mencapai matlamat akan menjadi perkara utama;
keberanian, kerajinan dan ketekunan akan timbul.
Oleh itu, bolehlah kita simpulkan atau definisikan di sini bahawa:
"Motivasi adalah suatu mangkin yang menimbul dan menyeramakkan
keinginan, keberanian dan kesungguhan untuk mencapai sesuatu matlamat
mencabar yang benar-benar diingini serta diyakini boleh dicapai /
perolehi."
(Definisi kelima ini pula ada kesamaan sedikit dengan definisi keempat).
Kritikan Terhadap Pendapat Tentang Motivasi
Ramai ahli psikologi yang menyatakan bahawa, apabila sesuatu matlamat sudah
tercapai, ianya tidaklah berfungsi lagi sebagai pemotivasi. Ini kerana, bila yang
diinginkan sudah tercapai, ia akan berpuas hati dan tidak lagi menjadi perangsang
kepadanya; ianya tidak lagi menjadi sesuatu yang mendorong atau memotivasikan
dirinya untuk terus berusaha mendapatkannya.
Saya agak kurang bersetuju dengan pendapat atau konotasi ini. Sesuatu yang
dahulunya menjadi pemotivasi - sebelum kita miliki, sebenarnya masih berperanan
sebagai pemotivasi. Misalnya, seorang yang sangat kepingin memiliki suatu kereta
(mobil) idaman; cita-cita tercapai; walaupun membelinya secara ansuran, apakah
apabila dengan sudah memiliki kereta idaman, kereta idaman itu tidak lagi menjadi
salah satu pemotivasinya? Pada hemat saya, ia masih tetap sebagai pemotivasi
tetapi dalam bentuk lain yakni; misalnya, motivasi untuk memastikan kereta
idamannya itu tetap bersamanya atau terus dimilikinya dengan membuat bayaran
ansuran bulanannya secara konsisten.
Jadi, pendapat yang mengatakan "a satisfied need doesn't motivate", boleh
dipertikaikan. A satisfied need, in actuality still has its motivational
functions. Themotivational functions shall be: to nurture and sustain what
is or are being possessed or hold so long as they are needed.
Semoga definisi-definisi motivasi yang dipaparkan di atas itu dapat sedikit sebanyak
membantu anda dalam usaha anda memahami dengan lebih mudah makna atau erti
perkataan motivasi.
DEFINISI MOTIVASI KERJA
Posted on January 25, 2010 by teorionline
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan
intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Siagian (2002)
mengemukaan definisi motivasi sebagai daya dorong bagi seseorang untuk memberikan
kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya.
Dengan pengertian, bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan
pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.
Selanjutnya, Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses
mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar
mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan
sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk
memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Chung dan Megginson mendefinisikan motivasi sebagai perilaku yang dirumuskan
sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha
yang dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan, motivasi juga berkaitan dengan
kepuasan pekerja dan performansi pekerjaan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi merupakan respon pegawai terhadap
sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri pegawai
agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.
Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu teori
motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan (content theory), teori motivasi dengan
pendekatan proses (process theory) dan teori motivasi dengan pendekatan penguat
(reinforcement theory)
Dalam penelitian ini yang dibahas hanya teori Kepuasan, dimana teori ini diikuti antara
lain oleh A.H. Maslow, Frederick Herzberg, dan David McClelland.
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami
antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai
kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku
kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan
memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak
mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005:63-64) mengemukakan bahwa hierarki
kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik,
bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau
disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman,
bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidp
3. Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh
kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh
orang lain
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan
kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan
mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sangatlah penting..kenapa? karena dalam
dua dasawarsa belakangan perkembangan teknologi begitu hebatnya sehingga telah
memberikan dampak yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia.
Salah satu hal yang berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan
yang ada adalah komunikasi. Karena itu, tidak aneh kalau akhir-akhir ini banyak orang
yang tertarik untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat fundamental
bagi kehidupan manusia. Dengan mampu berkomunikasi yang baik kita bisa membentuk
saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang,
mengembangkan karir. Sebaliknya, dengan kemampuan berkomunikasi yang buruk, kita
juga dapat memupuk perpecahan, menanamkan kebencian, dan menghambat kemajuan.
Kualitas hidup kita, hubungan kita dengan orang lain, bahkan peluang usaha dan karir
kita, dapat ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki cara-cara dan kemampuan
berkomunikasi kita. ebook ini telah disusun secara sistematis dari tahap ke tahap
menurut kajian ilmu kemampuan berkomunikasi, khususnya komunikasi antar manusia.
Pembahasannya tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga bersifat praktis. Harapannya
tiada lain agar ebook ini mudah dipahami dan mudah dipraktekan, terutama oleh para
pembaca yang berminat untuk mempelajarinya.
Karakteristik:
MEMAHAMI TANGGUNG JAWAB…
Posted on 27/10/2007 by wuryanano
Anda tentunya seringkali mendengar istilah TANGGUNG JAWAB, bukan? Makna
dari istilah “tanggung jawab” adalah “siap menerima kewajiban atau
tugas”. Arti tanggung jawab di atas semestinya sangat mudah untuk dimengerti
oleh setiap orang. Tetapi jika kita diminta untuk melakukannya sesuai dengan
definisi tanggung jawab tadi, maka seringkali masih merasa sulit, merasa
keberatan, bahkan ada orang yang merasa tidak sanggup jika diberikan
kepadanya suatu tanggung jawab. Kebanyakan orang mengelak bertanggung
jawab, karena jauh lebih mudah untuk “menghindari” tanggung jawab,
daripada “menerima” tanggung jawab.
Banyak orang mengelak bertanggung jawab, karena memang lebih mudah
menggeser tanggung jawabnya, daripada berdiri dengan berani dan menyatakan
dengan tegas bahwa, “Ini tanggung jawab saya!” Banyak orang yang sangat
senang dengan melempar tanggung jawabnya ke pundak orang lain.
Oleh karena itulah muncul satu peribahasa, “lempar batu sembunyi tangan”.
Sebuah peribahasa yang mengartikan seseorang yang tidak berani bertanggung
jawab atas perbuatannya sendiri, sehingga dia membiarkan orang lain
menanggung beban tanggung jawabnya. Bisa juga diartikan sebagai seseorang
yang lepas tanggung jawab, dan suka mencari “kambing hitam” untuk
menyelamatkan dirinya sendiri dari perbuatannya yang merugikan orang lain.
Sebagian orang, karena tidak bisa memahami arti dari sebuah tanggung jawab;
seringkali dalam kehidupannya sangat menyukai pembelaan diri dengan katakata, “Itu bukan salahku!” Sudah terlalu banyak orang yang dengan sia-sia,
menghabiskan waktunya untuk menghindari tanggung jawab dengan jalan
menyalahkan orang lain, daripada mau menerima tanggung jawab, dan dengan
gagah berani menghadapi tantangan apapun di depannya.
