Memahami Teori Dasar dan Praktik Hak Asa
Memahami Teori Dasar dan Praktik Hak Asasi Manusia
Untuk bisa terlibat dalam kerjakerja monitoring dan investigasi hak asasi manusia, seorang pembela hak asasi manusia harus terlebih dahulu
memahami sejarah dan teori dasar hak asasi manusia. Hal ini penting agar pembela hak asasi manusia tidak salah dalam mengidentifikasi dan
menganalisis pelbagai peristiwa pelanggaran hak asasi manusia di wilayahnya. Selain itu dengan pemahaman hak asasi manusia yang kuat
seorang pembela hak asasi manusia akan mampu merumuskan langkahlangkah advokasi penanganannya dengan tepat. Oleh karena itu bab ini
mengajak para pembaca mempelajari sejarah dan teori hak asasi manusia. Namun demikian agar tidak membosankan maka bagian ini akan
memulainya dengan menjawab pertanyaanpertanyaan umum dan khusus yang kerap dilontarkan oleh banyak orang ketika sedang mempelajari
hak asasi manusia.
I.1.1 Sejarah Gerakan Hak Asasi Manusia Internasional dan Apa itu Hak Asasi Manusia
Darimana hak asasi manusia berasal dan halhal apa saja yang melatarbelakangi kemunculannya?
Pertanyaan diatas ini adalah pertanyaan lain yang kerap dilontarkan oleh banyak orang ketika mereka mencoba mencari tahu lebih dalam tentang
hak asasi manusia. Bahkan dalam banyak kasus pertanyaan ini kerap menjadi pertanyaan kunci bagai sejumlah pihak, terutama merekamereka
yang kepentingan ekonomi dan politiknya terganggu dengan hak asasi manusiauntuk membuat orang menolak hak asasi manusia. Ada banyak
versi dan cara pandang yang berbeda dalam melihat asal muasal hak asasi manusia. Ada yang melihat bahwa asal muasal hak asasi manusia
adalah sebagai salah bentuk kesadaran tertinggi masyarakat internasional untuk mencegah terulangnya kembali pelbagai praktik kesewenang
wenangan terhadap umat manusia. yang terus dipertontonkan oleh pemerintahan kolonial, pemerintahan otoriter, dan kelompokkelompok non
negara yang kekuatannya setara dengan negara di pelbagai tempat. Pandangan lainnya adalah hak asasi manusia lahir sebagai salah bentuk hasil
dari negosiasi antara kelompok tertindas dengan para penguasa di masa ke masa. Namun ada juga pandangan yang mengatakan, terutama adalah
negaranegara dari kawasan Asia dan Afrika, bahwa hak asasi manusia adalah lahir dari gagasan negaranegara barat yang diciptakan untuk
mengubah adat istiadat orangorang timur (Asia) sehingga mempermudah negaranegara tersebut untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan
politik yang mereka inginkan.
Jika banyak pandangan yang berbedabeda dalam melihat asal muasal hak asasi manusia, lantas mana yang harus diikuti? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut nampaknya kita harus melihat tabel di bawah ini agar mempermudah kita mencari jawaban yang tepat.
1
PERIODE
SITUASI DAN KONDISI
EKONOMI POLITIK
Sebelum Masehi Raja adalah utusan tuhan di
dunia sehingga apa yang
dikatakannya adalah hukum.
Akibat dari keadaan ini banyak
penduduk sipil yang harus
menjadi budak dan
diperjualbelikan seperti baran;,
buruh tanpa ada jam kerja dan
gaji yang tidak layak; petani
tidak bertanah dengan uang
sewa lahan dan pajak yang
tinggi.
RESPON
MASYARAKAT
SIPIL
HASIL
Kelompok buruh dan
petani tidak bertanah
melakukan pelbagai
perlawanan, seperti
melakukan mogok kerja
dan berhenti membayar
sewa tanah untuk
meminta
adanya
keadilan kepada raja dan
para
bangsawan
pendukungnya.
hak untuk hidup
Hakhak
kelompok
minoritas
hakhak perempuan
hakhak anak
hak untuk tidak
ditahan sewenang
wenang
Munculah konsep
pengakuan hak dalam
pelbagai kitab suci
agamaagama di dunia
dan ketentuan hukum
Piagam Medina dan
Kitab Hamuraby.
Setelah Masehi
Meskipun telah muncul
konsep hak dalam kita suci
agamaagama di dunia dan
aturan dalam Hamuraby,
Kelompok bu
ruh, petani tak
bertanah dan bangsa
bangsa yang terjajah
1215
Magna Carta,
England
1400
Code of
2
namun kondisi penindasan
dan ekploitasi umat manusia
oleh kalangan raja masih terus
berlanjut. Bahkan praktik
praktik semacam ini terus
berlanjut hingga ke semua
benua karena para raja terus
melakukan ekspansi ke benua
Amerika, Afrika, Asia dan
Australia.
Praktek diskriminasi
terhadap perempuan juga
kembali terjadi dan meluas ke
pelbagai belahan dunia
kembali melakukan
perlawanan atas
praktik sewenang
wenangan para raja
dan bangsawan.
Dengan
membangkang atas
aturan
yang
dikeluarkan oleh raja
mereka menuntut
adanya perubahan
tentang konsep negara
dan perlindungan
warga negara dari
praktik kesewenang
wenangan.
Buah dari per
juangan tersebut
munculkan Magna
Charta pada 1215.
Magna
Charta
memberikan pemba
tasan kekuasaan raja
terhadap kepemilikan
atas tanah dan
pencabutan uang upeti
hasil pertanian kepada
raja.
Nezahualcoyotl,
Aztec
1648 Treaty of
Westphalia, Europe
1689 English Bill of
Rights, England
1776 Declaration of
Independence, United
States
1787 United States
Constitution
1789
French
Declaration on the
Rights of Man and the
Citizen, France
1791 United States
Bill of Rights
1863 Emancipation
Proclamation, United
States
1864Geneva
Conventions,
International Red
Cross
Konsep hak untuk
berpartisipasi aktif
3
Pada Abad 17,
terjadi
revolusi
Prancis
yang
mengakhir kekuasaan
absolut raja, dan
selanjutnya buruh dan
rakyat
Prancis
membentuk sebuah
pemerintahan demo
kratis Prancis dengan
nama
Republik
Prancis. Dalam hal ini
mulai
muncul
pengakuan tentang
hak penduduk dari
negara.
Abad 18, terjadi
revolusi Amerika
dimana penduduk
yang tinggal di benua
Amerika mempro
klamasikan kemer
dekaannya
dari
Kerajaan Inggris
Raya. Kemeredekaan
Amerika
juga
mendorong bangsa
Canada, Mexico,
dalam
proses
pengambilan
keputusankeputusan
politik.
Konsep hak untuk
menentukan nasib
sendiri.
4
Brazil, dan Argentina
memerdekakan diri
dari Prancis, Spanyol
dan Portugal.
Selain
itu
masyarakat inter
nasional
juga
membentuk hukum
perang internasional
sebagai wujud dari
penolakan mereka atas
strategi kotor yang
dipergunakan oleh
bangsabangsa eropa
untuk memenangkan
perang.
Di Amerika dan
New Zealand, pada
1800 sekelompok
perempuan berjuang
menuntut hak untuk
memilih
dalam
pemilu. Kemenangan
pertama mereka dapat
Di New Zealand,
dimana pada 1893
perempuan di wilayah
tersebut mendapatkan
5
haknya untuk memilih
dalam pemilu.
Perang Dunia I
Praktikpraktik
penindasan terhadap kaum
buruh masih terjadi
Praktikpraktik
penjajahan oleh bangsa
bangsa Eropa dan Jepang
terhadap bangsabangsa di
Asia, Afrika, dan Australia
masih juga berlanjut
praktik diskriminasi dan
kampanye pemusnahan
terhadap ras masih juga
berlangsung.
Praktek diskriminasi
terhadap perempuan dan
pembatasan hak sipil dan
politik perempuan masih terus
berlanjut
Masyarakat
internasional
membentuk
International Labor
Organization (ILO)
untuk
melawan
perdagangan budak
dan praktikpraktik
kejam terhadap buruh,
petani dan masyarakat
adat. Selanjutnya ILO
memproduksi
sejumlah Instrumen
hukum
tentang
perlindungan buruh
Masyarakat
internasional juga
membentuk Liga
Bangsa Bangsa (LBB)
untuk mencegah
perang
yang
menggunakan strategi
brutal.
Di Inggris,
Amerika, Australia,
1919
League of
Nations Covenant
1926
Slavery
Convention: Muncul
Konsep hakhak para
buruh yang meliputi;
larangan perbudakan;
kondisi kerja yang
baik; upah yang
memadai; jam kerja
yang manusiawi;
pelarangan buruh
anak; dan lainlain
6
dan
Finlandia
sejumlah organisasi
perempuan menuntut
hak untuk memilih
dan dipilih pada
1900an. Selanjutnya
1902 dan 1906
pemerintah Australia
dan
Finlandia
memberikan
perempuan
hak
pilihnya. Selanjutnya
Pada 1920 Konggres
USA memberikan hak
memilih kepada
perempuan Amerika.
Pada 1928 parlemen
Inggris memberikan
perempuan Inggris
hak memilih dalam
pemilu.
Perang Dunia II
Praktikpraktik
penindasan terhadap kaum
buruh masih terjadi
Praktikpraktik
penjajahan oleh bangsa
Masyarakat
internasional
membentuk PBB
Masyarakat
internasional melalui
1945 United Nations
Charter,
San
Francisco
1947
Mohandas
Gandhi uses non
7
bangsa Eropa dan Jepang
terhadap bangsabangsa di
Asia, Afrika, dan Australia
masih juga berlanjut
praktik diskriminasi dan
kampanye pemusnahan
terhadap ras masih juga
berlangsung
PBB membentuk
Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia
(DUHAM)
Rakyat India
melakukan
perlawanan terhadap
pemerintahan Inggris
pada pertengahan
1920an dan kemudian
membebaskan diri dari
pemerintahan Inggris
pada 1942
Di Indonesia,
sejak
1940an
pergerakan
pembebasan Indonesia
dari Penjajah Belanda
terus meluas dan
kemudian mencapai
puncaknya pada
proklamasi
kemerdekaan pada
1945. Lima tahun
kemudian Belanda dan
Sekutu mengakui
kemerdekaan
Indonesia.
violent protests
leading India to
independence.
1948
Universal
Declaration of Human
Rights (December 10)
American
Declaration of the
Rights and Duties of
Man
Genocide Convention
1950
European
Convention
1951
Convention
Relating to the Status
of Refugees
1959 Declaration on
the Rights of Children
8
Di Benua Afrika,
hal serupa juga terjadi,
meskipun
tidak
seluruhnya mengalami
kesuksesan seperti
negaranegara di Asia.
Perang dingin
Kondisi dunia terbagi
dalam dua blok, yakni blok
Barat dan blok Timur. Blok
Barat di dukung oleh negara
negara seperti USA, Prancis,
Inggris, Spanyol, Jerman
Barat, dan negaranegara non
komunis. Sementara blok
Timur didukung oleh negara
negara seperti Uni Soviet,
Yugoslavia, Jerman Timur,
China dan negaranegara
Eropa bagian Timur Lainnya.
Pertarungan antara blok
Barat dan Timur melahirkan
pemerintahanpemerintahan
otoriter di benua Eropa,
Amerika, Asia dan Afrika.
Baik pemerintahan otoriter
Di
Afrika
Selatan, Nelson
Mandela bersama
sama
dengan
kelompok
pro
demokrasi setempat
mulai
melawan
praktek apartheid di
negara mereka pada
1962.
Di Amerika
Latin, kelompok pro
demokrasi di negara
negara tersebut mulai
melakukan
perlawanan terhadap
pemerintahan otoriter
pada awal 1970an.
Di Asia, pada
1965
International
Convention on the
Elimination of All
Forms of Racial
Discrimination
1966
International
Covenant on Civil and
Political Rights
International
Covenant
on
Economic, Social, and
Cultural Rights
1969
American
Convention
on
Human Rights
1973
International
Convention on the
Suppression and
Punishment of the
9
pro Timur dan pro Barat
mengekang kehidupan sipil,
politik, ekonomi, sosial, dan
budaya penduduknya demi
memenangkan perang dingin.
