Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah Daerah Pada Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

BAB I
PENDAHULUAN

H. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara dengan perekonomian yang terus berkembang dan
jumlah penduduk yang banyak membuat Indonesia membuka diri terhadap
pelaksanaan penanaman modal. Negara Kesatuan Indonesia Republik (selanjutnya
disebut NKRI) juga memiliki posisi geografis yang strategis dalam kegiatan
perdagangan dunia serta memiliki kekayaan sumber daya alam yang beragam yang
memberikan keuntungan tersendiri dalam kegiatan penanaman modal baik di
tingkat nasional maupun internasional. Dengan adanya posisi strategis dan
kekayaan sumber daya alam dimiliki menjadikan Indonesia sulit menghindari
interaksi masyarakat internasional dalam lingkup global termasuk di dalamnya
kegiatan penanaman modal. 1
Pada kenyataannya modal-modal ini digunakan untuk memperluas lapangan
pekerjaan, mengembangkan subtitusi impor, menumbuh kembangkan ekspor, alih
teknologi, membangun prasarana dan sarana serta mengembangkan daerah
tertinggal. Akan tetapi peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan alasan utama
Indonesia mengundang para investor terutama investor asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia. 2


1

Hasim Purba, Kawasan Ekonomi Khusus Fenomena Global : Suatu Kajian Aspek
Hukum, Jurnal Equality, Vol. 11 No. 2 Agustus 2006, hlm 123-130
2
Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia Pokok Bahasan (Jakarta: Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, 2006), hlm. 19.

Universitas Sumatera Utara

Tuntutan dan tantangan pembangunan di masa yang akan datang, perlu
segera diantisipasi. Pertumbuhan ekonomi dan penyerapakan tenaga kerja yang
telah membaik perlu segera di jaga dan ditingkatkan kembali. Potensi daerah yang
dimiliki perlu dipersiapkan sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
menciptakan lapangan pekerjaan, dan mensejahterakan penduduk.
Pelaksanaan pembangunan seperti diketahui memerlukan modal dalam
jumlah yang cukup besar dan tersedia pada waktu yang tepat. Modal dapat
disediakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat luas, khususnya dunia usaha
swasta. Keadaan yang ideal, dari segi nasionalisme adalah apabila kebutuhan akan
modal tersebut sepenuhnya dapat disediakan oleh kemampuan modal dalam negeri

sendiri, apakah itu oleh dana pemeritah atau dunia usaha swasta dalam negeri.
Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian sebab pada umumnya negaranegara berkembang dalam hal ketersediaan modal yang cukup untuk melaksanakan
pembangunan secara menyeluruh mengalami berbagai kesulitan yang disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain; tingkat tabungan masyarakat yang masih rendah,
akumulasi modal yang belum efektif dan efisien, keterampilan yang belum
memadai serta tingkat teknologi yang belum modern. Kendala-kendala ini
umumnya oleh negara-negara berkembang dicoba untuk diatasi dengan berbagai
macam cara dan alternatif di antaranya melalui bantuan untuk melengkapi modal
dalam negeri yang dapat segera dikerahkan. 3
Pemerintah memberikan kemudahan ini dimaksudkan agar investor, terutama
investor asing mau menanamkan investasinya di Indonesia. Manfaat adanya
3

Jonker Sihombing, Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal
(Bandung : Alumni, 2008), hlm. 1.

Universitas Sumatera Utara

investasi itu adalah menggerakkan ekonomi masyarakat, menampung tenaga kerja,
meningkatnya kualitas masyarakat yang berada di daerah investasi. Sebagai bentuk

implementasi

upaya

peningkatan

investasi

tersebut,

maka

pemerintah

mengeluarkan kebijakan pemberlakuan Kawasan Ekonomi Khusus (selanjutnya
disebut KEK) di berbagai daerah yang berpotensi yakni dengan dikeluarkannya
Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
(selanjutnya Undang-undang No. 39 Tahun 2009. Sebagaimana yang diamanatkan
oleh Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(selanjutnya disebut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007) juga telah disisipkan satu

