Lhoknga 1945-1949: Modal Perjuangan Dari Ujung Barat Sumatera

BAB II
ACEH PADA MASA JEPANG

2.1. Wilayah Lhoknga
Secara astronomis Lhoknga terletak antara 52°-48' sampai dengan 58°40'
Lintang Utara dan 95°-13' dan 98°-17' Bujur Timur dengan ketinggian kurang lebih 5
meter dari permukaan laut,19 membuat wilayah Lhoknga ini berada persis pada
bagian paling barat dari pulau Sumatera. Memiliki iklim tropis dan dua musim yakni
musim barat dan musim timur.20 Lhoknga berhadapan langsung dengan Samudera
Hindia membuat pantai-pantainya memiliki gelombang yang cukup tinggi. Sungaisungai yang berada di kawasan Lhoknga ini tidak terlampau panjang, sungai
terpanjang ialah Kreueng Raba.
Secara topografi wilayah Lhoknga termasuk wilayah dengan tanah berbukitbukit yang terdiri dari bebatuan karts. Bukit-bukit ini adalah bukit-bukit kapur.
Bukit-bukit yang berada di tepi laut mengandung bebatuan karts 22.
21

Adapun batas-batas wilayah Lhoknga ini adalah: (1) sebelah Utara berbatasan
dengan wilayah Braden; (2) sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Mata Ie; (3)
sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia; (4) sebelah Selatan berbatasan
19

Nasruddin sulaiman, dkk., Peralatan Menangkap Ikan Tradisional Di Kabupaten Aceh

Besar, 1992/1993, Banda Aceh; Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, hal. 5.
20

Ibid., hal 6.

21

Ibid., hal 5.

22

Pengertian karts secara luas adalah bentuk bentang alam khas yang terjadi akibat proses
pelarutan pada suatu kawasan batuan karbonat atau batuan mudah terlarut (umumnya formasi batu
gamping) sehingga menghasilkan berbagai bentuk permukaan bumi yang unik dan menarik dengan
ciri-ciri khas exokarst (di atas permukaan) dan indokarst (di bawah permukaan). Penggunaan istilah
karts secara internasional berawal dari bahasa Jerman yang diserap dari bahasa Slavia kras yang
memiliki arti lahan gersang berbatu. Istilah karts diberikan untuk wilayah di Serbia, Bosnia,
Herzegovina, Slovenia, Albania (dahulu Yugoslavia) yang memiliki topografi khas akibat proses
pelarutan pada batuannya. Di beberapa negara penggunaan istilah bentang alam unik ini beragam
misalnya karts (Jerman dan Inggris), carso (Italia), kras (negara-negara Balkan), karusuto (Jepang),

atau kars (Malaysia). Dalam ilmu bumi, definisi karts adalah suatu wilayah kering, yang tidak
subur/gersang dan berbatu-batu sedangkan dalam geologi, pegunungan yang terdiri dari batu gamping
dan kemudian memperlihatkan bentang alam yang khas akibat adanya proses pelarutan batuannya oleh
air, dinamakan morfologi karts. Di akses dari http://www.kanal.web.id/2016/05/pengertian-karst-danciri-cirikawasan.html?m=1clipboard; pada 5/9/2017.

Universitas Sumatera Utara

dengan wilayah Pulot. Berdasarkan Google maps jarak antara Lhoknga dengan kota
Banda Aceh ialah 14 km. Memiliki garis pantai sepanjang 23,03 km atau 14,31 mil,
Lhoknga memiliki luas wilayah 81,61 km2 atau 31,51 mil2.
Secara geografi luas daerah kecamatan Lhoknga ialah 9720 ha, dengan
pembagian sebagai berikut luas tanah untuk persawahan 1000 ha, luas perladangan
ialah 400 ha, dan sisanya adalah hutan dengan luas 8320 ha.23 Jumlah penduduk
Lhoknga sebelum kemerdekaan tidak diketahui tetapi pada tahun 1947 jumlah
penduduk Lhoknga sekitar 3291 orang.24

