Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian. Sebagai suatu iilmu yang mempelajari, membahas dan menganalisis pertanian secara ekonomi, atau ekonomi yang diterapkan dalam pertanian (Moehar Daniel, 2002). Lebih lanjut, (Moehar Daniel, 2002) menjelaskan bahwa ditinjau dari segi keberadaan dan fungsinya, ekonomi pertanian sangat dibutuhkan dalam upaya membangun pertanian. Ilmu ekonomi menempatkan sektor pertanian atau basis sumber daya alam sebagai landasan utama pembangunan suatu bangsa.

Ekonomi pertanian dapat dibagi dalam empat topik utama, (Moehar Daniel,2002) yaitu: (1) masalah dalam ekonomi pertanian; (2) faktor produksi; (3) faktor pendukung dan (4) eksistensi pertanian saat ini.

1. Masalah dalam ekonomi pertanian

Masalah utama dalam ekonomi pertanian adalah tenggang waktu yang cukup lebar dalam proses produksi, biaya produksi, tekanan jumlah penduduk dan sistem usahatani. Pada sektor pertanian, tenggang waktu dalam proses produksi sangat tergantung pada komoditas yang diusahakan. Biaya untuk proses produksi pertanian harus tetap tersedia setiap saat, sementara tidak semua petani mempunyai biaya yang tepat, baik tepat waktu maupun jumlahnya.


(2)

2. Faktor produksi

Faktor pendukung dalam usaha pertanian mencakup tanah, modal dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Pengertian tanah disini tidak terbatas pada wujud nyata tanah saja, tetapi juga mengandung arti media atau tempat usahatani dilakukan seperti: luas lahan, kesuburan tanah, dan lingkungannya. Kecukupan modal sangat menentukan ketepatan waktu atau ketepatan takaran dalam penggunaan masukan. Dengan kata lain, keberadaan modal sangat menentukan tingkat teknologi yang diterapkan. Kekurangan modal menyebabkan kurangnya masukan yang diberikan sehingga menimbulkan kegagalan atau rendahnya hasil yang diterima. Oleh sebab itu input produksi hal yang pentingdan perlu diperhitungkan dalam proses produksi. Analisis ketenagakerjaan di bidang pertanian di nyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga efektif yang dipakai. Besar kecilnya tenaga kerja yang dipakai tergantung besaran usahatani. Biasanya usaha pertanian yang kecil menggunakan tenaga kerja yang kecil atau keluarga. Sebaliknya, usaha tani yang besar akan banyak menggunakan tenaga kerja dari luar atau sewaan. Tapi dewasa ini terjadi perkembangan baru, tenaga kerja upahan tidak hanya bekerja pada usahatani yang besar tetapi juga pada usahatani kecil.


(3)

3. Faktor pendukung

Faktor pendukung dalam kelancaran usaha pertanian antara lain: kelembagaan, kemitraan, dan kebijakan. Keberadaan kelembagaan menjadi topic utama dalam ekonomi pertanian, karena fungsinya yang cukup menentukan, terutama dalam memperlancar area masukan dan keluaran. Selain keberadaan kelembagaan, faktor pendukung lain yang diperlukan dalam struktur ekonomi pertanian adalah infrastruktur atau kebijakan pengadaan sarana-prasarana,aturan dan kemitraan. Kebijakan pemerintah juga dibutuhkan untuk mendukung pembangunan pertanian daerah dan pembangunan pertanian nasional.

4. Eksistensi pertanian Indonesia saat ini

Sampai saat ini, sektor pertanian masih merupakan sektor yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan lebih dari separuh penduduk tersebut menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kontribusi utama sektor petanian terhadap pembangunan nsional telah berhasil secara nyata meningkatkan penyediaan bahan pangan, mensiptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, serta menunjang sektor pertanian melalui penyediaan bahan baku untuk industri pengolahan. Saat ini, pembangunan pertanian dihadapkan pada kondisi lingkungan strategis yang terus berkembang secara dinamis pada liberalisasi perdagangan internasional dan investasi. Menghadapi perubahan lingkungan strategis tersebut, serta memanfaatkan peluang yang ditimbulkannya, maka pembangunan pertanian lebih difokuskan pada


(4)

komoditas-komoditas unggulan yang dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional. Untuk memberdayakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan maritime, maka Departemen Pertanian beserta Departemen terkait sedang mempromosikann pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi (Moehar,2002).

2.1.2 Teori Usahatani

Usahatani merupakan organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi lapangan pertanian (Hernanto, 1995). Organisasi ini berjalan dengan sendirinya atau disengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang terikat sebagai pengelolanya. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 unsur pokok usahatani. Unsur tersebut juga dikenal dengan istilah faktor-faktor produksi yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan pengelolaan. Pola usahatani padi yang dilakukan di Indonesia berbeda di setiap wilayah. Pola usahatani dilakukan berdasarkan ketersediaaan air di wilayah tersebut.

Biaya usahatani terbagi 2 yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai usahatani padi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani, sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang secara tidak tunai dikeluarkan oleh petani. Biaya yang diperhitungkan dapat berupa faktor produksi yang digunakan tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas milik sendiri, penggunaan tenaga kerja keluarga, dan penyusutan dari sarana produksi. Biaya tunai usahatani padi yaitu biaya benih, biaya pupuk, biaya


(5)

pestisida, biaya tenaga kerja luar keluarga, sewa traktor dan pajak lahan. Produksi padi sawah dapat dipengaruhi oleh banyak hal.

