Analisis Pelaksanaan Posyandu Lansia Di Kecamatan Medan Deli Tahun 2015

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) yang berdampak terhadap meningkatnya populasi lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia merupakan dampak keberhasilan pembangunan, terutama di bidang kesehatan (Komnas Lansia, 2010).

Peningkatan UHH sangat terkait dengan pembinaan penduduk lanjut usia. Dengan masuknya seseorang pada umur lanjut usia akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan baik pendidikan, kesehatan dan sosial ekonomi. Kualitas hidup penduduk lanjut usia umumnya masih rendah. Sebagian besar penduduk lanjut usia tidak atau belum pernah sekolah dan tidak tamat Sekolah Dasar (SD), perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu 17,32% berbanding 42,07% (Darmojo, 2007).

Selain pendidikan penduduk lanjut usia juga mengalami masalah kesehatan. Kondisi ini tentunya harus mendapat perhatian dari berbagai pihak. Lanjut usia yang mengalami masalah dengan kesehatannya akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan bahkan pemerintah sehingga akan menjadi beban dalam pembangunan. Oleh karena itu, kita harus menjadikan masa lanjut usia menjadi tetap sehat, produktif dan mandiri.

Indonesia memasuki era penduduk berstruktur tua dimana proporsi lanjut usia mencapai 14,4 juta jiwa atau 7,18% dari jumlah penduduk. Secara demografi


(2)

berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa mulai tahun 2010 terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia sebanyak 23.992.553 juta jiwa (9,77%) dari total jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 jiwa, dan pada tahun 2020 diprediksi jumlah lanjut usia mencapai 28.822.879 jiwa atau 11,34% (Biro Pusat Statistik, 2010).

Mengingat kondisi dan permasalahan lanjut usia seperti yang diuraikan sebelumnya, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lanjut usia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia ini, pemerintah telah mengupayakan adanya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) lanjut usia. Posyandu lanjut usia ini merupakan salah satu program pengembangan dari Puskesmas (Departemen Kesehatan RI, 2006).

Menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia, Komisi Nasional Lanjut Usia Tahun 2010 disebutkan bahwa Posyandu lansia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia dimasyarakat, yang proses pembentukannya dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu lanjut usia juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia


(3)

dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka (Komnas Lansia, 2010).

Posyandu lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan pembinaan sesuai dengan Undang-Undang RI N0. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia, upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan lembaga (Departemen Kesehatan RI, 2005).

Selain di Indonesia, pelayanan lanjut usia telah diselenggarakan dibeberapa negara, salah satunya adalah Amerika Serikat. Pelayanan lanjut usia yang diselenggarakan dalam bentuk pelayanan sosial yaitu The National Family Caregiver Support Program (NFCSP). Program ini bertujuan untuk memberikan bantuan kepada anggota keluarga yang menjalankan peran perawatan kepada seseorang lanjut usia dirumahnya dan memberikan perawatan gratis kepada anggota keluarganya. Sasaran langsungnya adalah pihak keluarga yang memberikan perawatan.

Posyandu lanjut usia memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan agar tercapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan eksistensinya. Pelayanan lanjut usia lainnya juga dikenal dengan istilah Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu). Posbindu adalah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan


(4)

inisiatif dan kebutuhan lanjut usia. Program Posbindu ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki lanjut usia maupun yang sudah memasuki lanjut usia (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Salah satu kegiatan Posbindu yang dilaksanakan adalah Posbindu PTM. Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan tempat kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko PTM yang dilaksanakan terpadu, rutin dan periodik. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak menunjukkan gejala pada yang mengalaminya. Didaerah tertentu Posbindu PTM disebut juga Posyandu lansia dan Karang Werdha (Kementerian Kesehatan, 2011).

Dasar pembentukan posyandu ini yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lanjut usia. Adapun tujuan diadakan posyandu lanjut usia adalah untuk meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam mengatasi kesehatan lanjut usia, meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan lanjut usia dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia (Departemen Kesehatan RI, 2005).