2.2. Kedatangan Jepang ke wilayah Aceh
Ikut sertanya Jepang dalam perang dunia ke dua dapat dilihat dari beberapa
kemungkinan, yakni keinginan Jepang untuk membentuk kekaisaran di wilayah Asia
dengan Jepang sebagai pemimpin Asia. Hal ini ditandai dengan bergabungnya Jepang

dengan aliansi Axis yang di dalamnya terdapat negara Jerman dan Italy.
Kemungkinan berikutnya ialah kebijakan embargo minyak yang dilakukan Amerika
kemudian diikuti oleh Inggris dan Belanda. Setelah diberhentikan perdagangan
minyak terhadap Jepang, Amerika mulai menempatkan armadanya dalam jumlah
besar di Pearl Harbor, dan Pearl Harbor ini berhadapan langsung dengan wilayah
Jepang dan hanya dipisahkan oleh Samudera Pasifik.
Bagi Jepang, tindakan Amerika ini di anggap sebagai tantangan kepada
negaranya. Jepang menganggap penempatan armada dalam jumlah besar ini
merupakan tindakan ingin menyerang. Jepang mengantisipasi tindakan Amerika
tersebut dengan menyerang terlebih dahulu ke Pearl Harbor di awal bulan Desember
1941. Tindakan Jepang tersebut telah memicu perang dengan Amerika. Setelah
berhasil mengalahkan Amerika di Pearl Harbor, Hawai. Jepang dengan cepat
menyerang dan menguasai wilayah-wilayah yang berada di kawasan Asia Tenggara.
Wilayah yang dituju Jepang pertama kali adalah wilayah-wilayah yang memiliki
sumber daya alamnya terutama sumber daya minyak buminya.
23

Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh, Pandangan Keadaan Daerah Lhoknga, no
panggil 103/4. Daftar penduduk dari surat tersebut menjelaskan luas wilayah Lhoknga pada tahun
1947 akan tetapi surat tersebut baru dikeluarkan atau dicetak pada tahun 1956. Untuk lebih jelasnya

lihat pada lampiran II.
Koleksi Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh, Daftar Penduduk Lho’Nga Leupung Tahun
1948, nomor panggil 105/4. Untuk lebih jelasnya lihat pada lampiran III.
24

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan Jepang akan sumber daya minyak bumi sangat besar pada
masanya, hal ini disebabkan kebutuhan akan industri Jepang yang pada saat itu
merupakan yang paling modern di belahan timur. Industri Jepang pada saat itu
mampu untuk menyerupai industri yang ada di belahan barat, maka dari itu tindakan
Amerika untuk mengembargo pasokan minyak kepada Jepang, membuat Jepang
harus menguasai kilang-kilang minyak yang berada di sekitarnya, terutama di wilayah
Asia Tenggara.
Serangan diawali ke Tarakan pada tanggal 10 Januari 1942. Berturut-turut
kemudian, serangan terhadap Manado 11 Januari, Balik Papan dan Kendari 24
Januari, Ambon 30 Januari, Makasar 9 Februari, Banjarmasin 16 Februari, Bali 19
Februari, dan Nusa Tenggara Timur 20 Februari. Kedatangan Jepang ke kota-kota
tersebut bukan dipilih secara acak oleh Jepang, beberapa dari kota-kota tersebut ialah
kota dengan kilang minyak yang cukup besar.

Jepang masuk ke wilayah Aceh secara serempak pada tiga tempat berbeda
yakni di Pulau Weh (Sabang), Krueng Raba (Banda Aceh), dan Peureulak pada 12
Maret 1942. Kedatangan pihak Jepang di Banda Aceh sendiri disambut dengan
tangan terbuka oleh rakyat Aceh. Hal ini dapat terjadi dikarenakan proses propaganda
yang telah dilakukan oleh Jepang sebelum mereka mendarat. Akan tetapi jauh
sebelum propaganda yang dilancarkan Jepang itu, pihak dari Aceh sendiri telah
mencoba menghubungi Jepang ketika mereka berada di Singapura.
Tentara Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL)25 yang berada di Aceh
sudah mengalami perlawanan dari rakyat Aceh saat Jepang memasuki Aceh. Dengan
posisi tentara KNIL yang sudah tidak mendapat simpati dari rakyat Aceh dan perang
yang dilakukan oleh rakyat Aceh terhadap tentara KNIL membuat mereka terdesak,
ditambah lagi dengan kedatangan tentara Jepang tentu hal ini membuat tentara KNIL
semakin terpojok.
Ketika tentara Jepang datang ke Lhoknga tentara KNIL sudah tidak ada lagi di
daerah itu, mereka lari ke daerah Meulaboh untuk selanjutnya berkumpul di wilayah
Takengon (Aceh Tengah). Jepang dengan mudah memasuki wilayah Lhoknga pada
saat itu dan mereka langsung membangun pangkalan perang mereka di Lhoknga.
Untuk tempat tinggal pihak Jepang menggunakan asrama yang dulunya kepunyaan
25