Metode yang sering digunakan untuk menganalisis usahatani adalah analisis rasio R/C atau rasio antara penerimaan dan pemasukan. Nilai R/C rasio digunakan dalam analisis usahatani dengan menggambarkan tingkat efisiensi suatu usahatani berdasarkan rasio antara variabel biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang diterima. Kelebihan dari analisis ini adalah memiliki model yang sederhana sehingga memudahkan penulis untuk menggunakannya. Kekurangan dari analisis ini adalah masih banyak terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tingkat efisiensi dari usahatani tersebut namun tidak termasuk ke dalam veriabel yang dipertiimbangkan. Contoh faktor yang tidak dipertimbangkan adalah kesamaan karakteristik lahan, penggunaan faktor produksi, danlain sebagainya. Selain itu, apabila usahatani dikategorikan tidak efisien, model tersebut tidak dapat mendeskripsikan variabel apa yang menyebabkan usahatani tersebut tidak efisien sehingga tidak dapat memberikan refrensi kepada pihak yang terkait untuk membuat perbaikan agar efisiensinya meningkat. Kelebihan dari analisis efisiensi dengan pendekatan Data Envelopment Analysis adalah dapat memberikan refrensi kuantitas penggunaan faktor produksi yang harus digunakan.

2.1.3 Teori Agribisnis

Sektor pertanian erat kaitannya dengan agribisnis, dimana keberhasilan dari sektor pertanian sangat dipengaruhi oleh kesuksesan dari rantai agribisnis dari hulu sampai hilir. Menurut Suryanto, B (2004) Agribisnis atau agribusiness


(6)

adalah usaha pertanian dalam arti luas mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pada kegiatan budidaya produksi usahatani, kegiatan pengolahan hasil dan kegiatan pemasarannya. Kegiatan agrbisnis secara utuh mencakup: (1) subsistem agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengghasilkan dan menyalurkan sarana produksi; (2) subsistem usaha budidaya usahatani (on-farm agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan saprodi untuk menghasilkan produksi primer; (3) subsistem agribisnis hilir (down tream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertania primer menjadi prosuk olahan yang siap dikonsumsi; (4) subsistem pemasaran (marketing agribusiness) kegiatan memasarkan hasil pertanian primer dan produk olahannya.

Kegiatan agribisnis adalah untuk memperoleh keuntungan dimana keseluruhan investasi terkait dengan aktivitas dari usahatani dimana tidak hanya semata-mata dlam konteks pemenuhan kebutuhan masyarakat pedesaan, tetapi juga dalam rangka memperoleh nilai tambah yang lebih besar, sehingga kegiatan off- farm seperti agroindustri dan marketing menjadi sangat penting. Penerapan manajemen dalam agribisnis erat kaitannya dengan operasional pertanian. Proses inovasi teknologi sangat mendukung penerapan teknologi yang menhasilkan produk jasa yang bermutu tinggi. Teknologi adalah sumber daya buatan manusia yang bersifat dinamis dan kompetitif, karena selalu mengalami perkembangan yang cepat. Dijelaskan lebih oleh Gaynor (1991) bahwa teknologi adalah faktor penting satu-satunya yang mempengaruhi kinerja bisnis. Teknologi mempunyai pengaruh sangat nyata bagi dunia agribisnis. Selain manajemen teknologi,sumber


(7)

daya manusian merupakan komponen penting dalam transpormasi dari input menjadi output. Sumber daya yang dibutuhkan dalam agribisnis dapat dikelompokkan menadi tiga bentuk yaitu: (1) sumbe daya alam; (2) sumber daya manusia; dan (3) sumber daya buatan manusia. Sumber daya tersebut perlu dilestarikan sehingga dapat dikonsumsi dalam jangka panjang secara berkelanjutan. Sumber daya manusia dalam hal ini para petani dapat ditingkatkan melalui penyuluhan. Penyuluhan dalam bidang pertanian merupakan kegiatan pendidikan non formal yang ditunjukkan kepada masyarakat tani untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan tujuan meningkatkan taraf hidup petani melalui usahatani sehingga mampu meningkatkan better farming,better business dan better living.

2.1.4 Teori Produksi

Menurut Miller dan Meiners (1997), produksi diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, dan di mana atau kapan komoditi - komoditi itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditi itu.

Tedy Herlambang (2002) menyatakan bahwa produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan


(8)

menggunakan teknologi tertentu. Secara matematika fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = f (K,L,X,E)

dapat menghasilkan output yang maksimal.

Dimana: Q = output

K,L,X,E = input (kapital, tenaga kerja, bahan baku, keahlian /keusahawanan) Beberapa penelitian menunjukkan bahwa output tidak hanya tergantung dari jumlah faktor produksi saja tetapi juga dari sejarah total produksi perusahaan. Produktivitas dari perusahaan diperoleh dari pengetahuan sepanjang produksi (pengalaman). Sehingga fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut :

Q= f (K,L,ΣZ ΣZ = pengalaman

Menurut Arsyad (1996), fungsi produksi menghubungan input dengan output. Fungsi produksi menentukan tingkat output maksimum yang bisa diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya, jumlah input diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi ini ditentukan oleh kualitas input-input yang digunakan dalam proses produksi agar dapat menghasilkan output yang maksimal.


