Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah Daerah Pada Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ali, Faried, Syamsu Alam dkk, Studi Analisa Kebijakan, Bandung: Refika Aditama, 2012.

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum Jakarta : Grafitti Press, 2006.

Damuri, Yose Rizal. dkk, Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia: Tinjauan atas Peluang dan Permasalahan, Yogyakarta: PT Kanisius, 2015 Djojodipuro, Marsudi Pengembangan Kawasan Industri Dalam Meningkatkan

Investasi di Kota Semarang. Semarang. Universitas Diponegoro, 2007.

Hadjon, Philipus M., dkk., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to the Indonesian Administrative Law), Cet. Kesembilan Yogjakarta: Gajahmada University Press), 2005

Hidayat, Syarif. Peran Pemerintah dan Relasi Kewenangan dalam Penyelenggaraan KKE:Studi Kasus Batam,dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus, Jakarta:Rajawali Press.

Hutagalung, Arie Sukanti dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan. Jakarta:Rajawali Press, 2008.

Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Bandung : Citra Aditya Bakti, 2007.

Maringan, Masry S. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004.

Marzuki, Peter Mahmud. Penelitian Hukum Jakarta: Prenada Media Group, 2005 Murhaini, H. Suriansyah Hukum Pemerintahan Daerah (Kewenangan Pemerintah

Daerah Mengurus Bidang pertanahan), Surabaya: Laksbang Grafika, 2016 Rajagukguk, Erman. Hukum Investasi di Indonesia Pokok Bahasan Jakarta:

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006.

Rakhmawati, Rosyidah. Hukum Penanaman Modal di Indonesia Malang: Banyumedia Publishing, 2004.


(2)

Syamsulbahri, Darwin. dkk, Peluang, Tantangan dan Prakondisi bagi Program KEK:Studi Kasus Kota Batam, dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus Jakarta:Rajawali Press, 2010.

Suprianto,J. Metode Penelitian Hukum dan Statistik Jakarta : Pradnya Paramitha, 2003.

Yesuari, Ayu Prima. Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus, Jakarta: Erlangga,2014.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, LN No. 147 Tahun 2009, TLN No. 5066.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus.

Jurnal/Makalah/Artikel

Dinas Perdagangan Pemerintahan “Standar Penyelenggaraan Infrastruktur Dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)”. Jakarta: Kawasan Ekonomi Khusus 2011.

Ilyas, Husin. Pembinaan Dan Pengawasan Pemerintah Pusat Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Jurnal Universitas Muara Bango Jambi, 2012.

Lingga, Doriani. Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei Sebagai Klaster Industri, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2012.

Panjaitan, Poltak UB. Analisis Hukum Fasilitas Bagi Investor Di Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2013.

Purba, Hasim. Kawasan Ekonomi Khusus Fenomena Global : Suatu Kajian Aspek Hukum, Jurnal Equality, Vol. 11 No. 2 Agustus 2006.


(3)

Superintending Company of Indonesia (SUCOFINDO). Laporan Kajian Mengenai Kelembagaan, Insentif, Kebijakan/Peraturan Terkait dan Infrastruktur pada Wilayah/Lokasi yang Potensial untuk Dikembangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Jakarta. 2007.

Susilawati, Dwi. Analisis Hukum Pengelolaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Medan, skripsi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2014.

Yuhani, Octarina. Analisis Perbandingan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Berikat Dengan Perlakuan Bea Dan Cukai Di Kawasan Non Berikat, 2015, Skripsi Fakultas Ekonomi dan bisnis Universitas Sumatera Utara Medan. Yenny Lay Rade, Evaluasi Kebijakan Kawasan Perdagangan Bebas Dan

Pelabuhan Bebas Bintan Wilayah Kota Tanjungpinang, Jurnal Universitas Maritim Raja Haji Tanjungpinang 2014.

Website

Sihombing, Jonker. Investasi Asing Melalui Surat Utang Negara di Pasar Modal Bandung : PT. Alumni, 2008.1Ukay Karyadi, blogspot.com/2009/01 “KEK Sebagai Kawasan Pertumbuhan,” (diakses pada tanggal 28 Desember 2016). Triyono Utomo dan Ragimun, “Kawasan Ekonomi Khusus Tidak Cukup Dengan

Insentf Fiskal”, http//www.fiskal.depkeu.go.id/2010/default.asp (diakses tanggal 28 Desember 2016).

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_daerah_di_Indonesia Diakses Pada Tanggal 04 november 2016.

www.palu.bpk.go.id/.../ Tulisan-Hukum-Pembentukan-Kawasan-Ekonomi-Khusus-Palu (1).docx (diakses tanggal 28 Desember 2016).

https://malikazisahmad.wordpress.com/2012/01/13/pengertian-pengawasan/(diakses tanggal 28 Desember 2016).

Tulisan-Hukum-Pembentukan-Kawasan-Ekonomi-Khusus-Palu.docx, diakses tanggal 21 Desember 2016.

http://www.gresnews.com/berita/tips/156167-kewenangan-pemerintah-daerah/0/ diakses tanggal 1 Februari 2017.


(4)

diakses tanggal 1 Februari 2017

(diakses

tanggal 28 Desember 2016)

tanggal 21 Desember 2016

diakses tanggal 1 Februari 2017.

Basuki Antariksa “Konsep Indonesia Kreatif : Tinjauan Awal Mengenai Peluang

dan Tantangannya Bagi Pembangun Indonesia”

http://www.parekraf.go.id/userfiles/file/Zona% 20Kreatif .pdf#page=3&zoom=auto,0,522 (diakses tanggal 21 Desember 2016).

Mas Rozak.

diakses tanggal 21 Desember 2016

tanggal 11 Desember 2016.


(5)

tanggal 11 Desember 2016.

diakses tanggal 21 Desember 2016.

tanggal 11 Maret 2017

12 Maret 2017.


(6)

BAB III

KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM KAWASAN EKONOMI KHUSUS

C. Kedudukan Pemerintah Daerah dalam KEK

4. Pengertian Pemerintah Daerah

Pembentukan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Pasal 18 UUD 1945 menjadi dasar dari berbagai produk undang-undang dan peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur mengenai pemerintah daerah. Undang-undang tersebut antara lain Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957, Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Philipus M. Hadjon memberikan pendapatnya mengenai Pemerintahan sebagai berikut: Pemerintahan dapat dipahami melalui dua pengertian: di satu pihak dalam arti “fungsi pemerintahan” (kegiatan memerintah), di lain pihak dalam arti “organisasi pemerintahan” (kumpulan dari kesatuan-kesatuan pemerintahan). Fungsi pemerintahan ini secara keseluruhan terdiri dari berbagai macam tindakan-tindakan pemerintahan: keputusan-keputusan, ketetapan-ketetapan yang bersifat umum, tindakan-tindakan hukum perdata dan tindakan-tindakan nyata. Hanya


(7)

perundang-undangan dari penguasa politik dan peradilan oleh para hakim tidak termasuk di dalamnya.55

Pemerintahan daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.56

a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;

Definisi Pemerintahan Daerah di dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah Pasal 1 ayat (2), adalah sebagai berikut:“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945”.

Kewenangan pemerintahan daerah di tingkat provinsi yang tercantum dalam Pasal 11 pada ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, meliputi:

b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;

c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota; dan/atau

d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumberdayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah Provinsi.

55

Philipus M. Hadjon, dkk., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to

the Indonesian Administrative Law), Cet. Kesembilan (Yogjakarta: Gajahmada University Press),

2005, hlm. 6-8 56

Mas Rozak.


(8)

Kekuasaan yang dimiliki pemerintah pusat dalam bentuk negara kesatuan sangatlah besar, oleh sebab itu bentuk negara kesatuan terkesan sentralistik. Penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam bentuk negara kesatuan mengadopsi model negara serikat dengan mendistribusikan sepenuhnya kekuasaan kepada Pemerintah Daerah. Kekuasaan di level pusat dikurangi melalui Pemerintah Daerah yang otonom sehingga kekuasaan Pemerintah yang cukup besar dikurangi melalui pendistribusian kewenangan kepada Pemerintah Daerah. Hubungan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah adalah sebagai pelindung dan pengawas kekuasaan yang ada di daerah-daerah sehingga pusat menjalankan fungsi sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan citra negara kesatuan.

Tujuan penyelenggaraan pemerintahan secara umum seperti yang tertuang dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 yaitu bertujuan “..melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Amanat dari UUD 1945 kemudian dilaksanakan dengan membentuk struktur pemerintahan secara bertingkat dengan segala fungsi dan kewenangan yang diberikan oleh konstitusi baik ditingkat pusat ataupun daerah.

Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam konsiderans Undang-Undang 23 Tahun 2014 bertujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah


(9)

dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesi

5. Kedudukan Pemerintah Daerah dalam KEK

Pemerintahan Daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah dan DPRD. Kepala Daerah adalah Kepala Pemerintah Daerah yang dipilih secara demokratis. Pemilihan secara demokratis terhadap Kepala Daerah tersebut, dengan mengingati bahwa tugas dan wewenang DPRD menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, menyatakan antara lain bahwa DPRD tidak memiliki tugas dan wewenang untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka pemilihan secara demokratis dalam Undang-undang ini dilakukan oleh rakyat secara langsung. Kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang wakil kepala daerah, dan perangkat daerah.57

Kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat sebagaimana dimaksud, gubernur bertanggung jawab kepada presiden. Penyelenggaraan pemerintahan daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan. Tugas pembantuan (medebewind) adalah keikutsertaan pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah yang kewenangannya lebih luas dan lebih tinggi di daerah tersebut.58

57

diakses tanggal 21 Desember 2016

diakses tanggal 21 Desember 2016


(10)

Pemerintah daerah dapat menetapkan pengurangan, keringanan, dan pembebasan atas pajak daerah dan/atau retribusi daerah kepada Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha di KEK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah59

6. Manfaat KEK bagi Daerah

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sangat besar manfaatnya bagi roda perekonomian. Sebab dengan adanya KEK, maka roda perekonomian akan semakin menggeliat dan perputaran uang akan semakin cepat. Disamping itu, KEK juga berfungsi sebagai daya tarik para investor baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan banyaknya investor yang meng- investasikan uangnya di kawasan KEK, maka perekonomian masyarakat menjadi semakin bagus dan berkembang.60

Manfaat lain dari adanya KEK bagi pemerintah daerah adalah, pertama : menarik para investor baik dari dalam maupun luar negeri, kedua : insentif dari para pengusaha, ketiga : menjadi kawasan ekonomi khusus, keempat : KEK menjadi tempat transaksi- transaksi bisnis baik nasional maupun internasional. Kelima, perputaran uang dan perekonomian semakin cepat dan besar,keenam : investasi di kawasan KEK akan semakin menambah daya saing, ketujuh : daerah sekitar akan semakin maju, kedelapan : pelaku-pelaku ekonomi bertambah dan meningkatkan profesionalitas sumber daya manusia, kesembilan : potensi- potensi di Kabupaten Batubara, Sumatera Utara antara lain pelabuhan, sumber daya maritim, perikanan, sawit, kakao, dan teh serta masih banyak yang lainnya, akan semakin berkembang pesat.

59

Peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas Dan Kemudahan Di Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 22

60


(11)

D. Peran Permerintah Daerah dalam KEK

5. Peran Pemerintah Daerah dalam Persiapan Penetapan KEK

Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat khusus bagi kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan kawasan khusus (harus sesuai dengan rencana tata ruang wilayah) dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota. Penetapan kawasan khusus dapat diusulkan oleh Menteri dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), gubernur, dan bupati/walikota. Selanjutnya kawasan khusus ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dalam menetapkan kawasan khusus, pemerintah mengikutsertakan daerah yang bersangkutan mulai dari perencanaan sampai ke pelaksanaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan.61

a. Rencana penetapan kawasan khusus yang paling sedikit memuat: studi kelayakan yang mencakup antara lain sasaran yang ingin dicapai, analisis dampak terhadap politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, ketertiban dan ketenteraman, pertahanan dan keamanan; luas dan status hak atas tanah; rencana dan sumber pendanaan; dan rencana strategis);

Penetapan kawasan khusus harus memenuhi persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan. Dalam memenuhi persyaratan administratif, ada tiga hal yang perlu diperhatikan.

Pertama, usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh Menteri dan/atau Pimpinan meliputi:

b. Rekomendasi bupati/walikota dan gubernur yang bersangkutan; dan

61


(12)

c. Rekomendasi DPOD setelah berkoordinasi dengan menteri yang bidang tugasnya terkait dengan fungsi pemerintahan tertentu yang akan diselenggarakan dalam kawasan khusus.

Kedua, usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh gubernur meliputi: a. Rekomendasi dari pemerintah kabupaten/kota yang bagian wilayahnya

akan diusulkan sebagai kawasan khusus;

b. Keputusan DPRD provinsi tentang persetujuan penetapan kawasan khusus; dan

c. Rencana penetapan kawasan khusus.

Ketiga, usulan kawasan khusus yang disampaikan oleh bupati/walikota meliputi:

a. Rekomendasi gubernur yang bersangkutan;

b. Keputusan DPRD kabupaten/kota tentang persetujuan penetapan kawasan khusus; dan

c. Rencana penetapan kawasan khusus.62

Persyaratan teknis terhadap usulan yang disampaikan oleh Menteri dan/atau Pimpinan LPNK, gubernur, bupati/walikota meliputi faktor kemampuan ekonomi dan potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, luas kawasan, kemampuan keuangan, dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan berdasarkan indikator masing-masing faktor yang disusun oleh kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian, gubernur, bupati/walikota sesuai bidang tugas masing-masing.

62 Ibid


(13)

Persyaratan fisik kewilayahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 terhadap usulan penetapan kawasan khusus yang disampaikan oleh Menteri dan/atau Pimpinan LPNK, gubernur, dan bupati/walikota meliputi: (a) peta lokasi kawasan khusus ditetapkan dengan titik koordinat geografis sebagai titik batas kawasan khusus; (b) status tanah kawasan khusus merupakan tanah yang dikuasai pemerintah/pemerintah daerah dan tidak dalam sengketa; dan (c) batas kawasan khusus.

Ada lima tata cara pengusulan kawasan khusus diatur sebagai berikut. Pertama, usulan Menteri dan/atau Pimpinan LPNK. Menteri dan/atau pimpinan LPNK menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada pemerintah provinsi yang bersangkutan. Pemerintah provinsi bersama-sama dengan pemerintah kabupaten/kota, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota melakukan pembahasan terhadap rencana penetapan kawasan khusus yang disampaikan Menteri dan/atau Pimpinan LPNK.63

Kedua, usulan Gubernur. Gubernur menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada bupati/walikota yang bagian wilayahnya akan diusulkan sebagai kawasan khusus untuk meminta persetujuan. Kemudian Bupati/Walikota Setelah persetujuan, gubernur menyampaikan persetujuan tersebut kepada Menteri dan/atau Pimpinan LPNK yang mengusulkan. Menteri dan/atau Pimpinan LPNK menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.

63


(14)

bersama-sama dengan DPRD kabupaten/kota melakukan pembahasan atas rencana penetapan kawasan khusus yang disampaikan gubernur. Setelah rencana penetapan kawasan khusus mendapat persetujuan, gubernur menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada DPRD provinsi untuk mendapat persetujuan bersama. Setelah mendapat persetujuan bersama, gubernur menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.

Ketiga, usulan Bupati/Walikota. Bupati/walikota menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada DPRD kabupaten/kota untuk meminta persetujuan. Setelah persetujuan, bupati/walikota menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada gubernur untuk meminta rekomendasi. Setelah mendapatkan rekomendasi dari gubernur, bupati/walikota menyampaikan rencana penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.

Keempat, usulan Lintas Kabupaten/Kota Dalam 1 (Satu) Provinsi. Dalam hal kawasan khusus yang diusulkan berada dalam 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih dalam 1 (satu) provinsi, terlebih dahulu dilakukan kesepakatan bersama antara pemerintah provinsi dan DPRD provinsi dengan seluruh pemerintah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota yang bersangkutan untuk mengusulkan penetapan kawasan khusus. Kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus menunjuk gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan


(15)

penetapan kawasan khusus. Kemudian Gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan penetapan kawasan khusus menyampaikan usulan penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.64

6. Peran Pemerintah Dareah dalam Pembangunan KEK

Kelima, usulan Lintas Kabupaten/Kota Beda Provinsi. Dalam hal kawasan khusus yang diusulkan berada dalam 2 (dua) kabupaten/kota atau lebih dalam provinsi yang berbeda, terlebih dahulu dilakukan kesepakatan bersama seluruh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang bersangkutan untuk mengusulkan penetapan kawasan khusus. Kesepakatan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekaligus menunjuk salah satu gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan penetapan kawasan khusus. Kemudian Gubernur sebagai koordinator dalam pengusulan penetapan kawasan khusus menyampaikan usulan penetapan kawasan khusus kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri disertai dengan kelengkapan persyaratan administratif, teknis, dan fisik kewilayahan.

Dalam masa otonomi kepala daerah sudah dipilih langsung masyarakat yang berdomisili di wilayah tersebut. Pada masa otonomi seharusnya pemerintah daerah memainkan peran yang berbeda tetapi dalam kenyataan masih banyak yang melihat kehariran mereka sebagai wakil pusat di daerah. Hal ini karena sebagian besar kepala daerah yang terpilih adalah mantan birokrat pada masa yang lalu. para kepala daerah lebih berperan sebagai administrator dan bukan ahli strategi

64 Ibid


(16)

pembangunan wilayah.65

Peranan Pemerintah Daerah dalam Pengembangan KEK, antara lain : penyediaan Lahan, penataan ruang, dan infrastruktur; Sistem perizinan/pelayanan terpadu; Peraturan daerah yang kondusif bagi investasi. Dukungan terhadap keamanan dan ketertiban.

Salah satu aspek kelembagaan yang perlu mendapatkan perhatian adalah birokrasi pemerintah. Kata birokrasi bisa bermakna administrasi pemerintahan tapi bisa juga berarti organisasi pemerintah. Pada awalnya birokrasi mempunyai arti yang positif, sebagai suatu metode organisasi yang rasional dan efisien (metode mengatasi pelaksanaan kekuasaan yang sewenang wenang oleh rejim yang otoriter). Birokrasi diibaratkan teknisi pabrik yang bekerja berdasarkan hirarki dan spesialisasi sehingga tugas yang sulit sekali pun dapat dilaksanakan secara efisien

66

7. Peran Pemerintah Daerah dalam Penyelenggaran, Pelaksanaan KEK Peranan Pemerintah Daerah dalam pengembangan KEK, antara lain : 67 a. Penyediaan lahan, penataan ruang dan infrastruktur;

b. Sistem perizinan/pelayanan terpadu;

c. Peraturan daerah yang kondusif bagi investasi. d. Dukungan terhadap keamanan dan ketertiban

2016

66

Desember 2016.