KNIL atau dalam bahasa Indonesia berarti tentara kerajaan Hindia Belanda, dimana prajurit
di dalamnya ialah penduduk bumi putera di Hindia Belanda dan indo Belanda bukan orang-orang
Belanda. KNIL dibentuk setelah perang Diponogoro 4 Desember 1830 oleh gubernur jendral Van Den
Bosch.

Universitas Sumatera Utara

Belanda. Penduduk Lhoknga sendiri diminta untuk mengungsi ke tempat lain karena
tempat tersebut berbahaya bagi pemukiman penduduk. Dengan demikian pemindahan
penduduk dapat dilakukan tanpa kekerasan ke wilayah lain.26
Kedudukan tentara Jepang di Lhoknga bertujuan untuk membangun
pangkalan perang, dikarenakan wilayah Lhoknga yang strategis secara militer. Posisi
Lhoknga yang merupakan wilayah terdepan dari pulau sumatera tentu sangat strategis
untuk menghalau jika terjadi serangan sekutu dari arah samudera Hindia. Jika melihat
pangkalan perang Jepang yang berada di front paling depan, pangkalan perang di
Lhoknga bukanlah berada di posisi terdepan sebab pangkalan perang Jepang yang
berada paling depan ialah pangkalan perang yang terdapat di pulau Weh (Sabang).
Akan tetapi jika melihat pangkalan perang Jepang yang berada paling depan dari
Pulau Sumatera maka pangkalan Jepang yang berada di Lhoknga berada paling depan
dari Pulau Sumatera. Akan memudahkan mereka memantau kondisi di sekitarnya

tanpa terhalang dengan pulau besar lainnya karena langsung menghadap samudera
Hindia.
Pangkalan perang yang dimiliki Jepang di Pulau Weh (Sabang) memang
terletak sangat strategis akan tetapi wilayah ini terisolasi oleh Samudera Hindia
sehingga akomodasi dan suplai untuk keperluan pangkalan perang ini, baik logistik
maupun tenaga prajurit akan sulit. Pulau Weh yang terpisah dari Sumatera membuat
perjalanan ke tempat ini hanya dapat dilakukan melalui jalur laut atau udara. Untuk
menuju ke Pulau Weh (Sabang) ini juga harus melihat keadaan alam apakah memadai
atau tidak, terlebih jika terjadi pengepungan oleh musuh dari segala sisi Pulau Weh
maka pangkalan perang ini dengan mudah dapat dikuasai.
Berbeda halnya dengan pangkalan perang yang berada di wilayah Lhoknga,
akomodasi dan suplai keperluan untuk pangkalan perang ini dapat mudah dilakukan
dengan jalur darat sebab tidak terpisah dari daratan Sumatera. Kondisi bentang alam
Lhoknga sendiri merupakan wilayah yang berbukit-bukit. Bukit yang ada di Lhoknga
ini dapat digunakan Jepang untuk memantau keadaan laut ataupun udara. Jika musuh
melakukan serangan mendadak terhadap pangkalan perang mereka, maka pihak
Jepang lebih dahulu mengetahui pergerakan musuh dan menyiapkan siasat untuk
menghadapinya.
26


Wawancara,
O
2016. Ibrahim Banta lahir di Weu Raya pada tanggal 1 juli 1929 berprofesi sebagai
petani dan berkebun, pada masa Jepang ikut membangun pangkalan perang di Lhoknga tanpa paksaan
dari siapa. Selain ikut membangun pangkalan perang Ibrahim Banta atau yang biasa di sapa Nteh Him
ini pernah berjualan buah dan telur kepada prajurit Jepang.