pasal mengenai KEK yakni Pasal 31 yang menjadi cikal bakal lahirnya peraturan
khusus yang mengatur KEK. Kesigapan pemerintah dalam menyediakan dasar
hukum KEK menunjukkan sikap optimis dari pemerintah bahwa melalui KEK yang
dibentuk penanaman modal secara langsung dapat mengalir deras ke Indonesia.
Optimisme ini tidak berlebihan mengingat banyak negara yang sukses
meningkatkan pertumbuhan penanaman modal di negaranya melalui KEK yang
dibentuk. 4 Atas anamat dari Undang-Undang No 25 Tahun 2007 pada Pasal 31 ayat
(3), maka pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 39 Tahun 2009 yang
berguna untuk memantapkan keberadaan KEK.
Hadirnya KEK mempunyai peran yang baik dalam bidang menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan kegiatan ekonomi daerah dan daya saing produk
unggulan daerah di dunia internasional. Pembentukan KEK ini, diharapkan dapat
menggali potensi ekonomi daerah. Secara teoritis, pusat pertumbuhan juga
4

Ukay Karyadi, blogspot.com/2009/01 “KEK Sebagai Kawasan Pertumbuhan,” (diakses
pada tanggal 28 Desember 2016).

Universitas Sumatera Utara


bertumpu pada kepercayaan terhadap kekuatan pasar bebas yang akan
mempengaruhi terjadinya dampak ke bawah dan menciptakan dampak penyebaran
pertumbuhan ekonomi dari pusat-pusat pertumbuhan ke wilayah lainnya. 5
Pembentukan KEK merupakan fenomena global yang sulit dihindari, karena
KEK merupakan salah satu bentuk baru kerjasama internasional dalam bidang
perdagangan sebagai konsekuensi masuknya Indonesia menjadi anggota berbagai
organisasi perjanjian perdagangan internasional baik GATT/WTO, APEC, AFTA
maupun IMT-GT. 6 KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah
hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu 7. KEK dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif
bagi aktivitas investasi, ekspor dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan
ekonomi.
Selain itu juga dilihat tentang tata cara pendirian KEK yang tertuang dalam
Pasal 5 angka (1) Undang-Undang No 39 tahun 2009 yaitu pembentukan KEK
diusulkan kepada Dewan Nasional oleh Badan Usaha, Pemerintah Kabupaten/Kota,
atau Pemerintah Provinsi. Hal ini juga tertuang pada Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut Undang-undang No.
23 Tahun 2014 Pasal 4 angka (2) syarat administratif adanya persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut DPRD) kabupaten/kota dan
Bupati/Walikota yang akan menjadi cakupan wilayah provinsi induk dan gubernur

serta rekomendasi Menteri Dalam Negeri. Tentu saja antara Undang-Undang No 23
5

Triyono Utomo dan Ragimun, “Kawasan Ekonomi Khusus Tidak Cukup Dengan Insentf
Fiskal”, http//www.fiskal.depkeu.go.id/2010/default.asp (diakses tanggal 28 Desember 2016).
6
Hasim Purba, Loc.Cit
7
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, LN No.
147 Tahun 2009, TLN No. 5066, Pasal 1 ayat (1).

Universitas Sumatera Utara

Tahun 2014 harus ada hubungan yang sinkron dengan Undang-Undang No 39
Tahun 2009 mengingat pelaksanaan KEK diserahkan oleh Dewan Kawasan yang
bertanggung jawab kepada Dewan Nasional. Dewan Nasional adalah dewan yang
dibentuk di tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK diketuai oleh menteri
yang menangani urusan pemerintahan di bidang perekonomian dan beranggotakan
menteri dan kepala lembaga pemerintah nonkementrian. Sedangkan Dewan
Kawasan terdiri atas Gubernur, Bupati/walikota, dan anggota. Dewan Kawasan

disebut juga sebagai pemerintah daerah.
Menurut Undang-Undang No 23 tahun 2014, yang dimaksud dengan
pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya
disebut UUD 1945). Terkait dengan pelaksanaan dan pengelolaan KEK yang
dilakukan oleh pemerintah daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya
tidaklah sesuai, dikarenakan masih ada batasan sejauh mana pemerintah daerah
memiliki kewenangan dan tanggung jawab terhadap KEK. Pemantauan, evaluasi
serta rekomendasi langkah tindak lanjut hasil evaluasi tetap ada pada kewenangan
pemerintah pusat.
Sebagai dasar hukum dari pembentukan KEK Undang-undang No. 39 Tahun
2009 tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang No. 23 Tahun 2014, karena
terdapat heirarki dalam sistem perundang-undangan di Indonesia, dalam kedua

Universitas Sumatera Utara

undang-undang tersebut juga tidak boleh bertentangan dengan dasar hukum
tertinggi yaitu UUD 1945.