Banyak kejadian di negara kita ini, yang disebabkan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab, malah sering dimenangkan atau diberikan bantuan
berlebihan oleh lingkungannya dengan sangat tidak masuk akal. Sungguh
sangat menyedihkan. Di masa kini, kita memiliki banyak orang yang mengelak
bertanggung jawab; karena mereka ini mendapatkan keuntungan dari sikapnya
itu.
Dan gilanya, “lepas tanggung jawab” itu sering didukung oleh lingkungan
dekatnya, teman-temannya, anak buahnya, atasannya, anak kandungnya,
bahkan didukung oleh istri atau suaminya. Anda bisa lihat, misalnya, korupsi, dan
manipulasi. Sebagian besar orang-orang di lingkungan dekatnya pasti
mendukungnya, karena mereka semua pasti ikut merasakan hasil-hasil dari
korupsi atau manipulasi itu. Apakah dunia kita ini sudah dekat dengan kiamat?
Rabu, 16 Maret 2011
Manusia dan Arti Tanggung Jawab
A.
PENGERTIAN
TANGGUNG
JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Contoh
Orang
Bertanggung
Jawab
:
bonar ialah seorang pegawai yang tekun dalam melaksanakan tugasnya. Ia datang
sebelum waktu kerja dimulai. Tanpa banyak bicara dikerjakan tugasnya. Setelah selesai
tugas yang dikerjakan, ia memberikan hasil pekerjaannya kepada atasannya sebagai
pertanggungjawabannya. Ia pun tidak banyak hilir mudik dikantornya untuk persoalan
kepentingannya sendiri, seperti buang air, mencari inakanan atau minuman. Ia pun pulang
pada waktu jam kantornya usai. Bila ada pertanyaan dari atasannya tentang pekerjaan
yang dilakukan, ia pun memberikan jawaban secara baik dan pasti. Ia dapat memberikan
pertanggungjawaban atas tugas-tugas yang diberikan kepadanya, sehingga konduitenya
baik, naik pangkat pada waktunya, dan memperoleh penghargaan khusus waktu tertentu.
B. MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB
Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain.
Untuk itu ia manghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan
alam. Dalam usahanya itu manusia juga menuadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut
menentukan yaitu kekuasaan Tuhan.
(a)
Tanggung
jawab
terhadap
diri
sendiri
Tanggug jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.
(b)
Tanggung
jawab
terhadap
keluarga
Keluar
Pengertian wirausaha
Wirausaha merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan
menangkap peluang bisnis, mengumpulkan sumberdaya yang dibutuhkan guna
mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat dalam memastikan
keberhasilan.
Syarat wirausaha
1. Memiliki sikap mental yang positif
2. Mampu berpikir kreatif
3. Rajin mencoba hal – hal yang baru ( inovatif )
4. Memiliki motivasi dan semangat juang yang tinggi
5. Mampu berkomunikasi
Karakteristik wirausaha
M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993; 6-7 ) mengemungkakan
delapan karakteristik yang meliputi :
1. Memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya.
2. Lebih memilih risiko yang moderat.
3. Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil
4. Selalu menghendaki umpan balik yang segera
5. Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan
6. Memiliki semangat kerja dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya
demi masa depan yang lebih baik .
7. Memiliki ketrampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk
menciptakan nilai tambah
8. Selalu menilai prestasi dengan uang.
Karakteristik Wirausahawan Andal :
1. Punya rasa percaya diri dan kemandirian yang tinggi.
2. Mencintai kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan
tangguh.
3. Mau dan mampu mencari dan menangkap peluang.
4. Mau dan mampu bekerja keras dan menekuni bidang usahanya tanpa kenal
menyerah.
5. Mau dan mampu berkomunikasi baik dengan pihak internal maupun
eksternal
6. Mau dan mampu bernegosiasi dengan win-win solution.
7. Menghadapi hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat,
dan disiplin.
8. Mau dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas
perusahaan dengan mengelola dan memotivasi orang lain
(leadership/managerialship).
9. Mau dan mampu melakukan perluasan dan pengembangan usaha dgn
resiko yang moderat.
10. Berusaha mengenal dan mengendalikan lingkungan serta menggalang
kemitraan.
Beberapa karakteristik wirausaha yang dikenal dengan istilah 10D dari Bygrave
1994:
1. Dream artinya seorang wirausaha mempunyai visi bagaimana keinginan
terhadap masa depan pribadi dan bisnisnya. Dia harus memiliki kemampuan
untuk mewujudkan keinginan tersebut.
2. Decisiveness artinya seorang wirausaha adalah orang yang bekerja cepat.
Mereka membuat keputusan dengan cepat dan penuh perhitungan. Kecepatan dan
ketepatan dalam mengambil keputusan adalah kunci keberhasilan bisnisnya.
3. Doers artinya begitu seorang wirausaha mengambil keputusan maka ia
langsung menindaklanjuti. Mereka melaksanakan kegiatan yang ia sanggupi
secepat mungkin, tidak menyia-nyiakan kesempatan.
4. Determination artinya seorang wirausaha melaksanakan kegiatan dengan penuh
perhatian. Dia memiliki rasa tanggung jawab tinggi dan tidak mau menyerah
walaupun dia dihadapkan pada rintangan yang tidak mungkin diatasi.
5. Dedikasi artinya dedikasi seorang wirausaha terhadap bisnisnya sangat tinggi,
kadang-kadang dia mengorbankan hubungan kekeluargaan, bekerja tidak
mengenal lelah, dan semua perhatian dan kegiatan dipusatkan untuk kegiatan
bisnisnya.
6. Devotion artinya seorang wirausaha mencintai pekerjaan bisnisnya lebih dari
yang lain sehingga ia berhasil dengan efektif.
7. Details artinya seorang wirausaha harus memperhatikan factor-faktor kritis
secara detail dan tidak mengabaikan sekecil apapun factor yang menghambat
usahanya.
8. Destine artinya seorang wirausaha bertanggung jawab terhadap nasib dan
tujuan yang hendak dicapai. Dia merupakan yang mandiri, tidak tergantung pada
orang lain.
9. Dollars artinya seorang wirausaha tidak mengutamakan kekayaan atau uang
tetapi uang merupakan ukuran kesuksesan bisnisnya.
10. Distribute artinya seorang wirausaha bersaedia mendistribusikan kepemilikan
bisnisnya terhadap orang-orang kepercayaannya.
