FAULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAK doc

MENGATASI KELUARGA YANG BROKEN
HOME

Nama

: R.A Hasna Nurmahdiyyah (2013320030)
Annisa Nur Fitriyah (2013320042)
Desita Dwiyani (2013320034)
Dewi Ratna (2013320037)
Melia Agustina (2013320019)

Kelas

: Akuntansi A

Mata Kuliah : Mu’amallah
Nama Dosen :

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
JL. KH Ahmad Dahlan Cirendeu Ciputat, JakartaSelatan

Telp. (021) 7492862

Fax (021) 7430756

Email: [email protected]

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Keluarga sudah seharusnya menjadi tumpuan bagi seluruh anggotanya. Bagaimana
keluarga dapat menjadi solusi dalam setiap persoalan yang dihadapi oleh anggotanya,
merupakan hal utama yang seharusnya menjadi peran setiap keluarga. Keluarga yang
menyenangkan dan menenangkan setiap anggota didalamnya, akan menjadi “surga dunia”
yang paling nikmat apabila dimiliki oleh setiap orang.
Namun bagaimana jadinya bila justru keluargalah yang menjadi sarang persoalan.
Bagaimana setiap anggota keluarga didalamnya bisa menjadikan keluarga sebagai tempat
tumpuan dan sumber solusi, apabila masalah yang ada datang dari internal keluarga itu
sendiri.Kondisi tersebutlah yang dinamakan “Broken Home”. Disinilah seharusnya sikap
dan peran setiap anggota keluarga dipertanggungjawabkan. Lalu bagaimana jika masalah

dalam keluarga tidak terselesaikan? Situasi kian pelik dan pada akhirnya menyebabkan
perceraian? Lagi-lagi anaklah yang mendapatkan dampak terbesarnya. Lalu bagaimana
mengatasi situasi dan kondisi seperti ini? Dan apa saja tips-tips menghindari broken home?
Hal ini lah yang akan menjadi pembahasan kami dalam makalah ini.

1.2Rumusan Masalah
Dalam makalah ini ada beberapa hal yang kami bahas, diantaranya:
1. Pengertian keluarga dan broken home.
2. Penyebab dan dampak broken home.
3. Menghindari dan mengatasi broken home.
4. Islam memandang broken home.

BAB II
MENGATASI KELUARGA YANG BROKEN HOME

2.1 Pengertian Keluarga dan Broken Home
Kata "Keluarga" (Bhs. Arab; al-usrah, bhs. Inggris; family), menurut pengertian
yang umum adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat yang terdiri
atas ibu, bapak, dan anak. Sedangkan dalam sumber lain dijelaskan, keluarga ialah suatu
kumpulan manusia dalam kelompok kecil yang terdiri atas suami, istri, dan anakanak.Sedangkan dalam bahasa Indonesia, broken home


adalah perpecahan dalam

keluarga. Broken home merupakan istilah yang pada umumnya digunakan untuk
menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang tua tidak lagi peduli dengan
situasi dan keadaan keluarga di rumah. Keluarga broken home merupakan suatu kondisi
keluarga tidak harmonis, tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan
sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan
pertengkaran dan berakhir pada perceraian. Berdasarkan penjelasan tersebut, kondisi
broken home dalam keluarga bisa disebabkan oleh semua anggota keluarga, namun solusi

utamanya terletak pada orang tua. Orang tua merupakan role model bagi anak-anaknya,
sebagai pemimpin sebuah keluarga sudah seharusnya orang tua berada digaris paling
depan dalam mengkondisikan keluarganya tetap harmonis dan berjalan sesuai jalurnya.
Broken home berkaitan erat dengan perceraian karena broken home dan perceraian

memiliki sifat saling mempengaruhi. Berikut gambarannnya:

BROKEN
HOME


PERCERAIAN

Broken home dapat menyebabkan perceraian, dan perceraian dapat menyebabkan

sebuah keluarga menjadibroken home. Perceraian sendiri merupakan sebuah kondisi
dimana pasangan dalam rumah tangga tidak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya.

