pengangguran inflasi dan kebijakan pemer

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
”PENGANGGURAN, INFLASI, DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH” ini.
Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi
kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita
tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh
kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dana, dan tenaga
penulis. Semoga segala bantuan, dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang
telah diberikan kepada kami dapat bernilai ibadah di sisi Allah Subhana wa Taala.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfat bagi kita semua, khususnya
bagi penulis sendiri.

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................3
C. Tujuan penulisan..................................................................................................3
D. Metode Dan Teknik Penulisan............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
1. PENGANGGURAN............................................................................................4
2. INFLASI..............................................................................................................8
3. Kebijakan Pemerintah........................................................................................13
A. Kebijakan Fiskal................................................................................................14
B. Kebijakan Moneter............................................................................................15
BAB III PENUTUP...............................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................20

2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang menjadi
pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah ketidakefisienan

dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian.
Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah indikator pergerakan harga-harga
barang dan jasa secara umum, yang secara bersamaan juga berkaitan dengan
kemampuan daya beli.
Inflasi mencerminkan stabilitas harga, semakin rendah nilai suatu inflasi
berarti semakin besar adanya kecenderungan ke arah stabilitas harga. Namun
masalah inflasi tidak hanya berkaitan dengan melonjaknya harga suatu barang
dan jasa. Inflasi juga sangat berkaitan dengan purchasing power atau daya beli
dari masyarakat. Sedangkan daya beli masyarakat sangat bergantung kepada
upah riil. Inflasi sebenarnya tidak terlalu bermasalah jika kenaikan harga
dibarengi dengan kenaikan upah riil.
Masalah ketiga adalah ketidakefisienan dalam menggunakan tambahantambahan faktor-faktor produksi yang berlaku dari tahun ke tahun. Masalah ini
menyebabkan masalah pengangguran tenaga kerja dan faktor-faktor produksi
lainnya harus secara terus menerus difikirkan dan dipecahkan. Memang
masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan
khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia. Negara

1

berkembang seringkali dihadapkan dengan besarnya angka pengangguran

karena sempitnya lapangan pekerjaan dan besarnya jumlah penduduk. Juga
masalah ini menyebabkan dari waktu ke waktu tingkat kemakmuran
mesyarakat selalu lebih rendah daripada tingkat kemakmuran yang mungkin
mereka capai.
Maka dari itu, kami membuat makalah ini dengan bertujuan untuk
menunjukkan keadaan-keadaan yang menimbulkan masalah-masalah itu,
bentuk-bentuk dari masalah itu, dan akibat-akibat buruk dari masalah itu
kepada keseluruhan perekonomian dan kepada perorangan-perorangan dalam
perekonomian.

2

B. Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
5.

masalah pengangguran

masalah inflasi
masalah pengangguran dan kebijakan fisikal
masalah pengangguran dan kebijakan moneter
masalah inflasi dan kebijakan pemerintah

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui apa itu pengangguran, inflasi, dan kebijakan pemerintah
2. Memperluas wawasan tentang pengangguran, inflasi, dan kebijakan
pemerintah
3. Menuntut mahasiswa mengetahui tentang pengangguran, inflasi, dan
kebijakan pemerintah

D. Metode Dan Teknik Penulisan

Berbagai metode dan teknik penuisan dapat kita gunakan. Namun
dalam hal ini metode dan teknik penulisan yang kami gunakan dengan cara
browsing internet dan kajian buku.

