T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Model Pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatifreatif, Efektif, Menyenangkan) dan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Peningkatan Motivasi Bela

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, dan memberikan arah pada
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai.
Menurut Hamzah B. Uno (2008:23) “Motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal kepada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan berbagai indikator atau
unsur yang mendukung”. Unsur yang mendukung motivasi belajar siswa
dengan kuatnya kemauan untuk belajar baik di sekolah maupun belajar
mandiri di rumah.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan ekternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan

sebagai berikut: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2)Adanya
dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) Adanya harapan dan cita-cita
masa depan; (4) Adanya penghargaan dalam belajar; (5) Adanya kegiatan
yang menarik dalam belajar; (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif,
sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.
Menurut Syaiful (2008:-149-151), “Motivasi terbagi dalam dua sudut
pandang, yaitu motivasi instrinsik atau motivasi yang berasal dari dalam
pribadi seseorang dan motivasi ekstrinsik atau motivasi yang berasal dari luar
diri seseorang”.

Motivasi instrinsik timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan atau dorongan dari orang lain sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu
motivasi yang timbul sebagai akiat pengaruh dari luar individu atau adanya
rangsangan dari luar misalnya keluarga, teman dan masyarakat selain itu
rangsangan dari luar seperti siswa yang ingin mencapai nilai yang tinggi

6

atau melebihi kkm demi melakukan peningkatan prestasi belajarnya maka
siswa mau melakukan sesuatu yaitu belajar dengan giat.

Menurut Sardiman A.M (dalam buku interaksi dan motivasi belajar
mengajar), ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah meliputi : memberi angka, hadiah, saingan,
ego-involment, memberi ulangan, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar,
minat dan tujuan yang diakui.

Memberikan motivasi kepada seorang siswa, berarti menggerakkan
siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada tahap
awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada kebutuhan dan
ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar.
Berdasarkan

definisi

yang

telah

diuraikan,


penulis

menarik

kesimpulan yang dimaksud dengan motivasi belajar dalam penelitian ini
adalah suatu keinginan, cara atau usaha internal maupun eksternal yang
dilakukan siswa dalam mencapai tujuan belajarnya.
2. Ciri-ciri Motivasi Belajar
Menurut McDonald dalam Oemar Hamalik (2002: 174), motivasi
dimulai dari adanya perubahan energi dalam diri pribadi, motivasi ditandai
dengan timbulnya perasaan (ketertarikan) yang dapat diamati melalui
perbuatan.
Menurut Sardiman (2011: 83), Ciri-ciri motivasi belajar antara lain: (a)
Tekun menghadapi tugas; (b) Ulet meghadapi kesulitan; (c) Menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah; (d) Lebih senang bekerja
mandiri; (e) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin; (f) Dapat
mempertahankan pendapatnya; (g) Tidak mudah melepaskan hal yang
diyakini itu; (h) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Motivasi belajar siswa dapat diketahui melalui sikap dan perilaku

yang ditunjukkan siswa. Respon siswa terhadap pembelajaran yang
disampaikan guru merupakan hal yang perlu diamati. Siswa aktif
mengikuti kegiatan belajar mengajar artinya ia memiliki motivasi belajar
tinggi dan sebaliknya siswa yang pasif artinya motivasi belajarnya rendah.
Seorang guru dapat

menilai keaktifan siswa melalui tanya jawab,

pemberian soal-soal, dan diskusi.

7

Berdasarkan pendapat McDonald tersebut, dapat disimpulkan bahwa
motivasi dilihat dari adanya perubahan energi dalam diri siswa melalui
keaktifan, sikap dan perilaku untuk mencapai tujuan.
3. Fungsi Motivasi Belajar
Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan
menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan,
akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi, motivasi akan senantiasa
menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Ada tiga fungsi

motivasi (Sardiman, 2014: 85) :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
Selain fungsi tersebut juga terdapat fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat
berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang
melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Apabila terdapat
usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang
yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas
motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasi belajarnya.
Berdasarkan uraian tersebut, yang dimaksud fungsi motivasi belajar
dalam penelitian ini adalah untuk mengarahkan perbuatan seseorang dalam
mencapai tujuan atau hasil yang lebih baik.


