Kecepatan dan Konsensus dalam Keputusan

Samuel Tarigan

  Management Department, STIE-HB Jln. Dipatiukur 80-84

  1 samuel_tariganithb.ac.id

  Abstract— Consensus and strategic decision making speed are

  keterkaitan penting antara content dan process (Huff dan

  two decision process outcomes that are important in the field of

  Reger, 1987 dalam Rajagopalan, Rasheed, dan Datta, 1993).

  strategy process because their influence on a firm’s performance

  Penelitian mengenai strategy process memiliki fokus pada

  (Rajagopalan, Rasheed, and Datta 1993), especially in high

  proses bagaimana keputusan stratejik dihasilkan dan

  velocity environment (Eisenhardt, 1989). This literature review was conducted by identifying previous studies on both constructs

  diimplementasikan,

  serta

  faktor-faktor yang

  in order to gain insights on their consequences on firm

  mempengaruhinya. Dalam ranah strategy process, kecepatan

  performance as well as their antecedents. Results show that 1)

  dan konsensus adalah dua konstruk yang sering dianggap

  both strategic decision speed and consensus generally improve

  sebagai trade-off bagi kinerja sebuah organisasi (Roberto,

  firm performance, and 2) their antecedents can be related to

  individual, top management team, process, organization, or

  Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecepatan

  industry factors. Further research can be done empirically in

  keputusan stratejik dapat meningkatkan kinerja perusahaan,

  order to build understanding on whether both constructs can be

  khususnya di lingkungan yang sangat cepat berubah dari segi

  achieved simultaneously by top management team such that the

  teknologi, regulasi, dan pasar, sebuah lingkungan yang disebut

  success of strategy execution (Dooley, Fryxell, and Judge, 2000) and the firm’s overall performance can be improved especially in

  dengan high velocity environment (misalnya Eisenhardt,

  high velocity environment

  1989). Contoh lingkungan high velocity adalah industri

  telekomunikasi, media dan industri teknologi informasi

  Keywords — strategy process, strategic decision speed,

  (telematika). Sebagai contoh, di sektor telekomunikasi

  perubahan pasar, regulasi dan teknologi dalam kurun waktu

  consensus, commitment, strategy implementation

  15 tahun terakhir sangat pesat, terutama dengan munculnya

  teknologi komunikasi selular dan digital, serta semakin

  Abstrak— Konsensus dan kecepatan keputusan stratejik adalah

  dua keluaran proses keputusan yang menjadi konstruk penting

  matangnya infrastruktur dan meningkatknya penetrasi

  dalam proses strategi karena berpengaruh pada kinerja

  teknologi di tengah-tengah masyarakat. Dalam situasi tersebut,

  perusahaan (Rajagopalan, Rasheed, dan Datta 1993) terutama di

  kecepatan keputusan stratejik menjadi penting. Namun

  lingkungan high velocity (Eishenhardt, 1989). Studi literatur ini

  beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa di samping

  dilakukan dengan cara mengidentifikasi penelitian-penelitian

  kecepatan keputusan, konsensus menjadi faktor yang penting

  terdahulu menyangkut kedua konstruk tersebut untuk

  diperhatikan untuk mencapai dukungan dan komitmen dari

  memahami pengaruhnya pada kinerja perusahaan dan

  seluruh anggota tim manajemen puncak (TMP) pada saat

  anteseden-anteseden dari keduanya. Hasil menunjukkan bahwa

  implementasi keputusan (misalnya Dooley, Fryxell, dan Judge,

  1) baik kecepatan keputusan stratejik maupun konsensus pada umumnya meningkatkan kinerja, dan 2) anteseden keduanya

  2000). Dengan demikian baik kecepatan keputusan stratejik

  dapat berada pada tingkat individu, tim manajemen puncak,

  maupun konsensus berpotensi

  mempengaruhi kinerja

  proses, organisasi, dan industri. Penelitian selanjutnya dapat

  perusahaan, karena keduanya menentukan kecepatan respon

  dilakukan secara empirik untuk memahami apakah keduanya

  perusahaan terhadap perubahan lingkungan dan kemampuan

  dapat dicapai secara bersamaan oleh manajemen puncak

  perusahaan dalam mengeksekusi strateginya.

  sehingga meningkatkan keberhasilan eskekusi strategi (Dooley,

  Studi literatur dalam artikel ini dilakukan dengan tujuan

  Fryxell, dan Judge, 2000), dan kinerja perusahaan secara

  untuk memahami pengaruh kedua konstruk tersebut terhadap

  keseluruhan, terutama di lingkungan high velocity.

  kinerja perusahaan serta anteseden-anteseden dari kedua konstruk tersebut. Hasilnya akan dapat menjadi dasar teoretis

  Kata kunci — proses keputusan, kecepatan keputusan stratejik,

  untuk mengembangkan model-model penelitian empirik konsensus, komitmen, implementasi strategi. kuantitatif bagi penelitian selanjutnya dalam rangka memahami apakah dengan kondisi anteseden tertentu, kedua

  I. PENDAHULUAN

  konstruk tersebut dapat dicapai secara bersamaan oleh tim

  Penelitian-penelitian dalam bidang manajemen stratejik

  meningkatkan kinerja

  dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori: strategy content

  perusahaan yang bergerak di lingkungan high velocity.

  dan strategy process (Rajagopalan, Rasheed, dan Datta, 1993). Minat yang semakin besar untuk melakukan penelitian

  II. STUDI LITERATUR

  strategy process berkembang sejalan dengan kesadaran akan

  2.1 Keputusan Stratejik

  berbeda, kepentingan pribadi dan ketidakseimbangan power; 5)

  Sebuah keputusan pada hakekatnya adalah komitmen

  garbage can, di mana pengambilan keputusan dipandang

  (biasanya komitmen sumberdaya) untuk mengambil tindakan

  sebagai pertemuan serentak antara choice opportunities, solusi

  tertentu (Mintzberg, Raisinghani dan Theoret, 1976 p. 246)

  masalah, partisipan, dan masalah (Eisenhardt dan Zbaracki,

  sehingga keputusan stratejik dapat diartikan sebagai komitmen

  1992 p. 27); 6) bureaucratic yang memiliki fokus pada

  untuk mengambil sebuah tindakan yang bersifat stratejik.

  pengaruh rutin, sistem, dan struktur organisasi terhadap proses

  Ghemmawat (1991), March dan Simon (1958) dan Porter

  pengambilan keputusan (Fredrickson, 1985; Lechner dan

  (1980) mendefinisikan keputusan stratejik sebagai keputusan- Muller-Stewens, 2000; Rajagopalan, Rasheed dan Datta, keputusan yang tidak dapat diprogram yang melibatkan

  komitmen sumberdaya secara substansial pada tingkat seluruh

  Tulisan ini akan menggunakan perspektif model normatif

  perusahaan. Dean dan Sharfman (1996 p. 379-380) dan strategic choice. Merujuk model normatif, penelitian ini menggambarkan keputusan stratejik sebagai keputusan yang

  memandang bahwa pengambilan keputusan perlu didasarkan

  memberikan komitmen sumberdaya secara substansial,

  pada pendekatan rasional komprehensif (Eisenhardt dan

  Zbaracki, 1992). Untuk menghasikan keputusan rasional

  keputusan-keputusan yang lebih kecil (Mintzberg et al. 1976);

  komprehensif,

  pengambilan

  keputusan memerlukan

  keputusan yang yang ill-structured, tidak rutin, dan kompleks

  pendekatan partisipatif di antara para pengambil keputusan,

  (Schwenk, 1988); dan substansial, tidak biasa dan punya

  yang kemudian dapat menimbulkan ‘tension’ dengan

  dampak menyeluruh (all pervading) (Hickson et al. 1986).

  kecepatan keputusan.