Syarat:
Arti Sikap (Mental) Anda Bagi Perusahaan
Penulis: Gunawan Winata & Wahyu Pujiati
Managers' Scope
Artikel ini di-upload pada tanggal: 2005-11-16 10:57:25
“Tidak ada manfaatnya melakukan SESUATU DENGAN BAIK, apabila TIDAK seharusnya kita lakukan!” (Zig Ziglar)
ca Managers’ Scope yang terhormat, apa kabar? Semoga Anda kami temui dalam keadaan baik, sehat dan tidak kurang suatu apa
n mengajak Anda untuk melihat bagaimana “sikap mental” mempengaruhi seseorang, termasuk Anda sebagai para Pemimpin da
keseharian Anda me-lead dan me-manage Perusahaan serta bekerja.
a, tidak ada salahnya, Anda perlu untuk mengetahui pendapat dari beberapa pakar tentang SIKAP itu sendiri! GW Allport mengat
daan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamis dan terarah terhad
epada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya! Pendapat lain yang dikemukakan oleh ‘(tokoh) Fishbein & Azjen’ da
“Psikologi Sosial” karya David O’Sear, Sikap akan menentukan perilaku dari seseorang untuk (didalam) bertindak!
ting Sikap Mental mempengaruhi seorang Pemimpin didalam bekerja? Berdasarkan fenomena dan fakta kejadian yang akhir-akh
ara kita Indonesia, maka peran Sikap Mental bagi seorang Pemimpin menjadi sesuatu yang sangat penting, mendesak dan bersifa
to implement!
l merupakan ‘kata kunci pertama’ bagi kualitas seseorang, karena kualitas Sikap Mental merupakan dasar yang terpenting, bersa
tas pokok manusia yang lain: Kualitas Spiritual, Fisik dan Teknik. Seseorang yang berpendidikan biasa-biasa saja, tetapi (karena
l Positif maka akan dapat mencapai hasil kerja serta kepemimpinan yang baik, akan tetapi berbeda dengan seorang yang berpend
Mental Negatif maka pencapaian hasil kerja dan gaya kepemimpinannya-pun menjadi tidak baik. (Untuk contoh diatas, kami m
Jonathan, salah seorang Director di PT. Selamat Sempurna, Tbk – sebagai satu pribadi Pemimpin yang berpendidikan ‘pas-pas-a
mempunyai Sikap Mental Positif dan gaya Kepemimpinan yang wise!)
al akan melahirkan tindakan kerja, dimana dengan Sikap Mental tersebut akan menentukan apakah seseorang mampu atau tidak
am pekerjaannya. Mungkin Anda masih ingat, ketika mengikuti “assessment test” atau “fit and proper test” untuk “dalam rang
ahaan”, maka Anda diminta untuk menyelesaikan beberapa “persoalan”. Perintah untuk mengerjakannya cukup mudah, dimana
enjawab dengan ‘sejujurnya’ beberapa pertanyaan”. Didalam waktu 10 menit pertama, mungkin Anda masih santai dan fokus m
ertanyaan yang ada tersebut, tetapi 20 menit kemudian, berbagai pikiran dan perasaan mulai memenuhi benak Anda! Stamina A
run dan Anda merasa “stress”! Grafik kepemimpinan (‘leadership graphic’) Anda juga mulai menurun, kemampuan Anda untuk
dalikan diri juga tampak mulai “bermasalah”. Disini, terlihat apakah kemampuan dan “Sikap Mental” Anda untuk mengatasi te
pekerjaan, apakah cukup handal atau malahan sebaliknya!
Mental, kita harus mau belajar dari bangsa Jepang! Pada tahun 1975, Jepang mampu membuat 1 (satu) unit mobil dalam waktu
kerjakan oleh 1 orang. Sedangkan, Inggris hanya mampu membuat 1 mobil dengan the same quality dalam waktu 40 hari! Hal in
karena bangsa Jepang mempunyai Sikap Mental dalam hal etos kerja yang luar biasa positif!
ah Perusahaan yang berkualitas adalah “intangible asset” berupa karakter orang-orang yang kuat, dan disertai gaya kepemimpin
ter membentuk Sikap, karena setiap orang memiliki Sikap “positive” dan atau “negative”. Sikap Mental para Karyawan yang n
satunya “disebabkan oleh ketidaknyamanan dalam bekerja” Hal tersebut dikarenakan:
Sikap dan Perilaku Pemimpin yang Emosional, yang selalu (“mampu dan bisa”, akhirnya menjadi kebiasaan) melihat sisi nega
Staff/Bawahannya.
g iri hati terhadap kedudukan dan fasilitas Staff/Karyawan lain! (Pimpinan memberlakukan “bawang merah dan bawang putih sy
maksud yang tidak baik!).
ng ‘memanas-manasi’ diantara Staff/Karyawan! (Pimpinan tidak bersikap mature, tetapi malahan menjadi “latah seperti para B
ap membesar-besarkan masalah (Pimpinan bukannya menjadi sosok panutan, tetapi malahan bersikap mental “pecundang/opp
bungan antara Pimpinan dan Bawahan yang Kurang Harmonis (Pimpinan bersikap mental: “kesalahan selalu ada di pihak B
aan Perusahaan yang sedang dalam “kesulitan” (Keuangan), sebagai contoh, tetapi Pimpinan tidak melakukan Sikap “open ma
……………”Loyalitas serta profesionalitas terhadap Perusahaan memudar, dan Pimpinan tidak ber-Sikap Mental yang positif ser
isu tidak jelas merebak di dalam Perusahaan; Pencapaian prestasi didapat dengan “mendepak” rekan sekerja melalui cara yan
tor dan kriminal”); Iri hati; Mudah tersulut ‘issue’ yang tidak brtanggung-jawab; serta Akal sehat ditanggalkan diganti dengan
i-buta! Akhirnya para Pimpinan yang “pintar” bicara menjadi Provokator dan bukannya menjadi Motivator! Negative thinker be
i Perubahan dengan apriori dan atau skeptis, serta “memaksakan kekendak” (Keadaan inilah yang membuat banyak Pimpinan B
ukan “perbuatan yang merugikan Negara, Perusahaan dan orang lain”, seperti yang terjadi pada 42 (empat puluh dua) Bank pe
dengan menyelewengkan dana sebesar Rp. 62,6 triliun - Kompas, 28 Juni 2005).