8

B. Model Pembelajaran PAIKEM
PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan. Pembelajaran dalam konteks PAIKEM dimaknai
sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan atau membangun
makna. PAIKEM adalah sebuah model pembelajaran yang memungkinkan
siswa

mengerjakan

kegiatan

yang

beragam

untuk


mengembangkan

keterampilan dan pemahaman dengan penekanan kepada belajar sambil
bekerja (learning by doing), sementara guru menggunakan berbagai sumber
dan alat bantu belajar termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran
lebih aktif, inovatif, menyenangkan dan efektif.
Menurut Sedino dkk (2003:34), PAIKEM dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga
siswa aktif dari si siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses
pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.
Sehingga jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan
hakikat belajar.

Siswa yang aktif dalam belajar akan mendorong siswa yang lain untuk
belajar aktif secara bersama-sama. Hal ini dapat berarti bahwa secara tidak
langsung motivasi belajar mereka juga akan meningkat. Pembelajaran yang
menyenangkan akan sangat disukai siswa. Siswa akan lebih mudah
berinteraksi dengan guru dan temannya dengan suasana belajar yang
menyenangkan.

Selanjutnya menurut Jerry Wennstrom, proses belajar dikatakan kreatif bukan
dilihat dari orang lain, namun lebih dilihat dari si-pelaku pelajar sendiri.
Dalam proses belajar apakah siswa telah menggunakan seluruh
kemampuannya untuk memperoleh keindahan dan pengalaman baru.
Keindahan dan pengalaman baru tersebut hanya bisa dirasakan oleh siswa itu
sendiri. Dengan demikian proses kreatif antara siswa yang satu dengan siswa
yang lainnya berada pada takaran yang berbeda-beda.

Dalam PAIKEM terdapat lima pilar utama yaitu aktif, inovatif, kreatif,
efektif dan menyenangkan. Dalam kegiatan pembelajaran, pilar-pilar dalam
PAIKEM dirancang sebagai berikut:
1. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang lebih berpusat pada
siswa (student centered learning) daripada berpusat pada guru (teacher

9

centered learning). Dalam pembelajaran aktif, fungsi dan peran guru lebih

banyak


memposisikan

dirinya

sebagai

fasilitator

yang

bertugas

memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada siswa.
Pendekatan belajar aktif adalah cara pandang yang menganggap bahwa
belajar merupakan kegiatan membangun makna/pengertian terhadap
pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh
si pengajar. Pembelajaran ini juga menganggap bahwa mengajar
merupakan kegiatan menciptakan suasana yang bisa mengembangkan
inisiatif dan tanggungjawab belajar bagi si pembelajar sehingga

berkeinginan untuk terus belajar selama hidupnya.
Menurut Silberman, M (1996) saat belajar aktif, para siswa
melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak kanan untuk
mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan dan menerapkan apa
yang mereka pelajari.
Glasgow (1996) berpendapat bahwa siswa aktif adalah siswa yang bekerja
keras untuk mengambil tanggungjawab lebih besar dalam proses belajarnya
sendiri. Mereka mengambil suatu peran yang lebih dinamis dalam
mengetahui, memutuskan, dan melakukan sesuatu. Peran mereka semakin
luas dalam self management. Motivasi diri menjadi suatu kekuatan besar
yang dimiliki siswa.

Selanjutnya Modell dan Michael menggambarkan suatu lingkungan
belajar, dimana para siswa secara individu didukung untuk terlibat aktif
dalam proses membangun model mentalnya sendiri, dari informasi yang
telah mereka peroleh.
Peran guru dalam pembelajaran aktif adalah memantau kegiatan
belajar siswa, memberi umpan balik, mengajukan pertanyaan yang
menyenangkan, dan mempertanyakan gagasan siswa. Sedangkan peran
siswa dalam pembelajaran aktif yaitu membangun konsep bertanya,

bekerja, telibat, berpartisipasi, menemukan dan memecahkan masalah,
mengemukakan gagasan, mempertanyakan gagasan.
2. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif adalah proses pembelajaran yang dirancang
oleh guru dengan menerapkan beberapa teknik dalam setiap pertemuan.

