T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Pembelajaran Sistem Pengukuran Aktivitas Elektrik Jantungeadaan Oksigen dalam Darah, dan Tekanan Darah dengan Metode NonInvasive T1 BAB IV
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai pengujian alat serta hasil dari
pengujian. Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan alat memenuhi setiap
spesifikasi yang telah diajukan.
4.1.
Pengujian Filter
Pengujian dilakukan untuk melihat respon frekuensi terhadap filter yang telah
dibuat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software Circuit Maker.
4.1.1. Pengujian Filter PPG
Gambar 4.1 Rangkaian Bandpass Active Filter 0,5Hz – 5,3Hz
28
Gambar 4.2 Grafik Respon Frekuensi Bandpass Active Filter (0,5Hz - 5,3Hz)
4.1.2. Pengujian Filter Blood Pressure
Gambar 4.3 Rangkaian Bandpass Active Filter 0,5Hz – 5,3Hz
29
Gambar 4.4 Grafik Respon Frekuensi Bandpass Active Filter (0,5Hz – 5,3Hz)
4.2.
Pemgujian Algoritma Heart Rate
Pengujian dilakukan untuk melihat keberhasilan algoritma untuk menghitung
nilai heart rate. Pengujian menggunakan masukan sinyal dari signal generator.
Tabel 4.1 Data Pengujian Algoritma Heart Rate
H1
H2
H3
15.
59
90
119
(bpm)
(bpm)
(bpm)
16.
60
90
121
1.
60
89
119
17.
60
90
119
2.
60
90
119
18.
60
85
119
3.
60
90
119
19.
59
94
119
4.
59
91
121
20.
60
89
119
5.
60
90
119
21.
60
90
119
6.
60
90
121
22.
60
91
119
7.
60
90
119
23.
59
90
119
8.
60
90
119
24.
61
89
115
9.
59
90
119
25.
60
92
126
10.
60
90
121
26.
60
90
119
11.
60
89
119
27.
57
90
119
12.
59
91
119
28.
63
90
121
13.
61
90
121
29.
59
90
119
14.
60
90
119
30.
59
90
119
No.
30
Keterangan tabel :
H1 = Heart rate dengan sinyal masukan 1Hz (bpm).
H2 = Heart rate dengan sinyal masukan 1,5Hz (bpm).
H3 = Heart rate dengan sinyal masukan 2Hz (bpm).
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa algoritma telah berhasil untuk menghitung
heart rate, tetapi terdapat beberapa data yang tidak sesuai perhitungan. Berikut contoh
perhitungan untuk menghitung nilai heart rate dari sinyal yang didapat dari signal
generator.
Heart Rate
Frekuensi = 1Hz
Periode = 1/Frekuensi
= 60000/Periode
= 60000ms/1000ms
= 1/1Hz
= 60bpm
= 1s =1000ms
Pengujian Module EKG AD8232
4.3.
Pengujian dilakukan untuk melihat hasil keluaran sinyal dari module EKG
AD8232 dan heart rate. Alat ukur pembanding adalah EKG Riester. Hasil ditunjukkan
oleh tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 4.2 Data Pengujian Module EKG AD8232
H1
H2
E1
(bpm)
(bpm)
(%)
1.
78
69
13,04
2.
82
68
20,59
3.
70
69
1,45
4.
76
73
4,11
5.
76
72
5,55
6.
68
67
1,49
7.
67
68
1,47
8.
79
71
11,3
9.
79
72
9,72
10.
82
79
3,80
No.
31
Gambar 4.5 Grafik Pengujian Module EKG AD8232 dengan
Pembanding EKG Riester
Keterangan tabel dan grafik :
H1
= Heart rate EKG menggunakan alat ukur yang dibuat (bpm).
H2
= Heart rate EKG menggunakan Riester (bpm).
E1
= Error heart rate EKG (%).
Dari hasil pengujian dapat kita lihat nilai error heart rate maksimal cukup besar
yaitu 20,59%. Hal ini disebabkan oleh dua kemungkinan penyebab, yaitu pengukuran
tidak bisa dilakukan dalam waktu yang sama dan perbedaan metode yang digunakan
untuk menghitung heart rate.
