T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA Immanuel IO968 Salatiga Kelompok Usia 1219 Tahun T1 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Proses belajar mengajar merupakan proses yang mengandung serangkaian

perbuatan yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Orang mengalami perbuatan belajar dengan sengaja dengan tujuan yang
sama yaitu mengalami perubahan. Keberhasilan proses belajar mengajar
dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penunjang keberhasilan belajar
dari anak yaitu motivasi (Schunk. 1995)
Motivasi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar anak. Motivasi
menjadi salah satu faktor yang turut menentukan belajar efektif dan menentukan
hasil belajar yang lebih baik. Motivasi tidak terlepas dari kegiatan belajar
mengajar di sekolah, ataupun di luar sekolah karena tanpa adanya motivasi maka
kegiatan belajar tidak dapat berjalan efektif dan tidak dapat mencapai hasil yang
maksimal. Intensitas motivasi seorang

anak akan sangat menentukan tingkat


pencapaian belajarnya. Hal ini karena kurangnya motivasi belajar dalam diri anak
maka akan berpengaruh pada hasil belajarnya tidak hanya ketika di sekolah tetapi
saat di luar sekolah pun akan berpengaruh. Anak akan mengalami penurunan
dalam kemauan untuk belajar.
Motivasi juga dapat memengaruhi apa yang kita pelajari, kapan kita
belajar, dan bagaimana cara kita belajar (Schunk, 1995). Anak yang termotivasi
memelajari suatu topik cenderung melibatkan diri dalam berbagai aktivitas yang
diyakininya akan membantu dirinya belajar, seperti memperhatikan secara
1

seksama, , mencatat untuk memfasilitasi aktivitas belajar berikutnya ketika di luar
sekolah, memeriksa level pemahamannya dan meminta bantuan ketika dirinya
tidak memahami materi tersebut (Schunk, 1995). Sedangkan anak yang tidak
termotivasi untuk belajar, usaha-usaha belajarnya cenderung tidak sistematis
untuk belajar. Ia tidak memerhatikan selama jam pelajaran berlangsung, serta
tidak mengorganisasikan atau pun memahami materi yang didapatkan. Ide
pokoknya adalah motivasi menghasilkan suatu hubungan resiprokal dengan
pelajaran dan kinerja ; yakni motivasi memengaruhi pembelajaran dan kinerja,
serta hal-hal yang dilakukan dan dipelajari oleh anak memengaruhi motivasinya

(Pintrich, 2003; Schunk, 1995). Dalam proses belajar, motivasi seseorang
tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses
meskipun dihadang banyak kesulitan.
Aktivitas yang termotivasi, diinisiasikan dan dipertahankan.Mengawali
pencapaian sebuah tujuan merupakan proses penting dan sering kali sulit, karena
proses ini melibatkan pembentukan sebuah komitmen dan pelaksanaan. Akan
tetapi proses-proses motivasi sangatlah penting dalam mempertahankan
tindakan.Proses-proses motivasi seperti pengharapan, persepsi penyebab, emosi
dan afek membantu individu mengatasi kesulitan dan mempertahankan motivasi.
Motivasi belajar yang lemah juga dialami oleh anak PPA IMMANUEL
kelompok usia 12-19 tahun sebagian besar disebabkan karena masalah keluarga.
Banyak anak yang dilatar belakangi keluarga yang broken home,

mereka

mengakui merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya dalam mendukung
pendidikannya. Selain itu ada pula yang memang tidak ada kemauan dari dalam
dirinya sendiri untuk berusaha dan belajar sehingga mereka merasa pelajaran2