(9)

Menurut Cobb Douglas (1928), Fungsi produksi adalah hubungan antara masukan produksi (input) dengan produksi (output). Fungsi Cobb Douglas adalah merupakan fungsi atau persamaan yang menggubnakan dua variabel atau lebih, dimana variabel satu disebut variabel terikat dan variabel satu lagi disebut variabel bebas. Fungsi Cobb Douglas adalah fungsi produksi yang memperlihatkan hubungan antara input dengan output yang dihasilkan. Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Cobb Douglas melalui artikelnya “ A Theory of Production” ( Suhartati, 2003 ).

Secara matematis, fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis melaluin persamaan sebagai berikut :

Q = �K� ��

Keterangan :

Q = Output

K = Input Modal

L = Input Tenaga Kerja

A = Parameter Efisiensi

a = Elastisitas Input Modal


(10)

Menurut Sukirno (2005), fungsi produksi adalah hubungan diantara faktorfaktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya. Faktor-faktor produksi dikenal dengan istilah input dan jumlah produksi disebut sebagai output. Fungsi produksi dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut :

Q=f (K,L,R,T)

Dimana; K adalah jumlah stok modal, L adalah jumlah tenaga kerja, R adalah kekayaan alam dan T adalah tingkat teknologi yang diciptakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh berbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut. Soekartawi (2003) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan varibel yang menjelaskan biasanya berupa input, secara matematis hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = f(X1, X2, X3, ..., Xi, ..., Xn)

Dengan fungsi seperti tersebut di atas, maka hubungan antara X dan Y dapat diketahui sekaligus hubungan Xi, ….Xn dan X lainnya juga dapat diketahui. Dalam teori ekonomi terdapat perbedaan antara faktor produksi jangka pendek dengan faktor produksi jangka panjang. Analisa kegiatan produksi dikatakan dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya. Dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, ini berarti bahwa dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang hal tersebut diperlukan (Sukirno, 2005).


(11)

Menurut Boediono (1989), proses produksi memerlukan sumber-sumber ekonomi untuk melaksanakannya, sementara sumber-sumber ekonomi yang tersedia selalu terbatas jumlahnya. Sumber-sumber ekonomi tersebut dapat digolongkan menjadi :

a) Sumber-sumber alam (tanah, minyak bumi, hasil tambang, udara, dan sebagainya)

b) Sumber-sumber ekonomi yang berupa manusia dan tenaga manusia (tidak hanya kemampuan fisik, tetapi juga mental, keterampilan maupun keahlian)

c) Sumber-sumber ekonomi buatan manusia (termasuk mesin-mesin, gedung-gedung, jalan-jalan dan sebagainya)

d) Kepengusahaan (enterpreneurship) Yang termasuk di dalam golongan ini adalah siapa saja yang mampu dan mau berusaha. Hal iniberlaku dalam sistem kapitalis. Tetapi dalam sistem sosialis, dalam hal ini adalah negara (masyarakat) atau bertindak atas nama negara (masyarakat). Dalam sistem ekonomi yang manapun, pihak pengambil inisiatif ini harus ada. Istilah lain yang biasa digunakan untuk menyebut sumber ekonomi adalah, faktor produksi. Produksi teknis adalah segala macam usaha orang untuk menambah “nilai guna” dari barangbarang / benda. Sedangkan produksi ekonomis adalah produksi yang memperlihatkan antara hasil produksi dengan biaya yang dikeluarkan. Menurut Soekartawi (1990), fungsi produksi adalah hubungan fisik antar variabel yang dijelaskan (output) dengan variabel yang menjelaskan (input). Adapun faktor-faktor produksi dalam usaha tani padi sawah adalah sebagai berikut :


(12)

1. Subsidi Pupuk

Dalam upaya peningkatan produksi, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian subsidi adalah untuk meringankan beban petani dalam penyediaan dan penggunaan pupuk untuk kegiatan usahataninya sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan produksi komoditas pertanian guna mendukung ketahanan pangan nasional (Amang, 1990).

Pada tahun 2012, Pemerintah menyediakan subsidi pupuk yang disalurkan PT Pupuk Sriwidjaya (Holding), meliputi pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK. Efektifitas penggunaan pupuk di arahkan pada penerapan pemupukan berimbang dan standar teknis penggunaan pupuk yang di anjurkan. Dalam penerapan pemupukan berimbang sangat dibutuhkan modal yang cukup, sedangkan kemampuan permodalan petani sangat terbatas dalam membiayai kebutuhan usahataninya. Untuk itu pemerintah memfasilitasi penyediaan subsidi pupuk untuk sektor pertanian, agar petani dapat menerapkan pemupukan berimbang guna meningkatkan produksi (Permentan, 2012).

