Pengaruh Ekonomi Makro dan Faktor Fundam

RINGKASAN TESIS

PENGARUH EKONOMI MAKRO DAN FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP
PENYALURAN PEMBIAYAAN BANK SYARI’AH DI INDONESIA

Oleh:
Ali Muhayatsyah
NIM: 1120310101

Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memeperoleh
Gelar Magister Ekonomi Islam

YOGYAKARTA
2013

1

Pengaruh Makro Ekonomi dan Faktor Fundamental
Terhadap Penyaluran Pe biayaa Ba k Syari’ah di Indonesia
Oleh:

Ali Muhayatsyah 1
muhayatsyah@gmail.com

Abstract
In conducting Islamic bank intermediation, internal and external indicator is needed
in financial activities. In this research, the indicators that taken into consideration by Islamic
bank in the public financial is the economic condition as an external factor. In this particular
case the researcher observed the period of the economic crisis of 2008 as the subject year.
The second indicator is the basic factor in the form of financial performance which is a
controlling factor on the performance of Islamic bank financing.
The result of this research explained that the external and internal factors in the
decision-making of Islamic banks allocating funds to the public under conditions of economic
crisis is influenced by inflation, deposits and net performing financing. The high inflationrate
will increase the Islamic bank financing. The impact inflicted by the rising inflation is extra
fund for financial needs that must be spent by the Islamic bank due to customers requiring
additional funding to support their business operations. Other indicators, the more public
funds are collected, hence can be used in distributing the Islamic bank financing. The other
indicator is, when more people are taking bad loans during the crisis. The Islamic bank
constantly doing the distribution of funding. Those effects occurred because in overcoming
the risk of bad loans, the Islamic bank undertakes diversification and supervision toward the

disbursed financing. With such undertaking will make the Islamic bank become more
selective in determining the financing on public.

Keywords: Macroeconomics, Financial Performance, Financing

1

Dosen Program Studi Perbankan Syariah IAIN Lhokseumawe. Tulisan ini adalah ringkasan tugas akhir
(Tesis) Program Pascasarjana, Program Studi Hukum Islam, Konsentrasi Keuangan dan Perbankan Syariah, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.

2

Abstrak
Dala
e jala ka i ter ediasi a k syari’ah e erlukan indikator internal
maupun eksternal dalam melancarkan kegiatan pembiayaan. Dalam penelitian ini, indikator
ya g e jadi perti a ga a k syari’ah dala pe iayaa kepada asyakarat adalah
kondisi perekonomian sebagai faktor eksternal, dalam hal ini peneliti mengamati pada saat
kondisi krisis ekonomi tahun 2008 sebagai tahun acuan. Indikator kedua adalah faktor

fundamental berupa kinerja keuangan yang merupakan faktor pengendalian kinerja bank
syari’ah terhadap pe iayaa .
Hasil pe elitia i i e jelaska ahwa faktor ekster al da i ter al a k syari’ah
dalam keputusan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam kondisi krisis ekonomi
dipengaruhi oleh faktor inflasi, dana pihak ketiga dan net performing financing. Inflasi yang
ti ggi aka
e i gkatka pe iayaa
a k syari’ah. Aki at ya g diti ulka dari
meningkatnya inflasi adalah adanya tambahan dana pembiayaan yang harus dikeluarkan
a k syari’ah dikare aka
asa ah pe iayaa
e utuhka ta aha
iaya u tuk
menunjang kegiatan usahanya. Indikator lainnya, semakin banyak dana masyarakat yang
terkumpul maka dapat digu aka a k syari’ah dala
e yalurka pe iayaa . Indikator
lai ya, ketika kredit a et e gala i ke aika saat krisis aka a k syari’ah tetap
melakuka pe yalura pe iayaa . Pe garuh terse ut terjadi kare a a k syari’ah dala
mengatasi peningkatan risiko kredit macet melakukan diversifikasi dan pengawasan
terhadap pembiayaan yang disalurkan, Dengan adanya upaya tersebut akan membuat bank

syari’ah lebih selektif dalam memutuskan pembiayaan kepada masyarakat.

Kata Kunci: Ekonomi Makro, Kinerja Keuangan, Pembiayaan.

3

A. Pendahuluan
Isu pe elitia i i e

ula da i eksiste si pe a ka sya i’ah di I do esia ya g sela a i i

mengalami pertumbuhan yang cukup menjanjikan dalam beberapa tahun terakhir, hal
te se ut

e u jukka

ah a

a k sya i’ah dapat dikataka


e iliki pe a a

ya g

strategis dalam memperbaiki perekonomian nasional.
Eksiste si pe a ka sya i’ah saat i i

e e pati posisi ya g sa gat st ategis di

tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam dalam
memobilisasi dana dari masyarakat melalui kegiatan funding dan financing. Ba k sya i’ah
memiliki peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara unit-unit ekonomi yang
mengalami kelebihan dana (surplus units) dengan unit-unit yang kekurangan dana (deficit
units). Melalui bank, kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang
memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Kualitas bank
sya i’ah se agai le

aga pe a ta a dite tuka oleh ke a pua

a aje e


a k u tuk

melaksanakan perannya.2
Volume usaha pe a ka

sya i’ah hi gga tahun 2011, khususnya Bank Umum

“ya i’ah BU“ da U it Usaha “ya i’ah UU“ ,

e gala i pe tu

uha ya g sa gat pesat.

Total aset per Oktober 2011 (yoy) telah mencapai Rp127,19 triliun atau meningkat tajam
sebesar 48,10% yang merupakan pertumbuhan tertinggi sepanjang 3 tahun terakhir.
Dita

ah de ga


aset BPR“ se esa Rp , 5 t iliu , total aset pe a ka

sya i’ah pe

Oktober 2011 telah mencapai Rp130,5 triliun. Marketshare pe a ka sya i’ah te hadap
perbankan nasional telah mencapai sekitar 3,8%. Tingginya pertumbuhan aset tersebut
tidak terlepas dari tingginya pertumbuhan dana pihak ketiga dan pertumbuhan penyaluran
dana. Penghimpunan dana pihak ketiga meningkat 52,79% dan penyaluran dana masyarakat
meningkat sebesar 46,43%.3
Pe ghi pu a da a pe a ka sya i’ah

e gala i pe i gkata ya g ti ggi sela a

satu tahun terakhir dari Rp 66,48 triliun pada Oktober 2010 menjadi Rp 101,57 triliun pada
Oktober 2011 atau meningkat 52,79%. Meskipun mengalami sedikit penurunan di awal
tahun sebagai akibat dari January effect, namun penghimpunan dana dapat dipertahankan
Heri Sudarsono, Ba k da Le
2004), hlm 56.
2


aga Keua ga Syari’ah. Deskripsi da

Bank Indonesia, Outlok Per a ka Syari’ah di I do esia
2012), hlm. 1.
3

Ilustrasi (Yogyakarta: Ekonisia,

Jaka ta: Di ekto at Pe a ka “ya i’ah,

4

meningkat secara stabil pada triwulan III 2011. Laju pertumbuhan pada triwulan III 2011
yang sebesar 52,79% (yoy) tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang
sama di tahun 2010 sebesar 39,16%. Penghimpunan dana masyarakat terbesar adalah
dalam bentuk deposito yaitu Rp 62,02 triliun (61,06%) diikuti oleh Tabungan sebesar
Rp27,81 triliun (27,38%) dan Giro sebesar Rp11,05 triliun (10,88%). 4
Sedangkan dari sisi penyaluran dana, piutang murabahah paling mendominasi
tercatat sebesar Rp52,06 triliun atau 42,42% diikuti oleh pembiayaan musyarakah yang
sebesar Rp17,73 triliun (14,45%) dan piutang qardh sebesar Rp13,02 triliun (10,61%).