Pemerintahan otoriter ini juga
memberlakukan praktik
praktik
penculikan,
pembunuhan, penyiksaan dan
praktik hukuman kejam dan
tidak manusiawi terhadap
lawan politik ataupun
kelompok pro demokrasi
Praktek diskriminasi
terhadap
kelompok
perempuan juga masih
berlanjut di Asia, Afrika dan
Amerika Latin.
Eksploitasi terhadap
kaum buruh, petani tidak
bertanah dan kaum miskin
kota masih terus berlanjut di
negaranegara Eropa, Asia,
Afrika, dan Amerika.
pertengahan 1980an
kelompok
pro
demokrasi di negara
negara Asia juga
sedang
gencar
gencarnya melakukan
perlawanan terhadap
pemerintahan otoriter.
Mereka mendorong
adanya reformasi dan
menuntut adanya
pertanggungjawaban
atas
kejahatan
kejahatan hak asasi
manusia oleh rezim
otoriter
Di Indonesia
gerkan ini sendiri
berlangsung sejak
pertengahan 70an dan
baru
berhasil
meruntuhkan rezim
otoriter pada 1998 .
Namun sayangnya
hingga kini belum ada
satu pun pelaku
Crime of Apartheid
International
Convention on the
Elimination
of
Discrimination
Against Women
diadopsi oleh PBB
1984
Konvensi
Internasional
Menentang
Penyiksaan, Hukuman
Keji tidak manusiwi
dan merendahkan
martabat diadopsi
oleh PBB
1986 African Charter
on Human and
People's Rights
diadopsi oleh THE
AFRICAN
COMMISSION ON
HUMAN AND
PEOPLES' RIGHTS
1979
10
kejahatan hak asasi
manusia di masa lalu
yang dijebloskan ke
penjara.
pada awal 1980
organisasiorganisasi
perempuan kembali
memperjuangkan
tentang pelarangan
praktikpraktek
kekerasan
dan
pelecehan seksual baik
di dalam rumah
tangga maupun tempat
bekerja.
Setelah Perang
Dingin Berakhir
Negaranegara komunis
runtuh dan kemudian
menimbulkan
pelbagai
peristiwa kekerasan antar
etnis di sejumlah tempat.
Selain itu pelbagai
peristiwa
kelaparan,
kemiskinan, pengangguran,
anak putus sekolah dan
serangan penyakit berbahaya
Memasuki
1990
terjadi gelombang
reformasi
dan
penyelidikan atas
kejahatan hak asasi
manusia rezim otoriter
di Benua Afrika,
Amerika Latin dan
Asia. Kelompok pro
demokrasi
dan
1983 Convention on
the Elimination of All
Forms
of
Discrimination
against Women
(CEDAW)
diberlakukan secara
hukum
1989
International
Convention on the
11
juga terjadi di pelbagai negara
eks komunis,.
Akibat
kegagalan
program pembanggunan
ekonomi oleh bank dunia dan
negaranegara pro barat di
benua Afrika menyebabkan
pelbagai krisis politik dan
ekonomi di kawasan tersebut
yang kemudian melahirkan
Peristiwa kelaparan, serangan
penyakit
berbahaya,
pengangguran, anak putus
sekolah dan semakin
bertambahnya
jumlah
penduduk yang masuk
kategori orang miskin.
Praktek diskriminasi
terhadap
kelompok
perempuan juga masih
berlanjut di Asia, Afrika dan
Amerika Latin.
Eksploitasi terhadap
kaum buruh, petani tidak
bertanah dan kaum miskin
kota masih terus berlanjut di
negaranegara Asia, Afrika,
dan Amerika.
pembela hak asasi
manusia menyerukan
adanya
pertanggungjawaban
atas praktik kejahatan
hak asasi manusia
oleh rezim otoriter di
selidiki.
pada awal 1990
organisasiorganisasi
perempuan di seluruh
benua
kembali
memperjuangkan
gerakan menentang
praktikpraktek
kekerasan
dan
pelecehan seksual baik
di dalam rumah
tangga maupun tempat
bekerja.
Rights of the Child
1990Konvensi
Internasional
Perlindungan Buruh
Migran
dan
Keluarganya diadopsi
oleh PBB
1998,
the
International Criminal
Tribunal for Rwanda
dibentuk oleh PBB
dan selanjutnya
memasukkan
kejahatan perkosaan
sebagai elemen
kejahatan
dari
geoncida dalam
hukum internasional.
2003 The Protocol to
the African Charter on
Human and Peoples’
Rights on the Rights
of Women in Africa
2006,
Konvensi
Internasional
perlindungan semua
orang dari praktik
penghilang paksa
12
Eksploitasi
dan
perdagangan manusia dan
buruh migran terus meningkat
dan meluas ke seluruh benua.
Laporan tentang Praktik
kekerasan dan pelecehan
seksual terhdap buruh migran
terus meningkat dan menelan
korban yang tidak sedikit
diadopsi oleh PBB
Konvensi hak
hak orang dengan
keterbatasan fisik
permanen dan non
permanen diadop oleh
PBB
2006
Dari paparan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa hak asasi manusia itu berasal dari nilainilai perjuangan menentang penindasan terhadap umat
manusia yang digelorakan oleh banyak orang di pelbagai belahan dunia. Oleh karena itu keliru besar jika ada orang yang berfikiran bahwa hak
asasi manusia itu adalah berasal dari nilainilai barat, karena faktanya dia merupakan buah pemikiran dari banyak nilai dan manusia untuk
mengangkat kehidupan dan martabat manusia.
Apa yang dimaksud dengan hak asasi manusia?
Pertanyaan di atas adalah pertanyaan pertama yang kerap dilontarkan oleh banyak orang pada saat pertama kali mendengar istilah hak asasi
manusia. Hak asasi manusia itu sangatlah luas cakupan dan bentuknya sehingga tidak ada upaya dari para pakar hukum internasional untuk
mencoba mendefinisikan hak asasi manusia. Selain untuk menghindari penyempitan cakupan dan bentuknya, upaya untuk tidak mendefinisikan
hak asasi manusia sebagai salah satu cara bagi para pakar hukum internasional untuk membuat hak asasi manusia berkembang sesuai dengan
kebutuhan zaman. Namun untuk memudahkan orang awam dalam memahaminya sejumlah pakar hukum internasional mencoba merumuskan
apa itu hak asasi manusia dari pelbagai sudut pandang namun saling menguatkan (Nowak: 2003). Berikut ini adalah sejumlah rumusan pakar
hukum internasional tentang apa itu yang dimaksud dengan hak asasi manusia:
1) Hakhak dasar yang memberdayakan manusia untuk membentuk kehidupan mereka sesuai dengan kemerdekaan, kesetaraan, dan rasa
hormat pada martabat manusia
13
2) Hakhak sipil, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan kolektif yang tertuang dalam pelbagai instrumen hak asasi manusia internasional,
regional dan serta dalam konstitusi setiap negara
3) Satusatunya sistem nilai yang diakui secara universal dalam hukum internasional saat ini dan terdiri dari elemen liberalisme, demokrasi,
partisipasi populer, keadilan sosial, berkuasanya hukum dan tata pemerintahan yang baik dan bersih.
Berangkat dari rumusanrumusan tersebut dapat kita katakan bahwa hak asasi manusia memiliki fokus perhatiannya terhadap kehidupan dan
martabat manusia. Artinya adalah hak asasi manusia dibentuk untuk melindungi kehidupan dan martabat manusia dari praktikpraktik sewenang
wenangan dari negara, penguasa kolonial dan atau kelompokkelompok nonnegara yang memiliki kekuatan setara dengan negara terhadap
penduduk sipil.
Apakah hak asasi manusia bertentangan dengan agama, nilainilai budaya dan adat istiadat lokal?
Sejarah telah menunjukkan bahwa agamaagama besar di dunia merupakan sumber awal dari pemikiran tentang hak asasi manusia. Para
perumus hukum Hak asasi manusia mengakui bahwa perkembangan hak asasi manusia selalu merujuk pada seluruh kitab suci agamaagama
samawi (Islam, Katholik, Ptotestan, Budha, dan Hindu) dan agamaagama lainnya. Oleh karena itu para perumus hak asasi manusia tidak melihat
adanya pertentangan antara agamaagama di dunia dengan konsep hak asasi manusia. Bahkan adanya pandangan dominan di sejumlah negara
yang menyebutkan bahwa hak asasi manusia bertentangan dengan kitab suci umat Islam adalah pandangan yang keliru. Karena bagaimanapun
juga hukum hak asasi manusia secara eksplisit menyebutkan bahwa kebebasan untuk memeluk agama, keyakinan tertentu adalah hak
fundamental sehingga tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.1
Adanya pandangan dominan di kalangan pemerintahanpemerintahan dimana islam merupakan agama mayoritas bahwa hukum hak asasi
manusia bertentangan dengan hukum sharia'a. Pandangan ini mereka ungkapkan sebagai bentuk respon atas kritik dan kecaman para pengamat,
pekerja, dan ahli hukum hak asasi manusia (terutama yang berasal dari kalangan barat dan sekuler) terhadap buruknya praktik hak asasi manusia
di negara islam. Namun pandangan dominan ini adalah pandangan yang keliru dan salah menempatkan kritik para pengamat, pekerja dan ahli
hukum hak asasi manusia sebagai bukti dari argumen mereka ini. Pada dasarnya kritik para pengamat, pekerja dan ahli hukum hak asasi manusia
bukan diarahkan untuk mengatkan bahwa islam dan hukum shari'a bertentangan dengan hukum hak asasi manusia. Kritik mereka pada dasarnya
diarahkan untuk mengecam pemerintahanpemerintahan itu sendiri yang cenderung otoriter, anti hak asasi manusia dan dalam tataran tertentu
1
Lihat, Komentar Umum No.22 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, Para 1-5.
14
kerap menggunakan hukum sharia'a sebagai tameng untuk menghindar dari tanggungjawab yang dibebankan hukum hak asasi manusia
internasional kepada mereka (Badaawi: 2002).
Demikian pula dengan nilai budaya dan adat istiadat lokal, hak asasi manusia tidak melihat adanya sebuah pertentangan. Para perumus hak asasi
manusia melihat bahwa adanya praktikpraktik budaya dan adat istiadat yang dianggap bertentangan dengan hak asasi manusia adalah hal yang
kurang tepat. Karena secara jelas disebutkan dalam hukum hak asasi manusia internasional bahwa pilihanpilihan setiap individu ataupu
kelompok untuk menjalankan aktivitas budaya dan adat istiadatnya tidaklah ditentang malah sebaliknya justru dilindungi. Hukum hak asasi
manusia hanya melarang dan mengecam praktikpraktik budaya ataupun ritual yang dijalankan dengan cara dipaksakan kepada orangorang
yang tidak percaya ataupun tidak meyakini praktikpraktik tersebut.2
Apakah hak asasi manusia bertentangan dengan konsep kedaulatan negara?
Pada dasarnya hak asasi manusia mengakui dan menghormati kedaulatan negara. Adanya pandanganpandangan yang menyebutkan bahwa hak
asasi manusia mengganggu kedaulatan negara adalah hal yang keliru dan mengadaada. Bagaimanapun juga Piagam PBB Pasal 2 (1)
menyatakan dengan jelas bahwa kesetaraan dan kedaulatan negara sebagai prinsip dasar hukum internasional. Selanjutnya Pasal 2 (7) kembali
menegaskan adanya semangat nonintervensi dalam masalah dalam negeri. Oleh karena itu hak asasi manusia secara jelas mengakui,
menghormati dan melindungi kedaulatan negara. Bahkan dalam tataran tertentu hukum hak asasi manusia lebih memberikan tanggungjawab
utama terhadap otoritas nasional. Tak heran jika kemudian prosedurprosedur pencarian fakta, pelaporan, penerimaan pengaduan individu oleh
Komisi HAM PBB dan tindakantindakan yang mengikat yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB, bukanlah dalam rangka menghilangkan
kedaulatan negara( Nowak: 2003). Langkahlangkah ini disusun oleh seluruh anggota PBB dan masyarakat internasional sebagai salah bentuk
kesadaran bersama bahwa perlindungan hak asasi manusia merupakan kepedulian komunitas internasional.