67

Desember 2016.


(17)

Berdasarkan penetapan KEK, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau kementerian/lembaga pemerintah non kementerian menetapkan Badan Usaha untuk melakukan pembangunan KEK.68

8. Peran Pemerintah dalam Memberikan Fasilitas Penanaman Modal di KEK Secara umum peraturan perundang-undangan bidang penanaman modal setelah berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal adalah Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah, Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 Tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2010 Tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 Tentang Rencana Umum Penanaman Modal, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pembinaan dan Pelaporan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM Nomor 12 Tahun 2009 Tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 Tahun 2013 Tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan

68

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 33


(18)

Penanaman Modal, Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Penanaman Modal Provinsi dan Kabupaten/Kota, Peraturan Kepala BKPM Nomor 14 Tahun 2009 Tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik.69

a. Fasilitas Pajak Penghasilan (PPh)

Fasilitas KEK diberikan kepada investor dengan tujuan untuk meningkatkan daya saing agar lebih diminati oleh penanam modal yang terdiri atas fasilitas fiskal dan non fiskal. Fasilitas dan kemudahan yang diberikan kepada investor ini diatur dalam Bab VI Undang-Undang KEK. Bentuk fasilitas yang diberikan kepada investor yang melakukan kegiatan penanaman modal di KEK yaitu:

b. Fasilitas pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dalam waktu tertentu kepada penanam modal di KEK sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

c. Barang yang diimpor ke KEK diberikan fasilitas berupa: penangguhan bea masuk, pembebasan cukai sepanjang merupakan bahan baku atau bahan penolong produksi, tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPn) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk barang kena pajak, serta tidak dipungut PPh Impor.

d. Setiap wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha di KEK diberikan insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

69

Poltak UB. Panjaitan, Analisis Hukum Fasilitas Bagi Investor Di Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan 2013, hlm 39


(19)

e. Di KEK diberikan kemudahan dan keringanan di bidang perizinan usaha, kegiatan usaha, perindustrian, perdagangan, kepelabuhanan dan keimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis, serta diberikan fasilitas keamanan;

f. Di KEK tidak diberlakukan ketentuan yang mengatur bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal, kecuali yang dicadangkan untuk UMKM maupun Koperasi

Pemerintah berwenang menetapkan kebijakan penanaman modal tersendiri di KEK”, Pasal 31 ayat (2) UU Penanaman Modal Indonesia. Ketentuan pasal tersebut mengisyaratkan pentingnya peran pemerintah dalam suksesnya pemberlakuan status k awasan ekonomi khusus. Berkaitan dengan peran pemerintah dalam pengembangan KEK, ada 6 (enam) karakteristik utama yang dimiliki Model KEK yang dikembangkan di KEK, yaitu:

a. Lokasi KEK yang memiliki akses yang prima terhadap sarana transportasi, khususnya transportasi laut dan udara;

b. Infrastruktur pendukung tersedia dengan baik;

c. Adanya komitmen politik yang kuat dari pemerintah dalam memberikan kelonggaran perizinan dan perpajakan

d. Tersedianya tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan dengan upah yang relatif murah;


(20)

f. Hadirnya iklim politik dan ekonomi yang relatif stabil 70 Peran pemerintah dalam KEK, yaitu

1. Sebagai pelaksana

Sebagai pelaksana pemerintah melakukan fase persiapan KEK. Bentuk konkret dari fungsi ini, antara lain:

a. Menyiapkan lahan bagi pembentukan; dan

b. Membangun sarana infrastruktur pendukung aktivitas di KEK. 2. Sebagai fasilitatif

Sebagai fasilitator pemerintah melakukan fase persiapan maupun pada fase operasionalisasi KEK, dalam bentuk antara lain,

a. Menetapkan payung hukum bagi KEK.

b. Menetapkan regulasi-regulasi pendukung lainnya, dan c. Memberikan pelayanan public yang efisien

3. Fungsi koordinasi dan supervisi

Sebagai koordinasi dan supervise pemerintah dalam rangka membangun kesamaan visi dan relasi kerja yang sehat diantara instansi-instansi pemerintah yang terlibat dalam pengelolaan KEK. Sementara fungsi supervisi pemerintah dilakukan sebagai upaya untuk mencegah kemungkinan dampak negative dari bias implementasi KEK seperti menetapkan regulasi yang terkait dengan upaya mencegah dan mengatasi dampak tidak menguntungkan dari implementasi KEK.71

70

Syarif Hidayat, Peran Pemerintah dan Relasi Kewenangan dalam Penyelenggaraan KKE:Studi Kasus Batam,dalam Buku Quo Vadis Kawasan Ekonomi Khusus, (Jakarta:Rajawali Press), hlm 91

71

Poltak UB. Panjaitan, Op.Cit, hlm 85


(21)

Peranan Pemerintah Pusat Pengembangan KEK, yaitu Perumusan kebijakan dan kerangka regulasi; ketersediaan norma, standar, prosedur, dan manual (NSPM); Pengembangan skema insentif fiskal dan non-fiskal; Fasilitasi terhadap proses perpajakan, bea cukai, keimigrasian dan ketenagakerjaan; Menyiapkan paket kawasan untuk ditawarkan kepada investor dan Promosi.72

72


(22)

BAB IV

PENGAWASAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP KAWASAN EKONOMI KHUSUS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 23 TAHUN 2014

D. Kewenangan Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014.

3. Kewenangan Pemerintah Provinsi

Istilah wewenang seringkali disamaartikan dengan istilah kemampuan atau bevoegdheid dalam ranah hukum perdata. Istilah wewenang sebenarnya tidak dapat disamakan dengan bevoegdheid, karena kedua istilah tersebut mempunyai perbedaan yang mendasar berkaitan dengan karakter hukumnya.73

Gubernur karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintah pusat di wilayah provinsi yang bersangkutan. Artinya, gubernur menjembatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah termasuk Bevoegdheid digunakan dalam konsep hukum public dan hukum privat, sedangkan istilah wewenang hanya berlaku dalam konsep publik. Wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan suatu tindakan hukum publik.

Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintah daerah yang disebut kepala daerah. Kepala daerah untuk provinsi disebut gubernur, untuk kabupaten disebut bupati dan untuk kota adalah walikota.

73

H. Suriansyah Murhaini, Hukum Pemerintahan Daerah (Kewenangan Pemerintah


(23)

dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan pada strata pemerintahan kabupaten/kota.

Dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat sebagaimana dimaksud, gubernur bertanggung jawab kepada presiden. Penyelenggaraan pemerintahan daerah menggunakan asas otonomi dan tugas pembantuan. Tugas pembantuan adalah keikutsertaan pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah yang kewenangannya lebih luas dan lebih tinggi di daerah tersebut.74 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mempertegas kewenangan gubernur agar fungsi sebagai kepala daerah otonom danwakil pemerintah pusat dapat berjalan secara efektif. Jika pemerintah pusat memilkiyang bersifat standar, norma, dan pedoman nasional, maka provinsi memiliki kewenangan yang bersifat lintas kabupaten/kota dan koordinasi penyelenggaraan kewenangan di wilayah provinsi itu. Sementara itu, kabupaten/kota memilikikewenangan mengatur dan mengurus dalam bidang kewenangan yang dimiliki berdasarkan standar dan norma dari pusat dan dari provinsi.75

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2015 tentang kewenangan provinsi sebagai daerah otonom adalah meliputi bidang-bidang pertanian, kelautan, pertambangan dan energi, kehutanan dan perkebunan, perindustrian dan perdagangan, perkoperasian, penanaman modal, kepariwisataan, ketenagakerjaan, kesehatan, pendidikan nasional, sosial, penataan ruang, pertanahan, pemukiman,

diakses tanggal 21 Desember 2016.

75

Arie Sukanti Hutagalung dan Markus Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan. (Jakarta:Rajawali Press, 2008), hlm 149


(24)

pekerjaan umum dan perhubungan, lingkungan hidup, politik dalam negeri dan administrasi publik, pengembangan otonomi daerah, perimbangan keuangan daerah, kependudukan, olah raga, hukum dan perundang-undangan, serta penerangan.

Di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah tidak dijelaskan sejauhmana peran pemerintah daerah terhadap pengelolaan KEK, sehingga menimbulkan kerancuan sejauhmana peran pemerintah daerah serta tugas dan wewenangnya. Demikian dibutuhkan lebih lanjut terkait dengan implementasi pelaksanaan urusan, yang dapat mencerminkan hubungan antara lembaga pemerintahan daerah, pada akhirnya akan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran pembentukan kawasan khusus. Pengaturan lebih spesifik terhadap KEK ada di undang-undang

4. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas Dan Kemudahan Di Kawasan Ekonomi Khusus Pasal 22 Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota atas beberapa hal, yaitu

a. Pemerintah daerah dapat menetapkan pengurangan, keringanan, dan pembebasan atas pajak daerah dan/atau retribusi daerah kepada Badan Usaha dan/atau Pelaku Usaha di KEK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah.

b. Pengurangan pajak daerah dan/atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling rendah 50% (lima puluh persen) dan paling tinggi 100% (seratus persen).


(25)

c. Ketentuan mengenai bentuk, besaran dan tata cara pengurangan, keringanan, dan pembebasan pajak daerah dan/atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah.