3


BAB II PEMBAHASAN
1. PENGANGGURAN
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam kategori angkatan kerja
(penduduk yang berumur 15-59 tahun,ada beberapa negara lain memakai
kategori 15-64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja tidak boleh
disamakan dengan jumlah penduduk. Mengapa demikian??? Sebagian dari
penduduk tidak dapat digolongkan sebagai angkatan kerja karena terlalu muda
atau terlalu tua untuk dapat bekerja secara efektif. Golongan penduduk ini tidak
termasuk ke dalam angkatan kerja. Tetapi tidak semua penduduk yang berada
dalam lingkungan umur 15-59 tahun atau 15-64 tahun dapat dipandang sebagai
Angkatan Kerja. Apabila mereka tidak bekerja dan tidak mencoba mencari
pekerjaan,walaupun umur mereka seperti di atas, maka mereka tidak termasuk
golongan Angkatan Kerja. Golongan masyarakat seperti itu adalah : pelajar
sekolah menengah(sebelum tingkat universitas), mahasiswa dan ibu rumah
tangga. Dengan demikian, jumlah tenaga kerja atau angkatan kerja pada suatu
waktu tertentu adalah banyaknya jumlah penduduk yang berada dalam
lingkungan umur di atas yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
 Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran
Perbandingan diantara jumlah angkatan kerja yang menganggur dengan

angkatan kerja keseluruhannya disebut Tingkat Pengangguran. Untuk mengukur

4

tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dari persentase membagi
jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.
Tingkat Pengangguran = Jumlah pengangguran/ Jumlah Angkatan Kerja x 100%
 Jenis- Jenis Pengangguran
a. Menurut faktor penyebabnya, terbagi atas :
1. Pengangguran Friksional / Pengangguran Normal
Pada setiap masa sebagian kecil dari angkatan kerja adalah dalam keadaan
menganggur atas kemauan sendiri. Mereka berhenti dari tempat pekerjaan yang
lama dan mencari pekerjaan lain. Maksud mereka berhenti dari pekerjaan tersebut
adalah untuk mencari pekerjaan yang lebih baik, memperoleh pendapatan yang
lebih tinggi dan memperoleh jaminan sosialatau fasilitas lainnya yang lebih baik.
Pengangguran yang ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik tersebut
dinamakan Pengangguran Friksional.
2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment
Kemajuan teknologi di kegiatan-kegiatan ekonomi lain, perubahan dalam
cita rasa masyarakat dan masuknya pesaing baru yang lebih efisien di pasar adalah

beberapa faktor yang dapat mengakibatkan kemunduran dalam sesuatu kegiatan
ekonomi. Apabila hal ini terjadi, terpaksalah para pekerja diberhentikan oleh
instansi yang mempekerjakan mereka. Pengangguran yang demikian dinamakan
Pengangguran Struktural.

5

3. Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat pula disebabkan oleh adanya pergantian tenaga
manusia oleh mesin-mesin atau bahan-bahan kimia. Misalnya : racun lalang dan
rumput, telah mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk membersihkan sawah,
ladang dan perkebunan. Begitu juga, mesin telah mengurangi keperluan tenaga
kerja untuk mengorek tanah, memotong rumput, membersihkan hutan untuk
ditanami, dsb. Pengangguran yang ditimbulkan oleh berlakunya pergantian tenaga
manusia dengan mesin-mesin yang lebih modern disebut Pengangguran
Teknologi.
4. Pengangguran Siklikal
Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat
imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah
daripada penawaran kerja.

b. Menurut ciri-cirinya, terdiri atas :
1. Pengangguran terbuka
Pengangguran terbuka adalah pengangguran yang benar-benar terlihat
menganggurnya(nyata dilihat), tidak ada pekerjaan sama sekali.
2. Pengangguran tersembunyi
Apabila dalam suatu kegiatan ekonomi jumlah tenaga kerja sangat berlebihan,
sehingga berada dalam suatu keadaan di mana sebagian tenaga kerjanya
dipindahkan ke sektor lain tetapi produksi dalam kegiatan itu tidak berkurang,

6

maka dalam kegiatan itu telah berlaku suatu jenis pengangguran yang dinamakan
Pengangguran Tersembunyi atau Pengangguran Tak Kentara.
3. Pengangguran musiman
Pengangguran yang terjadi pada masa-masa tertentu di dalam suatu tahun.
Biasanya pengangguran seperti itu berlaku pada masa-masa dimana kegiatan
bercocok tanam sedang menurun kesibukannya. Di dalam masa itu, para petani
tidak melakukan pekerjaan sama sekali, berarti mereka dalam keadaan
menganggur. Tetapi pengangguran itu adalah untuk sementara saja, dan berlaku
dalam waktu-waktu tertentu. Oleh sebab itu, dinamakan Pengangguran Musiman.

