devisa dan sistem nilai tukar

Manajemen Keuangan Internasional
“Sistem Nilai Tukar dan Intervensi Pemerintah”

Di Susun Oleh:
Vinda Fransiska A
(12080574227)
Luluk Al Maknun
(12080574239)
Kristalina Kurniasari
(12080574245)
Rasyidi Fais Akbar
(12080574265)
Clarahayu S
(12080574287)
Manajamen Keuangan 2012 B

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
2015
A. SISTEM NILAI TUKAR

Sistem Nilai Tukar dapat dikategorikan dalam beberapa jenis berdasarkan pada
seberapa kuat tingkat pengawasan pemerintah pada nilai tukar. Secara umum nilai tukar
dapat dibagi menjadi :
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed)
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (freely floating)
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (managed floating)

4. Sistem Nilai Tukar terikat (pegged)
Masing-masing sistem akan dibahas berikut ini :
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed)
Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter
tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri terhadap
negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat aktivitas penawaran
dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya penetapan kurs tetap
mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran maupun permintaan yang
cukup tinggi maka pemerintah bisa mengendalikannya dengan membeli atau menjual
kurs mata uang yang berada dalam devisa negara untuk menjaga agar nilai tukar
stabil dan kembali ke kurs tetap nya. Dalam kurs tetap ini, bank sentral melakukan
intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan nilai tukar.
 Keuntungan Sistem Nilai Tukar Tetap

Pada kondisi di mana nilai tukar dibuat tetap, sebuah perusahaan internasional
dapat melakukan kegiatan bisnisnya tanpa perlu khawatir terhadap perubahan nilai
mata uang di kemudian hari. Oleh karena itu, tugas seorang manajer keuangan
menjadi lebih mudah.
 Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit
 Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar
 Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi devisa
 Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan hasilnya

 Kelemahan Sistem Nilai Tukar Tetap
Salah satu kerugian dari sistem tetap adalah adanya risiko bahwa pemerintah
akan melakukan perubahan nilai mata uang secara mendadak. Walaupun pada sistem
ini perusahaan internasional tidak terkena risiko perubahan yang secara terusmenerus terhadap nilai mata uang, perusahaan tetap terkena risiko penyesuaian nilai
dari pemerintah.
Kerugian lain adalah dilihat dari sudut pandang makro, sistem nilai tukar tetap
dapat membuat kondisi ekonomi suatu negara menjadi sangat bergantung dari
kondisi ekonomi negara lain.
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (freely floating)
Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang ditujukan bagi
suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah mapan. Sistem nilai tukar ini akan


menyerahkan seluruhnya kepada pasar untuk mencapai kondisi equilibrium yang
sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Jadi dalam sistem nilai tukar ini hampir
tidak ada campur tangan pemerintah.
Nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari pemerintah.
Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas nilai tukar, pada
sistem mengambang bebas memperbolehkan adanya fleksibilitas secara penuh. Pada
kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terusmenerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut.
 Keuntungan Sistem Mengambang Bebas
Salah satu keuntungan dari sistem ini adalah kondisi ekonomi suatu negara
akan lebih terlindungi dari kondisi ekonomi di negara lain yang berarti Kondisi
ekonomi negara lain tidak akan berpengaruh besar terhadap kondisi ekonomi dalam
negeri dan cadangan devisa lebih aman.
 Kelemaham Sistem Mengambang Bebas
 Praktik spekulasi semakin bebas.
 Penerapan sistem ini terbatas pada negara yang sistim perekonomiannya


mapan, masih kurang teapt untuk negara berkembang.
Tidak adanya intervensi pemerintah untuk menjaga harga.


3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (managed floating)
Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar valuta. Dalam
pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat ekonomi moneter dan
fiskal yang ada. Jadi dalam pasar valuta ini tidak murni berasal dari penawaran dan
permintaan uang.
Bank-bank sentral dengan demikian bebas menyesuaikan sasaran nilai tukar
mereka pada saat lingkungan berubah. Terkadang mereka membiarkan nilai tukar
bebas bergerak, dan diwaktu lain mereka melakukan campur tangan secara aktif
untuk mengubah nilai tukar dari nilai yang ditentukan oleh pasar terbuka.
 Keuntungan Sistem Mengambang Terkendali
 Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca pembayaran


suatu negara.
Adanya aktifitas permintaan dan penawaran dalam pasar valuta berdasarkan
kurs indikasi akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan lebih baik sesuai





dengan kondisi ekonomi yang terjadi.
Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap.
Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.

 Kelemahan Sistem Mengambang Terkendali
 Devisa harus selalu tersedia dan siap diguankan sewaktu-waktu.
 Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekulan dalam memprediksi dan



menetapkan kurs.
Tidak selamanya mampu mengatasi neraca pembayaran.
Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi devisa karena
memakai devisa untuk menutupi selisihnya.