E. Pengawasan dalam KEK

5. Pengawasan oleh Pemerintah Pusat

Pengawasan adalah proses dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.76

Negara Indonesia sebagai negara kesatuan yang berbentuk republik melandasi pelaksanaan pemerintahan di daerah pada asas desentralisasi. Kaidah asas inilah yang kemudian melahirkan makna otonom, dengan substansi penyerahan kewenangan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Di samping asas desentralisasi dikenal juga asas dekonsentrasi dengan substansi yang agak berbeda yaitu penugasan dari pemerintah pusat. Makna kewenangan yang diserahkan, dilimpahkan dan ditugaskan sifatnya untuk mengatur dan mengurus pelaksanaan pemerintahan di daerah.

Pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan memerlukan pengawasan agar perencanaan yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik.

77

Era otonomi daerah sekarang, ada kecenderungan otonomi ditafsirkan sebagai kebebasan daerah untuk melakukan apa saja tanpa campur tangan

76

Maringan, Masry S. Dasar-Dasar Administrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), hlm 61

77

tanggal 1 Februari 2017


(26)

Pemerintah Pusat. Padahal dalam negara kesatuan, Pemerintah Daerah merupakan subordinasi dari Pemerintah Pusat dimana pada tingkat terakhir Pemerintah Pusat-lah yang akan mempertanggungjawabkan segala sesuatunya kepada Parlemen. Kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat harus tetap mengacu pada peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat.

Pengawasan oleh pusat terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah, akibat mutlak dari negara kesatuan, hal ini dikemukan Ninik Widyanti dan Sunindhia yaitu: “Pengawasan terhadap segala kegiatan pemerintah daerah termasuk Keputusan Kepala Daerah dan Peraturan Daerah merupakan suatu akibat mutlak dari adanya negara kesatuan”78

Pemerintah melaksanakan pembinaan umum dan pembinaan teknis atas penyelenggaraan KEK. Pembinaan umum dilaksanakan oleh Menteri Dalam Negeri, meliputi: (a) koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan; (b) pemberian pedoman dan standar pelaksanaan kawasan khusus; (c) pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi penyelenggaraan kawasan khusus; (d) perencanaan umum penyelenggaraan kawasan khusus; dan (e) penyiapan dan pengelolaan sistem informasi manajemen dan akuntabilitas kinerja kawasan khusus. Pembinaan teknis dilaksanakan oleh Menteri dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang terkait sesuai dengan ketentuan

78

Husin Ilyas, Pembinaan Dan Pengawasan Pemerintah Pusat Dalam Rangka Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Jurnal Universitas Muara Bango Jambi, 2012, hlm 6


(27)

peraturan perundang-undangan79

6. Pengawasan oleh Dewan Nasional

. Pemerintah bersama-sama dengan pemerintah daerah melakukan pengawasan dan evaluasi atas penyelenggaraan kawasan khusus. Hasil pengawasan dan evaluasi digunakan oleh pemerintah sebagai bahan pembinaan umum dan pembinaan teknis penyelenggaraan fungsi pemerintahan tertentu pada kawasan khusus.

Dewan Nasional KEK bertanggung jawab kepada Presiden dan bertugas membantu Presiden dalam:

a. Menyusun Rencana Induk Nasional KEK;

b. Menetapkan kebijakan umum serta langkah strategi untuk mempercepat pembentukan dan pengembangan KEK;

c. Menetapkan standar infrastruktur dan pelayanan minimal dalam KEK; d. Melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah untuk dijadikan KEK; e. Memberikan rekomendasi pembentukan KEK;

f. Mengkaji dan merekomendasikan langkah pengembangan di wilayah yang potensinya belum berkembang;

g. Menyelesaikan permasalahan strategis dalam pelaksanaan, pengelolaan, dan pengembangan KEK; dan

h. Memantau dan mengevaluasi keberlangsungan KEK serta merekomendasikan langkah tindak lanjut hasil evaluasi kepada Presiden, termasuk mengusulkan pencabutan status KEK.

79


(28)

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Dewan Nasional dapat:

a. meminta penjelasan Dewan Kawasan dan Administrator mengenai pelaksanaan kegiatan;

b. meminta masukan dan/atau bantuan instansi Pemerintah, pemerintah daerah, atau para ahli sesuai dengan kebutuhan; dan/atau

c. melakukan kerja sama dengan pihak lain sesuai dengan kebutuhan80

Dewan Nasional mengawasi KEK dengan cara mengadakan rapat konsultasi dan/atau koordinasi dengan Ketua Dewan Kawasan paling kurang 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun.81

7. Pengawasan oleh Dewan Kawasan

Dewan Kawasan terdiri atas wakil pemerintah dan wakil pemerintah daerah. Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di tingkat provinsi untuk membantu Dewan Nasional dalam penyelenggaraan KEK. Menurut UU KEK, Pasal 19, Dewan Kawasan diusulkan oleh Dewan Nasional kepada Presiden untuk ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Namun Dewan Kawasan bertanggung jawab kepada Dewan Nasional KEK.82

Secara organisasi, Dewan Kawasan terdiri atas ketua, yaitu gubernur, wakil ketua, yaitu bupati/walikota, dan anggota, yaitu unsur Pemerintah di provinsi, unsur pemerintah provinsi, dan unsur pemerintah kabupaten/kota UU KEK Pasal 20. Menurut UU KEK, Pasal 21, ada beberapa tugas yang dijalankan

80

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 18 81

Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2010 Tentang Dewan Nasional dan Dewan Kawasan, Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 17.

82


(29)

oleh dewan kawasan, yaitu: (a) melaksanakan kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh Dewan Nasional untuk mengelola dan mengembangkan KEK di wilayah kerjanya; (b) membentuk Administrator KEK di setiap KEK; (c) mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Administrator KEK dalam penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu satu pintu dan operasionalisasi KEK; (d) menetapkan langkah strategis penyelesaian permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan KEK di wilayah kerjanya; (e) menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada Dewan Nasional setiap akhir tahun; dan (f) menyampaikan laporan insidental dalam hal terdapat permasalahan strategis kepada Dewan Nasional.

Menurut Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2010, Pasal 18-27, dewan kawasan memiliki karakteristik sebagai berikut:

(1) dewan kawasan dibentuk pada setiap provinsi yang wilayahnya ditetapkan sebagai KEK;

(2) dewan kawasan diusulkan oleh dewan nasional dan ditetapkan oleh presiden dengan keputusan presiden;

(3) dewan kawasan bertanggungjawab kepada dewan nasional;

(4) dewan kawasan wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dengan dewan nasional;

(5) dewan kawasan diketuai oleh gubernur, wakil ketua (bupati/walikota) dan anggota (unsur pemerintah provinsi yang menangani urusan pemerintahan di bidang perpajakan, kepabeanan, pertanahan dan keimigrasian dan unsur pemerintah daerah yang menangani urusan perekonomian dan


(30)

perencanaan pembangunan daerah di pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota;

(6) Membentuk sekretariat dewan kawasan, bertanggung jawab kepada ketua dewan kawasan dan memiliki tugas menyelenggarakan dukungan dan pelayanan teknis operasional dan adminsitratif kepada dewan kawasan; (7) Sekretariat dewan kawasan menyelenggarakan fungsi : pemberian

dukungan teknis operasional kepada dewan kawasan, pemberian pelayanan administrasi penyusunan rencana dan program kerja dewan kawasan, penyelenggaraan kegiatan koordinasi, sinkronisasi dan integrasi administrasi kegiatan dan tindak lanjut pelaksanaan tugas dewan kawasan, pemberian pelayanan administrasi kerja sama dewan kawasan dengan lembaga pemerintah dan pihak lain yang terkait, pemberian pelayanan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data serta penyusunan laporan kegiatan dewan kawasan dan penyelenggaraan administrasi keanggotaan dewan nasional serta pembinaan organisasi, adminsitrasi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana secretariat dewan kawasan; (8) Sekretariat dewan kawasan secara ex-officio dilaksanakan oleh unit kerja /

perangkat daerah provinsi yang menangani tugas dan fungsi di bidang investasi atau perdagangan; dan

(9) Apabila dianggap perlu, maka dewan kawasan dapat membentuk tim ahli, yang susunan keanggotaanya ditetapkan oleh ketua dewan kawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Kawasan terhadap KEK, yaitu


(31)

Dewan kawasan melakukan pengawasan KEK, yaitu mengawasi, mengendalikan, mengevaluasi, dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas Administrator KEK dalam penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu satu pintu dan operasionalisasi KEK. 83

8. Pengawasan oleh Badan Usaha Pengelola

Badan Usaha adalah perusahaan berbadan hukum yang berupa Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, swasta, dan usaha patungan untuk menyelenggarakan kegiatan usaha KEK. Menurut UU KEK, pasal 26, bahwa penyelenggaraan kegiatan usaha di KEK dilaksanakan oleh Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK, dapat berupa:

(a) Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah; (b) Badan Usaha Koperasi;

(c) Badan Usaha Swasta; atau

(d) Badan Usaha Patungan antara Swasta dan/atau Koperasi dengan Pemerintah, dan/atau pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota.

Menurut PP 2/2011, Pasal 47-49, badan usaha pengelola KEK harus ditetapkan pada masa pelaksanaan pembangunan KEK sebelum dinyatakan siap beroperasi oleh Dewan Nasional. Apabila KEK adalah hasil dari usulan badan usaha, maka badan usaha pengusul ditetapkan sebagai badan usaha pengelola KEK oleh pemerintah provinsi (jika lokasi KEK berada pada lintas wilayah

83


(32)

kabupaten/kota) atau oleh pemerintah kabupaten/kota (jika lokasi KEK berada dalam satu wilayah kabupaten/kota).