Ada keluarga broken home, berarti ada keluarga tidak broken home. Dalam islam keluarga
yang tidak broken home adalah keluarga yang sakinah, mawwaddah, wa rahmah, yaitu:
 Sakinah: tenang, tentram, aman, dan terlindungi.
 Mawaddah: cinta

 Wa rahmah: Kasih sayang
Berdasarkan arti tersebut, maka keluarga tidak broken home adalah keluarga dengan
kondisi yang tenang, tentram, dan aman yang dirasakan oleh setiap anggota keluarga yang
didalamnya terdapat rasa saling mencintai dan kasih sayang. Dan keluarga broken home
adalah kondisi keluarga yang sebaliknya, dimana para anggota didalamnya tidak
merasakan ketenangan dan ketentraman apalagi cinta dan kasih sayang.
Semua orang yang hidup berumah tangga pasti mempunyai masalah, dan setiap

masalah pasti memiliki jalan keluarnya. Oleh karena itu dasar berumah tangga bagi
seorang muslim adalah Al-Qur’an dan Hadits. Allah SWT berfirman dalam Surat AlTahrim ayat 6:

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Sedangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Nabi SAW bersabda:
“Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah baik, maka ia difahamkan oleh Allah di
dalam masalah urusan agama.” (HR. Imam Bukhori).
Maksud dalam ayat Al-Qur’an dan Hadits tersebut ialah Allah SWT memerintahkan
setiap orang yang beriman agar “memelihara” dirimu dan keluargamu, itu berarti kita
sebagai seorang muslim diharuskan menjaga keluarga kita agar senantiasa menjadi

keluarga yang menentramkan, dan menenangkan setiap anggota keluarganya. Dan dalam
hadits tersebut maksudnya, jika kita telah berusaha untuk menjaga keluarga kita tetap pada
jalan yang lurus dan benar yang dikehendaki oleh Allah SWT maka, insha Allah segala
sesuatunya pasti ada jalan keluarnya.


2.2 Penyebab dan Dampak Broken Home
Setelah kita mengetahui apa itu keluarga dan broken home, lalu apa penyebab dan
dampak broken home?
Keluarga yang broken home dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti:
1. Orang tua yang bercerai
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perceraian dan broken home saling
mempengaruhi. Perceraian yang terjadi dapat menimbulkan “kepincangan” dalam sebuah
keluarga. Orang tua yang seharusnya terdiri dari 2 orang yang “lengkap”, menjadi tidak
lagi sejalan seperti seharusnya. Orang tua yang seharusnya memimpin dan membimbing
anak-anaknya, tidak lagi terlalu memikirkan apa tugas seharusnya dan lebih memilih
keegoisannya sendiri tanpa terlalu peduli bagaimana dampak terhadap anak-anaknya. Hal
ini membuat anak menjadi korban utama dalam perceraian. Bagaimanapun kasih sayang
yang diberikan oleh orang tua tunggal, anak akan merasa tidak lengkap kasih sayangnya
yang ia dapatkan. Kondisi seperti ini juga akan semakin parah bila sang anak melihat
langsung pertengkaran diantara orang tuanya.
2. Kebudayaan bisu dalam keluarga
Kurangnya komunikasi juga menyebabkan timbulnya broken home. Tidak adanya
keterbukaan antar anak dan orang tua membuat budaya bisu dalam keluarga tidak dapat
dihindari. Mau tidak mau, antar anggota keluarga menjadi tidak terlalu peduli satu dengan
yang lainnya. Setiap terjadi masalah mereka akan saling diam dan cuek, mereka cenderung

enggan menyampaikan pendapatnya karena tidak biasa berkomunikasi antar anggota
keluarga.
3. Perang dingin dalam keluarga

Perang dingin lebih membahayakan dari sebuah pertengkaran hebat. Perang dingin akan
bersikap saling menjatuhkan satu sama lain tanpa terlihat adanya pertengkaran. Situasi
seperti ini membuat kondisi keluarga broken home sulit dihindari.