Penyaluran dana berupa piutang qardh mengalami peningkatan yang sangat tinggi yaitu
sebesar 295,17% yang didominasi oleh peningkatan qardh (gadai) emas.5
Berdasarkan data yang dikeluarkan Bank Indonesia menunjukkan bahwa produk
pe

iayaa

ya g disalu ka

oleh

a k sya i’ah

asih ti ggi pe i at ya di kala ga

masyarakat, ini terbukti dari tujuh tahun terakhir jumlah angka pembiayaan terus
meningkat. Produk pembiayaan yang sangat diminati adalah murabahah yakni mencapai
sekitar 46,161 miliyar hingga Juni 2012, dan yang kedua adalah produk pembiayaan
musyarakah yakni mencapai sekitar 16,295 miliyar hingga Juni 2012. 6
Berdasarkan hal tersebut secara umum efektivitas fungsi intermediasi perbankan

sya i’ah tetap te jaga sei i g pe tu

uha da a ya g dihi pu

aupu pe

iayaa ya g

relatif tinggi dibandingkan perbankan nasional, serta penyediaan akses jaringan yang
meningkat dan menjangkau kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih
memiliki fundamental yang cukup kuat untuk memanfaatkan potensi membaiknya
perekonomian nasional. 7
Salah satu unsur yang terpenting dalam perkembangan suatu lembaga keuangan
adalah bagaimana cara mendapatkan keuntungan yang optimal, karena hal ini dilakukan
dala

upaya

dilakuka


e i gkatka

oleh

pe dapata

a k sya i’ah u tuk

agi

a k sya i’ah. “alah satu kegiata

e pe oleh pe dapata , yaitu

4

Ibid., hlm. 2.

5

Ibid., hlm. 3.

6

Bank Indonesia, Statistik Per a ka Syari’ah Ju i

ya g

elalui kegiata

Jaka ta: Di ekto at Pe a ka “ya i’ah,

,

hlm. 18.
Bank Indonesia, Outlok Per a ka Syari’ah I do esia
2010), hlm. 30.
7

Jaka ta: Di ekto at Pe a ka “ya i’ah,

5

mengalokasikan dananya baik dalam bentuk memberikan pembiayaan kepada nasabah atau
pe ggu aaa da a pada sekto te te tu dala
Pe

iayaa

e a

a k sya i’ah pada Ju i

ah aset a k sya i’ah.

e dasa ka je is pe ggu aa le ih esa

berada pada sektor konsumsi, yakni sebesar 50,271 miliyar diikuti modal kerja sebesar
46,603 miliyar dan sektor investasi sebesar 20,719 miliyar. Sedangkan pembiayaan bank
sya i’ah e dasa ka sekto eko o i le ih esa

e ada pada sekto jasa du ia usaha

29,830 miliyar diikuti sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 10,873 miliyar,
konstruksi 5,972 miliyar, jasa sosial/masyarakat 5,712 miliyar, perindustrian 3,898 miliyar,
pengangkutan, pergudangan dan komunikasi 3,698 miliyar, listrik, gas dan air 3,029 miliyar,
pertanian, kehutanan dan sarana pertanian 2,203 miliyar dan pertambangan sebesar 1,835
miliyar. 8
Ada dua aspek yang melekat dalam investasi pe

iayaa pada a k sya i’ah, yaitu

keuntungan (return) yang diharapkan dan risiko pembiayaan. Dalam konsep return dan
isiko, a k sya i’ah tidak oleh ha ya

e pe hatika

esa ya return suatu aset, tetapi

juga harus melihat seberapa besar risiko yang harus ditanggung. Untuk meminimalkan risiko
investasi pe

iayaa , a k sya i’ah ha us mampu memperluas dananya pada berbagai

pilihan aset dengan membentuk portofolio yang terdiri dari banyak aset. Return dan risiko
secara teoritis mempunyai hubungan yang positif. Semakin tinggi risiko akan semakin tinggi
tingkat keuntungan yang diharapkan, begitu juga sebaliknya.
Dari aspek te se ut a k sya i’ah pada sekto i te al

e e luka i dikato pe ti g

dalam melancarkan kegiatan penyaluran dana pembiayaan kepada masyarakat. Indikator
ya g dapat dijadika se agai uku a

ya adalah e upa ki e ja keua ga

a k sya i’ah, aik

itu dari jumlah penghimpunan, kecukupan modal, pendapatan pembiayaan, dan tingkat
k edit e

asalah. “ehi gga da i pada itu a k sya i’ah dapat de ga

udah

e getahui

kondisi pertumbuhan dan penurunan perusahaan terhadap keputusan yang diambil dalam
penyaluran pembiayaan.
Fe o e a ya g te jadi adalah

a k sya i’ah

e iliki se uah ke dala dala

menentukan penyaluran pembiayaan, diantaranya kondisi ekonomi yang tidak menentu,
a k sya i’ah

e ilai pe yalu a

da a tidak te lepas da i fe o e a eko o i se uah

negara. Kedua adalah sektor yang dibiayai belum memiliki banyak pilihan, artinya lebih

8

Bank Indonesia, Statistik Per a ka Syari’ah Ju i

, hlm. 20-22.

6

banyak terfokus pada sektor mikro dan belum terfokus pada sektor yang besar seperti
pertambangan atau kehutanan. Kendala tersebut dikarenakan jumlah dana yang tersedia
pada per a ka sya i’ah

asih ke il, sehi gga elu

te tu a k sya i’ah pada p oyek

pembiayaan skala besar yang memiliki tingkat return atau bagi hasil yang tinggi mampu
untuk dibiayai secara besar.
Kondisi ekonomi makro secara umum memiliki hubungan dengan tingkat return dan
risiko pembiayaan, terutama dampak inflasi dan pergerakan kurs mata uang. Faktor
ekonomi makro tersebut merupakan faktor eksternal perusahaan yang mempengaruhi
penyaluran pembiayaan. Dalam analisis fundamental, kondisi variabel ekonomi makro
mempengaruhi terhadap keputusan-keputusa i estasi ya g dia

il oleh a k sya i’ah

karena memiliki dampak terhadap sektor yang dibiayaai. Ketika tingkat inflasi meningkat
maka akan memiliki dampak yang negatif terhadap perekonomian, sedangkan ketika
pergerakan kurs mata uang meningkat dalam artian mengalami pergerakan yang normal
maka akan memiliki dampak yang positif bagi perekonomian.
Saat terjadi gejolak pada kondisi moneter di mana indikator ekonomi makro
menunjukkan trend penurunan atau perlambatan, maka sektor ekonomi akan mengalami
penurunan yang juga akan berpengaruh pada besarnya penyaluran pembiayaan pada bank
sya i’ah. “eda gka

keadaa

pe eko o ia

ya g diha apka

e

aik

e upaka

sentimen positif yang berdampak pada besarnya jumlah penyaluran pembiayaan yang
disalu ka

a k sya i’ah.