Kedudukan pupuk yang amat penting dalam produksi pertanian mendorong campur tangan pemerintah untuk mengatur tataniaga pupuk. Kebijakan pemerintah terkait masalah ini adalah melalui subsidi. Subsidi pupuk yang diberlakukan sejak tahun 1971 bertujuan menekan biaya yang akan ditanggung petani dalam pengadaan pupuk. Sehingga petani tidak kesulitan untuk memperoleh pupuk karena masalah biaya (Permentan, 2012).


(13)

Pemberian subsidi pupuk dalam jangka panjang dapat meningkatkan jumlah konsumsi pupuk. Peningkatan tersebut di satu sisi memberikan efek positif berupa peningkatan produksi pertanian, tetapi di sisi lain dapat meningkatkan anggaran subsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah setiap tahunnya. Penggunan pupuk yang berlebihan juga berdampak negatif terhadap lingkungan (Permentan, 2012).

2. Subsidi Benih

Dalam upaya meningkatkan produkstivitas dan produksi pangan, benih mempunyai peranan yang sangat strategis. Ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul bersertifikat yang memiliki aspek kualitas dan kualitaas dibarengi dengan aplikasi teknologi budidaya lainnya seperti pupuk berimbang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap produkstivitas, produksi dan mutu hasil prosuk tanaman pangan. Untuk dapat mencapai hasil sebagaimana dengan yang diharapkan tersebut, salah satu faktor produksi yang berpengaruh yaitu ketersediaan benih varietas unggul bersertifikat serta penggunaan yang konsisten oleh petani dalam setiap usahataninya (Permentan 2012).

Dengan ketersediaan benih padi yang berkecukupan, tentu akan meningkatkan kualitas produksi usahatani tersebut. Oleh sebab itu, subsidi pupuk harus tetap dilakukan pengawasan dan manajemen yang baik terhadaop penyebaran benih tersebut di setiap kabupaten/kota sesuai dengan kebutuhan di wilayah tersebut. Pemberian subsidi benih dalam jangka panjang dapat meingkatkan jumlah konsumsi benih bersertifikat. Peningkatan tersebut disatu sisi


(14)

memberikan manfaat berupa peningkatan produksi padi, tetapi disisi lain dapat meningkatkan anggaran subsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah setiap tahunnya (Permentan, 2012).

3. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi insane yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja. Oleh sebab itu, tenaga kerja dapat dikelompokkan berdasarkan kualitas (kemampuan dan keahlian) dan berdasarkan sifat kerjanya ( Wikipedia ).

Dalam usahatani padi sawah, tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjalankan proses produksi padi tersebut mulai dari pengolahan lahan, pembibitan, pemupukan sampai pada menghasilkan produksi padi. Oleh sebab itulah tenaga kerja yang memegang kendali dalam usahatani padi sawah tersebut. Tingkat produktivitas padi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia atau tenaga kerjanya. Sehingga pemerintah harus senantiasa memperhatikan kondisi tenaga kerja pertanian agar dapat mendapatkan hasil produksi yang maksimal. Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas petani yaitu melalui penyuluhan dan pelatihan khusus yang dilakukan kepada petani dan berjalan secara kontiniu. Dengan demikian petani diharapkan dapat mempunyai dan meningkatkan pengetahuannya dalam mengelola usahatani padii sawah secara efektif dan menggunkan faktor-faktor produksinya secara efisien. Melihat betapa pentingnya peranan tenaga kerja inilah


(15)

sehingga sangat dibutuhkan perhatian yang sangat khusus dan kontiniu agar menghasilkan petani-petani yang handal dan berdaya saing.

2.1.5 Teori Efisiensi

Efisiensi merupakan tindakan memaksimalkan hasil dengan menggunakan modal (tenaga kerja, material dan alat) yang minimal. Efisiensi merupakan rasio antara input dan output atau perbandingan antara penerimaan dan pengeluaran. Apa saja yg dimaksud dengan masukan serta bagaimana angka perbandingan tersebut diperoleh, akan tergantung dari tujuan penggunaan tolok ukur tersebut. Secara sederhana, menurut Nopirin (1997), efisiensi dapat berarti tidak adanya pemborosan. Efisiensi adalah kemampuan untuk mencapai hasil yang diharapkan (output) dengan pengorbanan (input) yang terendah. Jika pengertian efisiensi dijelaskan dengan input-output, maka efisiensi merupakan rasio antara output dengan input yang dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

E = O/I

Dimana: E = Efisiensi

O = Output

I = Input

Efisiensi dapat dikatakan sebagai suuatu tindakan yang dapat meminimalkan pemborosan atau kerugian sumber daya dalam melaksanakan


(16)

suatu kegiatan atau dalam menghasilkan sesuatu. Menurut Slichter (1980) ada 3 macam efisiensi:

1. Engineering / Physical Efficiency Yaitu perbandingan antara jumlah satuan benda yang diperlukan dengan benda yang dihasilkan.

2. Bussiness Efficiency Adalah perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan penghasilan yang masuk.

3. Social Efficiency Adalah perbandingan antara pengorbanan-pengorbanan mansusia dengan kepuasan atau kemanfaatan bagi manusia yang dapat dinikmati.