pelajaran yang diberikan oleh gurunya sulit. Hal ini membuat anak-anak PPA

tersebut kurang bersemangat dalam menerima pelajaran ketika di sekolah ataupun
ketika kegiatan PPA. Ini membuktikan banyak anak-anak PPA IMMANUEL
khususnya kelompok usia 12-19 kurang termotivasi dalam belajar, terlihat dari
pengakuan anak-anak tersebut bahwa mereka lebih memilih mengobrol dengan
teman apabila sedang dijelaskan, apabila diberikan soal latihan yang agak sulit
mereka tidak mengerjakan soal tersebut karena orang tuanya pun ketika ditanya
sama saja tidak mengerti sehingga lebih memilih mengerjakan di sekolah dengan
mencontek pekerjaan temannya. Mengingat bahwa anak merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan pendidikan perlu diupayakan adanya pembenahan
terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan pengoptimalisasi belajar anak ketika
berada di PPA. Dilihat dari apa yang diutarakan oleh anak-anak berkenaan dengan
motivasi belajar yang dialami, maka dari itu peneliti memilih melakukan
penelitian hanya khusus dikelompok usia 12-19 tahun.
Pra penelitian tentang motivasi belajar kepada anak dengan membagikan
skala motivasi kepada 30 anak PPA IMMANUEL IO-968 Salatiga terkhusus pada
kelompok usia 12-19 tahun pada hari Rabu, 27 Juli 2016. Hasil pra penelitian
menunjukan bahwa ada 60% anak yang memiliki motivasi belajar berada pada
kategori agak lemah dan lemah. Data dilaporkan pada tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1 Hasil Prosentase Motivasi Belajar Anak PPA
IMMANUEL IO-968 Salatiga Kelompok Usia 12-19 Tahun.

Kategori
Kuat
Agak Kuat
Sedang
Agak lemah
Lemah

Interval
86-100
71-85
56-70
41-55
26-40
Total

Frekuensi
1
3
8
9

9
30

Prosentase
3,4 %
10%
26,6%
30%
30%
100%
3

Dari tabel 1.1 sebagian besar anak PPA IMMANUEL kelompok usia 1219 sebagian besar motivasi belajar pada kategori Agak lemah dan Lemah = 60%
sehingga perlu ada pembenahan yang harus dilakukan agar motivasi belajar
mereka meningkat karena motivasi merupakan pendorong usaha dan pencapaian
dalam kegiatan belajar mereka baik di sekolah maupun luar sekolah (Schunk,
2012). Motivasi belajar pada hakekatnya merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar pada diri anak. Apabila motivasi belajar anak
kuat, maka kegiatan belajarnya meningkat, sebaliknya apabila motivasi belajar
lemah maka akan melemahkan kegiatan belajarnya dan berakibat tujuan belajar

tidak akan sebagaimana mestinya (Schunk, 1995). Motivasi dapat dilihat dalam
rentang ringan, sedang, dan berat. Setiap kategori motivasi menyebabkan
perubahan perasaan-perasaan yang menghambat motivasi belajar. Motivasi
sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benarbenar berbeda, individu menjadi malas untuk belajar. Motivasi belajar lemah
dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu ancaman, ia memperlihatkan
respon yang tidak sesuai dengan motivasi belajarnya. Ketika individu memiliki
motivasi belajar yang lemah, semua pemikiran rasional berhenti tetap ditempat
dan tidak ada kemauan untuk berjuang atau tidak dapat melakukan sesuatu
(Pintrich, dalam schunk 2012). Oleh karena itu, motivasi belajar yang agak lemah
dan lemah harus segera ditangani.
Maka dari itu peneliti memilih PPA IMMANUEL untuk dijadikan tempat
untuk melakukan penelitian ini melihat permasalahan motivasi belajar anak PPA
IMMANUEL khususnya kelompok usia 12-19tahun yg berada dikategori lemah
4

dan agak lemah sehingga perlu ditingkatkan agar motivasi belajar mereka
meningkat.
Usaha yang perlu dilakukan guna meningkatkan motivasi belajar adalah
mengoptimalkan layanan bimbingan dan konseling kepada anak. Salah satu yang
akan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar adalah dengan

