ADMINISTRASI dan PENGELOLAAN Sekolah docx
ADMINISTRASI MANAJEMEN
DALAM
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu
dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas usaha untuk
memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan untuk melakukan
pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan tugas dan tanggung jawab
dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka
terbentuklah kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi.
Pada dasarnya manajemen itu penting sebab pekerjaan itu berat dan sulit
untuk dikerjakan sendiri sehingga itu perlu pembagian kerja, tugas dan
tanggung jawab dalam penyelesaiannya. Manajemen yang baik akan
meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki.
Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerjasama dalam sekelompok
orang.
Setiap manejer dalam pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya, dan
keterampilannya untuk mencapai tujuan harus melaksanakan perencanaan
pengorganisasian, penngarahan, dan pengendalian dengan baik.
Dalam tataran nilai, pendidikan mempunyai peran vital sebagai pendorong
individu dan warga masyarakat untuk meraih progresivitas pada semua lini
kehidupan. Di samping itu, pendidikan dapat menjadi determinan penting
bagi proses transformasi personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah
idealisme pendidikan yang mensyaratkan adanya pemberdayaan.
Namun dalam tataran ideal, pergeseran paradigma yang awalnya memandang
lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial, kini dipandang sebagai suatu
lahan bisnis basah yang mengindikasikan perlunya perubahan pengelolaan.
Perubahan pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Administrasi Pendidikan
Kata administrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas
kata ad dan ministare.Kata ad mempunyai
arti
yang sama dengan
kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”.
Dan ministare sama artinya dengan kata to surve atau toconductyang berarti
“melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”. Dalam bahasa inggris to
administer berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look after), dan
mengarahkan.[1]
Jadi, kata “administrasi” dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha
untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan
didalam mencapai suatu tujuan. Meskipun peraktek administrasi sejak dahulu
kala telah dilaksanakan orang, bahkan sejak manusia bermasyarakat dan
bernegara, administrasi sebagai ilmu baru muncul pada permulaan
pertengahan kedua abad ke-19.
Frederick Taylor (1856) sering disebut sebagai bapak dari gerakan
manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, ia dapat pula
dikatakan sebagai pelopor dari timbulnya ilmu administrasi. Ia pernah
bekerja sebagai buruh rendahan sampai tingkat yang paling tinggi di dalam
perusahaan.[2]
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan
pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual maupun material yang
bersangkut paut dengan pendidikan, jadi dalam proses administrasi
pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasi dan
dikioordinasi secara efektif, dan semateri yang diperlukan dan yang telah ada
dimanfaatkan secara efesien.
Sedangkan pendidikan, baik diartikan sebagai prioses produk, adalah masalah
perseorangan. Anak didik sendirilah yang harus membuat perubahan di dalam
dirinya sesuai dengan yang di kehendakinya. Proses pendidikan terjadi dalam
diri individu, dan dari produk pendidikan menyatakan diri di dalam tingkah
lakunya. Demikianlah pendidikan tidak sama dengan pendidikan.
Engkoswara (1987:1) mengemukakan bahwa “ administrasi pendidikan
dalam arti seluas-luasanya adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan
sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif”.
Selanjutnya mengatakan penataan mengandung makna, “mengatur,
manajemen, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya
yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi, atau membina”.
Sumber dayanya terdiri dari; (1) sumber daya manusia (peserta didik,
pendidik, dan pemakai jasa pendidikan), (2) sumber belajar atau kurikulum
(segala sesuatu yang disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan),
dan (3) fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang
kemungkinan terjadinya pendidikan). Tujuan pendidikan yang produktif
berupa prestasi yang efektif, dan suasana atau proses yang efisien.
Selanjutnya keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang produktif dapat
dilihat dari sudut administratif, psikologis, dan ekonomis.[3]
Secara dingkatnya administrasi pendidikan ialah pembinaan, pengawasan dan
pelaksanaan dari segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan-urusan
sekolah.
Beberapa unsur pokok didalam administrasi yang dimaksudkan. Ialah:[4]
1. Adanya sekelompok manusia (sedikitnya dua orang)
2. Adanya tujuan yang hendak dicapai bersama.
3. Adanya tugas/fungsi yang harus dilaksanakan (kegiatan kerja sama)
4. Adanya peralatan dan perlengkapan yang diperlukan.
Semua unsur tersebut harus diatur dan dikelola sedemikian rupa sehingga
mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Proses administrasi pendidikan diperlukan berbagai pendekatan untuk
mencapai tujuan, salah satu pendekatan yaitu pendekatan terpadu. Konsep
pendekatan administrasi terpadu ialah suatu pendekatan yang dilandasi oleh
norma dan keadaan yang berlaku, menelaah ke masa silam dan berorientasi
ke masa depan secara cermat dan terpadu dalam berbagai dimensi.
Pendekatan terpadu melibatkan dimensi serta optimalisasi fungsi
koordinasi,dan pelaksanaannya ditunjang dengan konsep manajemen
partisipatif. Konsep manajemen partispasif, mempunyai dimensi konteks,
tujuan dan lingkungan. Hal itu dikembangkan menjadi suatu proses dalam
administrasi pendidikan terpadu yang intinya ada keterlibatan semua pihak
yang terkait dalam organisasi pendidikan.
John M.Cohen dan Norman T.Uphoff (1977:6-8) mengungkapkan bahwa
kerangka kerja secara koordinasi dalam suasana partisifasif mempunyai tiga
dimensi yakni; Kerangka kerja tersebut, menunjukkan bagaimana suatu
pengembangan program dilakukan, melalui pendekatan partisipasi.
Partisipasi dari instrumental yang ada seperti konstitusi, keterlibatan
masyarakat, kelompok atau personal. Kondisi ini,tergantung pada
keterlibatan dalam ; (a) pengambilan keputusan; (b) pelaksanaan keputusan;
(c) manfaat adanya partisipasi; dan (d) keterlibatan dalam evaluasi.
Berrdasarkan dari uraian tersebut, tampak bahwa proses administrasi merujuk
pada aktivitas pencapaian tujuan. Proses tersebut, diperlukan berbagai
pendekatan yang selaras dengan karakteristik suatu organisasi, yang
mempunyai visi, misi, fungsi dan tujuan serta strategi pencapaiannya.[5]
1. B. Manajemen Pendidikan
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan.
G.R. Terry berpendapat bahwa manajement is a distinck process of planning,
organizing, actuating, and controling performed to determine and
accomplish stated objectivies by the use of human being other
recourses. Artinya manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.
Sedangkan menurut Haroid dan cyrilo Donnel mengemukakan managament
is getting things done throug people in bringing about tjis coordinating of
group activity themanager, as a manager plans, organizes, staffs, direct, and
control the acktivities other people. Artinya manajemen adalah usaha
mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian
manajemen mengadakan kordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan
pengendalian.[6]
Jika kita simak defenisi-defenisi diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
1.
2.
Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dengan seni.
A.
Manajemen merupakan proses yang sistematik, terkordinasi,
koferatif, dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya.
B.
Manajemen baru dapat diterapakan jika ada dua orang atau
lebih melakukan kerja sama dalam suatu organisasi.
C.
Manajemen harus didasarkan dengan pembagian kerja, tugas,
dan tanggung jawab.
D.
Manajemen terdiri dari beberapa fungsi.
E.
Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Reiguluth dan Garfinkel (1993) menjelaskan guru adalah sebagai fasilitator
dan manajemen pendidikan. Peran ini mensyaratkan sistem yang berbasis
sumber data dan penggunaan kekuatan alat-alat dengan kemajuan tekhnologi
dari pada berbasis kepada guru.
Tugas propesional guru adalah melakukan kegiatan mengajar, dan
selanjutnya murid melakukan respon-respon yang disebut belajar. Menurut
Dauis (1991:35) peran guru sebagai menejer dalam proses pengajaran:
1.
2.
Merencanakan, yaitu menyusun tujuan belajar mengajar (pengajaran).
Mengorganisasikan, yaitu menghubungnkan atau menggabungkan
seluruh sumber daya belajar mengajar dalam mencapai tujuan secara
efektif dan efesien.
3. Memimpin, yaitu apakah pekerjaan atau kegiatan belajar mengajar
mencapai tujuan pengajaran, sehingga diketahui hasil yang dicapai.
Fungsi manajemen pembelajaran yaitu: perencanaan pengajaran,
pengorganisasian pengajaran, dann evaluasi pengajaran. Dalam menjalankan
fungsi manajemen dimaksud, seorang guru harus memanfaatkan sumber daya
pengajaran (learning resouces) yang ada didalam kelas maupun diluar kelas.
[7]
Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi, pembagian fungsifungsi manajemen ini adalah:
1.
2.
Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur.
Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam.
3. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi
manejer.[8]
Fungsi-fungsi manajemen antara lain:
1. Planning
Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelopok
untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan
pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan-pemilihan alternatifalternatif keputusan.
2. Organizing
Organizing ialah mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan
penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan.
1.
Actuating
Actuating atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang
dilakukan seseorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan
yang ditetapkan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan
oleh unsur perencana dan pengorganisasian agar tujuan-tujaun tersebut dapat
dipahami.
1. Motovating
Motivating merupakan sebuah kata yang lebih disukai oleh beberapa pihak
dari pada kata actuating. Beberapa pihak yang lain menganggap arti dari
kedua kata tersebut adalah sama.
1. Staffing
Mencakup mendapatkan, menempatkan, dan mempertahankan anggota pada
posisi yang dibutuhkan oleh pekerjaan organisasi yang bersangkutan.
1. Directing
Merupakan pengarahan yang diberikan kepada bawahan sehingga mereka
menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja aktif menuju sasaran
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
1. Controling
Mencakup kelanjuatan tugas untuk melihat apakah kegiatan dilaksanakan
sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan yang
tidak di inginkan diperbaiki supaya tujuan dapat tercapai dengan baik
1. Inovating
Mencakup pengembangan gagasan baru, mengkombinasikan pemikiran baru
dengan yang lama, mencari gagasan dari kegitan lain dan melaksanakannya
atau dapat juga dilakukan dengan cara memberi stimulai kepada rekan
sekerja untuk mengembangkan gagasan baru dalam pekerjaan mereka.
1. Representing
Mencakup pelaksanaan tugas pegawai sebagai anggota resmi dari sebuah
perusahaannya dalam urusannya dengan pihak pemerintahan, kalangan
swasta bank, penjual, langganan, dan kalangan luar lainnya.
1. Coordinating
Merupakan sunkronisasi yang teratur dalam usaha individu yang
berhubungan dengan jumlah waktu dan tujuan mereka, sehingga diambil
tindakan yang serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan.[9]
1. C. Efektifitas Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap pengelolaan
pendidikan haruslah berorientasi pada efektivitas terhadap segala aspek
pendidikan baik dalam pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan
(dalam perspektif syariah). Berikut ini merupakan urgensi manajemen
terhadap bidang manajemen pendidikan:[10]
1. Manajemen Kurikulum
1)
Mengupayakan efektifitas perencanaan
2)
Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi
3)
Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
4)
Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan
1. Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher development),
meliputi:
1) Training
2)
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
3)
Inservice Education (Pendidikan Lanjutan)
1.
1)
Manajemen Siswa
Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
2)
Pembinaan Siswa (Pengelompokkan, Kenaikan Kelas, Penentuan
Program, Ekskul)
3)
Pemberdayaan OSIS
1. Manajemen Keuangan
Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus berlandaskan
pada prinsip: efektivitas, efisiensi dan pemerataan .
1. Manajemen Lingkungan
Urgensi manajemen terhadap lingkungan pendidikan bertujuan dalam
merangkul seluruh pihak terkait yang akan berpengaruh dalam segala
kebijakan dan keberlangsungan pendidikan. Manajemen ini berupaya
mewujudkan cooperation with Society dan stake holder identification.
BAB III
KESIMPULAN
Kata administrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas
kata ad dan ministare.Kata ad mempunyai
arti
yang sama dengan
kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”.