“contoh kasus” sederhana yang sehari-hari dan nyata, bagaimana pengaruh Sikap Mental (Negatif) terhadap kelangsungan hidu
adalah seorang Pimpinan yang baru bekerja di PT. Regetindo dan mempunyai Sikap Mental Negatif, yaitu selalu membuang sam
di toilet kamar mandi. Tindakan ini kemudian menjadi kebiasaan. A sama sekali tidak menyadari kerugian yang dapat ditimbulk
g “Bawahan” A melihat kebiasaan A tersebut dan B langsung meniru tindakan yang dilakukan A. Kebiasaan buruk ini akhirnya “
ang di Perusahaan. Tanpa disadari, akhirnya semua orang di PT. Regetindo, mulai dari Pimpinannya “memiliki kebiasaan selalu m
sampah secara sembarangan di toilet kamar mandi”.
n, C yang Managing Director PT. Telattroos, mempunyai Sikap Mental Negatif yang selalu datang terlambat (bahkan untuk Rap
ang penting) Tindakan ini diteruskan sehingga menjadi satu kebiasaan, tanpa mengetahui arti dari kata terlambat itu sendiri. Keb
ara terus-menerus sampai mendarah daging sehingga menjadi sebuah kebiasaan datang terlambat dan berubah lebih menakutkan
biat. Ternyata hal ini menyebabkan hampir 70% Direksi, Staff, dan Karyawan PT. Telattroos selalu datang terlambat (untuk hal
ntoh diatas menunjukkan, bahwa Sikap Mental Negatif yang dimiliki Pimpinan Perusahaan, apabila tidak segera diatasi maka aka
biasaan” dan lama kelamaan akan menjadi “company culture”. Sangat dibutuhkan strong-leadership dan living-example untuk h
impinan Perusahaan, seperti Anda, untuk “membawa Perusahan menjadi benar dan lebih baik lagi” (Sesuatu yang sudah menja
untuk dihilangkan dan dibenahi untuk menjadi lebih baik. Karena dengan mengubah ‘budaya’, maka peraturan yang ada juga m
Sehingga dapat dikatakan, Sikap Mental merupakan dasar dari terbentuknya Budaya Perusahaan! Budaya negatif atau positif d
pada Sikap Mental “manusia-manusia’ yang ada di Perusahaan, sekaligus juga “cerminan kepemimpinan” Anda dan siapa diri A
Pemimpin).
avinata, Vice President PT. Yuan Sejati mengatakan hal yang “sama dengan” diatas, based on his more than 30 years working ex
dustri di Perusahaan Swasta skala nasional: Memimpin dengan Sikap Mental yang selalu memberi contoh yang baik dan benar s
n dengan Sikap Mental selalu menghormati dan men-apresiasi para Karyawannya sebagai Manusia (yang mempunyai rasa dan k
engan Sikap Mental bahwa keberhasilan dalam pekerjaan adalah Kesuksesan Bersama! (Hal ini juga sudah dengan luar biasa ditu
Howard Schulz – CEO Starbucks Coffee, dimana kesuksesan bisnis mereka menjadi cerita yang sangat inspirasional).
ap Mental melahirkan Tindakan, Tindakan yang dilakukan terus menerus akan menjadi sebuah Kebiasaan, Kebiasaan yang dila
aging dan menjadi Tabiat dan Tabiat yang dimiliki para Pemimpin dan sebagian besar Karyawannya akan menjadi Budaya bag
entuk Sikap Mental Positif para Staff/Karyawan (dan Perusahaan), sangat dibutuhkan peran aktif-dinamis seorang Pemimpin. K
ng Pemimpin yang bijaksana, tegas, berwibawa, serta memahami “kebutuhan” Karyawannya dengan baik akan membuat mereka
i Sikap Mental Positif) akan merasa nyaman dalam bekerja, terus berprestasi dan hasil yang dicapai akan maksimal serta “kesala
yang terjadi akan menjadi minimal.
ai seorang Pemimpin, tentunya ada sebuah Tujuan yang harus dicapai oleh Anda bersama dengan tim. Tips kami: Pimpinlah Kar
, bukan dengan kekuasaan! (Managing and leading with heart, not with power!). Karena salah satu tugas (utama) seorang Pemim
ualitas kerja para bawahannya” (Seperti kalimat bijak: “Sebenarnya tidak ada Bawahan yang tolol! Yang sebenarnya ada adalah
eberapa tips untuk Anda, para Pemimpin, untuk mengubah kualitas dan menjadikan Sikap Mental Kerja Positif, menjadi “satu a
para Bawahan Anda:
Memberikan contoh nyata (leading by example).
Memberikan informasi berkualitas (giving the right and proper information).
Memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan (giving chances to exploring employee’s capability).
Memberikan tugas yang menantang (providing exciting challenges).
Merangsang setiap Bawahan agar senang belajar (keeping the ‘learning attitude’).
elakukan beberapa hal diatas, maka seorang Pemimpin akan mendapatkan para Staff/Karyawannya dengan Sikap Mental Positif
nilai tambah dan keuntungan bisnis jangka panjang kepada Perusahaan. Untuk membentuk sebuah Sikap Mental Positif bagi se
an, maka yang terutama adalah dengan mencintai pekerjaan! Dengan mencintai pekerjaan, walaupun pekerjaan itu berat maka ti
kan rasa jenuh dan putus asa bila diperhadapkan dengan tantangan dan tekanan dalam pekerjaan. Dengan selalu berpikir seperti d
dengan sendirinya seseorang akan mencintai pekerjaannya dan tanpa sadar akan membentuk satu Sikap Mental positif!
ini maka disimpulkan bahwa Sikap Mental yang dimiliki oleh seorang Pimpinan Seperti Anda akan sangat berpengaruh terhadap
Perusahaan dan Tingkat Profitabilitas Perusahaan!
“Pemimpin menentukan dan mencerminkan budaya suatu Organisasi. Moral selalu mengalir dari atas!”
(John
Situs ini telah dikunjungi sebanyak 18208 kali
Berpikir merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk membedakan
manusia dengan makhluk lain. Solso menjelaskan tentang definisi berpikir sebagai
berikut: “ Thinking is a process by which a new mental representation is formed through
the transformation of information by complex interaction of the mental attributes of
judging, abstracting, reasoning, imagining and problem solving”. Maksud dari pernyataan
tersebut adalah bahwa berpikir merupakan proses menghasilkan representasi mental yang
baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kompleks antara
atribut-atribut mental seperti penilaian, abtraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan
masalah. Bigol juga mengatakan bahwa berpikir adalah meletakkan hubungan-hubungan
antara bagian-bagian pengetahuan kita. Jadi dapat disimpulkan bahwa berpikir
merupakan proses yang kompleks, terorganisir, terintegrasi, dan melibatkan pengetahuan
sebelumnya.
Terdapat bermacam-macam cara berpikir, antara lain: berpikir vertikal, lateral, kritis,
analitis, kreatif dan strategis. Namun pada penelitian ini akan difokuskan pada berpikir
kreatif. Kreativitas memang perlu dikembangkan, namun kadang-kadang kita
memandang istilah kreativitas itu sebagai sesuatu yang berbeda satu sama lain, yang
dapat menyebabkan kaburnya makna essensial dari istilah tersebut. Pandangan atau
pemahaman tentang kreativitas itu menurut Dedi Supriadi disebabkan karena dua hal.
Pertama, sebagai suatu “konstruk hipotesis” kreativitas merupakan ranah psikologis yang
kompleks dan multi dimensional, yang mengandung banyak penafsiran. Kedua, definisidefinisi kreativitas memberikan penekanan pada sisi yang berbeda-beda, tergantung dasar
teoritis yang menjadi acuan pembuat definisi.
