pengolahan data analisis faktor dan baur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Variabel
Pada tahapan pegumpulan variabel diperoleh dari penelitian terdahulu.
Variabel-variabel tersebut nantinya dapat diketahui persepsi para pelaku usaha
batik Madura dan stakeholder dalam pengambilan keputusan dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Berikut identifikasi variabel penelitian dari penelitian terdahulu:
Tabel 4.1. Variabel penelitian terdahulu
Dari tabel di atas diperoleh 4 variabel penelitian yang di dalamnya terdiri
dari 16 indikator yang akan dijadikan item pertanyaan dalam kuesioner. Berikut
variabel persepsi dalam kuesioner penelitian ini terdiri dari 16 item pertanyaan,
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Deskripsi item pertanyaan
4.2. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan diberikan terhadap 30 responden (data di lampiran Tabel
A7). Dari uji pendahuluan akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur
penelitian dalam hal ini kuesioner. Uji validitas kuesioner dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kesahihan kuesioner. Kuesioner dikatakan valid akan
mempunyai arti bahwa kuesioner mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Sedangkan uji reliabilitas kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
konsistensi derajat ketergantungan dan stabilitas dari alat ukur dalam hal ini
kuesioner.
Dari hasil uji validitas yang dilakukan (lihat lampiran tabel A1) diperoleh
nilai dari tabel corrected item-total correlation tersebut untuk sig. (2-tailed)
masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Uji validitas kuesioner pendahuluan
Dari tabel diatas diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai sig. (2tailed) kurang dari α (0.05) sehingga semua variabel dapat dikatakan valid.
Tabel 4.7. Uji reliabilitas kuesioner pendahuluan
Dari hasil uji reliabilitas yang ditunjukkan pada tabel diatas, diperoleh
nilai Cronbach Alpha sebesar 0.837 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner
adalah handal untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.
4.3. Penentuan Jumlah Sampel
Pada penelitian ini penentuan jumlah sampel yang digunakan yaitu
menurut referensi yang ada menyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil
minimal 5 kali dari jumlah variabel/indikator yang dipergunakan dalam penelitian.
Pada penelitian ini menggunakan indikator variabel sejumlah 16 buah, sehingga
jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 5 x 16 = 80 responden.
Berdasarkan hasil tersebut peneliti mengadopsi jumlah sampel penelitian
sebanyak 80 responden.
4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Uji validitas dan reliabilitas dipakai dalam penelitian ini dikarenakan
penelitian menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Pengujian tersebut digunakan
untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut apakah sudah layak atau belum jika
dijadikan sebagai alat ukur sebuah penelitian.
Pada penelitian ini data yang dipakai untuk uji validitas dan reliabilitas
adalah data kuesioner poin ke II yaitu tentang Identifikasi Implementasi ecommerce. Pada lampiran tabel A8 ditunjukkan hasil rekapitulasi data kuesioner
poin II.
Dari hasil uji validitas yang dilakukan (lihat lampiran tabel A2) diperoleh
nilai dari tabel corrected item-total correlation tersebut untuk sig. (2-tailed)
masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8. Uji validitas kuesioner
Dari tabel
diatas
diketahui
bahwa
semua
variabel
memiliki
nilai sig. (2-tailed)
kurang dari α (0.05)
sehingga
semua
variabel
dapat
dikatakan valid.
Tabel 4.9. Uji
reliabilitas
kuesioner
Dari hasil uji reliabilitas yang ditunjukkan pada tabel diatas, diperoleh
nilai Cronbach Alpha sebesar 0.624 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner
adalah handal untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.
4.5. Analisis Deskriptif Responden
Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi dari
variabel-variabel yang diteliti. Dari kuesioner yang diperoleh sebanyak 80 buah,
76 diantaranya disebarkan kepada pelaku usaha batik Madura di empat kabupaten
yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep dan sisanya 4 diberikan kepada
stakeholder.
4.5.1 Identitas Responden
Dalam hal ini analisis deskriptif ditujukan pada identitas responden yaitu
berdasarkan data kuesioner poin I antara lain: jenis kelamin, usia, sumber
informasi tentang MEA, serta pro dan kontra adanya MEA. Hasil rekapitulasi data
kuesioner poin I dilampirkan pada lampiran tabel A2.
Gambar 4.x Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat gambaran jenis kelamin
responden laki-laki sebesar 62% dan perempuan sebesar 38%.
Gambar 4.x Usia Responden
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat gambaran usia responden di
dominasi pada usia rentang 41-50 tahun dikarenakan pelaku usaha sebagai
pemilik UKM batik telah lama mendirikan UKM batik sejak lama.
Gambar 4.x Sumber Informasi MEA
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat gambaran tentang media
informasi yang paling efektif untuk mensosialisasikan pasar bebas ASEAN (MEA)
adalah melalui televisi dan sosialisasi langsung kepada pelaku usaha. Sedangkan
media internet dikatakan tidak efektif untuk menyalurkan informasi tentang MEA
kepada pelaku usaha batik di Madura. Selain itu masih banyak pelaku usaha batik
Madura yang belum mengetahui informasi tentang adanya MEA di tahun 2015,
sehingga dikhawatirkan para pelaku usaha batik kurang siap tentang adanya arus
barang dan jasa yang masuk secara bebas dalam negeri nantinya. Sehingga peran
pemerintah perlu dilakukan dalam menyalurkan informasi mengenai adanya MEA
agar mereka dapat bersaing d pasar global.
Gambar 4.x Pro Kontra adanya MEA
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat gambaran partisipasi pelaku
usaha batik dalam menghadapi MEA dikatakan cukup baik dilihat dari dukungan
mereka tentang adanya MEA, namun juga tidak sedikit mereka yang
menyatakannetral dan ketidaksetujuannya terhadap penyelenggaraan MEA
nantinya. Sehingga perlu adanya sosialisasi untuk mengajak pelaku usaha batik
Madura berperan aktif dalam MEA.
4.6. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum masuk pada pengolahan
analisis faktor. Hal ini ditujukan untuk mengetahui apakah analisis faktor layak
dilakukan ataukah tidak. Pada uji asumsi klasik ini terdapat 3 kriteria yaitu antara
lain:
4.6.1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah berdistribusi normal
atau tidak. Berikut hasil uji normalitas data:
Gambar 4.3. Uji Normalitas Data
Dari grafik normal p-p plot memperlihatkan semua titik-titik berhimpit
dan mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan model regresi telah
memenuhi asumsi normalitas.
4.6.2 KMO dan Bartlett’s Test
Pada tahap ini ditentukan oleh dua tabel yaitu KMO and Bartlett’s Test
dan tabel Anti-Images Matrices yang diperoleh dari proses pengolahan analisis
faktor menggunakan software SPSS. Berikut adalah hasil dari proses awal
pemilihan variabel:
Tabel 4.11. KMO and Bartlett’s Test 1st
Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of Sampling Adequacy
diatas 0.5 yaitu sebesar 0.676, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses
lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka Barlett’s Test of
Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-Square) sebesar 297.125 dengan
signifikansi 0.000.
Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat dilihat pada
lampiran tabel B9). Pada tabel Anti-Images Matrices tersebut khususnya pada
bagian bawah (Anti-Images Correlation), terlihat ssejumlah angka yang
membentuk diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan besarnya nilai
Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebuah variabel. Terlihat masih ada nilai
MSA yang dibawah 0,5 yaitu X8 (meningkatkan jumlah produksi untuk
menghadapi MEA) sebesar 0.413 dan X14 (Pendapat pelaku usaha batik tentang
produknya yang mampu bersaing di MEA) sebesar 0.459. Dikarenakan masih ada
nilai MSA yang kurang dari 0,5 tersebut, maka proses pemilihan variabel diulang
dengan menghilangkan nilai MSA terkecil dalam hal ini adalah variabel X8
(0,413).
4.6.2.1. Pemilihan Variabel (Pengulangan 1)
Hasil dari pengulangan proses lanjutan untuk pemilihan variabel setelah
menghilangkan variabel X8 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12. KMO and Bartlett’s Test 2nd
Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of Sampling Adequacy
diatas 0.5 yaitu sebesar 0.694, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses
lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka Barlett’s Test of
Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-Square) sebesar 283.706 dengan
signifikansi 0.000.
Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat dilihat pada
lampiran tabel B10). Pada tabel Anti-Images Matrices tersebut khususnya pada
bagian bawah (Anti-Images Correlation), terlihat ssejumlah angka yang
membentuk diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan besarnya nilai
Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebuah variabel. Terlihat masih ada nilai
MSA yang dibawah 0,5 yaitu X14 (Pendapat pelaku usaha batik tentang
produknya yang mampu bersaing di MEA) sebesar 0.486. Dikarenakan masih ada
nilai MSA yang kurang dari 0,5 tersebut, maka proses pemilihan variabel diulang
dengan menghilangkan nilai MSA terkecil dalam hal ini adalah variabel X14
(0,486).
4.6.2.2. Pemilihan Variabel (Pengulangan 2)
Hasil dari pengulangan proses lanjutan untuk pemilihan variabel setelah
menghilangkan variabel X14 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13. KMO and Bartlett’s Test 3th
Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of Sampling Adequacy
diatas 0.5 yaitu sebesar 0.717, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses
lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka Barlett’s Test of
Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-Square) sebesar 265.086 dengan
signifikansi 0.000.
Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat dilihat pada lampiran
tabel B13). Pada tabel Anti-Images Matrices tersebut khususnya pada bagian
bawah (Anti-Images Correlation), terlihat ssejumlah angka yang membentuk
diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan besarnya nilai Measure of
Sampling Adequacy (MSA) sebuah variabel. Terlihat sudah tidak ada nilai MSA
yang dibawah 0.5 sehingga proses pemilihan variabel dapat dihentikan dan
variabel yang tersisa merupakan variabel yang digunakan dalam proses analisis
faktor selanjutnya.
4.7. Analisis Faktor
Dalam pengolahan data analisis faktor data harus berskala interval atau
rasio. Pada penelitian ini data hasil kuesioner yang diperoleh yaitu data ordinal,
oleh karena itu dibutuhkan pengkonversian data dari ordinal ke interval.
Pengkonversian data pada penelitian ini menggunakan Metode Succesive Interval
(MSI). Hasil dari pengkonversian data dengan metode MSI dapat dilihat pada
lampiran tabel B1 dan B2. Tahapan analisis faktor adalah sebagai berikut:
4.7.1. Communalities
Hasil dari proses ini menunjukkan nilai varians dari masing-masing
variabel yang dijelaskan oleh faktor yang terbentuk nantinya. Berikut akan
ditunjukkan hasil serta analisisnya:
Tabel 4.16. Communalities
Untuk variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung
dengan ASEAN) nilainya adalah 0.643. Hal ini berarti sekitar 64.3% varians dari
variabel X1 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X2
(sumber informasi tentang MEA) nilainya adalah 0.663. Hal ini berarti sekitar
66.3% varians dari variabel X2 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X3 (dukungan adanya MEA) nilainya adalah 0.646. Hal ini berarti sekitar
64.6% varians dari variabel X3 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X4 (peran pemerintah menghadapi MEA) nilainya adalah 0.505.
Hal ini berarti sekitar 50.5% varians dari variabel X4 dapat dijelaskan oleh faktor
yang nanti terbentuk. Variabel X5 (tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan
tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA) nilainya adalah 0.581. Hal ini berarti
sekitar 58.1% varians dari variabel X5 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti
terbentuk. Variabel X6 (kemampuan produk batik untuk menghadapi MEA)
nilainya adalah 0.614. Hal ini berarti sekitar 61.4% varians dari variabel X6 dapat
dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X7 (meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan
MEA) nilainya adalah 0.598. Hal ini berarti sekitar 59.8% varians dari variabel
X7 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X9 (kecocokan
manajemen usaha untuk menghadapi MEA) nilainya adalah 0.737. Hal ini berarti
sekitar 73.7% varians dari variabel X9 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti
terbentuk. Variabel X10 (menyusun strategi pemasaran untuk mendapatkan
pangsa pasar dalam MEA) nilainya adalah 0.677. Hal ini berarti sekitar 67.7%
varians dari variabel X10 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X11 (meningkatkan inovasi batik untuk mendapat pangsa pasar)
nilainya adalah 0.636. Hal ini berarti sekitar 63.6% varians dari variabel X11
dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X12 (menurunkan
harga batik untuk menyesuaikan dengan MEA) nilainya adalah 0.605. Hal ini
berarti sekitar 60.5% varians dari variabel X12 dapat dijelaskan oleh faktor yang
nanti terbentuk. Variabel X13 (meningkatkan modal usaha untuk menghadapi
MEA) nilainya adalah 0.577. Hal ini berarti sekitar 57.7% varians dari variabel
X13 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi kerja untuk
menghadapi MEA) nilainya adalah 0.696. Hal ini berarti sekitar 69.6% varians
dari variabel X15 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X16
(hubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia) nilainya
adalah 0.716. Hal ini berarti sekitar 71.6% varians dari variabel X16 dapat
dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk
4.7.2. Total Variance Explained
Pada tahap ini ada 14 variabel yang dimasukkan dalam pengolahan
analisis faktor. Dengan masing-masing mempunyai varians 1, maka total varians
adalah 14 x 1 = 14. Hasil dari pengolahan analisis faktor terhadap 14 variabel,
diperoleh 5 faktor yang terbentuk (lihat lampiran tabel B15). Pada lampiran tabel
B15 tersebut ditunjukkan bahwasanya jika dari 14 variabel diringkas menjadi lima
faktor, maka varians yang dapat dijelaskan oleh lima faktor tersebut adalah (lihat
Component = 1 sampai 5):
1.
Varians faktor pertama adalah 3.733 / 14 = 26.66%
2.
Varians faktor kedua adalah 1.653 / 14 = 11.80%
3.
Varians faktor ketiga adalah 1.273 / 14 = 9.09%
4.
Varians faktor keempat adalah 1.183 / 14 = 8.45%
5.
Varians faktor kelima adalah 1.051 / 14 = 7.51%
Total kelima faktor akan dapat menjelaskan 26.66% + 11.80% + 9.09% +
8.45% + 7.51%, atau 63.52% dari variabilitas keempatbelas variabel asli tersebut.
4.7.3. Component Matrix
Setelah diketahui bahwa lima faktor adalah jumlah yang paling optimal,
maka tabel Component matrix ini menunjukkan distribusi keempatbelas variabel
tersebut pada lima faktor yang ada. Nilai pada tabel ini merupakan factor loadings
atau besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1 sampai 5.
Tabel 4.17. Component Matrix
Pada tabel diatas terlihat masih banyak variabel yang masih belum jelas
pendistribusianya pada faktor yang terbentuk. Seperti yang terlihat pada variabel
X1 (pengetahuan tentang negara yang tergabung dengan ASEAN), korelasi antara
variabel X1 dengan faktor 1 adalah 0.361 (lemah), korelasi variabel X1 dengan
faktor 2 adalah 0.662 (kuat), korelasi variabel X1 dengan faktor 3 adalah -0.048
(lemah), korelasi variabel X1 dengan faktor 4 adalah -0.245 (lemah),
sedangkorelasi variabel X1 dengan faktor 5 adalah -0.110 (lemah). Dari semua
nilai factor loading variabel X1 terlihat tidak ada perbedaan yang nyata antara
semua factor loading, sehingga variabel tersebut tidak dapat begitu saja
dimasukkan ke salah satu faktor dengan hanya melihat mana yang lebih besar
korelasinya.
Begitu juga dengan variabel X2 (sumber informasi tentang MEA), X3
(dukungan pelaku usaha batik tentang adanya MEA), X4 (peran pemerintah
menghadapi MEA), X5 (tenaga kerja Indonesia utuk bersaing dengan tenaga kerja
asing dalam menghadapi MEA), X6 (kemampuan produk batik menghadapi
MEA), X7 (meningkatkan kualitas batik), X9 (kecocokan manajemen usaha untuk
menghadapi MEA), X10 (penyusunan strategi pemasaran), X11 (meningkatkan
inovasi batik), X12 (menurunkan harga batik), X13 (meningkatkan modal usaha),
X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi kerja), serta X16 (hubungan
dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia. Maka dari itu diperlukan
proses rotasi untuk melihat kejelasan pendistribusian variabel.
4.7.4. Rotated Component Matrix
Pada proses ini pendistribusian variabel akan terlihat lebih jelas dan
nyata. Quartimax, Varimax, Equimax adalah tiga metode rotasi orthogonal
yang umum dikenal. Metode rotasi yang digunakan adalah rotasi orthogonal
dengan metode varimax. Pemilihan metode rotasi orthogonal karena strukturnya
sederhana dan metode vaimax untuk memudahkan interpretasi bagi peneliti
mengenai faktor-faktor yang diperoleh. Berikut tabel hasil pengolahan dari proses
rotasi:
Tabel 4.18. Rotated Component Matrix
Untuk variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung
dengan ASEAN), korelasi antara variabel X1 dengan faktor 1 yang sebelumnya
adalah 0.361 (lemah) , dengan rotasi lebih diperkuat menjadi 0.459 (cukup kuat).