Ki e ja

a k sya i’ah de ga

ko disi eko o i

ak o pada dasa ya

e iliki

hubungan yang saling berkaitan, terutama pada aktivitas pembiayaan yang dilakukan.
Tingkat return ya g dipe oleh a k sya i’ah da i i estasi pe

iayaa tidak te lepas da i

faktor eksternal salah satunya yaitu kondisi ekonomi makro yang dihadapi seperti inflasi dan
kurs mata uang. Proses meningkatnya harga-harga secara umum dan menurunnya nilai uang
terus- e e us aka

e pe ga uhi ju lah pe a a a pe

iayaa pada a k sya i’ah,

walaupun dalam analisis fundamental perusahaan atau investor menggunakan informasi
mengenai kinerja perusahaan atau laporan keuangan sebagai indikator mengestimasikan
tingkat return dan risiko dari investasi yang dijalankan. Jadi setiap perubahan ekonomi yang
terjadi baik itu mengalami pertumbuhan atau penurunan sangat memiliki dampak terhadap
ki e ja a k sya i’ah dala

e ghasilka return dan ketidakpastian risiko yang dihadapi.

7

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini ingin menguji pengaruh kondisi ekonomi dan
kinerja keuangan te hadap ju lah pe yalu a

pe

iayaa

a k sya i’ah di I do esia.

Dalam penelitian ini variabel ekonomi terdiri dari inflasi dan kurs rupiah terhadap dolar,
sedangkan faktor kinerja diproksikan dengan rasio keuangan. Rasio keuangan tersebut
terdiri dari Dana Pihak Ketiga (DPK), Return on Asset (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR),
Net Performing Financing (NPF) dan Pendapatan Penyaluran Dana.

B. Hubungan Variabel
1) Kurs terhadap Penyaluran Pembiayaan
Pergerakan fluktuatif yang terjadi pada nilai tukar merupakan risiko yang sangat serius
bagi para investor, perusahaan, pelaku bisnis dalam transaksi internasional. Dari sisi
investor atau nasabah, ketidakstabilan kurs mata uang akan mempengaruhi biaya-biaya
operasi. Apabila kurs rupiah melemah terhadap dolar maka mengakibatkan biaya
produksi yang akan semakin meningkat dikarenakan impor bahan baku dan peralatan.
Para pelaku bisnis akan membayar kewajiban lebih tinggi dikarenakan nilai tukar mata
uang domestik yang melemah, sehingga berpengaruh pada pendapatan usaha. Lebih
lanjut, melemahnya nilai tukar mata uang juga mempunyai pengaruh langsung berupa
kenaikkan harga barang ekspor maupun impor suatu negara. Apabila negara tersebut
menganut sistem perekonomian terbuka maka akan berpengaruh terhadap kenaikkan
harga-harga barang yang lain. Hal tersebut juga akan berpengaruh pada biaya produksi
usaha, sehingga berakibat pada menurunnya volume penjualan. Oleh karena itu, tidak
heran bila setelah melemahnya nilai tukar mata uang sering terdengar keluhan-keluhan
dalam dunia usaha.9 Keadaan sebaliknya penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar
akan berpengaruh pada kenaikkan pendapatan yang disebabkan meningkatnya volume
penjualan. Peningkatan tersebut akan menaikkan kinerja dunia usaha sehingga
melancarkan investor dalam berinvestasi.
Pengelolaan nilai tukar yang realistis dan perubahan yang cukup rendah dapat
memberikan kepastian kepada dunia usaha merupakan suatu hal yang penting dalam
peningkatan investasi maupun kegiatan yang berorientasi pada ekspor. Keadaan
tersebut pada gilirannya akan mendorong meningkatnya permintaan kredit untuk usaha
9

Boediono, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2: Ekonomi Makro (Yogyakarta: BPFE, 2005), hlm.

130.

8

produktif sehingga dapat mendorong perkembangan perbankan yang sehat. Nilai tukar
yang melonjak-lonjak secara drastis akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha
dalam merencanakan usaha terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku
dari luar negeri atau menjual barang ke pasar ekspor. Oleh karena itu, pengelolaan nilai
mata uang yang relatif stabil menjadi salah satu faktor moneter yang medukung
perekonomian secara makro.10

2) Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan
Para nasabah pembiayaan akan menangkap sinyal negatif atas meningkatnya inflasi,
pada saat inflasi tinggi investor lebih memilih investasi dalam bentuk tabungan atau
deposito karena lebih menguntungkan dan lebih pasti. Selain itu, tingkat inflasi yang
tinggi akan meningkatkan risiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang
inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta
menimbulkan distorsi informasi tentang harga-harga relatif. Kenaikan laju inflasi yang
tidak diantisipasi akan meningkatkan harga barang dan jasa, sehingga konsumsi akan
menurun. Selain itu kenaikan harga faktor produksi juga akan meningkatkan biaya
odal usaha. Jadi dala
le ih

esa aki at da i

hal i i a k sya i’ah ha us

e gelua ka da a pe

e i gkat ya i flasi. Ba k sya i’ah te tu ya

iayaa
elakuka

penyaluran dana dengan hati-hati karena dengan jumlah penyaluran pembiayaan yang
relatif tinggi akan mengandung banyak risiko terjadinya gagal bayar dikemudian hari
apabila inflasi semakin tidak terkendali.
Di bidang moneter, laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat menggangu
upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat. Karena tingkat inflasi yang tinggi
menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Fakta demikian akan
mengurangi hasrat masyarakat untuk menabung sehingga pertumbuhan dana
perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun. 11

10

Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia: Seberapa Jauh Kebijakan Moneter Mewarnai
Perekonomian Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hlm 55.
11

Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia: Seberapa Jauh Kebijakan Moneter Mewarnai
Perekonomian Indonesia, hlm 52.

9

3) Dana Pihak Ketiga terhadap Penyaluran Pembiayaan
DPK merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembiayaan. Semakin besar DPK
ya g e hasil dihi pu oleh a k sya i’ah,

aka se aki

esa pula pe

iayaa ya g

dapat disalurkannya. Alasan DPK dijadikan sebagai sumber dana untuk pembiayaan
karena nasabah nantinya memiliki hak atas hasil pengelolaan dana tersebut, sehingga
a k sya i’ah pu ya ke aji a u tuk

e

e ika

e upa i

al hasil da i pe ggu aa

dana tersebut.
Tingkat likuiditas yang tinggi atau rasio FDR yang rendah akan mengakibatkan
pe dapata

a k sya i’ah

e u u . Hal i i dise a ka te lalu a yak ya da a pihak

ketiga yang menganggur. Apabila dana tersebut disalurkan melalui pembiayaan akan
menjadi produktif dan menghasilkan pendapata
e u jukka

ah a a k sya i’ah

a pu

agi a k sya i’ah. FDR ya g ti ggi

e jala ka fu gsi i te

ediasi keua ga

dengan baik. Berjalannya fungsi ini akan meningkatkan pendapatannya dari
pembiayaan yang disalurkan sehingga tingkat bagi hasil yang diberikan kepada deposan
juga akan naik.