4. Lingkungan sekitar yang tidak mendukung
Lingkungan sekitar juga berpengaruh terhadap kondisi sebuah keluarga. Keluarga yang
kurang harmonis akan semakin tidak harmonis apabila lingkungan sekitarnya kurang
mendukung keluarga tersebut menjadi keluarga yang tentram dan damai.
5. Watak keras dari orang tua yang menurun pada anak
Watak keras dan kasar dari orang tua membuat anak menjadi salah mencontoh apa yang
harusnya ia contoh. Sesuai dengan peribahasa “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”,
menggambarkan bahwa pada umumnya watak keras dan kasar yang dimiliki anak
tercermin dari bagaimana orangtuanya. Hal ini berbahaya apabila dalam keluarga terjadi
pertengkaran. Anak dan orang tua akan berperilaku sama-sama keras dan kasar dalam
menghadapi permasalahan.
6. Kondisi ekonomi dalam keluarga

Kondisi ekonomi keluarga juga merupakan satu dari banyak faktor penyebab broken home.
Jika anggota keluarga mulai menuntut sesuatu diluar makan dan minum yang tuntutannya
tidak sesuai dengan penghasilan yang dimiliki, maka bukan tidak mungkin pertengkaran
akan terjadi dan membuat keluarga tidak harmonis. Tidak sedikit disekitar kita orang tua
dan anak yang bertengkar akibat permintaan sang anak yang diluar batas, atau istri dan
suami bertengkar akibat permintaan istri yang tidak sesuai dengan gaji suami.
7. Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya broken home. Jika suami istri
memiliki pendidikan dan pengalaman yang luas mengenai persoalan keluarga, maka setiap
masalah yang terjadi dapat dengan “mudah” diselesaikan. Pendidikan agama pun
merupakan hal yang tidak kalah penting dalam membina rumah tangga.

Hal-hal diatas merupakan faktor penyebab broken home, lalu apa dampaknya?
Dampak atau efek yang ditimbulkan oleh kondisi keluarga yang broken home dapat
berbeda-beda pada setiap kasus, tergantung dari bagaimana mereka menyikapi kondisi

keluarga broken home yang telah terjadi pada diri mereka sendiri dan bagaimana
lingkungan sekitar membantu mengatasinya (seperti guru, teman, saudara, dsb.Dampak
terbesar pada kasus broken home adalah pada anak, yaitu:
1. Psikologi anak terganggu.

2. Anak cenderung pendiam dan sulit bergaul (minder).
3. Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan.
4. Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar karena, mereka dibebankan
oleh persoalan buruk mengenai keluarga broken home
5. Anak kehilangan sosok orang tua yang sesungguhnya. Artinya, jika ia adalah anak
perempuan maka anak tersebut akan kehilangan sosok ayah yang berwibawa menjaga
dan melindungi dirinya. Dan jika ia adalah anak laki-laki maka ia akan kehilangan
sosok ibu yang keibuan. Namun seorang anak juga bisa saja kehilangan sosok keduaduanya.
6. Anak akan trauma terhadap sebuah keluarga. Keluarga yang seharusnya dapat
menyamankan dirinya, justru sebaliknya.
7. Pendidikan anak akan terganggu. Akibat terjadi persoalan pada rumah sebagai tempat
tinggalnya, anak tidak akan betah berada dirumah, menjadi malas belajar, dan
prestasinya akan menurun.
Walaupun dampak terbesar ada pada anak, bukan berarti tidak ada dampak broken
home terhadap kedua orang tua. Dampak broken home bagi orang tua adalah fokus kedua

orang tua akan terganggu dalam menjalankan tugas yang seharusnya.

2.3 Menghindari dan Mengatasi Broken Home
Bagaimana menghindari kondisi keluarga yang broken home, agar keluarga yang

kita miliki dapat menjadi keluarga bahagia yang sakinah, mawaddah, wa rahmah menurut
Islam?
1. Memilih pasangan yang baik
Memilih pasangan yang baik penting untuk dapat menghindari keluarga yang broken
home. Rasulullah saw bersabda, yang intinya:

“Pilihlah pasanganmu karena empat perkara, yaitu kareba hartanya, karena bangsa
atau keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah

yang kuat dalam beragama, engkau akan bahagia.”
2. Senantiasa menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah
Allah berfirman dalam surat Ali ‘imran ayat 159:

Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkan ampunan untuk
mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah

mencintai orang yang bertawakal.”