Universitas Sumatera Utara

Pangkalan perang ini memiliki keuntungannya tersendiri, karena beberapa
keunggulan diatas maka dengan kekuatan penuh Jepang membangun pangkalan
perang mereka di Lhoknga. Mereka membangun pangkalan perangnya tidak
setengah-setengah, hal ini terbukti dengan Lhoknga menjadi pangkalan perang yang
paling kuat di pesisir timur dan barat pulau Sumatera yang dimiliki Jepang pada saat
itu.
2.3. Pembangunan Fasilitas Pangkalan Perang Jepang di Lhoknga
Dalam menghadapi kekuatan sekutu dalam Perang Dunia ke II di wilayah
Asia Tenggara Jepang membangun pangkalan perang di wilayah-wilayah yang
mereka kuasai untuk menunjang kegiatan perang. Fasilitas pangkalan perang yang
mereka bangun ada yang bersifat sebagai pertahanan saja karena hanya terdapat

peralatan senjata untuk mempertahankan wilayah tertentu. Di dalam pangkalan
perangnya ini terdapat pos yang dilengkapi oleh senjata otomatis atau meriam jarak
menengah yang ditempatkan secara strategis.
Jenis pangkalan angkatan perang berikutnya yang dibangun oleh Jepang dapat
digunakan untuk bertahan dan menyerang. Pangkalan perang ini memiliki
kemampuan untuk menyerang dan bertahan dari gempuran musuh dan di dalamnya
terdapat lapangan terbang, gudang senjata dan mesiu atau bom, pos, barak tinggal
prajurit dan juga perakitan senjata.
Perbedaan jenis pangkalan perang ini tentu sangat dipengaruhi oleh letak dari
wilayahnya. Jika wilayah tersebut kurang strategis maka hanya ada beberapa pos
yang dilengkapi oleh senjata otomatis atau meriam jarak menengah. Maka sebaliknya
jika wilayah tersebut strategis maka, di dalam wilayah itu dibangun oleh Jepang satu
kompleks pangkalan perang yang dapat dikatakan dapat digunakan untuk menyerang
atau bertahan dari musuh. Salah satu kompleks pangkalan perang Jepang yang
terlengkap itu berada di Lhoknga, karena di Lhoknga terdapat lapangan terbang,
gudang senjata, gudang mesiu atau bom, bunker pertahanan (kurok-kurok) yang
berada di sekitar pantai, terowongan untuk bersembunyi atau melarikan diri jika
terdesak, barak tempat tinggal prajurit dan pabrik senjata menjadikan Lhoknga
sebagai penting bagi Jepang.
Seperti yang telah disebut sebelumnya, Lhoknga sendiri merupakan wilayah

yang berada paling barat atau paling ujung dari Pulau Sumatera, tepat berada di jalur
keluar masuknya kapal yang ingin memasuki selat Malaka. Posisi yang strategis ini
tentu tidak dibiarkan begitu saja oleh Jepang, mereka membangun satu pangkalan

Universitas Sumatera Utara

perang yang cukup kuat di Lhoknga untuk menghadapi dan mengantisipasi serangan
kejutan dari sekutu. Dalam proses pembangunan pangkalan perangnya Jepang tidak
secara sembarang membangun bangunan-bangunan penting, mereka memilih tempat
yang benar-benar tepat. Bangunan-bangunannya tersebar di seluruh daerah Lhoknga
mulai dari atas perbukitan sampai ke pinggiran pantai. Arah dari keseluruhan senjata
Jepang yang ada di pangkalan angkatan perang Lhoknga semuanya mengarah ke
samudera Hindia.
Pusat dari pangkalan perang Jepang yang berada di wilayah Lhoknga ini
berada di desa Lampuuk dengan luas ± 28.51 km2 atau 2851 ha. Pada saat Jepang
ingin membangun di daerah ini, Jepang memindahkan seluruh penduduk dari desa
tersebut ke wilayah lain. Tempat tinggal baru penduduk desa Lampuuk yang baru
dipindahkan oleh Jepang tersebut diberi nama Meunasah Baro, desa Lamkruet.
Adapun jarak dari desa Lampuuk dengan desa Lamkruet ialah sekitar 3 km.
Proses pemindahan penduduk dilakukan oleh Jepang tanpa menggunakan