32
Gambar 4.6 Sinyal EKG Riester Lead I
Gambar 4.7 Sinyal EKG AD8232
Dari Gambar 4.7 sinyal EKG dari module AD8232 dan sinyal dari EKG Riester
memiliki bentuk sinyal yang sama. Terlihat masing – masing komponen sinyal EKG
dapat terbaca. Pengambilan data EKG menggunakan lead I agar lebih mudah dilakukan
pengamatan dan perhitungan heart rate.
33
4.4.
Pengujian PPG
Pengujian dilakukan dengan membaca data SpO2 dan heart rate. Alat ukur
pembanding adalah alat ukur SpO2 Riester. Hasil ditunjukkan oleh tabel dan grafik di
bawah ini.
Tabel 4.3 Data Pengujian PPG
H1
H2
E1
S1
S2
E2
(bpm)
(bpm)
(%)
(%)
(%)
(%)
1.
91
90
1,11
97
98
1,02
2.
69
90
23,33
98
98
0
3.
79
90
12,22
104
98
6,12
4.
90
90
0
98
97
1,03
5.
90
91
1,10
98
97
1,03
6.
83
91
8,80
92
98
6,12
7.
98
92
6,52
87
98
11,22
8.
102
92
10,87
97
99
2,02
9.
94
92
2,17
84
98
14,28
10.
92
92
0
98
98
0
No.
Gambar 4.8 Grafik Pengujian Heart Rate di PPG dengan Pembanding PPG Riester
34
Gambar 4.9 Grafik Pengujian Kadar Oksigen Saturasi dengan
Pembanding PPG Riester
Keterangan tabel dan grafik:
H1
= Heart rate PPG menggunakan alat ukur yang dibuat (bpm).
H2
= Heart rate PPG menggunakan alat ukur Riester (bpm).
E1
= Error heart rate PPG (%).
S1
= Kadar oksigen saturasi dalam darah menggunakan alat ukur yang dibuat (%).
S2
= Kadar oksigen saturasi dalam darah menggunakan alat ukur Riester (%).
E2
= Error kadar oksigen saturasi dalam darah (%).
Dari Tabel 4.3 dapat kita lihat nilai error maksimal pengukuran heart rate
adalah 23,33% dan error maksimal pengukuran oksigen saturasi dalam darah adalah
14,28%. Error tersebut cukup besar, hal ini disebabkan oleh pembuatan mekanik sensor
yang belum sempurna.
35
Gambar 4.10 Alat Ukur SpO2 Riester Pembanding dan Alat Ukur
SpO2 yang Telah Dibuat
4.5.
Pengujian Blood Pressure
Pengujian dilakukan dengan membaca data sensor tekanan MPX5050GP,
tekanan sistolik, tekanan diastolik, dan heart rate. Alat ukur pembanding adalah alat
ukur tekanan darah raksa Riester dan alat ukur digital Omron.
4.5.1. Pengujian Sensor Tekanan MPX5050GP
Pengujian dilakukan menggunakan pembanding alat ukur tekanan mechanical
gauge untuk mengetahui keberhasilan sensor tekanan MPX5050GP. Hasil ditunjukkan
oleh tabel dan grafik di bawah ini.
36
Tabel 4.4 Data Pengujian Sensor Tekanan MPX5050GP
P1
P2
E1
(mmHg)
(mmHg)
(%)
1.
179
180
0,55
2.
167
170
1,76
3.
156
160
1,87
4.
147
150
2
5.
142
140
1,42
6.
133
130
2,30
7.
122
120
1,67
8.
112
110
1,82
9.
102
100
2
10.
91
90
1,11
11.
81
80
1,25
12.
69
70
1,43
13
60
60
0
No.
Gambar 4.11 Grafik Pengujian Sensor Tekanan MPX5050GP
37
Keterangan tabel dan grafik:
P1 = Tekanan menggunakan sensor tekanan MPX5050GP (mmHg).
P2 = Tekanan menggunakan mechanical gauge (mmHg).
E1 = Error tekanan (%).
Dari Tabel 4.4 dapat kita lihat nilai error maksimal pengukuran adalah 2,30%.
Error tersebut adalah error yang dapat diterima oleh sensor tekanan MPX5050GP yaitu
maksimal 2,5%.