  Sebuah keputusan stratejik kadang tidak bisa dibedakan

  2.3 Kerangka Integratif Pengambilan Keputusan

  dengan pasti dari keputusan taktikal karena bersifat relatif, situasional, subyektif, serta merupakan respon manajemen

  Dalam setiap tahapan pengambilan keputusan dalam model

  atas masalah yang tidak terdefinisi dengan pasti (not well- normatif (rational-analytical), terdapat banyak variabel yang defined problems) Thomas (1984 p. 140-141), messy problem dapat

  mempengaruhi

  keluaran

  masing-masing tahap

  (Ackoff, 1974), ill-structured decision problem (Mintzberg,

  keputusan. Rajagopalan,

  Rasheed dan Datta (1993)

  Raisinghani dan Theoret, 1976) atau wicked problems

  mengajukan sebuah

  kerangka

  integratif dari proses

  (Mason dan Mitroff, 1981 p. 12). Karena sifat relatif dan

  pengambilan keputusan stratejik yang terdiri dari beberapa

  subyektif dari apa yang merupakan stratejik (Carpenter dan

  faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan

  Sanders, 2009 p. 234), maka Eisenhardt (1989) mengajukan

  keputusan yang digabungkan ke dalam beberapa kategori

  beberapa kriteria keputusan stratejik sebagai berikut:1) seperti dijelaskan dalam Gambar 1 berikut ini. (1) ENVIRONMENTAL FACTORS

  - Past Strategies - Past Performance melibatkan reposisi secara stratejik atau arah perusahaan, 2) (2) ORGANIZATIONAL FACTORS - Complexity - Uncertainty

  - Decision ImpetusMotive (3) DECISION SPECIFIC FACTORS

  - Decision Urgency - Outcome UncertaintyRisk

  memiliki taruhan besar, hasil keputusan dapat mempengaruhi

  - Munificence

  - Organization Structure

  - Organization Size - Power Distribution

  - Decision Complexity

  kinerja perusahaan secara signifikan, 3) melibatkan sebanyak - Organizational Slack - TMT Characteristics

  mungkin fungsi dalam perusahaan, serta 4) mewakili

  - Comprehensiveness keputusan yang tergolong besar dalam perusahaan. CHARACTERISTICS

  (4) DECISION PROCESS

  - Degree of Political Activity - Extent of Rationality - ParticipationInvolvement

  2.2 Model-Model Pengambilan Keputusan Stratejik

  - ExtentType of Conflict - DurationLength

  Dalam tema pengambilan keputusan stratejik, terdapat beberapa model pengambilan keputusan. Kownatzki (2002)

  - Decision Quality (5) PROCESS OUTCOMES

  menjelaskan bahwa terdapat setidaknya enam model

  - Speed - Timeliness

  pengambilan keputusan sebagai berikut 1) rational-analytical

  - Organizational Learning - Commitment

  (synoptic) atau normatif di mana pengambilan keputusan dipandang sebagai sebuah proses linier, sistematis, serta

  - ROIROA (6) ECONOMIC OUTCOMES

  memiliki sasaran yang telah ditentukan sebelumnya (Lechner,

  - Market Share - Growth in SalesProfit - Stock Price

  Mulier-Stewens, 2000); 2) adaptive, external control, atau contingency di mana keputusan stratejik bersifat detrministik

  Gambar 1. Strategic Decision Processes: An Integrative Framework

  karena dibatasi oleh lingkungan eksternal (Duncan, 1972;

  Sumber: Rajagopalan, Rasheed dan Datta (1993)

  Emery dan Trist, 1965; Lawrence dan Lorsch, 1967); 3) strategic choice yang berada di antara rational-analytical dan

  Dalam kerangka integratif pengambilan keputusan stratejik

  external control, di mana manajemen dapat (menentukan)

  yang diajukan Rajagopalan, Rasheed, dan Datta (1993) di atas,

  mengambil keputusan mengenai sasaran, domain, teknologi

  terdapat tiga kelompok anteseden terpenting dalam proses

  dan struktur perusahaan (Child, 1972; Hitt dan Tyler, 1991),

  pengambilan keputusan yakni: 1) faktor lingkungan, 2) faktor

  namun pada saat yang sama mereka tetap tergantung pada

  organisasional, 3) faktor jenis keputusan. Ketiga faktor

  lingkungannya dan harus terus menyesuaikan diri terhadap tersebut akan menentukan karakteristik proses keputusan situasi di sekitarnya (Keats dan Hitt, 1988); 4) politics dan

  (seperti: partisipasi, durasi, konflik, aktivitas politik,

  power, di mana pengambilan keputusan dipandang sebagai

  rasionalitas, komprehensifitas). Karakteristik proses keputusan

  hasil tawar-menawar dan negosiasi di antara beberapa sub- selanjutnya akan menghasilkan keluaran proses (process unit dan individu yang masing-masing memiliki persepsi yang outcome) seperti kualitas keputusan, kecepatan, ketepatan hasil tawar-menawar dan negosiasi di antara beberapa sub- selanjutnya akan menghasilkan keluaran proses (process unit dan individu yang masing-masing memiliki persepsi yang outcome) seperti kualitas keputusan, kecepatan, ketepatan

  Konteks Penelitian

  Efek

  Penelitian

  keluaran keputusan akan menentukan keluaran ekonomis

  Zehir dan Ozsahin

  (economic outcome seperti ROIROA, pertumbuhan sales dan

  profit, market share, dan harga saham).

  2.4 Keluaran Proses Keputusan

  di lingkungan

  Souitaris dan Maestro

  Keluaran proses keputusan adalah faktor yang penting

  unstableunanalyzable

  untuk diteliti karena memediasi hubungan antara proses

  di perusahaan Internet start-

  0 Forbes (2001, 2005)

  keputusan dengan kinerja perusahaan (Rajagopalan, Rasheed,

  up

  dan Datta, 1993). Beberapa keluaran proses keputusan di

  + hubungan positif , – hubungan negatif, 0 pengaruh tidak

  antaranya: 1) kecepatan keputusan yang dapat mempengaruhi signifikan, hubungan kurvilinier kinerja perusahaan di lingkungan high velocity (Bourgeois

  Penelitian mengenai kecepatan keputusan stratejik diawali

  dan Eisenhardt, 1988; Eisenhardt, 1989; Baum dan Wally,

  oleh penelitian Fredrickson (1984) yang menemukan bahwa

  2003), 2) komprehensifitas keputusan yakni ‘sejauh mana

  dalam lingkungan yang stabil, pengambilan keputusan yang

  sebuah organisasi melakukan proses yang menyeluruh

  komprehensif menghasilkan kinerja yang lebih baik.