4) Return on Asset terhadap Penyaluran Pembiayaan
Return on Asset (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk
menunjukkan

kemampuan

perusahaan

menghasilkan

laba

dari

aktiva

yang

dipergunakan. 12 Dalam perhitungannya ROA hanya menggunakan laba bersih setelah
pajak dibagi dengan total aktiva perusahaan. Semakin besar ROA maka dianggap
sebagai informasi yang positif bagi investor dan menunjukkan kinerja perusahaan yang
semakin baik karena tingkat pengembalian investasi perbankan dari penyaluran dana
pembiayaan semakin besar dan risiko pembiayaan yang dialami semakin kecil. Dengan
a yak ya pe dapata ya g dite i a oleh a k sya i’ah,

aka aka se aki

a yak

dana yang akan terkumpul untuk dapat dimanfaatkan untuk investasi berikutnya. Jika
nilai ROA suatu bank semakin besar, maka semakin baik pula bank tersebut dalam
e u ja g pe tu

uha

is is ya da

e a ti

a k sya i’ah te se ut

e pu yai

cukup dana untuk ekspansi pembiayaan.

12

Agus Sartono, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2001), hlm. 123.

10

5) Capital Adequacy Ratio terhadap Penyaluran Pembiayaan
Ketika a k sya i’ah

e iliki ukup

odal

aka se aki ti ggi CAR se aki kuat

kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif
yang berisiko. Disisi lain bank dinilai masih dalam batas aman dalam operasinya.
Keadaan permodalan yang memadai ini akan menjaga kepercayaan masyarakat untuk
tetap menyimpan dananya di bank. Sebaliknya, CAR yang kecil akan meningkatkan
risiko kegagalan bank tersebut.
Semakin besar modal bank yang dapat dihimpun maka semakin besar
kesempatan bank tersebut untuk melakukan ekspansi aktivanya yang perlu didukung
oleh pembiayaan (financing). Perlu diperhatikan bahwa modal yang besar tanpa
diimbangi ATMR-nya akan mengakibatkan bank tersebut over likuid atau dengan kata
lain semakin besar dana yang menganggur (idle fund), hal ini tentu akan menurunkan
performa dari bank yang bersangkutan. ATMR yang rendah menunjukkan bahwa aktiva
bank tersebut mempunyai risiko yang relatif rendah atau dengan kata lain banyak
aktivanya yang ditanamkan pada instrumen investasi yang berisiko kecil sehingga tidak
berpengaruh baik terhadap profitabilitas bank tersebut.

6) Net Performing Financing terhadap Penyaluran Pembiayaan
Pembiayaan bermasalah merupakan kondisi yang merugikan dan harus diatasi secara
se ius. Ketika

a k sya i’ah

e geksekusi pe

iayaa

e

asalah ya,

a k tidak

memperoleh hasil yang memadai karena jaminan yang ada tidak sebanding dengan
besarnya pembiayaan yang diberikan. Bank akan mengalami kesulitan likuiditas yang
berat jika mempunyai pembiayaan bermasalah yang cukup besar. 13
Pembiayaan bermasalah yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban
untuk memenuhi PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yang terbentuk. Bila
ini terus menerus terjadi maka PPAP akan menurunkan nilai profitabilitas bank. Oleh
karena itu bank menginginkan tingkat NPF yang rendah. Nilai NPF yang rendah akan
e

uat a k sya i’ah

e pu yai ukup la a ditaha u tuk digu aka

e da ai

kegiatan operasionalnya dan memperbesar pendapatannya melalui ekspansi usaha.
“alah satu i plikasi lai
13

agi pihak

a k sya i’ah se agai aki at da i ti

ul ya

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), hlm. 210.

11

pembiayaan bermasalah adalah hilangnya kesempatan untuk memperoleh income
(pendapatan) dari pembiayaan yang diberikan sehingga mengurangi perolehan laba dan
berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank. 14 Otomatis hal ini akan mengurangi porsi
pe dapata ya g disti usika kepada deposa di a k sya i’ah.

7) Pendapatan Penyaluran Dana terhadap Penyaluran Pembiayaan
Pendapatan penyalu a

da a pada

a k sya i’ah

e upaka

pe dapata

ya g

diperoleh atas keuntungan pengalokasian dana kepada masyarakat (nasabah).
Pendapatan dana dari penyaluran pembiayaan jika dilihat dari laporan keuangan bank
sya i’ah te di i da i margin murabahah, pendapatan bersih salam paralel, pendapatan
bersih istishna paralel, sewa ijarah, bagi hasil mudharabah dan musyarakah. Selain itu
pe dapata da a a k sya i’ah isa juga e asal da i Ba k I do esia e upa “e tifika
Ba k I do esia “ya i’ah “BI“ da

pe dapatan dari bank-bank lainya. Kemudian

pendapatan lainnya dapat diperoleh dari jasa layanan, jasa investasi terikat
(mudharabah muqayadah), pendapatan dari transaksi valuta asing.
Pihak

a k sya i’ah te tu ya sudah dapat

e p oyeksika

se e apa

esa

keuntungan dan kerugian dari penawaran pembiayaan yang dilakukan. Jika pendapatan
pembiayaan yang diproyeksikan itu besar maka akan meningkatkan jumlah penyaluran
yang diberikan dalam bentuk pembiayaan. Konsekuensi dari konsep ini adalah jika hasil
usaha peminjam memberikan keuntungan yang besar, maka bagi hasilnya pun akan
besar. Sebaliknya jika keuntungan usahanya kecil maka pendapatan pun kecil, atau
bahkan merugi, maka pihak peminjam pun harus ikut menanggung kerugian tersebut.

C. Hipotesis
HA1: Kurs mata uang berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan.
HA2: Inflasi berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan.
HA3: DPK berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan.
HA4: ROA berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan.
HA5: CAR berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan.
H : NPF berpengaruh negatif terhadap penyaluran pembiayaan.
A6

HA7: Pendapatan penyaluran dana berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan.
14

Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 82-83.

