Tugas Teknologi Reproduksi dan Inseminsi

Tugas Teknologi Reproduksi dan Inseminsi Buatan

Inseminasi Buatan Pada Sapi

Oleh:

Kelas 2012 A
Nurisa Octaviani

(125130100111007)

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan mini paper yang berjudul
“Inseminasi Buatan Pada Sapi” dalam rangka memenuhi tugas terstruktur mata kuliah
Teknologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan
dorongan dari teman-teman mahasiswa seangkatan tahun 2012 dan orang tua yang selalu
memberikan dukungan moral pada penulis.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Serta penulia
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat di masyarakat.

Malang, September 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi reproduksi didunia kedokteran hewan salah satunya adalah
inseminasi buatan. Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menggunakan rasa, karsa dan daya cipta yang dimiliki. Salah satu bidang iptek yang
berkembang pesat dewasa ini adalah teknologi reproduksi. Teknologi reproduksi adalah ilmu
reproduksi atau ilmu tentang perkembangbiakan yang menggunakan peralatan serta prosedur
tertentu untuk menghasilkan suatu produk (keturunan). Salah satu teknologi reproduksi yang

telah banyak dikembangkan adalah inseminasi buatan. Inseminasi buatan merupakan
terjemahan dari artificial insemination yang berarti memasukkan cairan semen (plasma
semen) yang mengandung sel-sel kelamin pria (spermatozoa) yang diejakulasikan melalui
penis pada waktu terjadi kopulasi atau penampungan semen.
Berdasarkan pengertian di atas, maka definisi tentang inseminasi buatan adalah
memasukkan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin wanita dengan
menggunakan alat-alat buatan manusia dan bukan secara alami. Namun perkembangan lebih
lanjut dari inseminasi buatan tidak hanya mencangkup memasukkan semen ke dalam saluran
reproduksi wanita, tetapi juga menyangkut seleksi dan pemeliharaan sperma, penampungan,
penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan
pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan, dan penentuan hasil inseminasi pada manusia
dan hewan. Adapun tujuan dari inseminasi buatan adalah sebagai suatu cara untuk
mendapatkan keturunan bagi pasutri yang belum mendapat keturunan.

.

BAB II
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian inseminasi buatan pada sapi

Inseminasi Buatan adalah salah Bioteknologi dalam bidang reproduksi ternak yang
memungkinkan manusia mengawinkan ternak betina tanpa perlu seekor pejantan.
Inseminasi Buatan merupakan suatu rangkain proses terencana dan terpogram karena
menyangkut kualitas genetik ternak di masa yang akan datang. Pelaksanaan dan
penerapan teknologi Inseminasi Buatan di lapangan dimulai dengan langkah pemilihan
pejantan unggul sehingga akan lahir anak yang kualitasnya lebih baik dari induknya
selanjutnya dari pejantan tersebut dilakukan penampungan semen, penilaian kelayakan
semen, pengelolahan dan pengawetan semen dalam bentuk cair dan beku, serta teknik
inseminasi ke dalam saluran reproduksi ternak betina (Depdiknas, 2001).Inseminasi
Buatan bertujuan untuk membentuk bangsa baru ternak melalui persilangan dengan
pejantan unggul. Dengan teknologi Inseminasi Buatan akan dihasilkan pedet yang lebih
besar dengan laju pertumbuhan yang cepat sehingga dapat diperoleh bobot yang
tinggi(priyanto dwi,2011).
Namun dalam perkembangan lebih lanjut, program IB tidak hanya mencakup
pemasukan semen ke dalam saluran reproduksi betina, tetapi juga menyangkut seleksi
dan pemeliharaan pejantan, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau
pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi,
pencatatan dan penentuan hasil inseminasi pada hewan/ternak betina, bimbingan dan
penyuluhan pada peternak. Dengan demikian pengertian IB menjadi lebih luas yang
mencakup aspek reproduksi dan pemuliaan, sehingga istilahnya menjadi artificial

breeding (perkawinan buatan). Tujuan dari IB itu sendiri adalah sebagai satu alat yang
ampuh yang diciptakan manusia untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak secara
kuantitatif dan kualitatif (ahmad intan , 2009).
Manfaat penerapan bioteknologi IB pada ternak adalah sebagai berikut :
a)Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
b)Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
c)Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
d)Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka
waktu yang lama;
3.2 Prosedur Inseminasi Buatan Pada Sapi