Selain itu, bahwa prosedurprosedur yang ada di Komisi HAM dan Dewan Keamanan PBB tidak dapat diambil jika negara yang bersangkutan
tidak memberikan izin atau tidak mengundang. Sehingga dalam banyak kasus prosedurprosedur tersebut tidak dapat bekerja dengan optimal dan
efektive karena banyak negaranegara anggota yang tidak memberikan izin atau mengundang komisi penyelidik, pelapor khusus ataupun
menolak tuduhantuduhan yang dilaporkan oleh warga negaranya kepada Komisi.
2
Ibid.,
15
Bagaimana cara masyarakat dunia memastikan hak asasi manusia itu dapat dinikmati oleh setiap umat manusia?
Setidaknya sejak Perang Dunia Kedua, komunitas internasional membangun standarstandar hukum yang mengikat secara internasional untuk
memastikan setiap manusia di dunia dapat menikmati hak asasi manusia. Setidaknya hingga saat ini, komunitas internasional telah berhasil
membuat sejumlah besar naskah hukum hak asasi manusia baik di tingkat internasional dan regional. Selain itu mereka juga telah membangun
sebuah mekanisme pemantauan dan badanbadan pemantauan internasional dan regional. Bahkan mekanisme dan badanbadan pemantauanya
dilengkapi dengan mandat dan kewenangan untuk melakukan pemantauan dengan pelbagai macam cara, seperti: meminta negaranegara anggota
memberikan laporan secara periodik dan atau jika diminta; menerima pengaduan antar negaranegara anggota; menerima laporan individu; dan
mengirimkan pelapor khusus ke negaranegara anggota secara reguler.Berikut ini adalah sejumlah instrumen hukum dan badan pemantau hak
asasi internasional dan regional:
LEVEL
INSTRUMEN
Internasional Sidang rutin tahunan
Universal Periodic Review
Prosedur Khusus 1503
BADAN PEMANTAU
Dewan Hak Asasi
Manusia
Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR)
(Sudah ada 164 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Hak Asasi
Manusia
Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
(ICESCR)
(Sudah ada 160 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya
Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial (CERD)
(Sudah ada 173 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Penghapusan
Diskriminasi Rasial
Konvensi Internasional Menentang Penyiksaan(CAT)
(Sudah ada 146 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Menentang
Penyiksaan
16
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan (CEDAW)
(Sudah ada 185 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Penghapusan
Diskriminasi Terhadap
Perempuan
Konvensi Hak Anak (CRC)
(Sudah ada 193 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Hak Anak
Konvensi Perlindungan Buruh Migran dan Keluarganya
(ICMWR)
(Sudah ada 41 Negara Pihak, Indonesia belum meratifikasi)
Komite Perlindungan
Buruh Migran dan
Keluarganya
Konvensi HakHak Difabel/Penyandang Cacat (CRPD)
(Sudah ada 51 Negara Pihak, Indonesia sudah tanda tangan
tetapi belum meratifikasi)
Komite
Difabel
Konvensi Perlindungan Semua Orang Dari Penghilangan Paksa Belum ada
(Baru ada 10 Negara Pihak, bisa berlaku bila sudah ada 20
(Menunggu
Negara Pihak, Indonesia belum meratifikasi)
ratifikasi)
Benua Eropa Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR)
Pengadilan HAM
Pengaduan AntarNegara
Pengaduan Individual
HakHak
20
Dewan Eropa
Piagam Sosial Eropa
Komite Para Menteri
Konvensi Eropa untuk Pencegahan Tindak Penyiksaan (ECPT)
Komite Eropa untuk
Pencegahan Penyiksaan
dan Perlakuan atau
Hukuman yang Tidak
Manusiawi
atau
Merendahkan Martabat
17
Konvensi Kerangka Kerja Eropa untuk Perlindungan Kelompok Komite Para Menteri
Minoritas Nasional
dan dibantu oleh
Komite Pakar
Piagam Eropa untuk Bahasa Regional dan Minoritas
idem
Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia dan Biomedis
Sekretaris Jenderal
Dewan Eropa dan
Pengadilan HAM Eropa
sebagai penasihat
Badanbadan di luar perjanjian
Benua
Amerika
Komisaris
Eropa untuk
HAM
Komisi Eropa
Menentang
Rasisme dan
Intoleransi
(ECRI)
Piagam Organisasi Negara Negara Amerika (OAS)
Dewan OAS
Pengaduan Individu
Pengadilan HAM
Negara Negara Amerika
Konvensi HAM Negara Negara Amerika
Komisi HAM Negara
Negara Amerika
18
Benua
Afrika
Indonesia
Perjanjian Afrika Terhadap Hak Asasi Manusia dan Rakyat
(Piagam Banjul)
Prosedur pelaporan negara
prosedur pengaduan individu
prosedur pengaduan antar negara
Komisi Hak
Manusia dan
Bangsa Negara
Negara Afrika
Pengadilan
Afrika Hak
Asasi Manusia
dan Bangsa
Piagam Afrika Tentang Hak Asasi Manusia
Komisi Afrika
Mengenai Hak Hak
Manusia dan Bangsa
Bangsa
Piagam Afrika Tentang Hak dan Kesejahteraan Anak
Komite Ahli Hak Asasi
Manusia dan
Kesejahteraan Anak
UUD 1945 Amandement ke II
Tidak ada
UU No.39/1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Komnas HAM
UU No.40/2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Rasial
Komnas HAM
UU No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM
Komnas HAM,
Kejaksaan Agung dan
Pengadilan HAM
UU Ratifikasi:
Tidak ada
19
UU No.11/2005 Tentang Ratifikasi ICESCR
UU No.12/2005 Tentang Ratifikasi ICCPR
Namun demikian perlu untuk diketahui bahwa upayaupaya komunitas internasional untuk memastikan bahwa seluruh standar dan mekanisme
pemantauan hak asasi manusia ini masih terus berlanjut hingga saat ini. Masih banyaknya kelemahankelemahan dari setiap standar dan
mekanisme pemantauan menjadi dasar bagi komunitas internasional untuk terus menguatkan seluruh standar dan mekanisme tersebut, termasuk
disini mengembangkan standarstandar baru yang relevan dengan perkembangan ekonomi politik internasional, regional dan nasional.
I.1.2. Teori Dasar Hak Asasi Manusia
Hingga saat ini masih banyak orangorang di pelbagai tempat, termasuk orangorang Indonesia, yang melihat hak asasi manusia tak ubahnya
seperti macan ompong. Standarstandar hukum internasional dan nasional hanya menjadi tumpukan dokumen, tanpa bisa menjawab masalah
ketidakadilan yang masih terus dirasakan oleh banyak orang di pelbagai tempat. Namun apakah skeptisme sebagian besar orangorang ini sudah
berada pada tempatnya? Jawabannya adalah tidak sepenuhnya benar. Karena praktik penegakan hak asasi manusia yang dilakukan oleh
pemerintahan, termasuk pemerintah Indonesia, tidak sepenuhnya mengikuti teori dasar dan praktik dari hak asasi manusia. Oleh karena itu untuk
dapat menguji seberapa jauh negaranegara di dunia telah secara konsekuen menjalankan hak asasi manusia, ada baiknya jika kita terlebih
dahulu melihat ulang teori dasar dan aplikasi hak asasi manusia.
Apa saja prinsip dasar hak asasi manusia?
Pada dasarnya aplikasi hak asasi manusia harus merujuk pada tiga prinsip dasar yang telah digariskan oleh para pakar hukum internasional.
Tanpa ketiga prinsip dasar tersebut maka bisa dipastikan bahwa standarstandar hak asasi manusai internasional, regional dan nasional tidak
dapat diaplikasikan atau kalau pun diaplikasi pasti praktiknya akan menyimpang dari teori dasarnya. Para pakar hukum hak asasi manusia
internasional merumuskan tiga prinsip dasar yaitu, prinsip universal dan tidak dapat dibagi; saling bergantung dan terkait; setara dan non
diskriminasi.
Universal dan tidak dapat dibagi maksudnya adalah bahwa hak asasi manusia itu berlaku secara menyeluruh atau dengan kata lain hak asasi
manusia itu harus tetap dilindungi dan dimajukan di setiap negara tanpa memandang sisitem politik, ekonomi, budaya, kekhususan nasional dan
20
regional.3 Oleh karena itu pandangan bahwa hak asasi manusia adalah produk barat atau produk negaranegara kapitalisme atau bertentangan
dengan nilainilai ketimuran sudah terbantahkan.
Selanjutnya prinsip dasar kedua adalah saling terkait dan bergantung. Prinsip kedua ini mensyaratkan bahwa seluruh standar hak asasi manusia
(instrumen) berikut dengan hakhak yang diakuinya harus dijalankan secara bersamaan. Karena antara instrumen yang satu dengan yang lainnya
serta antara hak yang satu dengan hak yang lainnya itu saling terkait dan bergantung. 4 Tidak dibenarkan praktikpraktik pengutamaan
penikmatan instrumen ataupun hak oleh suatu negara dengan dalih apapun. Misalnya penikmatan hak ekonomi, sosial, dan budaya tidak
dipenuhi jika hak sipil dan politik tidak bisa dinikmati. Demikian halnya dengan penikmatan hakhak perempuan, anakanak dan kelompok
minoritas, kelompokkelompok khusus ini tidak dapat menikmati hakhak khusus mereka jika hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya
mereka dibatasi atau dihilangkan.
Kemudian hak asasi manusia juga memiliki prinsip setara dan nondiskriminasi, maksudnya adalah bahwa hak asasi manusia itu adalah hak
setiap orang, tanpa memandang latarbelakang ras, suku, agama, bahasa, budaya, jenis kelamin, warna kulit dan afiliasi politik. 5 Oleh karena itu
tidak seorang pun atau kelompok manapun atau pemerintahan model apapun yang dapat menghilangkan hak setiap manusia yang tinggal di
jagad raya ini untuk menikmati hak asasi manusia dan kebebasan dasarnya dengan dalih apapun dan atau dalam keadaan apapun.
Siapa yang berkewajiban untuk memastikan hak asasi manusia dapat dinikmati oleh setiap orang?
Dengan pejabaran ketiga prinsip dasar hak asasi manusia ini jelaslah sudah bahwa hak asasi manusia itu bersifat universal, saling bergantung dan
terkait serta menjunjung asas kesetaraan dan nondiskriminasi. Lantas pertanyaan selanjutnya adalah siapa pihak yang berkewajiban untuk
memastikan setiap manusia menikmati hak asasi dan kebebasan dasarnya? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut mari kita lanjutkan
pembahasan kita denggan topik pemangku kewajiban dari pemenuhan penikmatan hak asasi manusia di bawah ini.
Ketika membicarakan tentang siapa yang berkewajiban untuk memenuhi penikmatan hak asasi manusia banyak pihak, terutama pihak
pemerintahan di banyak negara termasuk Indonesia, selalu mencoba mengaburkan pertanyaan tersebut dengan melontarkan pernyataan “bahwa
3
Lihat., Apa itu Hak Asasi Manusia di http://www.ohchr.org/EN/Issues/Pages/WhatareHumanRights.aspx, diakses 8 April 2009
Ibid.,
5
Ibid.,
4
21
pihak yang berkewajiban mememuni hak asasi manusia adalah semua orang.” Pernyataan ini biasanya mereka lontarkan bukan karena mereka
tidak memahami konsep kewajiban negara dalam hukum hak asasi manusia. Akan tetapi merupakan bagian dari strategi mereka untuk
menghindar dari kewajibankewajiban mereka atas praktik pelanggaran dan kejahatan hak asasi manusia yang terjadi di wilayah teritori mereka.
Pada dasarnya konsep pemangku kewajiban pemenuhan hak asasi manusia dalam hukum hak asasi manusia internasional sangatlah jelas yaitu
adalah “negara”. Hampir seluruh instrumen hukum hak asasi manusia internasional, regional, dan nasional selalu menyebutkan di bagian awal
bahwa negara adalah pihak yang memangku kewajiban pemenuhan hak asasi manusia. Penunjukkan oleh hukum hak asasi manusia ini semata
mata didasari oleh teori hukum internasional yang menempatkan negara sebagai pihak utama dan menentukan dalam keberhasilan penikmatan
hak asasi manusia di seluruh dunia. Bagaimanapun juga negara adalah institusi yang secara politik dan hukum legitimate untuk mengerahkan
seluruh alatalat kenegaraan guna memastikan seluruh rakyatnya dapat menikmati hak asasi dan kebebasan dasarnya. 6 Selain itu, teori hukum
internasional lainnya juga menyebutkan bahwa agar hukum internasional tidak merusakan kedaulatan sebuah negara, maka hukum internasional
menempatkan negara sebagai pihak yang berkewajiban memastikan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dapat dinikmati semua rakyatnya.7
Apa saja kewajibankewajiban utama negara?