Mubyarto (1986) menyatakan bahwa efisiensi adalah suatu keadaan dimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal. Untuk memperoleh sejumlah produk diperlukan bantuan atau kerjasama antara beberapa faktor produksi. Selain itu, efisiensi merupakan perbandingan antara masukan dengan pengeluaran. Apa saja yang termasuk ke dalam masukan serta bagaimana angka perbandingan tersebut diperoleh, tergantung dari tujuan penggunaan tolok ukur tersebut. Usaha peningkatan efisiensi umumnya dihubungkan dengan tingkat biaya yang lebih kecil untuk memperoleh suatu hasil tertentu, atau dengan biaya tertentu diperoleh hasil yang lebih banyak. Hal ini berarti menekan pemborosan hingga sekecil mungkin. Segala hal yang memungkinkan untuk mengurangi biaya tersebut dilakukan demi efisiensi.


(17)

2.1.6 Data Envelopment Analysis (DEA)

DEA merupakan suatu pendekatan non parametrik yang pada dasarnya merupakan teknik berbasis pemrograman linier. DEA bekerja dengan langkah mengidentifikasi unit-unit yang akan dievaluasi, input serta output unit tersebut. Kemudian selanjutnya, dihitung nilai produktivitas dan mengidentifikasi unit mana yang tidak menggunakan input secara efisien atau tidak menghasilkan output secara efektif. Produktivitas yang diukur bersifat komparatif atau relatif, karena hanya membandingkan antar unit pengukuran dari 1 set data yang sama. Dalam hal pengukuran efisiensi terhadap Tempat Pelelangan Ikan, difokuskan pada penambahan output yang diperlukan dengan mempertahankan input yang telah ada (Suhadi, 2005).

Selanjutnya efisiensi untuk mengukur kinerja proses produksi dalam arti yang luas dengan mengoperasionalkan variabel-variabel yang mempunyai satuan yang berbeda-beda, yang kebanyakan seperti dalam pengukuran barang-barang publik atau barang yang tidak mempunyai pasar tertentu (non-traded goods), maka alat analisis DEA merupakan pilihan yang paling sesuai (Mumu danSusilowati, 2004).

Efisiensi dapat diperkirakan dengan menggunakan teknik DEA (Data Envelopment Analysis) yang memiliki karakter berbeda dengan konsep efisiensi pada umumnya. Beberapa alasan mengapa alat analisis DEA dapat dipakai untuk mengukur efisiensi suatu proses produksi, yaitu:


(18)

2. Nilai efisiensi yang dihasilkan bersifat relatif atau hanya berlaku dalam lingkup sekumpulan UKE (Unit Kegiatan Ekonomi) yang diperbandingkan (Nugroho 2004 dalam Suhadi, 2005).

Hubungan fisik antara output dan input sering disebut dengan fungsi produksi. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan. Efisiensi dapat diestimasi dengan teknik analisis Data Envelopment Analysis (DEA) yang memiliki karakter berbeda dengan konsep efisiensi pada umumnya (yang didekati dengan pendekatan parametrik, seperti regresi). Ada beberapa alasan mengapa alat analisis DEA dapat dipakai untuk mengukur efisiensi suatu proses produksi, yaitu

1. Efisiensi yang diukur adalah bersifat teknis, bukan ekonomi. Ini dimaksudkan bahwa, analisis DEA hanya memperhitungkan nilai absolute dari suatu variabel. Satuan dasar pengukuran yang mencerminkan nilai ekonomis dari tiap-tiap variabel seperti harga, berat, panjang, isi dan lainnya tidak dipertimbangkan. Oleh karenanya dimungkinkan suatu pola perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan satuan yang berbeda-beda.

2. Nilai efisiensi yang dihasilkan bersifat relatif atau hanya berlaku dalam sekumpulan Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) yang dibandingkan (Nugroho,1995 )

Selanjutnya, efisiensi untuk mengukur kinerja proses produksi dalam arti luas dengan mengoperasionalkan variabel-variabel yang mempunyai satuan yang berbeda-beda, yang kebanyakan seperti dalam pengukuran barang-barang public


(19)

atau barang yang tidak mempunyai pasar tertentu, maka analisis DEA merupakan pilihan yang sesuai ( Mumu dan Susilowati, 2004) Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan suatu pendekatan non parametrik yang pada dasarnya merupakan teknik berbasis linear programming. DEA bekerja dengan langkah mengidentifikasi unit-unit yang akan dievaluasi, input serta output unit tersebut. Kemudian menghitung nilai produktivitas dan mengidentifikasi unit mana yang tidak menggunakan input secara efisien atau tidak menghasilkan output secara efektif. Produktivitas yang diukur bersifat komparatif atau relatif karena hanya membandingkan antar unit pengukuran dari 1 set data yang sama.

Kelebihan dan kelemahan DEA

Dalam DEA, efisiensi dinyatakan dalam rasio antara total input dengan total output tertimbang. Dimana setiap unit kegiatan ekonomi diasumsikan bebas menentukan bobot untuk setiap variabel input maupun variable output yang ada, asalkan mampu memenuhi dua kondisi yang disyaratkan yaitu (Silkman, 1986; Nugroho, 1995; Ari Wibowo, 2004; Lendro Kurniawan, 2005):

1. Bobot tidak boleh negatif

2. Bobot harus bersifat universal atau tidak menghasilkan indikator efisiensi yang di atas normal atau lebih besar dari nilai 1, bilamana dipakai unit kegiatan ekonomi yang lainnya.