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan ketika melakukan inseminasi buatan.
Pertama kkta harus menyiapkan semen dengan cara penampungan semen Penampungan
semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume)-nya banyak dan
kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan.Semen
dapat ditampung melalui beberapa metode, seperti :
1. Metode Pengurutan (Masase) :
Metode penampungan semen melalui pengurutan dapat diterapkan padaternak besar
(sapi, kerbau, kuda), dan pada ternak unggas (kalkun danayam). Pada ter-nak besar
metode pengurutan ampulla vas deferens diterapkan apabila hewan jantan tersebut

memiliki potensi genetik tinggi akan tetapi tidak mampu melaku-kan perkawinan secara
alam, baik karena nafsu seksualnya rendah atau mempu-nyai masalah dengan
kakinya(lumpuh atau pincang/ cedera). Sedangkan pada ternak ayam atau kalkun metode
pengurutan punggung merupakan satu-satunya metode penampungan yang paling baik
hasilnya.
2. Metode Elektrojakulator
Penampungan semen menggunakan metode ini adalah upaya untuk memperoleh
semen dari pejantan yang memiliki kualitas genetik tinggi tetapi tidak mampu melakukan
per-kawinan secara alam akibat gangguan fisik atau psikis. Metode ini saat ini lebih
banyak diterapkan pada ternak kecil seperti domba dan kambing karena pada ternak besar
lebih mudah dilakukan melalui metode pengurutan ampula vas deferens.
3. Metode Vagina Tiruan
Penampungan semen menggunakan vagina tiruan merupakan metode yang pa-ling
efektif diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak kecil (domba,
kambing, dan babi) yang normal (tidak cacat) dan libidonya ba-gus. Kelebihan metode
penampungan menggunakan vagina tiruan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit
dua metode sebelumnya, semen yang diha-silkannya pun maksimal. Hal ini terjadi karena
metode penampungan ini meru-pakan modifikasi dari perkawinan alam. Sapi jantan
dibiarkan menaiki peman-cing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain, atau panthom
(patung ternak yang didesain sedemikian rupa sehingga oleh pejantan yang akan

ditampung semennya dianggap sebagai ternak betina). Ketika pejantan tersebut sudah
me-naiki pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis tersebut arahnya dibelokkan
menuju mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam vagina tiruan. Vagina tiruan
yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai kondisi (teruta-madalam hal temperatur
dan kekenyalannya) vagina yang sebenarnya.Mengingat ternak jantan yang akan
dijadikan sumber semen harus memiliki kondisi badan yang sehat dan nafsu seksual yang

baik, maka sebaiknya kita mengutamakan metode penampungan semen menggunakan
vagina tiruan pada ternak mamalia (sapi, kerbau, kuda, domba, dan kambing).
Lalu semen di evaluasi ,evaluasi atau pemeriksaan semen merupakan suatu tindakan
yang perlu dila-kukan untuk melihat kuantitas (jumlah) dan kualitas semen.Pemeriksaan
semen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pemeriksaan secara makroskopik dan
pemerik-saan mikroskopik. Pemeriksaan makroskopik yaitu pemeriksaan semen secara
garis besar tanpa memerlukan alat bantu yang rumit, sedangkan pemeriksaan mikroskopik bertujuan melihat kondisi semen lebih dalam lagi serta memerlukan alat bantu
yang cukup lengkap. Evaluasi makroskopik meliputi : volume semen, warna semen, bau
semen, ke-kentalan semen, dan pH semen. Adapun pemeriksaan mikrokopik meliputi
gerakan massa sperma, gerakan individu sperma, konsentrasi sperma dalam tiap mililiter
semen, konsentrasi sperma hidup dalam setiapmililiter semen, konsentrasi sperma mati
dalam setiap mililiter semen, dan persentase abnormalitas (ketidak-normalan bentuk)
sperma.

Selanjutnya dilakukan pengenceran semen , Pengenceran semen adalah satu upaya
untuk memperbesar volume semen serta menurunkan kandungan sperma dalam volume
tertentu sehingga akan lebih banyak dosis inseminasi dapat dibuat. Dengan demikian
akan lebih banyak jumlah ternak betina yang dapat dikawini oleh seekor pejantan karena
setiap ejakulatnya mampu menginseminasi banyak betina. Pengencer semen adalah
larutan isotonis (memiliki tekanan osmotik yang sama dengan plasma darah) yang
mengandung bahan-bahan yang bersifat buffer (memelihara larutan dari perubahan pH),
bahan nutrisi bagi kelangsungan hidup sperma, dan mampu memelihara sperma dari
cekaman dingin (cold shock). Pengawetan atau preservasi semen merupakan upaya
manusia memperpanjang daya hidup dan daya fertilisasi sperma sehingga masa pakai
semen tersebut dapat lebih lama. Pengawetan semen dapat dilakukan untuk keperluan
penyimpanan singkat pada temperatur 5o C dan penyimpanan semen untuk jangka waktu
tidak terbatas pada temperatur – 196o C. Pengawetan semen pada temperature dibawah
titik beku air memerlukan bahan lain yang mampu melindungi sperma karena cekaman
akibat perubahan tekanan osmotik larutan (hypertonic stress) dan melindungi sperma
akibat pembentukan kristal es pada saat pembekuan. Bahan yang mampu ber-peran untuk
kedua maksud di atas disebut sebagai agen krioprotektan – seperti glycerol.
Inseminasi atau deposisi semen ke dalam saluran reproduksi ternak betina
merupakan salah satu langkah akhir dalam kegiatan insemi-nasi buatan.Pencurahan
semen ke dalam saluran reproduksi ternak betina mamalia dilakukan dengan maksud agar