Pada dasarnya konsep tiga kewajiban ini merujuk pada teori status dari Georg Jellinek, yang mana menjelaskan tentang kewajiban negati dan
kewajiban positif (Nowak: 2003). Kewajiban negatif ini adalah bahwa negara tidak boleh mancampuri atau melakukan intervensi atas hakhak
sipil warga negara. Sedang kewajiban positif adalah bahwa negara harus mengambil langkahlangkah aktif atau layanan positif terhadap hak
ekonomi, sosial, dan budaya. Namun demikian sejalan dengan perjalanan waktu tersebut, para pakar hukum internasional melihat bahwa teori
tersebut sudah ketinggalan zaman atau tidak mampu lagi mengikuti dinamika ekonomi politik internasional, regional, dan nasional yang
mempengaruhi penikmatan hak asasi dan kebebasan dasar. Dengan mempelajarai pelbagai hambatan penegakan hak asasi manusia seperti kasus
kekerasan dalam rumah tangga, praktikpraktik pelanggaran oleh pihak non negara (pihak ketiga), para pakar hukum internasional
memformulasikan ulang teori kewajiban negara tersebut (Nowak: 2003). Dengan mengatakan bahwa pemisahan kewajiban negatif dan positif
oleh negara saat menjalankan kewajiban yang dibebankan hukum hak asasi manusia membuat banyak orang masih terlanggar hak asasi dan
kebebasan dasarnya, para pakar kemudian merumuskan ulang kewajiban tersebut menjadi negara berkewajiban untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia secara menyeluruh. (Lihat, Nowak: 2003). Rumusan ini menjadi semakin menguat ketika konsep
6
Lihat Piagam PBB Pasal 2 (1) & (7)
Ibid.,
7
22
ketakterpisahan dan saling bergantung hak asasi manusai telah mendapatkan pengakuan dari 171 negaranegara anggota PBB pada Konferensi
Dunia di Wina 1993, dengan wujud Deklarasi Wina 1993 Dan Program Aksi.
Apa yang dimaksud dengan kewajiban menghormati, melindungi dan memenuhi?
Untuk melihat batasan dari tiga kewajiban tersebut kita memiliki banyak rujukan. Rujukan yang pertama adalah instrumen hukum hak asasi
manusia. Hampir setiap instrumen hak asasi manusia mencantumkan tentang apa yang dimaksud dengan kewajiban menghormati, melindungi
dan memenuhi. Sumber kedua adalah Komentar Umum ataupun Rekomendasi Umum yang dibuat oleh Badanbadan pemantauan perjanjian.
Hampir setiap badan perjanjian selalu membuat penjelasan lebih rinci tentang apa yang dimaksud dengan tiga kewajiban yang dijelaskan di
dalam perjanjian. Penjelasan ini mereka buat agar negara tidak menafsirkan pasalpasal tersebut sekehendak hatinya. Contohnya adalah baru
baru ini Komite Hak Asasi Manusia mengeluarkan Komentar Umum No.31 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik tentang Sifat
Kewajiban Hukum Umum Negaranegara Pihak pada Kovenan. Dengan menggantikan Komentar Umum No 3, Komite Hak Asasi Manusia
menjelaskan tentang konsep kewajiban negara dalam hal menghormati, melindungi dan memenuhi yang juga harus menyertakan kewajiban
positif dan negatif dalam mengambil tindakantindakan yang diperlukan untuk menjamin penikmatan hak asasi manusia. Sumber ketiga adalah
yurisprudensi yang dibuat oleh badanbadan pemantau perjanjian ataupun piagam. Biasanya badanbadan ini juga membuat penjelasan
penjelasan lebih lanjut tentang tiga kewajiban dasar negara tersebut. Dan sumber yang terakhir adalah pendapat para ahli hukum internasional.
Sejumlah pakar hukum internasional terpercaya diketahui juga kerap membuat rumusanrumusan tentang kewajiban negara dalam menjalankan
isi perjanjian. Contohnya Limburg dan Prinsip Prinsip Maastrich.
Dengan merujuk pada sumbersumber tersebut dapat kita rumuskan tentang apa itu kewajiban menghormati, melindungi dan memenuhi sebagai
berikut:
KEWAJIBAN BATASAN DAN MAKSUD
CONTOH PELAKSANAAN
Menghormati Kewajiban ini mengharuskan Untuk hak untuk hidup negara berkewajiban untuk
negara untuk menghindari tidak melakukan pembunuhan.
tindakantindakan intervensi
negara atau mengambil Untuk hak untuk mendapatkan pekerjaan negara
23
Melindungi
kewajiban negatif
berkewajiban untuk tidak menyingkirkan orang
dari pasar tenaga kerja
Sedangkan untuk kewajiban
melindungi, negara harus
mengambil kewajiban positifnya
untuk menghindari pelanggaran
hak asasi manusia
Hak untuk hidup, negara harus mencabut produk
undangundang yang masih membenarkan
hukuman mati
Sementara untuk hak atas pekerjaan negara harus
mencabut produk hukum nasional yang
Kewajiban untuk melindungi membenarkan penyingkiran orang dari pasar
termasuk pula kewajiban negara tenaga kerja, termasuk disini membuat produk
untuk melakukan investigasi, hukum baru jika belum memilikinya
penuntutan/penghukuman
terhadap pelaku, dan pemulihan Selain itu negara juga harus memastikan bahwa
bagi korban setelah terjadinya institusiinstitusi tersebut, termasuk lembaga
suatu tindak pidana (human righs judisial dapat mengambil tindakantindakan yang
abuse) atau pelanggaran HAM diperlukan guna mencegah praktekpraktek
kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang
(human rights violation)
mana dapat membuat penikmatan hak menjadi
terganggu atau terkurangi
Kegagalan negara untuk mengungkap suatu
kebenaran (right to know), penuntutan dan
penghukuman terhadap pelaku (right to justice),
dan pemulihan bagi korban (right to reparation)
24
merupakan suatu pelanggaran HAM yang baru,
yang sering disebut sebagai impunitas (impunity).
Memenuhi
Untuk Kewajiban ini negara
harus mengambil tindakan
tindakan legislatif, administratif,
peradilan dan langkahlain yang
diperlukan untuk memastikan
bahwa para pejabat negara
ataupun pihak ketiga untuk
melaksanakan penghormatan dan
perlindungan hak asasi manusia
Negara harus melatih institusi kepolisian dan
militer tentang bagaimana melakukan tindakan
tindakan dalam melawan para pengunjuk rasa
ataupun kriminal yang agresif secara profesional
dan effisien.
Sedangkan untuk hak ekonomi, sosial dan budaya,
negara harus memastikan bahwa lembagalembaga
pemerintahan harus mampu memberikan
pelayanan yang memadai kepada warga negara
dan warga asing dalam hal mengakses fasilitas
kesehatan, pendidikan, dan lapangan pekerjaan
dengan mudah dan tidak ada diskriminasi.
Selanjutnya untuk mengukur seberapa serius negara telah menjalankan kewajibankewajiban di atas, hukum hak asasi manusia menentukan
indikatorindikator ukuran dari keseriusan dari setiap negara anggota yaitu indikator struktur, proses dan hasil. Indikatorindikator tersebut
disusun untuk menghindari negara anggota yang menjalankan kewajiban utama mereka dengan setengah hati. Ketiga indikator inilah yang
kemudian menjadi alat untuk menganalisis apakah semua tindakantindakan yang diambil negara telah memenuhi standar kewajiban yang
ditentukan oleh hukum hak asasi manusia atau malah sebaliknya. Pertanyaan kemudian apa saja indikator struktur, proses dan hasil itu? Banyak
orang, bahkan para pembela hak asasi manusia sekalipun, masih belum memahami tentang ketiga indikator ini. Kebanyakan dari mereka
mengira bahwa indikator ini hanya diberlakukan untuk menguji tindakantindakan negara dalam menjalankan penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan hak ekonomi, sosial, dan budaya. Padahal dengan kembali berpijak pada konsep kewajiban menyeluruh dan keterkaitan antara
instrumen yang satu dengan yang lain, maka ketiga indikator ini juga berlaku terhadap aplikasi seluruh standar hak asasi manusia.
25
Tapi kembali ke pertanyaan sebelumnya, apa saja indikator struktur, proses dan hasil itu dan bagaimana cara menggunakannya dalam mengukur
tindakantindakan negara telah sepenuhnya merujuk pada standar pelaksanaan kewajiban menghormati, melindungi, dan memenuhi. Untuk dapat
menjawab pertanyaan tersebut kita perlu merujuk pada dokumen Dokumen Komentar Umum No 3 ICESCR dan Komentar Umum No.31
ICCPR. Kedua dokumen tersebut menjelaskan dengan cukup detail tentang ketiga indikator tersebut.
indikator struktur adalah menyangkut seberapa jauh tindakantindakan yang diambil negara pada di level kewajiban melindungi telah mencakup
langkah seperti memasukkan hak ke dalam konstitusi nasional; mengharmonisasi hukum nasional, dan memastikan bahwa hakhak tersebut
dapat dituntut secara hukum.8
Kedua dokumen itu juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan indikator proses, yaitu sejumlah indikator untuk mengukur kualitas dari
tindakantindakan yang diambil negara terkait dengan kewajiban memenuhi, seperti apakah tindakantindakan tersebut telah mencakup tindakan
legislatif, administratif, peradilan dan tindakantindakan yang diperlukan guna memastikan hak asasi dan kebebasan dasar dilaksanakan.9
Sedangkan untuk indikator hasil adalah merupakan ukuranukuran kualitatif dan kuantitatif atas hasil dari dua langkah sebelumnya, misal
apakah jika negara telah memenuhi indikator struktur dan proses, apakah indikator hasilnya menunjukkan adanya penurunan laporan pengaduan
dari masyarakat terkait dengan praktik pelanggaran yang dilakukan oleh aparatus negara atau pihak ketiga.10
Untuk lebih jelasnya mari kita simulasikan indikatorindikator diatas seperti yang nampak pada tabel di bawah ini:
Ilustrasi analisis atas pelaksanaan hak untuk bebas dari penyiksaaan
Indikator Menghormati
Struktur
Memenuhi
Melindungi
Apakah negara telah
memasukkan hak untuk
bebas dari penyiksaaan ke
8
Lihat. Komentar Umum No.31 ICCPR Para 13: Lihat juga Komentar Umum No 3 ICESCR, Para 6; lihat lebih jauh Komentar Umum No 9 ICESCR, Para 3
Lihat. Komentar Umum No.31 ICCPR Para 14-17: Lihat juga Komentar Umum No 3 ICESCR, Para 8; Lihat juga Komentar Umum No 9 ICESCR, Para 7
10
Lihat. Komentar Umum No.31 ICCPR Para 18-19: Lihat juga Komentar Umum No 3 ICESCR, Para 9-12; Lihat juga Komentar Umum No 9 ICESCR, Para 5-8
9
26
dalam konstitusi nasional?
Apakah hak asasi dan
kebebasan dasar yang
masuk dalam konstitusi
juga
memasukkan
ketentuan bahwa hakhak
tersebut dapat dituntut
melalui mekanisme
hukum?
Apakah negara telah
mengharmonisasi seluruh
produk hukum nasional
dengan
hukum
internasional yang mereka
ratifikasi?
dst
Proses
Apakah negara telah
menyelenggarakan
pelatihan dan pengarahan
kepada seluruh aparatus
untuk
menghindari
tindakantindakan lapangan
yang masuk dalam kategori
27
penyiksaan?
Apakah negara telah
menyediakan buku saku
hak asasi manusia untuk
aparatus negara?