Perbedaan pemahaman dalam mengartikan istilah kreativitas tidak berarti bahwa kita
lantas mengambil salah satu istilah dengan menafikan yang lain, tetapi hendaknya semua
dipandang sebagai sesuatu yang saling melengkapi sehingga dengan melihat berbagai
pandangan tersebut, kita akan melihat kreativitas sebagai sesuatu yang utuh menyeluruh.
Adapun beberapa definisi kreativitas, antara lain:
1. Torrance mengemukakan: “Creativity is a process of becoming sensitive to problems,
deficiencies, knowledge, missing elements, disharmonies, etc; identifying the difficulties;
searching for solution, making guesses, or formating hypotheses and possibly modifying
them and retesting them: finally communicating the results”. 2. Baron berpendapat bahwa
kreativitas adalah: “The ability to bring something new into existence”.
3. Mac Kinnon menyatakan bahwa kreativitas adalah: ...seems to be unique combination
of ingredients, a combination which leads to novel approaches to situations, to problem
solving through sustained insight.”
4. Mednick mengemukakan kreativitas sebagai salah satu ragam berpikir: “creative
thinking consist in forming need combination of associative elements, especially
mutually remote elements”.
5. Guilford mengatakan bahwa: “ ....creativity refers to the abilities that are
characteristics of creative people”.
Jika kita telaah, akan tampak bahwa kreativitas dapat dilihat dari berbagai segi, bisa dari
segi proses, produk atau dari segi orangnya. Bahkan Rhodes menyatakan bahwa
kreativitas dapat dipandang dari empat sisi komponen kreativitas, yaitu: “Person, Process,
Products and Press” atau yang terkenal dengan sebutan “ The four P’s creativity.”
Solso menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan aktivitas kognitif yang
menghasilkan sesuatu yang baru dalam menghadapi masalah5. Sedangkan Evans
menyebutkan bahwa berpikir kreatif merupakan kemampuan membuat kombinasi baru
berdasarkan konsep-konsep yang sudah ada, selain juga kemampuan menemukan
hubungan-hubungan baru dan memandang sesuatu menurut perspektif yang baru6.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa produk dari berpikir kreatif
adalah sesuatu yang baru dan kompleks. Baru yang dimaksud bukan hanya dari yang
tidak ada menjadi ada, tetapi juga kombinasi baru dari sesuatu yang sudah ada.
Dewasa ini, berpikir kreatif sangatlah diperlukan oleh setiap manusia, adapun alasan
mengapa diperlukannya berpikir kreatif adalah sebagai berikut: Pertama, era globalisasi
yang ditandai dengan cepatnya perubahan diberbagai bidang kehidupan memerlukan
manusia yang cepat mampu beradaptasi atau mereorientasikan hidupnya sejalan dengan
perubahan yang terjadi. Kedua, pembangunan yang sedang dilaksanakan di tanah air kita
dalam berbagai bidang memerlukan manusia yang tangguh dan kreatif, karena selain kita
harus menghadapi berbagai kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa lain, kita pun tentu
berkeinginan untuk menjadi pioner dalam berbagai kemajuan yang mungkin diraih
manusia dikemudian hari. Ketiga, program “pengentasan kemiskinan” bukan dipecahkan
dengan hanya sekedar memberi pekerjaan atau tunjangan sosial melainkan bagaimana “
Sumber Daya Manusia” yang ada berusaha dibina untuk secara mandiri memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapinya. Keempat, dalam kaitan dengan sains dan
teknologi yang demikian cepat, tanpa kreativitas yang memadai maka sains dan teknologi
yang berkembang itu hanya menjadi pertunjukan yang akan terus berlalu satu demi satu
tanpa bisa turut mewarnai pesatnya perkembangan IPTEK itu.
Utami Munandar mengemukakan alasan mengapa kreativitas pada diri siswa perlu
dikembangkan. Pertama, dengan berkreasi maka orang dapat mewujudkan dirinya (Self
Actualization). Kedua, pengembangan kreativitas khususnya dalam pendidikan formal
masih belum memadai. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat tetapi
juga memberikan kepuasan tersendiri. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan
manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Dalam GBHN (Tap II/MPR/1993) menggarisbawahi pentingnya pengembangan
kreativitas, sehingga merekomendasikan kepada dunia pendidikan agar mengembangkan
pengajaran yang memberikan atau menyediakan iklim untuk berkembangnya kreativitas
itu.
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa kreativitas mempunyai peranan penting dalam
kehidupan, sehingga kreativitas perlu dikembangkan terutama pada generasi muda yang
mengemban cita-cita sebagai peneru
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2198837-pengertian-berpikirkreatif/#ixzz1WyOZzmVm
Berfikir merupakan kemampuan khusus yang dimiliki manusia dan tidak dimiliki mahluk
lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, berfikir seakan merupakan sebuah proses yang
alami tanpa direncanakan. Namun sesungguhnya proses berfikir yang kita lakukan seharihari merupakan sebuah proses yang rumit dan melibatkan banyak komponen, demikian
jika kita melihatnya dalam perpektif kreatifitas. Sehingga untuk menentukan kreatifitas
berfikir seseorang diperlukan beberapa komponen variabel. Penentuan kriteria kreativitas
menyangkut tiga dimensi yaitu dimensiproses, orang atau pribadi, dan produk kreatif
(Amabile, 1983). Dengan menggunakan proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka
segala produk yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produk kreatif, dan
orangnya disebut sebagai orang kreatif.
Keberatan yang diajukan terhadap teori ini ialah, sesuatu yang dihasilkan dari proses
berpikir kreatif tidak selalu dengan sendirinya dapat disebut sebagai produk kreatif.
Kriteria ini jarang dipakai dalam penelitian (Supriadi, 1994: 13).
Dimensi orang atau pribadi sebagai kriteria kreativitas seringkali kurang jelas
rumusannya. Amabile (1983) mengatakan bahwa pengertian orang atau pribadi sebagai
kriteria kreativitas identik dengan yang dikemukakan Guilford (1950) disebut
kepribadian kreatif. Kepribadian kreatif menurut Guilford meliputi dimensi kognitif
(yaitu bakat) dan non-kognitif (yaitu minat, sikap, dan kualitas inborn). Menurut teori ini,
orang-orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang yang secara signifikan berbeda
dengan orang-orang yang kurang kreatif. Karakteristik-karakteristik kepribadian ini
menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif. Orang-orang yang memiliki
ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh orang-orang kreatif dengan sendirinya adalah orang
kreatif (Supriadi, 1994: 13).
Kriteria ketiga adalah produk kreatif, yang menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja,
atau karya seseorang dalam dalam bentuk barang, atau gagasan. Kriteria ini dipandang
sebagai yang barrier eksplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga disebut
sebagai ”kriteria puncak” bagi kreativitas (Amabile, 1983). Dalam operasi
penilaiannya,proses identifikasi kreativitas dilakukan melalui analisis obyektif terhadap
produk, pertimbangan subyektif oleh peneliti, atau peneliti ahli, dan melalui tes (Supriadi,
1994: 14).