Pemberian kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada
daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan keputusan politik untuk
menjalankan otonomi daerah diatur melalui Undang-Undang No. 23 Tahun 2014.
Sedangkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945. Pasal 9 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2014
mengklasifikasikan urusan pemerintahan yang terdiri atas urusan pemerintahan
absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.
Selanjutnya dalam Pasal 9 ayat (3) menyatakan bahwa urusan pemerintahan
konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang
dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
Pasal 9 ayat (4) menyatakan urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke
Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
Penetapan KEK diyakini mampu memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Penetapan KEK
ini akan diikuti dengan penetapan fasilitas pajak oleh Dewan Nasional KEK.
Fasilitas pajak yang akan ditetapkan mengacu kepada fasilitas pajak di sejumlah
KEK di luar negeri dengan harapan fasilitas ini dapat bersaing untuk menarik
investor. Fasilitas pajak yang diberikan dalam KEK adalah pembebasan bea masuk

sesuai sektornya dan insentif lainnya yang berlaku umum, tetapi diberi kelonggaran

Universitas Sumatera Utara

tertentu. Sampai dengan tahun 2015, telah terdapat 8 (delapan) wilayah KEK di
Indonesia, berturut-turut berdasarkan penetapannya yaitu di Tanjung Lesung, Sei
Mangkei, Palu, Bitung, Morotai, Tanjung Api-Api, Mandalika, dan Maloy Batuta. 8
Peranan pemerintah daerah dalam KEK, yaitu penyediaan lahan, penataan
ruang, dan infrastruktur; Sistem perijinan/pelayanan terpadu; Peraturan daerah yang
kondusif bagi investasi. Dukungan terhadap keamanan dan ketertiban. 9 Pengawasan
dan pengendalian oleh pemerintah daerah sesuai dengan prinsip otonomi daerah
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 dimana kewenangan pengendalian
sudah diserahkan kepada pemerintah daerah sesuai dengan prinsip desentralisasi.
Berdasarkan pada asas-asas tersebut, maka tidak semua urusan pemerintahan
diselenggarakan sendiri oleh pemerintah pusat.
Pemerintah melakukan pengawasan dan pengendalian melalui penelitian
dan evaluasi pada KEK dalam hal pemberian fasilitas dan kemudahan dalam upaya
menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Pemerintah
bertanggungjawab dalam memberikan kenyamanan berinvestasi kepada para
investor dengan menggunakan aturan yang jelas.

Sehubungan dengan latar belakang di atas maka penulis penulis mengangkat
judul skripsi Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah Daerah pada Kawasan
Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah.

8

www.palu.bpk.go.id/.../ Tulisan-Hukum-Pembentukan-Kawasan-Ekonomi-Khusus-Palu
(1).docx (diakses tanggal 28 Desember 2016).
9
http://tataruangpertanahan.com/pdf/pustaka/bahan_tayangan/92.pdf (diakses tanggal 28
Desember 2016).

Universitas Sumatera Utara

I. Perumusan Masalah
Berdasarkan

latar


belakang

di

atas,

peneliti

mengidentifikasikan

permasalahnnya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus dalam peraturan
perundang-undangan?
2. Bagaimanakah kedudukan dan peran pemerintah daerah dalam Kawasan
Ekonomi Khusus?
3. Bagaimanakah pengawasan Pemerintah Daerah terhadap Kawasan Ekonomi
Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014?

J. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan di atas terdapat tujuan
yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus dalam peraturan
perundang-undangan.
2. Untuk mengetahui kedudukan dan peran Pemerintah Daerah dalam
Kawasan Ekonomi Khusus.
3. Untuk mengetahui pengawasan Pemerintah Daerah terhadap Kawasan
Ekonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu hukum
khususnya didalam bidang hukum ekonomi yang berkenaan dengan

Universitas Sumatera Utara

pengawasan Pemerintah Daerah pada Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk pembentukan
peraturan yang lebih baik terhadap pengawasan Pemerintah Daerah pada
Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang Pemerintah Daerah.