12

D. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis terapan. Penelitian jenis ini berusaha untuk menerapkan
semua teori yang ilmiah atas keadaan pada saat itu. 15 Penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu
data yang digunakan dalam penelitian ini berupa angka-angka atau besaran tertentu yang
sifatnya pasti, sehingga data seperti ini memungkinkan untuk dianalisis menggunakan
pendekatan statistik. 16
Sampel penelitian ini adalah Ba k U u
Mandiri,

Bank

Muamalat

Indonesia,

dan

“ya i’ah ya g te di i da i Ba k “ya iah
Bank

Syariah

Mega Indonesia

yang

mempublikasikan laporan keuangan per triwulanan dari Maret 2008 hingga September
2012. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive
sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. 17 Pemilihan
sampel dengan purposive sampling dengan tujuan untuk memperoleh sampel yang
representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan penelitian ini.
Teknik analisis data penelitian menggunakan regresi linier berganda. Analisis regresi
linier berganda digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
lebih. Selain itu juga digunakan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel
dependen dengan variabel independen. Variabel dependen diasumsikan random/stokastik,
yang berarti mempunyai distribusi probabilistik. Variabel independen/bebas diasumsikan
memiliki nilai tetap (dalam pengambilan sampel yang berulang). 18 Formulasi yang digunakan
sebagai berikut:
FDR = a + b1 Kurs + b2 Inf + b3 DPK + b4 ROA + b5 CAR – b6 NPF + b7 PPD + e
Keterangan:
FDR = Financing Deposit Ratio
ROA = Return on Asset
a
= Konstanta
CAR = Capital Adequacy Ratio
b1-b7 = Koefisien Variabel Independen
NPF = Net Performing Financing
Kurs = Kurs Rupiah terhadap Dolar
PPD = Pendapatan Penyaluran Dana
Inf
= Inflasi
e
= Residu
DPK = Dana Pihak Ketiga

15

Syamsul Hadi, Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Akuntansi dan Keuangan (Yogyakarta:
Ekonisia, 2006), hlm. 26.
16

Ibid., hlm. 27.

17

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 122.

18

Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (Semarang: Undip, 2006), hlm. 86.

13

E. Hasil dan Analisis
Tabel 1
Hasil Uji Parsial Terhadap Variabel Financing Deposit Ratio
Prediksi
Koefisien
thitung
Sig.
Kesimpulan

Variabel
(Constant)
Ln Kurs

+

Inflasi
+
Ln DPK
+
ROA
+
CAR
+
NPF
Ln PPD
+
a. Dependent Variable: FDR
Sumber: Data diolah

Ha

16,014
2,803

0,183
0,305

0,856
0,761 Tidak Signifikan

Ditolak

0,727
4,493
1,600
-0,665
2,637
-2,179

2,675
3,247
1,604
-1,377
4,504
-1,480

0,010
0,002
0,115
0,175
0,000
0,145

Diterima
Diterima
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Ditolak

Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan

1) Pengaruh Kurs terhadap Penyaluran Pembiayaan
Pada dasarnya pihak perbankan menilai apabila pembiayaan tersebut disalurkan dalam
kondisi ketidakstabilan kurs mata uang, maka pihak yang dibiayai (nasabah) dalam
menjalankan usahanya akan dipengaruhi biaya-biaya operasi. Semakin tinggi nilai kurs
domestik dalam artian mengalami penguatan maka semakin baik bagi dunia usaha,
penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan berpengaruh pada kenaikkan
pendapatan yang disebabkan meningkatnya volume penjualan, sehingga sektor
pe a ka

sya i’ah

isa

e ga

il ke ijaka

pe yalu a

pe

iayaa

gu a

melancarkan investor dalam berinvestasi. Jika kurs mata uang domestik terjadi
pelemahan maka akan mengakibatkan tambahan biaya-biaya pada dunia usaha
terutama pada komoditas ekspor dan impor yang mengakibatkan terganggunya
aktivitas investasi, hal tersebut mendorong investor membutuhkan dana kepada bank
sya i’ah

e jadi le ih esa sehi gga

sya i’ah

e i gkat da

e gaki atka pe yaluran pembiayaan bank

e de u g hati-hati dalam penyaluran dana terutama pada

pembiayaan investasi dan modal kerja (produktif).
Hasil penelitian ini menjawab sebaliknya, jika tingkat kurs rupiah mengalami
penguatan nilai maupun terjadi pelemahan nilai terhadap mata uang dolar maka hal
tersebut tidak memberikan efek yang berarti terhadap keputusan penyaluran
pe

iayaa

a k sya i’ah. Hal ini menolak penelitian yang dilakukan oleh Yayat Sujatna

yang menyimpulkan bahwa kurs mata uang mempengaruhi penyaluran pembiayaan
14

terutama pada pembiayaan bagi hasil (musyarakah dan murdharabah). Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Syahrul, menjelaskan bahwa tingkat kurs memiliki pengaruh
signifikan, artinya terdapat perbedaan pengaruh antara sebelum dan sesudah
penggunaan SBIS. Sebelum digunakannya SBIS, kurs memiliki pengaruh negatif pada
pembiayaan, namun sesudah penggunaan SBIS pengaruhnya menjadi positif.
Data dari Bank Indonesia menunjukkan pe

iayaa

a k sya i’ah pada Ju i

2012 berdasarkan jenis penggunaan masih didominasi oleh sektor konsumsi, yakni
sebesar 50,271 miliyar diikuti modal kerja sebesar 46,603 miliyar dan sektor investasi
se esa

,

iliya . “eda gka

pe

iayaa

a k sya i’ah

e dasa ka

sekto

ekonomi lebih besar berada pada sektor jasa dunia usaha, yakni sebesar 29,830
miliyar.19 Berdasarkan data tersebut kita bisa menilai bahwa ekspansi pembiayaan bank
sya i’ah di ilai belum terlalu besar dalam skala internasional. Artinya sektor yang
di iayaai a k sya i’ah

asih te atas pada sekto

ik o te uta a pada pasa do estik

sehingga kita menilai tingkat pergerakan kurs tidak berpengaruh terhadap ekspansi
pembiayaan yang dilakukan.
Meskipun pergerakan kurs mata uang mengalami pelemahan pada Desember
hi gga Ju i

, pe a ka sya i’ah e de u g

elakuka p i sip kehati-hatian

dalam melakukan ekspansi atau penyaluran dana kepada masyarakat, dengan memilih
produk pembiayaan yang berisiko kecil seperti pembiayaan murabahah. Jika
pe

iayaa

a k sya i’ah sudah

asuk pada ekspa si ya g le ih esa sepe ti ekspor

dan impor terutama pada pembiayaan produktif/bagi hasil, dalam arti tidak terpusat
pada pembiayaan sektor konsumsi dalam negeri, bisa dipastikan perubahan kurs dapat
mempengaruhi pembiayaan yang disalurkan.

2) Pengaruh Inflasi terhadap Penyaluran Pembiayaan
Ketika ti gkat laju i flasi

e gala i ke aika

aka pe a ka

sya i’ah tetap

menyalurkan pembiayaan meskipun pada saat inflasi sedang mengalami kenaikan. Hasil
tersebut mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dian Kurnianingrum yang
menjelaskan bahwa inflasi memberikan pengaruh yang positif, sehingga kenaikan
tingkat inflasi menyebabkan kenaikan penyaluran kredit modal kerja. Hasil penelitian ini

19

Bank Indonesia, Statistik Per a ka Syari’ah Ju i

, hlm. 20-22.