Korelasi variabel X1 dengan faktor 2 sebelumnya adalah 0.662 (kuat), dengan
rotasi lebih diperlemah menjadi 0.342 (lemah). korelasi variabel X1 dengan faktor
3 sebelumnya adalah -0.048 (lemah), dengan rotasi lebih diperkuat menjadi -0.334
(lemah), korelasi variabel X1 dengan faktor 4 sebelumnya adalah -0.245 (lemah),
dengan rotasi lebih diperlemah menjadi 0.375 (lemah,) sedangkan korelasi
variabel X1 dengan faktor 5 sebelumnya adalah -0.110 (lemah), dengan rotasi
lebih diperkuat menjadi -0.251 (lemah). Dengan demikian dapat dikatakan
variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN)
dapat dimasukkan sebagai komponen faktor 1.
Variabel X2 (sumber informasi dengan MEA) masuk pada faktor 1,
karena factor loading dengan faktor 1 cukup kuat (0.440), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X3 (dukungan
tentang adanya MEA) masuk pada faktor 1, karena factor loading dengan faktor 1
cukup kuat (0.620), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan
faktor lainya. Variabel X4 (peran pemerintah menghadapi MEA) masuk pada
faktor 3, karena factor loading dengan faktor 3 cukup kuat (0.623), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X5 (tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja
asing dalam menghadapi MEA) masuk pada faktor 3, karena factor loading
dengan faktor 3 kuat (0.756), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading
dengan faktor lainya. Variabel X6 (kemampuan produk batik menghadapi MEA)
masuk pada faktor 4, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.717), jauh
lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X7
(meningkatkan kualitas batik) masuk pada faktor 1, karena factor loading dengan
faktor 1 kuat (0.736), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan
faktor lainya.
Variabel X9 (kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEA)
masuk pada faktor 4, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.795), jauh
lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X10
(menyusun strategi pemasaran) masuk pada faktor 3, karena factor loading
dengan faktor 3 cukup kuat (0.498), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor
loading dengan faktor lainya. Variabel X11 (meningkatkan inovasi batik) masuk
pada faktor 1, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.734), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X12 (menurunkan harga batik) masuk pada faktor 2, karena
factor loading dengan faktor 2 cukup kuat (0.656), jauh lebih kuat dibandingkan
dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X13 (meningkatkan modal
usaha) masuk pada faktor 5, karena factor loading dengan faktor 5 cukup kuat (0.583), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi kerja) masuk pada
faktor 4, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.768), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X16
(hubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia) masuk pada
faktor 2, karena factor loading dengan faktor 2 kuat (0.836), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Dengan demikian keenambelas indikator variabel telah direduksi menjadi
hanya terdiri atas 5 faktor:
1.
Faktor 1 terdiri atas variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang
tergabung dengan ASEAN), X2 (sumber informasi tentang MEA), X3
(dukungan tentang adanya MEA), X7 (meningkatkan kualitas baik yang
sesuai dengan ketentuan MEA), dan X11(meningkatkan inovasi batik untuk
mendapat pangsa pasar).
2.
Faktor 2 terdiri atas variabel X12 (menurunkan harga batik untuk
menyesuaikan dengan MEA) dan X16 (hubungan dengan negara lain untuk
memasarkan produk Indonesia).
3.
Faktor 3 terdiri atas variabel X4 (peran pemerintah menghadapi MEA), X5
(tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam
menghadapi MEA), dan X10 (menyusun strategi pemasaran untuk
mendapatkan pangsa pasar).
4.
Faktor 4 terdiri atas variabel X6 (kemampuan produk batik menghadapi
MEA) dan X9 (kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEA).
5.
Faktor 5 terdiri atas variabel X13 (meningkatkan modal usaha untuk
menghadapi MEA) dan X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi
kerja untuk menghadapi MEA).
4.7.5. Component Score Coefficient Matrix
Proses ini menghasilkan model secara matematis yang memenuhi
persamaan dalam analisis faktor. Berikut tabel hasil pengolahan dari proses
scoring komponen:
Tabel 4.19. Component Score Coefficient matrix
Dari tabel diatas diperoleh model matematis sebagai berikut:
Faktor 1 = -0.309X1 - 0.206X2 + 0.251X3 + 0.456X7 + 0.400X11
Faktor 2 = 0.372X12 + 0.603X16
Faktor 3 = 0.361X4 + 0.524X5 + 0.245X10
Faktor 4 = 0.468X6 + 0.590X9
Faktor 5 = -0.456X13 + 0.521X15
4.8. Penamaan Faktor
Dari proses diatas, telah diperoleh 5 buah faktor baru dari persepsi pelaku
usaha dalam menghadapi MEA. Berikut merupakan identifikasi penamaan faktorfaktor baru tersebut:
Tabel 4.20. Penamaan Faktor
4.9. Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Tujuan strategi pemasaran adalah untuk mendapatkan calon pembeli,
untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan, dan untuk
memenangkan persaingan. Pada analisis strategi pemasaran UKM batik Madura
dengan metode bauran pemasaran didapatkan dari kelemahan dan keunggulan
UKM batik Madura serta dari faktor yang terbentuk dari hasil analisis faktor.
4.9.1. Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar
untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan dan kebutuhan konsumen.[ CITATION Kot95 \l 1033 ]
Faktor informasi MEA dan produk merupakan faktor utama yang
terbentuk dari hasil analisis faktor. Dalam memperoleh pangsa pasar dan dapat
bersaing di MEA. Pelaku usaha perlu memiliki pemahaman tentang adanya MEA
serta kebijakan-kebijakan yang dibentuk oleh MEA agar dapat meningkatkan
keuntungan relatif bagi produk. Hal-hal yang perlu dilakukan pelaku usaha untuk
produk batik yaitu dengan meningkatkan kualitas produknya, meningkatkan
inovasi batik untuk mendapat pangsa pasar.
Dalam memasarkan produknya, UKM batik Madura memperhatikan
atribut produk yang merupakan suatu komponen sifat-sifat produk yang menjamin
agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan
oleh konsumen. Atribut produk tersebut meliputi desain produk, merek atau brand
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, desain dan warna atau huruf tertentu, dan
bungkus atau kemasan produk. Atribut produk yang diterapkan UKM batik
Madura antara lain :
a. Desain Produk
Desain
produk
merupakan
atribut
yang
sangat
penting
untuk
mempengaruhi konsumen agar tertarik. UKM batik Madura mendesain produkproduk batik dengan melakukan modifikasi produk. Dahulu batik identik
digunakan oleh orang tua dan mayoritas dikenakan pada acara formal saja, tetapi
seiring dengan perkembangan zaman, batik Madura dimodifikasi produknya,
sehingga dapat juga digunakan oleh remaja dan orang dewasa serta banyak pilihan
produk. Modifikasi produk yang dilakukan antara lain:
1) Menciptakan jenis produk batik dengan model yang beragam. Sebagian dari
UKM ada yang memproduksi jenis-jenis batik yaitu rok, kain batik, dan
kemeja.
2) Menciptakan pola batik yang dengan berbagai variasi design dari yang
bernuansa tradisional hingga modern.
3) Memantau dan membuat model-model busana yang up to date yang mengikuti
kemauan pasar.
4) Menentukan ukuran busana yang tepat, yaitu small, medium, large, extra large
atau double large.
5) Menciptakan pakaian batik untuk remaja dan dewasa baik untuk pria maupun
wanita, sehingga terdapat banyak pilihan produk yang ditawarkan kepada
konsumen.