Menyelesaikan setiap masalah dengan cara musyawarah merupakan hal penting untuk
menghindari kekerasan dalam rumah tangga sebagai “penyelesaian masalah”, yang justru
merupakan kondisi keluarga broken home itu sendiri.
3. Menjaga komunikasi antar anggota keluarga
Menjaga komunikasi menjadi penting dalam menjaga sebuah keluarga. Komunikasi yang
baik akan membantu kita terhindar dari kesalahpahaman penyebab keretakan dalam
keluarga.
4. Menjalankan peran yang seharusnya dengan baik dalam keluarga
Menjalankan peran dengan baik sesuai dengan koridornya juga penting untuk menghindari
keluarga broken home. Jika setiap anggota keluarga dapat menjalankan perannya masingmasing dengan baik, maka tidak ada lagi keretakan yang terjadi.
5. Melaksanakan pendidikan keimanan bagi anggota keluarga.
Pendidikan keimanan dalam sebuah keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam
membina sebuah rumah tangga. Iman menjadi dasar yang bagus dan insyaAllah menjadi
pagar yang tangguh yang akan meluruskan tujuan seseorang dalam berumah tangga.

Namun jika kondisi keluarga sudah terlanjur berantakan (broken home), bagaimana
mengatasinya? Agar kondisi keluarga bisa lebih baik dan setiap anggota keluarga bisa
mendapatkan ketentraman dan ketenangan. Berikut cara mengatasinya:

1. Tidak memilih perceraian sebagai jalan keluar
Seperti yang telah dijelaskan bahwa perceraian dan broken home sangat berkaitan.
Alangkah baiknya, jika kondisi keluarga telah broken home maka tidak memilih perceraian
sebagai jalan keluarnya. Karena, perceraian adalah sesuatu yang halal namun dibenci Allah
SWT. Keputusan untuk bercerai juga tidak akan memperbaiki atau menghilangkan
keluarga yang broken home. Bagaimanapun juga, keluarga yang tetap utuh akan lebih baik
bagi tempat berlindung sang anak, dibanding pada akhirnya akan terpecah belah.
2. Senantiasa menyelesaikan masalah dengan cara musyawarah
Sama seperti cara menghindari kondisi keluarga yang broken home, hal ini juga dapat
dijadikan cara mengatasi keluarga yang broken home. Broken home identik dengan
pertengkaran. Oleh karena itu, akan lebih baik jika setiap masalah yang dihadapi
diselesaikan dengan bermusyawarah.
3. Memperbaiki komunikasi antar anggota keluarga
Komunikasi memberikan dampak yang besar bagi keutuhan kebahagiaan sebuah keluarga.
Komunikasi yang tidak berjalan baik akan menciptakan kesalahpahaman yang bisa saja
menimbulkan perpecahan dalam keluarga.
4. Berpikir positif
Berpikir positif adalah cara yang baik dalam menghadapi setiap persoalan yang terjadi
pada kita. Cara kita melihat suatu masalah akan memberikan efek terhadap apa yang akan
kita lakukan.
5. Tidak menghakimi
Tidak menghakimi anggota keluarga yang menjadi penyebab persoalan adalah tindakan
yang baik untuk tidak memperkeruh keadaan. Mungkin sulit untuk dilakukan, tapi menjadi
pengayom atau penengah diantara mereka yang berseteru akan lebih baik daripada
memihak dan memperkeruh keadaan.
6. Bercerita pada orang yang tepat
Jika memiliki masalah, bercerita dapat menjadi solusi yang cukup baik. Bercerita akan
sedikit mengurangi beban yang sedang kita hadapi. Dan bercerita pada orang yang tepat
biasanya akan menjadi solusi dari sebuah persoalan.

7. Lebih mendekatkan diri pada Allah SWT
Setelah kita berusaha, berdo’a akan menjadi penutup terbaik dalam menyelesaikan suatu
masalah. Pasrahkanlah segalanya pada Allah SWT. Mungkin saja hal ini adalah cobaan
yang akan membuat kita menjadi orang yang lebih baik lagi, dan akan mendatangkan
hikmah yang besar pada hidup kita. Berdzikir juga dapat menjadi penyembuh luka akibat
keluarga broken home. Dengan selalu berdzikir, insyaAllah kita akan menjadi lebih tenang
hatinya.