  Sebaliknya dalam lingkungan yang tidak stabil (dinamis),

  mengintegrasikan keputusan stratejik (Fredrickson dan

  pengambilan keputusan yang komprehensif cenderung

  Mitchell, 1984), atau seberapa jauh keputusan diambil

  menghasilkan kinerja yang lebih rendah (Fredrickson dan

  berdasarkan analisis secara teliti (Talaulicar et al., 2005 p.522), Mitchell, 1984; Janis, 1972; Mintzberg 1994 p.325).

  3) ekstensifitas keputusan. Miller et al., (1998), yakni sejauh Bourgeois dan Eisenhardt (1988) mengkonfirmasikan bahwa mana TMP menggunakan proses pengambilan keputusan yang

  dalam lingkungan high velocity, perusahaan yang mengambil

  lengkap dalam menyusun rencana jangka panjang, 4) kualitas

  keputusan secara cepat menghasilkan kinerja yang lebih baik.

  keputusan (Schweiger et al., 1986) menggunakan enam

  Perusahaan-perusahaan yang efektif dalam lingkungan high

  kriteria penilaian kualitas keputusan, yakni: apakah keputusan

  velocity memiliki: a) mengambil keputusan dengan hati-hati

  menggunakan informasi yang tersedia (best available namun dengan cepat b) memiliki CEO yang tegas tetapi juga information), menggunakan asumsi yang valid, membantu

  TMP yang kuat c) mengambil keputusan beresiko dan inovatif,

  organisasi mencapai tujuannya, sesuai dengan kondisi yang

  namun berhati-hati dalam implementasinya. Penelitian Judge

  ada, konsisten dengan strategi organisasi, dan memberikan

  dan Miller (1991) dalam berbagai konteks lingkungan

  kontribusi pada efektivitas organisasi (Dooley dan Fryxell, menunjukkan hasil serupa, bahwa dalam lingkungan high 1999 p. 396) atau secara umum seberapa jauh keputusan

  velocity, perusahaan yang mengambil keputusan dengan cepat

  memberikan hasil (outcome) yang diinginkan (Eisenhardt dan

  cenderung memiliki kinerja lebih baik. Sedangkan dalam

  Zbaracki (1992)

  lingkungan low-velocity, pengambilan keputusan yang cepat cenderung menghasilkan kinerja yang lebih buruk. Meskipun

  2.5 Kecepatan Keputusan Stratejik

  demikian, penelitian lain terhadap 83 perusahaan internet yang

  Kecepatan pengambilan keputusan stratejik adalah waktu

  baru menunjukkan bahwa kecepatan pengambilan keputusan

  yang diperlukan dalam pengambilan keputusan stratejik sejak tidak mempengaruhi kinerja (Forbes, 2001). issue pertama kali dilontarkan dalam rapat atau pencarian

  Meskipun sebagian studi tersebut menghasilkan temuan

  informasi dilakukan, sampai dengan dihasilkannya komitmen

  kadang bertentangan, namun secara umum, menunjukkan

  untuk bertindak

  (Eisenhardt, 1989).

  Bagian berikut

  bahwa di lingkungan high velocity kecepatan keputusan

  menjelaskan konsekuensi kecepatan keputusan terhadap stratejik memiliki hubungan positif dengan kinerja. Meskipun kinerja perusahaan dan anteseden-anteseden dari kecepatan demikian, beberapa perusahaan tidak mengambil keputusan keputusan yang telah diteliti sebelumnya

  stratejik dengan cepat karena pertimbangan kualitas keputusan

  yang dihasilkan. Kualitas keputusan yang lebih baik dapat

  Perusahaan

  diperoleh melalui komprehensifitas yang lebih tinggi,

  misalnya dengan mengembangkan beberapa alternatif yang

  kecepatan keputusan stratejik pada kinerja perusahaan tentunya akan memakan waktu (Browne et al., 1997; Dean diuraikan dalam Tabel 1.2 berikut ini.

  dan Sharfman, 1996; Fredrickson, 1984; Nutt, 1993; v. T ABEL 1 Werder, 1999). Namun dalam lingkungan di mana terdapat

  ketidakpastian yang tinggi, penundaan sebuah keputusan tidak

  S TUDI T ERDAHULU M ENGENAI P ENGARUH K ECEPATAN K EPUTUSAN

  akan

  yang berguna untuk INERJA P ERUSAHAAAN meningkatkan kualitas keputusan (Baum dan Wally, 2003).

  menghasilkan

  informasi

  S TRATEJIK PADA K

  Konteks Penelitian

  Efek

  Penelitian

  Dalam lingkungan high velocity, informasi seringkali tidak

  di lingkungan high velocity

  Bourgeois dan

  akurat, tidak tersedia, atau usang (Bourgeois dan Eisenhardt,

  Eisenhardt (1988)

  1988). Artinya, meksipun keputusan yang cepat tidak selalu

  Judge dan Miller

  berarti keputusan yang lebih baik, kecepatan keputusan tidak

  lantas berarti mengurangi kualitas outcome. (Wally dan Baum,

  Baum dan Wally

  1994 p. 948). Keputusan yang akurat sekalipun tidak akan

  berguna bila tidak tepat waktu. Sehingga, dalam lingkungan berguna bila tidak tepat waktu. Sehingga, dalam lingkungan

  Debat

  0 Talaulicar et al. (2005)

  Anteseden Kecepatan Keputusan Stratejik

  Partisipasi

  Zehir dan Ozsahin (2008)

  Polichronity

  Souitaris dan Maestro (2010)

  Menyadari pengaruh positif kecepatan keputusan stratejik

  Karakteristik

  pada kinerja perusahaan di lingkungan high velocity, beberapa Organisasi

  Sentralisasi dan

  Wally dan Baum (1994)

  peneliti mempelajari lebih lanjut faktor-faktor yang dapat

  formalisasi

  mempengaruhi kecepatan pengambilan keputusan tersebut.