4. Setengah pengangguran
Setengah pengangguran, terdiri atas pengangguran sukarela (voluntary
unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka
rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karena ingin
mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara
adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan
namun belum berhasil mendapatkan kerja.
 Beberapa hal yang menyebabkan pengangguran antara lain:
1. Penduduk yang relatif banyak
2. Pendidikan dan keterampilan yang rendah
3. Angkatan kerja tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia
kerja
7

4. Teknologi yang semakin modern
5. Pengusaha yang selalu mengejar keuntungan dengan cara melakukan
penghematan-penghematan.
6. Penerapan rasionalisasi
7. Adanya lapangan kerja yang dengan dipengaruhi musim
8. Ketidakstabilan perekonomian, politik dan keamanan suatu negara

 Akibat-akibat buruk yang ditimbulkan oleh pengangguran.
1. Peningkatan tindakan kriminalitas
2. Tingkat kesehatan menurun
3. Terjadinya kekacauan sosial dan politik (demonstrasi dan perebutan
kekuasaan)
4. Hilangnnya kepercayaan diri dan menurunnya kemampuan kerja
5. Perselisihan dalam keluarga

2. INFLASI
inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai macam faktor-faktor, atau bisa juga di sebut penurunan
nilai mata uang.
8

 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya inflasi adalah sebagai
berikut :
a. tingkat permintaan barang dan jasa yang meningkat namun persediaan barang
dan jasa terbatas
b. kenaikan harga bahan dan biaya produksi

c. Tuntutan kenaikan upah dari pekerja.
d. Kenaikan harga barang impor
e. Penambahan penawaran uang dengan cara mencetak uang baru
f. Kekacauan politik dan ekonomi seperti yang pernah terjadi di Indonesia tahun
1998. akibatnya angka inflasi mencapai 70%.
g. uang yang beredar terlalu banyak
h. perang
 Macam Inflasi
1. Berdasarkan tingkat keparahannya
1. Inflasi ringan (kurang dari 10% per tahun)
2. Inflasi sedang (antara 10-30% per tahun)
3. Inflasi berat (antara 30-100% per tahun)
4. inflasi liar atau hyper inflasi yaitu kenaikan harga-harga barang
lebih dari 100% pertahun.
2. Berdasarkan dari penyebabnya, inflasi terbagi atas :
1. Inflasi permintaan (demand pull inflation) adalah inflasi yang disebabkan
oleh adanya tarikan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga
mendorong harga untuk meningkat. Tarikan permintaan ini biasanya

9

disebabkan oleh adanya pembelanjaan defisit atau anggaran belanja
pemerintah yang deficit (deficit financing).

2. Inflasi penawaran (cost push inflation) adalah inflasi yang ditimbulkan
karena desakan kenaikan biaya produksi, terutama kenaikan biaya tenaga
kerja atau upah buruh.
3. Inflasi spiral (spiral inflation) adalah inflasi yang disebabkan oleh
kenaikan harga yang didorong oleh kenaikan upah, dan diikuti oleh
kenaikan harga lagi, dan diikuti oleh kenaikan upah lagi.
4. Inflasi Impor atau Imported Inflation Inflasi jenis ini terjadi karena
pengaruh inflasi dari luar negeri, yaitu akibat Adanya perdagangan antar
Negara.

 Mengukur inflasi
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan
sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:



Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah
indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh
konsumen.



Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).

10



Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari
barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses
produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa
depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi,
yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.



Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditas-komoditas tertentu.



Indeks harga barang-barang modal



Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang
baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.