4. Sistem Nilai Tukar terikat (pegged)
Beberapa negara menggunakan nilai tukar terikat (pegged exchange rate),
dimana mata uang lokal mereka dikaitkan nilainya pada sebuah valuta asing atau
pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi

dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut.
Beberapa negara asia seperti Malaysia dan Thailand telah mengikatkan nilai
mata uangnya pada dolar AS. Walaupun demikian, pada saat terjadi krisis Asia
mereka tidak mampu menjaga pengikatan tersebut dan akhirnya membiarkan nilai
mata uangnya mengambang terhadap dolar AS.
 Pembentukan Perjanjian Ular Eropa. Salah satu pengaturan sistem nilai tukar
terikat yang paling terkenal adalah yang dilakukan beberapa negara Eropa pada
tahun 1972. Tujuan mereka saat itu adalah untuk mempertahankan nilai tukar
mata uang mereka untuk tetap berada dala kisaran tertentu. Perjanjian ini
kemudian disebut sebagai Perjanjian Ular (Snake Arrangement) karena begitu
sulitnya untuk mencari titik temu. Perjanjian ini begitu sulit dipertahankan
karena pengaruh pasar menyebabkan tekanan pada mata uang para negara
tersebut untuk berfluktuasi di luar batas yang ditentukan. Akhirnya, negaranegara penandatangan perjanjian tersebut mengundurkan diri dan melakukan
penyesuaian pada nilai mata uangnya.
 Pembentukan Sistem Moneter Eropa. Akibat dari sulitnya memenuhi
perjanjian ular, maka digunakan sistem moneter Eropa (European Monetary
System-EMS) pada bulan maret 1979. Konsep sistem ini serupa dengan
perjanjian ular tetapi memiliki beberapa sifat khusus. Pada sistem EMS, mata
uang dari negara Eropa (European Currency Unit-ECU). Nilai ECU adalah hasil
rata-rata tertimbang dari nilai mata uang para negara anggota. Bobot didasarkan

pada besarnya GNP dan nilai penjualan semua negara anggota di Eropa. Mata
uang negara anggota hanya diperbolehkan berfluktuasi sebesar 2,5 persen dari
nilai awalnya.

Metode mempersatukan nilai mata uang Eropa dengan ECU ini disebut sebagai
mekanisme nilai tukar (Exchange Rate Mechanism-ERM). Pemerintah dapat
melakukan intervensi pada dasarnya masing-masing untuk menjaga nilai tukar
berada pada kisaran yang ditetapkan oleh ERM.
 Pudarnya Sistem Moneter Eropa. Pada musim gugur 1992, ERM mengalami
permasalahan serius, akibat semakin berbedanya kondisi dan tujuan ekonomi
masing-masing negara. Jerman sangat khawatir dengan inflasi karena kondisi
ekonominya sedang menguat. Pemerintahnya meningkatkan suku bunga bank
untuk menghindari inflasi dan konsumsi yang berlebihan. Sementara negaranegara Eropa lain yang lebih berkeinginan untuk menstimulasi ekonominya
guna menurunkan tingkat pengangguran, ingin menurunkan suku bunga bank.
Pada bulan Oktober 1992, Pemerintah Inggris dan Italia mengundurkan diri dari
ERM karena mereka tidak dapat mencapai tujuan ekonominya dalam kondisi
suku bunga yang sangat dipengaruhi oleh suku bunga Jerman. Pudarnya ERM
menyadarkan negara-negara Eropa bahwa sistem terikat hanya dapat efektif bila
dilakukan dalam suatu sistem yang permanen.
 Bagaimana Sistem Terikat Meksiko Mengakibatkan Terjadinya Krisis Peso

Meksiko.
Pada tahun 1994, bank sentral Meksiko menggunakan sistem terikat khusus,
yang mengikatkan mata uang peso terhadap dolar AS tetapi masih memberi
kesempatan pada peso untuk berfluktuasi dalam kisaran yang terbatas. Meksiko
mengalami defisit perdagangan yang cukup besar di tahun 1994, hal ini
kemungkinan disebabkan terlalu tingginya nilai peso yang mengakibatkan
perusahaan dan konsumen Meksiko menjadi terdorong untuk mengimpor secara
berlebihan. Para spekulan di Meksiko kemudian menyadari bahwa peso berada
pada nilai yang tidak realistis, dan mereka berspekulasi akan kejatuhan nilai
peso dengan menginvestasikan dananya di AS. Ironisnya, perpindahan dana dari
Meksiko ke AS memberikan tekanan tambahan pada peso, karena para spekulan
mengonversi peso menjadi dolar untuk dinvestasikan di AS. Pada tanggal 20
Desember 1994, bank sentral Meksiko melakukan devaluasi mata uang peso
sebanyak 13 pesen. Harga saham di Meksiko jatuh, karena banyaknya investor
asing yang menjual sahamnya dan menarik dananya dari Meksiko untuk