4.5.2. Pengujian Blood Pressure dengan Pembanding Alat Ukur Tekanan Darah
Raksa
Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan alat yang telah dibuat untuk
menentukan nilai tekanan darah dengan pembanding alat ukur tekanan darah raksa.
Tabel 4.5 Data Pengujian Blood Pressure dengan Pembanding Alat Ukur Tekanan
Darah Raksa
P1
P2
E1
P3
P4
E2
(mmHg)
(mmHg)
(%)
(mmHg)
(mmHg)
(%)
1.
105
110
4,54
79
70
12,86
2.
118
110
6,96
80
70
14,28
3.
107
115
6,96
79
75
5,33
4.
124
115
7,82
0
75
-
5.
126
110
14,54
75
75
0
6.
115
110
4,54
78
75
4
7.
119
120
0,83
78
80
2,50
8.
124
120
3,33
0
80
-
9.
130
120
8,33
92
80
15
10.
101
120
15,83
82
80
2,50
No.
38
Gambar 4.12 Grafik Pengujian Tekanan Sistolik dengan Pembanding Alat
Ukur Tekanan Raksa
Gambar 4.13 Grafik Pengujian Tekanan Diastolik dengan Pembanding Alat
Ukur Tekanan Raksa
39
Keterangan tabel dan grafik:
P1 = Tekanan sistolik menggunakan alat ukur tekanan darah yang dibuat
(mmHg).
P2 = Tekanan sistolik menggunakan alat ukur tekanan darah Riester (mmHg).
E1 = Error tekanan sistolik (%).
P3 = Tekanan diastolik menggunakan alat ukur tekanan darah yang dibuat
(mmHg).
P4 = Tekanan diastolik menggunakan alat ukur tekanan darah Riester (mmHg).
E2 = Error tekanan diastolik (%).
Dari Tabel 4.5 dapat kita lihat nilai error maksimal pengukuran tekanan sistolik
adalah 15,83 % dan error maksimal pengukuran tekanan diastolik adalah 15%. Dari
sepuluh kali pengujian terdapat dua kali kegagalan pembacaan tekanan diastolik.
Kegagalan pembacaan tekanan diakibatkan oleh kontraksi otot pada lengan saat
pengambilan data.
4.5.3. Pengujian Blood Pressure dengan Pembanding Alat Ukur Tekanan Darah
Digital
Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan alat yang telah dibuat untuk
menentukan nilai tekanan darah dengan pembanding alat ukur tekanan darah digital
Omron.
Tabel 4.6 Data Pengujian Blood Pressure dengan Pembanding Alat Ukur Tekanan
Darah Digital
P1
P2
E1
P3
P4
E2
(mmHg)
(mmHg)
(%)
(mmHg)
(mmHg)
(%)
1.
116
112
3,57
83
85
2,35
79
78
1,28
2.
114
118
3,39
76
80
5
78
77
1,30
3.
0
114
_
0
78
_
80
77
3,90
4.
115
127
9,45
82
77
6,49
82
79
3,80
5.
124
115
7,83
83
76
9,21
80
76
5,26
No.
40
H1
H2
(bpm) (bpm)
E3
(%)
6.
127
122
4,10
85
75
13,33
105
102
2,94
7.
129
124
4,03
94
70
34,29
81
94
13,8
8.
124
124
0
79
73
8,22
79
82
3,66
9.
125
121
3,30
80
74
8,11
80
89
10,11
10.
124
122
1,64
78
75
4
90
85
5,88
Gambar 4.14 Grafik Pengujian Tekanan Sistolik dengan Pembanding
Alat Ukur Tekanan Digital
41
Gambar 4.15 Grafik Pengujian Tekanan Diastolik dengan Pembanding
Alat Ukur Tekanan Digital
Gambar 4.16 Grafik Pengujian Heart Rate dengan Pembanding
Alat Ukur Tekanan Digital
42
Keterangan tabel dan grafik:
P1
= Tekanan sistolik menggunakan alat ukur tekanan darah yang dibuat (mmHg).
P2
= Tekanan sistolik menggunakan alat ukur tekanan darah digital Omron
(mmHg).
E1
= Error tekanan sistolik (%).
P3
= Tekanan diastolik menggunakan alat ukur tekanan darah yang dibuat (mmHg).
P4
= Tekanan diastolik menggunakan alat ukur tekanan darah digital Omron
(mmHg).