Dan ministare sama artinya dengan kata to surve atau toconductyang berarti
“melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”. Dalam bahasa inggris to
administer berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look after), dan
mengarahkan
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan
pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual maupun material yang
bersangkut paut dengan pendidikan, jadi dalam proses administrasi
pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasi dan
dikioordinasi secara efektif, dan semateri yang diperlukan dan yang telah ada
dimanfaatkan secara efesien.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan
Fungsi-fungsi manajemen antara lain
v
Planning
v
Organizing
v
Actuating
v
Motovating
v
Staffing
v
Directing
v
Controling
v
Inovating
v
Representing
v
Coordinating
[1] Ngalim Purwanto, Administarasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 1.
[2] Ibid., hlm. 2
[3] R. Fred David, Konsep Manajemen Strategis, (Jakarta: PT Indeks, 2004),
hlm. 54.
[4] Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 5
[5] S.P. Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT
Toko Gunung Agung, 1995), hlm. 13.
[6] Malayu, Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 1-3.
[7] Syafaruddin, Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta:
Quantum Teaching,2005), hlm. 71.
[8] Malayu, Op.Cit., hlm. 37.
[9] George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumu Aksara
1990), hlm. 17.
[10]
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan. (Bandung: Angkasa,
1985), hlm. 20.
Share this:
http://irpan1990.wordpress.com/administrasi-manajemen-dalampengelolaan-pendidikan/
Program Administrasi
Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan kepada Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Salah satu tujuan
Pendidikan Nasional di atas, diimplimentasikan dalam berbagai kegiatan
yang telah dilakukan diantaranya dalam pengelolaan administrasi sekolah
yang mencakup diantaranya dalam peningkatan jenis mutu pelayanan kepada
masyarakat. Dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuan Pendidikan
Nasional dimaksud, maka kegiatan-kegiatan tersebut di atas harus ditunjang
oleh pelayanan administrasi sekolah yang teratur, terarah, dan terencana.
Pelayanan administrasi sekolah yang baik akan menunjang penyelenggaran
proses belajar dan mengajar yang baik pula sesuai Permendiknas Nomor 24
Tahun 2008.
Penyelenggaraan proses belajar yang baik akan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa seperti yang diharapkan oleh tujuan Pendidikan Nasional.
Pelayanan administrasi sekolah yang baik harus mengikuti ketentuan dan
peraturan yang telah dikeluarkan oleh instansi atau unit yang relevan di
lingkungan Departemen/ Dinas Pendidikan Nasional. Agar semua sekolah
dapat menyelenggarakan pendidikan di sekolah, sesuai dengan ketentuan dan
peraturan administrasi sekolah yang berlaku.
Dalam pelaksanaan kegiatan sekolah khususnya bidang administrasi selalu
mengacu kepada peraturan dan prundang-undangan yang berlaku, adapun
sumber tersebut adalah : (1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional; (2) Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang
Standar Sarana Prasarana Sekolah SD-MI, SMP-MTS, SMA-MA.
(3) Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 20 tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan di Kota Bandung. (4) Permendiknas nomor 24
tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/ Madrasah; (5)
Kepres nomor 80 tahun 2003 tentang Pengelolaan Pengadaan Barang/ Jasa
(6) Keputusan Kepala SMA Negeri 5 Bandung nomor 800/ 579/ SMAN
5/2010 tentang Pedoman Kerja SMA Negeri 5 Bandung.
Target Sasaran Mutu Bidang Administrasi : (1) Mengoptimalkan pelayanan;
(2) Menyusun sistem administrasi di bidang pengendalian dan penyimpanan
dokumen; (3) Meningkatkan pelayanan 7K; (4) Meningkatkan kompetensi
sumber daya manusia (SDM).
Secara khusus kegiatan bidang administrasi mengacu pada peningkatan mutu
pelayanan administrasi, antara lain :
a. Administrasi kepegawaian.
b. Administrasi keuangan.
c. Administrasi kesiswaan.
d. Administrasi pengelolaan perlengkapan/ inventarisasi.
e. Administrasi persuratan dan kearsipan.
f. Pengelolaan kebersihan,
kerindangan (5-K).
keamanan,
ketertiban,
keindahan,
dan
Pengorganisasian Personil.
Unsur Administrasi adalah tenaga kependidikan SMA Negeri 5 Bandung,
berstatus Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil, memenuhi
kualifikasi akademik dan kompetensi secara umum dan khusus dengan
ketentuan :
Bagi yang berstatus Pegawai Negeri Sipil keberadaannya ditetapkan
secara tersendiri sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Bagi yang berstatus Non Pegawai Negeri Sipil keberadaannya didasarkan
atas kebutuhan SMA Negeri 5 Bandung dengan memperhatikan ketentuan
rekrutmen yang telah ditetapkan.
Unsur Tata Usaha terdiri dari :
(1) Tenaga administrasi; (2) Tenaga perpustakaan; (3) Tenaga laboratorium;
(4) Tenaga kebersihan; (5) Tenaga teknis
Struktur Organisasi.
Tugas Pokok Bidang Administrasi.
1. Kepala Administrasi. Tugas pokok Kepala Administrasi SMA Negeri 5
Bandung adalah membantu pelaksanaan tugas Kepala SMA Negeri 5
Bandung pada ketatausahaan di bidang kurikulum, kesiswaan, sarana
prasarana, hubungan masyarakat dan perencanaan pengembangan,
serta mewakili Kepala SMA Negeri 5 Bandung. Mengkoordinir
pelaksanaan kegiatan administrasi sekolah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Sekolah.
2. Bagian Keuangan. Bendahara Rutin/ UYHD. Melaksanakan administrasi
keuangan untuk gaji pegawai negeri sipil (PNS), administrasi dana
UYHD yang bersumber dari pemerintah. Bendahara SPP (PUMC).
Melaksanakan administrasi keuangan Komite Sekolah.
3. Bagian Kepegawaian Melaksanakan administrasi kepegawaian tenaga
edukatif dan tenaga administratif.
4. Bagian Kesiswaan. Melaksanakan administrasi kelengkapan bidang
kesiswaan : buku induk siswa, data siswa, absensi siswa, dll.
5. Bagian Perlengkapan/ Inventarisasi. Melaksanakan administrasi bidang
perlengkapan, pengelolaan barang milik Negara dan milik sekolah,
penyediaan sarana/ prasarana pendidikan.
6. Bidang Umum.
o
Persuratan dan Kearsipan. Pengelolaan surat-surat yang masuk
maupun yang keluar, dan mengelola kearsipan.
o
Penggandaan. Melaksanakan
tugas
penggandaan/
perbanyakan baik dalam bentuk soal maupun surat-surat edaran
intern sekolah.
o
K-5. Melaksanakan tugas keamanan, ketertiban, kebersihan,
keindahan, dan kerindangan.
Kepala Administrasi :
Dharma Nirwana, S.AP.
Bendahara Rutin :
Gularso
Bendahara PUMC:
Suhermiasri
Loading
http://sman5bdg.sch.id/page/p/11/Program%20Administrasi
ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN SEKOLAH
i
ADMINISTRASI
DAN PENGELOLAAN SEKOLAH
(Administrasi Kurikulum dan Pembelajaran)
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
PENDIDIK
DAN
TENAGA
KEPENDIDKAN
PERTANIAN
CIANJUR
2009
KOMPETENSI SUPERVISI MANAJERIAL
i
KATA PENGANTAR
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar
kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi
menjelaskan persyaratan akademik dan nonakademik untuk diangkat
menjadi pengawas sekolah. Standar kompetensi memuat
seperangkat kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas
sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung
jawabnya.
Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas
sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi
manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi
evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan pengembangan,
dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil uji kompetensi di beberapa
daerah menunjukkan kompetensi pengawas sekolah masih perlu
ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi manajerial,
supervisi akademik, evaluasi pendidikan dan kompetensi peneli tian
dan pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan
kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam
jabatan terlebih lagi bagi para pengawas sekolah.
Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja
disiapkan agar dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam
melaksanakan diklat peningkatan kompetensi pengawas sekolah di
masingmasing dinas kab/kota di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan kompetensi pengawas, PPPPTK Pertanian
mengadakan Pendidikan dan Pelatihan Jarak Jauh (PPJJ). Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kuantitas layanan yang diharapkan
sampai ke seluruh dinas kab/kota di Indonesia.
Perkembangan teknologi informasi ini membuka peluang bagi
dunia pendidikan untuk mengembangkan model pembelajaran yang
dapat membantu meningkatkan kompetensi pengawas dengan
kuantitas yang diharapkan.
ii
Bahan ajar ini digunakan pada PPJJ PPPPTK Pertanian Cianjur,
sebagai bahan acuan peningkatan kompetensi menejerial pengawas.
Cianjur, April 2009
Kepala PPPPTK Pertanian Cianjur
Drs. Dedy H. Karwan, MM
NIP 130929635
iii
http://ahmadialqorni.blogspot.com/2012/05/administrasi-danpengelolaan-sekolah.html
PENTINGNYA
MANAJEMEN
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
DALAM
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan Islam
Dosen,
Dr. H. Hasbi Indra, MA.
Disusun Oleh:
Dede Mahfudh
Dayat
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS
IBN
KHALDHUN
BOGOR
1430 H/2009 M
A. Pendahuluan
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education
is life dalam arti pendidikan sebagai persoalan hidup dan
kehidupan maka diskursus seputar pendidikan merupakan salah
satu topik yang selalu menarik. Setidaknya ada dua alasan yang
dapat diidentifikasi sehingga pendidikan tetap up to date untuk
dikaji.
Pertama,
kebutuhan
akan
pendidikan
memang
pada
hakikatnya krusial karena bertautan langsung dengan ranah hidup
dan
kehidupan
manusia.
Membincangkan
pendidikan
berarti
berbicara kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga
merupakan
wahana
strategis
bagi
upaya
perbaikan
mutu
kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya level
kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya
berbagai alternatif opsi dan peluang mengaktualisasikan diri di
masa depan.
Dalam tataran nilai, pendidikan mempunyai peran vital
sebagai pendorong individu dan warga masyarakat untuk meraih
progresivitas
pendidikan
pada
dapat
semua
menjadi
lini
kehidupan.
determinan
Di
penting
samping
bagi
itu,
proses
transformasi personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah
idealisme pendidikan yang mensyaratkan adanya pemberdayaan.
Namun dalam tataran ideal, pergeseran paradigma yang
awalnya memandang lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial,
kini
dipandang
sebagai
suatu
lahan
bisnis
basah
yang
mengindikasikan perlunya perubahan pengelolaan. Perubahan
pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman.
Situasi,
kondisi
dan
tuntutan
pasca
booming-nya
era
reformasi membawa konsekuensi kepada pengelola pendidikan
untuk
melihat
kebutuhan
kehidupan
di
masa
depan.
Maka
merupakan hal yang logis ketika pengelola pendidikan mengambil
langkah antisipatif untuk mempersiapkan diri bertahan pada
zamannya. Mempertahankan diri dengan tetap mengacu pada
pembenahan
total
mutu
pendidikan
berkaitan
erat
dengan
manajemen pendidikan adalah sebuah keniscayaan.
B. Pembahasan
1. Pengertian Manajemen
Perkembangan dinamis aplikasi manajemen berangkat dari
keragaman definisi tentang manajemen. Semula, manajemen yang
berasal dari
manage,
bahasa Inggris: management dengan kata kerja to
diartikan
secara
umum
sebagai
mengurusi
atau
kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act
of running and controlling a business” (Oxford, 2005). Selanjutnya
definisi manajemen berkembang lebih lengkap. Stoner (1986)
mengartikan
manajemen
sebagai
proses
perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari
anggota organisasi dan dari sumber-sumber organisasi lainnya
untuk mencapai organisasi yang telah ditetapkan. G.R. Terry (1986)
–sebagaimana dikutip Malayu S.P Hasibuan (1996)- memandang
manajemen sebagai suatu proses, sebagai berikut: “Management
is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating
and controlling performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources”.
Sementara,
“Manajemen
Malayu
Sumber
S.P.