Walaupun dengan memiliki keluarga broken home membuat kita memandang hidup
menjadi sulit, ingatlah bahwa kita dapat menjadi dewasa dengan masalah yang pernah
menimpa kita.Hal penting lainnya adalah bagaimanapun kondisi keluarga kita, silaturahmi
tidak boleh diputuskan hanya karena kondisi keluarga yang tidak utuh.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai makhluk Allah SWT yang beragama dan beretika, kondisi-kondisi seperti
ini sebaiknya diselesaikan dengan dasar Al-Qur’an dan Hadits supaya kedepannya situasi
dalam keluarga tidak semakin rumit seperti yang tidak diharapkan, dapat menjadi tenang,
tentram, dan damai.
Keluarga bersifat menyeluruh bukan perorangan, maka sudah seharusnya setiap
masalah yang ada bisa ditumpu bersama-sama dan tidak menyalahkan anggota keluarga
manapun. Saling menyalahkan dan kurang komunikasi antar anggota keluarga, akan
membuat persoalan yang justru datang dari dalam keluarga itu sendiri menjadi semakin
runyam dan berantakan. Akibatnya, anggota keluarga tidak saling peduli satu sama lain.
Orang tua yang seharusnya bersifat membimbing bahkan memimpin para anggotanya
malah semakin egois dengan pendapatnya masing-masing. Pada akhirnya, anak yang
seharusnya mendapat bimbingan justru menjadi korban yang paling utama dalam kondisi
seperti ini.
Broken home juga tidak berarti perceraian akan terjadi.Broken home hanya sebuah

kondisi keluarga yang tidak bahagia, dan belum tentu akan berujung pada perceraian. Jika
kita bisa mengatasinya sebelum semuanya menjadi lebih buruk, maka perceraian akan
menjadi hal mustahil untuk terjadi. Perceraian juga tidak berarti sebuah keluarga menjadi
broken home. Karena broken home merupakan kondisi keluarga yang tidak bahagia, dan

beberapa keluarga yang bercerai justru ada yang lebih bahagia dibanding sebelumnya.
Kedua hal tersebut berkaitan dengan bagaimana kasih sayang dalam sebuah keluarga,
karena bahagia berkaitan dengan kasih sayang dan cinta yang didapatkan setiap anggota
keluarganya. Semua itu tergantung bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita ingin
sebuah keluarga broken home atau keluarga tidak broken home, adalah pilihan bagi kita.
Dan apa yang telah dipilih harus bisa dipertanggungjawabkan dengan baik dan benar.

3.2 Saran
Adapun saran bagi mereka yang menghadapi persoalan keluarga yang broken home, ialah:
Orang tua

 Orang tua seharusnya dapat menjalankan perannya dengan baik agar dapat menjadi
panutan yang tepat bagi anak-anaknya.

 Karena ini adalah sebuah keluarga, orang tua juga seharusnya tidak bertindak egois.
Karena apa yang dilakukannya akan memberikan dampak bagi anak-anaknya.
Anak

 Anak seharusnya tidak melampiaskan kekesalannya terhadap keluarga yang tidak
memberikan kebahagiaan pada hal-hal negatif yang dapat merusak dan merugikan
dirinya.

 Anak sebagai seseorang yang mendapatkan efek besar dari sebuah keluarga broken
home, sebaiknya dapat selalu berpikir positif atas apa yang ia hadapi.
Keluarga besar

 Keluarga besar yang terdiri dari saudara-saudara keluarga tersebut (keluarga broken
home) sebaiknya dapat lebih peduli dengan menjadi penengah dan tidak meperkeruh

suasana dengan tidak memihak siapapun.
Dari saran-saran tersebut, saran yang terbaik adalah keluarga seharusnya bisa
bersama-sama memiliki pendidikan agama yang cukup agar setiap masalah yang dihadapi
dapat dengan mudah diselesaikan dengan berpegangan pada aturan agama (Al-Qur’an dan
Hadits).

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Perceraian
https://www.facebook.com/notes/ayo-nikah-kontak-jodoh-muslim/merajut-keluargasakinah-mawaddah-wa-rahmah/220576544633382
http://www.dudung.net/quran-online/indonesia/66