10

Artinya dalam setiap kali tatap muka guru harus menerapkan beberapa
metode sekaligus.
Peran guru dalam pembelajaran inovatif adalah menggunakan alat
bantu dan sumber belajar yang beragam, menyesuaikan bahan dan
kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Sedangkan peran siswa dalam
pembelajaran inovatif adalah melakukan pengamatan, percobaan, atau
wawancara.
3. Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang
mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas
siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa
metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain
peran dan pemecahan masalah. Pembelajarn kreatif menuntut guru untuk
merangsang kreativitas siswa baik dalam mengembangkan kecakapan
berpikir maupun dalam melakukan suatu tindakan. Berpikir kreatif selalu
dimulai dengan berpikir kritis, yakni menemukan dan melahirkan sesuatu
yang

sebelumnya

tidak

ada

atau

memperbaiki

sesuatu.

Dalam

pembelajaran kreatif, guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam,
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Strategi mengajar
untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik adalah:
a. Memberi kebebasan pada peserta didik untuk mengembangkan gagasan
dan pengetahuan baru.
b. Bersikap respek dan menghargai ide-ide peserta didik.
c. Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri peserta didik.
d. Penekanan pada proses bukan penilaian hasil akhir karya peserta didik.
e. Memberi waktu yang cukup untuk peserta didik berpikir dan
menghasilkan karya.
f. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas
seperti “mengapa”, “ bagaimana”, “apa yang akan terjadi” dan bukan
pertanyaan “apa”, “kapan” (Haryono, 2013).

11

Peran guru dalam pembelajaran kreatif adalah mengembangkan
kegiatan yang menarik dan beragam, membuat alat bantu belajar,
memanfaatkan lingkungan mengelola kelas dan sumber belajar, dan
merencanakan proses dan hasil belajar. Sedangkan peran siswa dalam
pembelajaran

kreatif

adalah

membuat/merancang

sesuatu,

dan

menulis/merancang.
4. Pembelajaran Efektif
Pembelajaran

dikatakan

efektif

jika

mampu

memberikan

pengalaman baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini
dapat dicapai dengan melibatkan serta mendidik mereka dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Seluruh siswa
harus dilibatkan secara penuh agar bergairah dalam pembelajaran,
sehingga suasana pembelajaran betul-betul kondusif dan terarah pada
tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.
Menurut Haryono (2013) Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran
yang menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah proses
pembelajaran berlangsung. Efektif menyiratkan bahwa pembelajaran harus
dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah
dirumuskan karena hasil belajar itu beragam, karakteristik efektif dari
pembelajaran itu mengacu pada penggunaan berbagai strategi yang relevan
dengan hasil belajarnya.

Pembelajaran efektif menuntun keterlibatan siswa secara aktif,
karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran dan pembentukan
kompetensi. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang
disajikan oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal
sehat. Dalam pelaksanaannya, hal ini memerlukan proses pertukaran
pikiran, diskusi, dan perdebatan dalam rangka pencapaian pemahaman
yang sama terhadap materi standar yang harus dikuasai.
Pembelajaran efektif perlu didukung oleh suasana dan lingkungan
belajar yang memadai/kondusif. Oleh karena itu, guru harus mampu
mengelola siswa, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola isi/ materi
pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar. Menciptakan kelas
yang efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran tidak bisa
12

dilakukan secara parsial, melainkan harus menyeluruh mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5. Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu
proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat
antara guru dan siswa, tanpa adanya perasaan terpaksa atau tertekan (not
under pressure). Dengan kata lain, pembelajaran menyenangkan adalah

adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan
dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya.
Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada
beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Dalam mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan,
guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih strategi
yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat
melibatkan siswa secara optimal. Dalam pembelajaran PAIKEM,
sekurang-kurangnya ada empat komponen atau prinsip yang dapat
diidentifkasi yaitu :
a. Pengalaman
Aspek pengalaman ini siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di
dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya, antara lain seperti
eksperimen, pengamatan, percobaan, penyelidikan dan wawancara. Di
aspek pengalaman, anak belajar banyak melalui berbuat dan dengan
melalui pengalaman langsung, dapat mengaktifkan banyak indera yang
dimilik anak tesebut.
b. Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara
lain mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajangkan
hasil kerja. Di aspek ini ada hal-hal yang ingin didapatkan, misalnya
anak dapat mengungkapkan gagasan, dapat mengonsolidasi pikirannya,