K. Keaslian Penelitian
Judul penelitian ini adalah Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah
Daerah pada Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah telah disetujui oleh Ketua Jurusan Hukum
Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan telah melalui tahap
pengujian kepustakaan, sehingga diketahui belum ada skripsi yang mengangkat
permasalahan ini. Namun ada beberapa penelitian yang mengangkat tentang
Kawasan Ekonomi Khusus, antara lain:
Eduard Novelly Purba (2016) dengan judul penelitian Analisis Yuridis
terhadap Fungsi Pengawasan Direktorat Bea dan Cukai dalam Kawasan Ekonomi
Khusus. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009
dan peraturan pelaksananya. Aspek hukum pengawasan terhadap penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus. Fungsi pengawasan Direktorat Beadan Cukai terhadap
penyelengaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

Universitas Sumatera Utara

Romauli Purba (2015), dengan judul penelitian Analisis Yuridis Penerapan
Prinsip Keseimbangan Kemajuan dalam Penanaman Modal Berdasarkan UndangUndang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus beserta
Peraturan Pelaksananya. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
penyelenggaraan kawasan ekonomi khusus berdasarkan Undang-Undang Nomor 39
Tahun 2009 dan peraturan pelaksananya. Pengaturan kegiatan penanaman modal di
dalam kawasan

ekonomi khusus. Penerapan prinsip keseimbangan kemajuan

dalam Penanaman Modal berdasarkan Undang-Undang Nomor 39Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Khusus beserta peraturan pelaksanaanya.
Dwi Susilawati (2014), dengan judul penelitian Analisis Hukum
Pengelolaan

Kawasan

Ekonomi

Khusus

(KEK)

Berdasarkan

Peraturan

Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun
2011 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus. Kewajiban Badan
Usaha Pengelola dalam mengelola Kawasan Ekonomi Khusus. Hubungan Badan
Usaha Pengelola dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus.
Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan mempelajari dan mengkaji
buku-buku, peraturan perundang-undangan dan literatur-literatur yang sesuai
dengan kajian permasalahan dalam penulisan skripsi ini, sehingga hasil kajian
dalam

skripsi

ini

dapat

dikatakan

aktual

dan

asli

serta

dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah maupun akademik.

Universitas Sumatera Utara

L. Tinjauan Pustaka
1. Pengawasan
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari
adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapai. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan
yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif
dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan
erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauh mana pelaksanaan kerja
sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauh mana kebijakan
pimpinan dijalankan dan sampai sejauh mana penyimpangan yang terjadi dalam
pelaksanaan

kerja

tersebut. 10

Konsep

pengawasan

demikian

sebenarnya

menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana
pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak
yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.
Dalam penanaman modal pemerintah berperan serta dalam hal memberikan
pengawasan terhadap berlangsungnya kegiatan tersebut. Pemerintah menyediakan
beberapa hal terkait penanaman modal akan dapat berjalan lancar yakni dengan
adanya pemantauan, pembinaan serta pengawasan. Pengawasan dijelaskan dalam
Pasal 6c Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun
2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
(Selanjutnya disebut Perka BKPM No. 13 Tahun 2009) yaitu pengawasan melalui
penelitian dan evaluasi atas informasi pelaksanaan ketentuan penanaman modal dan
10

https://malikazisahmad.wordpress.com/2012/01/13/pengertian-pengawasan/(diakses
tanggal 28 Desember 2016).

Universitas Sumatera Utara

fasilitas yang telah diberikan. Pemeriksaan ke lokasi proyek penanaman modal dan
tindak lanjut terhadap penyimpangan atas ketentuan penanaman modal.
Proses pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan kegiatan
KEK, oleh karena itu setiap pemerintah daerah harus dapat menjalankan fungsi
pengawasan sebagai salah satu fungsi pengawasan terhadap
Pengawasan pemerintah daerah dalam KEK yaitu melakukan pengawasan
dan pengendalian operasionalisasi KEK yang dilakukan oleh Badan Usaha
pengelola KEK. Lingkup pengawasan KEK oleh pemerintah daerah, perpajakan,
kepabeanan dan bea cukai. Cara pemerintah daerah melakukan pengawasan KEK,
yaitu melalui Direktorat Bea dan Cukai. 11
Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah
dilaksanakan secara luas, utuh, dan bulat yang meliputi perencanaan,pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian, dan evaluasi pada semua aspek pemerintahan.
2. Pemerintah Daerah
Pemerintah adalah kekuasaan, tanpa kekuasaan maka pemerintah tidak
punya arti apa-apa 12. Kekuasaan yang dimiliki pemerintah harus memperhatikan
substansi penting yaitu sejauhmana pemerintah mampu mempengaruhi publik
memberikan dukungan terhadap kehendak yang diinginkan. Pemerintah sebagai
pemegang kekuasaan dalam menjalankan pemerintahan demi mencapai tujuan
negara perlu mengadakan pembagian kekuasaan untuk bertugas menjalankan
suatu rangkaian kegiatan atau aktivitas pemerintahan dalam negara tersebut.