kekerasan dan tidak ada masyarakat yang keberatan untuk dipindahkan. Jika pun ada
yang menolak maka mereka pun dengan sendirinya akan pindah ke desa Lamkruet.
Alasan pemindahan karena jika penduduk tetap berada di sekitar desa Lampuuk maka
mereka bisa menjadi sasaran peluru dari pesawat atau kapal sekutu. Jadi demi alasan
keselamatan penduduk pindah dari desa Lampuuk.
Pembangunan pangkalan perang Jepang dilakukan setelah pemindahan
penduduk yang berada di desa Lampuuk. Jepang mulai membangun bunker, gudang
senjata dan mesiu, barak prajurit, pabrik senjata, terowongan, dan pos penjagaan.
Hanya lapangan terbang yang tidak dibangun Jepang di Lhoknga sebab Lhoknga
sendiri telah memiliki lapangan terbang yang dibangun pada masa Belanda tahun
1935 bulan Juni. Jepang hanya memperluas dan merenovasi lapangan udara27
tersebut. Pernah terjadi penyerangan tentara sekutu terhadap Jepang ketika proses
renovasi landasan pacu pesawat terbang di Lhoknga sedang dilakukan oleh para
pekerja. Serangan pesawat terbang sekutu sebenarnya ingin menyerang pangkalan
perang Jepang. Pesawat sekutu ini ikut menyerang pekerja proyek renovasi landasan
pacu itu karena disebabkan asap yang keluar dari mesin pres. Seketika itu juga para
pekerja berusaha melarikan diri dari serbuan pesawat sekutu dan tidak ada korban
jiwa pada serangan tersebut.
27

Proses merenovasi dan memperluas lapangan terbang ± 1,279 km² atau 127,9ha. Luas asli
lapangan terbang yang dibangun Belanda ± 0,5799 km² atau 57,99 ha. Proses renovasi dilakukan oleh
Jepang dengan cara mengeraskan landasan pacu agar mampu menahan ketika pesawat-pesawat besar
mendarat, pengerasan jalan ini dilakukan dengan mesin press/roll jalan.

Universitas Sumatera Utara

Proyek pembangunan pangkalan perang di Lhoknga dilakukan oleh pekerjapekerja yang didatangkan Jepang dari pulau Jawa dan prajurit Jepang itu sendiri. Di
samping itu ada juga penduduk setempat yang bekerja dalam proyek
pembangunannya, tanpa paksaan penduduk setempat yang ingin bekerja terlebih
dahulu meminta izin kepada keuchik28, dan kemudian melapor kepada mandor29
proyek pada pagi hari. Upah yang diterima oleh penduduk setempat yang bekerja di
proyek ini sebesar 5 sen. Gaji yang diterima sebesar 5 sen30 pada saat itu tidak cukup
jika digunakan untuk membeli kebutuhan pokok. Hal ini bisa dibandingkan harga
segelas kopi dan dua gorengan sebesar 2,5 sen atau pada saat itu setengah dari gaji
tersebut.
Penduduk setempat lainnya yang tinggal berdekatan dengan pangkalan Jepang
memilih untuk berdagang bahan makanan terutama pisang. Mereka diperkenankan
oleh para prajurit Jepang untuk berdagang hingga memasuki pangkalan perang.
Pisang menjadi buah kesukaan prajurit Jepang yang berada di pangkalan perang.
Mereka biasanya membeli per buah bukan per sisir. Hal ini tentu menguntungkan
penjual.
Makanan lain yang sangat disukai oleh prajurit Jepang yaitu telur ayam
kampung yang akan dimakan langsung mentah-mentah. Terkadang penduduk yang
menjual buah-buahan tidak semuanya habis dibeli, akan tetapi berbeda jika yang
dibawa merupakan telur ayam kampung. 31 Prajurit Jepang tidak membeli bahan
makanan yang harus mereka olah atau masak lagi.
28

Keuchik merupakan jabatan yang melekat pada salah satu penduduk dalam satu desa yang
berada di wilayah Aceh, gelar keuchik ini dapat diartikan sebagai kepala desa. Dapat dikatakan keuchik
merupakan pemimpin terendah dan yang paling dekat dengan penduduk dalam sistem pemerintahan di
Aceh.
29

Mandor adalah orang yang mengawasi proses pembangunan pangkalan perang yang berada
di Lhoknga agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Mandor menetapkan berapa banyak
orang yang bekerja dalam satu bangunan, lamanya waktu pembangunan, dan juga bahan-bahan.
Jabatan mandor di dipegang oleh prajurit Jepang sendiri.
30