13

mengeluarkan gagasannya, memancing gagasan orang lain, dan
membuat bangunan makna mereka dapat diketahui oleh guru.
c. Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, tanya jawab,
dan saling melempar pertanyaan. Melalui hal-hal seperti itulah
kesalahan makna yang diperbuat oleh anak-anak berpeluang untuk
terkoreksi dan makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat
menyebabkan hasil belajar meningkat.
d. Refleksi
Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang
telah diperbuat/dipikirkan oleh anak selama belajar. Hal ini dilakukan
supaya terdapatnya perbaikan gagasan/ makna yang telah dikeluarkan
oleh anak dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Disini anak
diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru (Rusman,
2013).
C. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Model pembelajaran PBL atau model pembelajaran berdasarkan masalah,
kelompok-kelompok kecil siswa bekerjasama memecahkan suatu masalah
yang telah disepakati oleh siswa dan guru. Ketika guru sedang menerapkan
model pembelajaran tersebut, seringkali siswa menggunakan bermacammacam keterampilan, prosedur pemecahan masalah, dan berpikir kritis.
Model pembelajaran berdasarkan masalah dilandasi oleh teori belajar
kontruktivisme. Pada model ini, pembelajaran dimulai dengan menyajikan
permasalahan nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerjasama antara
siswa-siswa. Dalam model pembelajaran ini, guru memandu siswa
menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan; guru
memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan strategi yang
dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan
suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh
siswa.

14

Menurut Dutch (1994) mendefinisikan PBL merupakan metode instruksional
yang menantang mahasiswa agar “belajar untuk belajar”, bekerjasama dalam
kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini
digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis
mahasiswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan
mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta
menggunakan sumber belajar yang sesuai.

Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dibagi ke dalam beberapa
kelompok. Siswa diberi beberapa contoh kasus yang harus dipecahkan secara
bersama-sama. Saat proses diskusi, siswa akan bekerjasama dengan siswa
yang lain. Siswa dapat mengemukakan pendapat mereka secara bebas dan
seluas-luasnya.
Menurut Tan (2003:30) merangkum karakteriktik yang tercantum dalam
proses PBL:
(a) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran; (b) biasanya masalah
yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara
mengambang; (c) masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple
perspektive). Solusinya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan
konsep dari beberapa bab perkuliahan (SAP) atau lintas ilmu ke bidang
lainnya; (d) masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan di
ranah pembelajaran yang baru; (e) sangat mengutamakan belajar mandiri; (f)
memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi; tidak dari satu sumber
saja; (g) pembelajaran kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif. Pemelajar
bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching),
dan melakukan presentasi.

Siswa yang aktif dalam kelompok diskusi, secara tidak langsung akan
mengajak siswa yang lainnya untuk berpartisipasi secara aktif di dalam
kegiatan kelompok mereka ketika sedang kegiatan diskusi dan secara tidak
langsung meningkatkan motivasi belajar siswa
Ciri-ciri strategi PBL, menurut Baron (2003:1) adalah: (1) menggunakan
permasalahan dalam dunia nyata; (2) pembelajaran dipusatkan pada
penyelesaian masalah; (3) tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa; dan (4)
guru berperan sebagai fasilitator. Masalah yang digunakan menurutnya harus:
relevan dengan tujuan pembelajaran, mutakhir, dan menarik; berdasarkan
informasi yang luas; terbentuk secara konsisten dengan masalah lain; dan
termasuk dalam dimensi kemanusiaan.

Dalam memecahkan permasalahan saat kegiatan diskusi, siswa akan
menghubungkan suatu kasus permasalahan dengan dunia yang nyata. Hal ini
dapat membantu siswa dalam belajar karena siswa akan mudah untuk
mengingat materi pelajaran yang sedang dipelajari.

15

D. Penelitian yang Relevan

Judul
Pengaruh
Model Problem
Based Learning
Terhadap
Motivasi
Belajar
IPA
Siswa Kelas V
SDN Gadingan.
Rini
Istati
(2015).
Sumber:
journal.student.
uny.ac.id.