mengantisipasi semakin jatuhnya peso. Pada tanggal 22 Desember 1994, bank
sentral melepaskan peso menjadi mengambang bebas dan turun 15 persen.
Untuk menahan laju penarikan dana keluar Meksiko, bank sentral menaikkan
suku bunga, sebagai akibatnya suku bunga kredit menjadi tinggi sehingga

perekonomian Meksiko menjadi melambat secara signifikan.
Pada saat obligasi jangka pendek Meksiko dalam mata uang dolar jatuh tempo,
bank sentral Meksiko menggunakan mata uang peso yang sudah lemah itu untuk
membeli dolar untuk pembayaran utang tersebut. Permasalahan keuangan ini
juga menimbulkan kekhawatiran di antara para investor yang memegang
obligasi dalam mata uang peso, sehingga mereka melikuidasi obligasi dan
memindahkan uang mereka ke negara lain. Empat bulan setelah 20 Desember
194, nilai peso sudah jatuh sampai 50 persen. Dengan berjalannya waktu,
kondisi ekonomi Meksiko membaik dan rasa ketakutan para investor pun mulai
mereda. Contoh ini juga memperlihatkan bahwa tidak selamanya intervensi
bank sentral dapat meredam tekanan pasar, sehingga terjadinya krisis ini dapat
dijadikan alasan atas dibiarkannya nilai mata uang mengambang bebas.
5. Dewan Mata Uang
Dewan mata uang (currency board) adalah sistem untuk mengikatkan mata uang
lokal kepada sebuah valuta asing. Dewan bertugas menjaga cadangan dari semua
nilai mata uang yang dicetak.
Sistem dewan mata uang dapat menstabilkan nilai sebuah mata uang. Bila
sistem dewan mata uang dilaksanakan dalam waktu yang cukup panjang maka
kekhawatiran akan jatuhnya mata uang menjadi hilang dan para investor akan
mempertahankan investasinya dinegara tersebut. Walaupun demikian, sistem ini akan

efektif bila pemerintah dapat meyakinkan para investor bahwa nilai mata uang dapat
terus dipertahankan.
Bila investor tidak yakin akan kemampuan pemerintah untuk menjaga nilai mata
uangnya maka mereka akan segera memindahkan dana dan investasinya ke luar
negeri. Bila ini terjadi, maka akan terjadi konversi besar-besaran dari mata uang lokal
ke valuta asing dan hal ini akan menimbulkan tekanan ke bawah bagi mata uang
lokal. Dan bila hal ini berlanjut, penawaran dari mata uang lokal akan melebihi
permintaan terhadapnya, dan pemerintah pun akan terpaksa melakukan devaluasi
terhadap mata uangnya.
 Pengaruh Nilai Tukar Terikat Terhadap Pergerakan Suku Bunga.

Negara yang menggunakan sistem dewan mata uang tidak memiliki kendali
penuh terhadap nilai suku bunga, karena nilai suku bunga dinegara tersebut harus
mengikuti nilai suku bunga negara yang menjadi ikatan nilai mata uangnya.
Walaupun sebuah negara yang menggunakan sistem mata uang akan kehilangan
kendali terhadap suku bunga, tetapi tingkat suku bunga tersebut akan cenderung
menjadi lebih stabil. Tingkat suku bunganya akan mengikuti tingkat suku bunga
dari negara yang mata uanganya dijadikan ikatan. Tingkat suku bunganya dapat
mencakup premi, baik untuk risiko gagal bayar (default) maupun risiko dari akan
dihentikannya sistem dewan mata uang tersebut.

 Pengaruh Nilai Tukar Terikat Pada Pergerakan Nilai Tukar Lain.
Mata uang yang telah diikat pada valuta asing tidak dapat diikat lagi pada
mata uang yang lain. Bila telah diikat ke dolar AS, maka mata uang tersebut
akan terpaksa mengikuti pergerakan dolar AS terhadap mata uang lain. Karena
suatu negara tidak dapat mengikatkan mata uangnya terhadap seluruh mata uang
lain, maka negara tersebut akan terpengaruh oleh pergerakan mata uang lain
terhadap mata uang yang menjadi ikatannya.
6. Dolarisasi
Dolarisasi (dollarization) adalah penggantian mata uang lokal dengan mata
uang dollar AS. Hal ini adalah satu langkah lebih ekstrem dibanding dewan mata
uang, karena dilakukan pemaksaan untuk mengganti mata uang lokal dengan mata
uang dolar sebagai alat tukar. Walaupun pada dasarnya kedua sistem ini adalah
pengikatan terhadap mata uang lain, pada sistem dewan mata uang tidak dilakukan
penggantian mata uang. Sekali keputusan untuk mengganti mata uang lokal dengan
dolar dilakukan, hal tersebut tidak dapat ditarik kembali secara mudah, karena negara
tersebut sudah tidak memiliki mata uang lagi.
KLASIFIKASI PENGATURAN NILAI TUKAR
Kebanyakan Negara membiarkan mata uangnya untuk mengambang tetapi sesekali
melakukan intervensi untuk mempengaruhi nilai tukarnya. Beberapa Negara kecil
mengikatkan mata uangnya pada dolar AS.
Beberapa Negara Eropa Timur yang baru saja membuka akses pasarnya telah
mengikatkan mata uangnya pada mata uang yang paling banyak diperdagangkan. Hal ini
biasanya bersifat sementara, sambil mencari bentuk system nilai tukar yang paling cocok
dengan kondisi ekonomi mereka.