Hasibuan
Daya
(1995)
Manusia”
dalam
mengemukakan
bukunya
bahwa
manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen kemudian diartikan sebagai suatu rentetan
langkah yang terpadu untuk mengembangkan suatu organisasi
sebagai suatu system yang bersifat sosio-ekonomi-teknis; dimana
system adalah suatu kesatuan dinamis yang terdiri dari bagianbagian
yang
berhubungan
secara
organik;
dinamis
berarti
bergerak, berkembang ke arah suatu tujuan; sosio (social) berarti
yang bergerak di dalam dan yang menggerakkan sistem itu adalah
manusia; ekonomi berarti kegiatan dalam sistem bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia; dan teknis berarti dalam kegiatan
dipakai harta, alat-alat dan cara-cara tertentu (Kadarman, 1991).
Dengan demikian, manajemen merupakan kebutuhan yang
niscaya untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam
organisasi, serta mengelola berbagai sumberdaya organisasi,
seperti sarana dan prasarana, waktu, SDM, metode dan lainnya
secara efektif, inovatif, kreatif, solutif, dan efisien.
2. Urgensi Manajemen dalam Pengelolaan Pendidikan
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang
masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan
paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan dapat
menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan.
Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan
kualitas. Ketika melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal,
kemudian
modal
menjadi
pijakan
untuk
mengembangkan
pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, maka secara
otomatis
akan
terjadi
sebuah
efek
domino
(positif)
dalam
pengelolaan organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran,
biaya, serta marketing pendidikan.
Untuk
menuju
point
education
change
(perubahan
pendidikan) secara menyeluruh, maka manajemen pendidikan
adalah
hal
pendidikan
yang
harus
sehingga
diprioritaskan
menghasilkan
untuk
out-put
kelangsungan
yang
diinginkan.
Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki
manajemen
yang
bagus
dalam
pengelolaan
pendidikannya.
Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang
bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari
modernitas.
Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan
membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan
sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme tenaga pengajar,
sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan
dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada
dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan
dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat
fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam
penggunaan
sumberdaya
organisasi.
Karena
itulah,
aplikasi
manajemen organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan
SDM organisasi yang bersangkutan.
a. Planning
Satu-satunya hal yang pasti di masa depan dari organisasi
apapun termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan, dan
perencanaan penting untuk menjembatani masa kini dan masa
depan yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa
perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya
dicapai
dan
bagaimana
mewujudkannya
dalam
kenyataan.
Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan
evaluasi
strategi
yang
pengorganisasian,
berhasil,
pemotivasian,
terutama
karena
penunjukkan
aktivitas
staff,
dan
pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R.
David, 2004).
Dalam dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada
tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut Johnson (1973)
bahwa: “The planning process can be considered as the vehicle for
accomplishment of system change”. Tanpa perencanaan sistem
tersebut tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri
dengan
kekuatan-kekuatan lingkungan yang
berbeda.
Dalam
sistem terbuka, perubahan dalam sistem terjadi apabila kekuatan
lingkungan
menghendaki
atau
menuntut
bahwa
suatu
keseimbangan baru perlu diciptakan dalam organisasi tergantung
pada rasionalitas pembuat keputusan. Bagi sistem sosial, satusatunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan
menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan
proses perencanaan.
Dalam
konteks
lembaga
pendidikan,
untuk
menyusun
kegiatan lembaga pendidikan, diperlukan data yang banyak dan
valid, pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang yang
berkaitan dengan hal yang direncanakan. Oleh karena itu kegiatan
perencanaan
sebaiknya
melibatkan
setiap
unsur
lembaga
pendidikan tersebut dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Rusyan (1992) ada beberapa hal yang penting
dilaksanakan terus menerus dalam manajemen pendidikan sebagai
implementasi perencanaan, diantaranya:
-
Merinci
tujuan
dan
menerangkan
kepada
setiap
pegawai/personil lembaga pendidikan.
-
Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit organisasi
diadakan.
-
Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan pembagian dan
pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.
-
Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan
petunjuk pelaksanaan lainnya.
-
Mempersiapkan
uraian
jabatan
dan
merumuskan
rencana/sekala pengkajian.
-
Memilih para staf (pelaksana), administrator dan melakukan
pengawasan.
-
Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil kerja
(kinerja),
pola
pengisian
staf
dan
formulir
laporan
pengajuan.
-
Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (uang) material
dan tempat.
-
Menyiapkan anggaran dan mengamankan dana.
-
Menghemat ruangan dan alat-alat perlengkapan.
Hirarki Rencana
Visi,
Misi,
Tujuan
Sasaran
Strategi
Kebijakan
Prosedur dan Kebijakan
Program
Anggaran
Sumber: Terry (1986); Kadarman et.al (1996)
b. Organizing
Tujuan
pengorganisasian
adalah
mencapai
usaha
terkoordinasi dengan menerapkan tugas dan hubungan wewenang.
Malayu S.P. Hasbuan (1995) mendifinisikan pengorganisasian
sebagai suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan
bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang
yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang
akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Pengorganisasian
fungsi manajemen dapat dilihat terdiri dari tiga aktivitas berurutan:
membagi-bagi
(spesialisasi
membentuk
tugas
menjadi
pekerjaan),
pekerjaan
menggabungkan
departemen
yang
lebih
sempit
pekerjaan
untuk
(departementalisasi),
mendelegasikan wewenang (Fred R. David, 2004).
dan
Dalam konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan
salah
satu
aktivitas
berlangsungnya
diharapkan.
manajerial
kegiatan
Lembaga
yang
kependidikan
pendidikan
juga
menentukan
sebagaimana
sebagai
suatu
yang
organisasi
memiliki berbagai unsur yang terpadu dalam suatu sistem yang
harus terorganisir secara rapih dan tepat, baik tujuan, personil,
manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang, metode,
fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan sosial
budaya.
Sutisna (1985) mengemukakan bahwa organisasi yang baik
senantiasa mempunyai dan menggunakan tujuan, kewenangan,
dan pengetahuan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan. Dalam
organisasi yang baik semua bagiannya bekerja dalam keselarasan
seakan-akan
menjadi
sebagian
terpisahkan.
Semua itu
baru
dari
keseluruhan
dapat dicapai
yang
tak
oleh organisasi
pendidikan, manakala dilakukan upaya: 1) Menyusun struktur
kelembagaan, 2) Mengembangkan prosedur yang berlaku, 3)
Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang
diterima, 4) Membagi sumber daya instruktur dan karyawan yang
ada dalam pekerjaan.
c. Actuating
Dalam
pembahasan
fungsi
pengarahan,
aspek
kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting.
Sehingga definisi fungsi pengarahan selalu dimulai dimulai dan
dinilai cukup hanya dengan mendifinisikan kepemimpinan itu
sendiri.
Menurut Kadarman (1996) kepemimpinan dapat diartikan
sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan
orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang
hendak
dicapai
oleh
kelompok.
Kepemimpinan
juga
dapat
didefinisikan sebagai suatu kemampuan, proses atau fungsi yang
digunakan untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain
untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang
pemimpin bertugas untuk memotivasi, mendorong dan memberi
keyakinan kepada orang yang dipimpinnya dalam suatu entitas
atau kelompok, baik itu individu sebagai entitas terkecil sebuah
komunitas ataupun hingga skala negara, untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki. Pemimpin juga
harus dapat memfasilitasi anggotanya dalam mencapai tujuannya.
Ketika pemimpin telah berhasil membawa organisasinya mencapai
tujuannya, maka saat itu dapat dianalogikan bahwa ia telah
berhasil menggerakkan organisasinya dalam arah yang sama
tanpa paksaan.
Dalam konteks lembaga pendidikan, kepemimpinan pada
gilirannya bermuara pada pencapaian visi dan misi organisasi atau
lembaga pendidikan yang dilihat dari mutu pembelajaran yang
dicapai dengan sungguh-sungguh oleh semua personil lembaga
pendidikan. Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa
kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi
dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan
secara bebas dan sukarela. Di dalam kepemimpinan
sebagaimana
demokratisasi,
dijalankan
spesialisasi
pimpinan
tugas,
harus
pendidikan
dilandasi
pendelegasian
konsep
wewenang,
profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama
yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya.
Ada tiga keterampilan pokok yang dikemukakan Hersey dan
Blanchard (1988) -sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin (2005)
dalam bukunya Manajemen Lembaga Pendidikan Islam- yang
berlaku umum bagi setiap pimpinan termasuk pimpinan lembaga
pendidikan, yaitu:
1. Technical skill-ability to use knowledge, methods, techniques
and equipment necessary for the performance of specific
tasks acquired from experiences, education and training.
2. Human skill-ability and judgment in working with and
through people, including in understanding of motivation
and an application of effective leadership.
3. Conceptual skill-ability to understand the complexities of the
overall organization and where one’s own operation fits into
the organization. This knowledge permits one to act
according to the objectives of the total organization rather
than only on the basis of the goals and needs of one’s own
immediate group.
d. Controling
Sebagaimana
yang
dikutif
Muhammad
Ismail
Yusanto
(2003), Mockler (1994) mendifinisikan pengawasan sebagai suatu
upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan
tujuan
perencanaan
untuk
mendesain
sistem
umpan
balik
informasi; untuk membandingkan prestasi sesungguhnya dengan
standar yang telah ditetapkan itu; menentukan apakah ada
penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut;
dan
mengambil
tindakan
perbaikan
yang
diperlukan
untuk
menjamin bahwa semua sumberdaya perusahaan telah digunakan
dengan cara yang paling efekif dan efisien guna tercapainya tujuan
perusahaan.
Dalam
konteks
mengistilahkan
pengajaran
dan
pendidikan,
pengawasan
sebagai
pembelajaran
diterapkan sebagai berikut:
atau
Depdiknas
(1999)
pengawasan
program
supervisi
yang
harus
1) Pengawasan yang dilakukan pimpinan dengan memfokuskan
pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi para
instruktur
atau
staf
dan
tidak
semata-mata
mencari
kesalahan.
2) Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung.
Para staf diberikan dorongan untuk memperbaiki dirinya
sendiri, sedangkan pimpinan hanya membantu.
3) Pengawasan dalam bentuk saran yang efektif
4) Pengawasan yang dilakukan secara periodik.
3. Efektifitas Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap
pengelolaan pendidikan haruslah berorientasi pada efektivitas
terhadap segala aspek pendidikan baik dalam pertumbuhan,
perkembangan, maupun keberkahan (dalam perspektif syariah).
Berikut ini merupakan urgensi manajemen terhadap bidang
manajemen pendidikan:
a.
Manajemen Kurikulum
1) Mengupayakan efektifitas perencanaan
2) Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi
3) Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
4) Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan
b.
Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher
development), meliputi:
1) Training
2) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
3) Inservice Education (Pendidikan Lanjutan)
c.
Manajemen Siswa
1) Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
2) Pembinaan
Siswa
(Pengelompokkan,
Kenaikan
Kelas,
Penentuan Program, Ekskul)
3) Pemberdayaan OSIS
d.
Manajemen Keuangan
Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus
berlandaskan
pada
prinsip:
efektivitas,
efisiensi
dan
pemerataan .
e.
Manajemen Lingkungan
Urgensi
manajemen
terhadap
lingkungan
pendidikan
bertujuan dalam merangkul seluruh pihak terkait yang akan
berpengaruh dalam segala kebijakan dan keberlangsungan
pendidikan.
Manajemen
ini
berupaya
mewujudkan
cooperation with Society dan stake holder identification.
C. Penutup
Berkenaan dengan manajemen pendidikan, Islam telah
menggariskan
bahwa
hakikat
amal
perbuatan
haruslah
berorientasi bagi pencapaian ridla Allah SWT. Bila perbuatan
manusia memenuhi dua syarat itu sekaligus, maka amal itu
tergolong ahsan (ahsanul amal), yakni amal terbaik di sisi Allah
SWT.
Dengan
dipandang
demikian,
pula
implementasi
sebagai
Islam
keberadaan
suatu
dalam
manajemen
sarana
kegiatan
untuk
organisasi
memudahkan
organisasi
tersebut.
Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya Islam
sebagai kaidah berpikir dan kaidah amal dalam seluruh kegiatan
organisasi. Nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya nilai utama
organisasi yang menjadi payung strategis hingga taktis seluruh
aktivitas organisasi.
Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan syariah difungsikan
sebagai
asas
atau
landasan
pola
pikir
dalam
beraktivitas.
Sedangkan sebagai kaidah amal, syariah difungsikan sebagai tolok
ukur kegiatan. Tolok ukur syariah digunakan untuk membedakan
aktivitas yang halal atau haram. Hanya kegiatan yang halal saja
yang dilakukan oleh seorang muslim, sementara yang haram akan
ditinggalkan semata-mata untuk menggapai keridloan Allah SWT.
Daftar Pustaka
David, R. Fred. 2004. Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII
(terjemahan). Jakarta, PT Indeks.
Hasibuan, S.P. Malayu. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia,
cetakan II. Jakarta, PT Toko Gunung Agung.
__________________.
1996.
Manajemen,
Dasar,
Pengertian
Masalah, Cetakan I. Jakarta, PT Toko Gunung Agung.
dan
Ismail, M. Yusanto. 2003. Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II.
Jakarta, Khairul Bayan.
Johnson, R.A. 1973. The Theory and Management of System. Tokyo:
McGraw Hill Kogakusha.
Kadarman, A.M. et.al. 1996. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta,
Gramedia.
Mondy, R.W.and Premeaux, S.H. 1995. Management: Concepts,
Practices and Skills. New Jersey, Prentice Hall Inc Englewood
Cliffs.
Oxford,
Learner’s
Pocket
Dictionary.
2005.
Newyork,
Oxford
University Press.
Rusyan, A. Tabrani. 1992. Manajemen Kependidikan. Bandung:
Media Pustaka.
Soetopo,
Hendiyat
Operasional
dan
Soemanto,
Administrasi
Wasty.
Pendidikan.
1982.
Pengantar
Surabaya:
Usaha
Nasional.
Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Syafaruddin.
2005.
Manajemen
Lembaga
Pendidikan
Islam,
Cetakan I. Jakarta: Ciputat Press.
Posted on Juli 7, 2012
PENDAHULUAN
Era reformasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar
dalam berbagai kehidupan termasuk kehidupan pendidikan.
Salah satu perubahan mendasar adalah manajemen Negara,
yaitu dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen
berbasis daerah. Secara resmi, perubahan manajemen ini telah
diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang Republik Indonesia
No. 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dan disempurnakan
menjadi
Undang-Undang
Pemerintahan
Daerah.
No.32
Pedoman
tahun
2004
tentang
pelaksanaannyapun
telah
dibuat melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25
tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi
sebagai
Daerah
Otonom.
Konsekuensi
logis
dari
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah
bahwa manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa
dan
semangat
otonomi.
Penyesuaian dengan jiwa dan semangat otonomi itu, antara lain
terwujud dalam bentuk perubahan arah paradigma pendidikan,
dari paradigma lama ke paradigma baru, yang tentu juga
berdampak pada paradigma perencanaan pendidikannya.
Secara ideal, paradigma baru pendidikan tersebut mestinya
mewarnai kebijakan pendidikan baik kebijakan pendidikan yang
bersifat
substantif
maupun
implementatif.
Seperti
yang
dinyatakan oleh Azyumardi Azra (2002: xii) bahwa dengan era
otonomi
daerah
:
”lembaga-lembaga
pendidikan,
seperti
sekolah, madrasah, pesantren, universitas (perguruan tinggi),
dan lainnya – yang terintegrasi dalam pendidikan nasionalharuslah
melakukan
reorientasi,
rekonstruksi
kritis,
restrukturisasi, dan reposisi, serta berusaha untuk menerapkan
paradigma baru pendidikan nasional”. Selain itu, implementasi
kebijakan tersebut diharapkan berdampak positif terhadap
kemajuan
pendidikan
di
daerah
dan
di
tingkat
satuan
pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Reformulasi konsep
pendidikan
dan
rekonstruksi
fondasi
pendidikan
nasional,
utamanya menyangkut hak-hak pendidikan masyarakat dan
nilai-nilai dasar pendidikan saat ini mutlak untuk dipikirkan
(rethinking) dan direaktualisasi. Salah satu konsepnya adalah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
ANALISIS MASALAH
Era otonomi daerah telah mengakibatkan terjadinya pergeseran
arah paradigma pendidikan, dari paradigma lama ke paradigma
baru, meliputi berbagai aspek mendasar yang saling berkaitan,
yaitu (1) dari sentralistik menjadi desentralistik, (2) dari
kebijakan yang top down ke kebijakan yang bottom up, (3) dari
orientasi
pengembangan
parsial
menjadi
orientasi
pengembangan holistik, (4) dari peran pemerintah sangat
dominan
ke
meningkatnya
peranserta
masyarakat
secara
kualitatif dan kuantitatif, serta (5) dari lemahnya peran institusi
non sekolah ke pemberdayaan institusi masyarakat, baik
keluarga, LSM, pesantren, maupun dunia usaha (Fasli Jalal,
2001: 5).4
Agak berbeda dengan hal tersebut, dalam buku Depdiknas
(2002:10) tentang Materi Pelatihan Terpadu untuk Kepala Dinas
Kabupaten/Kota, selain perubahan paradigma dari “sentralistik
ke desentralistik” dan orientasi pendekatan “dari atas ke
bawah” (top down approach) ke pendekatan “dari bawah ke
atas” (bottom up approach) sebagaimana yang sudah disebut
dalam buku Fasli Jalal, juga disebutkan tiga paradigma baru
pendidikan
lainnya,
“debirokratisasi”,
yaitu
dari
dari
“birokrasi
“Manajemen
berlebihan”
Tertutup”
ke
(Closed
Management) ke “Manajemen Terbuka” (Open Management),
dan pengembangan pendidikan, termasuk biayanya, “terbesar
menjadi tanggung jawab pemerintah” berubah ke “sebagian
besar menjadi tanggung jawab orang tua siswa dan masyarakat
(stakeholders).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu strategi
wajib
yang
Indonesia
tetapkan
sebagai
standar
dalam
mengembangkan keunggulan pengelolaan sekolah. Penegasan
ini dituangkan dalam USPN Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 51
ayat 1 bahwa pengelolaan satuan pendidikan pendidikan
menengah
dilaksanakan
berdasarkan
standar
pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
MBS merupakan model aplikasi manajemen institusional yang
mengintegrasikan
dengan
lebih
seluruh sumber
menekankan
kebijakan melalui
pada
internal dan eksternal
pentingnya
menetapkan
perluasan otonomi sekolah.
Sasarannya
adalah mengarahkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
kebijakan
dalam
rangka
mencapai
tujuan.
Spesifikasinya
berkenaan dengan visi, misi, dan tujuan yang dikemas dalam
pengembangan kebijakan dan perencanaan (Wikipedia, 2012)
MBS juga merupakan salah satu model manajemen strategik.
Hal
ini
berarti
meningkatkan
pencapaian
tujuan
melalui
pengerahan sumber daya internal dan eksternal. Menurut
Thomas Wheelen dan J. David Hunger (1995), empat langkah
utama dalam menerapkan perencanaan strategik yaitu (1)
memindai lingkungan internal dan eksternal (2) merumuskan
strategi yang meliputi perumusan visi-misi, tujuan organisasi,
strategi,
dan
kebijakan
(3)
implementasi strategi
meliputi
penyusunan progaram, penyusunan anggaran, dan penetapan
prosedur (4) mengontrol dan mengevaluasi kinerja.
Bagaimana Menerapkan MBS?
Penerapan MBS sebagai salah satu model manajemen strategik
dalam sistem pengelolaan pendidikan dengan tujuan untuk
mencapai peningkatan mutu pendidikan yang berstandar maka
terdapat
beberapa
langkah
strategis
yang
perlu
sekolah
lakukan:
-
Merumuskan dan menyepakati standar lulusan yang
diharapkan bersama dengan indikator dan target yang jelas
yang merujuk pada standar nasional pendidikan.
-
Menetapkan strategi yang akan sekolah terapkan untuk
menghasilkan
dengan
lulusan
yang
peningkatan
pendidik,
tenaga
diharapkan
kebutuhan
dan
relevansinya
kurikulum,
kependidikan,
kompetensi
sarana-prasarana,
dan
pembiayaan
-
Meningkatan daya dukung informasi dengan cara
memindai
kekuatan,
memindai
peluang
kelemahan
dan
lingkungan
ancaman
internal
lingkungan
serta
eksternal.
Penyediaan informasi yang tepat dan terpercaya merupakan
bagian
penting
dalam
menunjang
sukses
pengambilan
keputusan.
-
Meningkatkan efektivitas komunikasi pihak internal dan
eksternal sekolah dalam upaya meningkatkan pemahaman
mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta
dalam
membangun
dan
mengembangkan
kerja
sama
memberikan pelayanan pendidikan secara optimal kepada
siswa.
-
Meningkatkan
daya
kolaborasi
sekolah
dalam
menerapkan keputusan bersama ini sebagai bagian dari upaya
melibatkan
seluruh
warga
sekolah
agar
memiliki
daya
partisipasi yang kuat untuk mengubah kebijakan menjadi aksi.
Dalam
upaya
peningkatan
mutu
MBS
sekolah
perlu
meningkatkan standar pengelolaan untuk mendapatkan (1) visi
dan misi sekolah yang diputuskan bersama. (2) menetapkan
tujuan terutama merumuskan indikator dan target mutu lulusan
(3) menetapkan strategi yang melibatkan semua pihak untuk
mewujudkan tujuan yang sekolah harapkan yang berporos pada
meningkatkan mutu lulusan (4) Menetapkan kebijakan dan
program
peningkatan
mutu
lulusan
dengan
menerapkan
delapan standar nasional pendidikan sebagai rujukan mutu
termasuk di dalamnya penetapan anggaran untuk menyediakan
akses dan kecukupan standar serta menetapkan keunggulan
yang mungkin sekolah wujudkan. Sekolah yang efektif memiliki
dokumen program yang telah disepakati bersama dan semua
pihak yang terlibat memahami tugas masing-masing.
-
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan program sesuai
dengan standar, melaksanakan anggaran sesu
DALAM
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu
dan perhatian) sedangkan kebutuhannya tidak terbatas usaha untuk
memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan untuk melakukan
pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan tugas dan tanggung jawab
dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka
terbentuklah kerjasama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi.
Pada dasarnya manajemen itu penting sebab pekerjaan itu berat dan sulit
untuk dikerjakan sendiri sehingga itu perlu pembagian kerja, tugas dan
tanggung jawab dalam penyelesaiannya. Manajemen yang baik akan
meningkatkan daya guna dan hasil guna semua potensi yang dimiliki.
Manajemen selalu dibutuhkan dalam setiap kerjasama dalam sekelompok
orang.
Setiap manejer dalam pelaksanaan tugasnya, aktivitasnya, dan
keterampilannya untuk mencapai tujuan harus melaksanakan perencanaan
pengorganisasian, penngarahan, dan pengendalian dengan baik.
Dalam tataran nilai, pendidikan mempunyai peran vital sebagai pendorong
individu dan warga masyarakat untuk meraih progresivitas pada semua lini
kehidupan. Di samping itu, pendidikan dapat menjadi determinan penting
bagi proses transformasi personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah
idealisme pendidikan yang mensyaratkan adanya pemberdayaan.
Namun dalam tataran ideal, pergeseran paradigma yang awalnya memandang
lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial, kini dipandang sebagai suatu
lahan bisnis basah yang mengindikasikan perlunya perubahan pengelolaan.
Perubahan pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Administrasi Pendidikan
Kata administrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas
kata ad dan ministare.Kata ad mempunyai
arti
yang sama dengan
kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”.
Dan ministare sama artinya dengan kata to surve atau toconductyang berarti
“melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”. Dalam bahasa inggris to
administer berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look after), dan
mengarahkan.[1]
Jadi, kata “administrasi” dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha
untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan
didalam mencapai suatu tujuan. Meskipun peraktek administrasi sejak dahulu
kala telah dilaksanakan orang, bahkan sejak manusia bermasyarakat dan
bernegara, administrasi sebagai ilmu baru muncul pada permulaan
pertengahan kedua abad ke-19.