konseling kelompok dengan konseling gestalt. Menurut Pearls (1995) konseling
kelompok Gestalt merupakan proses yang dapat membantu anak menjadi lebih
sadar tentang perasaaan-perasaannya dan lebih berusaha untuk hidup penuh dan
utuh dengan mengatasi semua perasaan yang menghambat munculnya motivasi
belajar.
Setiawan (2007) melakukan penelitian terhadap anak yang mempunyai
motivasi belajar yang rendah dengan judul “Meningkatkan motivasi belajar anak
dengan menggunakan layanan konseling kelompok gestalt pada anak kelas VII
SMP Negeri 2 Semarang” Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar
anak sebelum memperoleh layanan berupa konseling kelompok, sebesar 35,6%
kategori rendah. Setelah diberi layanan konseling kelompok gestalt, motivasi
belajar anak meningkat menjadi kategori sedang sebesar 61,4%. Hal ini
menunjukkan layanan konseling kelompok dapat meningkatkan motivasi belajar
pada anak kelas VII di SMP 2 Negeri Semarang. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sebelum diberikan layanan
konseling kelompok gestalt motivasi belajar anak sebesar 35,6 % kategori rendah.
Setelah diberikan layanan konseling kelompok Gestalt

motivasi belajar anak


sebesar 61,4%. Sehingga terjadi peningkatan motivasi belajar setelah diadakan
layanan konseling kelompok Gestalt.
5

Penulis menemukan penelitian yang menerapkan layanan konseling
kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Setiawan (2007)
memperoleh hasil bahwa ada peningkatan motivasi belajar setelah diadakan
layanan konseling kelompok Gestalt
Dalam penelitian ulang ini penulis memfokuskan pada peningkatan
motivasi belajar pada 18 anak yang memiliki motivasi belajar yang lemah. Penulis
akan melakukan penelitian ulang yang masih sama dengan memberikan layanan
konseling kelompok untuk meningkatkan motivasi belajar. Penulis akan
melakukan penelitian ulang dengan judul “Meningkatkan Motivasi Belajar
Melalui Konseling Kelompok Gestalt Anak PPA IMMANUEL IO-968 Salatiga
Kelompok Usia 12-19 Tahun Fiskal 2015-2016”
1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :


Apakah Konseling Kelompok Gestalt dapat meningkatkan secara signifikan
motivasi belajar anak PPA IMMANUEL Kelompok Usia 12-19 tahun?
1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

signifikasi peningkatan motivasi belajar anak PPA IMMANUEL kelompok usia
12-19 tahun melalui Konseling kelompok Gestalt
1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1

Manfaat Teoritis
Jika dalam penelitian ini ditemukan bahwa Konseling Kelompok Gestalt

dapat meningkatkan motivasi belajar secara signifikan maka hasil penelitian ini
sama seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2007) memperoleh

6

hasil bahwa ada peningkatan motivasi belajar setelah diadakan layanan konseling
kelompok gestalt. Apabila tidak meningkat bisa dijadikan sumber baru bagi
peneliti selanjutnya karena peneliti sendiri tidak menemukan penelitian terdahulu
yang mendapatkan hasil konseling kelompok gestalt tidak dapat meningkatkan
motivasi belajar anak.
1.4.2

Manfaat Praktis
Penelitian ini memberi masukan tentang kepastian Konseling Kelompok

Gestalt dapat meningkatkan atau tidak motivasi belajar anak secara signifikan dan
untuk merencanakan layanan atau kegiatan kepada anak PPA IMMANUEL yang
mempunyai motivasi belajar yang lemah.
1.5

Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian dibagi menjadi 5 bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, berisi tentang teori yang melandasi yaitu
tentang motivasi, motivasi belajar, konseling kelompok gestalt.
Bab III Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, desain
penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data,
kisi-kisi instrumen, uji coba instrumen, dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, deskripsi subjek
penelitian, pelaksabaan pemberian treatment, analisis data, uji hipotesis
Bab V Kesimpulan dan Saran, yang berisi tentang kesimpulan dan
saran.

7

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan Antara Kompetensi Pendidik Dengan Kecerdasan Jamak Anak Usia Dini di PAUD As Shobier Kecamatan Jenggawah Kabupaten Jember

4 116 4

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12