Beberapa pemerintah berusaha untuk mengendalikan nilai tukar mata uangnya untuk
menghindari fluktuasi. Bila kemudian pengendalian ini dilepas maka nilai tukar akan
segera menyesuaikan diri menjadi kondisi yang mengikuti pasar.
MATA UANG TUNGGAL EROPA
Perjanjian Masstricht (Masstricht Treaty) yang ditandatangani pada tahun 1991
menghasilkan resolusi untuk membentuk sebuah mata uang tunggal Eropa. Pada tanggal
1 Januari 1999, secara resmi euro menggantikan mata uang nasional 11 negara Eropa
dalam transaksi elektronik dan bentuk-bentuk transaksi lainnya. Per tanggal 1 Juni 2001,
seluruh mata uang local harus ditarik dari perbedaan dari system keuangan dan
digantikan secara penuh dengan euro. Saat ini terdapat 12 negara yang menerima euro
sebagai mata uangnya.
Keanggotaan Uni Eropa (UE)
Dari 25 negara Eropa, 12 diantaranya telah menerima euro, yaitu Austria,
Belgia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Luksemburg, Belanda,
Portugis, dan Spanyol. Secara keseluruhan semua Negara tersebut meliputi 20 persen
dari seluruh produksi domestik dunia, yaitu kurang lebih sama dengan Amerika
Serikat.
Negara-negara yang bergabung bersama euro harus menandatangani
kesepakatan Pakta Pertumbuhan dan Stabilitas, sebelum dapat mengadopsi euro.
Pakta ini mensyaratkan bahwa deficit anggaran Negara anggota tidak boleh melebihi
tiga persen dari PDB. Empat dari 10 negara yang menjadi anggota baru UE di tahun
2004 (Siprus, Estonia, Lituania, dan Slovenia) telah menempuh langkah awal untuk
mengadopsi euro. Untuk itu mereka harus menahan pergerakan mata uang local
mereka terhadap euro dalam kisaran lebih kurang 15 persen dari nilai penetapan awal.
Hal ini memungkinkan mereka untuk memonitor pergerakan nilai tukar dalam kisaran
ini sebelum nantinya mengubah mata uang secara permanen pada suatu nilai tertentu.
Dengan asumsi bahwa persyaratan-persyaratan makroekonomi lain dapat terpenuhi.
Dampak pada Kebijakan Moneter Eropa
Kehadiran euro memungkinkan penawaran mata uang tunggal untuk seluruh
Eropa. Jadi akan terjadi konsolidasi kebijakan moneter untuk seluruh Eropa, karena
efek dari jumlah uang beredar akan berdampak bagi seluruh Negara-negara di Eropa

yang menggunakan euro sebagai mata uang. Implementasi dari kebijakan moneter
yang sama akan menimbulkan persatuan di antara Negara-negara Eropa dalam hal
kebijakan pertahanan nasional dan kebijakan luar negerinya.


Bank Sentral Eropa. Bank Sentral Eropa (European Central Bank – ECB) yang
berpusat di Frankfurt bertanggung jawab untuk menyiapkan kebijakan moneter
bagi Negara-negara yang berpartisipasi dalam euro. Tujuannya adalah untuk
mengendalikan inflasi di Negara-negara peserta dan menstabilkan nilai euro
terhadap mata uang lain dalam batasan yang wajar. Jadi tujuan dari bank ini sama
dengan bank sentral lain di dunia, namun bedanya ECB berfokus bukan pada satu
Negara tapi pada sekumpulan Negara yang menjadi anggota.