Dalam kehidupan sehari-hari hasil/produk dari berfikir kreatif seringkali menarik
perhatian khalayak karena dianggap sebagai sesuatu yang baru, solutif dan terkadang
konyol. Namun demikian, hal ini mencerminkan dari serangkaianproses rumit yang pada
akhirnya menghasilkan sebuah produk dari berfikir kreatif. Produk ini pada umumnya
merupakan sebuah jawaban atas sebuah permasalahan, ungkapan/ekspresi seseorang.
Berikut beberapa contoh produk yang dihasilkan dari berfikir kreatif. Penjelasan berikut
hanya bersifat universal.
1. Komputer merupakan perangkat teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat seluruh
dunia. Penggunaan komputer membutuhkan energi listrik dan tentunya juga
membutuhkan biaya untuk dapat mengoperasikannya. Untuk menghemat energi
penggunaankomputer, ditemukan sebuah temuan kreatif yaitu perangkat hardware dan
software untuk menghemat listrik. Berikut gambar dan penjelasannya :
plug pin ini dan bed іn software nya, dengan menekan tombol tertentu dalam curriculum
tersebut, secara otomatis komputer akan masuk ke Energy Saver Manner yang diyakini
akan menurunkan biaya listrik hingga 1500 US$ pertahun kalo digunakan oleh 50
komputer saja. bayangkan kalo digunakan 500 juta pengguna komputer seluruh dunia,
berapa pengiritan listrik yang akan didapat. Alat ini menurut saya merupakan hasil dari
berfikir kreatif.
2. Manusia merupakan mahluk sosial dan mempunyai naluri-naluri kebersamaan dan
perasaan membutuhkan relasi dalam menjalani kehidupannya. Ketika seseorang tidak
mampu menghadirkan kebutuhannya dalam kenyataan, terkadang seseorang
mengalihkannya dalam fantasi dan alam idenya. Kebutuhan relasional tersebut termasuk
ketika tidur, meskipun sekedar dipeluk oleh orang disayangi. Berikut temuan kreatif yang
mungkin menurut sebagian orang adalah temuan yang konyol, akan tetapi merupakan
sebuah hasil kreatifitas dalam mengatasi masalah kesepian relasi ketika tidur maupun
sekedar istirahat. yaitu bantal peluk bagi perempuan:
3. Payung merupakan peralatan yang kita butuhkan ketika hujan dan kita memutuhkan
aktifitas diluar. Penggunaan payung ini terkadang menimbulkan permasalahan baru,
misalnya kesulitan membawa barang barang bawaaan, capek memegangi payung sambil
membawa barang. Untuk mengatasi masalah tersebut sebuah kreatiftas menghasil
peralatan yang digunakan untuk meringankan penggunaan payung yaitu alat penahan
payung. Berikut gambarnya :
4. Lem Mentega
Bila merasa repot ketika mengoleskan mentega ke roti dengan sendok atau pisau, ini dia
alat pengoles mentega yang lebih praktis. Berikut gambarnya:
1.Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira, berarti pejuang, pahlawan,
manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha,
berarti perbuatan amal, bekerja, berbuat sesuatu.
Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu. Ini baru dari
segi etimologi (asal usul kata).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wirausaha adalah orang yang pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi
untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta
memasarkannya.
Sedangkan hasil lokakarya Sistem Pendidikan dan Pengembangan di Indonesia tahun
1978, mendefinisikan “Wirausahawan adalah pejuang kemajuan yang mengabdikan
diri kepada masyarakat dengan wujud pendidikan dan bertekad dengan kemampuan
sendiri membantu memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin meningkat dan
memperluas lapangan kerja”.
Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahan Kecil Nomor
961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa:
a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan
kemampuan kewirausahaan.
b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang
dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari,
menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
atau memperoleh keuntungan yang lebih
besar.
Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar
dalam sebuah kebudayaan[1] . Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964
melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai
proses dimana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka
waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit
adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat
dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah
inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa
kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi
inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu
dikatakan exploded atau meledak.
Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori di abad ke 19 dari seorang ilmuwan
Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930),
Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi
interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni
ide yang menjadi penting di antara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian.
Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang
memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka
lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa memengaruhi
komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.[2]
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Elemen
2 Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi
3 Lima tahap proses adopsi
4 Kategori pengadopsi
5 Catatan kaki
6 Pranala luar
[sunting] Elemen
Elemen dalam teori difusi inovasi ini terdiri dari: inovasi, tipe saluran komunikasi,
tingkat adopsi, dan sistem sosial.
[sunting] Tahapan peristiwa yang menciptakan proses
difusi
1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai
melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media
massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca
koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang
ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka
hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang
dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat
mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui
komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang
mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat
ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar
keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku
tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan
seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang
tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu
melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka
akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga
menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa
orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk
menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga
dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika
sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia
anut, maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang
dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.
[3]
3. Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi
akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga
sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi
tidak lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui
hubungan sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok
yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya.
Dalam proses adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih
cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding
saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memengaruhi
manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh
media massa.
[sunting] Lima tahap proses adopsi
1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi
mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus
disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media
elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal di antara masyarakat
2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran
calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika
mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi
dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi
tersebut.
3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan
akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun
bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup
kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari
lebih jauh tentang inovasi tersebut.
5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan
mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi
ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka
buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan
yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.
[sunting] Kategori pengadopsi
Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna
inovasi :
1. Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal
baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial
lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik
meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang
memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau
relasi.
2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori
adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya,
serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat
disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan
keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak
mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya,
mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan
dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orangorang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi,
atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak
digunakan atau cukup bermanfaat.
4. Mayoritas akhir: Kelompok zang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah
inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan
mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan
dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan
ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
5. Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi
inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru.
Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki
pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi
inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya,
dan menganggap mereka ketinggalan zaman.
Definisi, Pengertian &
Takrifan Motivasi
Oleh Taidin Suhaimin
Perkataan MOTIVASI sejak akhir kurun kedua puluh sudah menjadi sesuatu yang
lumrah. Namun kini, masih ramai yang kurang faham tentang apa yang dimaksudkan
dengan perkataan MOTIVASI.
Artikel ini menjelaskan pengertian, definisi dan takrifan motivasi dengan cara yang
lebih mudah difahami.