Apabila KEK adalah hasil dari usulan pemerintah kabupaten/kota, maka badan usaha pengelola KEK dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota yang sesuai dengan:

(a) ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik daerah, jika pembangunan KEK dibiayai dari APBD kabupaten/kota; (PP No. 2/2011), atau

(a) perjanjian pembangunan KEK jika pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama antara pemerintah kabupaten/kota dengan badan usaha.

Apabila KEK adalah hasil dari usulan pemerintah provinsi, maka badan usaha pengelola KEK dilakukan oleh pemerintah provinsi yang sesuai dengan:

(b) ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik daerah, jika pembangunan KEK dibiayai dari APBD provinsi (PP) No. 2/2011

(c) perjanjian pembangunan KEK jika pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama antara pemerintah provinsi dengan badan usaha.

Apabila KEK adalah hasil dari usulan Kementerian/LPNK, maka badan usaha pengelola KEK dilakukan oleh Kementerian/LPNK yang sesuai dengan: (a) ketentuan perundang-undangan di bidang pengelolaan barang milik daerah, jika pembangunan KEK dibiayai dari APBN, atau (b) perjanjian pembangunan KEK jika pembangunan KEK dibiayai dari kerjasama antara kementerian / lembaga pemerintahan non kementerian dengan badan usaha.


(33)

Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK akan melaksanakan pengelolaan KEK berdasarkan perjanjian pengelolaan KEK yang ditandatangani bersama antara badan usaha dengan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK sesuai dengan kewenangannya. Perjanjian ini paling sedikit memuat:

(1) Lingkup pekerjaan; (2) Jangka waktu;

(3) Standar kinerja pelayanan; (4) Sanksi;

(5) Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa;

(6) Pemutusan perjanjian oleh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK;

(7) Pengakhiran perjanjian;

(8) Pertanggungjawaban terhadap barang milik negara/daerah;

(9) Serah terima asset atau infrastruktur oleh badan usaha pengelola kepada pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK kerjasama pengelolaan berakhir; dan

(10) Kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan pelayanan kepabeanan dan cukai.

Menurut PP 2/2011, Pasal 9, menyatakan bahwa pemerintah provinsi dan atau pemerintah kabupaten/kota, paling sedikit memberikan dukungan dalam bentuk:


(34)

(1) Komitmen rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan restribusi daerah serta kemudahan lainnya; dan

(2) Pendelegasian kewenangan di bidang perizinan, fasilitas dan kemudahan. Fasilitas atau insentif yang diberikan bagi perusahaan dalam wilayah KEK terdiri atas:

(1) fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) dan tambahan fasilitas PPh sesuai dengan karakteristik Zona (UU KEK Pasal 30);

(2) Fasilitas perpajakan dalam waktu tertentu kepada penanam modal berupa pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (UU KEK, Pasal 31);

(3) Impor barang ke KEK dapat diberikan fasilitas berupa: (a) penangguhan bea masuk;

(b) pembebasan cukai, sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku atau bahan penolong produksi;

(c) tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk barang kena pajak; dan

(d) tidak dipungut PPh impor. UU KEK Pasal 32;

(4) Penyerahan barang kena pajak dari tempat lain di dalam daerah pabean ke KEK dapat diberikan fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyerahan barang kena pajak dari KEK ke tempat lain di dalam daerah pabean sepanjang tidak ditujukan kepada pihak yang mendapatkan fasilitas PPN dikenakan


(35)

PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 31 UU KEK.

(5) Setiap wajib pajak yang melakukan usaha di KEK diberikan insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain insentif pajak daerah dan retribusi daerah, pemerintah daerah dapat memberikan kemudahan lain Pasal 35 UU KEK.

(6) Di KEK diberikan kemudahan untuk memperoleh hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan Pasal 36 UU KEK (7) Di KEK diberikan kemudahan dan keringanan di bidang perizinan usaha,

kegiatan usaha, perindustrian, perdagangan, kepelabuhan, dan keimigrasian bagi orang asing pelaku bisnis, serta diberikan fasilitas keamanan Pasal 38 UU KEK.

Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Usaha Pengelola KEK melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK. Badan Usaha yang ditetapkan sebagai pengelola KEK akan melaksanakan pengelolaan KEK berdasarkan perjanjian pengelolaan KEK yang ditandatangani bersama antara badan usaha dengan pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK sesuai dengan kewenangannya. Perjanjian ini paling sedikit memuat: (1) Lingkup pekerjaan; (2) Jangka waktu; (3) Standar kinerja pelayanan; (4) Sanksi; (5) Pelaksanaan pelayanan KEK dalam hal terjadi sengketa; (6) Pemutusan perjanjian oleh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK; (7) Pengakhiran perjanjian; (8) Pertanggungjawaban terhadap barang milik


(36)

negara/daerah; (9) Serah terima asset atau infrastruktur oleh badan usaha pengelola kepada pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau Kementerian/LPNK kerjasama pengelolaan berakhir; dan (10) Kesanggupan penyediaan ruang kantor untuk kegiatan pelayanan kepabeanan dan cukai.84

F. Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah

4. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Mengawasi KEK

Sejak diberlakukannya otonomi daerah oleh pemerintahan pusat, kini setiap daerah menyelenggarakan urusan pemerintahannya sendiri. Penyerahan wewenang tersebut menjadikan pemerintah daerah mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai peraturan perundang-undangan.85

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, bahwa Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Pemerintahan daerah dalam mengatur dan mengurus pemerintahan sendiri harus menjalankan asas otonomi yang seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah pusat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.

84

85

http://www.gresnews.com/berita/tips/156167-kewenangan-pemerintah-daerah/0/ diakses tanggal 1 Februari 2017.


(37)

Adapun kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi adalah sebagai berikut: a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan, dan perencanaan, pemanfaatan,

dan pengawasan tata ruang.

b. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana umum serta penanganan bidang kesehatan.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial dan penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota.

d. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota, fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota.

e. Pengendalian lingkungan hidup, pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota, pelayanan kependudukan, dan catatan sipil.

f. Pelayanan administrasi umum pemerintahan, pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota.

g. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.86

Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut: a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan, perencanaan, pemanfaatan, dan

pengawasan tata ruang.

b. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, penyediaan sarana dan prasarana umum.

86 Ibid


(38)

c. Penanganan bidang kesehatan, penyelenggaraan pendidikan, penanggulangan masalah sosial, pelayanan bidang ketenagakerjaan, fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah.

d. Pengendalian lingkungan hidup, pelayanan pertanahan, pelayanan kependudukan, dan catatan sipil, pelayanan administrasi umum pemerintahan, pelayanan administrasi penanaman modal.

e. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya dan urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.87

Kawasan Khusus Pasal 360 undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, yaitu :

(1) Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifat strategis bagi kepentingan nasional, Pemerintah Pusat dapat menetapkan kawasan khusus dalam wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota.

(2) Kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. kawasan perdagangan bebas dan/atau pelabuhan bebas; b. kawasan hutan lindung;

c. kawasan hutan konservasi; d. kawasan taman laut; e. kawasan buru;

f. kawasan ekonomi khusus; g. kawasan berikat;

h. kawasan angkatan perang;

87 Ibid


(39)

i. kawasan industri; j. kawasan purbakala; k. kawasan cagar alam; l. kawasan cagar budaya; m. kawasan otorita; dan

n. kawasan untuk kepentingan nasional lainnya yang diatur dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

(3) Untuk membentuk kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Pusat mengikutsertakan Daerah yang bersangkutan.

(4) Dalam kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap Daerah mempunyai kewenangan daerah yang diatur dengan peraturan pemerintah, kecuali kewenangan daerah tersebut telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Daerah dapat mengusulkan pembentukan kawasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah Pusat.

5. Tujuan Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah

Adapun tujuan pengawasan KEK oleh pemerintah daerah antara lain: sebagai Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Sedangkan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah


(40)

daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Penyelenggaraan Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah

Pembentukan KEK diperuntukkan bagi kegiatan tertentu. Kegiatan tertentu yang dimaksud adalah melakukan dan mengembangkan usaha dibidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritime dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK dengan tujuan untuk mengawasi pengelolaan KEK. Lembaga tersebut terdiri atas Dewan Nasional ditingkat pusat yang diketuai oleh menteri dan Dewan Kawasan ditingkat provinsi diketuai oleh Kepala Daerah (Gubernur atau Bupati)


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disajikan hasil kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Keberadaan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) disebutkan pertama sekali dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada Pasal 31 dan selanjutnya diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Operasional penyelenggaraan KEK diatur lebih lanjut dalam beberapa peraturan pemerintah dan peraturan menteri terkait. Kepastian hukum pengaturan KEK tersebut melengkapi kawasan ekonomi yang sudah ada sebelumnya, seperti Kawasan Perdagangan Bebas, Pelabuhan Bebas, Kawasan Berikat, Kawasan Industri. Keberadaan KEK yang memiliki legitimasi secara hukum diharapkan mampu meningkatkan investasi dan pembangunan ekonomi nasional dan di daerah.

2. Peranan pemerintah daerah dalam pengembangan KEK antara lain penyediaan lahan, penataan ruang dan infrastruktur, sistem perizinan/pelayanan terpadu, peraturan daerah yang kondusif bagi investasi dan dukungan terhadap keamanan dan ketertiban Daerah juga berperan dalam memberikan fasilitas fiskal dan non fiskal sesuai dengan kewenangan berdasarkan perundang-undangan. Izin Badan Usaha Pengelolaan KEK dikeluarkan oleh pemerintah daerah Pasal 360.