E2
= Error tekanan diastolik (%).
H1
= Heart rate menggunakan alat ukur tekanan darah yang dibuat (bpm).
H2
= Heart rate menggunakan alat ukur tekanan darah digital Omron (bpm).
E3
= Error heart rate (%).
Gambar 4.17 Sinyal Blood Pressure Saat Pengambilan Data
43
Gambar 4.18 Hasil Tekanan Sistolik dan Tekanan Diastolik
Dari Tabel 4.6 dapat kita lihat nilai error maksimal pengukuran tekanan sistolik
adalah 9,45%, error maksimal pengukuran tekanan diastolik adalah 34,29% dan 13,8%
untuk heart rate. Dari sepuluh kali pengujian terdapat satu kali kegagalan pembacaan
tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Kegagalan pembacaan tekanan diakibatkan oleh
kontraksi otot pada lengan saat pengambilan data.
44
4.6
Pengujian Petunjuk Praktikum dengan Metode Angket
Penggujian petunjuk praktikum dilakukan dengan metode angket. Pada metode
angket ini menggunakan responden sebanyak 10 mahasiswa yang telah mengambil
matakuliah Perancangan Sistem Elektronika. Pada pengujian ini 10 responden diberi
waktu selama 20 menit untuk memahami dasar teori yang digunakan. Selanjutnya
responden satu - persatu diminta untuk mencoba petunjuk praktikum dengan mengikuti
langkah – langkah yang telah di paparkan pada petunjuk praktikum tersebut. Setelah
dilakukan percobaan, responden diminta untuk mengisi sebuah angket yang terdiri dari
5 aspek yang dapat dilihat pada Lampiran B.
Gambar 4.19 Grafik Pengujian Petunjuk Praktikum Dengan Metode Angket
Tabel diatas merupakan hasil dari angket yang diisi oleh responden. Nilai yang
didapatkan dari responden tersebut di jumlahkan untuk setiap pilihan “Baik”, “Cukup”,
dan “Kurang”. Dan hasil dari angket menunjukan bahwa petunjuk praktikum sistem
tersebut memiliki kriteria baik sebesar 56%, cukup 42%, dan kurang 2%.
45
PENGUJIAN DAN ANALISIS
Pada bab IV ini akan dijelaskan mengenai pengujian alat serta hasil dari
pengujian. Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan alat memenuhi setiap
spesifikasi yang telah diajukan.
4.1.
Pengujian Filter
Pengujian dilakukan untuk melihat respon frekuensi terhadap filter yang telah
dibuat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software Circuit Maker.
4.1.1. Pengujian Filter PPG
Gambar 4.1 Rangkaian Bandpass Active Filter 0,5Hz – 5,3Hz
28
Gambar 4.2 Grafik Respon Frekuensi Bandpass Active Filter (0,5Hz - 5,3Hz)
4.1.2. Pengujian Filter Blood Pressure
Gambar 4.3 Rangkaian Bandpass Active Filter 0,5Hz – 5,3Hz
29
Gambar 4.4 Grafik Respon Frekuensi Bandpass Active Filter (0,5Hz – 5,3Hz)
4.2.
Pemgujian Algoritma Heart Rate
Pengujian dilakukan untuk melihat keberhasilan algoritma untuk menghitung
nilai heart rate. Pengujian menggunakan masukan sinyal dari signal generator.
Tabel 4.1 Data Pengujian Algoritma Heart Rate
H1
H2
H3
15.
59
90
119
(bpm)
(bpm)
(bpm)
16.
60
90
121
1.
60
89
119
17.
60
90
119
2.
60
90
119
18.
60
85
119
3.
60
90
119
19.
59
94
119
4.
59
91
121
20.
60
89
119
5.
60
90
119
21.
60
90
119
6.
60
90
121
22.
60
91
119
7.
60
90
119
23.
59
90
119
8.
60
90
119
24.
61
89
115
9.
59
90
119
25.
60
92
126
10.
60
90
121
26.
60
90
119
11.
60
89
119
27.
57
90
119
12.
59
91
119
28.
63
90
121
13.
61
90
121
29.
59
90
119
14.
60
90
119
30.
59
90
119
No.
30
Keterangan tabel :
H1 = Heart rate dengan sinyal masukan 1Hz (bpm).