Implikasi pada Kebijakan Moneter.
Walaupun system mata uang tunggal dapat memberikan kondisi ekonomi yang
lebih konsisten pada seluruh kawasan, hal ini membuat masing-masing Negara tidak
dapat menyelesaikan masalah lokalnya melalui kebijakan moneter sendiri. Negaranegara Eropa mungkin dapat saja berbeda pendapat dalam kebijakan moneter terbaik
yang harus diambil berdasarkan kepentingan lokalnya masing-masing, tetapi pada
akhirnya mereka harus bersepakat dalam sebuah kebijakan tunggal yang akan
diambil.
Dampak pada Dunia Usaha Eropa
Penggunaan euro memungkinkan terjadinya aktivitas perdagangan dan aliran
dana lintas batas di dalam zona euro tanpa perlu melakukan konversi nilai tukar mata
uang. Hal ini akan memungkinkan terjadinya lebih banyak kesepakatan bisnis jangka
panjang karena perusahaan-perusahaan dari Negara yang berbeda tersebut tidak lagi
mengkhawatirkan risiko terjadinya kerugian besar akibat pergerakan mata uang. Jadi,
semakin banyak terjadi kerja sama bisnis dalam bentuk lisensi, perusahaan patungan,
dan akuisisi diantara perusahaan-perusahaan Eropa.
Harga-harga produk sekarang dapat diperbandingkan di seluruh Eropa karena
nilai tukarnya menjadi tetap. Oleh karena itu, para pembeli dapat lebih mudah
memilih barang dengan harga termurah.
Arus perdagangan diantara Negara-negara Eropa yang menggunakan euro
telah meningkat karena para eksportir dan importir dapat berdagang tanpa

kekhawatiran akan pergerakan mata uang. Aliran yang meningkat ini akan
mengakibatkan pengaruh yang semakin besar dari satu Negara dengan Negara yang
lain, sehingga lama-kelamaan kondisi ekonominya akan semakin terintegrasi.
Dampak pada Valuasi Usaha di Eropa
Ketika para investor ingin mengakuisisi perusahaan di Eropa, mereka akan
dengan lebih mudah membandingkan nilai pasar dari perusahaan-perusahaan di
seluruh Eropa karena satuan mata uang yang sama. Selanjutnya, pergerakan nilai
kontrak berjangka di bursa (futures) dari saham-saham perusahaan Eropa terhadap
mata uang noneuro juga menjadi sama. Dengan demikian investor AS akan lebih
mudah untuk melakukan valuasi dari perusahaan-perusahaan dari Negara-negara euro,
karena nilai pendapatan dan nilai apresiasi dan depresiasi aset menjadi sama untuk
periode yang sama dan tidak ada perbedaan nilai tukar.
Perusahaan-perusahaan di Eropa dipaksa untuk meningkatkan kinerjanya,
karena sekarang mereka akan diperbandingkan dengan perusahaan-perusahaan sejenis
dari seluruh Eropa, bukan saja didalam negeri. Hal ini akan membuat mereka lebih
focus pada pencapaian kinerja.
Dampak pada Arus Keuangan.
Penyatuan mata uang Eropa memaksa tingkat suku bunga yang ditawarkan
oleh Negara euro menjadi relative sama. Perbedaan pada tingkat suku bunga akan
menyebabkan para investor memindahkan dananya ke Negara lain yang mempunyai
tingkat suku bunga lebih tinggi, yang menyebabkan terjadinya penyesuaian untuk
menyamakan nilai suku bunga. Namun, suku bunga akan tetap berbeda antara
sekuritas pemerintah dua Negara yang berbeda dengan waktu jatuh tempo yang sama
jika masing-masing Negara memiliki tingkat resiko kredit yang berbeda.
Harga-harga saham saat ini menjadi lebih dapat diperbandingkan diantara
Negara-negara Eropa karena denominasi mata uang yang sama. Para investor dari
Negara-negara Eropa dapat melakukan investasi pada saham di seluruh Eropa tanpa
harus mencemaskan risiko nilai tukar mata uang. Dengan demikian, secara otomatis
tingkat investasi lintas Negara di Eropa menjadi lebih tinggi dibanding sebelumnya.
Karena harga saham dipengaruhi oleh tingkat ekspektasi investor terhadap
kondisi ekonomi, maka dengan semakin terkorelasinya kondisi ekonomi tiap Negara
euro, harga saham di tiap Negara akan menjadi semakin terkorelasi juga. Oleh karena

itu investor luar yang menanamkan dananya di Negara-negara Eropa akan berkurang
tingkat potensi diversifikasinya karena adanya integrasi ekonomi dan karena efek
perubahan nilai tukar akan menjadi sama untuk semua pasar yang menggunakan mata
uang euro. Sejalan dengan waktu, hampir dapat dipastikan bursa-bursa saham di
Negara Eropa akan menjadi terkonsolidasi akibat penggunaan mata uang tunggal ini.
Para investor obligasi di Negara-negara Eropa sekarang dapat berinvestasi
pada berbagai obligasi yang diterbitkan pemerintah dan perusahaan di Negara-negara
Eropa tersebut tanpa perlu khawatir lagi akan risiko nilai tukar, selama obligasi
diterbitkan dalam mata uang euro. Tingkat imbal hasil (yield) dari obligasi ini belum
tentu sama walaupun diterbitkan dalam mata uang yang sama, tingkat risiko kredit
mungkin lebih besar bagi penerbit obligasi di Negara tertentu.
Dampak pada Tingkat Risiko Nilai Tukar
Salah satu keuntungan utama penggunaan mata uang tunggal ini adalah
hilangnya risiko nilai tukar di antara Negara-negara Eropa, yang nantinya akan
merangsang peningkatan arus perdagangan dan dana di antara Negara-negara Eropa
tersebut. Sebagai tambahan, biaya transaksi akibat nilai tukar otomatis akan hilang.
System mata uang tunggal Eropa ini, sesuai dengan Undang-undang Satu Eropa
(Single European Act) yang berisi penghapusan hambatan perdagangan antar Negara
Eropa.
Nilai euro relative terhadap dolar AS akan terus berubah. Nilai euro
dipengaruhi oleh aliran perdagangan dan aliran modal diantara Negara-negara Eropa
pengguna euro dan AS, karena aliran-aliran ini mempengaruhi kondisi permintaan dan
penawaran.
Negara-negara Eropa yang berpartisipasi dalam mata uang tunggal euro masih
akan terpengaruh oleh pergerakan euro terhadap mata uang lain seperti dolar AS.
Selanjutnya, banyak perusahaan AS masih akan tetap terpengaruh oleh pergerakan
nilai euro relative terhadap dolar AS.