1. Motivasi Sebagai Pengarah Tuju dan Penggerak Tindakan
Perkataan MOTIVASI adalah berasal daripada perkataan Bahasa Inggeris "MOTIVATION". Perkataan asalnya ialah "MOTIVE" yang juga telah dipinjam oleh
Bahasa Melayu / Bahasa Malaysia kepada MOTIF, yakni bermaksud TUJUAN. Di dalam
surat khabar, kerap pemberita menulis ayat "motif pembunuhan". Perkataan motif di
sini boleh kita fahami sebagai sebab atau tujuan yang mendorong sesuatu
pembunuhan itu dilakukan.
Jadi, ringkasnya, oleh kerana perkataan motivasi adalah bermaksud sebab, tujuan
atau pendorong, maka tujuan seseorang itulah sebenarnya yang menjadi penggerak
utama baginya berusaha keras mencapai atau mendapat apa juga yang
diinginkannya sama ada secara negatif atau positif.
Oleh itu, kita boleh definisikan bahawa:
"Motivasi adalah sesuatu yang menggerak dan mengarahtuju seseorang
dalam tindakan-tindakannya sama ada secara negatif atau positif. "
CLICK HERE for More Info / to Purchase this SUPERB BOOK - How To Get The
Best Grades - NOW!
2. Motivasi Sebagai Pendorong
Tujuan atau motif adalah sama fungsinya dengan matlamat, wawasan, aspirasi,
hasrat atau cita-cita. Jadi, wawasan, cita-cita, impian, keinginan atau keperluan
seseorang itu malah bagi sesebuah negara merupakan pendorong utama yang
menggerakkan usaha bersungguh-sungguh untuk mencapai apa yang dihajatkan.
Lebih penting sesuatu yang ingin dicapai, dimiliki, diselesaikan atau ditujui, lebih
serius dan lebih kuatlah usaha seseorang, sesebuah keluarga, organisasi, masyarakat
atau negara untuk mencapai apa juga matlamat yang telah ditetapkan. Jadi, dengan
matlamat atau hasrat yang lebih penting atau besar, lebih kuatlah pula dorongan
atau motivasi seseorang itu untuk berusaha bagi mencapai matlamatnya.
Oleh itu, bolehlah kita buat kesimpulan di sini bahawa:
"Motivasi adalah suatu bentuk dorongan minda dan hati yang menjadi
penggerak utama seseorang, sesebuah keluarga atau organisasi untuk
mencapai apa juga yang diinginkan."
(Definisi kedua saya di atas ada kesamaan sedikit dengan definisi pertama).
3. Motivasi Sebagai Darjah Kesungguhan
Tahap kepentingan sesuatu yang seseorang ingin capai, memberi kesan terhadap
tahap kesungguhannya berusaha. Sungguhpun masa untuk mencapainya agak lama,
tetapi jika apa yang dihasratkan itu amat penting, ia akan terus tetap mempunyai
keinginan atau kesungguhan untuk berusaha sehinggalah matlamatnya tercapai.
Oleh itu, bolehlah juga kita buat kesimpulan di sini bahawa:
"Motivasi adalah darjah atau tahap kesungguhan dan tempoh keterusan
seseorang, berusaha untuk mencapai tujuan atau matlamat."
4. Motivasi Sebagai Stimulator
Untuk menjelaskan maksud ini, saya ingin ambil kisah berikut:
Seseorang lelaki dan wanita yang sedang saling amat cinta mencintai sehingga telah
berjanji untuk hidup bersama, akan berusaha dengan penuh kesungguhan untuk
menjadi suami isteri walaupun menghadapi pelbagai halangan berbuat demikian.
Itulah sebab makanya, ramai pasangan yang kita dengar pergi bernikah ke luar
negara apabila ada halangan (undang-undang) yang tidak membolehkan mereka
mendapat sijil perkahwinan di dalam negara. Seperti kata pepatah Melayu "Nak,
seribu daya. Tak nak, seribu dalih."
Di sini dapatlah kita simpulkan bahawa:
"Motivasi adalah stimulasi atau semangat akibat rangsangan atau
keghairahan terhadap sesuatu yang benar-benar diingini."
5. Motivasi Sebagai Pemangkin Keberanian
Apabila kita betul-betul dan benar-benar inginkan sesuatu, ketakutan atau kemalasan
menjadi perkara kedua - mencapai matlamat akan menjadi perkara utama;
keberanian, kerajinan dan ketekunan akan timbul.
Oleh itu, bolehlah kita simpulkan atau definisikan di sini bahawa:
"Motivasi adalah suatu mangkin yang menimbul dan menyeramakkan
keinginan, keberanian dan kesungguhan untuk mencapai sesuatu matlamat
mencabar yang benar-benar diingini serta diyakini boleh dicapai /
perolehi."
(Definisi kelima ini pula ada kesamaan sedikit dengan definisi keempat).
Kritikan Terhadap Pendapat Tentang Motivasi
Ramai ahli psikologi yang menyatakan bahawa, apabila sesuatu matlamat sudah
tercapai, ianya tidaklah berfungsi lagi sebagai pemotivasi. Ini kerana, bila yang
diinginkan sudah tercapai, ia akan berpuas hati dan tidak lagi menjadi perangsang
kepadanya; ianya tidak lagi menjadi sesuatu yang mendorong atau memotivasikan
dirinya untuk terus berusaha mendapatkannya.
Saya agak kurang bersetuju dengan pendapat atau konotasi ini. Sesuatu yang
dahulunya menjadi pemotivasi - sebelum kita miliki, sebenarnya masih berperanan
sebagai pemotivasi. Misalnya, seorang yang sangat kepingin memiliki suatu kereta
(mobil) idaman; cita-cita tercapai; walaupun membelinya secara ansuran, apakah
apabila dengan sudah memiliki kereta idaman, kereta idaman itu tidak lagi menjadi
salah satu pemotivasinya? Pada hemat saya, ia masih tetap sebagai pemotivasi
tetapi dalam bentuk lain yakni; misalnya, motivasi untuk memastikan kereta
idamannya itu tetap bersamanya atau terus dimilikinya dengan membuat bayaran
ansuran bulanannya secara konsisten.
Jadi, pendapat yang mengatakan "a satisfied need doesn't motivate", boleh
dipertikaikan. A satisfied need, in actuality still has its motivational
functions. Themotivational functions shall be: to nurture and sustain what
is or are being possessed or hold so long as they are needed.
Semoga definisi-definisi motivasi yang dipaparkan di atas itu dapat sedikit sebanyak
membantu anda dalam usaha anda memahami dengan lebih mudah makna atau erti
perkataan motivasi.
DEFINISI MOTIVASI KERJA
Posted on January 25, 2010 by teorionline
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan
intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Siagian (2002)
mengemukaan definisi motivasi sebagai daya dorong bagi seseorang untuk memberikan
kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya.
Dengan pengertian, bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan
pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.
Selanjutnya, Samsudin (2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses
mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar
mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan
sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk
memuaskan dan memperahankan kehidupan.