H2 = Heart rate dengan sinyal masukan 1,5Hz (bpm).
H3 = Heart rate dengan sinyal masukan 2Hz (bpm).
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa algoritma telah berhasil untuk menghitung
heart rate, tetapi terdapat beberapa data yang tidak sesuai perhitungan. Berikut contoh
perhitungan untuk menghitung nilai heart rate dari sinyal yang didapat dari signal
generator.
Heart Rate
Frekuensi = 1Hz
Periode = 1/Frekuensi
= 60000/Periode
= 60000ms/1000ms
= 1/1Hz
= 60bpm
= 1s =1000ms
Pengujian Module EKG AD8232
4.3.
Pengujian dilakukan untuk melihat hasil keluaran sinyal dari module EKG
AD8232 dan heart rate. Alat ukur pembanding adalah EKG Riester. Hasil ditunjukkan
oleh tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 4.2 Data Pengujian Module EKG AD8232
H1
H2
E1
(bpm)
(bpm)
(%)
1.
78
69
13,04
2.
82
68
20,59
3.
70
69
1,45
4.
76
73
4,11
5.
76
72
5,55
6.
68
67
1,49
7.
67
68
1,47
8.
79
71
11,3
9.
79
72
9,72
10.
82
79
3,80
No.
31
Gambar 4.5 Grafik Pengujian Module EKG AD8232 dengan
Pembanding EKG Riester
Keterangan tabel dan grafik :
H1
= Heart rate EKG menggunakan alat ukur yang dibuat (bpm).
H2
= Heart rate EKG menggunakan Riester (bpm).
E1
= Error heart rate EKG (%).
Dari hasil pengujian dapat kita lihat nilai error heart rate maksimal cukup besar
yaitu 20,59%. Hal ini disebabkan oleh dua kemungkinan penyebab, yaitu pengukuran
tidak bisa dilakukan dalam waktu yang sama dan perbedaan metode yang digunakan
untuk menghitung heart rate.
32
Gambar 4.6 Sinyal EKG Riester Lead I
Gambar 4.7 Sinyal EKG AD8232
Dari Gambar 4.7 sinyal EKG dari module AD8232 dan sinyal dari EKG Riester
memiliki bentuk sinyal yang sama. Terlihat masing – masing komponen sinyal EKG
dapat terbaca. Pengambilan data EKG menggunakan lead I agar lebih mudah dilakukan
pengamatan dan perhitungan heart rate.
33
4.4.
Pengujian PPG
Pengujian dilakukan dengan membaca data SpO2 dan heart rate. Alat ukur
pembanding adalah alat ukur SpO2 Riester. Hasil ditunjukkan oleh tabel dan grafik di
bawah ini.
Tabel 4.3 Data Pengujian PPG
H1
H2
E1
S1
S2
E2
(bpm)
(bpm)
(%)
(%)
(%)
(%)
1.
91
90
1,11
97
98
1,02
2.
69
90
23,33
98
98
0
3.
79
90
12,22
104
98
6,12
4.
90
90
0
98
97
1,03
5.
90
91
1,10
98
97
1,03
6.
83
91
8,80
92
98
6,12
7.
98
92
6,52
87
98
11,22
8.
102
92
10,87
97
99
2,02
9.
94
92
2,17
84
98
14,28
10.
92
92
0
98
98
0
No.
Gambar 4.8 Grafik Pengujian Heart Rate di PPG dengan Pembanding PPG Riester
34
Gambar 4.9 Grafik Pengujian Kadar Oksigen Saturasi dengan
Pembanding PPG Riester
Keterangan tabel dan grafik:
H1
= Heart rate PPG menggunakan alat ukur yang dibuat (bpm).
H2
= Heart rate PPG menggunakan alat ukur Riester (bpm).
E1
= Error heart rate PPG (%).
S1
= Kadar oksigen saturasi dalam darah menggunakan alat ukur yang dibuat (%).
S2
= Kadar oksigen saturasi dalam darah menggunakan alat ukur Riester (%).
E2
= Error kadar oksigen saturasi dalam darah (%).
Dari Tabel 4.3 dapat kita lihat nilai error maksimal pengukuran heart rate
adalah 23,33% dan error maksimal pengukuran oksigen saturasi dalam darah adalah
14,28%. Error tersebut cukup besar, hal ini disebabkan oleh pembuatan mekanik sensor
yang belum sempurna.