B. INTERVENSI PEMERINTAH
Intervensi adalah sebuah istilah dalam dunia politik dimana ada negara yang
mencampuri urusan negara lainnya yang jelas bukan urusannya. Adapula definisi
intervensi adalah campur tangan yang berlebihan dalam urusan politik,ekonomi,

sosial dan budaya. Sehingga negara yang melakukan intervensi sering dibenci oleh
negara-negara lainnya.
Alasan-alasan Intervensi Pemerintah
Tingkat pengawasan pemerintah terhadap nilai tukar berbeda-beda untuk tiap negara.


Secara umum, bank sentral biasanya mengatur nilai tukar karena tiga alasan:
Untuk menghindari fluktuasi nilai tukar yang terlalu tajam.
Untuk menetapkan suatu batas tentang pergerakan mata uang.
Sebagai respon terhadap tekanan yang bersifat sementara.
Menghindari Fluktuasi Nilai Tukar
Bila diperkirakan bahwa kondisi ekonomi akan terpengaruh akibat pergerakan drastis
mata uangnya, maka bank sentral akan berupaya untuk mengurangi fluktuasu tersebut.



Tindakan ini akan membuat siklus dunia usaha menjadi lebih stabil.
Menetapkan Kisaran Pergerakan secara Implisit.
Beberapa bank sentra mencoba untuk mempertahankan pergerakan nilai mata
uangnya dalam suatu rentang kendali tertentu, baik yang ditetapkan secara formal
ataupun tidak. Bank sentral akan melakukan intervensi untuk mencegah



penyimpangan nilai tukar dari rentang kendali tersebut.
Tanggapan atas Tekanan Sementara.
Bank sentral akan melakukan intervensi untuk mengisolasi mata uang dari tekanantekanan yang bersifat sementara. Tujuan resmi dari kebijakan intervensi bank sentral
adalah untuk melawan kondisi pasar yang tidak teratur.

1. INTERVENSI LANGSUNG
Intervensi langsung biasanya efektif pada kondisi di mana terdapat koordinasi
dari beberapa bank sentral. Bila semua bank sentral secara simultan melakukan
intervensi untuk menguatkan atau melemahkan nilai dolar, maka mereka akan
mempunyai kekuatan yang sangat besar dalam menentukan nilai tukar.
Mengandalkan Cadangan
Potensi efektivitas intervensi langsung bank sentral tergantung dari jumlah
cadangan yang digunakannya. Jika bank sentral memiliki cadangan dalam jumlah
rendah, maka bank sentral tersebut tidak dapat memberikan tekanan yang cukup
kuat terhadap nilai mata uang. Kekuatan pasar akan mengalahkan tindakan bank
sentral tersebut.
Intervensi Tidak Steril versus Intervensi Steril.
Bila sebuah bank sentral melakukan intervensi di pasar uang tanpa melakukan
penyesuaian untuk mengubah tingkat penawaran uang beredar, maka bank sentral
tersebut terlibat dalam intervensi tidak steril (nonsterilized intervention).

Pada intervensi steril (sterilzed intervention), Bank sentral akan melakukan
intervensi di pasar uang dan secara simultan melakukan transaksi dengan jumlah
yang sama di pasar sekuritas atau obligasi.
Berspekulasi pada Intervensi Langsung.
Sebagian spekulan berusaha untuk memprediksi kapan bank sentral akan
melakukan intervensi dan memperkirakan berapa besar intervensi akan dilakukan,
dengan maksud mengambil keuntungan dari hasil intervensi tersebut. Biasanya
intervensi bank sentral tidak dipublikasikan tetapi selalu ada kemungkinan para
dealer di bank-bank yang melakukan perdangan dengan bank sentral
membocorkan informasi pada para pelaku pasar. Untuk menyembunyikan
strateginya, bank sentral sering kali berpura-pura untuk menunjukan minat untuk
membeli mata uangnya pada saat sebenarnya mereka berniat menjual mata
uangnya, atau sebaliknya. Mereka akan menghubungi bank dan mengajukan
penawaran untuk membeli dan menjual mata uangnya, sehingga pihak bank tidak
mengetahui apakah mereka akan membeli atau menjual.
2. INTERVENSI TIDAK LANGSUNG
Bank sentral dapat juga mempengaruhi nilai tukar secara tidak langsung dengan
cara mengelola faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadp nilai tukar. Ingat bahwa
perubahan kurs spot suatu mata uang dipengaruhi faktor-faktor berikut :
e = f (∆INF, ∆INT, ∆IGC, ∆EXP)
e