Perbandingan
Hasil
Belajar
Kimia
Siswa
Menggunakan
Model
PAIKEM
Berbasis
Laboratorium
dengan Model
Pembelajaran
Konvensional di
SMA Negeri 1
Padang
Jaya
Bengkulu Utara.
Silviya
Mandasari
(2014).
Sumber:
library.um.ac.id

Tabel 2.1
Tabel SOTA (State of Art)
Metode Penelitian
Kesimpulan
Jenis penelitian yang dilakukan Mean kelompok eksperimen
adalah
eksperimen.
Desain yaitu 81,82 berada pada
penelitian dalam penelitian ini yaitu kategori motivasi belajar
quasi experimental design bentuk sangat tinggi dan mean
nonequivalent
control
group kelompok kontrol yaitu
design. Penelitian ini dilaksanakan 71,42 berada pada kategori
pada tanggal 7-17 April 2015. motivasi belajar tinggi.
Populasi dalam penelitian ini Selain itu, hasil nilai
adalah siswa kelas V SD Negeri evaluasi
kelompok
Gadingan
kecamatan
Wates eksperimen lebih tinggi
kabupaten Kulon Progo. Teknik dibandingkan
kelompok
pengumpulan data dalam penelitian kontrol.
Hal
tersebut
ini yaitu observasi, kuesioner, dan menunjukkan bahwa model
tes. Data hasil penelitian disajikan pembelajaran
Problem
menggunakan teknik analisis data Based
Learning
(PBL)
statistika deskriptif.
mempunyai
pengaruh
terhadap motivasi belajar
IPA siswa kelas V SD
Negeri Gadingan kecamatan
Wates.
Penelitian ini merupakan
Data yang telah diperoleh
penelitian kuasi eksperimen, yaitu dari penelitian didapat nilai
membandingkan dua kelas. Kelas postest rata-rata untuk kelas
pertama diberi perlakuan dengan eksperimen 76,96 dan kelas
menerapkan
model
PAIKEM kontrol 69,31. Sedangkan
berbasis laboratorium sebagai kelas hasil uji-t diperoleh thitung
eksperimen dan kelas kedua 3,24 dan ttabel 2,66, serta
diterapkan model pembelajaran diketahui bahwa thitung > ttabel.
konvensional sebagai kelas kontrol. Dengan demikian hipotesis
Instrumen
penelitian
yang yang diterima adalah Ha,
digunakan adalah soal postest yang yaitu ada perbedaan hasil
divalidasi
terlebih
dahulu. belajar siswa pada kelas yang
Selanjutnya hasil postest yang menerapkan model PAIKEM
diperoleh digunakan untuk uji berbasis laboratorium dengan
hipotesis dengan uji-t, prasyarat kelas yang menerapkan
dari analisis ini adalah uji model
pembelajaran
normalitas dengan chi-kuadrat (x2). konvensional.
Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh x2 hitung < x2 tabel yang
berarti data yang digunakan
terdistribusi normal.

16

E. Kerangka Berpikir
Menurut Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992)
mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Penelitian ini ingin mengetahui dan menganalisis perbedaan skor motivasi
belajar akuntansi siswa kelas XI IPS. Penelitian akan dimulai dengan
pemberian pretest pada kedua kelompok eksperimen untuk mengetahui
jumlah skor awal motivasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan
(treatment). Setelah didapatkan hasil pretest, kemudian menentukan

kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 dengan perbedaan
perlakuan (treatment) menggunakan penerapan 2 (dua) model pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran pada kelompok eksperimen 1 menggunakan
model pembelajaran

PAIKEM, sedangkan

kelompok eksperimen 2

menggunakan model pembelajaran PBL. Setelah pemberian perlakuan
(treatment) pada kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, akan

dilakukan pengambilan posttest untuk mengetahui ada atau tidaknya
perbedaan skor motivasi belajar siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai
kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Kelompok Eksperimen 1
Pretest

Kelompok Eksperimen 2
Skor awal motivasi
belajar siswa kelas
XI IPS keseluruhan
sama

Pretest

Model Pembelajaran
PAIKEM

Model Pembelajaran
PBL

Posttest

Posttest

Uji beda rata-rata hasil posttest
perbedaan skor motivasi belajar
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir

17

A. Hipotesis
Menurut Mundilarso, hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah
tingkat kebenaran yang masih harus diuji dengan menggunakan teknik
tertentu.
Hipotesis Statistik

: H0 = μ1 = μ2

Hipotesis Kerja

: Skor motivasi belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran PAIKEM sama dengan skor
motivasi belajaran siswa dengan menggunakan
model pembelajaran PBL.

Hipotesis Statistik

: H1 = μ1 > μ2

Hipotesis Kerja

: Skor motivasi belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran PAIKEM berbeda dengan skor
motivasi belajaran siswa dengan menggunakan
model pembelajaran PBL.

18