11

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus
12
Faried Ali. Syamsu Alam dkk, Studi Analisa Kebijakan, (Bandung: Refika Aditama,
2012), hlm 8

Universitas Sumatera Utara

Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan Perangkat
Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu di bagi
lagi atas daerah kabupaten/kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten/kota
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Gubernur,
Bupati dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi,
Daerah

Kabupaten/Kota dipilih

secara

demokratis.

Pemerintah

daerah

menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat 13.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah lembaga perwakilan
rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah 14
3. Kawasan Ekonomi Khusus
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal hal yang
berkenaan dengan KEK diatur dalam Bab XIV Pasal 31 yang di dalamnya hanya
terkandung 3 (tiga) ayat. Tujuan ditetapkan dan dikembangkannya KEK sesuai
dengan UU No 25 Tahun 2007 Pasal 31 ayat (1) yaitu untuk mempercepat
pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi

13

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia
Tanggal 04 november 2016.
14

Diakses

Pada

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 1 angka 4.

Universitas Sumatera Utara

pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan
suatu daerah, dapat ditetapkan dan dikembangkan KEK. 15
Ketentuan di dalam UU No 25 Tahun 2007 Pasal 31 ayat (3) menyebutkan
bahwa ketentuan mengenai KEK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan undang-undang. Sehingga pengaturan mengenai KEK ini diatur lebih lanjut
dalam UU No 39 Tahun 2009.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) adalah kawasan dengan batas tertentu
dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui
penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan
berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatanekonomi
lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. 16
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), adalah kawasan dengan batas tertentu
dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi
perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. 17
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa KEK merupakan
kawasan dengan batas tertentu yang tercakup dalam daerah atau wilayah untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas dan kemudahan
yang diberikan kepada badan usaha dan pelaku usaha.

15

Dwi Susilawati, Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus, Medan, skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2014, hlm 18-19.
16
Octarina Yuhani, Analisis Perbandingan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Berikat
Dengan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Non Berikat, 2015, Skripsi Fakultas Ekonomi dan
bisnis Universitas Sumatera Utara Medan.
17

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009, Pasal 1 angka (1)

Universitas Sumatera Utara

M. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif. Penelitian yuridis normatif disebut juga sebagai penelitian doktrinal
(doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang menganalisis hukum, baik yang
tertulis di dalam buku maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses
pengadilan. 18 Penelitian hukum normatif berdasarkan data sekunder dan
menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatifkualitatif. 19 Jenis penelitian yuridis normatif digunakan karena masalah yang diteliti
mengenai adanya keterkaitan peraturan yang satu dengan peraturan yang lainnya.
2. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Tujuan penelitian deskriptif adalah
menggambarkan secara tepat, sifat individu, suatu gejala, kedaan atau kelompok
tertentu. 20 Metode Pendekatan penelitian ini tidak hanya bertujuan untuk
mendeskriptifkan tentang fenomena hukum yang berkaitan dengan Pengawasan
Pemerintah Daerah pada Kawasan Ekonomi Khusus berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah hukum tersebut dan
mendeskripsikannya secara sistematis sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan.
3. Sumber data

18

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : Grafitti
Press, 2006), hlm. 118.
19
J. Suprianto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik (Jakarta : Pradnya Paramitha,
2003), hlm. 3.
20
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Bandung : Citra
Aditya Bakti, 2007), hlm. 57.

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian yuridis normatif data yang digunakan adalah data
sekunder. Untuk memecah isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi
mengenai apa yang seyogianya diperlukan sumber-sumber penelitian yang berupa
bahan-bahan hukum primer, sekunder dan tersier. 21
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi
Khusus
4) Undang Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
5) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13
Tahun 2009 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal
6) Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan
Kawasan Ekonomi Khusus. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun
2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus.
7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2012
Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011
Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus

21

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Prenada Media Group, 2005),

hlm.141.