  Keterlibatan SBU untuk

  Kownatzki (2002)

  Eisenhardt (1989) melakukan studi kualitatif terhadap 8

  komitmen

  perusahaan mikrokomputer yang bergerak di industri high

  Kecepatan sebelumnya

  Perlow et al. (2002)

  velocity untuk mempelajari lebih dalam bagaimana eksekutif

  Sentralisasi non rutin,

  Baum dan Wally (2003)

  di perusahaan-perusahaan tersebut mengambil keputusan

  desen-tralisasi rutin,

  dengan cepat. Melalui studi kualitatif di indsutri high velocity,

  formalisasi rutin,

  Eisenhardt (1989) menemukan bahwa para manajer yang

  informalisasi non rutin

  mengambil keputusan stratejik dengan cepat 1) menggunakan

  CEO model,

  Talaulicar et al. (2005)

  departmental model

  mengembangkan lebih banyak alternatif, 3) menggunakan

  Product line length,

  Argouslidis (2008)

  penasihat yang berpengalaman, 4) mengatasi konflik secara

  formalisasi, dan

  rate perubahan

  efektif, antara lain melalui konsensus bersyarat, dan 5)

  teknologi

  mengintegrasikan keputusan stratejik dengan keputusan-

  Ukuran perusahaan

  keputusan di masa lalu dan keputusan taktikal.

  Orientasi pasar

  Beberapa studi lain telah dilakukan untuk mengidentifikasi

  Keberhasilan

  0 Amason dan Mooney (2008)

  anteseden dari kecepatan keputusan seperti diuraikan dalam

  sebelumnya

  Tabel 2 berikut ini.

  Organizational slack

  Marcel, Barr dan Duhaime (2010)

  T ABEL 2. B EBERAPA A NTESEDEN K ECEPATAN K EPUTUSAN YANG T ELAH

  D ITELITI Competitive

  Potter, Minutolo, dan

  Karakteristik Lingkungan

  Baum dan Wally (2003)

  Individual

  munificence

  Kemampuan kognitif,

  Bourgeois dan Eisenhardt

  External cues

  Marcel, Barr dan Duhaime

  intuisi, toleransi pada

  resiko, kecenderungan

  Wally dan Baum (1994)

  Competitor attack’s

  Marcel, Barr dan Duhaime

  bertindak

  Cheng, Rhodes, dan Lok

  + hubungan positif , – hubungan negatif, 0 pengaruh tidak signifikan,

  Karakteristik TMP

  hubungan kurvilinier

  CEO dan TMP power

  Bourgeois dan Eisenhardt, 1988)

  Konsensus dan Kinerja Perusahaan

  Keragaman pengalaman 0

  Kauer et al. (2007)

  Fleksibilitas strategic

  Nadkarni dan Narayanan

  Dess dan Origer (1987) mendefinisikan konsensus sebagai

  schema

  kesepakatan umum (general agreement) yang disetujui seluruh

  Cognitive framework

  Marcel, Barr dan Duhaime (2010)

  atau hampir seluruh pihak yang terlibat dalam pengambilan

  keputusan. Knight et al. (1999) mendefinisikannya sebagai

  Industry tenure

  Marcel, Barr dan Duhaime

  sejauh mana mental model anggota individu beririsan

  Keragaman latar

  Hambrick, Cho dan Chen

  (overlap). Dalam penelitian mengenai strategic consensus,

  belakang fungsional,

  biasanya

  konsensus ini

  dioperasionalisasikan dengan

  pendidikan, dan

  mengukur sejauh mana para manajer memiliki pemahaman

  company tenure

  bersama mengenai means dan ends (Bourgeois, 1980;

  Heterogenitas TMP

  0 Sharfman dan Dean (1997)

  Bourgeois dan Singh, 1983; Dess, 1987), atau mengenai

  (efek pada fleksibilitas)

  strategic priorities (Bowman dan Ambrosini, 1997). Semua

  Karakteristik Proses

  definisi dan operasionalisasi tersebut memiliki fokus pada

  Informasi, jumlah

  Eisenhardt (1989)

  shared understanding. Namun, dalam beberapa penelitian lain

  alternatif, penasihat,

  (Dess, 1987; Wooldridge dan Floyd, 1990), konsensus tidak

  resolusi konfik, integrasi keputusan

  bersama (shared

  understanding), tetapi juga komitmen.

  Guiding principles

  Oliver dan Roos (2005)

  Pendekatan rasional-normatif menekankan pentingnya

  pendapat secara sekaligus (bersamaan). Keseimbangan terjadi

  konsensus sebagai outcome dalam setiap tahapan dalam

  saat konsensus tidak menjadi sebuah aturan kaku (regimented)

  proses formulasi strategi (Andrews, 1971; Ansoff, 1965).

  dan perbedaan pendapat menjadi peperangan (Hedberg,

  Dalam perspektif incremental-political (Allison, 1971; Nystrom, dan Starbuck, 1976 p.56). Braybrooke dan Lindblom, 1970; Cyert dan March, 1963),

  Selanjutnya Priem (1990) menambahkan bahwa faktor

  konsensus secara implisit juga merupakan faktor penting

  kontinjen dinamisme lingkungan turut

  mempengaruhi

  dalam pengambilan keputusan. Dalam perspektif ini, goals

  hubungan curvilinear konsensus-kinerja tersebut. Untuk

  dan methods ditentukan melalui sebuah proses politik dan kinerja optimal di lingkungan stabil, Priem (1990) tawar menawar berbasis power yang berujung pada konsensus

  mengajukan konfigurasi organisasi optimal yang ditandai

  TMP. Quinn (1980, p. 130) secara eksplisit menyatakan

  dengan struktur formal (sesuai Lawrence Lorsch, 1967),

  pentingnya konsensus dalam pendekatan incremental, melalui

  konsensus tinggi sebagai akibat kurangnya kebebasan

  penekanannya pada apa yang disebut ‘crystallizing consensus’. bertindak karena struktur yang formal (Stogdill, 1959), serta Konsisten

  TMP homogen agar dapat menghasilkan konsensus tinggi

  incremental-political, peneliti-peneliti empirik secara hampir (sesuai Hambrick Mason, 1984). Konsensus tinggi dari seragam menghipotesakan hubungan positif antara tingkat

  proses rasional akan menghasilkan komprehensifitas tinggi,

  konsensus dalam TMP dengan kinerja perusahaan (Priem,

  yang menurut Fredrickson (1984), tepat untuk lingkungan

  1990 p. 469).

  yang stabil. Dan sebaliknya, untuk lingkungan dinamis Priem

  Metastudi yang dilakukan Dess dan Origer (1987)

  formalisasi rendah,

  mengenai konsensus memberikan hasil yang ambigu.

  konsensus rendah, TMP heterogen, dan komprehensifitas

  Bourgeois (1980), Dess (1987), serta Dess dan Keats (1987)

  rendah. Menurut Priem (1990), dalam lingkungan yang stabil,

  menemukan bukti pengaruh positif konsensus (konsensus

  tingkat konsensus yang lebih tinggi akan menghasilkan

  terhadap tujuan, metode kompetitif, dan persepsi lingkungan)

  kinerja yang tinggi, sementara dalam lingkungan yang

  pada kinerja. Namun, Bourgeois (1985) menemukan

  dinamis, tingkat konsensus yang lebih rendah akan

  hubungan signifikan yang sebaliknya: perbedaan pendapat

  menghasilkan kinerja yang tinggi seperti dijelaskan dalam

  dalam TMP mengenai tujuan dan persepsi ketidakpastian

  Gambar 2.3 berikut ini. Proposisi tersebut sesuai dengan

  lingkungan justru berhubungan positif dengan kinerja. Grinyer

  proposisi dari 1) Hambrick dan Mason (1984) yang

  dan Norburn (1975) juga menemukan bahwa konsensus

  menyatakan bahwa TMP yang homogen (konsensus tinggi)

  berkorelasi negatif dengan kinerja. Dess dan Origer (1987, p.