Apakah negara telah
membangun mekanisme
pengawasan dan pengaduan
yang effektif dan mudah
diakses oleh korban?
dst
Hasil
Apakah
Untuk bisa terlibat dalam kerjakerja monitoring dan investigasi hak asasi manusia, seorang pembela hak asasi manusia harus terlebih dahulu
memahami sejarah dan teori dasar hak asasi manusia. Hal ini penting agar pembela hak asasi manusia tidak salah dalam mengidentifikasi dan
menganalisis pelbagai peristiwa pelanggaran hak asasi manusia di wilayahnya. Selain itu dengan pemahaman hak asasi manusia yang kuat
seorang pembela hak asasi manusia akan mampu merumuskan langkahlangkah advokasi penanganannya dengan tepat. Oleh karena itu bab ini
mengajak para pembaca mempelajari sejarah dan teori hak asasi manusia. Namun demikian agar tidak membosankan maka bagian ini akan
memulainya dengan menjawab pertanyaanpertanyaan umum dan khusus yang kerap dilontarkan oleh banyak orang ketika sedang mempelajari
hak asasi manusia.
I.1.1 Sejarah Gerakan Hak Asasi Manusia Internasional dan Apa itu Hak Asasi Manusia
Darimana hak asasi manusia berasal dan halhal apa saja yang melatarbelakangi kemunculannya?
Pertanyaan diatas ini adalah pertanyaan lain yang kerap dilontarkan oleh banyak orang ketika mereka mencoba mencari tahu lebih dalam tentang
hak asasi manusia. Bahkan dalam banyak kasus pertanyaan ini kerap menjadi pertanyaan kunci bagai sejumlah pihak, terutama merekamereka
yang kepentingan ekonomi dan politiknya terganggu dengan hak asasi manusiauntuk membuat orang menolak hak asasi manusia. Ada banyak
versi dan cara pandang yang berbeda dalam melihat asal muasal hak asasi manusia. Ada yang melihat bahwa asal muasal hak asasi manusia
adalah sebagai salah bentuk kesadaran tertinggi masyarakat internasional untuk mencegah terulangnya kembali pelbagai praktik kesewenang
wenangan terhadap umat manusia. yang terus dipertontonkan oleh pemerintahan kolonial, pemerintahan otoriter, dan kelompokkelompok non
negara yang kekuatannya setara dengan negara di pelbagai tempat. Pandangan lainnya adalah hak asasi manusia lahir sebagai salah bentuk hasil
dari negosiasi antara kelompok tertindas dengan para penguasa di masa ke masa. Namun ada juga pandangan yang mengatakan, terutama adalah
negaranegara dari kawasan Asia dan Afrika, bahwa hak asasi manusia adalah lahir dari gagasan negaranegara barat yang diciptakan untuk
mengubah adat istiadat orangorang timur (Asia) sehingga mempermudah negaranegara tersebut untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dan
politik yang mereka inginkan.
Jika banyak pandangan yang berbedabeda dalam melihat asal muasal hak asasi manusia, lantas mana yang harus diikuti? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut nampaknya kita harus melihat tabel di bawah ini agar mempermudah kita mencari jawaban yang tepat.
1
PERIODE
SITUASI DAN KONDISI
EKONOMI POLITIK
Sebelum Masehi Raja adalah utusan tuhan di
dunia sehingga apa yang
dikatakannya adalah hukum.
Akibat dari keadaan ini banyak
penduduk sipil yang harus
menjadi budak dan
diperjualbelikan seperti baran;,
buruh tanpa ada jam kerja dan
gaji yang tidak layak; petani
tidak bertanah dengan uang
sewa lahan dan pajak yang
tinggi.
RESPON
MASYARAKAT
SIPIL
HASIL
Kelompok buruh dan
petani tidak bertanah
melakukan pelbagai
perlawanan, seperti
melakukan mogok kerja
dan berhenti membayar
sewa tanah untuk
meminta
adanya
keadilan kepada raja dan
para
bangsawan
pendukungnya.
hak untuk hidup
Hakhak
kelompok
minoritas
hakhak perempuan
hakhak anak
hak untuk tidak
ditahan sewenang
wenang
Munculah konsep
pengakuan hak dalam
pelbagai kitab suci
agamaagama di dunia
dan ketentuan hukum
Piagam Medina dan
Kitab Hamuraby.
Setelah Masehi
Meskipun telah muncul
konsep hak dalam kita suci
agamaagama di dunia dan
aturan dalam Hamuraby,
Kelompok bu
ruh, petani tak
bertanah dan bangsa
bangsa yang terjajah
1215
Magna Carta,
England
1400
Code of
2
namun kondisi penindasan
dan ekploitasi umat manusia
oleh kalangan raja masih terus
berlanjut. Bahkan praktik
praktik semacam ini terus
berlanjut hingga ke semua
benua karena para raja terus
melakukan ekspansi ke benua
Amerika, Afrika, Asia dan
Australia.
Praktek diskriminasi
terhadap perempuan juga
kembali terjadi dan meluas ke
pelbagai belahan dunia
kembali melakukan
perlawanan atas
praktik sewenang
wenangan para raja
dan bangsawan.
Dengan
membangkang atas
aturan
yang
dikeluarkan oleh raja
mereka menuntut
adanya perubahan
tentang konsep negara
dan perlindungan
warga negara dari
praktik kesewenang
wenangan.
Buah dari per
juangan tersebut
munculkan Magna
Charta pada 1215.
Magna
Charta
memberikan pemba
tasan kekuasaan raja
terhadap kepemilikan
atas tanah dan
pencabutan uang upeti
hasil pertanian kepada
raja.
Nezahualcoyotl,
Aztec
1648 Treaty of
Westphalia, Europe
1689 English Bill of
Rights, England
1776 Declaration of
Independence, United
States
1787 United States
Constitution
1789
French
Declaration on the
Rights of Man and the
Citizen, France
1791 United States
Bill of Rights
1863 Emancipation
Proclamation, United
States
1864Geneva
Conventions,
International Red
Cross
Konsep hak untuk
berpartisipasi aktif
3
Pada Abad 17,
terjadi
revolusi
Prancis
yang
mengakhir kekuasaan
absolut raja, dan
selanjutnya buruh dan
rakyat
Prancis
membentuk sebuah
pemerintahan demo
kratis Prancis dengan
nama
Republik
Prancis. Dalam hal ini
mulai
muncul
pengakuan tentang
hak penduduk dari
negara.
Abad 18, terjadi
revolusi Amerika
dimana penduduk
yang tinggal di benua
Amerika mempro
klamasikan kemer
dekaannya
dari
Kerajaan Inggris
Raya. Kemeredekaan
Amerika
juga
mendorong bangsa
Canada, Mexico,
dalam
proses
pengambilan
keputusankeputusan
politik.
Konsep hak untuk
menentukan nasib
sendiri.
4
Brazil, dan Argentina
memerdekakan diri
dari Prancis, Spanyol
dan Portugal.
Selain
itu
masyarakat inter
nasional
juga
membentuk hukum
perang internasional
sebagai wujud dari
penolakan mereka atas
strategi kotor yang
dipergunakan oleh
bangsabangsa eropa
untuk memenangkan
perang.
Di Amerika dan
New Zealand, pada
1800 sekelompok
perempuan berjuang
menuntut hak untuk
memilih
dalam
pemilu. Kemenangan
pertama mereka dapat
Di New Zealand,
dimana pada 1893
perempuan di wilayah
tersebut mendapatkan
5
haknya untuk memilih
dalam pemilu.
Perang Dunia I
Praktikpraktik
penindasan terhadap kaum
buruh masih terjadi
Praktikpraktik
penjajahan oleh bangsa
bangsa Eropa dan Jepang
terhadap bangsabangsa di
Asia, Afrika, dan Australia
masih juga berlanjut
praktik diskriminasi dan
kampanye pemusnahan
terhadap ras masih juga
berlangsung.
Praktek diskriminasi
terhadap perempuan dan
pembatasan hak sipil dan
politik perempuan masih terus
berlanjut
Masyarakat
internasional
membentuk
International Labor
Organization (ILO)
untuk
melawan
perdagangan budak
dan praktikpraktik
kejam terhadap buruh,
petani dan masyarakat
adat. Selanjutnya ILO
memproduksi
sejumlah Instrumen
hukum
tentang
perlindungan buruh
Masyarakat
internasional juga
membentuk Liga
Bangsa Bangsa (LBB)
untuk mencegah
perang
yang
menggunakan strategi
brutal.
Di Inggris,
Amerika, Australia,
1919
League of
Nations Covenant
1926
Slavery
Convention: Muncul
Konsep hakhak para
buruh yang meliputi;
larangan perbudakan;
kondisi kerja yang
baik; upah yang
memadai; jam kerja
yang manusiawi;
pelarangan buruh
anak; dan lainlain
6
dan
Finlandia
sejumlah organisasi
perempuan menuntut
hak untuk memilih
dan dipilih pada
1900an. Selanjutnya
1902 dan 1906
pemerintah Australia
dan
Finlandia
memberikan
perempuan
hak
pilihnya. Selanjutnya
Pada 1920 Konggres
USA memberikan hak
memilih kepada
perempuan Amerika.
Pada 1928 parlemen
Inggris memberikan
perempuan Inggris
hak memilih dalam
pemilu.
Perang Dunia II
Praktikpraktik
penindasan terhadap kaum
buruh masih terjadi
Praktikpraktik
penjajahan oleh bangsa
Masyarakat
internasional
membentuk PBB
Masyarakat
internasional melalui
1945 United Nations
Charter,
San
Francisco
1947
Mohandas
Gandhi uses non
7
bangsa Eropa dan Jepang
terhadap bangsabangsa di
Asia, Afrika, dan Australia
masih juga berlanjut
praktik diskriminasi dan
kampanye pemusnahan
terhadap ras masih juga
berlangsung
PBB membentuk
Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia
(DUHAM)
Rakyat India
melakukan
perlawanan terhadap
pemerintahan Inggris
pada pertengahan
1920an dan kemudian
membebaskan diri dari
pemerintahan Inggris
pada 1942
Di Indonesia,
sejak
1940an
pergerakan
pembebasan Indonesia
dari Penjajah Belanda
terus meluas dan
kemudian mencapai
puncaknya pada
proklamasi
kemerdekaan pada
1945. Lima tahun
kemudian Belanda dan
Sekutu mengakui
kemerdekaan
Indonesia.
violent protests
leading India to
independence.
1948
Universal
Declaration of Human
Rights (December 10)
American
Declaration of the
Rights and Duties of
Man
Genocide Convention
1950
European
Convention
1951
Convention
Relating to the Status
of Refugees
1959 Declaration on
the Rights of Children
8
Di Benua Afrika,
hal serupa juga terjadi,
meskipun
tidak
seluruhnya mengalami
kesuksesan seperti
negaranegara di Asia.
Perang dingin
Kondisi dunia terbagi
dalam dua blok, yakni blok
Barat dan blok Timur. Blok
Barat di dukung oleh negara
negara seperti USA, Prancis,
Inggris, Spanyol, Jerman
Barat, dan negaranegara non
komunis. Sementara blok
Timur didukung oleh negara
negara seperti Uni Soviet,
Yugoslavia, Jerman Timur,
China dan negaranegara
Eropa bagian Timur Lainnya.
Pertarungan antara blok
Barat dan Timur melahirkan
pemerintahanpemerintahan
otoriter di benua Eropa,
Amerika, Asia dan Afrika.
Baik pemerintahan otoriter
Di
Afrika
Selatan, Nelson
Mandela bersama
sama
dengan
kelompok
pro
demokrasi setempat
mulai
melawan
praktek apartheid di
negara mereka pada
1962.
Di Amerika
Latin, kelompok pro
demokrasi di negara
negara tersebut mulai
melakukan
perlawanan terhadap
pemerintahan otoriter
pada awal 1970an.
Di Asia, pada
1965
International
Convention on the
Elimination of All
Forms of Racial
Discrimination
1966
International
Covenant on Civil and
Political Rights
International
Covenant
on
Economic, Social, and
Cultural Rights
1969
American
Convention
on
Human Rights
1973
International
Convention on the
Suppression and
Punishment of the
9
pro Timur dan pro Barat
mengekang kehidupan sipil,
politik, ekonomi, sosial, dan
budaya penduduknya demi
memenangkan perang dingin.
Pemerintahan otoriter ini juga
memberlakukan praktik
praktik
penculikan,
pembunuhan, penyiksaan dan
praktik hukuman kejam dan
tidak manusiawi terhadap
lawan politik ataupun
kelompok pro demokrasi
Praktek diskriminasi
terhadap
kelompok
perempuan juga masih
berlanjut di Asia, Afrika dan
Amerika Latin.