Angka efisiensi yang diperoleh dengan model DEA memungkinkan untuk mengidentifikasi unit kegiatan ekonomi yang penting diperhatikan dalam kebijakan pengembangan kegiatan ekonomi yang dijalankan secara kurang produktif.


(20)

Dari sudut pandang ilmu ekonomi, suatu perusahaan yang rasional akan selalu berupaya untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya. Sejalan dengan ini, perusahaan yang rasional akan selalu meningkatkan kapasitas produksinya sampai diperoleh suatu nilai keseimbangan profit yang maksimal dalam marginal revenue (sebagai fungsi output) masih melebihi marginal cost (sebagai fungsi input). Sehingga perusahaan-perusahaan haruslah sensitif terhadap isu yang berhubungan dengan “skala hasil” (yang umum disebut dengan return to scale). Suatu perusahaan akan memiliki salah satu dari kondisi return to scale, yaitu increasing return to scale (IRS), constant return to scale (CRS) dan decreasing return to scale (DRS) (Erwinta Siswandi dan Wilson Arafat, 2004).

Menurut Aam Slamet Rusydiana (2013), Dalam perkembangannya, metode DEA pun tentu terdapat kelebihan dan kekurangannya, dalam konteks pengukuran efisiensi sebuah industri. Secara singkat, berbagai keunggulan dan kelemahan metode DEA adalah:

a. Keunggulan DEA

1. Bisa menangani banyak input dan output

2. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.

3. Unit Kegiatan Ekonomi dibandingakan secara langsung dengan sesamanya.

4. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel input-output dari setiap sampelnya.


(21)

b. Keterbatasan DEA 1. Bersifat simple specific

2. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat fatal.

3. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan produktivitas absolut.

4. Uji hipótesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Bambang Agus 2006. Analisis Efisiensi dengan pendekatan data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus Efisiensi penggunaan lahan, Bibit, Pupuk, Obat-obatan dan tenaga kerja pada usahatani padi sawah di Jawa Tengah). Dalam penelitian ini, untuk menganalisis efisiensi teknis penggunaan input produksi pada usahatani padi sawah di Jawa Tengah menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Penelitian ini juga menggunakan metode regresi, namun dari hasil perbandingan menggunakan regresi tidak cocok untuk menangani masalah efisiensi teknis. Penggunaan input (dengan output tertentu) tidak efisien dapat dikurangi, sehingga penggunaan input menjadi efisien pada output tetap. Pada musim kemarau 2003, input-input tidak efisien ≤ 100% berturut-turut adalah tenaga kerja, pupuk TSP, pupuk organik, pupuk ZA, pupuk UREA, pupuk NPK, pupuk lainnya dan obatobatan. Seangkan pada musim hujan 2004, input—inpuut yang tidak efisien ≤ 100% berturut


(22)

-turut adalah tenaga kerja, obat-obatan, pupuk TSP, pupuk organik dan pupuk urea.

2. Adhysti Muhammad. 2009. Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis di Jawa Tengah. Berdasakan hasil analisis efisiensi berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) serta berdasarkan simulasi manajerial yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

• Dari 14 Kabupaten yang menjadi studi kasus, hanya 4 kabupaten yang usahataninya efisien secara relatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiapp hektar pada kabupaten tersebut telah dapat secara relatif dalam mengalokasikan faktor produksi bila dibanding dengan kabupaten lain.

• Hal spesifik yang diperoleh melalui simulasi manajerial menunjukkan bahwa kabupaten yang tidak efisiendapat diperbaiki menjadi efisien, yaitu melalui efisiensi pada faktor-faktor produksi (input) seperti tenaga kerja, pupuk, obat-obatan. Dengan itu, inefisiensi kinerja sektor usahataninpadi sawah dapat diminimalkan.

• Dengan adanya inefisiensi pada pengurangan tenaga kerja, menandakan bahwa tenaga kerja daerah tidak efisien relative kurang produktif disbanding daerah yang tenaga kerjanya efisien.

3. Hanny Stephanie. 2012. Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) di Desa Kertawinangun Kecamatan Kandangharu Kabupaten Indramayu. Dalam hasil analisis yang digunakan dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) diperoleh bahwa ada beberapa perbaikan dalam meningkatkan efisiensi


(23)

dalam faktor-faktor produksi yang dimilikinya seperti: tenaga kerja, penggunaan benih dan penggunaan pupuk maupun tenaga kerja.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama/Tahun Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

1. Bambang 2006 Analisis Efisiensi dengan pendekatan data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus Efisiensi penggunaan lahan, Bibit, Pupuk, Obat-obatan dan tenaga kerja pada usahatani padi sawah di Jawa Tengah)

Variabel input: LuasProduksi, Jumlah Bibit, Jumlah Pupuk UREA, Jumlah Pupuk TSP, Jumlah Pupuk ZA, Jumlah Pupuk KCL, Jumlah Pupuk Lainnya, Tenaga Kerja, Obat-obatan. Variabel Output: Produksi Kinerja Sektor usahatani padi sawah di Jawa Tengah tidak bekerja secara efisien yang diakibatkan oleh kurang efisiennya pengunaan faktor-faktor produksi.