Chung dan Megginson mendefinisikan motivasi sebagai perilaku yang dirumuskan
sebagai perilaku yang ditujukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha
yang dilakukan seseorang dalam mengejar suatu tujuan, motivasi juga berkaitan dengan
kepuasan pekerja dan performansi pekerjaan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi merupakan respon pegawai terhadap
sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri pegawai
agar tumbuh dorongan untuk bekerja dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.
Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu teori
motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan (content theory), teori motivasi dengan
pendekatan proses (process theory) dan teori motivasi dengan pendekatan penguat
(reinforcement theory)
Dalam penelitian ini yang dibahas hanya teori Kepuasan, dimana teori ini diikuti antara
lain oleh A.H. Maslow, Frederick Herzberg, dan David McClelland.
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami
antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai
kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku
kecewa. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan
memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai. Karena tidak
mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005:63-64) mengemukakan bahwa hierarki
kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik,
bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau
disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman,
bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidp
3. Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh
kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
4. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh
orang lain
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan
kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan
mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sangatlah penting..kenapa? karena dalam
dua dasawarsa belakangan perkembangan teknologi begitu hebatnya sehingga telah
memberikan dampak yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia.
Salah satu hal yang berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan
yang ada adalah komunikasi. Karena itu, tidak aneh kalau akhir-akhir ini banyak orang
yang tertarik untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi memang merupakan suatu hal yang sangat fundamental
bagi kehidupan manusia. Dengan mampu berkomunikasi yang baik kita bisa membentuk
saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang,
mengembangkan karir. Sebaliknya, dengan kemampuan berkomunikasi yang buruk, kita
juga dapat memupuk perpecahan, menanamkan kebencian, dan menghambat kemajuan.
Kualitas hidup kita, hubungan kita dengan orang lain, bahkan peluang usaha dan karir
kita, dapat ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki cara-cara dan kemampuan
berkomunikasi kita. ebook ini telah disusun secara sistematis dari tahap ke tahap
menurut kajian ilmu kemampuan berkomunikasi, khususnya komunikasi antar manusia.
Pembahasannya tidak hanya bersifat teoritis, tetapi juga bersifat praktis. Harapannya
tiada lain agar ebook ini mudah dipahami dan mudah dipraktekan, terutama oleh para
pembaca yang berminat untuk mempelajarinya.
Karakteristik:
MEMAHAMI TANGGUNG JAWAB…
Posted on 27/10/2007 by wuryanano
Anda tentunya seringkali mendengar istilah TANGGUNG JAWAB, bukan? Makna
dari istilah “tanggung jawab” adalah “siap menerima kewajiban atau
tugas”. Arti tanggung jawab di atas semestinya sangat mudah untuk dimengerti
oleh setiap orang. Tetapi jika kita diminta untuk melakukannya sesuai dengan
definisi tanggung jawab tadi, maka seringkali masih merasa sulit, merasa
keberatan, bahkan ada orang yang merasa tidak sanggup jika diberikan
kepadanya suatu tanggung jawab. Kebanyakan orang mengelak bertanggung
jawab, karena jauh lebih mudah untuk “menghindari” tanggung jawab,
daripada “menerima” tanggung jawab.
Banyak orang mengelak bertanggung jawab, karena memang lebih mudah
menggeser tanggung jawabnya, daripada berdiri dengan berani dan menyatakan
dengan tegas bahwa, “Ini tanggung jawab saya!” Banyak orang yang sangat
senang dengan melempar tanggung jawabnya ke pundak orang lain.
Oleh karena itulah muncul satu peribahasa, “lempar batu sembunyi tangan”.
Sebuah peribahasa yang mengartikan seseorang yang tidak berani bertanggung
jawab atas perbuatannya sendiri, sehingga dia membiarkan orang lain
menanggung beban tanggung jawabnya. Bisa juga diartikan sebagai seseorang
yang lepas tanggung jawab, dan suka mencari “kambing hitam” untuk
menyelamatkan dirinya sendiri dari perbuatannya yang merugikan orang lain.
Sebagian orang, karena tidak bisa memahami arti dari sebuah tanggung jawab;
seringkali dalam kehidupannya sangat menyukai pembelaan diri dengan katakata, “Itu bukan salahku!” Sudah terlalu banyak orang yang dengan sia-sia,
menghabiskan waktunya untuk menghindari tanggung jawab dengan jalan
menyalahkan orang lain, daripada mau menerima tanggung jawab, dan dengan
gagah berani menghadapi tantangan apapun di depannya.
Banyak kejadian di negara kita ini, yang disebabkan oleh orang yang tidak
bertanggung jawab, malah sering dimenangkan atau diberikan bantuan
berlebihan oleh lingkungannya dengan sangat tidak masuk akal. Sungguh
sangat menyedihkan. Di masa kini, kita memiliki banyak orang yang mengelak
bertanggung jawab; karena mereka ini mendapatkan keuntungan dari sikapnya
itu.
Dan gilanya, “lepas tanggung jawab” itu sering didukung oleh lingkungan
dekatnya, teman-temannya, anak buahnya, atasannya, anak kandungnya,
bahkan didukung oleh istri atau suaminya. Anda bisa lihat, misalnya, korupsi, dan
manipulasi. Sebagian besar orang-orang di lingkungan dekatnya pasti
mendukungnya, karena mereka semua pasti ikut merasakan hasil-hasil dari
korupsi atau manipulasi itu. Apakah dunia kita ini sudah dekat dengan kiamat?
Rabu, 16 Maret 2011
Manusia dan Arti Tanggung Jawab
A.
PENGERTIAN
TANGGUNG
JAWAB
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya.Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak di sengaja. Tangung jawab
juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Contoh
Orang
Bertanggung
Jawab
:
bonar ialah seorang pegawai yang tekun dalam melaksanakan tugasnya. Ia datang
sebelum waktu kerja dimulai. Tanpa banyak bicara dikerjakan tugasnya. Setelah selesai
tugas yang dikerjakan, ia memberikan hasil pekerjaannya kepada atasannya sebagai
pertanggungjawabannya. Ia pun tidak banyak hilir mudik dikantornya untuk persoalan
kepentingannya sendiri, seperti buang air, mencari inakanan atau minuman. Ia pun pulang
pada waktu jam kantornya usai. Bila ada pertanyaan dari atasannya tentang pekerjaan
yang dilakukan, ia pun memberikan jawaban secara baik dan pasti. Ia dapat memberikan
pertanggungjawaban atas tugas-tugas yang diberikan kepadanya, sehingga konduitenya
baik, naik pangkat pada waktunya, dan memperoleh penghargaan khusus waktu tertentu.
B. MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB
Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain.
Untuk itu ia manghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan
alam. Dalam usahanya itu manusia juga menuadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut
menentukan yaitu kekuasaan Tuhan.
(a)
Tanggung
jawab
terhadap
diri
sendiri
Tanggug jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.
(b)
Tanggung
jawab
terhadap
keluarga
Keluar