Eksploitasi terhadap
kaum buruh, petani tidak
bertanah dan kaum miskin
kota masih terus berlanjut di
negaranegara Eropa, Asia,
Afrika, dan Amerika.
pertengahan 1980an
kelompok
pro
demokrasi di negara
negara Asia juga
sedang
gencar
gencarnya melakukan
perlawanan terhadap
pemerintahan otoriter.
Mereka mendorong
adanya reformasi dan
menuntut adanya
pertanggungjawaban
atas
kejahatan
kejahatan hak asasi
manusia oleh rezim
otoriter
Di Indonesia
gerkan ini sendiri
berlangsung sejak
pertengahan 70an dan
baru
berhasil
meruntuhkan rezim
otoriter pada 1998 .
Namun sayangnya
hingga kini belum ada
satu pun pelaku
Crime of Apartheid
International
Convention on the
Elimination
of
Discrimination
Against Women
diadopsi oleh PBB
1984
Konvensi
Internasional
Menentang
Penyiksaan, Hukuman
Keji tidak manusiwi
dan merendahkan
martabat diadopsi
oleh PBB
1986 African Charter
on Human and
People's Rights
diadopsi oleh THE
AFRICAN
COMMISSION ON
HUMAN AND
PEOPLES' RIGHTS
1979
10
kejahatan hak asasi
manusia di masa lalu
yang dijebloskan ke
penjara.
pada awal 1980
organisasiorganisasi
perempuan kembali
memperjuangkan
tentang pelarangan
praktikpraktek
kekerasan
dan
pelecehan seksual baik
di dalam rumah
tangga maupun tempat
bekerja.
Setelah Perang
Dingin Berakhir
Negaranegara komunis
runtuh dan kemudian
menimbulkan
pelbagai
peristiwa kekerasan antar
etnis di sejumlah tempat.
Selain itu pelbagai
peristiwa
kelaparan,
kemiskinan, pengangguran,
anak putus sekolah dan
serangan penyakit berbahaya
Memasuki
1990
terjadi gelombang
reformasi
dan
penyelidikan atas
kejahatan hak asasi
manusia rezim otoriter
di Benua Afrika,
Amerika Latin dan
Asia. Kelompok pro
demokrasi
dan
1983 Convention on
the Elimination of All
Forms
of
Discrimination
against Women
(CEDAW)
diberlakukan secara
hukum
1989
International
Convention on the
11
juga terjadi di pelbagai negara
eks komunis,.
Akibat
kegagalan
program pembanggunan
ekonomi oleh bank dunia dan
negaranegara pro barat di
benua Afrika menyebabkan
pelbagai krisis politik dan
ekonomi di kawasan tersebut
yang kemudian melahirkan
Peristiwa kelaparan, serangan
penyakit
berbahaya,
pengangguran, anak putus
sekolah dan semakin
bertambahnya
jumlah
penduduk yang masuk
kategori orang miskin.
Praktek diskriminasi
terhadap
kelompok
perempuan juga masih
berlanjut di Asia, Afrika dan
Amerika Latin.
Eksploitasi terhadap
kaum buruh, petani tidak
bertanah dan kaum miskin
kota masih terus berlanjut di
negaranegara Asia, Afrika,
dan Amerika.
pembela hak asasi
manusia menyerukan
adanya
pertanggungjawaban
atas praktik kejahatan
hak asasi manusia
oleh rezim otoriter di
selidiki.
pada awal 1990
organisasiorganisasi
perempuan di seluruh
benua
kembali
memperjuangkan
gerakan menentang
praktikpraktek
kekerasan
dan
pelecehan seksual baik
di dalam rumah
tangga maupun tempat
bekerja.
Rights of the Child
1990Konvensi
Internasional
Perlindungan Buruh
Migran
dan
Keluarganya diadopsi
oleh PBB
1998,
the
International Criminal
Tribunal for Rwanda
dibentuk oleh PBB
dan selanjutnya
memasukkan
kejahatan perkosaan
sebagai elemen
kejahatan
dari
geoncida dalam
hukum internasional.
2003 The Protocol to
the African Charter on
Human and Peoples’
Rights on the Rights
of Women in Africa
2006,
Konvensi
Internasional
perlindungan semua
orang dari praktik
penghilang paksa
12
Eksploitasi
dan
perdagangan manusia dan
buruh migran terus meningkat
dan meluas ke seluruh benua.
Laporan tentang Praktik
kekerasan dan pelecehan
seksual terhdap buruh migran
terus meningkat dan menelan
korban yang tidak sedikit
diadopsi oleh PBB
Konvensi hak
hak orang dengan
keterbatasan fisik
permanen dan non
permanen diadop oleh
PBB
2006
Dari paparan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa hak asasi manusia itu berasal dari nilainilai perjuangan menentang penindasan terhadap umat
manusia yang digelorakan oleh banyak orang di pelbagai belahan dunia. Oleh karena itu keliru besar jika ada orang yang berfikiran bahwa hak
asasi manusia itu adalah berasal dari nilainilai barat, karena faktanya dia merupakan buah pemikiran dari banyak nilai dan manusia untuk
mengangkat kehidupan dan martabat manusia.
Apa yang dimaksud dengan hak asasi manusia?
Pertanyaan di atas adalah pertanyaan pertama yang kerap dilontarkan oleh banyak orang pada saat pertama kali mendengar istilah hak asasi
manusia. Hak asasi manusia itu sangatlah luas cakupan dan bentuknya sehingga tidak ada upaya dari para pakar hukum internasional untuk
mencoba mendefinisikan hak asasi manusia. Selain untuk menghindari penyempitan cakupan dan bentuknya, upaya untuk tidak mendefinisikan
hak asasi manusia sebagai salah satu cara bagi para pakar hukum internasional untuk membuat hak asasi manusia berkembang sesuai dengan
kebutuhan zaman. Namun untuk memudahkan orang awam dalam memahaminya sejumlah pakar hukum internasional mencoba merumuskan
apa itu hak asasi manusia dari pelbagai sudut pandang namun saling menguatkan (Nowak: 2003). Berikut ini adalah sejumlah rumusan pakar
hukum internasional tentang apa itu yang dimaksud dengan hak asasi manusia:
1) Hakhak dasar yang memberdayakan manusia untuk membentuk kehidupan mereka sesuai dengan kemerdekaan, kesetaraan, dan rasa
hormat pada martabat manusia
13
2) Hakhak sipil, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan kolektif yang tertuang dalam pelbagai instrumen hak asasi manusia internasional,
regional dan serta dalam konstitusi setiap negara
3) Satusatunya sistem nilai yang diakui secara universal dalam hukum internasional saat ini dan terdiri dari elemen liberalisme, demokrasi,
partisipasi populer, keadilan sosial, berkuasanya hukum dan tata pemerintahan yang baik dan bersih.
Berangkat dari rumusanrumusan tersebut dapat kita katakan bahwa hak asasi manusia memiliki fokus perhatiannya terhadap kehidupan dan
martabat manusia. Artinya adalah hak asasi manusia dibentuk untuk melindungi kehidupan dan martabat manusia dari praktikpraktik sewenang
wenangan dari negara, penguasa kolonial dan atau kelompokkelompok nonnegara yang memiliki kekuatan setara dengan negara terhadap
penduduk sipil.
Apakah hak asasi manusia bertentangan dengan agama, nilainilai budaya dan adat istiadat lokal?
Sejarah telah menunjukkan bahwa agamaagama besar di dunia merupakan sumber awal dari pemikiran tentang hak asasi manusia. Para
perumus hukum Hak asasi manusia mengakui bahwa perkembangan hak asasi manusia selalu merujuk pada seluruh kitab suci agamaagama
samawi (Islam, Katholik, Ptotestan, Budha, dan Hindu) dan agamaagama lainnya. Oleh karena itu para perumus hak asasi manusia tidak melihat
adanya pertentangan antara agamaagama di dunia dengan konsep hak asasi manusia. Bahkan adanya pandangan dominan di sejumlah negara
yang menyebutkan bahwa hak asasi manusia bertentangan dengan kitab suci umat Islam adalah pandangan yang keliru. Karena bagaimanapun
juga hukum hak asasi manusia secara eksplisit menyebutkan bahwa kebebasan untuk memeluk agama, keyakinan tertentu adalah hak
fundamental sehingga tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.1
Adanya pandangan dominan di kalangan pemerintahanpemerintahan dimana islam merupakan agama mayoritas bahwa hukum hak asasi
manusia bertentangan dengan hukum sharia'a. Pandangan ini mereka ungkapkan sebagai bentuk respon atas kritik dan kecaman para pengamat,
pekerja, dan ahli hukum hak asasi manusia (terutama yang berasal dari kalangan barat dan sekuler) terhadap buruknya praktik hak asasi manusia
di negara islam. Namun pandangan dominan ini adalah pandangan yang keliru dan salah menempatkan kritik para pengamat, pekerja dan ahli
hukum hak asasi manusia sebagai bukti dari argumen mereka ini. Pada dasarnya kritik para pengamat, pekerja dan ahli hukum hak asasi manusia
bukan diarahkan untuk mengatkan bahwa islam dan hukum shari'a bertentangan dengan hukum hak asasi manusia. Kritik mereka pada dasarnya
diarahkan untuk mengecam pemerintahanpemerintahan itu sendiri yang cenderung otoriter, anti hak asasi manusia dan dalam tataran tertentu
1
Lihat, Komentar Umum No.22 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik, Para 1-5.
14
kerap menggunakan hukum sharia'a sebagai tameng untuk menghindar dari tanggungjawab yang dibebankan hukum hak asasi manusia
internasional kepada mereka (Badaawi: 2002).
Demikian pula dengan nilai budaya dan adat istiadat lokal, hak asasi manusia tidak melihat adanya sebuah pertentangan. Para perumus hak asasi
manusia melihat bahwa adanya praktikpraktik budaya dan adat istiadat yang dianggap bertentangan dengan hak asasi manusia adalah hal yang
kurang tepat. Karena secara jelas disebutkan dalam hukum hak asasi manusia internasional bahwa pilihanpilihan setiap individu ataupu
kelompok untuk menjalankan aktivitas budaya dan adat istiadatnya tidaklah ditentang malah sebaliknya justru dilindungi. Hukum hak asasi
manusia hanya melarang dan mengecam praktikpraktik budaya ataupun ritual yang dijalankan dengan cara dipaksakan kepada orangorang
yang tidak percaya ataupun tidak meyakini praktikpraktik tersebut.2
Apakah hak asasi manusia bertentangan dengan konsep kedaulatan negara?
Pada dasarnya hak asasi manusia mengakui dan menghormati kedaulatan negara. Adanya pandanganpandangan yang menyebutkan bahwa hak
asasi manusia mengganggu kedaulatan negara adalah hal yang keliru dan mengadaada. Bagaimanapun juga Piagam PBB Pasal 2 (1)
menyatakan dengan jelas bahwa kesetaraan dan kedaulatan negara sebagai prinsip dasar hukum internasional. Selanjutnya Pasal 2 (7) kembali
menegaskan adanya semangat nonintervensi dalam masalah dalam negeri. Oleh karena itu hak asasi manusia secara jelas mengakui,
menghormati dan melindungi kedaulatan negara. Bahkan dalam tataran tertentu hukum hak asasi manusia lebih memberikan tanggungjawab
utama terhadap otoritas nasional. Tak heran jika kemudian prosedurprosedur pencarian fakta, pelaporan, penerimaan pengaduan individu oleh
Komisi HAM PBB dan tindakantindakan yang mengikat yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB, bukanlah dalam rangka menghilangkan
kedaulatan negara( Nowak: 2003). Langkahlangkah ini disusun oleh seluruh anggota PBB dan masyarakat internasional sebagai salah bentuk
kesadaran bersama bahwa perlindungan hak asasi manusia merupakan kepedulian komunitas internasional.
Selain itu, bahwa prosedurprosedur yang ada di Komisi HAM dan Dewan Keamanan PBB tidak dapat diambil jika negara yang bersangkutan
tidak memberikan izin atau tidak mengundang. Sehingga dalam banyak kasus prosedurprosedur tersebut tidak dapat bekerja dengan optimal dan
efektive karena banyak negaranegara anggota yang tidak memberikan izin atau mengundang komisi penyelidik, pelapor khusus ataupun
menolak tuduhantuduhan yang dilaporkan oleh warga negaranya kepada Komisi.