15

menolak yang dilakukan Syahrul yang menjelaskan bahwa tingkat inflasi memiliki
pe ga uh

egatif te hadap pe

iayaa

pe a ka

sya i’ah pada pe iode se elu

digunakannya SBIS dan sesudah digunakannya SBIS. Hasil penelitian ini juga berbeda
dengan peneltian Dwi Retno Widiyanti, menjelaskan tingkat inflasi secara signifikan
berpengaruh negatif terhadap jumlah nominal penawaran pembiayaan istishna. Hal ini
menjelaskan bahwa apabila terjadi peningkatan terhadap inflasi maka akan diikuti
dengan penurunan pada penawaran pembiayaan.
Perbedaan hasil tersebut dikarenakan perubahan inflasi yang terjadi tersebut
sudah diantisipasi sebelumnya. Pada dasarnya kenaikan laju inflasi yang tidak
diantisipasi akan mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa, sehingga konsumsi
masyarakat akan menurun. Sebenarnya inflasi tidak selalu buruk, asalkan masih berada
pada tingkat yang aman. Inflasi menjadi bermasalah bila laju inflasinya tinggi. Inflasi
yang tinggi menyebabkan daya beli masyarakat terhadap barang dan jasa menjadi
menurun, lebih-lebih pada saat terjadi inflasi yang tidak terkendali.
Selain dengan adanya upaya pengendalian atau antisipasi terhadap pergerakan
inflasi, akibat lain yang ditimbulkan dari meningkatnya inflasi terutama dalam dunia
usaha adalah akan menyebabkan kenaikan harga yang tinggi, sehingga menyebabkan
nasabah pembiayaan (produktif) mengalami ketidakpastian dalam berusaha. Akibat hal
tersebut nasabah membutuhkan tambahan biaya- iaya kepada pe a ka

sya i’ah

untuk menunjang kegiata usaha ya. Upaya ya g dilakuka pe a ka sya i’ah adalah
mengeluarkan dana yang lebih besar atas pembiayaan tersebut, sehingga perbankan
sya i’ah pe lu

elakuka ke

ali pe

yang tepat agar keadaan keua ga
sya i’ah ha us

e gelua ka pe

uata a gga a

ela ja da pe e a aa k edit

a k sya i’ah tetap te jaga. Dalam hal ini bank
iayaa de ga hati-hati karena jumlah penyaluran

pembiayaan cenderung relatif tinggi dan mengandung banyak risiko terjadinya gagal
bayar dikemudian hari apabila inflasi semakin tidak terkendali.

3) Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Penyaluran Pembiayaan
DPK merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembiayaan. Semakin besar DPK
ya g e hasil dihi pu oleh a k sya i’ah,

aka se aki

esa pula pe

iayaa ya g

dapat disalurkannya. Alasan DPK dijadikan sebagai sumber dana untuk pembiayaan
karena nasabah nantinya memiliki hak atas hasil pengelolaan dana tersebut, sehingga
16

a k sya i’ah pu ya ke aji a u tuk

e

e ika

e upa i

al hasil da i pe ggu aa

dana tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Priatin, kemudian
penelitian Maryanah tentang faktor yang mempengaruhi pembiayaan bagi hasil
(musyarakah dan mudharabah), kemudian penelitian Duddy dan Ghafur terhadap total
pe

iayaa

a k sya i’ah, kemudian ini juga didukung oleh Desi Arisandi yang meneliti

pada bank umum di Indonesia. Hasil penelitian secara keseluruhan menjelaskan
semakin besar jumlah dana simpanan (DPK) yang dimiliki atau yang terkumpulkan oleh
bank akan menyebabkan bank dapat menyalurkan pembiayaan.

4) Pengaruh Return on Asset terhadap Penyaluran Pembiayaan
Pada dasarnya ROA menggambarkan kemampuan bank menghasilkan laba dari aktiva
yang dipergunakan. Semakin besar ROA maka dianggap sebagai informasi yang positif
bagi kinerja bank karena tingkat pengembalian investasi perbankan dari penyaluran
dana (pembiayaan) semakin baik. Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami
bahwa hasil dari penelitian ini menjelaskan tingkat ROA tidak mempengaruhi kebijakan
penyaluran pe

iayaa

a k sya i’ah, te tu saja hal te se ut

e a di g te alik

dengan teori yang dijelaskan di awal. Hasil ini menolak penelitian dari Desi yang
menjelaskan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan.
Berdasarkan hal tersebut, mengindikasikan bahwa banyaknya pendapatan yang
dite i a oleh a k sya i’ah

asih dido i asi oleh produk pembiayaan yang memiliki

risiko yang kecil seperti murabahah dibandingkan dengan produk bagi hasil seperti
musyarakah dan mudharabah, karena mayoritas ekpansi pembiayaan pada bank
sya i’ah dala

e e apa tahu

te akhi

e e patka

pe

iayaa

pada sekto

konsumsi masih besar dibandingkan dengan modal kerja dan investasi. Selain itu
pe dapata
dip ediksi di

ya g dipe oleh
asa

a k sya i’ah

asih

e upaka

pe dapata

ya g

isa

e data g, pe dapata te se ut isa dia dalka jika a k sya i’ah

melakukan ekpansi pembiayaan yang lebih besar seperti memaksimalkan pembiayaan
bagi hasil. Penelitian yang dilakukan oleh Maryanah menjelaskan bahwa pembiayaan
bagi hasil dapat meningkatkan profit. “ejauh i i dapat dikataka

a k sya i’ah

asih

mengandalkan jumlah DPK yang terkumpul untuk ekspansi pembiayaan, semakin
banyak dana yang terkumpul dapat dimanfaatkan untuk investasi berikutnya.
17

Walaupun dalam penelitian ini mengindikasikan seberapa pun tingkat ROA yang
dihasilkan tidak memiliki pengaruh terhadap keputusan penyaluran pembiayaan bank
sya i’ah, tetapi asio te se ut

asih pe ti g u tuk dipe ti

a gka . Jika ilai ROA

suatu bank semakin besar, maka semakin baik pula bank tersebut dalam menunjang
pertumbuhan bisnisnya dan berarti bank tersebut mempunyai cukup dana modal.

5) Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Penyaluran Pembiayaan
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur tingkat kecukupan
modal. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi
penurunan aktivanya sebagai akibat kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh
akti a ya g e isiko. Ba k sya i’ah ya g

e iliki asio CAR ya g ti ggi

e ye a ka

semakin baik posisi modalnya. Modal yang baik akan menambah kepercayaan
masyarakat terhadap bank, dan modal yang besar memungkinkan bank untuk
menciptakan pembiayaan yang lebih besar pula, sehingga akan meningkatkan laba.
Berdasarkan pola hubungan tersebut dapat dipahami bahwa hasil dari penelitian
ini mendukung penelitian Pratin dan Akhyar yang menjelaskan bahwa tingkat CAR tidak
e pe ga uhi ke ijaka pe yalu a pe

iayaa

a k sya i’ah. U tuk

e pe oleh

tingkat CAR yang baik (memenuhi peraturan BI) bank tidak hanya mengandalkan modal
i ti saja, a k sya i’ah juga isa

e a i su

e da a lai sepe ti da a pihak ketiga,

modal pinjaman dan pinjaman subordinasi sebagai modal pelengkap.
Menurut Rose dan Kolari (1995), bank umum (komersial) adalah lembaga
leverage tinggi (highly leverage organizations), tergantung terutama pada pinjaman
(debt) atau simpanan (deposit) untuk meningkatkan aset-asetnya. Ekuitas hanya sebagai
sandaran (perlindungan) kecil terhadap depositor/kreditor atas penurunan nilai aset
bank, bank bergantung terutama pada kompetensi dan kehati-hatian (competency and
prudence) manajemen dan stabilitas sistem keuangan bank. Selama modal inti (ekuitas)
masih bisa memenuhi kewajiban minimum penyediaan modal maka suatu lembaga
bank akan mengoptimalkan simpanan dana pihak ketiga untuk meningkatkan
pembiayaan yang disalurkan.20