Frederick Taylor (1856) sering disebut sebagai bapak dari gerakan
manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, ia dapat pula
dikatakan sebagai pelopor dari timbulnya ilmu administrasi. Ia pernah
bekerja sebagai buruh rendahan sampai tingkat yang paling tinggi di dalam
perusahaan.[2]
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan
pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual maupun material yang
bersangkut paut dengan pendidikan, jadi dalam proses administrasi
pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasi dan
dikioordinasi secara efektif, dan semateri yang diperlukan dan yang telah ada
dimanfaatkan secara efesien.
Sedangkan pendidikan, baik diartikan sebagai prioses produk, adalah masalah
perseorangan. Anak didik sendirilah yang harus membuat perubahan di dalam
dirinya sesuai dengan yang di kehendakinya. Proses pendidikan terjadi dalam
diri individu, dan dari produk pendidikan menyatakan diri di dalam tingkah
lakunya. Demikianlah pendidikan tidak sama dengan pendidikan.
Engkoswara (1987:1) mengemukakan bahwa “ administrasi pendidikan
dalam arti seluas-luasanya adalah suatu ilmu yang mempelajari penataan
sumber daya untuk mencapai tujuan pendidikan secara produktif”.
Selanjutnya mengatakan penataan mengandung makna, “mengatur,
manajemen, memimpin, mengelola atau mengadministrasikan sumber daya
yang meliputi merencanakan, melaksanakan dan mengawasi, atau membina”.
Sumber dayanya terdiri dari; (1) sumber daya manusia (peserta didik,
pendidik, dan pemakai jasa pendidikan), (2) sumber belajar atau kurikulum
(segala sesuatu yang disediakan lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan),
dan (3) fasilitas (peralatan, barang, dan keuangan yang menunjang
kemungkinan terjadinya pendidikan). Tujuan pendidikan yang produktif
berupa prestasi yang efektif, dan suasana atau proses yang efisien.
Selanjutnya keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan yang produktif dapat
dilihat dari sudut administratif, psikologis, dan ekonomis.[3]
Secara dingkatnya administrasi pendidikan ialah pembinaan, pengawasan dan
pelaksanaan dari segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan-urusan
sekolah.
Beberapa unsur pokok didalam administrasi yang dimaksudkan. Ialah:[4]
1. Adanya sekelompok manusia (sedikitnya dua orang)
2. Adanya tujuan yang hendak dicapai bersama.
3. Adanya tugas/fungsi yang harus dilaksanakan (kegiatan kerja sama)
4. Adanya peralatan dan perlengkapan yang diperlukan.
Semua unsur tersebut harus diatur dan dikelola sedemikian rupa sehingga
mengarah kepada tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Proses administrasi pendidikan diperlukan berbagai pendekatan untuk
mencapai tujuan, salah satu pendekatan yaitu pendekatan terpadu. Konsep
pendekatan administrasi terpadu ialah suatu pendekatan yang dilandasi oleh
norma dan keadaan yang berlaku, menelaah ke masa silam dan berorientasi
ke masa depan secara cermat dan terpadu dalam berbagai dimensi.
Pendekatan terpadu melibatkan dimensi serta optimalisasi fungsi
koordinasi,dan pelaksanaannya ditunjang dengan konsep manajemen
partisipatif. Konsep manajemen partispasif, mempunyai dimensi konteks,
tujuan dan lingkungan. Hal itu dikembangkan menjadi suatu proses dalam
administrasi pendidikan terpadu yang intinya ada keterlibatan semua pihak
yang terkait dalam organisasi pendidikan.
John M.Cohen dan Norman T.Uphoff (1977:6-8) mengungkapkan bahwa
kerangka kerja secara koordinasi dalam suasana partisifasif mempunyai tiga
dimensi yakni; Kerangka kerja tersebut, menunjukkan bagaimana suatu
pengembangan program dilakukan, melalui pendekatan partisipasi.
Partisipasi dari instrumental yang ada seperti konstitusi, keterlibatan
masyarakat, kelompok atau personal. Kondisi ini,tergantung pada
keterlibatan dalam ; (a) pengambilan keputusan; (b) pelaksanaan keputusan;
(c) manfaat adanya partisipasi; dan (d) keterlibatan dalam evaluasi.
Berrdasarkan dari uraian tersebut, tampak bahwa proses administrasi merujuk
pada aktivitas pencapaian tujuan. Proses tersebut, diperlukan berbagai
pendekatan yang selaras dengan karakteristik suatu organisasi, yang
mempunyai visi, misi, fungsi dan tujuan serta strategi pencapaiannya.[5]
1. B. Manajemen Pendidikan
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan.
G.R. Terry berpendapat bahwa manajement is a distinck process of planning,
organizing, actuating, and controling performed to determine and
accomplish stated objectivies by the use of human being other
recourses. Artinya manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaransasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya.
Sedangkan menurut Haroid dan cyrilo Donnel mengemukakan managament
is getting things done throug people in bringing about tjis coordinating of
group activity themanager, as a manager plans, organizes, staffs, direct, and
control the acktivities other people. Artinya manajemen adalah usaha
mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian
manajemen mengadakan kordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan
pengendalian.[6]
Jika kita simak defenisi-defenisi diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
1.
2.
Manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
Manajemen merupakan perpaduan antara ilmu dengan seni.
A.
Manajemen merupakan proses yang sistematik, terkordinasi,
koferatif, dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya.
B.
Manajemen baru dapat diterapakan jika ada dua orang atau
lebih melakukan kerja sama dalam suatu organisasi.
C.
Manajemen harus didasarkan dengan pembagian kerja, tugas,
dan tanggung jawab.
D.
Manajemen terdiri dari beberapa fungsi.
E.
Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Reiguluth dan Garfinkel (1993) menjelaskan guru adalah sebagai fasilitator
dan manajemen pendidikan. Peran ini mensyaratkan sistem yang berbasis
sumber data dan penggunaan kekuatan alat-alat dengan kemajuan tekhnologi
dari pada berbasis kepada guru.
Tugas propesional guru adalah melakukan kegiatan mengajar, dan
selanjutnya murid melakukan respon-respon yang disebut belajar. Menurut
Dauis (1991:35) peran guru sebagai menejer dalam proses pengajaran:
1.
2.
Merencanakan, yaitu menyusun tujuan belajar mengajar (pengajaran).
Mengorganisasikan, yaitu menghubungnkan atau menggabungkan
seluruh sumber daya belajar mengajar dalam mencapai tujuan secara
efektif dan efesien.
3. Memimpin, yaitu apakah pekerjaan atau kegiatan belajar mengajar
mencapai tujuan pengajaran, sehingga diketahui hasil yang dicapai.
Fungsi manajemen pembelajaran yaitu: perencanaan pengajaran,
pengorganisasian pengajaran, dann evaluasi pengajaran. Dalam menjalankan
fungsi manajemen dimaksud, seorang guru harus memanfaatkan sumber daya
pengajaran (learning resouces) yang ada didalam kelas maupun diluar kelas.
[7]
Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi, pembagian fungsifungsi manajemen ini adalah:
1.
2.
Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur.
Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam.
3. Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi
manejer.[8]
Fungsi-fungsi manajemen antara lain:
1. Planning
Planning ialah menetapkan pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelopok
untuk mencapai tujuan yang digariskan. Planning mencakup kegiatan
pengambilan keputusan, karena termasuk pemilihan-pemilihan alternatifalternatif keputusan.
2. Organizing
Organizing ialah mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan
penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan.
1.
Actuating
Actuating atau disebut juga “gerakan aksi” mencakup kegiatan yang
dilakukan seseorang manajer untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan
yang ditetapkan untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan
oleh unsur perencana dan pengorganisasian agar tujuan-tujaun tersebut dapat
dipahami.
1. Motovating
Motivating merupakan sebuah kata yang lebih disukai oleh beberapa pihak
dari pada kata actuating. Beberapa pihak yang lain menganggap arti dari
kedua kata tersebut adalah sama.
1. Staffing
Mencakup mendapatkan, menempatkan, dan mempertahankan anggota pada
posisi yang dibutuhkan oleh pekerjaan organisasi yang bersangkutan.
1. Directing
Merupakan pengarahan yang diberikan kepada bawahan sehingga mereka
menjadi pegawai yang berpengetahuan dan akan bekerja aktif menuju sasaran
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
1. Controling
Mencakup kelanjuatan tugas untuk melihat apakah kegiatan dilaksanakan
sesuai rencana. Pelaksanaan kegiatan dievaluasi dan penyimpangan yang
tidak di inginkan diperbaiki supaya tujuan dapat tercapai dengan baik
1. Inovating
Mencakup pengembangan gagasan baru, mengkombinasikan pemikiran baru
dengan yang lama, mencari gagasan dari kegitan lain dan melaksanakannya
atau dapat juga dilakukan dengan cara memberi stimulai kepada rekan
sekerja untuk mengembangkan gagasan baru dalam pekerjaan mereka.
1. Representing
Mencakup pelaksanaan tugas pegawai sebagai anggota resmi dari sebuah
perusahaannya dalam urusannya dengan pihak pemerintahan, kalangan
swasta bank, penjual, langganan, dan kalangan luar lainnya.
1. Coordinating
Merupakan sunkronisasi yang teratur dalam usaha individu yang
berhubungan dengan jumlah waktu dan tujuan mereka, sehingga diambil
tindakan yang serempak menuju sasaran yang telah ditetapkan.[9]
1. C. Efektifitas Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap pengelolaan
pendidikan haruslah berorientasi pada efektivitas terhadap segala aspek
pendidikan baik dalam pertumbuhan, perkembangan, maupun keberkahan
(dalam perspektif syariah). Berikut ini merupakan urgensi manajemen
terhadap bidang manajemen pendidikan:[10]
1. Manajemen Kurikulum
1)
Mengupayakan efektifitas perencanaan
2)
Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi
3)
Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
4)
Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan
1. Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher development),
meliputi:
1) Training
2)
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
3)
Inservice Education (Pendidikan Lanjutan)
1.
1)
Manajemen Siswa
Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
2)
Pembinaan Siswa (Pengelompokkan, Kenaikan Kelas, Penentuan
Program, Ekskul)
3)
Pemberdayaan OSIS
1. Manajemen Keuangan
Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus berlandaskan
pada prinsip: efektivitas, efisiensi dan pemerataan .
1. Manajemen Lingkungan
Urgensi manajemen terhadap lingkungan pendidikan bertujuan dalam
merangkul seluruh pihak terkait yang akan berpengaruh dalam segala
kebijakan dan keberlangsungan pendidikan. Manajemen ini berupaya
mewujudkan cooperation with Society dan stake holder identification.
BAB III
KESIMPULAN
Kata administrasi berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas
kata ad dan ministare.Kata ad mempunyai
arti
yang sama dengan
kata to dalam bahasa inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”.
Dan ministare sama artinya dengan kata to surve atau toconductyang berarti
“melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”. Dalam bahasa inggris to
administer berarti pula “mengatur”, “memelihara” (to look after), dan
mengarahkan
Administrasi pendidikan ialah segenap proses pengarahan dan
pengintegrasian segala sesuatu, baik personel, spritual maupun material yang
bersangkut paut dengan pendidikan, jadi dalam proses administrasi
pendidikan segenap usaha orang-orang yang terlibat di dalam proses
pencapaian tujuan pendidikan itu di integrasikan, diorganisasi dan
dikioordinasi secara efektif, dan semateri yang diperlukan dan yang telah ada
dimanfaatkan secara efesien.
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi
manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan
tujuan yang diinginkan
Fungsi-fungsi manajemen antara lain
v
Planning
v
Organizing
v
Actuating
v
Motovating
v
Staffing
v
Directing
v
Controling
v
Inovating
v
Representing
v
Coordinating
[1] Ngalim Purwanto, Administarasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 1.
[2] Ibid., hlm. 2
[3] R. Fred David, Konsep Manajemen Strategis, (Jakarta: PT Indeks, 2004),
hlm. 54.