 Kurva Phillips
Terdapat suatu trade-off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran,
yaitu bila tingkat pengangguran tinggi, laju inflasi rendah; sedangkan bila tingkat
pengangguran rendah, laju inflasi tinggi. Keadaan ini pertama kali dikemukakan
oleh A.W. Phillips pada tahun 1958 yang mulanya melukiskan hubungan antara
tingkat perubahan upah dengan tingkat perubahan kesempatan kerja.
Kurva Phillips ini memiliki tiga ciri yaitu :
1. mempunyai lereng yang negatif , sehingga kurva ini turun dari kiri atas ke
kanan bawah.

11

2. Kurva Phillips mempunyai intersep pada sumbu horizontal pada tingkat
pengangguran natural, di mana pada saat itu tingkat inflasi sama degan
nol.
3. Kurva ini menunjukkan tanggapan tingkat pengangguran terhadap
perubahan tingkat inflasi. Ini ditunjukkan oleh besar kecilnya lereng kurva
Phillips tersebut.

Kurva Phillips ini tidak selalu tetap letaknya, tetapi seperti pendapat Friedman
dan Phelps, bahw kurva Phillips tidak menunjukkan suatu hubungan jangka
panjang yang stabil. Kurva Phillips itu akan bergeser ke luar bila pengambil
keputusan mencoba mempertahankan tingkat pengangguran di bawah tingkat
pengangguran natural, dan sebaliknya bila tingkat pengangguran dibiarkan berada
di atas tingkat pengangguran natural, maka kurva Phillips akan bergeser ke
bawah. Selanjutnya Friedman dan Phelps seperti halnya dengan Phillips sendiri
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan
tingkat upah dan harga; dan semakin tinggi inflasi akan semakin cepat pada
kenaikan tingkat upah.
 Dampak inflasi
1. dampak positf
Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam
arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan

12

nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan
investasi
2. dampak negatif
1. Bertambahnya jumlah pengangguran dan memperlambat pembangunan
2. menurunkan pendapatan riel dari orang yang berpenghasilan tetap
3. kekacauan sosial dan politik

3. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter umumnya dianggap sebagai
kebijakan untuk mengelola sisi permintaan akan barang dan jasa dalam suatu
perekonomian. Kedua kebijakan ini menyangkut masalah pengelolaan permintaan
dengan tujuan untuk mempertahankan produksi nasional suatu perekonomian atau
suatu negara yang mendekati kesempatan kerja penuh (full employment) dan juga
mempertahankan tingkat harga barang dan jasa pada tingkat yang sudah tercapai
sekarang. Apabila terdapat kelebihan permintaan di atas penawaran akan dapat
menimbulkan inflasi, sedangkan apabila terdapat kelebihan penawaran di atas
permintaan akan terjadi deflasi dan pengangguran.
Pemerintah dapat mempengaruhi permintaan dalam perekonomian dengan
menggunakan kebijakan fiskal yaitu dengan cara meningkatkan dan mengurangi
pengeluaran pemerintah dan subsidi, meningkatkan dan mengurangi tingkat pajak,
sedangkan dengan kebijakan moneter pemerintah dapat mengurangi atau

13

menambah jumlah uang yang beredar, atau dengan campuran dua kebijakan itu
yaitu dengan mengubah pengeluaran, pengenaan pajak ataupun jumlah uang yang
beredar secara bersama-sama.
1. Kebijakan moneter akan mempengaruhi pasar uang dan pasar surat
berharga.
2. Kedua pasar tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga,
dan tingkat bunga akan mempengaruhi permintaan agregat.
3. Kebijakan fiskal akan mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat
dan penawaran agregat.
4. Pada gilirannya permintaan agregat dan penawaran agregat itu akan
menentukan keadaan di pasar barang dan jasa.
5. Kondisi pasar barang dan jasa itu akan menentukan tingkat harga dan
pengerjaan dari faktor-faktor produksi.
6. Selanjutnya tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat
pendapatan dan tingkat upah yang diharapkan.
7. Keduanya akan mempunyai umpan balik yaitu terhadap permintaan
agregat, dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran
agregat dan pasar uang serta pasar surat berharga.