Universitas Sumatera Utara

8) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 104/PMK.010/2016 tentang
Perlakuan Perpajakan, Kepabeanan dan Cukai pada Kawasan Ekonomi
Khusus.
9) Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Dewan Nasional dan
Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
pendapat para ahli, jurnal, artikel, makalah dan karya ilmiah.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tertier atau bahan hukum penunjang pada penelitian ini antara
lain kamus bahasa Indonesia, kamus hukum, koran dan ensiklopedia.
4. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan (library
reaseacrh), dengan alat pengumpulan data berupa studi dokumen untuk
mengumpulkan bahan hukum primer yang diperoleh melalui peraturan perundangundangan, bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
tentang bahan hukum primer, yaitu berupa dokumen atau risalah perundangundangan, dan bahan hukum tersier, yang memberikan penjelasan lebih mendalam
mengenai bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder antara lain: kamus
hukum berbagai majalah maupun jurnal hukum.
5. Analisis data
Pada penelitian hukum normatif, pengolahan bahan hakikatnya kegiatan
untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Membuat

Universitas Sumatera Utara

sistematika dari data-data tersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu
sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis
secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula,
selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif
sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.
N. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terbagi ke dalam bab-bab yang
menguraikan permasalahannya secara tersendiri, di dalam suatu konteks yang
saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Penulisan ini disusun secara sistematis
dalam bentuk skripsi yang terdiri dari 5 (lima) bab yaitu :
Bab I, merupakan bab pendahuluan. Bab ini dibagi menjadi sub bab, yaitu
latar belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II, Keberadaan

Kawasan

Ekonomi

Khusus

dalam

Peraturan

Perundang-Undangan, yang terdiri dari Tinjauan Umum KEK yang berisikan
pengertian dan sumber hukum KEK, tujuan dibentuknya KEK. Perbedaan KEK
dengan Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Pelabuhan Bebas dan Keberadaan
KEK dalam Undang-Undang Penanaman Modal yang terdiri dari Hubungan KEK
dengan upaya meningkatkan Penanaman Modal, Pelayanan Penanaman Modal di
KEK, fasilitas pennaman Modal di KEK serta Keberadaan KEK dalam UndangUndang KEK yang terdiri dari pembangunan KEK, zonasi dalam KEK,
penyelenggaraan KEK dan pembinaan dan pengawasan KEK. Kelembagaan KEK

Universitas Sumatera Utara

terdiri dari Dewan, Nasional, Dewan Kawasan, Administrator KEK serta Badan
Usaha Penyelenggaraan.
Bab III, Kedudukan dan Peran Pemerintah Daerah Dalam Kawasan
Ekonomi Khusus, yang terdiri dari Kedudukan Pemerintah Daerah dalam KEK,
berisikan pengertian Pemerintah Daerah, kedudukan Pemerintah Daerah dalam
KEK, manfaat KEK bagi daerah, Peran Permerintah Daerah dalam KEK yang
berisikan peran Pemerintah Daerah Dalam Persiapan Penetapan KEK, Peran
Pemerintah Dareah Dalam Pembangunan KEK, Peran Pemerintah Daerah Dalam
Penyelenggaran, Pelaksanaan KEK, Peran Pemerintah dalam Memberikan
Fasilitas Penanaman Modal di KEK.
Bab IV, Pengawasan Pemerintah Daerah Terhadap Kek Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, yang terdiri dari Kewenangan
Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014,
berisikan

Kewenangan

Pemerintah

Provinsi,

Kewenangan

Pemerintah

Kabupaten/Kota dan Pengawasan dalam KEK, yang berisikan Pengawasan oleh
Pemerintah Pusat, Pengawasan oleh Dewan Nasional, Pengawasan oleh Dewan
Kawasan, Pengawasan oleh Badan Usaha Pengelola serta Pengawasan KEK oleh
Pemerintah Daerah, Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Mengawasi KEK,
Tujuan Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah dan Penyelenggaraan
Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah.
Bab V, kesimpulan dan saran. Bab ini akan merupakan kesimpulan setelah
dilakukan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, untuk kemudian diberikan
saran-saran yang diharapkan dapat lebih baik lagi kedepan.

Universitas Sumatera Utara