  akan menghasilkan kinerja tinggi di lingkungan yang stabil,

  320) mengajukan penjelasan bahwa perbedaan hasil tersebut

  serta 2) Fredrickson (1984) yang menyatakan bahwa

  disebabkan karena perbedaan definisi (operasionalisasi) serta

  komprehensifitas keputusan (consensus outcome dari proses

  perbedaaan jenis penelitian yang dilakukan. Hal tersebut

  rasional) meningkatkan kinerja di lingkungan yang stabil.

  didukung oleh Kellermanns et al. (2011) yang menemukan bahwa penelitian yang menggunakan

  operasionalisasi

  kosensus sebagai pemahaman bersama tentang strategic priorities menunjukkan efek positif konsensus pada kinerja secara konsisten (Bowman dan Ambrosini, 1997; Homburg et al., 1999; Rapert et al., 2002).

  Priem (1990) mengajukan penjelasan lain dengan menyatakan bahwa hubungan konsensus dan kinerja adalah hubungan yang curvilinear. Dalam kondisi ekstrim di mana terdapat perbedaan pendapat yang tajam dan CEO menerapkan keputusan secara sepihak (otoriter), kinerja dapat menjadi lebih buruk karena implementasi keputusan tidak mendapat dukungan dari anggota TMP lainnya (Brodwin dan Bourgeois, 1984 p.180). Di sisi ekstrim lain di mana terdapat

  Gambar 2. Hubungan Konsensus-Kinerja yang Dimoderasi Dinamisme

  konsensus sempurna, kinerja juga akan menurun karena

  Lingkungan

  adanya efek negatif sindrom groupthink (Janis, 1972) dan

  Sumber: Priem (1990)

  kecenderungan mencari konsensus ketika menghadapi ancaman (Staw, Lance, dan Dutton, 1981) serta hilangnya

  Proposisi Priem (1990) tersebut diuji dalam penelitian yang

  efek positif perbedaan pendapat minoritas (Nemeth, 1986)

  dilakukan oleh Homburg, Krohmer dan Workman (1999)

  yang bisa menstimulasi perhatian dan pemikiran yang dengan menggunakan sampel data cross-national dari tiga divergen. Artinya, tingkat konsensus yang terlalu rendah atau

  industri. Homburg et al., (1999) menemukan bahwa konsensus

  tinggi akan menurunkan kinerja, atau dengan kata lain ada

  meningkatkan kinerja di perusahaan dengan strategi

  titik tingkat konsensus optimum. Untuk itu pengambil

  diferensiasi, tetapi tidak pada perusahaan dengan strategi low-

  keputusan perlu menjaga keseimbangan antara konsensus dan cost. Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa hubungan perbedaan pendapat, karena pada dasarnya sebuah organisasi

  positif konsensus dan kinerja pada perusahaan berstrategi

  dapat mengambil manfaat dari konsensus dan perbedaan

  diferensiasi tersebut dipengaruhi (dimoderasi) secara negatif oleh dinamisme lingkungan. Artinya bagi perusahaan- diferensiasi tersebut dipengaruhi (dimoderasi) secara negatif oleh dinamisme lingkungan. Artinya bagi perusahaan-

  Meskipun beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda, namun metastudi terakhir oleh Kellermanns, Walter, Floyd, Lechner, dan Shaw (2011) menunjukkan bahwa strategic consensus secara keseluruhan memiliki efek positif pada kinerja. Kellermanns et al., (2011) juga menemukan bahwa hubungan positif antara konsensus dengan kinerja tersebut dimoderasi oleh faktor dinamisme lingkungan, artinya dalam lingkungan yang stabil, hubungan positif antara konsensus dan kinerja lebih kuat daripada di lingkungan yang dinamis (p. 130).

  Dampak konsensus pada kinerja perusahan, tentu tidak terlepas dari kualitas keputusan yang dihasilkan melalui proses keputusan itu sendiri. Dalam kasus di mana terjadi grouthink (Janis, 1972), di mana para anggota TMP yang kohesif mencapai konsensus terhadap sebuah keputusan dengan cepat tanpa melalui analisis secara realistis dan kritis, konsensus dapat menghasilkan kualitas keputusan yang rendah. Proses mempertahankan esprit de corp semacam ini, dapat menyebabkan group polarization (Isenberg, 1986a) yang menghasilkan keputusan yang lebih beresiko dibandingkan preferensi individual anggotanya.

  Namun dalam kasus di mana konsensus dihasilkan melalui proses konflik kognitif (Schweiger dan Sandberg, 1989) yang fungsional, misalnya melalui perdebatan yang konstruktif, maka konsensus akan menghasilkan keputusan yang berkualitas. Erffemyer dan Lane (1984) menunjukkan bahwa di antara empat proses keputusan partisipatif dalam grup (interaksi tidak terstruktur, proses konsensus, nominal group technique, dan Delphi), proses konsensus menghasilkan kualitas keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan proses interaksi tidak terstruktur dan nominal group technique, meskipun Deplhi menghasilkan kualitas keputusan terbaik untuk persoalan yang bersifat terstruktur (almanac type). Dalam perspektif incremental-political (Allison, 1971; Braybrooke dan Lindblom, 1970; Cyert dan March, 1963), konsensus terhadap goals dan methods dicapai melalui sebuah proses politik dan tawar menawar berbasis power, sehingga dapat menghasilkan keputusan yang berkualitas karena mencerminkan berbagai kepentingan dalam organisasi. Sedangkan dalam situasi yang tidak diwarnai perbedaan kepentingan (non-politis) dalam organisasi, Dooley dan Fryxell (2002) menunjukkan bahwa interaksi antara tingkat konsensus dengan keragaman dalam TMP mempengaruhi tingkat kolaborasi dan kualitas keputusan. Dengan adanya kesepakatan atas tujuan (goal consensus), para anggota TMP yang heterogen terdorong untuk berkolaborasi dalam mengembangkan dan mengevaluasi alternatif keputusan secara komprehensif, sehingga menghasilkan keputusan yang rasional dan berkualitas.