Dengan menerapkan modifikasi produk tersebut, maka akan menjadi
keunikan tersendiri bagi masing-masing UKM batik di Madura. Selain dilihat dari
nilai seni, estetika, serta daya tarik produk, maka akan menjadi keunggulan UKM
batik untuk mampu bersaing di pasar global.
b. Merek
Merek atau brand merupakan identitas suatu produk yang diwujudkan
dalam bentuk nama, tanda, istilah, desain, simbol atau lambang, atau kombinasi
dari semuanya. UKM batik Madura dalam menawarkan produknya menggunakan
merek dagang yang sama dengan nama UKMnya. Merk ini digunakan untuk
semua produk yang dihasilkan oleh UKM batik tersebut. Pemberian merek ini
diharapkan
menjadi
identitas
tersendiri
bagi
produknya
agar
dapat
membedakannya dengan produk pesaing. Dengan memiliki merek atau brand
yang mudah diingat dan mudah dihafalkan maka identitas produk akan cepat
dikenal dan cepat tertanam di benak konsumen.
c. Kemasan
Pengemasan (packaging) merupakan proses yang berkaitan dengan
perancangan pembuatan wadah (container) atau pembungkus (wraper) untuk
suatu produk. Pembungkusan yang dilakukan oleh batik UKM batik Madura
adalah produk dikemas dalam kemasan untuk satu barang (Individual Packaging).
Individual Packaging berupa plastik yang berisi satu produk batik. Bagi
perusahaan kemasan mempunyai peran dan fungsi, yaitu :
1) Pelindung bagi produk, yaitu melindungi produk dari kotoran dan air, sehingga
produk tidak mudah rusak dan aman dipakai oleh konsumen.
2) Melindungi produk batik yang dibungkusnya sewaktu-waktu produk tersebut
bergerak melalui marketing.
3) Untuk mempertinggi nilai isinya dengan daya tarik yang ditimbulkan oleh
pembungkus, sehingga menimbulkan ciri-ciri khas produk tersebut.
4) Utuk identifikasi, mudah dikenal, karena adanya merk/label yang tertera pada
pembungkus.
4.9.2. Harga
Dalam memasarkan suatu barang atau jasa setiap perusahaan harus
menetapkan harga jual setiap produknya secara tepat. Harga merupakan sejumlah
uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu barang.
Faktor kedua yang terbentuk pada analisis faktor adalah faktor peluang
dan tantangan dimana UKM batik memiliki peluang dalam menjalin hubungan
kerja sama dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia dan memiliki
tantangan dalam menurunkan harga produk sesuai dengan kebijakan MEA karena
dengan terjadinya arus bebas barang konsumen akan bisa mendapatkan barang
terbaik dengan harga termurah.
Proses penetapan harga pada UKM batik Madura adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Penetapan Harga
Tujuan yang hendak dicapai oleh UKM batik Madura dalam menetapkan
harga pada produknya adalah untuk mendapatkan laba maksimal sehingga mampu
mendapatkan pengembalian investasi yang diambil dari laba perusahaan,
mengurangi persaingan dengan menetapkan harga yang sama dengan pesaing dan
mempertahankan Market Share atau pangsa pasar yang telah dikuasai.
b. Metode Penetapan Harga
UKM batik Madura dalam menetapkan harga didasarkan pada biaya yang
menggunakan metode Cost Plus Pricing Method, yaitu harga jual diperoleh dari
jumlah biaya ditambah dengan persentase laba atau keuntungan (margin) yang
diinginkan perusahaan. Dari rumus tersebut terlihat bahwa untuk menentukan
harga jual harus berdasarkan pada biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan
produk, ditambah persentase tertentu sebagai keuntungan yang diinginkan
perusahaan.
4.9.3. Promosi
Promosi merupakan kegiatan yang digunakan UKM batik Madura dalam
rangka memberikan sejumlah informasi kepada konsumen tentang suatu produk
yang dihasilkan oleh perusahaan yang bertujuan untuk mengadakan komunikasi
yang efektif antara perusahaan dengan konsumen sehingga menciptakan
pertukaran dalam pemasaran yang akan mendorong permintaan atau dengan kata
lain untuk memberikan tanggapan terhadap produk yang dihasilkan dengan
langkah konkret yaitu pembelian.
Faktor ketiga dari hasil analisis faktor adalah faktor pendukung dimana
peran
pemerintah
dalam
memfasilitasi
pelaku
usaha
yaitu
dengan
mempromosikan produk Indonesia ke negara lain, memberi kesempatan kepada
setiap pekerja untuk menemukan pekerjaan sesuai dengan kualifikasi yang
dimiliki, serta menyusun strategi pemasaran untuk mendapatkan pangsa pasar,
salah satunya yaitu menyusun strategi promosi.
Dalam menghadapi persaingan bisnis dengan perusahaan lainnya yang
bergerak dibidang usaha sejenis, UKM batik Madura menerapkan strategi promosi
sebagai berikut :
a. Periklanan atau Advertising
Periklanan atau advertising dilakukan sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan pesan agar mendapatkan respon dari konsumen dan umpan balik
dapat diterima sehingga terjadi transaksi yang menguntungkan. Kegiatan
periklanan
yang
dilakukan
UKM
batik
Madura
bertujuan
untuk
menginformasikan mengenai keberadaan perusahaan dan produk yang ditawarkan
agar lebih mendapat perhatian dari konsumen. Periklanan yang digunakan UKM
batik Madura adalah dengan
1) Billboar
Media luar ruangan dengan menggunakan billboard biasanya dipakai pada
tempat-tempat yang lalu-lintasnya ramai, misalnya di pinggir jalan raya karena
target promosi jenis ini adalah para pengguna jalan raya.
2) Internet
Sebagian dari mereka menggunakan media intenet sebagai media untuk
mengenalkan UKM dan produk-produk yang mereka tawarkan yaitu dengan
memasang website di internet. Di dalam website tersebut berisi profil perusahaan,
katalog produk dan sebagainya. Manfaat yang didapat dari periklanan melalui
internet yaitu dapat dilihat kapan saja dan dimana saja oleh konsumen karena
jangkauannya lebih luas serta memudahkan konsumen untuk mendapatkan
informasi yang lengkap mengenai produk yang ditawarkan perusahaan karena
berisi gambar atau bentuk produk dan harganya tanpa harus berkunjung ke rumah
batik tersebut. Informasi yang tersaji didukung dengan warna dan gambar yang
menarik dimaksudkan agar lebih mempengaruhi minat konsumen dalam
melakukan pembelian.
b. Promosi Penjualan
Alat promosi penjualan pada UKM batik Madura dengan peragaan busana
yaitu suatu kegiatan yang mempertunjukkan karya atau busana yang dapat
diragakan atau digerakkan. Kegiatan ini merupakan salah satu ajang promosi
untuk mengenalkan produk atau karya tersebut. Kegiatan peragaan busana ini juga
merupakan kegiatan promosi yang penting karena peragaan busana mempunyai
efek langsung dengan konsumen. Melalui acara peragaan busana ini, UKM batik
Madura menampilkan koleksi-koleksi batik terbaru yang diperagakan modelmodel profesional.
c. Pameran
Dalam mempromosikan produk mereka, UKM batik Madura mengikuti
pameran dalam acara-acara tertentu. Dalam pameran ini konsumen dapat
mendatangi serta melihat produk-produk yang ditawarkan sehingga dapat menarik
minat konsumen untuk membelinya. Pameran biasanya diadakan di luar pulau
Madura seperto Surabaya, Jakarta, Banyuwangi, dan sebagainya.
4.9.4. Distribusi dan Lokasi
a. Lokasi
Lokasi merupakan faktor penting dalam bauran pemasaran karena lokasi
juga menentukan saluran distribusi yang akan dilakukan. Penentuan lokasi yang
baik akan memberikan output kemampuan perusahaan. Kemampuan tersebut,
diantaranya yaitu perusahaan mampu melayani konsumen dengan memuaskan,
memperoleh bahan mentah yang cukup dan berkesinambungan pada harga yang
diinginkan, mendapatkan tenaga kerja berkinerja, dan dikemudian hari mampu
memperluas diri.
Namun pada kenyataannya lokasi UKM batik Madura umumnya berpusat
di Desa sehingga konsumen masih sulit dalam menjangkau lokasi tersebut.
b. Saluran Distribusi
Saluran distribusi merupakan cara yang digunakan oleh perusahaan untuk
menyalurkan produk batik agar sampai kepada konsumen. UKM batik Madura
memasarkan produknya menggunakan lembaga penyalur karena perusahaan
menyadari bahwa hal ini tidak mungkin dilakukan sendiri. Perusahaan
menggunakan saluran distribusi langsung dalam memasarkan produknya. Pada
saluran distribusi langsung perusahaan sebagai produsen menjual produknya tanpa
melalui perantara. Perusahaan memasarkan produk batik ke beberapa toko-toko
milik sendiri atau menyetok di toko-toko lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Variabel
Pada tahapan pegumpulan variabel diperoleh dari penelitian terdahulu.