Pete “ Rose da Ja es W Kola i, Fi a ial I stitutio : Understanding and Managing Financial
Services, Ri ha d D I i , I , U“A,
5, hl .
. Lihat dala P ati da Akhya Ad a , A alisis Hubungan
“i pa a , Modal “e di i, NPL, Bagi Hasil da Keu tu ga Te hadap Pe iayaa Pe a ka “ya i’ah “tudi
20

18

6) Pengaruh Net Performing Financing terhadap Penyaluran Pembiayaan
“alah satu i plikasi

u uk

agi pihak

a k sya i’ah se agai aki at da i ti

ul ya

pembiayaan bermasalah (NPF yang tinggi) adalah hilangnya kesempatan untuk
memperoleh income (pendapatan) dari pembiayaan yang diberikan sehingga
mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank. Pada
dasa ya a k sya i’ah dala

e gatasi peningkatan risiko NPF dengan melakukan

diversifikasi pembiayaan yang disalurkan. Walaupun rasio NPF dalam situasi meningkat,
dengan adanya upaya-upaya pengawasan terhadap ekspansi pembiayaan maka akan
e udahka

a k sya i’ah dala

e utuska pe yalu a da a kepada

asya akat.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pratin yang menjelaskan
tingkat NPF tidak mempengaruhi penyaluran pembiayaan. Penelitian ini juga menolak
penelitian Dwi Retno dan Desi Arisandi yang menjelaskan bahwa tingkat NPF
berpengaruh negatif terhadap jumlah nominal penawaran pembiayaan.
Berdasarkan data sampel yang diambil dalam penelitian ini secara keseluruhan
tingkat rata-rata NPF a k sya i’ah sela a pe iode pe ga ata se esa

, %, ti gkat

kredit macet tertinggi ditempati oleh Bank Muamalat Indonesia dengan rata-rata
berkisar 3,5%, nilai NPF tersebut sempat terpuruk sebesar 7.32% pada September 2009,
dan 5.83% pada Januari 2010. Nilai NPF Bank Syariah Mandiri rata-rata sekitar 1,55%,
sementara Bank Syariah Mega Indonesia 1,52%. Keadaan ini menunjukkan bahwa
kinerja manajemen pembiayaan bank umum syariah cukup baik dalam mengurangi efek
buruk risiko kredit macet.
Hal ini menunjukkan bahwa manajemen bank- a k sya i’ah pada tahu
pengamatan ini telah mampu meningkatkan kualitas kreditnya, baik pada produk
pembiayaan equity financing (pembiayaan bagi hasil) seperti mudharabah dan
musyarakah maupun pada pembiayaan debt financing seperti murabahah, salam,
istishna da lai

ya. U tuk kedepa

ya a k sya i’ah ditu tut u tuk le ih e hati-hati

saat menyalurkan pembiayaan, tujuan tersebut untuk mengurangi risiko kredit macet,
seperti jumlah keuntungan atau kerugian dari pembiayaan. Kemudia

a k sya i’ah

Kasus Pada Ba k Mua alat I do esia, Jurnal Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen. Edisi Khusus on Finance
(2005), hlm. 35.

19

juga dituntut mampu lebih dalam melakukan studi kelayakan bisnis, mulai dari analisa
awal, penilaian prospek usaha sampai pada pengawasan pembiayaan.

7) Pengaruh Pendapatan Penyaluran Dana terhadap Penyaluran Pembiayaan
Dalam prinsip operasio al a k sya i’ah, keu tu ga aka di e ika sesuai de ga
proporsi yang telah disepakati pada akad transaksi. Jika dalam pembiayaan bagi hasil,
pendapatan yang diperoleh sangat tergantung kepada pengelola dana (mudharib)
dalam mengelola sumber dana (shahibul mal). Keuntungan ini tentu saja akan
berfluktuasi tergantung kepada pendapatan yang diperoleh dan kesepakatan nisbah di
awal. Pada periode pengamatan, pendapatan penyaluran dana memang selalu
fluktuatif. Hal ini didorong oleh kondisi makro ekonomi yang yang kurang kondusif
sehingga memberikan efek negatif terutama bagi para pengusaha (mudharib) yang
menyebabkan iklim usaha melemah sehingga berimbas pada keuntungan yang
diperoleh oleh pengusaha tersebut. Pada akhirnya kondisi yang dialami oleh pengusaha
te se ut e i

as pada e dah ya keu tu ga ya g dipe oleh a k sya i’ah.

Fe o e a ya g te jadi saat i i adalah a k sya i’ah

e iliki se uah ke dala

dalam menentukan penyaluran pembiayaan, diantaranya adalah sektor yang dibiayai
belum memiliki banyak pilihan, artinya lebih banyak terfokus pada sektor mikro,
terutama pada sektor dunia usaha dan belum bisa sepenuhnya terfokus pada sektor
yang besar seperti sektor perindustrian, pengangkutan, pergudangan dan komunikasi,
listrik, gas dan air, pertanian, kehutanan dan sarana pertanian, dan pertambangan.
Kendala yang terjadi saat ini adalah jumlah dana yang tersedia pada perbankan
sya i’ah ya g

asih ke il, pe ga dala da a di a k sya i’ah se agia

dari dana pihak ketiga, sehingga belum tentu a k sya i’ah dapat

esa

e su

e

e ga dalka da a-

dana tersebut pada proyek pembiayaan berskala besar yang memiliki tingkat return
atau agi hasil ya g ti ggi. Jika a k sya i’ah tetap
aka
pe

a k sya i’ah

e

utuhka

da a

lia ilitas

iayaa te se ut. Ba k sya i’ah juga pe lu

elakuka pe

iayaa te se ut

lebih besar untuk ekspansi

e pe ti

a ka

isiko-risiko proyek

atas pembiayaan yang disalurkan, penyaluran dana tidak terlepas dari fenomena
ekonomi sebuah negara, jika kondisi ekonomi tidak stabil maka menyulitkan bank
sya i’ah dala

e gelola da a ya sehi gga aka

e gga ggu ti gkat e ta ilitas a k

sya i’ah.
20

F. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pada masa krisis ekonomi tahun 2008 semakin
banyak dana masyarakat yang terkumpul (DPK mengalami kenaikan) maka akan
e ye a ka

da a ya g te ku pul te se ut dapat digu aka

a k sya i’ah dala

menyalurkan pembiayaan. Kedua, ketika tingkat laju inflasi selama periode pengamatan
e gala i ke aika

aka

a k sya i’ah tetap

elakuka

pe yalu a

pe

iayaa .