= Persentase perubahan kurs spot

∆INF = Perubahan Diferensial antara suku bunga AS dengan inflasi Negara asing
∆INT = Perubahan Diferensial antara suku bunga AS dengan suku bunga Negara
asing
∆INC = Perubahan Diferensial antara suku bunga AS dengan tingkat pendapatan
Negara asing
∆GC

= Perubahan pada pengendalian pemerintah

∆EXP = Perubahan prediksi kurs nilau tukar masa depan
Bank sental dapat mempengaruhi seluruh variable ini, yang pada akhirnya
mempengaruhi nilai tukar. Karena variable-variable ini memberikan dampak yang
lebih panjang terhadap kurs dibandingkan dengan intervensi tidak langsung melalui
variable-variable tersebut. Meskipun dapat mempengaruhi seluruh variable ini,

biasanya bank sentral akan mengguankan suku bunga atau pengendalian pemerintah
saat melakukan intervensi tidak langsung.


Penyesuaian Suku Bunga oleh Pemerintah
Bila sebuah Negara mengalami pelarian modal keluar negeri (capital flight)
dalam jumlah cukup besar dan akan menyebabkan tekanan turun terhadap mata
uangnya, biasanya pemerintah akan melakukan intervensi secara tidak langsung
dengan cara menaikkan tingkat suku bunga dengan tujuan untuk mengurangi laju
dana keluar negeri sekaligus untuk mengurangi tekanan terhadap mata uangnya.
Tetapi dilain pihak, kebikjakan ini akan memberikan dampak negative bagi para
debitor (dunia usaha, instiusi pemerintah, dan konsumen) dan dapat melemahkan
perekonomian.



Kegunaan Kontrol Nilai Tukar Untuk Pemerintah.
Beberapa pemerintahan menggunakan control nilai tukar (misalnya melalui
control devisa) sebagai salah satu bentuk intervensi tidak langsung dalam menjaga
nilai mata uangnya. Walaupun demikian, dalam kondisi krisis yang berat biasanya
mereka akan melepaskan control dan membiarkan nilai tukar menjadi
mengambang di pasr untuk kemudian menetapkan rentang control

baru

berdasarkan nilai pasar terakhir.
 Zona Target Nilai Tukar
Pada beberapa tahun terakhir banyak ekonom yang mengkritik system nilai
tukar saat ini yang menyebabkan pergerakan sangat luas atas beberapa mata uang
utama. Beberapa diantara mereka mengusulkan suatu zona target (target zone)
yang digunakan untuk berbagai mata uang tadi. Nilai tukar awal akan ditetapkan,
dengan batas-batas spesifik disekeliling nilai tersebut. Zona target ini serupa
dengan rentang batas yang digunakan dalam sisitem nilai tukar tetap, tapi bedanya
lebih lebar. Pendukung gagasan ini menyatakan bahwa hal ini dapat mengurangi
volatilitas dari nilai tukar sehingga dapat menstabilkan pola dagang internasional.
Namun cukup sulit untuk mengimplementasikan gagasan ini. Pertama, berapa
nilai tukar awal harus ditetapkan untuk setiap Negara? Kedua, berpa besar zona
yang akan ditetapkan? Zona target yang ideal adalah yang memungkinkan nilai
tukar menyesuaikan diri dengan faktor-faktor ekonomi tanpa menyebabkan
permasalahan pada perdagangan internasional dan kecemasan di pasar uang.
Juga zona target diimplementasikan, pemerintah bertanggung jawab untuk
menjaga agar nilai mata uang dapat dipertahankan di zona tersebut. Bila zona