(42)

3. Pengawasan pemerintah daerah terhadap KEK berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, yang diawasi pemerintah daerah berupa fiskal dan non fiskal, dasar pemberintah daerah mengawasi KEK yaitu Pasal 360, cara pemerintah daerah mengawasi KEK, yaitu melalui peraturan daerah.

D. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan tersebut, dapat dikembangkan saran sebagai berikut.

1. Agar KEK berkembang dan menarik penanaman modal utamanya penanaman modal asing baru dan lebih kompetitif dibandingkan dengan KEK sejenis di berbagai negara, perlu diberikan fasilitas dan kemudahan dalam bentuk perpajakan, kepabeanan, dan cukai, lalu lintas barang, ketenagakerjaan, keimigrasian, pertanahan, serta perizinan dan nonperizinan

2. Dengan kekuasaan yang dimiliki pemerintah daerah dalam KEK, seharusnya penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah perlu benar-benar dilaksanakan dan bukan hanya sekedar teori dalam penyelenggaraannya yang diatur dalam undang-undang saja.

3. Mengingat banyaknya kemudahan perpajakan yang ditawarkan bagi para investor oleh pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sehingga tidak terjadi overlapping (tumpang tindih) dalam pemberian kemudahan perpajakan.


(43)

BAB II

KEBERADAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

E. Tinjauan Umum KEK

4. Pengertian dan Sumber Hukum KEK

Penanaman modal sebagai sarana pengembangan ekonomi setidaknya akan menjadi suatu hubungan yang tidak terelakkan. Hubungan ini terjadi karena adanya rasa saling membutuhkan antara satu sama lain dalam memenuhi kebutuhannya. Di satu sisi penanam modal memerlukan bahan baku, tenaga kerja, sarana dan prasarana, pasar, jaminan keamanan serta kepastian hukum untuk dapat lebih mengembangkan usaha dan memperbesar perolehan keuntungan. Di lain sisi penerima modal membutuhkan sejumlah dana, teknologi, dan skill bagi kepentingan pembangunan dalam bentuk penanaman modal.22

Pada tahun 2009, usaha pemerintah Indonesia untuk mengembangkan kawasan khusus dilanjutkan dengan pembentukan KEK. KEK didefinisikan sebagai kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK akan menjadi basis bagi kegiatan industri, ekspor, impor, dan aktivitas lainnya dengan nilai ekonomi tinggi, untuk menunjang daya saing nasional. KEK terdiri atas satu atau lebih dari zona-zona berikut ini: pengolahan ekspor, logistik, industri,

22

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Malang: Banyumedia Publishing, 2004), hlm. 1-2.


(44)

pengembangan teknologi, energi, dan zona ekonomi lainnya. Saat ini, telah ada delapan kawasan yang ditetapkan sebagai KEK23

Istilah baru KEK (Special Economic Zone) sebenarnya merupakan proses metamorfosa dari beberapa bentuk kegiatan ekonomi dalam rangka menarik investor asing seperti kawasan perdagangan bebas (Free Trade Zone), Bounded Zone Plus sebagaimana yang telah dipraktekkan di Pulau Batam, namun dirasakan masih belum memberikan keuntungan yang signifikan baik bagi negara Indonesia maupun bagi para investor asing.24

Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan tertentu dimana diberlakukan ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perijinan, keimigrasian dan ketenagakerjaan.25

Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu yang tercakup dalam wilayah Hukum RI yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.26

Menurut Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, KEK merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk

Undang-Undang No 39 Tahun 2009, Pasal 1 angka (1) menyebutkan KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalm wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

23

Yose Rizal Damuri, dkk, Kawasan Ekonomi Khusus dan Strategis di Indonesia:

Tinjauan atas Peluang dan Permasalahan, (Yogyakarta: PT Kanisius, 2015), hlm 20

24

Hasim Purba, Op.Cit, hlm. 123

Desember 2016)

26

Ayu Prima Yesuari, Mengenal Kawasan Ekonomi Khusus, (Jakarta: Erlangga,2014), hlm.73.


(45)

menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Adapun fungsi dari KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata dan bidang lain. Untuk itu, KEK dibagi ke dalam beberapa zona, antara lain zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi dengan produk-produk yang dihasilkan berorientasi ekspor dan untuk dalam negeri.27

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa KEK adalah kawasan tertentu di mana diberlakukan ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perijinan, keimigrasian dan ketenagakerjaan.

Adapun yang menjadi sumber hukum KEK , yaitu:

b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal c. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

d. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus e. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional

f. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri

g. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2011 tentang Penyelenggaran Kawasan Ekonomi Khusus

h. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional

27

Doriani Lingga, Persepsi Masyarakat Terhadap Pengembangan Kawasan Ekonomi

Khusus Sei Mangkei Sebagai Klaster Industri, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(46)

i. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2010 tentang Dewan Nasional dan Dewan Kawasan Ekonomi Khusus (Dewan Nasional adalah dewan yang dibentuk di tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK)

j. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2010 tentang Dewan Kawasan Ekonomi Khusus

k. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor selaku Ketua Dewan Nasional Ekonomi Khusus, Nomor PER-06/M.EKON/08/2010 tentang Tata Tertib Persidangan dan Tata Cara Pengambilan Keputusan Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus.

l. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor selaku Ketua Dewan Nasional Ekonomi Khusus, Nomor PER-07/M.EKON/08/2010 tentang Tata Tertib Persidangan dan Tata Cara Sekretariat Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus

m. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus Nomor Kep-10/M.Ekon/03/2011 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Dewan Nasional Ekonomi Khusus Nomor Kep-40/M.Ekon/08/2010 tentang Pelaksana Dewan Kawasan Ekonomi Khusus

5. Tujuan dibentuknya KEK

Tujuan dalam pembentukan KEK di Indonesia, antara lain:28

28

diakses tanggal 1 Februari 2017.


(47)

a. Peningkatan investasi

Melalui KEK jumlah investasi akan meningkat dan sejalan dengan hal tersebut pembangunan di wilayah Indonesia akan meningkat.

b. Penyerapan tenaga kerja

Melalui KEK maka jumlah tenaga kerja yang ada di Indonesia akan terserap melalui perusahaan yang didirikan untuk melakukan kegiatan investasi tersebut.

c. Penerimaan devisa sebagai hasil dari peningkatan ekspor

Dengan meningkatknya jumlah atau total investasi di Indonesia maka secara langsung jumlah devisa sebagai peningkatan ekspor akan menjadi sumber penerimaan negara dalam jumlah besar yang akan memberikan keuntungan bagi negara penerima modal.

d. Meningkatkan keunggulan kompetitif produk ekspor

Dampak positif yang akan dirasakan melalui pembentukan KEK ialah meningkatnya keunggulan kompetitif produk ekspor melalui pemakaian produk hasil industri dalam kegiatan investasi.

e. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya lokal, pelayanan dan, modal bagi peningkatan investasi.

Melalui pembentukan KEK maka secara langsung sumber daya lokal juga akan mengalami peningkatan yang meliputi sumber bahan baku yang dekat dan mudah untuk dijangkau serta adanya pelayanan yang baik bagi investor. f. Mendorong terjadinya peningkatan kualitas sumber daya alam (SDA)


(48)

Manfaat dari pembentukan KEK yang dapat dirasakan ialah transfer teknologi yang berakibat pada pertukaran informasi yang cepat bagi invstor dan negara penerima modal yang dengan mudah untuk mempersiapkan wilayah yang punya potensi khusus untuk dijadikan KEK, serta permintaan pasar internasional yang saat ini sedang dibutuhkan oleh masyarakat internasional dalam investasi.

6. Perbedaan KEK dengan Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Pelabuhan Bebas

Ada perbedaan mendasar antara KEK, kawasan industri dan pelabuhan bebas, yaitu :

Pertama, KEK adalah sebuah kawasan tertentu yang dinilai memiliki kekhususan tertentu. Saat ini, sudah ada sejumlah daerah yang termasuk dalam KEK, yakni Sei Mangke, Tanjung Lesung, Bitung, dan Palu. Rencananya, pemerintah akan memberikan insentif khusus bagi KEK.

Kedua, kawasan industri. Kawasan ini tak ubahnya seperti komplek perumahan yang disiapkan para pengembang untuk dunia industri atau pengusaha sebagai penghuninya.

Di negara Indonesia pengertian kawasan industri dapat mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 Tentang Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.


(49)

Kawasan industri (industrial estate) merupakan sebidang tanah seluas beberapa ratus hektar yang telah dibagi dalam kavling dengan luas yang berbeda sesuai dengan keinginan yang diharapkan pengusaha.29

Ketiga, kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas. Kawasan untuk industri di bidang manufaktur ini menawarkan kemudahan yang dapat diperoleh. Mulai dari pembebasan bebas masuk, cukai, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), sampai dengan pembebasan Pajak barang mewah (PPnBM) bagi industri di sini.

Daerah tersebut minimal dilengkapi dengan jalan antar kavling, saluran pembuangan limbah dan gardu listrik yang cukup besar untuk menampung kebutuhan pengusaha yang diharapkan akan berlokasi di tempat tersebut

30

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah suatu kawasan yang berada di wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga bebas dari pengenaan bea masuk, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah dan cukai. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas merupakan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pembentukannya dengan undang-undang.31

Dasar hukum Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas adalah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas sebagaimana telah ditetapkan menjadi Undang-undang melalui Undang-undang No. 36 Tahun 2000.