35
Gambar 4.10 Alat Ukur SpO2 Riester Pembanding dan Alat Ukur
SpO2 yang Telah Dibuat
4.5.
Pengujian Blood Pressure
Pengujian dilakukan dengan membaca data sensor tekanan MPX5050GP,
tekanan sistolik, tekanan diastolik, dan heart rate. Alat ukur pembanding adalah alat
ukur tekanan darah raksa Riester dan alat ukur digital Omron.
4.5.1. Pengujian Sensor Tekanan MPX5050GP
Pengujian dilakukan menggunakan pembanding alat ukur tekanan mechanical
gauge untuk mengetahui keberhasilan sensor tekanan MPX5050GP. Hasil ditunjukkan
oleh tabel dan grafik di bawah ini.
36
Tabel 4.4 Data Pengujian Sensor Tekanan MPX5050GP
P1
P2
E1
(mmHg)
(mmHg)
(%)
1.
179
180
0,55
2.
167
170
1,76
3.
156
160
1,87
4.
147
150
2
5.
142
140
1,42
6.
133
130
2,30
7.
122
120
1,67
8.
112
110
1,82
9.
102
100
2
10.
91
90
1,11
11.
81
80
1,25
12.
69
70
1,43
13
60
60
0
No.
Gambar 4.11 Grafik Pengujian Sensor Tekanan MPX5050GP
37
Keterangan tabel dan grafik:
P1 = Tekanan menggunakan sensor tekanan MPX5050GP (mmHg).
P2 = Tekanan menggunakan mechanical gauge (mmHg).
E1 = Error tekanan (%).
Dari Tabel 4.4 dapat kita lihat nilai error maksimal pengukuran adalah 2,30%.
Error tersebut adalah error yang dapat diterima oleh sensor tekanan MPX5050GP yaitu
maksimal 2,5%.
4.5.2. Pengujian Blood Pressure dengan Pembanding Alat Ukur Tekanan Darah
Raksa
Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan alat yang telah dibuat untuk
menentukan nilai tekanan darah dengan pembanding alat ukur tekanan darah raksa.
Tabel 4.5 Data Pengujian Blood Pressure dengan Pembanding Alat Ukur Tekanan
Darah Raksa
P1
P2
E1
P3
P4
E2
(mmHg)
(mmHg)
(%)
(mmHg)
(mmHg)
(%)
1.
105
110
4,54
79
70
12,86
2.
118
110
6,96
80
70
14,28
3.
107
115
6,96
79
75
5,33
4.
124
115
7,82
0
75
-
5.
126
110
14,54
75
75
0
6.
115
110
4,54
78
75
4
7.
119
120
0,83
78
80
2,50
8.
124
120
3,33
0
80
-
9.
130
120
8,33
92
80
15
10.
101
120
15,83
82
80
2,50
No.
38
Gambar 4.12 Grafik Pengujian Tekanan Sistolik dengan Pembanding Alat
Ukur Tekanan Raksa
Gambar 4.13 Grafik Pengujian Tekanan Diastolik dengan Pembanding Alat
Ukur Tekanan Raksa
39
Keterangan tabel dan grafik:
P1 = Tekanan sistolik menggunakan alat ukur tekanan darah yang dibuat
(mmHg).
P2 = Tekanan sistolik menggunakan alat ukur tekanan darah Riester (mmHg).
E1 = Error tekanan sistolik (%).
P3 = Tekanan diastolik menggunakan alat ukur tekanan darah yang dibuat
(mmHg).
P4 = Tekanan diastolik menggunakan alat ukur tekanan darah Riester (mmHg).
E2 = Error tekanan diastolik (%).
Dari Tabel 4.5 dapat kita lihat nilai error maksimal pengukuran tekanan sistolik
adalah 15,83 % dan error maksimal pengukuran tekanan diastolik adalah 15%. Dari
sepuluh kali pengujian terdapat dua kali kegagalan pembacaan tekanan diastolik.
Kegagalan pembacaan tekanan diakibatkan oleh kontraksi otot pada lengan saat
pengambilan data.