14

A. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah
dengan cara memanipulasi anggaran pendapatan dan belanja negara, artinya
pemerintah dapat meningkatkan atau menurunkan pendapatan negara atau belanja
negara dengan tujuan untuk mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat pendapatan
nasional.
Kebijakan Anggaran / Politik Anggaran :
1. Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran
lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada
perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi
sedang resesif.
2. Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat
pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang
ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan
permintaan.
3. Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran berimbang terjadi ketika pemerintah menetapkan pengeluaran

15

sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni
terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin.

B. Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah atau
Bank Central yang berhubungan dengan jumlah uang yang beredar dan tingkat
suku bunga. Di dalam kebijakan moneter hal yang biasa dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu adalah menahan inflasi, dan mendorong usaha
pembangunan nasional. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu
kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan
ekonomi

yang tinggi,

stabilitas

harga,

pemerataan

pembangunan)

dan

keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya
tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur
dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional
yang seimbang.
Kebijakan moneter dapat dilakukan oleh pemerintah dan Bank Sentral
dengan cara langsung atau tidak langsung.



Kebijakan moneter langsung yaitu pemerintah langsung campur tangan
dalam hal peredaran uang atau kredit perbankan.



Kebijakan moneter tidak langsung dilakukan oleh Bank sentral dengan
cara mempengaruhi kemampuan bank-bank umum dalam memberikan
kredit.

16

Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu :



Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy adalah
suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar



Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy adalah
suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut
juga dengan kebijakan uang ketat (tight money policy)

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, yaitu antara lain :

1. a.

Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan
menjual atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika
ingin menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat. Surat
berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar
Uang.

17

1. b.

Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum terkadang mengalami
kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat
jumlah uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta
sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
1. c.

Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan
memainkan jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada
pemerintah. Untuk menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio
cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan
rasio.
1. d.

Himbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar
dengan jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti
menghimbau perbankan pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan
kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank
meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar
pada perekonomian.

18

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai uraian diatas mengenai macam dan sebab, serta cara
menanggulangi inflasi, kita telah menahami bahwa inflasi pada tingkat yang
rendah akan berfungsi mendorong perkembangan perekonomian, sedangkan
inflasi pada laju yang tinggi justru akan menghambat perkembangan
perekonomian. Inflasi dapat disebabkan oleh tarikan permintaan yang biasanya
timbul karena meningkatnya anggaran deficit pemerintah, dan dapat pula
dikarenakan oleh meningkatnya biaya produksi karena desakan kenaikan upah
tenaga kerja oleh para organisasi buruh.
Terdapat suatu trade-off antara tingkat inflasi dan tingkat pengangguran, yaitu bila
tingkat inflasi ditekan, tingkat pengangguran meningkat; sebaliknya bila tingkat
pengangguran ditekan tingkat inflasi akan menjadi lebih cepat; padahal kedua
keadaan itu sama-sama tidak menyenangkan bagi masyarakat.
Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu ditanggulangi karena akan merusak
struktur perekonomian, dan inflasi dapat ditanggulangi secara cepat, namun
dibarengi dengan timbulnya angka pengangguran yang tinggi, dan alternative lain
inflasi dapat ditanggulangi secara perlahan, tetapi penyembuhan inflasi menjadi
tidak jelas walaupun dibarengi dengan tingkat pengangguran yang rendah.
Tindakan yang diambil dapat dengan mengurangi jumlah uang yang beredar,

19

dengan himbauan, dan dapat pula dengan insentif perpajakan dan kebijakan
penghematan, atau dengan campuran dari semua kebijakan itu.

DAFTAR PUSTAKA
Suparmoko, M. 1991. Pengantar Ekonomika Makro. BPFE. Yogyakarta
Sukirno,Sadono.1985. Pengantar Teori Makroekonomi.Bina Grafika.
Jakarta
www.google.com
http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakanfiskal-instrumen-serta-penjelasannya
wikipedia.com

20