29

Marsudi Djojodipuro. Pengembangan Kawasan Industri Dalam Meningkatkan Investasi di Kota Semarang. (Semarang. Universitas Diponegoro, 2007), hlm 74

30

21 Desember 2016

31

Yenny Lay Rade, Evaluasi Kebijakan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan

Bebas Bintan Wilayah Kota Tanjungpinang, Jurnal Universitas Maritim Raja Haji Tanjungpinang


(50)

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) No 1 / 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas dan Peraturan Pemerintah (PP) No 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

KEK merupakan kawasan yang dibentuk untuk membuat lingkungan kondusif bagi aktivitas investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. Perbedaan utama KEK dengan kawasan ekonomi lainnya, selain kemudahan yang diberikan adalah banyaknya peran pemerintah daerah, baik dalam pengelolaannya maupun dalam penyediaan infrastruktur dan lahan.

F. Keberadaan KEK dalam Undang-Undang Penanaman Modal

4. Hubungan KEK dengan upaya meningkatkan penanaman modal

Penanaman modal sebagai sarana pengembangan ekonomi setidaknya akan menjadi suatu hubungan yang tidak terelakkan. Hubungan ini terjadi karena adanya rasa saling membutuhkan antara satu sama lain dalam memenuhi kebutuhannya. Di satu sisi penanam modal memerlukan bahan baku, tenaga kerja, sarana dan prasarana, pasar, jaminan keamanan dan kepastian hukum untuk dapat lebih mengembangkan usaha serta memperbesar perolehan keuntungan. Di lain sisi penerima modal membutuhkan sejumlah dana, teknologi dan keahlian bagi kepentingan pembangunan dalam bentuk penanaman modal.32

32

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Malang: Banyumedia Publishing, 2004), hlm. 1-2.


(51)

Negara Indonesia dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis oleh karena itulah dicanangkan pembentukan KEK. Pada dasarnya KEK merupakan kawasan yang diberikan eksklusivitas dalam bentuk berbagai insentif serta kemudahan berusaha lainnya. Apabila berbagai insentif tersebut dikombinasikan dengan kesiapan infrastruktur dan pengelolaan yang dilakukan secara profesional, maka daya saing penanaman modal wilayah yang bersangkutan dapat meningkat.33

Syarat utama menarik minat penanam modal asing yakni adanya kesempatan ekonomi yang seluas-luasnya di daerah tujuan penanaman modal. Melihat pengalaman Cina dan India, kesempatan bagi penanam modal untuk mengolah modal yang dimilikinya menjadi kian terbuka lebar karena di dalam KEK terdapat economic opportunities yang besar yang membuka jalan bagi penanam modal untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari modal yang ditanamkan. Inilah yang menjadikan KEK sebagai primadona dalam meningkatkan

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai sebuah kawasan ekonomi bebas sengaja dibangun sebagai magnet untuk menarik penanam modal serta untuk mengembangkan ekonomi di kawasan tersebut secara keseluruhan. Strategi dan kebijakan ini dilakukan dengan memberikan fasilitas dan insentif baik berupa insentif fiskal maupun nonfiskal yang amat menarik dan bersifat khusus sehingga penanam modal menjadi tertarik untuk menanam modal karena akan mendapatkan keuntungan ekonomi pada awal penanaman modal diputuskan.

33

Superintending Company of Indonesia (SUCOFINDO). Laporan Kajian Mengenai Kelembagaan, Insentif, Kebijakan/Peraturan Terkait dan Infrastruktur pada Wilayah/Lokasi yang Potensial untuk Dikembangkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Jakarta. 2007.


(52)

pertumbuhan penanaman modal di negara-negara tersebut. KEK dapat terdiri dari satu zona atau lebih, seperti zona pengolahan ekspor, zona logistik, zona industri, zona pengembangan teknologi, zona pengembangan pariwisata, zona energi dan/atau zona ekonomi lain.

5. Pelayanan Penanaman Modal di KEK

Izin Prinsip dalam rangka pendirian perusahaan baru /dalam rangka memulai usaha sebagai penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri/dalam rangka perpindahan lokasi proyek untuk penanaman modal dalam negeri. Diajukan kepada Instansi Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Bidang Penanaman Modal (PTSP BKPM/PDPPM/PDKPM/PTSP KPBPB/PTSP KEK).34

6. Fasilitas Penanaman Modal di KEK

Pemerintah menerbitkan peraturan baru yaitu Peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2015 tentang Fasilitas dan Kemudahan di Kawasan Ekonomi Khusus. PP No 96 Tahun 2015 adalah sebagai pengaturan lanjutan secara khusus mengenai fasilitas dan kemudahan di KEK.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu, fasilitas tertentu tersebut meliputi di bidang:

diakses tanggal 1 Februari 2017.


(53)

a. Fasilitas Perpajakan, Kepabean, dan Cukai

Badan usaha dan pelaku usaha dapat diberikan fasilitas perpajakan, kepabean, dan cukai dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Ditetapkan sebagai badan usaha untuk membangun dan/atau mengelola KEK dari pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota atau kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan kewenangannya;

2) Memiliki perjanjian pembangunan dan/atau pengelolaan KEK antara badan usaha dengan pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota, atau kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan kewenangannya;

3) Membuat batas tertentu areal kegiatan KEK; 4) Merupakan wajib pajak badan dalam negeri;

5) Telah mendapatkan izin prinsip penanaman modal dari administrator KEK; dan

6) Memiliki sistem informasi yang tersambung dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Fasilitas dan Kemudahan Perpajakan, Kepabeanan, dan Cukai, meliputi: (1) Badan Usaha dan Pelaku Usaha diberikan fasilitas perpajakan, kepabeanan,

dan cukai berupa: a) Pajak Penghasilan;

Fasilitas pengurangan PPh badan untuk jangka waktu minimal 10 tahun dan maksimal 25 tahun sejak produksi komersial dapat diperoleh


(54)

pengusaha dengan modal investasi minimal Rp1 triliun dan bidang usahanya merupakan rantai produksi kegiatan utama KEK. Modal investasinya Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun, jangka waktu pengurangan PPh selama 5-15 tahun. Jangka waktu pengurangan PPh yang sama diberikan untuk investasi di bawah Rp 500 miliar.Besaran pengurangan PPh badan diberikan paling rendah 20 persen dan paling tinggi 100 persen.35

b) Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah;

Sementara untuk, pemasukan barang yang berasal dari impor oleh pelaku usaha di KEK mendapat fasilitas penangguhan bea masuk, pembebasan cukai dan tidak dipungut pajak dalam rangka Impor. Syaratnya, barang impor itu merupakan bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan barang kena cukai.

Pajak Pertambahan Nilai

1) Fasilitas PPN dan PPnBM tidak dipungut

(a) Impor barang dari Luar daerah pabean ke KEK

(b) pemasukan barang dari luar daerah KEK (dalam negeri) ke KEK 2) Pengembalian PPN

Pemegang paspor luar negeri atas barang yang dibeli dari toko retail di KEK pariwisata.

35


(55)

3) Pembebasan PPnBM

Penyerahan properti/hunian di KEK pariwisata Bea Masuk

Pembebasan bea masuk dalam rangka pembangunan/pengembangan, yaitu:

a) Badan usaha diberikan pembebasan bea masuk untuk impor barang modal selama tiga tahun.

b) Pelaku usaha diberikan pembebasan bea masuk untuk impor barang modal dan bahan baku produksi selama dua tahun

c) Jenis dan jumlah barang ditetapkan oleh administrator Penangguhan bea masuk untuk pelaku usaha, yaitu

(a) Ditangguhkan BM atas impor bahan baku produksi, barang modal, pengemas

(b) Diberlakukan tarif bea masuk 0% atas hasil produksi yang menggunakan TKDN 40%36

c) Kepabeanan dan/atau cukai

(1) Dibebaskan cukai untuk bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan barang kena cukai.

(2) Pembebasan Bea Masuk

(3) Pajak Dalam Rangka Impor tidak dipungut atas Pemasukan Barang Modal dari luar daerah pabean

2017


(56)

(4) Pembebasan cukai sepanjang barang tersebut bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan barang cukai.37

(2) Untuk mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Badan Usaha harus memenuhi syarat sebagai berikut:

a) memiliki penetapan sebagai Badan Usaha untuk membangun dan/atau mengelola KEK dari Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota atau Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan kewenangannya;

b) memiliki perjanjian pembangunan dan/atau pengelolaan KEK antara Badan Usaha dengan Pemerintah Provinsi, atau Pemerintah Kabupaten/Kota, atau Kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan kewenangannya; dan

c) membuat batas tertentu areal kegiatan KEK

(3) Untuk mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pelaku Usaha harus memenuhi syarat umum sebagai berikut:

a) merupakan Wajib Pajak badan dalam negeri; dan

b) telah mendapatkan Izin Prinsip Penanaman Modal dari Administrator KEK.38

Terdapat syarat-syarat yang wajib dipenuhi pelaku atau badan usaha dalam memperoleh kemudahan tersebut, yaitu:

37

38

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2015 Tentang Fasilitas Dan Kemudahan Di Kawasan Ekonomi Khusus, Pasal 5


(57)

1. Pelaku atau badan usaha tersebut memiliki penetapan sebagai badan usaha untuk membangun atau mengelola KEK dari pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota atau kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan kewenangannya.

2. memiliki perjanjian pembangunan atau pengelolaan KEK antara badan usaha dengan pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota atau kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian sesuai dengan kewenangannya.