Pengaruh tersebut dikarenakan perubahan inflasi terutama yang terjadi pada masa krisis
te se ut sudah dia tisipasi se elu

ya. “ehi gga

a k sya i’ah tetap

e yalu ka

pembiayaan meskipun pada saat inflasi sedang mengalami kenaikan. Selain itu akibat yang
ditimbulkan dari meningkatnya inflasi adalah adanya tambahan dana pembiayaan yang
ha us dikelua ka

a k sya i’ah dika e aka

asa ah pe

iayaa

e

utuhka ta

aha

biaya-biaya untuk menunjang kegiatan usahanya.
Ketiga, ketika tingkat NPF mengalami kenaika
keputusa pe yalu a pe

aka a k sya i’ah tetap

elakuka

iayaa . Pe ga uh te se ut te jadi ka e a a k sya i’ah dala

mengatasi peningkatan risiko kredit macet (NPF) dengan melakukan diversifikasi
pembiayaan yang disalurkan. Walaupun rasio NPF dalam situasi meningkat, dengan adanya
upaya-upaya pengawasan terhadap ekspansi pembiayaan maka akan memudahkan bank
sya i’ah dala

e utuska pe yalu a da a kepada

asya akat.

21

Daftar Pustaka
Agustia to, E aluasi Ba k “ya i’ah
Da
Outlook Ba k “ya i’ah
http://shariaeconomy.blogspot.com/2008/12/evaluasi-bank-sya i’ah-2008-danoutlook.html, akses 17 September 2013.

,

----------------,
E aluasi
Ba k
“ya i’ah
da
Outlook
http://ekisopini.blogspot.com/2010/01/evaluasi-bank-sya i’ah-2009-danoutlook.html, akses 17 September 2013.

,

A to io, Muha

ad “yafi’i, Ba k Syari’ah dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema Insani: 2001.

Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Ma aje e Ba k Syari’ah, Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005.
A isa di, Desi, A alisis Fakto Pe a a a K edit Pada Ba k U u di I do esia, Jurnal
Master Degree Program – Magister Management, Universitas Gunadarma, 2009,
http://papers.gunadarma.ac.id/index.php/mmanagement/article/view/14900/14165
, akses 24 September 2012.
Bank Indonesia, Outlok Per a ka Syari’ah di I do esia
“ya i’ah,
.
----------------, Outlok Per a ka
“ya i’ah,
.

Syari’ah I do esia

, Jakarta: Direktorat Perbankan
, Jakarta: Direktorat Perbankan

----------------, Ringkasan Eksekutif Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2009:
Memperkuat Ketahanan, MendorongMomentum Pemulihan Ekonomi Nasional,
Jakarta: Direktorat Riset dan Kebijakan Moneter, 2009.
----------------, Ringkasan Eksekutif Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2008: Menjaga
Stabilitas Perekonomian Dalam Krisis Keuangan Global, Jakarta: Direktorat Riset dan
Kebijakan Moneter, 2008.
----------------, Statistik Per a ka Syari’ah Ju i
2012.

, Jakarta: Direktorat Pe a ka “ya i’ah,

Baridwan, Zaki, Intermediate Accounting, Yogyakarta: BPFE, 2004.
Boediono, Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE, 2001.
----------------, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2: Ekonomi Makro, Yogyakarta: BPFE,
2005.
Dendawijaya, Lukman, Manajemen Perbankan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005.
Duddy Roes a a Do a da Nu ul Choti ah, Va ia el-Variabel Yang Mempengaruhi
Pe iayaa Pada Pe a ka “ya i’ah di I do esia Diti jau da i “isi Pe a a a ,
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islami (EKBISI), Volume.2, No.2, Juni 2008.
Ghozali, Imam, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Undip, 2009.
Goelto , Mi a da “. da Doddy )ul e di, Ma aje e Nilai Tuka di I do esia da
Pe asalaha ya, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume.1. No.2,
September 1998.
Hadi, Syamsul, Metodologi Penelitian untuk Akuntansi dan Keuangan, Yogyakarta: Ekonosia,
2006.

22

Ha id, Edy “ua di, Aka K isis Eko o i Glo al da Da pak ya Te hadap I do esia,
Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Volume.3. No.1, Juli 2009.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: STIM YKPN,
2007.
Ha iz, Moha ad, Pengaruh Potensi, Preferensi, Serta Perilaku Konsumen Terhadap Usaha
Pe asa a Ba k “ya i’ah di I do esia, Jurnal Muamalah SEF UGM, Volume 4,
Januari 2007.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Yogyakarta: UPP
AMP YKPN, 2004.
Karim, Adiwarman Aswar, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004.
----------------, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani, 2001.
----------------, Ekonomi Makro Islami, Jakarta: Raja Grafindo, 2007.
Kasmir, Manajemen Perbankan , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Ku ia i g u , Dia , Pengaruh BI Rate, Inflasi, dan Suku Bunga Kredit Terhadap
Pe yalu a K edit Modal Ke ja, Tesis Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Padjajaran,
tidak
dipublikasikan,
http://www.fe.unpad.ac.id/karyailmiah/index.php/tesis/detail/427/pengaruh-bi-rate-inflasi-dan-suku-bunga-kreditterhadap-penyaluran-kredit-modal-kerja#, akses 24 September 2013.
Lewis, Mervyn K. dan Latifa M. Algaoud, Per a ka Syari’ah: Pri sip, Praktik, da Prospek,
alih bahasa Burhan Subrata, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2007.
Madura, Jeff, Manajemen Keuangan Internasional, alih bahasa Emil Salim, jilid I, Jakarta:
Erlangga, 2000.
Mahyudin, Syahrul Elly, A alisis Pe ga uh I flasi, Ku s da Ki e ja “ekto I dust i Te hadap
Pe iayaa Pe a ka “ya i’ah, “e elu da “esudah Pe ggu aa “e tifikat Ba k
I do esia “ya i’ah, Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, tidak dipublikaskan,
lihat di http://www.psktti-ui.com/abstrak1.php?id=7103910722&bhs=IN, akses 24
September 2012.
Ma ya ah, Fakto -Fakto Ya g Me pe ga uhi Pe iayaa Bagi Hasil di Ba k “ya i’ah
Ma di i, Tesis Pascasarjana Universitas Indonesia, tidak dipublikaskan, lihat di
http://www.psktti-ui.com/abstrak1.php?id=7103910366&bhs=IN,
akses
24
September 2012.
Muhammad, Ma aje e Ba k Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2011.
---------------, Ma aje e Pe

iayaa Ba k Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.

----------------, Tek ik Perhitu ga Bagi Hasil da
Yogyakarta: UII Press, 2004.

Profit Margi

Pada Ba k Syari’ah,

Munawir, Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2002.
Nopirin, Ekonomi Makro, buku II, Yogyakarta: BPFE, 2000.
Pohan, Aulia, Potret Kebijakan Moneter Indonesia: Seberapa Jauh Kebijakan Moneter
Mewarnai Perekonomian Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
23

Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Makro di Indonesia,
Jakarta: Grasindo, 2005.
P ati da Akhya Ad a , A alisis Hubungan Simpanan, Modal Sendiri, NPL, Bagi Hasil dan
Keu tu ga Te hadap Pe iayaa Pe a ka “ya i’ah “tudi Kasus Pada Ba k
Mua alat I do esia, Jurnal Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen. Edisi Khusus on
Finance, 2005.
Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008.
Rivai, Veithzal, dkk, Bank a