Wawancara, dengan Ibrahim Banta di desa Weu Raya, Kec Lhoknga, Kab Aceh Besar pada
tanggal 9 oktober 2016. Beliau menjelaskan uang yang diberikan berbentuk bon kontan.
31

Wawancara, dengan Harun Asyek dan Ibrahim Banta di desa Weu Raya, Kec Lhoknga,
Kab Aceh Besar pada tanggal 18 Maret 2017. Harun Asyek Lahir Di Weu Raya Pada Tanggal 1 Juli
1928, Bekerja sebagai petani atau berkebun. Sama seperti Ibrahim Banta, beliau juga turut
menyaksikan peristiwa-peristiwa pada masa Belanda dan Jepang, juga turut membangun sekali atau
dua kali pos-pos Jepang. Dalam wawancara penulis, beliau menyebutkan pos-pos Jepang itu dengan
sebutan beton Jepang. Pada masa mempertahankan kemerdekaan beliau tergabung dalam pasukan
tentara cadangan untuk wilayah Lhoknga.

Universitas Sumatera Utara

Lama proses pembangunan, suatu proyek ditentukan oleh mandor dan untuk
bangunan dengan ukuran yang kecil memakan waktu kurang dari seminggu. Adapun
untuk bangunan yang besar, seperti gudang senjata, tidak lebih dari satu bulan. Hal
ini mengingat keterbatasan waktu bagi Jepang untuk menghadapi serangan sekutu.
Pengerjaan proyek pembangunan untuk satu bangunan dilakukan secara
bersama-sama. Dalam proses pembangunannya banyak dari penduduk Lhoknga yang
penasaran dan ikut menyaksikan bagaimana Jepang membangun pangkalan angkatan
perangnya. Artinya proses pembangunannya terbuka bagi penduduk yang ingin
melihatnya. Setelah bangunan satu selesai maka mereka pindah ke bangunan lainnya.
Jepang membangun sebanyak ± 7 pos yang berada di pinggir pantai32, ± 4 bunker
(kurok-kurok), 2 asrama prajurit, 1 gudang senjata, 1 gudang amunisi, dan 1 bengkel
senjata.
Material yang dipergunakan untuk pembangunan fasilitas pangkalan perang di
Lhoknga berasal dari sekitar wilayah itu kecuali bahan bangunan seperti besi dan
semen yang dibawa Jepang langsung dari Banda Aceh. Untuk penempatan senjata
berat, seperti meriam, ke atas bukit dilakukan Jepang dengan cara menarik senjata
tersebut dalam keadaan terpisah-pisah dengan mobil dan dibantu prajurit-prajurit
Jepang. Hal ini dilakukan Jepang mengingat ukuran dari meriam yang akan
ditempatkan di atas bukit serta kurangnya peralatan untuk membawa senjata tersebut.
Usaha Jepang untuk menempatkan pangkalan perang mereka di wilayah
Lhoknga tentu berdampak pada penduduk yang berada di Lhoknga. Kebanyakan
masyarakat di Lhoknga memiliki kebun di bukit-bukit yang berada di sekitar pantai,
sehinga serangan yang berasal dari kapal dan pesawat-pesawat sekutu terhadap
pangkalan perang Jepang terkadang sampai juga ke kebun-kebun penduduk, bahkan
ada yang sampai ke Desa Lamkruet. Pada saat terjadi kontak senjata antara Jepang
dan sekutu tidak jarang penduduk yang sedang berada di kebunnya ikut merasakan
getaran dari ledakan bom-bom yang dijatuhkan oleh sekutu. Hal ini disebabkan pihak
sekutu tidak mengetahui dengan pasti posisi dari bangunan pangkalan perang Jepang
sehingga tidak jarang serangan sekutu ini mendarat bukan pada tempatnya. Siasat
yang digunakan pihak sekutu ialah memancing Jepang untuk melakukan kontak
senjata dengan mereka. Ketika Jepang membalas serangan sekutu, maka posisi
Jepang akan diketahui. Jepang yang mengetahui siasat ini tentu tidak akan langsung
membalas serangan yang dilancarkan oleh pihak sekutu.

32

Untuk jarak antar pos yang berada di pinggir pantai dengan pos lainnya ± 1,6 km.

Universitas Sumatera Utara