[4] Ngalim Purwanto, Op.Cit., hlm. 5
[5] S.P. Malayu Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: PT
Toko Gunung Agung, 1995), hlm. 13.
[6] Malayu, Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 1-3.
[7] Syafaruddin, Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta:
Quantum Teaching,2005), hlm. 71.
[8] Malayu, Op.Cit., hlm. 37.
[9] George R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: Bumu Aksara
1990), hlm. 17.
[10]
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan. (Bandung: Angkasa,
1985), hlm. 20.
Share this:
http://irpan1990.wordpress.com/administrasi-manajemen-dalampengelolaan-pendidikan/
Program Administrasi
Tujuan Pendidikan Nasional berdasarkan kepada Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani. Salah satu tujuan
Pendidikan Nasional di atas, diimplimentasikan dalam berbagai kegiatan
yang telah dilakukan diantaranya dalam pengelolaan administrasi sekolah
yang mencakup diantaranya dalam peningkatan jenis mutu pelayanan kepada
masyarakat. Dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuan Pendidikan
Nasional dimaksud, maka kegiatan-kegiatan tersebut di atas harus ditunjang
oleh pelayanan administrasi sekolah yang teratur, terarah, dan terencana.
Pelayanan administrasi sekolah yang baik akan menunjang penyelenggaran
proses belajar dan mengajar yang baik pula sesuai Permendiknas Nomor 24
Tahun 2008.
Penyelenggaraan proses belajar yang baik akan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa seperti yang diharapkan oleh tujuan Pendidikan Nasional.
Pelayanan administrasi sekolah yang baik harus mengikuti ketentuan dan
peraturan yang telah dikeluarkan oleh instansi atau unit yang relevan di
lingkungan Departemen/ Dinas Pendidikan Nasional. Agar semua sekolah
dapat menyelenggarakan pendidikan di sekolah, sesuai dengan ketentuan dan
peraturan administrasi sekolah yang berlaku.
Dalam pelaksanaan kegiatan sekolah khususnya bidang administrasi selalu
mengacu kepada peraturan dan prundang-undangan yang berlaku, adapun
sumber tersebut adalah : (1) Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional; (2) Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 tentang
Standar Sarana Prasarana Sekolah SD-MI, SMP-MTS, SMA-MA.
(3) Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 20 tahun 2002 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan di Kota Bandung. (4) Permendiknas nomor 24
tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/ Madrasah; (5)
Kepres nomor 80 tahun 2003 tentang Pengelolaan Pengadaan Barang/ Jasa
(6) Keputusan Kepala SMA Negeri 5 Bandung nomor 800/ 579/ SMAN
5/2010 tentang Pedoman Kerja SMA Negeri 5 Bandung.
Target Sasaran Mutu Bidang Administrasi : (1) Mengoptimalkan pelayanan;
(2) Menyusun sistem administrasi di bidang pengendalian dan penyimpanan
dokumen; (3) Meningkatkan pelayanan 7K; (4) Meningkatkan kompetensi
sumber daya manusia (SDM).
Secara khusus kegiatan bidang administrasi mengacu pada peningkatan mutu
pelayanan administrasi, antara lain :
a. Administrasi kepegawaian.
b. Administrasi keuangan.
c. Administrasi kesiswaan.
d. Administrasi pengelolaan perlengkapan/ inventarisasi.
e. Administrasi persuratan dan kearsipan.
f. Pengelolaan kebersihan,
kerindangan (5-K).
keamanan,
ketertiban,
keindahan,
dan
Pengorganisasian Personil.
Unsur Administrasi adalah tenaga kependidikan SMA Negeri 5 Bandung,
berstatus Pegawai Negeri Sipil dan Non Pegawai Negeri Sipil, memenuhi
kualifikasi akademik dan kompetensi secara umum dan khusus dengan
ketentuan :
Bagi yang berstatus Pegawai Negeri Sipil keberadaannya ditetapkan
secara tersendiri sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
Bagi yang berstatus Non Pegawai Negeri Sipil keberadaannya didasarkan
atas kebutuhan SMA Negeri 5 Bandung dengan memperhatikan ketentuan
rekrutmen yang telah ditetapkan.
Unsur Tata Usaha terdiri dari :
(1) Tenaga administrasi; (2) Tenaga perpustakaan; (3) Tenaga laboratorium;
(4) Tenaga kebersihan; (5) Tenaga teknis
Struktur Organisasi.
Tugas Pokok Bidang Administrasi.
1. Kepala Administrasi. Tugas pokok Kepala Administrasi SMA Negeri 5
Bandung adalah membantu pelaksanaan tugas Kepala SMA Negeri 5
Bandung pada ketatausahaan di bidang kurikulum, kesiswaan, sarana
prasarana, hubungan masyarakat dan perencanaan pengembangan,
serta mewakili Kepala SMA Negeri 5 Bandung. Mengkoordinir
pelaksanaan kegiatan administrasi sekolah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Sekolah.
2. Bagian Keuangan. Bendahara Rutin/ UYHD. Melaksanakan administrasi
keuangan untuk gaji pegawai negeri sipil (PNS), administrasi dana
UYHD yang bersumber dari pemerintah. Bendahara SPP (PUMC).
Melaksanakan administrasi keuangan Komite Sekolah.
3. Bagian Kepegawaian Melaksanakan administrasi kepegawaian tenaga
edukatif dan tenaga administratif.
4. Bagian Kesiswaan. Melaksanakan administrasi kelengkapan bidang
kesiswaan : buku induk siswa, data siswa, absensi siswa, dll.
5. Bagian Perlengkapan/ Inventarisasi. Melaksanakan administrasi bidang
perlengkapan, pengelolaan barang milik Negara dan milik sekolah,
penyediaan sarana/ prasarana pendidikan.
6. Bidang Umum.
o
Persuratan dan Kearsipan. Pengelolaan surat-surat yang masuk
maupun yang keluar, dan mengelola kearsipan.
o
Penggandaan. Melaksanakan
tugas
penggandaan/
perbanyakan baik dalam bentuk soal maupun surat-surat edaran
intern sekolah.
o
K-5. Melaksanakan tugas keamanan, ketertiban, kebersihan,
keindahan, dan kerindangan.
Kepala Administrasi :
Dharma Nirwana, S.AP.
Bendahara Rutin :
Gularso
Bendahara PUMC:
Suhermiasri
Loading
http://sman5bdg.sch.id/page/p/11/Program%20Administrasi
ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN SEKOLAH
i
ADMINISTRASI
DAN PENGELOLAAN SEKOLAH
(Administrasi Kurikulum dan Pembelajaran)
PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
PENDIDIK
DAN
TENAGA
KEPENDIDKAN
PERTANIAN
CIANJUR
2009
KOMPETENSI SUPERVISI MANAJERIAL
i
KATA PENGANTAR
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah berisi standar
kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah. Standar kualifikasi
menjelaskan persyaratan akademik dan nonakademik untuk diangkat
menjadi pengawas sekolah. Standar kompetensi memuat
seperangkat kemampuan yang harus dimiliki dan dikuasai pengawas
sekolah untuk dapat melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung
jawabnya.
Ada enam dimensi kompetensi yang harus dikuasai pengawas
sekolah yakni: (a) kompetensi kepribadian, (b) kompetensi supervisi
manajerial, (c) kompetensi supervisi akademik, (d) kompetensi
evaluasi pendidikan, (e) kompetensi penelitian dan pengembangan,
dan (f) kompetensi sosial. Dari hasil uji kompetensi di beberapa
daerah menunjukkan kompetensi pengawas sekolah masih perlu
ditingkatkan terutama dimensi kompetensi supervisi manajerial,
supervisi akademik, evaluasi pendidikan dan kompetensi peneli tian
dan pengembangan. Untuk itu diperlukan adanya diklat peningkatan
kompetensi pengawas sekolah baik bagi pengawas sekolah dalam
jabatan terlebih lagi bagi para pengawas sekolah.
Materi dasar untuk semua dimensi kompetensi sengaja
disiapkan agar dapat dijadikan rujukan oleh para pelatih dalam
melaksanakan diklat peningkatan kompetensi pengawas sekolah di
masingmasing dinas kab/kota di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan kompetensi pengawas, PPPPTK Pertanian
mengadakan Pendidikan dan Pelatihan Jarak Jauh (PPJJ). Hal ini
diharapkan dapat meningkatkan kuantitas layanan yang diharapkan
sampai ke seluruh dinas kab/kota di Indonesia.
Perkembangan teknologi informasi ini membuka peluang bagi
dunia pendidikan untuk mengembangkan model pembelajaran yang
dapat membantu meningkatkan kompetensi pengawas dengan
kuantitas yang diharapkan.
ii
Bahan ajar ini digunakan pada PPJJ PPPPTK Pertanian Cianjur,
sebagai bahan acuan peningkatan kompetensi menejerial pengawas.
Cianjur, April 2009
Kepala PPPPTK Pertanian Cianjur
Drs. Dedy H. Karwan, MM
NIP 130929635
iii
http://ahmadialqorni.blogspot.com/2012/05/administrasi-danpengelolaan-sekolah.html
PENTINGNYA
MANAJEMEN
PENGELOLAAN PENDIDIKAN
DALAM
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan Islam
Dosen,
Dr. H. Hasbi Indra, MA.
Disusun Oleh:
Dede Mahfudh
Dayat
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS
IBN
KHALDHUN
BOGOR
1430 H/2009 M
A. Pendahuluan
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education
is life dalam arti pendidikan sebagai persoalan hidup dan
kehidupan maka diskursus seputar pendidikan merupakan salah
satu topik yang selalu menarik. Setidaknya ada dua alasan yang
dapat diidentifikasi sehingga pendidikan tetap up to date untuk
dikaji.
Pertama,
kebutuhan
akan
pendidikan
memang
pada
hakikatnya krusial karena bertautan langsung dengan ranah hidup
dan
kehidupan
manusia.
Membincangkan
pendidikan
berarti
berbicara kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga
merupakan
wahana
strategis
bagi
upaya
perbaikan
mutu
kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya level
kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya
berbagai alternatif opsi dan peluang mengaktualisasikan diri di
masa depan.
Dalam tataran nilai, pendidikan mempunyai peran vital
sebagai pendorong individu dan warga masyarakat untuk meraih
progresivitas
pendidikan
pada
dapat
semua
menjadi
lini
kehidupan.
determinan
Di
penting
samping
bagi
itu,
proses
transformasi personal maupun sosial. Dan sesungguhnya inilah
idealisme pendidikan yang mensyaratkan adanya pemberdayaan.
Namun dalam tataran ideal, pergeseran paradigma yang
awalnya memandang lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial,
kini
dipandang
sebagai
suatu
lahan
bisnis
basah
yang
mengindikasikan perlunya perubahan pengelolaan. Perubahan
pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman.
Situasi,
kondisi
dan
tuntutan
pasca
booming-nya
era
reformasi membawa konsekuensi kepada pengelola pendidikan
untuk
melihat
kebutuhan
kehidupan
di
masa
depan.
Maka
merupakan hal yang logis ketika pengelola pendidikan mengambil
langkah antisipatif untuk mempersiapkan diri bertahan pada
zamannya. Mempertahankan diri dengan tetap mengacu pada
pembenahan
total
mutu
pendidikan
berkaitan
erat
dengan
manajemen pendidikan adalah sebuah keniscayaan.
B. Pembahasan
1. Pengertian Manajemen
Perkembangan dinamis aplikasi manajemen berangkat dari
keragaman definisi tentang manajemen. Semula, manajemen yang
berasal dari
manage,
bahasa Inggris: management dengan kata kerja to
diartikan
secara
umum
sebagai
mengurusi
atau
kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau “act
of running and controlling a business” (Oxford, 2005). Selanjutnya
definisi manajemen berkembang lebih lengkap. Stoner (1986)
mengartikan
manajemen
sebagai
proses
perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha-usaha dari
anggota organisasi dan dari sumber-sumber organisasi lainnya
untuk mencapai organisasi yang telah ditetapkan. G.R. Terry (1986)
–sebagaimana dikutip Malayu S.P Hasibuan (1996)- memandang
manajemen sebagai suatu proses, sebagai berikut: “Management
is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating
and controlling performed to determine and accomplish stated
objectives by the use of human being and other resources”.