tersebut cukup lebar, maka intervensi pemerintah akan jarang diperlukan, dengan
demikian penetapan zona yang lebar seperti itu tidak lain adalah system tukar
seperti yang ada saat ini, dimana pemerintah akan melakukan intervensi bila nila
tukar sudah keluar dari sebuah rentang zona tertentu yang dapat diterima.
Kecuali bila pemerintah dapat menjaga secara konsisten nilai mata uangnya
dalam zona target tersebut, system ini tidak bisa menjamin stabilitas pasar
internasional. Sebuah Negara yang mengalami deficit perdagangan yang cukup
besar, mungkin akan terpaksa membiarkan mata uangnya mengambang dibawah
ambang batas minimal zona dengan maksud untuk merangsang permintaan untuk
produk ekspornya. Pergeseran besar pada pola perdagangan dapat menyebabkan
harga-harga di pasar keuangan menjadi fluktuatif, karena para pelaku pasar
keuangan akan memperkirakan bahwa beberapa mata uang akan keluar dari zona
targetnya. Akhirnya akan terjadi system yang tidak berbeda dengan system yang
ada sekarang,
Pada bulan februari 1977, perwakilan dari AS, Jepang, Jerman Barat, Perancis,
Kanada, Italia, dan Inggris (yang kemudian terkenal sebagai G-7 atau Group of
Seven) menanda tangani Perjanjian Louvre (Louvre Accord) untuk menetapkan
suatu kisaran nilai tukar dollar terhadap mata uang lainnya (yang dirahasiakan
nilainya). Walaupun Federal Reserve kemudian selama dua tahun sesudah
perjanjian melakukan intervensi besar-besaran pada pasar uang, ternyata kemudian
pada tahun-tahun

terakhir mereka hanya melakukan intervensi secara kecil-

kecilan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kebijakan intervensi bank sentral
sebenarnya tetap sama antara sebelum maupun sesudah Perjanjian Louvre.

 Intervensi Sebagai Alat Kebijakan
Pemerintah dari Negara manapun akan menggunakan kebijakan fiskal dan
moneter untuk mengendalikan perekonomiannya. Selain itu, pemerintah juga dapat
berusaha mempengaruhi pasar uang untuk memperkuat atau memperlemah nilai
tukar mata uangnya dengan maksud meningkatkan kondisi perekonomiannya. Pada
intinya, nilai tukar adalah sarana yang dapat digunakan pemerintah untuk mencapai
tujuan-tujuan ekonomi yang diinginkan.



Pengaruh Mata Uang yang Lemah terhadap Perekonomian Dalam Negeri
Mata uang yang lemah dapat merangsang kenaikan permintaan luar negeri
terhadap produk ekspor Negara tersebut. Sebagai contoh, dollar yang lemah dapat
meningkatkan ekspor AS secara cukup besar, yang berarti peningkatan lapangan
pekerjaan. Lebih jauh lagi, hal itu dapat mengurangi impor produk asing ke AS.
Walaupun nilai mata uang yang lemah dapat meningkatkan lapangan pekerjaan
di dalam negeri, hal ini juga dapat menyebabkan kenaikan inflasi. Pada akhir tahun
1970-an, dollar AS berada pada posisi lemah, menyebabkan barang-barang impor
dari luar menjadi terlalu mahal. Dollar juga pernah melemah di awal tahun 1990an, yang menyebabkan perusahaan-perusahaan asing seperti Bayer, Volkswagen,
dan Volvo memutuskan untuk keluar dari pasar AS. Pada kondisi seperti ini,
perusahaan-perusahaan local menjadi dapat ,eningkatkan harga jual produknya
karena produk impor tetap akan sulit bersaing. Di lain pihak, perusahaanperusahaan AS berbasis ekspor seperti Goodyear, Litton, Merck, dan Maytag
Group mendapatkan keuntungan dari dollar yang lemah ini.



Pengaruh Mata Uang yang Kuat terhadap Perekonomian Dalam Negeri
Mata uang local yang kuat akan merangsang konsumen dan perusahaan local
untuk membeli produk dari Negara lain. Kondisi ini akn menyebabkan semakin
kuatnya kompetisi dari produk asing dan memaksa produsen local untuk menahan
harganya agar tidak naik. Oleh karena itu, secara umum tingkat inflasi akan rendah
bila mata uang lokalnya kuat.
Walaupun mata uang local yang kuat merupakan solusi untuk menurunkan
inflasi, tetapi pada saat yang sama mata uang tersebut dapat menyebabkan
kenaikan tingkat pengangguran karena produk local yang menjadi kalah disbanding
produk impor. Penetapan nilai ideal dari mata uang sangat tergantung dari sudut
pandang Negara tersebut. Kuat atau lemahnya mata uang hanyalah salah satu dari
banyak faktor yang mempengaruhi kondisi ekonomi Negara tersebut.

Dollar yang lemah akan memberikan tekanan naik pada inflasi AS, dimana hal
ini, kemudian akan meberikan tekanan turun lebih jauh kepada dollar itu sendiri.
Dollar yang kuat akan memberikan tekanan turun pada inflasi AS, dan kemudian
akan menyebabkan tekanan naik lebih jauh pada dollar.

DAFTAR PUSTAKA
Madura. 2011. International Corporate Finance (Keuangan Perusahaan Intenasional).
Jakarta : Salemba Empat
http://economicwatcher.blogspot.com/2012/06/kurs-tetap-kurs-mengambang-bebas-kurs.html