  Hubungan antara konsensus dengan kinerja juga dapat dimediasi oleh keberhasilan implementasi keputusan. Tahap implementasi menjadi topik penting dalam ranah manajemen stratejik karena efektifitas organisasi sangat tergantung kepada keberhasilan tim manajemen dalam mengimplementasikan

  keputusan-keputusan stratejik (Schweiger dan Sandberg, 1991). Hasil studi Dooley, Fryxell dan Judge (2000) menunjukkan bahwa konsensus meningkatkan komitmen TMP, dan komitmen tersebut meningkatkan tingkat keberhasilan implementasi. Meskipun komitmen akibat konsensus kadang dapat mengurangi fleksibilitas (Homburg et al. 1999; West dan Schwenk, 1996), tanpa konsensus, proses implementasi bisa menjadi korban politik antar departemen atau pihak dalam perusahaan (Dooley dan Fryxell, 1999 p. 389). Penelitian di lingkungan high velocity, menunjukkan bahwa proses politik semacam ini menyebabkan kinerja rendah (Bourgeois dan Eisenhardt, 1988). Erffmeyer dan Lane (1984) menunjukkan bahwa di antara empat proses keputusan partisipatif dalam grup (interaksi tidak terstruktur, proses konsensus, nominal group technique (NGT), dan Delphi), proses konsensus menghasilkan penerimaan (acceptance) tertinggi dibandingkan tiga proses lainnya. Penelitian lain oleh Sager dan Gastil (2006) menunjukkan bahwa konsensus berkorelasi secara positif dengan persepsi anggota grup terhadap kepuasan, self-representation, other representation, serta fairness dari sebuah proses keputusan.

  Secara umum, penelitian terdahulu menunjukkan bahwa konsensus meningkatkan kinerja perusahaan (Kellermanns et al., 2011) meskipun efeknya di lingkungan yang dinamis tidak sebesar di lingkungan yang stabil. Penelitian-penelitian tentang pengaruh konsensus pada kinerja perusahaan diuraikan dalam Tabel 3 berikut ini.

  T ABEL 3. S TUDI T ERDAHULU M ENGENAI P ENGARUH K ONSENSUS PADA K INERJA

  P ERUSAHAAAN

  Operasionalisasi Konsensus

  Efek

  Penelitian

  on goals dan means

  Stagner (1969)

  on goals dan means

  0 Bourgeois (1980a), West dan Schwenk (1996)

  on goals

  Grinyer dan Norburn (1977, 1978)

  on means

  DeWoot et al (1977, 1978)

  on means

  Bourgeois (1980a)

  tentang kekuatankelemahan

  Hrebiniak dan Snow (1982)

  on goals or methods

  Dess (1987)

  tentang ketidakpastian lingkungan dan goals

  Bourgeois (1985)

  on strategic priorities

  Bowman dan Ambrosini (1997)

  tentang proses keputusan

  Iaquinto dan Fredrickson (1997)

  tentang strategi diferensiasi tentang strategi low cost

  Homburg, et al. (1999)

  on competitive priorities

  Pagell dan Krause (2002)

  on strategic priorities

  Rapert et al. (2002)

  on competitive method (means) moderasi dinamisme lingkungan mediasi consensus on goals

  + - +

  Gonzales Benito, Aguinis, Boyd, dan Gonzales (2007)

  Operasionalisasi Konsensus

  Efek

  Penelitian

  interpersonal dan agreement seeking. Knight et al. (1999)

  konsensus dengan moderasi

  Ramos-Garza (2009)

  menemukan bahwa semakin tinggi heterogenitas TMP maka

  kompleksitas lingkungan

  semakin tinggi konflik interpersonal . Konflik interpersonal

  penekanan pada harmoni

  Karube, Numagami,

  adalah konflik emosional atau diistilahkan dengan konflik

  (organizational deadweight,

  dan Kato (2009)

  sosial atau konflik afektif (Amason, 1996) yang tidak

  irrational consensus)

  berorientasi

  on goals, means, strategic

  Kellermanns et al.

  pada tugas (task). Amason (1996) juga menemukan bahwa

  konflik afektif semacam ini menurunkan kualitas keputusan

  moderasi dinamisme

  dan penerimaan terhadap keputusan tersebut. Selanjutnya,

  lingkungan

  Knight et al. (1999) menemukan bahwa semakin tinggi

  + hubungan positif , – hubungan negatif, 0 pengaruh tidak signifikan, hubungan kurvilinier

  konflik interpersonal maka semakin sedikit upaya untuk melakukan agreement seeking. Kurangnya upaya di antara

  Anteseden Konsensus

  anggota TMP untuk mencapai kesepakatan kemudian

  Priem (1990 p.471) menyatakan bahwa konsensus sebagai

  mengakibatkan tingkat konsensus yang lebih rendah .

  keluaran (consensus outcome) dapat dicapai setidaknya

  Sebaliknya, TMP yang homogen akan memiliki lebih sedikit

  melalui tiga macam proses konsensus (consensus process):

  konflik interpersonal, sehingga lebih banyak terjadi upaya

  proses konsensus ‘tradisional’, proses dialektika, maupun

  agreement seeking yang kemudian menghasilkan konsensus

  proses devil’s advocacy. Proses konsensus ‘tradisional’ dapat

  yang lebih tinggi (Knight et al. 1999 p.450).

  dilakukan dengan cara meminta para pengambil keputusan

  Amason (1996) menemukan bahwa konflik kognitif (terkait

  mengutarakan secara penuh pendapatnya (Priem, 1990 p.471)

  task) meningkatkan konsensus dan kepuasan, tetapi konflik

  yang dikenal dengan cara musyawarah untuk mencapai

  afektif (antar pribadi) menurunkannya. Priem, Harrison, dan

  mufakat. Proses ini diistilahkan juga sebagai agreement Muir (1995) menemukan bahwa konflik kognitif yang seeking (Knight et al., 1999 p. 448). Berbeda dari proses

  disengaja (seperti dalam DIDA) akan meningkatkan

  agreement seeking, kedua proses lainnya, yakni dialectical

  konsensus atas keputusan yang dihasilkan, sementara proses

  inquiries (DI) dan devil’s advocacy (DA) (Cosier, 1982;

  yang menyembunyikan konflik (tidak mendorong terjadinya

  Mitroff, 1982; Schwenk, 1982, 1988; Cosier dan Schwenk,

  menghambat tim mencapai

  1990; Schwenk dan Cosier, 1980), bersifat lebih terstruktur

  kesepakatan karena masih banyak pertanyaan yang belum

  dan menggunakan konflik. Baik DI maupun DA keduanya

  terjawab menyangkut alternatif-alternatif yang berbeda dari

  adalah proses konstruktif menggunakan tingkat konflik yang

  keputusan yang diambil

  optimum untuk mencapai konsensus (consensus outcome)

  Dalam Tabel 4 tampak bahwa anteseden-anteseden utama

  mengenai solusi atau keputusan (Priem, 1990 p. 471). DI kecepatan keputusan maupun konsensus dapat dikelompokkan menggunakan dua posisi yang berseberangan (tesis dan

  ke dalam faktor-faktor yang terkait individual pengambil

  antitesis) dan melalui debat dan evaluasi kritis akan

  keputusan, karakteristik TMP, proses pengambilan keputusan,

  menghasilkan sintesis posisi baru yang berhasil melewati uji

  karakteristik organisasi, serta lingkungan

  asumsi dalam proses debat tersebut, sedangkan DA

  T ABEL 4. B EBERAPA A NTESEDEN K ONSENSUS YANG T ELAH D ITELITI

  menggunakan satu posisi saja yang dikritisi sampai

  menghasilkan solusi yang disepakati bersama (Schweiger, Penelitian

  Anteseden

  Efek

  Sandberg, dan Ragan, 1986 p. 53).