Variabel-variabel tersebut nantinya dapat diketahui persepsi para pelaku usaha
batik Madura dan stakeholder dalam pengambilan keputusan dalam menghadapi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Berikut identifikasi variabel penelitian dari penelitian terdahulu:
Tabel 4.1. Variabel penelitian terdahulu
Dari tabel di atas diperoleh 4 variabel penelitian yang di dalamnya terdiri
dari 16 indikator yang akan dijadikan item pertanyaan dalam kuesioner. Berikut
variabel persepsi dalam kuesioner penelitian ini terdiri dari 16 item pertanyaan,
sebagai berikut:
Tabel 4.2 Deskripsi item pertanyaan
4.2. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan diberikan terhadap 30 responden (data di lampiran Tabel
A7). Dari uji pendahuluan akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur
penelitian dalam hal ini kuesioner. Uji validitas kuesioner dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui kesahihan kuesioner. Kuesioner dikatakan valid akan
mempunyai arti bahwa kuesioner mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.
Sedangkan uji reliabilitas kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
konsistensi derajat ketergantungan dan stabilitas dari alat ukur dalam hal ini
kuesioner.
Dari hasil uji validitas yang dilakukan (lihat lampiran tabel A1) diperoleh
nilai dari tabel corrected item-total correlation tersebut untuk sig. (2-tailed)
masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Uji validitas kuesioner pendahuluan
Dari tabel diatas diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai sig. (2tailed) kurang dari α (0.05) sehingga semua variabel dapat dikatakan valid.
Tabel 4.7. Uji reliabilitas kuesioner pendahuluan
Dari hasil uji reliabilitas yang ditunjukkan pada tabel diatas, diperoleh
nilai Cronbach Alpha sebesar 0.837 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner
adalah handal untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.
4.3. Penentuan Jumlah Sampel
Pada penelitian ini penentuan jumlah sampel yang digunakan yaitu
menurut referensi yang ada menyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil
minimal 5 kali dari jumlah variabel/indikator yang dipergunakan dalam penelitian.
Pada penelitian ini menggunakan indikator variabel sejumlah 16 buah, sehingga
jumlah sampel minimal yang harus diambil adalah 5 x 16 = 80 responden.
Berdasarkan hasil tersebut peneliti mengadopsi jumlah sampel penelitian
sebanyak 80 responden.
4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Uji validitas dan reliabilitas dipakai dalam penelitian ini dikarenakan
penelitian menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Pengujian tersebut digunakan
untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut apakah sudah layak atau belum jika
dijadikan sebagai alat ukur sebuah penelitian.
Pada penelitian ini data yang dipakai untuk uji validitas dan reliabilitas
adalah data kuesioner poin ke II yaitu tentang Identifikasi Implementasi ecommerce. Pada lampiran tabel A8 ditunjukkan hasil rekapitulasi data kuesioner
poin II.
Dari hasil uji validitas yang dilakukan (lihat lampiran tabel A2) diperoleh
nilai dari tabel corrected item-total correlation tersebut untuk sig. (2-tailed)
masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8. Uji validitas kuesioner
Dari tabel
diatas
diketahui
bahwa
semua
variabel
memiliki
nilai sig. (2-tailed)
kurang dari α (0.05)
sehingga
semua
variabel
dapat
dikatakan valid.
Tabel 4.9. Uji
reliabilitas
kuesioner
Dari hasil uji reliabilitas yang ditunjukkan pada tabel diatas, diperoleh
nilai Cronbach Alpha sebesar 0.624 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner
adalah handal untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.
4.5. Analisis Deskriptif Responden
Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran atau deskripsi dari
variabel-variabel yang diteliti. Dari kuesioner yang diperoleh sebanyak 80 buah,
76 diantaranya disebarkan kepada pelaku usaha batik Madura di empat kabupaten
yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep dan sisanya 4 diberikan kepada
stakeholder.
4.5.1 Identitas Responden
Dalam hal ini analisis deskriptif ditujukan pada identitas responden yaitu
berdasarkan data kuesioner poin I antara lain: jenis kelamin, usia, sumber
informasi tentang MEA, serta pro dan kontra adanya MEA. Hasil rekapitulasi data
kuesioner poin I dilampirkan pada lampiran tabel A2.
Gambar 4.x Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat gambaran jenis kelamin
responden laki-laki sebesar 62% dan perempuan sebesar 38%.
Gambar 4.x Usia Responden
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat gambaran usia responden di
dominasi pada usia rentang 41-50 tahun dikarenakan pelaku usaha sebagai
pemilik UKM batik telah lama mendirikan UKM batik sejak lama.
Gambar 4.x Sumber Informasi MEA
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat gambaran tentang media
informasi yang paling efektif untuk mensosialisasikan pasar bebas ASEAN (MEA)
adalah melalui televisi dan sosialisasi langsung kepada pelaku usaha. Sedangkan
media internet dikatakan tidak efektif untuk menyalurkan informasi tentang MEA
kepada pelaku usaha batik di Madura. Selain itu masih banyak pelaku usaha batik
Madura yang belum mengetahui informasi tentang adanya MEA di tahun 2015,
sehingga dikhawatirkan para pelaku usaha batik kurang siap tentang adanya arus
barang dan jasa yang masuk secara bebas dalam negeri nantinya. Sehingga peran
pemerintah perlu dilakukan dalam menyalurkan informasi mengenai adanya MEA
agar mereka dapat bersaing d pasar global.
Gambar 4.x Pro Kontra adanya MEA
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat gambaran partisipasi pelaku
usaha batik dalam menghadapi MEA dikatakan cukup baik dilihat dari dukungan
mereka tentang adanya MEA, namun juga tidak sedikit mereka yang
menyatakannetral dan ketidaksetujuannya terhadap penyelenggaraan MEA
nantinya. Sehingga perlu adanya sosialisasi untuk mengajak pelaku usaha batik
Madura berperan aktif dalam MEA.
4.6. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum masuk pada pengolahan
analisis faktor. Hal ini ditujukan untuk mengetahui apakah analisis faktor layak
dilakukan ataukah tidak. Pada uji asumsi klasik ini terdapat 3 kriteria yaitu antara
lain:
4.6.1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah berdistribusi normal
atau tidak. Berikut hasil uji normalitas data:
Gambar 4.3. Uji Normalitas Data
Dari grafik normal p-p plot memperlihatkan semua titik-titik berhimpit
dan mengikuti garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan model regresi telah
memenuhi asumsi normalitas.
4.6.2 KMO dan Bartlett’s Test
Pada tahap ini ditentukan oleh dua tabel yaitu KMO and Bartlett’s Test
dan tabel Anti-Images Matrices yang diperoleh dari proses pengolahan analisis
faktor menggunakan software SPSS. Berikut adalah hasil dari proses awal
pemilihan variabel:
Tabel 4.11. KMO and Bartlett’s Test 1st
Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of Sampling Adequacy
diatas 0.5 yaitu sebesar 0.676, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses
lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka Barlett’s Test of
Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-Square) sebesar 297.125 dengan
signifikansi 0.000.
Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat dilihat pada
lampiran tabel B9). Pada tabel Anti-Images Matrices tersebut khususnya pada
bagian bawah (Anti-Images Correlation), terlihat ssejumlah angka yang
membentuk diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan besarnya nilai
Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebuah variabel. Terlihat masih ada nilai
MSA yang dibawah 0,5 yaitu X8 (meningkatkan jumlah produksi untuk
menghadapi MEA) sebesar 0.413 dan X14 (Pendapat pelaku usaha batik tentang
produknya yang mampu bersaing di MEA) sebesar 0.459. Dikarenakan masih ada
nilai MSA yang kurang dari 0,5 tersebut, maka proses pemilihan variabel diulang
dengan menghilangkan nilai MSA terkecil dalam hal ini adalah variabel X8
(0,413).
4.6.2.1. Pemilihan Variabel (Pengulangan 1)
Hasil dari pengulangan proses lanjutan untuk pemilihan variabel setelah
menghilangkan variabel X8 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12. KMO and Bartlett’s Test 2nd
Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of Sampling Adequacy
diatas 0.5 yaitu sebesar 0.694, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses
lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka Barlett’s Test of
Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-Square) sebesar 283.706 dengan
signifikansi 0.000.
Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat dilihat pada
lampiran tabel B10). Pada tabel Anti-Images Matrices tersebut khususnya pada
bagian bawah (Anti-Images Correlation), terlihat ssejumlah angka yang
membentuk diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan besarnya nilai
Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebuah variabel. Terlihat masih ada nilai
MSA yang dibawah 0,5 yaitu X14 (Pendapat pelaku usaha batik tentang
produknya yang mampu bersaing di MEA) sebesar 0.486. Dikarenakan masih ada
nilai MSA yang kurang dari 0,5 tersebut, maka proses pemilihan variabel diulang
dengan menghilangkan nilai MSA terkecil dalam hal ini adalah variabel X14
(0,486).
4.6.2.2. Pemilihan Variabel (Pengulangan 2)
Hasil dari pengulangan proses lanjutan untuk pemilihan variabel setelah
menghilangkan variabel X14 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13. KMO and Bartlett’s Test 3th
Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of Sampling Adequacy
diatas 0.5 yaitu sebesar 0.717, maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses
lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka Barlett’s Test of
Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-Square) sebesar 265.086 dengan
signifikansi 0.000.
Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat dilihat pada lampiran
tabel B13). Pada tabel Anti-Images Matrices tersebut khususnya pada bagian
bawah (Anti-Images Correlation), terlihat ssejumlah angka yang membentuk
diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan besarnya nilai Measure of
Sampling Adequacy (MSA) sebuah variabel. Terlihat sudah tidak ada nilai MSA
yang dibawah 0.5 sehingga proses pemilihan variabel dapat dihentikan dan
variabel yang tersisa merupakan variabel yang digunakan dalam proses analisis
faktor selanjutnya.
4.7. Analisis Faktor
Dalam pengolahan data analisis faktor data harus berskala interval atau
rasio. Pada penelitian ini data hasil kuesioner yang diperoleh yaitu data ordinal,
oleh karena itu dibutuhkan pengkonversian data dari ordinal ke interval.
Pengkonversian data pada penelitian ini menggunakan Metode Succesive Interval
(MSI). Hasil dari pengkonversian data dengan metode MSI dapat dilihat pada
lampiran tabel B1 dan B2. Tahapan analisis faktor adalah sebagai berikut:
4.7.1. Communalities
Hasil dari proses ini menunjukkan nilai varians dari masing-masing
variabel yang dijelaskan oleh faktor yang terbentuk nantinya. Berikut akan
ditunjukkan hasil serta analisisnya:
Tabel 4.16. Communalities
Untuk variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung
dengan ASEAN) nilainya adalah 0.643. Hal ini berarti sekitar 64.3% varians dari
variabel X1 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X2
(sumber informasi tentang MEA) nilainya adalah 0.663. Hal ini berarti sekitar
66.3% varians dari variabel X2 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X3 (dukungan adanya MEA) nilainya adalah 0.646. Hal ini berarti sekitar
64.6% varians dari variabel X3 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X4 (peran pemerintah menghadapi MEA) nilainya adalah 0.505.
Hal ini berarti sekitar 50.5% varians dari variabel X4 dapat dijelaskan oleh faktor
yang nanti terbentuk. Variabel X5 (tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan
tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA) nilainya adalah 0.581. Hal ini berarti
sekitar 58.1% varians dari variabel X5 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti
terbentuk. Variabel X6 (kemampuan produk batik untuk menghadapi MEA)
nilainya adalah 0.614. Hal ini berarti sekitar 61.4% varians dari variabel X6 dapat
dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X7 (meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan
MEA) nilainya adalah 0.598. Hal ini berarti sekitar 59.8% varians dari variabel
X7 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X9 (kecocokan
manajemen usaha untuk menghadapi MEA) nilainya adalah 0.737. Hal ini berarti
sekitar 73.7% varians dari variabel X9 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti
terbentuk. Variabel X10 (menyusun strategi pemasaran untuk mendapatkan
pangsa pasar dalam MEA) nilainya adalah 0.677. Hal ini berarti sekitar 67.7%
varians dari variabel X10 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X11 (meningkatkan inovasi batik untuk mendapat pangsa pasar)
nilainya adalah 0.636. Hal ini berarti sekitar 63.6% varians dari variabel X11
dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X12 (menurunkan
harga batik untuk menyesuaikan dengan MEA) nilainya adalah 0.605. Hal ini
berarti sekitar 60.5% varians dari variabel X12 dapat dijelaskan oleh faktor yang
nanti terbentuk. Variabel X13 (meningkatkan modal usaha untuk menghadapi
MEA) nilainya adalah 0.577. Hal ini berarti sekitar 57.7% varians dari variabel
X13 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi kerja untuk
menghadapi MEA) nilainya adalah 0.696. Hal ini berarti sekitar 69.6% varians
dari variabel X15 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel X16
(hubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia) nilainya
adalah 0.716. Hal ini berarti sekitar 71.6% varians dari variabel X16 dapat
dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk
4.7.2. Total Variance Explained
Pada tahap ini ada 14 variabel yang dimasukkan dalam pengolahan
analisis faktor. Dengan masing-masing mempunyai varians 1, maka total varians
adalah 14 x 1 = 14. Hasil dari pengolahan analisis faktor terhadap 14 variabel,
diperoleh 5 faktor yang terbentuk (lihat lampiran tabel B15). Pada lampiran tabel
B15 tersebut ditunjukkan bahwasanya jika dari 14 variabel diringkas menjadi lima
faktor, maka varians yang dapat dijelaskan oleh lima faktor tersebut adalah (lihat
Component = 1 sampai 5):
1.
Varians faktor pertama adalah 3.733 / 14 = 26.66%
2.
Varians faktor kedua adalah 1.653 / 14 = 11.80%
3.
Varians faktor ketiga adalah 1.273 / 14 = 9.09%
4.
Varians faktor keempat adalah 1.183 / 14 = 8.45%
5.
Varians faktor kelima adalah 1.051 / 14 = 7.51%
Total kelima faktor akan dapat menjelaskan 26.66% + 11.80% + 9.09% +
8.45% + 7.51%, atau 63.52% dari variabilitas keempatbelas variabel asli tersebut.
4.7.3. Component Matrix
Setelah diketahui bahwa lima faktor adalah jumlah yang paling optimal,
maka tabel Component matrix ini menunjukkan distribusi keempatbelas variabel
tersebut pada lima faktor yang ada. Nilai pada tabel ini merupakan factor loadings
atau besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1 sampai 5.
Tabel 4.17. Component Matrix
Pada tabel diatas terlihat masih banyak variabel yang masih belum jelas
pendistribusianya pada faktor yang terbentuk. Seperti yang terlihat pada variabel
X1 (pengetahuan tentang negara yang tergabung dengan ASEAN), korelasi antara
variabel X1 dengan faktor 1 adalah 0.361 (lemah), korelasi variabel X1 dengan
faktor 2 adalah 0.662 (kuat), korelasi variabel X1 dengan faktor 3 adalah -0.048
(lemah), korelasi variabel X1 dengan faktor 4 adalah -0.245 (lemah),
sedangkorelasi variabel X1 dengan faktor 5 adalah -0.110 (lemah). Dari semua
nilai factor loading variabel X1 terlihat tidak ada perbedaan yang nyata antara
semua factor loading, sehingga variabel tersebut tidak dapat begitu saja
dimasukkan ke salah satu faktor dengan hanya melihat mana yang lebih besar
korelasinya.
Begitu juga dengan variabel X2 (sumber informasi tentang MEA), X3
(dukungan pelaku usaha batik tentang adanya MEA), X4 (peran pemerintah
menghadapi MEA), X5 (tenaga kerja Indonesia utuk bersaing dengan tenaga kerja
asing dalam menghadapi MEA), X6 (kemampuan produk batik menghadapi
MEA), X7 (meningkatkan kualitas batik), X9 (kecocokan manajemen usaha untuk
menghadapi MEA), X10 (penyusunan strategi pemasaran), X11 (meningkatkan
inovasi batik), X12 (menurunkan harga batik), X13 (meningkatkan modal usaha),
X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi kerja), serta X16 (hubungan
dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia. Maka dari itu diperlukan
proses rotasi untuk melihat kejelasan pendistribusian variabel.
4.7.4. Rotated Component Matrix
Pada proses ini pendistribusian variabel akan terlihat lebih jelas dan
nyata. Quartimax, Varimax, Equimax adalah tiga metode rotasi orthogonal
yang umum dikenal. Metode rotasi yang digunakan adalah rotasi orthogonal
dengan metode varimax. Pemilihan metode rotasi orthogonal karena strukturnya
sederhana dan metode vaimax untuk memudahkan interpretasi bagi peneliti
mengenai faktor-faktor yang diperoleh. Berikut tabel hasil pengolahan dari proses
rotasi:
Tabel 4.18. Rotated Component Matrix
Untuk variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung
dengan ASEAN), korelasi antara variabel X1 dengan faktor 1 yang sebelumnya
adalah 0.361 (lemah) , dengan rotasi lebih diperkuat menjadi 0.459 (cukup kuat).
Korelasi variabel X1 dengan faktor 2 sebelumnya adalah 0.662 (kuat), dengan
rotasi lebih diperlemah menjadi 0.342 (lemah). korelasi variabel X1 dengan faktor
3 sebelumnya adalah -0.048 (lemah), dengan rotasi lebih diperkuat menjadi -0.334
(lemah), korelasi variabel X1 dengan faktor 4 sebelumnya adalah -0.245 (lemah),
dengan rotasi lebih diperlemah menjadi 0.375 (lemah,) sedangkan korelasi
variabel X1 dengan faktor 5 sebelumnya adalah -0.110 (lemah), dengan rotasi
lebih diperkuat menjadi -0.251 (lemah). Dengan demikian dapat dikatakan
variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN)
dapat dimasukkan sebagai komponen faktor 1.
Variabel X2 (sumber informasi dengan MEA) masuk pada faktor 1,
karena factor loading dengan faktor 1 cukup kuat (0.440), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X3 (dukungan
tentang adanya MEA) masuk pada faktor 1, karena factor loading dengan faktor 1
cukup kuat (0.620), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan
faktor lainya. Variabel X4 (peran pemerintah menghadapi MEA) masuk pada
faktor 3, karena factor loading dengan faktor 3 cukup kuat (0.623), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X5 (tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja
asing dalam menghadapi MEA) masuk pada faktor 3, karena factor loading
dengan faktor 3 kuat (0.756), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading
dengan faktor lainya. Variabel X6 (kemampuan produk batik menghadapi MEA)
masuk pada faktor 4, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.717), jauh
lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X7
(meningkatkan kualitas batik) masuk pada faktor 1, karena factor loading dengan
faktor 1 kuat (0.736), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan
faktor lainya.
Variabel X9 (kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEA)
masuk pada faktor 4, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.795), jauh
lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X10
(menyusun strategi pemasaran) masuk pada faktor 3, karena factor loading
dengan faktor 3 cukup kuat (0.498), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor
loading dengan faktor lainya. Variabel X11 (meningkatkan inovasi batik) masuk
pada faktor 1, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.734), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X12 (menurunkan harga batik) masuk pada faktor 2, karena
factor loading dengan faktor 2 cukup kuat (0.656), jauh lebih kuat dibandingkan
dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X13 (meningkatkan modal
usaha) masuk pada faktor 5, karena factor loading dengan faktor 5 cukup kuat (0.583), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi kerja) masuk pada
faktor 4, karena factor loading dengan faktor 4 kuat (0.768), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X16
(hubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia) masuk pada
faktor 2, karena factor loading dengan faktor 2 kuat (0.836), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Dengan demikian keenambelas indikator variabel telah direduksi menjadi
hanya terdiri atas 5 faktor:
1.
Faktor 1 terdiri atas variabel X1 (pengetahuan tentang negara-negara yang
tergabung dengan ASEAN), X2 (sumber informasi tentang MEA), X3
(dukungan tentang adanya MEA), X7 (meningkatkan kualitas baik yang
sesuai dengan ketentuan MEA), dan X11(meningkatkan inovasi batik untuk
mendapat pangsa pasar).
2.
Faktor 2 terdiri atas variabel X12 (menurunkan harga batik untuk
menyesuaikan dengan MEA) dan X16 (hubungan dengan negara lain untuk
memasarkan produk Indonesia).
3.
Faktor 3 terdiri atas variabel X4 (peran pemerintah menghadapi MEA), X5
(tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam
menghadapi MEA), dan X10 (menyusun strategi pemasaran untuk
mendapatkan pangsa pasar).
4.
Faktor 4 terdiri atas variabel X6 (kemampuan produk batik menghadapi
MEA) dan X9 (kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEA).
5.
Faktor 5 terdiri atas variabel X13 (meningkatkan modal usaha untuk
menghadapi MEA) dan X15 (pemerintah meningkatkan standar kompetensi
kerja untuk menghadapi MEA).
4.7.5. Component Score Coefficient Matrix
Proses ini menghasilkan model secara matematis yang memenuhi
persamaan dalam analisis faktor. Berikut tabel hasil pengolahan dari proses
scoring komponen:
Tabel 4.19. Component Score Coefficient matrix
Dari tabel diatas diperoleh model matematis sebagai berikut:
Faktor 1 = -0.309X1 - 0.206X2 + 0.251X3 + 0.456X7 + 0.400X11
Faktor 2 = 0.372X12 + 0.603X16
Faktor 3 = 0.361X4 + 0.524X5 + 0.245X10
Faktor 4 = 0.468X6 + 0.590X9
Faktor 5 = -0.456X13 + 0.521X15
4.8. Penamaan Faktor
Dari proses diatas, telah diperoleh 5 buah faktor baru dari persepsi pelaku
usaha dalam menghadapi MEA. Berikut merupakan identifikasi penamaan faktorfaktor baru tersebut:
Tabel 4.20. Penamaan Faktor
4.9. Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Tujuan strategi pemasaran adalah untuk mendapatkan calon pembeli,
untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah pelanggan, dan untuk
memenangkan persaingan. Pada analisis strategi pemasaran UKM batik Madura
dengan metode bauran pemasaran didapatkan dari kelemahan dan keunggulan
UKM batik Madura serta dari faktor yang terbentuk dari hasil analisis faktor.
4.9.1. Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar
untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan dan kebutuhan konsumen.[ CITATION Kot95 \l 1033 ]
Faktor informasi MEA dan produk merupakan faktor utama yang
terbentuk dari hasil analisis faktor. Dalam memperoleh pangsa pasar dan dapat
bersaing di MEA. Pelaku usaha perlu memiliki pemahaman tentang adanya MEA
serta kebijakan-kebijakan yang dibentuk oleh MEA agar dapat meningkatkan
keuntungan relatif bagi produk. Hal-hal yang perlu dilakukan pelaku usaha untuk
produk batik yaitu dengan meningkatkan kualitas produknya, meningkatkan
inovasi batik untuk mendapat pangsa pasar.
Dalam memasarkan produknya, UKM batik Madura memperhatikan
atribut produk yang merupakan suatu komponen sifat-sifat produk yang menjamin
agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan
oleh konsumen. Atribut produk tersebut meliputi desain produk, merek atau brand
yang dinyatakan dalam bentuk simbol, desain dan warna atau huruf tertentu, dan
bungkus atau kemasan produk. Atribut produk yang diterapkan UKM batik
Madura antara lain :
a. Desain Produk
Desain
produk
merupakan
atribut
yang
sangat
penting
untuk
mempengaruhi konsumen agar tertarik. UKM batik Madura mendesain produkproduk batik dengan melakukan modifikasi produk. Dahulu batik identik
digunakan oleh orang tua dan mayoritas dikenakan pada acara formal saja, tetapi
seiring dengan perkembangan zaman, batik Madura dimodifikasi produknya,
sehingga dapat juga digunakan oleh remaja dan orang dewasa serta banyak pilihan
produk. Modifikasi produk yang dilakukan antara lain:
1) Menciptakan jenis produk batik dengan model yang beragam. Sebagian dari
UKM ada yang memproduksi jenis-jenis batik yaitu rok, kain batik, dan
kemeja.
2) Menciptakan pola batik yang dengan berbagai variasi design dari yang
bernuansa tradisional hingga modern.
3) Memantau dan membuat model-model busana yang up to date yang mengikuti
kemauan pasar.
4) Menentukan ukuran busana yang tepat, yaitu small, medium, large, extra large
atau double large.
5) Menciptakan pakaian batik untuk remaja dan dewasa baik untuk pria maupun
wanita, sehingga terdapat banyak pilihan produk yang ditawarkan kepada
konsumen.