3. Ketiga, membuat batas tertentu areal kegiatan KEK.

Selain itu, pelaku atau badan usaha tersebut wajib memenuhi syarat umum lain seperti merupakan wajib pajak badan dalam negeri. Serta, telah mendapatkan izin prinsip penanaman modal dari administrator KEK.39

Sedangkan wajib pajak badan baru yang melakukan penanaman modal baru sebesar Rp500 miliar sampai Rp1 triliun dan bidang usahanya merupakan rantai produksi kegiatan utama di KEK diberikan fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan untuk jangka waktu paling sedikit lima tahun paling lama 15 tahun sejak produksi komersial dan telah merealisasikan nilai penanaman

Dalam PP disebutkan, wajib pajak badan baru yang melakukan penanaman modal baru lebih dari Rp1 triliun dan bidang usahanya merupakan rantai produksi kegiatan utama di KEK diberikan fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan untuk jangka waktu paling sedikit 10 tahun dan paling lama 25 tahun sejak produksi komersial dan telah merealisasikan nilai penanaman modal.

39


(58)

modal.40

Fasilitas tersebut berupa, penangguhan bea masuk, pembebasan cukai sepanjang barang tersebut merupakan bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan barang hasil akhir yang bukan merupakan barang kena cukai dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor. Selain itu toko yang berada pada KEK pariwisata dapat berpartisipasi dalam skema pengembalian pajak pertambahan nilai kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Sedangkan terkait

Untuk wajib pajak badan baru yang melakukan penanaman modal baru dengan rencana penanaman modal baru kurang dari Rp. 500 miliar dan bidang usaha beserta rantai produksinya merupakan kegiatan utama yang berlokasi di KEK yang ditentukan oleh Dewan Nasional KEK, dapat diberikan fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan untuk jangka waktu paling kurang 5 tahun dan paling lama 15 tahun sejak produksi komersial dan telah merealisasikan nilai penanaman modal.

Besaran pengurangan pajak penghasilan badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diberikan paling rendah 20 persen dan paling tinggi 100 persen dari jumlah pajak penghasilan badan yang terutang,” demikian bunyi Pasal 7 Ayat (4) PP tersebut sebagaimana dikutip dari laman resmi Sekretariat Kabinet. Dalam PP ini juga disebutkan beberapa fasilitas terkait pemasukan barang impor oleh pelaku usaha di KEK yang berasal dari lokasi pelaku usaha lain dalam satu KEK, pelaku usaha pada KEK lainnya, tempat penimbunan berikat di luar KEK dan kawasan perdagangan bebas serta pelabuhan bebas.

40


(59)

pembelian rumah tinggal atau hunian pada KEK yang kegiatan utama di KEK pariwisata diberikan kemudahan pembebasan pajak penjualan atas barang mewah dan pembebasan pajak penghasilan atas penjualan atas barang yang tergolong sangat mewah.

Adapun dalam hal pada bidang usaha lainnya di KEK ditetapkan sebagai jasa keuangan dapat diberikan fasilitas perpajakan, kepabeanan dan cukai. Melalui PP ini, pemerintah juga mendorong pemerintah daerah agar dapat menetapkan pengurangan, keringanan, dan pembebasan atas pajak daerah atau retribusi daerah kepada badan usaha atau pelaku usaha di KEK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah. Pengurangan pajak daerah atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud diberikan paling rendah 50 persen dan paling tinggi 100 persen yang ditetapkan dengan peraturan daerah. “Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,” demikian bunyi Pasal 87 PP.

Impor barang modal untuk pembangunan dan pengembangan KEK mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor hingga tiga tahun. Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 104/PMK.010/2016 tentang Perlakuan Perpajakan, Kepabeanan, dan Cukai pada KEK. Pembebasan bea masuk dan tidak dipungut Pajak Dalam Rangka Impor (selanjutnya disebut PDRI) diberikan untuk jangka waktu pengimporan paling lama tiga tahun sejak berlakunya keputusan pembebasan bea masuk dan PDRI,” bunyi penggalan Pasal 40 ayat (2). Pajak dalam rangka impor


(60)

(PDRI) meliputi pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), dan/atau pajak penghasilan (PPh) Pasal 22.41

Apabila melenceng dari ketentuan itu, badan usaha wajib membayar bea masuk dan PDRI serta dikenai sanksi administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan perpajakan. Tidak hanya itu, untuk pelaku usaha di KEK yang merupakan wajib pajak badan dalam negeri dan telah mendapatkan izin prinsip penanaman modal dari adminitrastor KEK juga mendapatkan fasilitas serupa. Fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PDRI atas impor barang modal dan/atau barang dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan industri diberikan hanya selama dua tahun. Saat produksinya, terhadap pemasukan barang dari luar daerah pabean juga diberikan fasilitas penangguhan bea masuk, pembebasan cukai, dan tidak

Jenis dan jumlah barang yang mendapat fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak dipungut PDRI ditetapkan oleh administrator KEK. Fasilitas, masih dalam beleid ini, diberikan dengan ketentuan barang modal digunakan di KEK sesuai tujuan pemasukannya oleh badan usaha. Barang modal, dalam aturan tersebut, dinyatakan sebagai barang yang digunakan oleh badan usaha dan pelaku usaha, berupa peralatan dan perkakas untuk pembangunan, perluasan, dan kontruksi, mesin, peralatan pabrik, dan cetakan (moulding). Disamping itu, ada juga suku cadang yang dimasukan tidak bersamaan dengan barang modal bersangkutan.

41


(1)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Yuridis Atas Pengawasan Pemerintah Daerah Pada Kawasan Ekonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin namun karena keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari penyajian materi maupun penyampaiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran bagi berbagai pihak guna memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam masa penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulis banyak sekali menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan I, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH., M.Hum, selaku Wakil Dekan II, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(2)

4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Windha, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr.Budiman, SH., M.Hum, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan saran mulai dari awal sampai akhir sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

8. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Ucapan terima kasih yang tiada tara untuk kedua orang tua penulis. Untuk papa dr. H. S. Arif Simatupang, Sp.S dan mama Hj. Niken Suharyani, dan abangda Akhmad Assad Simatupang, SSt. Ft dan Lettu, CKM, dr. Sholahuddin Adlan Simatupang, serta kakanda dr. Molina Khairunnisya Simatupang, tak lupa juga buat adinda Muhammad Arfan Billah Simatupang, yang telah menjadi orang tua terhebat sejagad raya, yang selalu memberikan motivasi, nasehat, cinta, perhatian, dan kasih sayang serta doa yang tentu takkan bisa penulis balas.

10.Special buat kekasihku Ulfah Indahsari, S.Akun, yang selalu menemani penulis diawal sampai akhir penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis sendiri pada khususnya. Semoga amal baik


(3)

pihak-pihak yang telah memberikan bantuan terhadap penulis, menerima balasan yang setimpal oleh Allah s.w.t, Amin.

Medan, April 2017 Penulis


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Keaslian Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 11

F. Metode Penelitian ... 14

G. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II KEBERADAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ... 20

A. Tinjauan Umum KEK ... 20

1. Pengertian dan Sumber Hukum KEK ... 20

2. Tujuan Dibentuknya KEK ... 23

3. Perbedaan KEK dengan Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Pelabuhan Bebas ... 25

B. Keberadaan KEK dalam Undang-Undang Penanaman Modal . 27

1. Hubungan KEK dengan Upaya Meningkatkan Penanaman Modal ... 27

2. Pelayanan Penanaman Modal di KEK ... 29


(5)

C. Keberadaan KEK dalam Undang-Undang KEK ... 48

1. Pembangunan KEK ... 48

2. Zonasi dalam KEK ... 52

3. Penyelenggaraan KEK ... 53

4. Pembinaan dan Pengawasan KEK ... 55

D. Kelembagaan KEK ... 55

1. Dewan Nasional ... 55

2. Dewan Kawasan ... 57

3. Administrator KEK ... 60

4. Badan Usaha Pengelola ... 62

BAB III KEDUDUKAN DAN PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM KAWASAN EKONOMI KHUSUS ... 65

A. Kedudukan Pemerintah Daerah dalam KEK ... 65

1. Pengertian Pemerintah Daerah ... 65

2. Kedudukan Pemerintah Daerah dalam KEK ... 68

3. Manfaat KEK bagi Daerah ... 69

B. Peran Permerintah Daerah dalam KEK ... 70

1. Peran Pemerintah Daerah Dalam Persiapan Penetapan KEK ... 70

2. Peran Pemerintah Dareah Dalam Pembangunan KEK ... 74

3. Peran Pemerintah Daerah Dalam Penyelenggaran, Pelaksanaan KEK ... 75

4. Peran Pemerintah dalam Memberikan Fasilitas Penanaman Modal di KEK ... 76 BAB IV PENGAWASAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP


(6)

TAHUN 2014 ... A. Kewenangan Pemerintah Daerah Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. ... 81

1. Kewenangan Pemerintah Provinsi ... 81

2. Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota ... 83

B. Pengawasan dalam KEK ... 84

1. Pengawasan oleh Pemerintah Pusat ... 84

2. Pengawasan oleh Dewan Nasional ... 86

3. Pengawasan oleh Dewan Kawasan ... 87

4. Pengawasan oleh Badan Usaha Pengelola ... 90

C. Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah ... 95

1. Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Mengawasi KEK Tujuan Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah ... 95

2. Tujuan Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah ... 98

3. Penyelenggaraan Pengawasan KEK oleh Pemerintah Daerah ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101 DAFTAR PUSTAKA