2
Ibid.,
15
Bagaimana cara masyarakat dunia memastikan hak asasi manusia itu dapat dinikmati oleh setiap umat manusia?
Setidaknya sejak Perang Dunia Kedua, komunitas internasional membangun standarstandar hukum yang mengikat secara internasional untuk
memastikan setiap manusia di dunia dapat menikmati hak asasi manusia. Setidaknya hingga saat ini, komunitas internasional telah berhasil
membuat sejumlah besar naskah hukum hak asasi manusia baik di tingkat internasional dan regional. Selain itu mereka juga telah membangun
sebuah mekanisme pemantauan dan badanbadan pemantauan internasional dan regional. Bahkan mekanisme dan badanbadan pemantauanya
dilengkapi dengan mandat dan kewenangan untuk melakukan pemantauan dengan pelbagai macam cara, seperti: meminta negaranegara anggota
memberikan laporan secara periodik dan atau jika diminta; menerima pengaduan antar negaranegara anggota; menerima laporan individu; dan
mengirimkan pelapor khusus ke negaranegara anggota secara reguler.Berikut ini adalah sejumlah instrumen hukum dan badan pemantau hak
asasi internasional dan regional:
LEVEL
INSTRUMEN
Internasional Sidang rutin tahunan
Universal Periodic Review
Prosedur Khusus 1503
BADAN PEMANTAU
Dewan Hak Asasi
Manusia
Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik (ICCPR)
(Sudah ada 164 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Hak Asasi
Manusia
Kovenan Internasional Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
(ICESCR)
(Sudah ada 160 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Hak Ekonomi,
Sosial, dan Budaya
Konvensi Internasional Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial (CERD)
(Sudah ada 173 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Penghapusan
Diskriminasi Rasial
Konvensi Internasional Menentang Penyiksaan(CAT)
(Sudah ada 146 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Menentang
Penyiksaan
16
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan (CEDAW)
(Sudah ada 185 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Penghapusan
Diskriminasi Terhadap
Perempuan
Konvensi Hak Anak (CRC)
(Sudah ada 193 Negara Pihak, Indonesia sudah meratifikasi)
Komite Hak Anak
Konvensi Perlindungan Buruh Migran dan Keluarganya
(ICMWR)
(Sudah ada 41 Negara Pihak, Indonesia belum meratifikasi)
Komite Perlindungan
Buruh Migran dan
Keluarganya
Konvensi HakHak Difabel/Penyandang Cacat (CRPD)
(Sudah ada 51 Negara Pihak, Indonesia sudah tanda tangan
tetapi belum meratifikasi)
Komite
Difabel
Konvensi Perlindungan Semua Orang Dari Penghilangan Paksa Belum ada
(Baru ada 10 Negara Pihak, bisa berlaku bila sudah ada 20
(Menunggu
Negara Pihak, Indonesia belum meratifikasi)
ratifikasi)
Benua Eropa Konvensi Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR)
Pengadilan HAM
Pengaduan AntarNegara
Pengaduan Individual
HakHak
20
Dewan Eropa
Piagam Sosial Eropa
Komite Para Menteri
Konvensi Eropa untuk Pencegahan Tindak Penyiksaan (ECPT)
Komite Eropa untuk
Pencegahan Penyiksaan
dan Perlakuan atau
Hukuman yang Tidak
Manusiawi
atau
Merendahkan Martabat
17
Konvensi Kerangka Kerja Eropa untuk Perlindungan Kelompok Komite Para Menteri
Minoritas Nasional
dan dibantu oleh
Komite Pakar
Piagam Eropa untuk Bahasa Regional dan Minoritas
idem
Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia dan Biomedis
Sekretaris Jenderal
Dewan Eropa dan
Pengadilan HAM Eropa
sebagai penasihat
Badanbadan di luar perjanjian
Benua
Amerika
Komisaris
Eropa untuk
HAM
Komisi Eropa
Menentang
Rasisme dan
Intoleransi
(ECRI)
Piagam Organisasi Negara Negara Amerika (OAS)
Dewan OAS
Pengaduan Individu
Pengadilan HAM
Negara Negara Amerika
Konvensi HAM Negara Negara Amerika
Komisi HAM Negara
Negara Amerika
18
Benua
Afrika
Indonesia
Perjanjian Afrika Terhadap Hak Asasi Manusia dan Rakyat
(Piagam Banjul)
Prosedur pelaporan negara
prosedur pengaduan individu
prosedur pengaduan antar negara
Komisi Hak
Manusia dan
Bangsa Negara
Negara Afrika
Pengadilan
Afrika Hak
Asasi Manusia
dan Bangsa
Piagam Afrika Tentang Hak Asasi Manusia
Komisi Afrika
Mengenai Hak Hak
Manusia dan Bangsa
Bangsa
Piagam Afrika Tentang Hak dan Kesejahteraan Anak
Komite Ahli Hak Asasi
Manusia dan
Kesejahteraan Anak
UUD 1945 Amandement ke II
Tidak ada
UU No.39/1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Komnas HAM
UU No.40/2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Rasial
Komnas HAM
UU No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM
Komnas HAM,
Kejaksaan Agung dan
Pengadilan HAM
UU Ratifikasi:
Tidak ada
19
UU No.11/2005 Tentang Ratifikasi ICESCR
UU No.12/2005 Tentang Ratifikasi ICCPR
Namun demikian perlu untuk diketahui bahwa upayaupaya komunitas internasional untuk memastikan bahwa seluruh standar dan mekanisme
pemantauan hak asasi manusia ini masih terus berlanjut hingga saat ini. Masih banyaknya kelemahankelemahan dari setiap standar dan
mekanisme pemantauan menjadi dasar bagi komunitas internasional untuk terus menguatkan seluruh standar dan mekanisme tersebut, termasuk
disini mengembangkan standarstandar baru yang relevan dengan perkembangan ekonomi politik internasional, regional dan nasional.
I.1.2. Teori Dasar Hak Asasi Manusia
Hingga saat ini masih banyak orangorang di pelbagai tempat, termasuk orangorang Indonesia, yang melihat hak asasi manusia tak ubahnya
seperti macan ompong. Standarstandar hukum internasional dan nasional hanya menjadi tumpukan dokumen, tanpa bisa menjawab masalah
ketidakadilan yang masih terus dirasakan oleh banyak orang di pelbagai tempat. Namun apakah skeptisme sebagian besar orangorang ini sudah
berada pada tempatnya? Jawabannya adalah tidak sepenuhnya benar. Karena praktik penegakan hak asasi manusia yang dilakukan oleh
pemerintahan, termasuk pemerintah Indonesia, tidak sepenuhnya mengikuti teori dasar dan praktik dari hak asasi manusia. Oleh karena itu untuk
dapat menguji seberapa jauh negaranegara di dunia telah secara konsekuen menjalankan hak asasi manusia, ada baiknya jika kita terlebih
dahulu melihat ulang teori dasar dan aplikasi hak asasi manusia.
Apa saja prinsip dasar hak asasi manusia?
Pada dasarnya aplikasi hak asasi manusia harus merujuk pada tiga prinsip dasar yang telah digariskan oleh para pakar hukum internasional.
Tanpa ketiga prinsip dasar tersebut maka bisa dipastikan bahwa standarstandar hak asasi manusai internasional, regional dan nasional tidak
dapat diaplikasikan atau kalau pun diaplikasi pasti praktiknya akan menyimpang dari teori dasarnya. Para pakar hukum hak asasi manusia
internasional merumuskan tiga prinsip dasar yaitu, prinsip universal dan tidak dapat dibagi; saling bergantung dan terkait; setara dan non
diskriminasi.
Universal dan tidak dapat dibagi maksudnya adalah bahwa hak asasi manusia itu berlaku secara menyeluruh atau dengan kata lain hak asasi
manusia itu harus tetap dilindungi dan dimajukan di setiap negara tanpa memandang sisitem politik, ekonomi, budaya, kekhususan nasional dan
20
regional.3 Oleh karena itu pandangan bahwa hak asasi manusia adalah produk barat atau produk negaranegara kapitalisme atau bertentangan
dengan nilainilai ketimuran sudah terbantahkan.
Selanjutnya prinsip dasar kedua adalah saling terkait dan bergantung. Prinsip kedua ini mensyaratkan bahwa seluruh standar hak asasi manusia
(instrumen) berikut dengan hakhak yang diakuinya harus dijalankan secara bersamaan. Karena antara instrumen yang satu dengan yang lainnya
serta antara hak yang satu dengan hak yang lainnya itu saling terkait dan bergantung. 4 Tidak dibenarkan praktikpraktik pengutamaan
penikmatan instrumen ataupun hak oleh suatu negara dengan dalih apapun. Misalnya penikmatan hak ekonomi, sosial, dan budaya tidak
dipenuhi jika hak sipil dan politik tidak bisa dinikmati. Demikian halnya dengan penikmatan hakhak perempuan, anakanak dan kelompok
minoritas, kelompokkelompok khusus ini tidak dapat menikmati hakhak khusus mereka jika hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya
mereka dibatasi atau dihilangkan.
Kemudian hak asasi manusia juga memiliki prinsip setara dan nondiskriminasi, maksudnya adalah bahwa hak asasi manusia itu adalah hak
setiap orang, tanpa memandang latarbelakang ras, suku, agama, bahasa, budaya, jenis kelamin, warna kulit dan afiliasi politik. 5 Oleh karena itu
tidak seorang pun atau kelompok manapun atau pemerintahan model apapun yang dapat menghilangkan hak setiap manusia yang tinggal di
jagad raya ini untuk menikmati hak asasi manusia dan kebebasan dasarnya dengan dalih apapun dan atau dalam keadaan apapun.
Siapa yang berkewajiban untuk memastikan hak asasi manusia dapat dinikmati oleh setiap orang?
Dengan pejabaran ketiga prinsip dasar hak asasi manusia ini jelaslah sudah bahwa hak asasi manusia itu bersifat universal, saling bergantung dan
terkait serta menjunjung asas kesetaraan dan nondiskriminasi. Lantas pertanyaan selanjutnya adalah siapa pihak yang berkewajiban untuk
memastikan setiap manusia menikmati hak asasi dan kebebasan dasarnya? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut mari kita lanjutkan
pembahasan kita denggan topik pemangku kewajiban dari pemenuhan penikmatan hak asasi manusia di bawah ini.
Ketika membicarakan tentang siapa yang berkewajiban untuk memenuhi penikmatan hak asasi manusia banyak pihak, terutama pihak
pemerintahan di banyak negara termasuk Indonesia, selalu mencoba mengaburkan pertanyaan tersebut dengan melontarkan pernyataan “bahwa
3
Lihat., Apa itu Hak Asasi Manusia di http://www.ohchr.org/EN/Issues/Pages/WhatareHumanRights.aspx, diakses 8 April 2009
Ibid.,
5
Ibid.,
4
21
pihak yang berkewajiban mememuni hak asasi manusia adalah semua orang.” Pernyataan ini biasanya mereka lontarkan bukan karena mereka
tidak memahami konsep kewajiban negara dalam hukum hak asasi manusia. Akan tetapi merupakan bagian dari strategi mereka untuk
menghindar dari kewajibankewajiban mereka atas praktik pelanggaran dan kejahatan hak asasi manusia yang terjadi di wilayah teritori mereka.
Pada dasarnya konsep pemangku kewajiban pemenuhan hak asasi manusia dalam hukum hak asasi manusia internasional sangatlah jelas yaitu
adalah “negara”. Hampir seluruh instrumen hukum hak asasi manusia internasional, regional, dan nasional selalu menyebutkan di bagian awal
bahwa negara adalah pihak yang memangku kewajiban pemenuhan hak asasi manusia. Penunjukkan oleh hukum hak asasi manusia ini semata
mata didasari oleh teori hukum internasional yang menempatkan negara sebagai pihak utama dan menentukan dalam keberhasilan penikmatan
hak asasi manusia di seluruh dunia. Bagaimanapun juga negara adalah institusi yang secara politik dan hukum legitimate untuk mengerahkan
seluruh alatalat kenegaraan guna memastikan seluruh rakyatnya dapat menikmati hak asasi dan kebebasan dasarnya. 6 Selain itu, teori hukum
internasional lainnya juga menyebutkan bahwa agar hukum internasional tidak merusakan kedaulatan sebuah negara, maka hukum internasional
menempatkan negara sebagai pihak yang berkewajiban memastikan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dapat dinikmati semua rakyatnya.7
Apa saja kewajibankewajiban utama negara?