4.5.3. Pengujian Blood Pressure dengan Pembanding Alat Ukur Tekanan Darah
Digital
Pengujian dilakukan untuk mengetahui keberhasilan alat yang telah dibuat untuk
menentukan nilai tekanan darah dengan pembanding alat ukur tekanan darah digital
Omron.
Tabel 4.6 Data Pengujian Blood Pressure dengan Pembanding Alat Ukur Tekanan
Darah Digital
P1
P2
E1
P3
P4
E2
(mmHg)
(mmHg)
(%)
(mmHg)
(mmHg)
(%)
1.
116
112
3,57
83
85
2,35
79
78
1,28
2.
114
118
3,39
76
80
5
78
77
1,30
3.
0
114
_
0
78
_
80
77
3,90
4.
115
127
9,45
82
77
6,49
82
79
3,80
5.
124
115
7,83
83
76
9,21
80
76
5,26
No.
40
H1
H2
(bpm) (bpm)
E3
(%)
6.
127
122
4,10
85
75
13,33
105
102
2,94
7.
129
124
4,03
94
70
34,29
81
94
13,8
8.
124
124
0
79
73
8,22
79
82
3,66
9.
125
121
3,30
80
74
8,11
80
89
10,11
10.
124
122
1,64
78
75
4
90
85
5,88
Gambar 4.14 Grafik Pengujian Tekanan Sistolik dengan Pembanding
Alat Ukur Tekanan Digital
41
Gambar 4.15 Grafik Pengujian Tekanan Diastolik dengan Pembanding
Alat Ukur Tekanan Digital
Gambar 4.16 Grafik Pengujian Heart Rate dengan Pembanding
Alat Ukur Tekanan Digital
42
Keterangan tabel dan grafik:
P1
= Tekanan sistolik menggunakan alat ukur tekanan darah yang dibuat (mmHg).
P2
= Tekanan sistolik menggunakan alat ukur tekanan darah digital Omron
(mmHg).
E1
= Error tekanan sistolik (%).
P3
= Tekanan diastolik menggunakan alat ukur tekanan darah yang dibuat (mmHg).
P4
= Tekanan diastolik menggunakan alat ukur tekanan darah digital Omron
(mmHg).
E2
= Error tekanan diastolik (%).
H1
= Heart rate menggunakan alat ukur tekanan darah yang dibuat (bpm).
H2
= Heart rate menggunakan alat ukur tekanan darah digital Omron (bpm).
E3
= Error heart rate (%).
Gambar 4.17 Sinyal Blood Pressure Saat Pengambilan Data
43
Gambar 4.18 Hasil Tekanan Sistolik dan Tekanan Diastolik
Dari Tabel 4.6 dapat kita lihat nilai error maksimal pengukuran tekanan sistolik
adalah 9,45%, error maksimal pengukuran tekanan diastolik adalah 34,29% dan 13,8%
untuk heart rate. Dari sepuluh kali pengujian terdapat satu kali kegagalan pembacaan
tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Kegagalan pembacaan tekanan diakibatkan oleh
kontraksi otot pada lengan saat pengambilan data.
44
4.6
Pengujian Petunjuk Praktikum dengan Metode Angket
Penggujian petunjuk praktikum dilakukan dengan metode angket. Pada metode
angket ini menggunakan responden sebanyak 10 mahasiswa yang telah mengambil
matakuliah Perancangan Sistem Elektronika. Pada pengujian ini 10 responden diberi
waktu selama 20 menit untuk memahami dasar teori yang digunakan. Selanjutnya
responden satu - persatu diminta untuk mencoba petunjuk praktikum dengan mengikuti
langkah – langkah yang telah di paparkan pada petunjuk praktikum tersebut. Setelah
dilakukan percobaan, responden diminta untuk mengisi sebuah angket yang terdiri dari
5 aspek yang dapat dilihat pada Lampiran B.
Gambar 4.19 Grafik Pengujian Petunjuk Praktikum Dengan Metode Angket
Tabel diatas merupakan hasil dari angket yang diisi oleh responden. Nilai yang
didapatkan dari responden tersebut di jumlahkan untuk setiap pilihan “Baik”, “Cukup”,
dan “Kurang”. Dan hasil dari angket menunjukan bahwa petunjuk praktikum sistem
tersebut memiliki kriteria baik sebesar 56%, cukup 42%, dan kurang 2%.
45