2. Adhisty 2009

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan

Agribisnis di Jawa Tengah Variabel input: Benih, Pupuk, Tenaga kerja. Variabel Output: Produksi per hektar. Kinerja sektor usahatani dengan pendekatan agribisnis di Jawa Tengah belum bekerja secara efisien yaitu pada pengeluaran tenaga kerja tetapi pengeluaran di faktor produksi lainnya sudah


(24)

efisien. 3. Hanny Stephanie 2012 Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) di Desa Kertawinangun Kecamatan Kandangharu Kabupaten Indramayu Variabel Input: 1.Usia Usahatani 2.Lahan 3.Benih 4.Tenaga Kerja 5.Biaya Irigasi 6.Biaya Saprodi Variabel Output: 1.Hasil Panen 2.Pendapatan Hasil Panen Kinerja Sektor usahatani padi sawah di Desa Kertawinangun Kecamatan Kandangharu Kabupaten Indramayu belum bekerja secara efisien yang diakibatkan oleh kurang efisiennya pengunaan faktor-faktor produksi.

2.3 Kerangka Konseptual

Tingkat produksi yang tinggi akan dicapai apabila faktor produksi dialokasikan secara efisien. Efisiensi teknik menurut Farrel dalam Komarsyiah (2006) merupakan hubungan antara input dengan output. Suatu unit usaha dikatakan efisien secara teknik jika produksi dengan output terbesar yang menggunakan satu set kombinasi beberapa input.

Dengan mengetahui efisiensi sektor usahatani padi sawah sehingga diharapkan dapat meminimalkan kendala tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal Dengan mengacu pada beberapa variabel yang telah dipergunakan dalam penelitian ini selanjutnya dalam prosedur analisis metode DEA dapat diketahui nilai efisiensi. Dapat digambarkan sebagai berikut :


(25)

Input

Output

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.1.9 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan sebagai berikut: 1. Diduga kinerja sektor usahattani padi sawah di Provinsi Sumatera Utara pada

tahun 2012 telah efisien.

1. Tenaga Kerja 2. Benih 3. Pupuk ZA 4. Pupuk NPK 5. Pupuk Urea 6. Pupuk organik

Hasil Efisiensi Analisis

DEA Data Kinerja

Sektor Usahatani Padi Sawah


(1)

Dari sudut pandang ilmu ekonomi, suatu perusahaan yang rasional akan selalu berupaya untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya. Sejalan dengan ini, perusahaan yang rasional akan selalu meningkatkan kapasitas produksinya sampai diperoleh suatu nilai keseimbangan profit yang maksimal dalam marginal revenue (sebagai fungsi output) masih melebihi marginal cost (sebagai fungsi input). Sehingga perusahaan-perusahaan haruslah sensitif terhadap isu yang berhubungan dengan “skala hasil” (yang umum disebut dengan return to scale). Suatu perusahaan akan memiliki salah satu dari kondisi return to scale, yaitu increasing return to scale (IRS), constant return to scale (CRS) dan decreasing return to scale (DRS) (Erwinta Siswandi dan Wilson Arafat, 2004).

Menurut Aam Slamet Rusydiana (2013), Dalam perkembangannya, metode DEA pun tentu terdapat kelebihan dan kekurangannya, dalam konteks pengukuran efisiensi sebuah industri. Secara singkat, berbagai keunggulan dan kelemahan metode DEA adalah:

a. Keunggulan DEA

1. Bisa menangani banyak input dan output

2. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.

3. Unit Kegiatan Ekonomi dibandingakan secara langsung dengan sesamanya.

4. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel input-output dari setiap sampelnya.


(2)

b. Keterbatasan DEA 1. Bersifat simple specific

2. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat fatal.

3. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan produktivitas absolut.

4. Uji hipótesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Bambang Agus 2006. Analisis Efisiensi dengan pendekatan data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus Efisiensi penggunaan lahan, Bibit, Pupuk, Obat-obatan dan tenaga kerja pada usahatani padi sawah di Jawa Tengah). Dalam penelitian ini, untuk menganalisis efisiensi teknis penggunaan input produksi pada usahatani padi sawah di Jawa Tengah menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Penelitian ini juga menggunakan metode regresi, namun dari hasil perbandingan menggunakan regresi tidak cocok untuk menangani masalah efisiensi teknis. Penggunaan input (dengan output tertentu) tidak efisien dapat dikurangi, sehingga penggunaan input menjadi efisien pada output tetap. Pada musim kemarau 2003, input-input tidak efisien ≤ 100% berturut-turut adalah tenaga kerja, pupuk TSP, pupuk organik, pupuk ZA, pupuk UREA, pupuk NPK, pupuk lainnya dan obatobatan. Seangkan pada musim hujan 2004, input—inpuut yang tidak efisien ≤ 100% berturut


(3)

-turut adalah tenaga kerja, obat-obatan, pupuk TSP, pupuk organik dan pupuk urea.