Sementara,
“Manajemen
Malayu
Sumber
S.P.
Hasibuan
Daya
(1995)
Manusia”
dalam
mengemukakan
bukunya
bahwa
manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.
Manajemen kemudian diartikan sebagai suatu rentetan
langkah yang terpadu untuk mengembangkan suatu organisasi
sebagai suatu system yang bersifat sosio-ekonomi-teknis; dimana
system adalah suatu kesatuan dinamis yang terdiri dari bagianbagian
yang
berhubungan
secara
organik;
dinamis
berarti
bergerak, berkembang ke arah suatu tujuan; sosio (social) berarti
yang bergerak di dalam dan yang menggerakkan sistem itu adalah
manusia; ekonomi berarti kegiatan dalam sistem bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan manusia; dan teknis berarti dalam kegiatan
dipakai harta, alat-alat dan cara-cara tertentu (Kadarman, 1991).
Dengan demikian, manajemen merupakan kebutuhan yang
niscaya untuk memudahkan pencapaian tujuan manusia dalam
organisasi, serta mengelola berbagai sumberdaya organisasi,
seperti sarana dan prasarana, waktu, SDM, metode dan lainnya
secara efektif, inovatif, kreatif, solutif, dan efisien.
2. Urgensi Manajemen dalam Pengelolaan Pendidikan
Kepekaan melihat kondisi global yang bergulir dan peluang
masa depan menjadi modal utama untuk mengadakan perubahan
paradigma dalam manajemen pendidikan. Modal ini akan dapat
menjadi pijakan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan.
Pada titik inilah diperlukan berbagai komitmen untuk perbaikan
kualitas. Ketika melihat peluang, dan peluang itu dijadikan modal,
kemudian
modal
menjadi
pijakan
untuk
mengembangkan
pendidikan yang disertai komitmen yang tinggi, maka secara
otomatis
akan
terjadi
sebuah
efek
domino
(positif)
dalam
pengelolaan organisasi, strategi, SDM, pendidikan dan pengajaran,
biaya, serta marketing pendidikan.
Untuk
menuju
point
education
change
(perubahan
pendidikan) secara menyeluruh, maka manajemen pendidikan
adalah
hal
pendidikan
yang
harus
sehingga
diprioritaskan
menghasilkan
untuk
out-put
kelangsungan
yang
diinginkan.
Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki
manajemen
yang
bagus
dalam
pengelolaan
pendidikannya.
Manajemen yang digunakan masih konvensional, sehingga kurang
bisa menjawab tantangan zaman dan terkesan tertinggal dari
modernitas.
Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan
membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan
sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme tenaga pengajar,
sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan
dalam pendidikan. Manajemen dalam sebuah organisasi pada
dasarnya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan
dan pencapaian tujuan organisasi melalui pelaksanaan empat
fungsi dasar: planning, organizing, actuating, dan controlling dalam
penggunaan
sumberdaya
organisasi.
Karena
itulah,
aplikasi
manajemen organisasi hakikatnya adalah juga amal perbuatan
SDM organisasi yang bersangkutan.
a. Planning
Satu-satunya hal yang pasti di masa depan dari organisasi
apapun termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan, dan
perencanaan penting untuk menjembatani masa kini dan masa
depan yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan bahwa
perencanaan merupakan proses menentukan apa yang seharusnya
dicapai
dan
bagaimana
mewujudkannya
dalam
kenyataan.
Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan
evaluasi
strategi
yang
pengorganisasian,
berhasil,
pemotivasian,
terutama
karena
penunjukkan
aktivitas
staff,
dan
pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R.
David, 2004).
Dalam dinamika masyarakat, organisasi beradaptasi kepada
tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut Johnson (1973)
bahwa: “The planning process can be considered as the vehicle for
accomplishment of system change”. Tanpa perencanaan sistem
tersebut tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri
dengan
kekuatan-kekuatan lingkungan yang
berbeda.
Dalam
sistem terbuka, perubahan dalam sistem terjadi apabila kekuatan
lingkungan
menghendaki
atau
menuntut
bahwa
suatu
keseimbangan baru perlu diciptakan dalam organisasi tergantung
pada rasionalitas pembuat keputusan. Bagi sistem sosial, satusatunya wahana untuk perubahan inovasi dan kesanggupan
menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan
proses perencanaan.
Dalam
konteks
lembaga
pendidikan,
untuk
menyusun
kegiatan lembaga pendidikan, diperlukan data yang banyak dan
valid, pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang yang
berkaitan dengan hal yang direncanakan. Oleh karena itu kegiatan
perencanaan
sebaiknya
melibatkan
setiap
unsur
lembaga
pendidikan tersebut dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Rusyan (1992) ada beberapa hal yang penting
dilaksanakan terus menerus dalam manajemen pendidikan sebagai
implementasi perencanaan, diantaranya:
-
Merinci
tujuan
dan
menerangkan
kepada
setiap
pegawai/personil lembaga pendidikan.
-
Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit organisasi
diadakan.
-
Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan pembagian dan
pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.
-
Menetapkan kebijaksanaan umum, metode, prosedur dan
petunjuk pelaksanaan lainnya.
-
Mempersiapkan
uraian
jabatan
dan
merumuskan
rencana/sekala pengkajian.
-
Memilih para staf (pelaksana), administrator dan melakukan
pengawasan.
-
Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil kerja
(kinerja),
pola
pengisian
staf
dan
formulir
laporan
pengajuan.
-
Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (uang) material
dan tempat.
-
Menyiapkan anggaran dan mengamankan dana.
-
Menghemat ruangan dan alat-alat perlengkapan.
Hirarki Rencana
Visi,
Misi,
Tujuan
Sasaran
Strategi
Kebijakan
Prosedur dan Kebijakan
Program
Anggaran
Sumber: Terry (1986); Kadarman et.al (1996)
b. Organizing
Tujuan
pengorganisasian
adalah
mencapai
usaha
terkoordinasi dengan menerapkan tugas dan hubungan wewenang.
Malayu S.P. Hasbuan (1995) mendifinisikan pengorganisasian
sebagai suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan
bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini,
menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang
yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang
akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Pengorganisasian
fungsi manajemen dapat dilihat terdiri dari tiga aktivitas berurutan:
membagi-bagi
(spesialisasi
membentuk
tugas
menjadi
pekerjaan),
pekerjaan
menggabungkan
departemen
yang
lebih
sempit
pekerjaan
untuk
(departementalisasi),
mendelegasikan wewenang (Fred R. David, 2004).
dan
Dalam konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan
salah
satu
aktivitas
berlangsungnya
diharapkan.
manajerial
kegiatan
Lembaga
yang
kependidikan
pendidikan
juga
menentukan
sebagaimana
sebagai
suatu
yang
organisasi
memiliki berbagai unsur yang terpadu dalam suatu sistem yang
harus terorganisir secara rapih dan tepat, baik tujuan, personil,
manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang, metode,
fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan sosial
budaya.
Sutisna (1985) mengemukakan bahwa organisasi yang baik
senantiasa mempunyai dan menggunakan tujuan, kewenangan,
dan pengetahuan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan. Dalam
organisasi yang baik semua bagiannya bekerja dalam keselarasan
seakan-akan
menjadi
sebagian
terpisahkan.
Semua itu
baru
dari
keseluruhan
dapat dicapai
yang
tak
oleh organisasi
pendidikan, manakala dilakukan upaya: 1) Menyusun struktur
kelembagaan, 2) Mengembangkan prosedur yang berlaku, 3)
Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang
diterima, 4) Membagi sumber daya instruktur dan karyawan yang
ada dalam pekerjaan.
c. Actuating
Dalam
pembahasan
fungsi
pengarahan,
aspek
kepemimpinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting.
Sehingga definisi fungsi pengarahan selalu dimulai dimulai dan
dinilai cukup hanya dengan mendifinisikan kepemimpinan itu
sendiri.
Menurut Kadarman (1996) kepemimpinan dapat diartikan
sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan
orang lain agar mereka mau berusaha untuk mencapai tujuan yang
hendak
dicapai
oleh
kelompok.
Kepemimpinan
juga
dapat
didefinisikan sebagai suatu kemampuan, proses atau fungsi yang
digunakan untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain
untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang
pemimpin bertugas untuk memotivasi, mendorong dan memberi
keyakinan kepada orang yang dipimpinnya dalam suatu entitas
atau kelompok, baik itu individu sebagai entitas terkecil sebuah
komunitas ataupun hingga skala negara, untuk mencapai tujuan
sesuai dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki. Pemimpin juga
harus dapat memfasilitasi anggotanya dalam mencapai tujuannya.
Ketika pemimpin telah berhasil membawa organisasinya mencapai
tujuannya, maka saat itu dapat dianalogikan bahwa ia telah
berhasil menggerakkan organisasinya dalam arah yang sama
tanpa paksaan.
Dalam konteks lembaga pendidikan, kepemimpinan pada
gilirannya bermuara pada pencapaian visi dan misi organisasi atau
lembaga pendidikan yang dilihat dari mutu pembelajaran yang
dicapai dengan sungguh-sungguh oleh semua personil lembaga
pendidikan. Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa
kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi
dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan
secara bebas dan sukarela. Di dalam kepemimpinan
sebagaimana
demokratisasi,
dijalankan
spesialisasi
pimpinan
tugas,
harus
pendidikan
dilandasi
pendelegasian
konsep
wewenang,
profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama
yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya.
Ada tiga keterampilan pokok yang dikemukakan Hersey dan
Blanchard (1988) -sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin (2005)
dalam bukunya Manajemen Lembaga Pendidikan Islam- yang
berlaku umum bagi setiap pimpinan termasuk pimpinan lembaga
pendidikan, yaitu:
1. Technical skill-ability to use knowledge, methods, techniques
and equipment necessary for the performance of specific
tasks acquired from experiences, education and training.
2. Human skill-ability and judgment in working with and
through people, including in understanding of motivation
and an application of effective leadership.
3. Conceptual skill-ability to understand the complexities of the
overall organization and where one’s own operation fits into
the organization. This knowledge permits one to act
according to the objectives of the total organization rather
than only on the basis of the goals and needs of one’s own
immediate group.
d. Controling
Sebagaimana
yang
dikutif
Muhammad
Ismail
Yusanto
(2003), Mockler (1994) mendifinisikan pengawasan sebagai suatu
upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan
tujuan
perencanaan
untuk
mendesain
sistem
umpan
balik
informasi; untuk membandingkan prestasi sesungguhnya dengan
standar yang telah ditetapkan itu; menentukan apakah ada
penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut;
dan
mengambil
tindakan
perbaikan
yang
diperlukan
untuk
menjamin bahwa semua sumberdaya perusahaan telah digunakan
dengan cara yang paling efekif dan efisien guna tercapainya tujuan
perusahaan.
Dalam
konteks
mengistilahkan
pengajaran
dan
pendidikan,
pengawasan
sebagai
pembelajaran
diterapkan sebagai berikut:
atau
Depdiknas
(1999)
pengawasan
program
supervisi
yang
harus
1) Pengawasan yang dilakukan pimpinan dengan memfokuskan
pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi para
instruktur
atau
staf
dan
tidak
semata-mata
mencari
kesalahan.
2) Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak langsung.
Para staf diberikan dorongan untuk memperbaiki dirinya
sendiri, sedangkan pimpinan hanya membantu.
3) Pengawasan dalam bentuk saran yang efektif
4) Pengawasan yang dilakukan secara periodik.
3. Efektifitas Manajemen dalam Lembaga Pendidikan
Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap
pengelolaan pendidikan haruslah berorientasi pada efektivitas
terhadap segala aspek pendidikan baik dalam pertumbuhan,
perkembangan, maupun keberkahan (dalam perspektif syariah).
Berikut ini merupakan urgensi manajemen terhadap bidang
manajemen pendidikan:
a.
Manajemen Kurikulum
1) Mengupayakan efektifitas perencanaan
2) Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi
3) Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
4) Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan
b.
Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher
development), meliputi:
1) Training
2) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
3) Inservice Education (Pendidikan Lanjutan)
c.
Manajemen Siswa
1) Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
2) Pembinaan
Siswa
(Pengelompokkan,
Kenaikan
Kelas,
Penentuan Program, Ekskul)
3) Pemberdayaan OSIS
d.
Manajemen Keuangan
Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus
berlandaskan
pada
prinsip:
efektivitas,
efisiensi
dan
pemerataan .
e.
Manajemen Lingkungan
Urgensi
manajemen
terhadap
lingkungan
pendidikan
bertujuan dalam merangkul seluruh pihak terkait yang akan
berpengaruh dalam segala kebijakan dan keberlangsungan
pendidikan.
Manajemen
ini
berupaya
mewujudkan
cooperation with Society dan stake holder identification.
C. Penutup
Berkenaan dengan manajemen pendidikan, Islam telah
menggariskan
bahwa
hakikat
amal
perbuatan
haruslah
berorientasi bagi pencapaian ridla Allah SWT. Bila perbuatan
manusia memenuhi dua syarat itu sekaligus, maka amal itu
tergolong ahsan (ahsanul amal), yakni amal terbaik di sisi Allah
SWT.
Dengan
dipandang
demikian,
pula
implementasi
sebagai
Islam
keberadaan
suatu
dalam
manajemen
sarana
kegiatan
untuk
organisasi
memudahkan
organisasi
tersebut.
Implementasi nilai-nilai Islam berwujud pada difungsikannya Islam
sebagai kaidah berpikir dan kaidah amal dalam seluruh kegiatan
organisasi. Nilai-nilai Islam inilah sesungguhnya nilai utama
organisasi yang menjadi payung strategis hingga taktis seluruh
aktivitas organisasi.
Sebagai kaidah berpikir, aqidah dan syariah difungsikan
sebagai
asas
atau
landasan
pola
pikir
dalam
beraktivitas.
Sedangkan sebagai kaidah amal, syariah difungsikan sebagai tolok
ukur kegiatan. Tolok ukur syariah digunakan untuk membedakan
aktivitas yang halal atau haram. Hanya kegiatan yang halal saja
yang dilakukan oleh seorang muslim, sementara yang haram akan
ditinggalkan semata-mata untuk menggapai keridloan Allah SWT.
Daftar Pustaka
David, R. Fred. 2004. Konsep Manajemen Strategis, Edisi VII
(terjemahan). Jakarta, PT Indeks.
Hasibuan, S.P. Malayu. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia,
cetakan II. Jakarta, PT Toko Gunung Agung.
__________________.
1996.
Manajemen,
Dasar,
Pengertian
Masalah, Cetakan I. Jakarta, PT Toko Gunung Agung.
dan
Ismail, M. Yusanto. 2003. Pengantar Manajemen Syariat, Cetakan II.
Jakarta, Khairul Bayan.
Johnson, R.A. 1973. The Theory and Management of System. Tokyo:
McGraw Hill Kogakusha.
Kadarman, A.M. et.al. 1996. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta,
Gramedia.
Mondy, R.W.and Premeaux, S.H. 1995. Management: Concepts,
Practices and Skills. New Jersey, Prentice Hall Inc Englewood
Cliffs.
Oxford,
Learner’s
Dictionary.
2005.
Newyork,
Oxford
University Press.
Rusyan, A. Tabrani. 1992. Manajemen Kependidikan. Bandung:
Media Pustaka.
Soetopo,
Hendiyat
Operasional
dan
Soemanto,
Administrasi
Wasty.
Pendidikan.
1982.
Pengantar
Surabaya:
Usaha
Nasional.
Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Syafaruddin.
2005.
Manajemen
Lembaga
Pendidikan
Islam,
Cetakan I. Jakarta: Ciputat Press.
Posted on Juli 7, 2012
PENDAHULUAN
Era reformasi telah membawa perubahan-perubahan mendasar
dalam berbagai kehidupan termasuk kehidupan pendidikan.
Salah satu perubahan mendasar adalah manajemen Negara,
yaitu dari manajemen berbasis pusat menjadi manajemen
berbasis daerah. Secara resmi, perubahan manajemen ini telah
diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang Republik Indonesia
No. 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dan disempurnakan
menjadi
Undang-Undang
Pemerintahan
Daerah.
No.32
Pedoman
tahun
2004
tentang
pelaksanaannyapun
telah
dibuat melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25
tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Propinsi
sebagai
Daerah
Otonom.
Konsekuensi
logis
dari
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut adalah
bahwa manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan jiwa
dan
semangat
otonomi.
Penyesuaian dengan jiwa dan semangat otonomi itu, antara lain
terwujud dalam bentuk perubahan arah paradigma pendidikan,
dari paradigma lama ke paradigma baru, yang tentu juga
berdampak pada paradigma perencanaan pendidikannya.
Secara ideal, paradigma baru pendidikan tersebut mestinya
mewarnai kebijakan pendidikan baik kebijakan pendidikan yang
bersifat
substantif
maupun
implementatif.
Seperti
yang
dinyatakan oleh Azyumardi Azra (2002: xii) bahwa dengan era
otonomi
daerah
:
”lembaga-lembaga
pendidikan,
seperti
sekolah, madrasah, pesantren, universitas (perguruan tinggi),
dan lainnya – yang terintegrasi dalam pendidikan nasionalharuslah
melakukan
reorientasi,
rekonstruksi
kritis,
restrukturisasi, dan reposisi, serta berusaha untuk menerapkan
paradigma baru pendidikan nasional”. Selain itu, implementasi
kebijakan tersebut diharapkan berdampak positif terhadap
kemajuan
pendidikan
di
daerah
dan
di
tingkat
satuan
pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, Reformulasi konsep
pendidikan
dan
rekonstruksi
fondasi
pendidikan
nasional,
utamanya menyangkut hak-hak pendidikan masyarakat dan
nilai-nilai dasar pendidikan saat ini mutlak untuk dipikirkan
(rethinking) dan direaktualisasi. Salah satu konsepnya adalah
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
ANALISIS MASALAH
Era otonomi daerah telah mengakibatkan terjadinya pergeseran
arah paradigma pendidikan, dari paradigma lama ke paradigma
baru, meliputi berbagai aspek mendasar yang saling berkaitan,
yaitu (1) dari sentralistik menjadi desentralistik, (2) dari
kebijakan yang top down ke kebijakan yang bottom up, (3) dari
orientasi
pengembangan
parsial
menjadi
orientasi
pengembangan holistik, (4) dari peran pemerintah sangat
dominan
ke
meningkatnya
peranserta
masyarakat
secara
kualitatif dan kuantitatif, serta (5) dari lemahnya peran institusi
non sekolah ke pemberdayaan institusi masyarakat, baik
keluarga, LSM, pesantren, maupun dunia usaha (Fasli Jalal,
2001: 5).4
Agak berbeda dengan hal tersebut, dalam buku Depdiknas
(2002:10) tentang Materi Pelatihan Terpadu untuk Kepala Dinas
Kabupaten/Kota, selain perubahan paradigma dari “sentralistik
ke desentralistik” dan orientasi pendekatan “dari atas ke
bawah” (top down approach) ke pendekatan “dari bawah ke
atas” (bottom up approach) sebagaimana yang sudah disebut
dalam buku Fasli Jalal, juga disebutkan tiga paradigma baru
pendidikan
lainnya,
“debirokratisasi”,
yaitu
dari
dari
“birokrasi
“Manajemen
berlebihan”
Tertutup”
ke
(Closed
Management) ke “Manajemen Terbuka” (Open Management),
dan pengembangan pendidikan, termasuk biayanya, “terbesar
menjadi tanggung jawab pemerintah” berubah ke “sebagian
besar menjadi tanggung jawab orang tua siswa dan masyarakat
(stakeholders).
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah salah satu strategi
wajib
yang
Indonesia
tetapkan
sebagai
standar
dalam
mengembangkan keunggulan pengelolaan sekolah. Penegasan
ini dituangkan dalam USPN Nomor 20 tahun 2003 pada pasal 51
ayat 1 bahwa pengelolaan satuan pendidikan pendidikan
menengah
dilaksanakan
berdasarkan
standar
pelayanan
minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.
MBS merupakan model aplikasi manajemen institusional yang
mengintegrasikan
dengan
lebih
seluruh sumber
menekankan
kebijakan melalui
pada
internal dan eksternal
pentingnya
menetapkan
perluasan otonomi sekolah.
Sasarannya
adalah mengarahkan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
kebijakan
dalam
rangka
mencapai
tujuan.
Spesifikasinya
berkenaan dengan visi, misi, dan tujuan yang dikemas dalam
pengembangan kebijakan dan perencanaan (Wikipedia, 2012)
MBS juga merupakan salah satu model manajemen strategik.
Hal
ini
berarti
meningkatkan
pencapaian
tujuan
melalui
pengerahan sumber daya internal dan eksternal. Menurut
Thomas Wheelen dan J. David Hunger (1995), empat langkah
utama dalam menerapkan perencanaan strategik yaitu (1)
memindai lingkungan internal dan eksternal (2) merumuskan
strategi yang meliputi perumusan visi-misi, tujuan organisasi,
strategi,
dan
kebijakan
(3)
implementasi strategi
meliputi
penyusunan progaram, penyusunan anggaran, dan penetapan
prosedur (4) mengontrol dan mengevaluasi kinerja.
Bagaimana Menerapkan MBS?
Penerapan MBS sebagai salah satu model manajemen strategik
dalam sistem pengelolaan pendidikan dengan tujuan untuk
mencapai peningkatan mutu pendidikan yang berstandar maka
terdapat
beberapa
langkah
strategis
yang
perlu
sekolah
lakukan:
-
Merumuskan dan menyepakati standar lulusan yang
diharapkan bersama dengan indikator dan target yang jelas
yang merujuk pada standar nasional pendidikan.
-
Menetapkan strategi yang akan sekolah terapkan untuk
menghasilkan
dengan
lulusan
yang
peningkatan
pendidik,
tenaga
diharapkan
kebutuhan
dan
relevansinya
kurikulum,
kependidikan,
kompetensi
sarana-prasarana,
dan
pembiayaan
-
Meningkatan daya dukung informasi dengan cara
memindai
kekuatan,
memindai
peluang
kelemahan
dan
lingkungan
ancaman
internal
lingkungan
serta
eksternal.
Penyediaan informasi yang tepat dan terpercaya merupakan
bagian
penting
dalam
menunjang
sukses
pengambilan
keputusan.
-
Meningkatkan efektivitas komunikasi pihak internal dan
eksternal sekolah dalam upaya meningkatkan pemahaman
mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing, serta
dalam
membangun
dan
mengembangkan
kerja
sama
memberikan pelayanan pendidikan secara optimal kepada
siswa.
-
Meningkatkan
daya
kolaborasi
sekolah
dalam
menerapkan keputusan bersama ini sebagai bagian dari upaya
melibatkan
seluruh
warga
sekolah
agar
memiliki
daya
partisipasi yang kuat untuk mengubah kebijakan menjadi aksi.
Dalam
upaya
peningkatan
mutu
MBS
sekolah
perlu
meningkatkan standar pengelolaan untuk mendapatkan (1) visi
dan misi sekolah yang diputuskan bersama. (2) menetapkan
tujuan terutama merumuskan indikator dan target mutu lulusan
(3) menetapkan strategi yang melibatkan semua pihak untuk
mewujudkan tujuan yang sekolah harapkan yang berporos pada
meningkatkan mutu lulusan (4) Menetapkan kebijakan dan
program
peningkatan
mutu
lulusan
dengan
menerapkan
delapan standar nasional pendidikan sebagai rujukan mutu
termasuk di dalamnya penetapan anggaran untuk menyediakan
akses dan kecukupan standar serta menetapkan keunggulan
yang mungkin sekolah wujudkan. Sekolah yang efektif memiliki
dokumen program yang telah disepakati bersama dan semua
pihak yang terlibat memahami tugas masing-masing.
-
Melaksanakan kegiatan sesuai dengan program sesuai
dengan standar, melaksanakan anggaran sesu