sel telur yang diovu-lasikan ternak betina tersebut dapat dibuahi oleh sperma sehingga

ternak betina menjadi buntingdan melahirkan anak. Inseminasi/ deposisi semen harus
dilaksanakan pada saat yang tepat, yaitupada saat ternak betina (mamalia = sapi, domba,
kerbau, dsb) itu sedang dalam puncak berahi.Inseminasi/ deposisi semen pada ternak
mamalia besar (sapi, kerbau) dilakukan dengan metode recto-vaginal.Inseminasi/ deposisi
semen pada ternak mamalia kecil (domba, kambing) menggunakan metode vaginoscope
atau speculum. Semen yang diinseminasikan dapat dalam bentuk semen cair atau
semenbeku. Aplikator (alat untuk menyampaikan semen) atau insemination gun untuk
semen cair berbeda dengan untuk semen beku (kartasudjana ruhyat, 2001).
3.3 Faktor Kegagalan Inseminasi Buatan
Beberapa faktor kegagalan dari inseminasi buatan adalah kualitas sperma yang
kurang baik ,kualitas sperma ini dipengaruhi oleh Kualitas dan produksi semen
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, pakan, suhu, musim, frekuensi ejakulasi,
umur dan berat badan pejantan dan bangsa ternak . Kualitas semen yang baik dimulai dari
kualitas semen segar yang dihasilkan oleh pejantan di Balai-balai produsen semen yang
selanjutnya diproses menjadi beku hingga memenuhi standar minimal untuk IB sesuai SNI
Semen Beku 01-4869, 1-1998 serta mampu dipertahankan oleh petugas di lapangan untuk
siap membuahi sel telur betina berahi (sarastina et. all , 2012).
Selanjutnya adalah faktor betina , Permasalahan pada betina akseptor IB) dalam

kaitannya dengan kinerja reproduksi adalah: (1) variasi dalam siklus berahi dan lama
berahi, (2) variasi dalam selang beranak (kidding interval) yang berkaitan dengan
involusi uterus; dan (3) gejala pseudopregnancy (kebuntingan semu). Faktor terpenting
dalam pelaksanaan inseminasi adalah ketepatan waktu pemasukan semen pada puncak
kesuburan ternak betina. Puncak kesuburan ternak betina adalah pada waktu menjelang
ovulasi. Waktu terjadinya ovulasi selalu terkait dengan periode berahi. Pada umumnya
ovulasi berlangsung sesudah akhir periode berahi. Ovulasi pada ternak sapi terjadi 15-18
jam sesudah akhir berahi atau 35-45 jam sesudah munculnya gejala berahi. Sebelum
dapat membuahi sel telur yang dikeluarkan sewaktu ovulasi, spermatozoa membutuhkan
waktu kapasitasi untuk menyiapkan pengeluaran enzim-enzim zona pelucida dan masuk
menyatu dengan ovum menjadi embrio. Waktu kapasitasi pada sapi, yaitu 5-6 jam. Oleh
sebab itu, peternak dan petugas lapangan harus mutlak mengetahui dan memahami kapan
gejala birahi ternak terjadi sehingga tidak ada keterlambatan IB. Kegagalan IB menjadi
penyebab membengkaknya biaya yang harus dikeluarkan peternak (ahmad, intan, 2009).

BAB IV
PENUTUP

4.1


Kesimpulan
Inseminasi Buatan adalah salah Bioteknologi dalam bidang reproduksi ternak
yang memungkinkan manusia mengawinkan ternak betina tanpa perlu seekor pejantan.
Inseminasi Buatan merupakan suatu rangkain proses terencana dan terpogram karena
menyangkut kualitas genetik ternak di masa yang akan datang. Manfaat dari inseminasi
buatan adalah menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan, dapat mengatur jarak
kelahiran ternak dengan baik, mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina
(inbreeding) , dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam
jangka waktu yang lama;

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Intan , 2009. Pemanfaatan Inseminasi Buatan (Ib) Untuk Peningkatan Produktivitas
Sapi . Sekolah Ilmu Dan Teknologi Hayati Institute Teknologi Bogor. Bogor
Depdiknas, 2011. Inseminasi Buatan.
Priyanto Dwi, 2011. Strategi Pengembangan Usaha Ternak Sapi Potong Dalam Mendukung
Program Swasembada Daging Sapi Dan Kerbau Tahun 2014. Balai Penelitian
Ternak. Ciawi
Sarastina Etl. All . 2012. Analisa Beberapa Parameter Motilitas Spermatozoa Pada Berbagai
Bangsa Sapi Menggunakan Computer Assistat Seme Analysis (CASA). Fakultas

Peternakan Universitas Brawijaya. Malang
Kartasudjana Ruhyat , 2001 .Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Proyek Pengembangan
Sistem Dan Standar Pengelolaan Smk Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
Jakarta