2. Adhysti Muhammad. 2009. Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis di Jawa Tengah. Berdasakan hasil analisis efisiensi berdasarkan Data Envelopment Analysis (DEA) serta berdasarkan simulasi manajerial yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: • Dari 14 Kabupaten yang menjadi studi kasus, hanya 4 kabupaten yang

usahataninya efisien secara relatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiapp hektar pada kabupaten tersebut telah dapat secara relatif dalam mengalokasikan faktor produksi bila dibanding dengan kabupaten lain. • Hal spesifik yang diperoleh melalui simulasi manajerial menunjukkan

bahwa kabupaten yang tidak efisiendapat diperbaiki menjadi efisien, yaitu melalui efisiensi pada faktor-faktor produksi (input) seperti tenaga kerja, pupuk, obat-obatan. Dengan itu, inefisiensi kinerja sektor usahataninpadi sawah dapat diminimalkan.

• Dengan adanya inefisiensi pada pengurangan tenaga kerja, menandakan bahwa tenaga kerja daerah tidak efisien relative kurang produktif disbanding daerah yang tenaga kerjanya efisien.

3. Hanny Stephanie. 2012. Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) di Desa Kertawinangun Kecamatan Kandangharu Kabupaten Indramayu. Dalam hasil analisis yang digunakan dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) diperoleh bahwa ada beberapa perbaikan dalam meningkatkan efisiensi


(4)

dalam faktor-faktor produksi yang dimilikinya seperti: tenaga kerja, penggunaan benih dan penggunaan pupuk maupun tenaga kerja.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama/Tahun Judul Penelitian Variabel

Penelitian

Hasil Penelitian

1. Bambang 2006 Analisis Efisiensi dengan pendekatan data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus Efisiensi penggunaan lahan, Bibit, Pupuk, Obat-obatan dan tenaga kerja pada usahatani padi sawah di Jawa Tengah)

Variabel input: LuasProduksi, Jumlah Bibit, Jumlah Pupuk UREA, Jumlah Pupuk TSP, Jumlah Pupuk ZA, Jumlah Pupuk KCL, Jumlah Pupuk Lainnya, Tenaga Kerja, Obat-obatan. Variabel Output: Produksi Kinerja Sektor usahatani padi sawah di Jawa Tengah tidak bekerja secara efisien yang diakibatkan oleh kurang efisiennya pengunaan faktor-faktor produksi.

2. Adhisty 2009

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan

Agribisnis di Jawa Tengah Variabel input: Benih, Pupuk, Tenaga kerja. Variabel Output: Produksi per hektar. Kinerja sektor usahatani dengan pendekatan agribisnis di Jawa Tengah belum bekerja secara efisien yaitu pada pengeluaran tenaga kerja tetapi pengeluaran di faktor produksi lainnya sudah


(5)

efisien. 3. Hanny Stephanie 2012 Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) di Desa Kertawinangun Kecamatan Kandangharu Kabupaten Indramayu Variabel Input: 1.Usia Usahatani 2.Lahan 3.Benih 4.Tenaga Kerja 5.Biaya Irigasi 6.Biaya Saprodi Variabel Output: 1.Hasil Panen 2.Pendapatan Hasil Panen Kinerja Sektor usahatani padi sawah di Desa Kertawinangun Kecamatan Kandangharu Kabupaten Indramayu belum bekerja secara efisien yang diakibatkan oleh kurang efisiennya pengunaan faktor-faktor produksi.

2.3 Kerangka Konseptual

Tingkat produksi yang tinggi akan dicapai apabila faktor produksi dialokasikan secara efisien. Efisiensi teknik menurut Farrel dalam Komarsyiah (2006) merupakan hubungan antara input dengan output. Suatu unit usaha dikatakan efisien secara teknik jika produksi dengan output terbesar yang menggunakan satu set kombinasi beberapa input.

Dengan mengetahui efisiensi sektor usahatani padi sawah sehingga diharapkan dapat meminimalkan kendala tersebut untuk mencapai hasil yang maksimal Dengan mengacu pada beberapa variabel yang telah dipergunakan dalam penelitian ini selanjutnya dalam prosedur analisis metode DEA dapat diketahui nilai efisiensi. Dapat digambarkan sebagai berikut :


(6)

Input

Output

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.1.9 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan sebagai berikut: 1. Diduga kinerja sektor usahattani padi sawah di Provinsi Sumatera Utara pada

tahun 2012 telah efisien.

1. Tenaga Kerja 2. Benih 3. Pupuk ZA 4. Pupuk NPK 5. Pupuk Urea 6. Pupuk organik

Hasil Efisiensi Analisis

DEA Data Kinerja

Sektor Usahatani Padi Sawah


Dokumen yang terkait

Peningkatan Kualitas Produk Karet Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) dan Taguchi di Pabrik Industri Karet PTPN III Kebun Sei Silau, Asahan

15 128 201

Evaluasi Kinerja Lingkungan Stokastik Menggunakan Data Envelopment Analisys

0 67 41

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

6 107 98

Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA) Desa Kertawinangun Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu

1 6 247

Efisiensi Teknis Usahatani Padi Di Jawa Dan Luar Jawa : Pendekatan Data Envelopment Analysis (Dea).

1 6 101

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 9

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Analisis Kinerja Sektor Usahatani Padi Sawah melalui Pendekatan Agribisnis dengan Aplikasi Model Data Envelopment Analysis (DEA) di Provinsi Sumatera Utara

0 0 16