  Faktor TMP

  Keragaman demografik

  0 Knight et al. (1999)

  Schweiger et al. (1986) menemukan bahwa DI dan DA

  (direct)  strategic

  menghasilkan asumsi dan rekomendasi yang lebih berkualitas

  consensus

  daripada yang dihasilkan proses konsensus tradisional.

  mediasi interpersonal

  Penelitian lebih lanjut oleh Schweiger dan Sandberg (1989)

  conflict

  menunjukkan bahwa cara DI dan DA menggunakan

  mediasi agreement seeking

  kemampuan individual anggota secara lebih baik daripada

  Karakteristik TMP

  Sager dan Gastil

  menghasilkan kepuasan dan penerimaan anggota tim yang

  agreeableness, openness)

   supportive

  lebih baik atas keputusan grup (Schweiger et al., 1986;

  Tjosvold dan Field, 1985). Gero (1985) juga menemukan communication 

  consensus decision rule

  bahwa

  proses konsensus

  Faktor Proses

  menghasilkan keyakinan atas keputusan yang lebih baik

  Komunikasi vertikal 

  Rapert et al. (2002)

  daripada proses bersifat konflik seperti DI atau DA.

  strategic consensus

  Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat konsensus

  (efek positif pada

  dalam proses keputusan adalah heterogenitas TMP. Knight et

  pemahaman tentang

  al. (1999) menunjukkan bahwa heterogenitas TMP memiliki

  prioritas stratejik)

  dampak negatif langsung terhadap tingkat konsensus.

  Proses unanimity rule

  Mohammed dan

  Heterogenitas TMP juga mempengaruhi konsensus secara

  (lebih positif daripada

  Ringseis (2001)

  tidak langsung melalui dua proses grup, yakni konflik

  majority rule)  konsensus kognitif majority rule)  konsensus kognitif

  Partisipasi dan komunikasi

  Ketokivi dan

  (artinya konsensus rendah, kecepatan keputusan rendah) atau

  dalam perencanaan

  Castaner (2004)

  menunggu sampai tercapainya konsensus dalam TMP,

  stratejik  goal

  misalnya melalui proses agreement seeking (konsensus tinggi

  convergence

  tetapi kecepatan keputusan rendah). Sehingga dalam kasus di

  Supportive communication

  Sager dan Gastil

   consensus decision rule

  mana terdapat konflik yang tinggi (misalnya karena TMP

  agreement seeking dapat

  Faktor Organisasi

  Slack resources

  Bourgeois dan Singh

  menyebabkan tingkat konsensus berkorelasi negatif dengan

  consensus on goals

  kecepatan keputusan apabila manajemen tidak mempunyai

  means

  mekanisme resolusi konflik yang efektif seperti konsensus

  Faktor Lingkungan

  bersyarat (Eisenhardt, 1989). Dalam situasi di mana TMP

  Lingkungan tidak stabil 

  Iaquinto dan

  homogen, maka akan terjadi lebih sedikit konflik (konsensus

  konsensus

  Fredrickson (1997)

  tinggi) dan kecepatan keputusan yang lebih tinggi (Mintzberg,

  + hubungan positif , – hubungan negatif, 0 pengaruh tidak signifikan, Raisinghani dan Theoret, 1976), atau secara umum terdapat hubungan kurvilinier

  korelasi positif antara tingkat konsensus dengan kecepatan

  Temuan ini konsisten dengan Finkelstein dan Hambrick

  Selain mempengaruhi kecepatan keputusan, konsensus juga

  (1996); Priem (1990); serta hasil penelitian Zenger dan

  keputusan tersebut

  Lawrence (1989); Eisenhardt dan Schoonhoven, 1990;

  diimplementasikan

  (Schweiger

  dan Sandberg, 1991).

  Wagner et al., 1984 (dalam Knight et al., 1999, p. 447)

  Beberapa pandangan awal dalam ilmu manajemen sepakat

  2 Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Jehn (1997)

  dengan ungkapan negarawan Romawi Cicero “Diversity in

  yang menunjukkan bahwa konflik dalam grup akan

  council, unity in command” Artinya, perbedaan pendapat

  mempengaruhi cara grup melakukan tugasnya.

  diperlukan pada waktu pengambilan keputusan, tetapi begitu

  3 Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian Schweiger,

  keputusan sudah diambil tim harus membangun konsensus,

  Sandberg dan Rechner (1989).

  sehingga seolah-olah keduanya independen (Dooley dan Fryxell, 1999). Namun, pandangan yang lebih modern saat ini

  dalam proses keputusan

  2.7 Tingkat Konsensus, Kecepatan Keputusan dan Dukungan

  mempengaruhi

  proses

  formulasi sekaligus proses

  pada Keputusan

  implementasi (Schweiger dan Sandberg, 1991). Pola

  Knight et al. (1999) menunjukkan bahwa TMP yang lebih

  hubungan yang terbentuk pada saat formulasi strategi akan

  homogen memiliki lebih sedikit konflik interpersonal dan

  sekaligus menjadi dasar bagi implementasinya. Artinya,

  lebih cenderung melakukan agreement seeking dalam

  konsensus dalam proses keputusan akan berpengaruh pada

  pengambilan keputusan. Dengan lebih sedikit konflik, maka

  dukungan dan komitmen pada saat implementasi seperti

  keputusan dapat diambil dengan lebih cepat. Mintzberg, ditunjukkan oleh Parayitam, Olson dan Bao (2010). Raisinghani dan Theoret (1976) menyatakan bahwa konflik dapat menyebabkan interupsi sehingga dapat memperlambat

  III. KESIMPULAN

  keputusan.

  Kajian terhadap beberapa penelitian mengenai proses

  Dari uraian di atas tampak bahwa hubungan antara tingkat

  keputusan stratejik seperti diuraikan di atas menunjukkan

  konsensus (consensus outcome) dengan kecepatan keputusan bahwa pada umumnya kecepatan keputusan stratejik dan tidak lepas dari pengaruh faktor konflik selama ‘proses’

  konsensus memberikan pengaruh positif pada kinerja

  keputusan. Namun Eisenhardt (1989 p.544) menunjukkan

  perusahaan, khususnya di lingkungan high velocity. Terdapat

  bahwa bukan tingkat konflik dalam TMP yang mempengaruhi

  faktor-faktor terkait individu pengambil keputusan, tim

  kecepatan keputusan, melainkan resolusi konflik. Konflik

  manajemen puncak, karakteristik proses keputusan, organisasi,

  kognitif (debat) yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas

  dan lingkungan yang akan mempengaruhi baik kecepatan

  keputusan (Schweiger dan Sandberg, 1989) tidak harus

  keputusan maupun konsensus. Akhirnya, proses untuk

  memperlambat keputusan (Talaulicar et al., 2005). Eisenhardt

  mencapai konsensus, dalam rangka memastikan dukungan dan

  (1989) menemukan bahwa dalam menghadapi konflik,

  komitmen anggota TMP pada keputusan yang penting saat

  perusahaan yang cepat dalam mengambil keputusan

  implementasi, juga ternyata dapat dilakukan tanpa harus

  melalui proses yang berkepanjangan melalui mekanisme

  qualification) di mana TMP akan pertama-tama berupaya resolusi konflik yang efektif. mencapai konsensus, namun bila tidak berhasil maka CEO

  Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui

  atau VP terkait yang dipercaya untuk mengambil keputusan.

  apakah anteseden-anteseden pada tingkat individu, TMP,

  Dengan cara tersebut, TMP dapat mencapai konsensus proses keputusan,

  organisasi

  dan lingkungan dapat

  sekaligus mempertahankan kecepatan keputusan. Eisenhardt

  dikondisikan untuk menghasilkan konsensus dan kecepatan

  (1989) juga menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang keputusan stratejik secara bersamaan, dan apakah keduanya lamban tidak memiliki resolusi aktif dan membiarkan konflik

  meningkatkan

  kinerja

  perusahaan melalui mediasi

  berlarut-larut sampai akhirnya TMP terpaksa mengambil keberhasilan implementasi keputusan stratejik. Penelitian berlarut-larut sampai akhirnya TMP terpaksa mengambil keberhasilan implementasi keputusan stratejik. Penelitian

  [24] Dess, G.G.; dan Origer, N.K. (1987). Environment, Structure, and

  kuantitatif dengan sampel besar agar hasilnya dapat

  Consensus in Strategy Formulation: A Conceptual Integration. The

  digeneralisasikan, Academy of Management Review, 12(2), 313-330. terutama dalam konteks di mana

  [25] DeWoot, P.; Heyvaert, H.; dan Martou, F. (1977-1978). Strategic

  lingkungan sering berubah secara cepat yang dikenal sebagai

  Management: an Empirical Study of 168 Belgian. Firms. International

  lingkungan high velocity (Eisenhardt, 1989) di mana

  Studies of Management and Organization, 7, Winter 1977-78, 60-75.

  kecepatan respon perusahaan terhadap perubahan lingkungan

  [26] Dooley R.S.; dan Fryxell, G.E. (2002). Top Management Team

  menjadi sangat penting. Heterogeneity, Consensus, and Collaboration: A Moderated Mediation

  Model of Decision Quality. Academy of Management Proceedings Membership Directory, L1-L6.

  R EFERENCES [27] Dooley R.S.; Fryxell, G.E.; dan Judge, W.Q. (2000). Belaboring the

  Ackoff, R.L. (1974). Redesigning the Future. New York: Wiley.

  Not-So-Obvious:

  Consensus,

  Commitment, and Strategy

  Allison, G.T. (1971). Essence of Decision: Explaining the Cuban

  Implementation Speed and Success. Journal of Management, 26 (6),

  Missile Crisis. Boston: Little Brown.

  1237-1257.

  Amason, A.C. (1996). Distinguishing the Effects of Functional and

  [28] Dooley, R.S.; dan Fryxell, G.E. (1999). Attaining Decision Quality and

  Dysfunctional Conflict on Strategic Decision Making: Resolving A

  Commitment from Dissent: The Moderating Effects of Loyalty and

  Paradox for Top Management Teams. Academy of Management

  Competence in Strategic Decision-Making Teams. Academy of

  Journal, 39(1), 123-148.

  Management Journal, 42(4), 389-402.

  Andrews, K.R. (1971). The Concept of Corporate Strategy. Homewood,

  [29] Duncan, R.B. (1972). Characteristics of Organizational Environments

  IL: Irwin.

  and Perceived Environmental Uncertainty. Administrative Science

  Ansoff, H.I. (1965). Corporate Strategy. New York: McGraw Hill.

  Quarterly, 17(3), 313 – 327.

  Argouslidis, P.C. (2008). Determinants of the Speed of Elimination

  [30] Eisenhardt, K.M. (1989). Making Fast Strategic Decisions in High

  Decision Making in Financial Services. Journal of Services Marketing,

  velocity Environments. Academy of Management Review, 32(3), 543-

  Baum, J.R.; dan Wally, S.; (2003). Strategic Decision Speed and Firm

  [31] Eisenhardt, K.M.; dan Schoonhoven, C.B. (1990). Organizational

  Performance. Strategic Management Journal, 24 (11): 1107-1129.

  Growth: Linking Founding Team, Strategy, Environment, and Growth

  Bourgeois, L.J. (1980). Performance and Consensus. Strategic

  Among U.S. Semiconductor Ventures 1978-1988. Administrative

  Management Journal, 1(3), 227-248.

  Science Quarterly, 35, 504-529.

  Bourgeois, L.J. (1985). Strategic Goals, Perceived Uncertainty, and

  [32] Eisenhardt, K.M.; dan Zbaracki, M.J. (1992). Strategic Decision

  Economic Performance in Volatile Environments. Academy of

  Making. Strategic Management Journal, 13, Special Issue:

  Management Journal, 28, 548-573.

  Fundamental Themes in Strategy Process Research, 17-37.

  [10] Bourgeois, L.J.; dan Eisenhardt, K. (1988). Strategic Decision

  [33] Emery, F.E.; dan Trist, E.L. (1965). The Causal Texture of

  Processes in High Velocity Environments: Four Cases in the

  Organizational Environments. Human Relations, 18(1), 21 – 32.

  Microcomputer Industry. Management Science, 34, 816-835.

  [34] Erffmeyer; dan Lane (1984). Quality and Acceptance of an Evaluative

  [11] Bourgeois, L.J.; dan J. Singh. (1983). Organization Slack and Political

  Task: The Effects of Four Group Decision-Making Formats. Group

  Behavior Within Top Management Teams. Academy of Management

  Organization Studies 9,4.

  Proceedings, 43-47.

  [35] Finkelstein, S.; dan Hambrick, D.C. (1996). Strategic Leadership: Top

  [12] Bowman, C.; dan Ambrosini, V. (1997). Perceptions of Strategic

  Executives and Their Effects on Organizations. St. Paul, MN: West

  Priorities, Consensus and Firm Performance. Journal of

  Pub. Co

  Management Studies, 34: 241–258.

  [36] Forbes, D.P. (2001). The Performance Implications of Strategic

  [13] Braybrooke, D.; dan Lindblom, C.E. (1970). A Strategy of Decision:

  Decision-Making: Evidence From a New Venture Context. Presented

  Policy Evaluation as a Social Process. New York: Free Press.

  at 2001 Academy of Management Meeting, Washington, DC.

  [14] Brodwin, D.R.; dan Bourgeois, L.J. (1984). Five Steps to Strategic

  [37] Forbes, D.P. (2005). Managerial Determinants of Decision Speed in

  Action. Pada G. Carroll dan D. Vogel (Eds.). Strategy and organization: