Makalah validitas dan reliabilitas penel

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan
mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan
sangat ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di
samping prosedur pengumpulan data ang di tempu. Hal ini mudah dipahami
karena instrumenerfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehigga jika
instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid
dan reliable maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan
sesungguhnyadi lapangan.
Sedangkan jika kualitas instrumen yang digunakan tidak baik dalam arti
mempunyai validitas dan reliabilitas yang rendah, maka data yang diperoleh juga
tidak valid atau tidak sesuai dengan fakta di lapangan sehingga dapat
menghasilkan kesimpulan yang keliru. Untuk mengumpulkan data dalam suatu
penelitian kita dapat menggunakan instrumen yang telah tersedia dan dapat pula
menggunakan instrumen yang dibuat sendiri, instrumen yang telah tersedia pada
umumnya adalah instrumen yang sudah dianggap baku untuk mengumpulkan data
variabel-variabel tertentu.
Dengan


demikian,

jika

instrumen

baku

telah

tersedia

untuk

mengumpulkan data variabel penelitian maka kita dapat langsung menggunakan
instrumen tersebut, dengan catatan bahwa teori yang diajdikan landasan
penyusunan instrumen tersebut, dengan catatan bahwa teori yang dijadikan
landasan penyusunan instrumen tersebut sesuai dengan teori yang diacu dalam
penelitian kita. Selain itu konstruk variabel yang hendak kita ukur dalam
penelitian. Akan tetapi jika instrumen yang baku belum tersedia untuk

mengumpulkan data variabel penelitian, maka instrumen untuk mengumpulkan
data variabel tersebut harus dibuat sendiri oleh peneliti. Dalam rangka memahami
pengembangan instrumenpenelitian, maka berikut ini akan dibahas mengenai

1

beberapa hal yang terkait, diantaranya pengertian instrumen, langkah-langkah
pengembangan instrumen, fungsi instrumen, validitas dan reliabilitas.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja jenis-jenis instrumen pengumpulan data?
2. Apa fungsi dari instrumen penelitian?
3. Bagaimana cara mengkalibrasi instrumen penelitian?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
a. Menguraikan jenis-jenis instrumen pengumpulan data
b. Menjelaskan fungsi dari instrumen penelitian
c. Menjelaskan cara mengkalibrasi instrumen penelitian
2. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari pembuatan makalah ini

adalah:
a. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis instrumen pengumpulan data
b. Mahasiswa mengetahui fungsi dri instrumen penelitian
c. Mahasiswa mampu mengkalibrasi instrumen penelitian
D. Metodologi Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode kepustakaan, yakni
mendapatkan sumber informasi yang berasal dari media cetak berupa buku dan
media elektronik seperti internet.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 3 bab, yakni bab I, bab II dan bab III. Berikut ini
merupakan sistematika penulisan yang digunakan, yakni:
BAB I

BAB II

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat
D. Metodologi Penulisan

E. Sistematika Penulisan
: PEMBAHASAN
A. Pengertian Instrumen Pengumpulan Data Penelitian
B. Kegunaan Instrumen Penelitian
C. Jenis Instrumen Pengumpulan Data

BAB III

D. Fungsi Instrumen Penelitian
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
: KESIMPULAN

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intrumen Pengumpulan Data Penelitian
Kegiatan penelitian yang terpenting adalah pengumpulan data. Menyusun
instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian, tetapi
mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama jika peneliti menggunakan
metode yang rawan terhadap masuknya unsur subjektif peneliti. Itulah sebabnya

menyusun instrumen pengumpulan data harus ditangani secara serius agar
diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu pengumpulan variabel yang
tepat.
Pengumpulan data dalam penelitian perlu dipantau agar data yang
diperoleh dapat terjaga tingkat validitas dan reliabilitasnya. Walaupun telah
menggunakan instrumen yang valid dan reliabel tetapi jika dalam proses
penelitian tidak diperhatikan bisa jadi data yang terkumpul hanya onggokkan
sampah. Peneliti yang memiliki jawaban responden sesuai keinginannya akan
semakin tidak reliabel. Oleh karena itu, pengumpul data walaupun tampaknya
hanya sekedar pengumpul data tetapi harus tetap memenuhi persyaratan tertentu
yaitu yang mempunyai keahlian yang cukup untuk melakukannya.
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Metode (cara atau teknik)
menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi
hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan,
ujian (tes), dokumentasi dan lainya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau
gabungan tergantung dari masalah yang dihadapi. Instrumen pengumpulan data
adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya.

Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan
penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi atau data relevan atau

tidaknya, tergantung pada alat ukur tersebut. Oleh karena itu, alat ukur penelitian
harus memiliki validitas dan reliabilitas yang memadai. Instrumen penelitian
dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan bisa digunakan pada
penelitian lain. Kekhasan setiap obyek penelitian membuat seorang peneliti harus
merancang sendiri instrumen yang akan digunakannya. Susunan instrumen untuk
setiap penelitian tidak selalu sama dengan penelitian yang lain. Hal ini disebabkan
karena setiap penelitian mempunyai tujuan dan mekanisme kerja yang berbedabeda
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen
penelitian, antara lain:
1. Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indicator variabel, harus jelas
spesifik sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang
akan digunakan
2. Sumber data/informasi baik jumlah maupun keragamannya harus
diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi,
bahasa, sistematika item dalam instrumen penelitian
3. Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data
baik dari keabsahan, kesahihan maupun objektivitasnya

4. Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrumen harus jelas,
sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan
masalah penelitian
5. Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang
diperlukan1
Ada beberapa langkah umum yang biasa ditempuh dalam menyususn
instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Analisis

variabel

penelitian,

yakni

mengkaji

variabel

menjadi


subpenelitian sejelas-jelasnya, sehingga indicator tersebut bisa diukur dan
menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indicator
variabel, peneliti dapat menggunkan teori atau konsep-konsep yang ada

1 Margono,S, Metedologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hal. 156

dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau
menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan
2. Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel /
subvariabel / indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur
oleh satu jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen
3.

Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau
lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup pertanyaan, abilitas yang
diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan.
Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan dari indicator variabel.
Artinya setiap indikator akan menghasilkan beberapa luas lingkup isi
pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya


4. Berdasarkan kisi-kisi tersebut peneliti menyusun item atau pertanyaan
sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam
kisi-kisi.
5. Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi
instrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, manggantinya
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya
Langkah umum di atas sekedar petunjuk untuk memudahkan peneliti
sehingga instrumen penelitian tidak dibuat asal jadi.2
B. Kegunaan instrumen penelitian
Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan
variabel (peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap
data dalam suatu penelitian. Semakin suatu peubah, konsep, dan indikator
penelitian diukur dengan baik, maka akan semakin baik pula instrumen penelitian
tersebut dikembangkan.. Secara sederhana fungsi dari instrumen penelitian
1. sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden
2. sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara dan
3. sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staff peneliti.
C. Jenis Instrumen Pengumpulan Data
2 Nana Sudjana, Ibrahim, Penelitian dan Penelitian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru, 1989) ,

hal.99

Tabel 1
Metode dan Jenis Instrumen Pengumpulan Data
No.
1

Jenis Metode
Angket (questionnaire)

Jenis Instrumen
Angket (questionnaire)
Daftar cocok (checklist)
Skala (scala),

2
3

Wawancara (interview)


inventori (inventory)
Pedoman wawancara (interview guide)

Pengamatan/Observasi

Daftar cocok (checklist)
Lembar Pengamatan,

(Observation)

panduan pengamatan,
panduan observasi (observation sheet,
observation schedule),

4

Ujian/Tes (test)

Daftar cocok (checklist).
Soal ujian,
soal tes atau tes (test),

5

Dokumentasi

inventori (inventory).
Daftar cocok (checklist)
Tabel

Sumber : Arikunto (1995: 135)
1. Bentuk Instrumen Angket atau Kuesioner
Angket atau Kuesioner adalah metode pengumpulan data, instrumennya disebut
sesuai dengan nama metodenya. Bentuk lembaran angket dapat berupa sejumlah
pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari responden
tentang apa yang ia alami dan ketahuinya.
Bentuk kuesioner yang dibuat sebagai instrumen sangat beragam, seperti:
a) Kuesioner terbuka
Kuesioner terbuka adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikan
rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan
keadaannya. Angket terbuka digunakan apabiia peneliti belum dapat

memperkirakan atau menduga kemungkinan altematif jawaban yang ada pada
responden.
Contoh pertanyaan angket terbuka:
Penataran apa saja yang pernah Anda ikuti yang menunjang tugas Anda
mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan? Tuliskan apa, di mana,
dan berapa lama!
Jawab:
No
.
1.
2.
3.
4.

Jenis Penataran

Tempat Penataran

………………………
………………………
….
….
………………………
………………………
….
….
………………………
………………………
….
….
dan seterusnya kira-kira 5-7 nomor

Berapa Hari
………………
…..
………………
…..
………………
…..

Menggali informasi mengenai identitas responden biasanya dilakukan
dengan membuat pertanyaan terbuka. Keuntungan pertanyaan terbuka terdapat
pada dua belah pihak yakni pada responden dan pada peneliti:
(1) Keuntungan pada responden: mereka dapat mengisi sesuai dengan
keinginan atau keadaannya.
(2) Keuntungan pada peneliti: mereka akan memperoleh data yang bervariasi,
bukan hanya yang sudah disajikan karena sudah diasumsikan demikian
b) Kuesioner tertutup
Adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, bentuknya sama
dengan kuesioner pilihan ganda
Contoh pertanyaan angket tertutup:
1) Pernahkan Anda memperoleh penataran yang menunjang tugas Anda
mengajarkan bidang studi yang sekarang Anda ajarkan?
Jawab: ……………………………. ….a. Pernah ….b. Tidak
Jika pernah, penataran tentang apa saja? (dapat memberikan centang lebih
dari satu)

a.

materi bidang studi

b.

metode mengajar/strategi belajar-mengajar

c.

memilih dan penggunaan media/alat pelajaran

d.

menyusun alat evaluasi

c) Kuesioner langsung
Responden menjawab pertanyaan seputar dirinya
d) Kuesioner tidak langsung
Responden menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan orang lain
e) Check list
Yaitu daftar isian yang bersifat tertutup, responden tinggal membubuhkan
tanda check pada kolom jawaban yang tersedia. Di dalam penjelasan mengenai
angket dikemukakan juga bahwa dalam mengisi angket tertutup responden diberi
kemudahan dalam memberikan jawabannya. Di lain tempat, yakni di dalam
penjelasan umum mengenai instrumen disebutkan bahwa daftar cocok adalah
angket yang dalam pengisiannya responden tinggal memberikan tanda cek (√).
Dengan keterangan tersebut tampaknya angket tertutup dapat dikategorikan
sebagai checklist. Namur demikian angket bukan khusus merupakan daftar. Daftar
cocok mempunyai pengertian tersendiri. Daftar cocok bukanlah angket. Daftar
cocok mempunyai bentuk yang lebih sederhana karena dengan daftar cocok
peneliti bermaksud meringkas penyajian pertanyaan Berta mempermudali
responden dalam memberikan respondennya. Daftar cocok memuat beberapa
pertanyaan yang bentuk dan jawabannya seragam. Agar responden tidak
diharapkan pada beberapa pertanyaan mengenai berbagai hal tetapi dalam bentuk
membaca, maka disusunlah daftar cocok tersebut sebagai pengganti.
Contoh:
Berikan tanda silang tepat pada kolom yang menunjukkan kebiasaan Anda
melakukan pekerjaan di rumah yang tertera di bawah ini.

No.

Jenis kegiatan di rumah

1.

Menyiapkan makan pagi

Dikerjakan oleh

Dikerjakan

Dikerjakan

Anda

bersama

pembantu

2.

Membersihkan rumah

3.

Mencuci pakaian sendiri

4.
5.

Mencuci sprei, korden,
dan seterusnya.
Mencuci alat-alat makan
dan seterusnya
Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa variasi jawaban yang harus

diberikan oleh responden hanya empat macam yakni:. “Dikerjakan oleh Anda”,
“Dikerjakan bersama”, dan “Dikerjakan pembantu”. Dengan daftar cocok ini
barang kali peneliti hendak mengungkap seberapa besar tanggung jawab
responden terhadap pekerjaan di dalam rumah tangga. Jika pertanyaan dan
alternatif jawaban tersebut disajikan dalam bentuk angket, alternatif jawaban
hanya tiga macam itu akan disebutkan secara berulang-ulang dengan bentuk dan
isi yang sama. Daripada memakan tempat padahal responden sudahtahu (dan
hafal!) apa yang harus dipilih maka altematif tersebut disingkat dalam bentuk
kolom-kolom yang apabila sudah diisi oleh responden terlihat adanyadaftar tanda
centang yang disebut daftar cocok. Istilah “daftar cocok” juga dapat datang dari
apa yang diharapkan dari responden, yakni memberi tanda cocok atau tanda
centang pada daftar pernyataan yang disediakan.
f) Skala bertingkat
Jawaban responden dilengkapi dengan pernyataan bertingkat, biasanya
menunjukkan skala sikap yang mencakup rentang dari sangat setuju sampai sangat
tidak setuju terhadap pernyataannya.
Setelah bentuk kuesioner ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat
pertanyaan dengan mempertimbangkan jumlah pertanyaan agar tidak terlalu
banyak atau terlalu sedikit, yang penting disesuaikan dengan indikator yang
ditetapkan. Kemudian tidak menanyakan hal yang tidak perlu semisal nomor telp
responden yang jelas tidak akan di oleh dalam penelitian. Dalam menata tampilan
pada lembar kuesioner, perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan
keindahan, kemudahan mengisi, dan kemudahan memeriksa jawaban. Oleh karena

itu diperlukan kreativitas untuk membuat tampilan kuesioner menjadi enak
dibaca, seperti penggunaan garis-garis dan kotak pada hal-hal yang dianggap
penting, penggunaan warna-warna dan hiasan, serta meletakkan kelompok
pertanyaan tentang identitas pengisi, pengantar, dan pertanyaan inti pada tempat
yang berbeda
Bentuk tes seperti ini dapat saudara laksanakan salah satunya ketika
menyelesaikan tugas akhir terkait dengan bidang garapan ke SD an diantaranya
membuat laporan tugas akhir penyelesaian studi seperti skripsi.
2. Bentuk Instrumen Wawancara/Interviu
Suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) dinamakan interviu.
Instrumennya dinamakan pedoman wawancara atau interview guide. Dalam
pelaksanaannya, interviu dapat dilakukan secara bebas artinya pewawancara bebas
menanyakan apa saja kepada terwawancara tanpa harus membawa lembar
pedomannya. Syarat interviu seperti ini adalah pewawancara harus tetap
mengingat data yang harus terkumpul.
Interviu dapat dibedakan dalam dua jenis berikut ini:
a) Interviu berstruktur
Dalam interviu berstruktur, pertanyaan dan alternatif jawaban yang
diberikan kepada interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu. Keuntumgan
pendekatan ini adalah bahwa pendekatan ini telah dibakukan. Karena itu,
jawabannya dapat dengan mudah dikelompokkan dan dianalisis. Kelemahannya,
pendekatan ini kaku dilakukan dalam teknik ini dapat meningkatkan releabilitas
interviu, tetapi dapat menurunkan kemampannya mendalami persoalan yang
diselidiki
b) Interviu tak terstruktur
Interviu ini lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang
pandangan hidup, sikap, keyakinan subjek, atau tentang keterangan lainnya dapat
diajukan secara bebas kepada subjek. Interviu seperti ini bersifat luwes dan
biasanya direncanakan agar sesuai dengan dengan subjek dan suasana pada saat

interviu dilaksanakan. Teknik wawncara ini tidak dapat segera dipergunakan
untuk pengukuran mengingat subjek mendapat kebebasan untuk menjawab sesuka
hatinya dan pertanyaan yang diajukan interviewer dapat menyimpang dari rencana
semula. Namun, interviu semacam ini dapat membantu menciptakan dan
menjelaskan dimensi-dimensi yang ada di dalam topic yang sedang dipersoalkan.
Kekuatan interviu terletak pada keterampilan seorang interviewer dalam
melakukan tugasnya, ia harus membuat suasana yang tenang, nyaman, dan
bersahabat agar sumber data dapat memberikan informasi yang jujur. Si
interviewer harus dibuat terpancing untuk mengeluarkan informasi yang akurat
tanpa merasa diminta secara paksa, ibaratnya informasi keluar seperti air mengalir
dengan derasnya.
Tes ini sangat tepat dilakukan oleh peneliti yang ingin mendapatkan
informasi terkini terkait dengan berbagai kejadian, seperti ketika seorang guru
sekolah dasar ingin mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keinerja salah
seorang guru di sekolah tertentu, maka lakkukan dengan wawancara diantaranya
dengan kepala sekolah, dengan teman sejawat serta wawancara dilakukan dengan
sebagian siswa yang telah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan guru terkait.
3. Bentuk Instrumen Observasi
Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data.
Jadi

observasi

merupakan

pengamatan

langsung

dengan

menggunakan

penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan
pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa pedoman
pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman suara.
Instrumen observasi yang berupa pedoman pengamatan, biasa digunakan
dalam observasi sitematis dimana si pelaku observasi bekerja sesuai dengan
pedoman yang telah dibuat. Pedoman tersebut berisi daftar jenis kegiatan yang
kemungkinan terjadi atau kegiatan yang akan diamati. Sebagai contoh, observasi
yang dilakukan di sebuah sekolah, objek yang akan diamati ditulis dalam
pedoman tersebut secara berurutan dalam sebuah kolom yang akan di tally, isi

daftarnya adalah berbagai peristiwa yang mungkin terjadi di sekolah tersebut
seperti: kepala sekolah memberi pengarahan kepada guru-guru, guru piket
mengisi materi pada kelas yang pengajarnya berhalangan hadir, petugas
administrasi mengisi buku induk siswa, penjaga sekolah memelihara peralatan
kebersihan sekolah, murid-murid berseragam rapih, dan sebagainya. Bekerja
dengan pedoman pengamatan seperti ini dinamakan sistem tanda (sign system),
data yang didapatkan berupa gambaran singkat (snapshot) mengenai situasi warga
sekolah dalam suatu hari tertentu.
Ada lagi satu bentuk instrumen observasi yang dinamakan category
system, yaitu sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel. Hal
yang diamati terbatas pada kejadian-kejadian yang termasuk dalam kategori
variabel, di luar itu, setiap kejadian yang berlangsung tidak diamati atau diabaikan
saja. Contoh, pengamatan terhadap kinerja kepala sekolah, maka kejadian yang
diamati dan ditally adalah kepala sekolah datang ke sekolah tepat waktu, kepala
sekolah mengamati proses belajar mengajar, kepala sekolah membuat rancangan
program peningkatan kualitas guru dan murid, dan sebagainya. Hasil pengamatan
menyimpulkan bahwa kepala sekolah tersebut memiliki kinerja yang baik atau
buruk.
Selain bentuk instrumen berupa pedoman pengamatan, terdapat juga
instrumen observasi dalam bentuk tes yang digunakan untuk mengamati aspek
kejiwaan. Kemudian bentuk kuesioner yang diberikan kepada responden untuk
mengamati aspek-aspek yang ingin diselidiki, dan rekaman gambar serta rekaman
suara yang digunakan sebagai penyimpan sumber data, dimana sumber data dapat
diamati lebih lama bahkan berulang-ulang sesuai kebutuhan.
Ada beberapa alat dan cara untuk mencatat hasil observasi, yaitu sebagai berikut:
a) Catatan Anekdot (anecdotal record)
Alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan
kejadian. Catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatn ini
dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, bukan pendapat si pencatat
tentang kejadian tersebut
b) Catatan berkala (insidental record)

Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan. Menurut waktu
munculnya suatu gejala, tidak dilakukan secara terus menerus, melainkan
pada waktu teretntu, dan terbatas pula pada jangka waktu yang ditentukan
untuk tiap-tiap kali pengamatan
c) Daftar cek (check list)
Penataan data dilakukan dengan mempergunakan sebuah daftar yang
memuat nama observer disertai jenis gejala yang akan diamati. Tugas
observasi memberi tanda cek pada gejala yang muncul
d) Skala nilai (rating scale)
Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list. Perbedaannya
terletak pada kategorisasi kejadian yang dicatat. Di dalam daftar rating
scale tidak sekedar terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang
akan diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan
tingkatan atau mempergunakan skala 3, 5 dan 7. Misal: baik, sedang, dan
buruk (skala 3); sangat baik, baik, sedang, buruk dan sangat buruk (skala
5); luar biasa, sangat baik, baik, sedang, buruk, sangat buruk, luar biasa
buruk (skala 7). Karena itu kecermatan dan sikap kritis observer, dalam hal
ini, sangat diperlukan
e) Peralatan mekanis (mechanical device)
Pencatatan data dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi
berlangsung, karena seluruh atau sebagian peristiwa direkam dengan alat
elektronik sesuai dengan keperluan. Misalnya, peristiwa di film, photo,
rekaman, menggunakan video kaset dan lain-lain.3
4. Bentuk Instrumen Tes
Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada
sesorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar
bagi penetapan skor angka. Persyaratan pokok bagi tes adalah validitas dan
reliabilitas.4
3 Hadari, Nawawi, Metedologi Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: UGM Press, 1983) , hal.143
4 Margono,S, Metedologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hal. 170

Tes dapat berupa serentetan pertanyaan, lembar kerja, atau sejenisnya yang
dapat digunakan untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, dan
kemampuan dari subjek penelitian. Lembar instrumen berupa tes ini berisi soalsoal tes yang terdiri atas butir-butir soal. Setiap butir soal mewakili satu jenis
variabel yang diukur.
Berdasarkan sasaran dan objek yang diteliti, terdapat beberapa macam tes,
yaitu: a) tes kepribadian atau personality test, digunakan untuk mengungkap
kepribadian seseorang yang menyangkut konsep pribadi, kreativitas, disiplin,
kemampuan, bakat khusus, dan sebagainya, b) tes bakat atau aptitude test, tes ini
digunakan untuk mengetahui bakat seseorang, c) tes inteligensi atau intelligence
test, dilakukan untuk memperkirakan tingkat intelektual seseorang, d) tes sikap
atau attitude test, digunakan untuk mengukur berbagai sikap orang dalam
menghadapi suatu kondisi, e) tes minat atau measures of interest, ditujukan untuk
menggali minat seseorang terhadap sesuatu, f) tes prestasi atau achievement test,
digunakan untuk mengetahui pencapaian seseorang setelah ia mempelajari
sesuatu.
Ada juga jenis tes yang sering digunakan sebagai alat pengukur, yaitu:
a) Tes lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang
aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan
secara lisan pula
b) Tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis
tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang
diberikan secara tertulis pula. Tes tertulis ini dibedakan dalam bentuk tes essay
(essay test) dan tes objektif5.
Bentuk instrumen ini dapat dipergunakan salah satunya dalam
mengevaluasi kemampuan hasil belajar siswa di sekolah dasar, tentu dengan
memperhatikan aspek aspek mendasar seperti kemampuan dalam pengetahuan,
sikap serta keterampilan yang dimiliki baik setelah menyelesaikan salah satu
materi tertentu atau seluruh materi yang telah disampaikan.

5 ibid

5.

Bentuk Instrumen Dokumentasi
Bentuk instrumen dokumentasi terdiri atas dua macam yaitu pedoman

dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya, dan check-list yang memuat daftar variabel yang akan dikumpulkan
datanya. Perbedaan antara kedua bentuk instrumen ini terletak pada intensitas
gejala yang diteliti. Pada pedoman dokumentasi, peneliti cukup menuliskan tanda
centang dalam kolom gejala, sedangkan pada check-list, peneliti memberikan tally
pada setiap pemunculan gejala.
Instrumen

dokumentasi

dikembangkan

untuk

penelitian

dengan

menggunakan pendekatan analisis isi. Selain itu digunakan juga dalam penelitian
untuk mencari bukti-bukti sejarah, landasan hhukum, dan peraturan-peraturan
yang pernah berlaku. Subjek penelitiannya dapat berupa buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, bahkan benda-benda
bersejarah seperti prasasti dan artefak.

D. Fungsi Instrumen Penelitian
Suatu alat ukur atau instrumen dikembangkan untuk menterjemahkan
variabel (peubah), konsep dan indikator yang dipergunakan dalam mengungkap
data dalam suatu penelitian. Semakin suatu peubah, konsep dan indikator
penelitian diukur dengan baik, maka akan semakin baik pula instrumen penelitian
tersebut dikembangkan. Secara sederhana fungsi dari instrumen penelitian
diantaranya:
1.
Alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data
2.

mengenai suatu variabel yang diteliti.
Instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi , pemahaman, dan

3.

self regulated learning atau kemandirian belajar dalam suatu pembelajaran.
Instrumen penelitian ini perlu dikembangkan, pengembangan instrumen
yang baik yang dipakai untuk penelitian harus memenuhi standar yang
baku karena hal tersebut dapat memudahkan peneliti dalam melakukan

4.

penelitian.
Melalui uji coba instrumen untuk mengukur kemampuan komunikasi,
pemahaman dan self regulated learning siswa, maka tersedia instrumen
yang sudah valid dan realiable yang dapat memudahkan peneliti dalam

5.

melanjutkan pengambilan data untuk kelanjutan penulisan disertasi.6
Berdasarkan uji coba instrumen diatas, secara umum tujuan melakukan uji
coba instrumen ini dibagi menjadi 5 bagian:7
a. Mengidentifikasi soal-soal yang lemah.
b. Mengidentifikasi taraf kesukaran soal sehingga dapat sesuai dengan
c.
d.

tujuan instrumen yang dibuat.
Mengidentifikasi kemampuan daya beda soal
Menentukan lamanya waktu mengerjakan soal-soal tersebut.
e. Untuk menghindari adanya bias dalam setiap pernyataan yang
dibuat serta serta menghindari adanya tumpang tindih antar

soal.
6. Sebagai alat pencatat informasi yang disampaikan oleh responden.
7. Sebagai alat untuk mengorganisasi proses wawancara.
8. Sebagai alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari staf peneliti.

6 Tandiling Edy, Jurnal Penelitian Pendidikan (Pontianak : Universitas Tanjungpura,2012), hal.
30.
7 Idrus Muhammad, Metode Penelitian Ilmu Sosial Edisi Kedua (Jakarta : Erlanggga, 2009), hal.
117.

E. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran, oleh sebab itu
dibutuhkan alat ukur atau instrumen penelitian yang baik (telah teruji validitas dan
reabilitasnya) agar mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Perlu
dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen
penelitian yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya. Terjadi
pada obyek yang diteliti8. Kalau dalam obyek berwarna merah, sedangkan data
yang terkumpul memberi data berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid.
Sedangkan hasil penelitian dikatakan reliabel, menurut Sugiyono (2010) yakni
bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam obyek
kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.
Sedangkan suatu instrumen dikatakan valid apabila alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur9. Neraca
yang valid dapat digunakan untuk menguur massa dan menjadi tidak valid jika
digunakan untuk mengukur panjang. Instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama10
Untuk mendapatkan hasil peneltian yang valid dan reliabel, maka
instrumen penelitian yang digunakan pun mutlak harus valid dan reliabel. Namun
hal ini tidak berarti bahwa dengan menggunakan instrumen yang telah teruji
validitas dan reabilitasnya, otomatis hasil (data) penelitian menjadi valid dan
reliabel. Hal ini masih akan dipengaruhi oleh kondisi obyek yang diteliti, dan
kemampuan orang yang menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data.
Instrumen-instrumen dalam ilmu alam biasanya telah diakui validitas dan
reliabilitasnya (kecuali yang rusak atau palsu). Instrumen-instrumen tersebut dapat
dipercaya sebab telah teruji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan untuk
memperoleh data. Sedangkan ilnstrumen-instrumen dalam ilmu sosial biasanya
8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alabeta, 2010), h. 121.
9 Ibid.
10 Ibid.

juga sudah ada yang baku karena telah teruji validitas dan reliabilitasnya, tetapi
banyak juga yang belum baku bahkan belum ada. Instrumen yang tidak teruji
validitas dan reliabilitasnya, jika digunakan dalam penelitian akan menghasilkan
data yang sulit dipercaya kebenarannya. Oleh sebab itu, sebelum digunakan untuk
mengukur, instrumen harus dikalibrasi (diuji validitas dan reliabilitasnya).
Pada dasarnya, terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang
berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar dan instrumen nontes untuk mengukur
sikap. Instrumen yang berupa test jawabannya adalah “salah atau benar”,
sedangkan instrumen sikap jawabannya bersifat “positif atau negatif”.
Instrumen yang valid harus mempunyai validitas internal dan eksternal.
Instrumen yang mempunyai validitas internal atau rasional, bila kriteria yang ada
dalam instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur.
Jadi kriterianya ada di dalam instrumen itu11. Sedangkan bila kriteria instrumen
disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah ada, maka itu merupakan
instrumen yang memiliki validitas eksternal. Jadi, validitas internal instrumen
dikembangan menurut teori yang relevan sedangkan validitas eksternal instrumen
dikembangkan dengan fakta empiris. Menurut Sugiyono (2010), suatu penelitian
dikatakan memiliki validitas internal jika data yang dihasilkan merupakan fungsi
dari rancangan dan instrumen yang digunakan, dan memiliki validitas eksternal
bila hasil penelitian dapat diterapkan pada sampel lain (digeneralisasikan).
Validitas internal instrumen yang berupa tes harus memenuhi construct
validity (validitas konstruksi) dan content validity (validitas isi). Instrumen yang
mempunyai validitas konstruksi, jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukut gejala sesuai dengan yang didefinisikan. Instrumen yang harus
mempunyai validitas isi (content validity) adalah instrumen yang berbentuk tes
yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar (achievement) dan
mengukur efektifitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun
instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi (content validity), maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah diajarkan.
Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan program,
11 Ibid., h. 123.

maka instrumen yang disusun berdasarkan program yang telah direncanakan.
Selanjutnya instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya tujuan
(efektivitas) maka instrumen harus disusun berdasarkan tujuan yang telah
dirumuskan.
F.
1.

Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Pengujian validitas instrumen
a. Pengujian validitas konstruksi (construct validity)
Untuk menguji validitas konstruksi digunakan pendapat para ahli
(judgment experts) setelah sebelumnya instrumen tersebut dikonstruksi
aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu. Jumlah
tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka
telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji coba instrumen kepada
sampel dari mana populasi diambil. Jumlah anggota sampel yang
digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian
validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan
mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam satu faktor, dan
mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Berikut ini adalah contoh
menguji validitas konstruksi dengan analisis faktor.
Misalnya akan dilakukan pengujian validitas konstruksi melalui
analisis faktor terhadap instrumen untuk mengukur prestasi kerja pegawai.
Jadi dalam hal ini variabel penelitiannya adalah prestasi kerja.
Berdasarkan teori dan konsultasi ahli, indikator pretasi kerja pegawai
meliputi dua faktor yaitu: kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja.
Selanjutnya indikator (faktor) kecepatan kerja dikembangkan menjadi tiga
pertanyaan, dan kualitas hasil kerja dikembangkan menjadi 4 butir
pertanyaan. Instrumen yang terdiri dari 7 butir pertanyaan tersebut,
selanjutnya diberikan kepada 5 orang pegawai sebagai responden untuk
menjawabnya. Jawaban responden ditunjukkan pada tabel 2. Arti angka: 4
berarti sangat tinggi, 3 tinggi, 2 rendah, 1 sangat rendah prestasinya.
Analisis faktor dilakukan dengancara mengkorelasikan jumlah skor
faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan

besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat.
Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen
tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.
Tabel 2

No.
Res.

Data Prestasi Kerja Pegawai
Skor Faktor 1
Skor Faktor 2 untuk
Jml
untuk butir no:
butir no:
1
(X1)
1
2
3
1
2
3
4

Jml
2
(X2)

Jml
Total
(Y)

1.
3

4

3

10

3

3

2

4

12

22

4

3

2

9

4

3

4

4

15

24

1

2

1

4

3

2

1

2

8

12

3

3

3

9

4

4

3

3

14

23

2

2

4

8

3

1

2

1

7

15

2.
3.
4.
5.

Berdasarkan tabel 2 tersebut telh dihitung bahwa korelasi antara
jumlah faktor 1 (X1) dengan skor total (Y) = 0,85 dan korelasi antara
jumlah faktor 2 (X2) dengan skor total (Y) = 0,94. Karena koefisien
korelasi kedua faktor tersebut di atas 0,3, maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas hasil kerja dan kecepatan kerja merupakan konstruksi (construct)
yang valid untuk variabel prestasi kerja pegawai.
Selanjutnya apakah setiap butir dalam instrumen itu valid atau
tidak, dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan antara skor butir
dengan skor total (Y). Jadi untuk keperluan ini ada tujuh koefisien
korelasi yang perlu dihitung. Bila harga korelasi di bawah 0,3, maka
dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga
harus dperbaiki atau dibuang.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa korelasi ketujuh butir
instrumen dengan skor total ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3

No.
r1y
r2y
r3y
r4y
r5y
r6y
r7y

Hasil Perhitungan Pengujian Validitas Konstruk
r hitung
r kritis
Keputusan
0,95
0,30
valid
0,79
0,30
valid
0,22
0,30
tidak valid
0,73
0,30
valid
0,79
0,30
valid
0,84
0,30
valid
0,83
0,30
valid
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa butir no 2 (faktor 1)

tidak valid karena koreasi butir tersebut dengan skor total hanya 0,22.
Butir tersebut tidak selaras dengan butir yang lain.
Pengujian seluruh butir instrumen dalam satu variabel dapat juga
dilakukan dengan mencari daya pembeda skor tiap item dari kelompok
yang memberikan jawaban tinggi dan jawaban rendah. Jumlah kelompok
yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah diambil 27% dari
sampel uji coba. Pengujian analisis daya pembeda dapat menggunakan ttest. Berikut ini diberikan contoh analisis daya pembeda untuk menguji
validitas instrumen.
Tabel 4

Kelompok Skor Tinggi dan Rendah pada Instrumen untuk mengukur
kinerja aparatur Negara
Skor-skor kelompok tinggi
126
128
135
135
135
140
142
X1 = 135,1
S1 = 6,1
S12 = 38,1

Skor-skor kelompok rendah
81
96
104
107
108
108
109
X2 = 101,85
S2 = 10,2
S22 = 104,4

Contoh:
Suatu instrumen penelitian akan digunakan untuk mengukur kinerja
aparatur Negara. Instrumen tersebut telah dikonsultasikan kepada paara
ahli aparatur dn dinyatakan siap untuk diujicoba. Uji coba diberlakukan
terhadap sampel 25 responden yang tahu maslaah aparatur. Berdasarkan
25 responden tersebut dapat dikelompokkan 27% responden yang
memberikan skor tinggi dan 27% skor rendah.
Untuk menguji daya pembeda digunakan rumus t-test sebagai
berikut:
X 1−X 2
1 1
Sgab
+
n1 n2



t=
Di mana:



( n 1−1 ) s 12+(n 2−1)s 22
Sgab =
( n1+ n2 ) −2
Berdasarkan data yang ada pada tabel 4 dan rumus tersebut, maka:
( 7−1 ) 3,81+ (7−1 ) 104,4
Sgab =
( 7+7 ) −2
Sgab = 8,4



t=

135,1−101,85
1 1
8,4
+
7 7



jadi t hitung = 7,37
Untuk mengetahui apakah perbedaan tu signifikan atau tidak, maka
harga t hitung tersebut peru dibandingkan dengan t tabel. Bila t hitung
lebih besar daripada t tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga
instrumen dinyatakan valid.
Pengujian validitas dengan uji beda ini didasarkan asumsi bahwa
kelompok responden yang digunakan sebagai uji coba berdistribusi
normal. Dengan demikian, kelompok skor tinggi dan rendah harus
berbeda secara signifikan, sesuai dengan kurva normal.
b. Pengujian validitas isi

Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan
antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Secara
teknis, pengujian validitas isi dan konstruksi dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen atau matrik pengembangan instrumen.
Untuk menguji validitas butir-butir instrumen lebih lanjut, maka
setelah dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan dan
dianalisis dengan analisis item atau uji pembeda. Analisis item dilakukan
dengan menghitung korelasi antara skor butir instrumen dengan skor total
dan uji pembeda dilakukan dengan menguji signifikansi perbedaan antara
27% skor kelompok atas dan 27% skor kelompok bawah.
c. Pengujian validitas eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan
(untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Instrumen penelitian yang mempunyai validitas eksternal yang
tinggi akan mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksternal
yang tinggi pula. Untuk meningkatkan validitas eksternal penelitian selain
dengan meningkatkan validitas eksternal instrumen, maka dapat
dilakukan dengan memperbesar jumlah sampel.
6.

Pengujian Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen penelitian dapat dilakukan secara

eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan
test-retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal,
reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang
ada pada instrumen dengan teknik tertentu12.
a. Test-retest
Pengujian ini dilakukan dengan cara mencobakan instrumen beberapa kali
pada koresponden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, responden sama,
dan waktu yang berbeda. Reliabiitas diukur dari koefisien korelasi antara
percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif
dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b. Ekuivalen
12 Ibid., h. 130.

Instrumen yang ekuivalen adalah pernyataan yang secara bahasa berbeda,
tetapi maksudnya sama. Pengujian dengan cra ini cukup dilakukan sekali,
tetai instrumennya dua, pada responden yang sama, waktu yang juga sama,
dan instrumen berbeda.
c. Gabungan
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen
yang ekuivalen itu beberapa kali ke responden yang sama. Reliabilitas
instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen, setelah itu
dikorelasikan pada penguian kedua, dan selanjutnya dikorelasikan secara
silang.
d. Internal consistency
Pengujian dengan cara ini dilakukan dengan cara mencobakan instrumen
sekali saja. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu.
Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
Berkut rumus-rumus untuk uji relianilitas instrumen.
Rumus Spearman Brown:
2 rb
ri = 1+rb
di mana:
ri = reliabilitas insternal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Rumus KR. 20 (Kuder Richardson)
s 2t −Σpiqi
k
Ri =
(k −1)
s2t

{

}

Di mana:
K = jumlah item dalam instrumen
Pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1
Q1 = 1 – pi
2
s 1 = varians total
Rumus KR 21
K −ΣM
¿
M¿
Ri =
1−¿
k
¿
(k −1)
Di mana:

K = jumlah item dalam instrumen
M = mean skor total
2
s 1 = varians total
Analisis Varian Hoyt (Anova Hoyt)
MKe
Ri= 1 –
MKs
Di mana:
MKs = mean kuadrat antara obyek
MKe = mean kuadrat kesalahan
Ri = reliabilitas instrumen

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa
Fungsi dari instrumen penelitian ini adalah alat ukur yang dapat digunakan dalam
suatu penelitian yang berguan untuk pencatat informasi dari responden, alat
mengorganisasi proses wawancara, dan alat evaluasi terhadap hasil penelitian dari
staf peneliti.
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian haruslah diuji validitas
dan reliabilitasnya terlebih dahulu agar mendapatkan hasil penelitian yang valid
dan reliabel. Pengujian validitas instrumen meliputi pengujian validitas
konstruksi, pengujian validitas isi, dan pengujian validitas eksternal. Sedangkan
pengujian reabilitas instrumen dapat berupa test-retest, ekuivalen, dan gabungan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohamad, 1990. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi,
Bandung:Angkasa
Idrus, Muhammad.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial (Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif Edisi Kedua). Jakarta : Erlangga.
Margono,S, 2007. Metedologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Nawawi, Hadari, 1983. Metedologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM
Press
Sudjana, Nana , Ibrahim, 1989. Penelitian dan Penelitian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Tandiling Edy.2012. Jurnal Penelitian Pendidikan. Pontianak : Universitas
Tanjungpura.