Pada dasarnya konsep tiga kewajiban ini merujuk pada teori status dari Georg Jellinek, yang mana menjelaskan tentang kewajiban negati dan
kewajiban positif (Nowak: 2003). Kewajiban negatif ini adalah bahwa negara tidak boleh mancampuri atau melakukan intervensi atas hakhak
sipil warga negara. Sedang kewajiban positif adalah bahwa negara harus mengambil langkahlangkah aktif atau layanan positif terhadap hak
ekonomi, sosial, dan budaya. Namun demikian sejalan dengan perjalanan waktu tersebut, para pakar hukum internasional melihat bahwa teori
tersebut sudah ketinggalan zaman atau tidak mampu lagi mengikuti dinamika ekonomi politik internasional, regional, dan nasional yang
mempengaruhi penikmatan hak asasi dan kebebasan dasar. Dengan mempelajarai pelbagai hambatan penegakan hak asasi manusia seperti kasus
kekerasan dalam rumah tangga, praktikpraktik pelanggaran oleh pihak non negara (pihak ketiga), para pakar hukum internasional
memformulasikan ulang teori kewajiban negara tersebut (Nowak: 2003). Dengan mengatakan bahwa pemisahan kewajiban negatif dan positif
oleh negara saat menjalankan kewajiban yang dibebankan hukum hak asasi manusia membuat banyak orang masih terlanggar hak asasi dan
kebebasan dasarnya, para pakar kemudian merumuskan ulang kewajiban tersebut menjadi negara berkewajiban untuk menghormati,
melindungi, dan memenuhi hak asasi manusia secara menyeluruh. (Lihat, Nowak: 2003). Rumusan ini menjadi semakin menguat ketika konsep
6
Lihat Piagam PBB Pasal 2 (1) & (7)
Ibid.,
7
22
ketakterpisahan dan saling bergantung hak asasi manusai telah mendapatkan pengakuan dari 171 negaranegara anggota PBB pada Konferensi
Dunia di Wina 1993, dengan wujud Deklarasi Wina 1993 Dan Program Aksi.
Apa yang dimaksud dengan kewajiban menghormati, melindungi dan memenuhi?
Untuk melihat batasan dari tiga kewajiban tersebut kita memiliki banyak rujukan. Rujukan yang pertama adalah instrumen hukum hak asasi
manusia. Hampir setiap instrumen hak asasi manusia mencantumkan tentang apa yang dimaksud dengan kewajiban menghormati, melindungi
dan memenuhi. Sumber kedua adalah Komentar Umum ataupun Rekomendasi Umum yang dibuat oleh Badanbadan pemantauan perjanjian.
Hampir setiap badan perjanjian selalu membuat penjelasan lebih rinci tentang apa yang dimaksud dengan tiga kewajiban yang dijelaskan di
dalam perjanjian. Penjelasan ini mereka buat agar negara tidak menafsirkan pasalpasal tersebut sekehendak hatinya. Contohnya adalah baru
baru ini Komite Hak Asasi Manusia mengeluarkan Komentar Umum No.31 Kovenan Internasional Hak Sipil dan Politik tentang Sifat
Kewajiban Hukum Umum Negaranegara Pihak pada Kovenan. Dengan menggantikan Komentar Umum No 3, Komite Hak Asasi Manusia
menjelaskan tentang konsep kewajiban negara dalam hal menghormati, melindungi dan memenuhi yang juga harus menyertakan kewajiban
positif dan negatif dalam mengambil tindakantindakan yang diperlukan untuk menjamin penikmatan hak asasi manusia. Sumber ketiga adalah
yurisprudensi yang dibuat oleh badanbadan pemantau perjanjian ataupun piagam. Biasanya badanbadan ini juga membuat penjelasan
penjelasan lebih lanjut tentang tiga kewajiban dasar negara tersebut. Dan sumber yang terakhir adalah pendapat para ahli hukum internasional.
Sejumlah pakar hukum internasional terpercaya diketahui juga kerap membuat rumusanrumusan tentang kewajiban negara dalam menjalankan
isi perjanjian. Contohnya Limburg dan Prinsip Prinsip Maastrich.
Dengan merujuk pada sumbersumber tersebut dapat kita rumuskan tentang apa itu kewajiban menghormati, melindungi dan memenuhi sebagai
berikut:
KEWAJIBAN BATASAN DAN MAKSUD
CONTOH PELAKSANAAN
Menghormati Kewajiban ini mengharuskan Untuk hak untuk hidup negara berkewajiban untuk
negara untuk menghindari tidak melakukan pembunuhan.
tindakantindakan intervensi
negara atau mengambil Untuk hak untuk mendapatkan pekerjaan negara
23
Melindungi
kewajiban negatif
berkewajiban untuk tidak menyingkirkan orang
dari pasar tenaga kerja
Sedangkan untuk kewajiban
melindungi, negara harus
mengambil kewajiban positifnya
untuk menghindari pelanggaran
hak asasi manusia
Hak untuk hidup, negara harus mencabut produk
undangundang yang masih membenarkan
hukuman mati
Sementara untuk hak atas pekerjaan negara harus
mencabut produk hukum nasional yang
Kewajiban untuk melindungi membenarkan penyingkiran orang dari pasar
termasuk pula kewajiban negara tenaga kerja, termasuk disini membuat produk
untuk melakukan investigasi, hukum baru jika belum memilikinya
penuntutan/penghukuman
terhadap pelaku, dan pemulihan Selain itu negara juga harus memastikan bahwa
bagi korban setelah terjadinya institusiinstitusi tersebut, termasuk lembaga
suatu tindak pidana (human righs judisial dapat mengambil tindakantindakan yang
abuse) atau pelanggaran HAM diperlukan guna mencegah praktekpraktek
kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga yang
(human rights violation)
mana dapat membuat penikmatan hak menjadi
terganggu atau terkurangi
Kegagalan negara untuk mengungkap suatu
kebenaran (right to know), penuntutan dan
penghukuman terhadap pelaku (right to justice),
dan pemulihan bagi korban (right to reparation)
24
merupakan suatu pelanggaran HAM yang baru,
yang sering disebut sebagai impunitas (impunity).
Memenuhi
Untuk Kewajiban ini negara
harus mengambil tindakan
tindakan legislatif, administratif,
peradilan dan langkahlain yang
diperlukan untuk memastikan
bahwa para pejabat negara
ataupun pihak ketiga untuk
melaksanakan penghormatan dan
perlindungan hak asasi manusia
Negara harus melatih institusi kepolisian dan
militer tentang bagaimana melakukan tindakan
tindakan dalam melawan para pengunjuk rasa
ataupun kriminal yang agresif secara profesional
dan effisien.
Sedangkan untuk hak ekonomi, sosial dan budaya,
negara harus memastikan bahwa lembagalembaga
pemerintahan harus mampu memberikan
pelayanan yang memadai kepada warga negara
dan warga asing dalam hal mengakses fasilitas
kesehatan, pendidikan, dan lapangan pekerjaan
dengan mudah dan tidak ada diskriminasi.
Selanjutnya untuk mengukur seberapa serius negara telah menjalankan kewajibankewajiban di atas, hukum hak asasi manusia menentukan
indikatorindikator ukuran dari keseriusan dari setiap negara anggota yaitu indikator struktur, proses dan hasil. Indikatorindikator tersebut
disusun untuk menghindari negara anggota yang menjalankan kewajiban utama mereka dengan setengah hati. Ketiga indikator inilah yang
kemudian menjadi alat untuk menganalisis apakah semua tindakantindakan yang diambil negara telah memenuhi standar kewajiban yang
ditentukan oleh hukum hak asasi manusia atau malah sebaliknya. Pertanyaan kemudian apa saja indikator struktur, proses dan hasil itu? Banyak
orang, bahkan para pembela hak asasi manusia sekalipun, masih belum memahami tentang ketiga indikator ini. Kebanyakan dari mereka
mengira bahwa indikator ini hanya diberlakukan untuk menguji tindakantindakan negara dalam menjalankan penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan hak ekonomi, sosial, dan budaya. Padahal dengan kembali berpijak pada konsep kewajiban menyeluruh dan keterkaitan antara
instrumen yang satu dengan yang lain, maka ketiga indikator ini juga berlaku terhadap aplikasi seluruh standar hak asasi manusia.
25
Tapi kembali ke pertanyaan sebelumnya, apa saja indikator struktur, proses dan hasil itu dan bagaimana cara menggunakannya dalam mengukur
tindakantindakan negara telah sepenuhnya merujuk pada standar pelaksanaan kewajiban menghormati, melindungi, dan memenuhi. Untuk dapat
menjawab pertanyaan tersebut kita perlu merujuk pada dokumen Dokumen Komentar Umum No 3 ICESCR dan Komentar Umum No.31
ICCPR. Kedua dokumen tersebut menjelaskan dengan cukup detail tentang ketiga indikator tersebut.
indikator struktur adalah menyangkut seberapa jauh tindakantindakan yang diambil negara pada di level kewajiban melindungi telah mencakup
langkah seperti memasukkan hak ke dalam konstitusi nasional; mengharmonisasi hukum nasional, dan memastikan bahwa hakhak tersebut
dapat dituntut secara hukum.8
Kedua dokumen itu juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan indikator proses, yaitu sejumlah indikator untuk mengukur kualitas dari
tindakantindakan yang diambil negara terkait dengan kewajiban memenuhi, seperti apakah tindakantindakan tersebut telah mencakup tindakan
legislatif, administratif, peradilan dan tindakantindakan yang diperlukan guna memastikan hak asasi dan kebebasan dasar dilaksanakan.9
Sedangkan untuk indikator hasil adalah merupakan ukuranukuran kualitatif dan kuantitatif atas hasil dari dua langkah sebelumnya, misal
apakah jika negara telah memenuhi indikator struktur dan proses, apakah indikator hasilnya menunjukkan adanya penurunan laporan pengaduan
dari masyarakat terkait dengan praktik pelanggaran yang dilakukan oleh aparatus negara atau pihak ketiga.10
Untuk lebih jelasnya mari kita simulasikan indikatorindikator diatas seperti yang nampak pada tabel di bawah ini:
Ilustrasi analisis atas pelaksanaan hak untuk bebas dari penyiksaaan
Indikator Menghormati
Struktur
Memenuhi
Melindungi
Apakah negara telah
memasukkan hak untuk
bebas dari penyiksaaan ke
8
Lihat. Komentar Umum No.31 ICCPR Para 13: Lihat juga Komentar Umum No 3 ICESCR, Para 6; lihat lebih jauh Komentar Umum No 9 ICESCR, Para 3
Lihat. Komentar Umum No.31 ICCPR Para 14-17: Lihat juga Komentar Umum No 3 ICESCR, Para 8; Lihat juga Komentar Umum No 9 ICESCR, Para 7
10
Lihat. Komentar Umum No.31 ICCPR Para 18-19: Lihat juga Komentar Umum No 3 ICESCR, Para 9-12; Lihat juga Komentar Umum No 9 ICESCR, Para 5-8
9
26
dalam konstitusi nasional?
Apakah hak asasi dan
kebebasan dasar yang
masuk dalam konstitusi
juga
memasukkan
ketentuan bahwa hakhak
tersebut dapat dituntut
melalui mekanisme
hukum?
Apakah negara telah
mengharmonisasi seluruh
produk hukum nasional
dengan
hukum
internasional yang mereka
ratifikasi?
dst
Proses
Apakah negara telah
menyelenggarakan
pelatihan dan pengarahan
kepada seluruh aparatus
untuk
menghindari
tindakantindakan lapangan
yang masuk dalam kategori
27
penyiksaan?
Apakah negara telah
menyediakan buku saku
hak asasi manusia untuk
aparatus negara?
Apakah negara telah
membangun mekanisme
pengawasan dan pengaduan
yang effektif dan mudah
diakses oleh korban?
dst
Hasil
Apakah