Dengan menerapkan modifikasi produk tersebut, maka akan menjadi
keunikan tersendiri bagi masing-masing UKM batik di Madura. Selain dilihat dari
nilai seni, estetika, serta daya tarik produk, maka akan menjadi keunggulan UKM
batik untuk mampu bersaing di pasar global.
b. Merek
Merek atau brand merupakan identitas suatu produk yang diwujudkan
dalam bentuk nama, tanda, istilah, desain, simbol atau lambang, atau kombinasi
dari semuanya. UKM batik Madura dalam menawarkan produknya menggunakan
merek dagang yang sama dengan nama UKMnya. Merk ini digunakan untuk
semua produk yang dihasilkan oleh UKM batik tersebut. Pemberian merek ini
diharapkan
menjadi
identitas
tersendiri
bagi
produknya
agar
dapat
membedakannya dengan produk pesaing. Dengan memiliki merek atau brand
yang mudah diingat dan mudah dihafalkan maka identitas produk akan cepat
dikenal dan cepat tertanam di benak konsumen.
c. Kemasan
Pengemasan (packaging) merupakan proses yang berkaitan dengan
perancangan pembuatan wadah (container) atau pembungkus (wraper) untuk
suatu produk. Pembungkusan yang dilakukan oleh batik UKM batik Madura
adalah produk dikemas dalam kemasan untuk satu barang (Individual Packaging).
Individual Packaging berupa plastik yang berisi satu produk batik. Bagi
perusahaan kemasan mempunyai peran dan fungsi, yaitu :
1) Pelindung bagi produk, yaitu melindungi produk dari kotoran dan air, sehingga
produk tidak mudah rusak dan aman dipakai oleh konsumen.
2) Melindungi produk batik yang dibungkusnya sewaktu-waktu produk tersebut
bergerak melalui marketing.
3) Untuk mempertinggi nilai isinya dengan daya tarik yang ditimbulkan oleh
pembungkus, sehingga menimbulkan ciri-ciri khas produk tersebut.
4) Utuk identifikasi, mudah dikenal, karena adanya merk/label yang tertera pada
pembungkus.
4.9.2. Harga
Dalam memasarkan suatu barang atau jasa setiap perusahaan harus
menetapkan harga jual setiap produknya secara tepat. Harga merupakan sejumlah
uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu barang.
Faktor kedua yang terbentuk pada analisis faktor adalah faktor peluang
dan tantangan dimana UKM batik memiliki peluang dalam menjalin hubungan
kerja sama dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia dan memiliki
tantangan dalam menurunkan harga produk sesuai dengan kebijakan MEA karena
dengan terjadinya arus bebas barang konsumen akan bisa mendapatkan barang
terbaik dengan harga termurah.
Proses penetapan harga pada UKM batik Madura adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Penetapan Harga
Tujuan yang hendak dicapai oleh UKM batik Madura dalam menetapkan
harga pada produknya adalah untuk mendapatkan laba maksimal sehingga mampu
mendapatkan pengembalian investasi yang diambil dari laba perusahaan,
mengurangi persaingan dengan menetapkan harga yang sama dengan pesaing dan
mempertahankan Market Share atau pangsa pasar yang telah dikuasai.
b. Metode Penetapan Harga
UKM batik Madura dalam menetapkan harga didasarkan pada biaya yang
menggunakan metode Cost Plus Pricing Method, yaitu harga jual diperoleh dari
jumlah biaya ditambah dengan persentase laba atau keuntungan (margin) yang
diinginkan perusahaan. Dari rumus tersebut terlihat bahwa untuk menentukan
harga jual harus berdasarkan pada biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan
produk, ditambah persentase tertentu sebagai keuntungan yang diinginkan
perusahaan.
4.9.3. Promosi
Promosi merupakan kegiatan yang digunakan UKM batik Madura dalam
rangka memberikan sejumlah informasi kepada konsumen tentang suatu produk
yang dihasilkan oleh perusahaan yang bertujuan untuk mengadakan komunikasi
yang efektif antara perusahaan dengan konsumen sehingga menciptakan
pertukaran dalam pemasaran yang akan mendorong permintaan atau dengan kata
lain untuk memberikan tanggapan terhadap produk yang dihasilkan dengan
langkah konkret yaitu pembelian.
Faktor ketiga dari hasil analisis faktor adalah faktor pendukung dimana
peran
pemerintah
dalam
memfasilitasi
pelaku
usaha
yaitu
dengan
mempromosikan produk Indonesia ke negara lain, memberi kesempatan kepada
setiap pekerja untuk menemukan pekerjaan sesuai dengan kualifikasi yang
dimiliki, serta menyusun strategi pemasaran untuk mendapatkan pangsa pasar,
salah satunya yaitu menyusun strategi promosi.
Dalam menghadapi persaingan bisnis dengan perusahaan lainnya yang
bergerak dibidang usaha sejenis, UKM batik Madura menerapkan strategi promosi
sebagai berikut :
a. Periklanan atau Advertising
Periklanan atau advertising dilakukan sebagai alat komunikasi untuk
menyampaikan pesan agar mendapatkan respon dari konsumen dan umpan balik
dapat diterima sehingga terjadi transaksi yang menguntungkan. Kegiatan
periklanan
yang
dilakukan
UKM
batik
Madura
bertujuan
untuk
menginformasikan mengenai keberadaan perusahaan dan produk yang ditawarkan
agar lebih mendapat perhatian dari konsumen. Periklanan yang digunakan UKM
batik Madura adalah dengan
1) Billboar
Media luar ruangan dengan menggunakan billboard biasanya dipakai pada
tempat-tempat yang lalu-lintasnya ramai, misalnya di pinggir jalan raya karena
target promosi jenis ini adalah para pengguna jalan raya.
2) Internet
Sebagian dari mereka menggunakan media intenet sebagai media untuk
mengenalkan UKM dan produk-produk yang mereka tawarkan yaitu dengan
memasang website di internet. Di dalam website tersebut berisi profil perusahaan,
katalog produk dan sebagainya. Manfaat yang didapat dari periklanan melalui
internet yaitu dapat dilihat kapan saja dan dimana saja oleh konsumen karena
jangkauannya lebih luas serta memudahkan konsumen untuk mendapatkan
informasi yang lengkap mengenai produk yang ditawarkan perusahaan karena
berisi gambar atau bentuk produk dan harganya tanpa harus berkunjung ke rumah
batik tersebut. Informasi yang tersaji didukung dengan warna dan gambar yang
menarik dimaksudkan agar lebih mempengaruhi minat konsumen dalam
melakukan pembelian.
b. Promosi Penjualan
Alat promosi penjualan pada UKM batik Madura dengan peragaan busana
yaitu suatu kegiatan yang mempertunjukkan karya atau busana yang dapat
diragakan atau digerakkan. Kegiatan ini merupakan salah satu ajang promosi
untuk mengenalkan produk atau karya tersebut. Kegiatan peragaan busana ini juga
merupakan kegiatan promosi yang penting karena peragaan busana mempunyai
efek langsung dengan konsumen. Melalui acara peragaan busana ini, UKM batik
Madura menampilkan koleksi-koleksi batik terbaru yang diperagakan modelmodel profesional.
c. Pameran
Dalam mempromosikan produk mereka, UKM batik Madura mengikuti
pameran dalam acara-acara tertentu. Dalam pameran ini konsumen dapat
mendatangi serta melihat produk-produk yang ditawarkan sehingga dapat menarik
minat konsumen untuk membelinya. Pameran biasanya diadakan di luar pulau
Madura seperto Surabaya, Jakarta, Banyuwangi, dan sebagainya.
4.9.4. Distribusi dan Lokasi
a. Lokasi
Lokasi merupakan faktor penting dalam bauran pemasaran karena lokasi
juga menentukan saluran distribusi yang akan dilakukan. Penentuan lokasi yang
baik akan memberikan output kemampuan perusahaan. Kemampuan tersebut,
diantaranya yaitu perusahaan mampu melayani konsumen dengan memuaskan,
memperoleh bahan mentah yang cukup dan berkesinambungan pada harga yang
diinginkan, mendapatkan tenaga kerja berkinerja, dan dikemudian hari mampu
memperluas diri.
Namun pada kenyataannya lokasi UKM batik Madura umumnya berpusat
di Desa sehingga konsumen masih sulit dalam menjangkau lokasi tersebut.
b. Saluran Distribusi
Saluran distribusi merupakan cara yang digunakan oleh perusahaan untuk
menyalurkan produk batik agar sampai kepada konsumen. UKM batik Madura
memasarkan produknya menggunakan lembaga penyalur karena perusahaan
menyadari bahwa hal ini tidak mungkin dilakukan sendiri. Perusahaan
menggunakan saluran distribusi langsung dalam memasarkan produknya. Pada
saluran distribusi langsung perusahaan sebagai produsen menjual produknya tanpa
melalui perantara. Perusahaan memasarkan produk batik ke beberapa toko-toko
milik sendiri atau menyetok di toko-toko lain.