Sasaran posyandu lansia meliputi dua kelompok sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah lansia pra senilis, lansia dan lansia risiko tinggi, sedangkan sasaran tidak langsung adalah keluarga dimana lansia berada, masyarakat dilingkungan lansia, organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas kesehatan yang


(5)

melayanani kesehatan lansia dan masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2006). Berdasarkan data Dinas kesehatan Kota Medan Tahun 2013, jumlah lansia yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 64.210 (49,95%) dari seluruh populasi lansia yang jumlahnya 128.558 jiwa (Profil Kesehatan Kota Medan, 2013).

Kecamatan Medan Deli merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kecamatan Medan Deli terdiri dari 6 kelurahan dan memiliki 2 wilayah kerja Puskesmas yaitu Puskesmas Medan Deli dan Puskesmas Titipapan. Kecamatan Medan Deli juga mempunyai 10 kelompok posyandu lansia dengan jumlah lansia yang terdaftar sebanyak 14.739 jiwa.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilaksanakan, dari 14.739 orang lansia yang terdaftar, jumlah lanjut usia yang datang ke posyandu dalam setahun hanya sebanyak 4.163 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya partisipasi lansia dan kurangnya sosialisasi oleh kader dalam pemanfaatan posyandu lansia, sehingga pemanfaatannya sangat minim.

Pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan oleh kader dan dibantu dengan tenaga kesehatan. Kader pelaksana kegiatan posyandu seharusnya berjumlah 5 orang. Kader dibentuk oleh masyarakat melalui musyawarah dan telah disepakati bersama. Kader berperan dalam mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan posyandu, melaksanakan kegiatan posyandu dengan membuka pelayanan 3 meja, membantu petugas dalam pemeriksaan kesehatan dan pelayanan lainnya serta melakukan penyuluhan.


(6)

Pelaksanaan kegiatan posyandu ini juga diperlukan peran serta dari pihak terkait seperti puskesmas, camat dan lurah untuk memperlancar kegiatan tersebut. Peran puskesmas dalam kegiatan ini adalah memfasilitasi dari segi tenaga kesehatan dan alat-alat yang digunakan untuk posyandu. Camat berperan sebagai penanggung jawab kelompok kerja pembinaan lansia di tingkat kecamatan, sedangkan lurah terlibat sebagai penanggung jawab tim pelaksana pembinaan lansia di tingkat kelurahan/desa.

Kegiatan di posyandu lansia juga didukung dengan sarana dan prasarana penunjang, antara lain: tempat kegiatan, meja, kursi, alat tulis, buku pencatat kegiatan, timbangan dewasa, pengukur tinggi badan, tensi meter dan stetoskop, peralatan laboratorium sederhana, termometer dan Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia. Dalam pelaksanaan kegiatan yang ada di posyandu terdiri dari 3 meja. Meja pertama yaitu pendaftaran, lansia mendaftarkan diri untuk dapat memperoleh pelayanan. Di meja kedua, lansia melakukan penimbangan berat badan. Pada meja ketiga, tekanan darah lansia diukur dengan tensimeter oleh tenaga kesehatan yang ada diposyandu, apabila tekanan darah lansia tersebut tinggi maka lansia tersebut diberi obat.

Adapun jenis kegiatan lainnya yang dilakukan dalam posyandu lansia adalah pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan adanya gula dalam air seni, pemeriksaan adanya protein dalam air seni, pelaksanaan rujukan ke puskesmas, penyuluhan kesehatan, Pemberian Makanan Tambahan


(7)

(PMT), kegiatan olahraga dan program kunjungan lanjut usia. Pelaksanaan kegiatan yang ada disalah satu posyandu Kecamatan Medan Deli kurang sesuai dengan standar. Kegiatan yang dilakukan hanya ada pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan saja dan pengukuran tekanan darah. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketersediaan peralatan untuk pemeriksaan kesehatan yang lainnya. Dari fenomena di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan posyandu lanjut usia tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Menurut penelitian dari Efnileli (2013) yaitu tentang analisis implementasi program posyandu Lansia di Kota Cirebon mengatakan bahwa Rendahnya cakupan dikarenakan petugasnya kurang aktif, komunikasi dengan lintas program maupun dengan masyarakat kurang, lanjut usianya rata-rata berpendidikan rendah, kurang dukungan pejabat setempat, kader posyandu hanya 2 orang. Ukuran dasar dan tujuan kebijakan belum tertulis di Puskesmas, sumber daya petugas khusus posyandu lansia saat ini belum ada, anggaran untuk posyandu lansia kurang, belum memilki tempat untuk pelaksanaan posyandu, peralatan untuk pemeriksaan kesehatan tidak memenuhi kualitas.

Sementara itu, hasil penelitian Kristianti (2013) dalam implementasi program posyandu lanjut usia di RW IV Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya yaitu diketahui bahwa implementasi program posyandu lanjut usianya telah memenuhi keempat variabel tersebut meskipun masih ada beberapa problematika seperti kurangnya kesadaran lansia tentang pentingnya posyandu, kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar atau mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu, tidak semua lansia tercantum


(8)

dalam daftar penerima PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, serta anggaran yang minim.

Hasil penelitian Siahaan (2014) dalam Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi menunjukkan bahwa pelaksanaan program posyandu terlaksana sepenuhnya 96,7% dan terlaksana sebagian 68,9%. Tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu kategori puas adalah 68,9%, kategori tidak puas 16,3% dan sangat puas 14,8%.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana Pelaksanaan Posyandu lanjut usia di Kecamatan Medan Deli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang ditemukan di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pelaksanaan Posyandu Lanjut usia di Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan Posyandu Lanjut usia di Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas dan sektor terkait dalam pembinaan lanjut usia tentang bagaimana pelaksanaan Posyandu lanjut usia.


(9)

2. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara nyata bagi penulis.

3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan Posyandu lanjut usia.


(1)

inisiatif dan kebutuhan lanjut usia. Program Posbindu ini berbeda dengan Posyandu, karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan memasuki lanjut usia maupun yang sudah memasuki lanjut usia (Kementerian Kesehatan RI, 2011). Salah satu kegiatan Posbindu yang dilaksanakan adalah Posbindu PTM. Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan tempat kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko PTM yang dilaksanakan terpadu, rutin dan periodik. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini mengingat hampir semua faktor risiko PTM tidak menunjukkan gejala pada yang mengalaminya. Didaerah tertentu Posbindu PTM disebut juga Posyandu lansia dan Karang Werdha (Kementerian Kesehatan, 2011).

Dasar pembentukan posyandu ini yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lanjut usia. Adapun tujuan diadakan posyandu lanjut usia adalah untuk meningkatkan kesadaran para usia lanjut untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam mengatasi kesehatan lanjut usia, meningkatkan jenis dan jangkauan pelayanan kesehatan lanjut usia dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia (Departemen Kesehatan RI, 2005).

Sasaran posyandu lansia meliputi dua kelompok sasaran, yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung adalah lansia pra senilis, lansia dan lansia risiko tinggi, sedangkan sasaran tidak langsung adalah keluarga dimana lansia berada, masyarakat dilingkungan lansia, organisasi sosial yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas kesehatan yang


(2)

melayanani kesehatan lansia dan masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI, 2006). Berdasarkan data Dinas kesehatan Kota Medan Tahun 2013, jumlah lansia yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 64.210 (49,95%) dari seluruh populasi lansia yang jumlahnya 128.558 jiwa (Profil Kesehatan Kota Medan, 2013).

Kecamatan Medan Deli merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Medan. Kecamatan Medan Deli terdiri dari 6 kelurahan dan memiliki 2 wilayah kerja Puskesmas yaitu Puskesmas Medan Deli dan Puskesmas Titipapan. Kecamatan Medan Deli juga mempunyai 10 kelompok posyandu lansia dengan jumlah lansia yang terdaftar sebanyak 14.739 jiwa.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilaksanakan, dari 14.739 orang lansia yang terdaftar, jumlah lanjut usia yang datang ke posyandu dalam setahun hanya sebanyak 4.163 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya partisipasi lansia dan kurangnya sosialisasi oleh kader dalam pemanfaatan posyandu lansia, sehingga pemanfaatannya sangat minim.

Pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan oleh kader dan dibantu dengan tenaga kesehatan. Kader pelaksana kegiatan posyandu seharusnya berjumlah 5 orang. Kader dibentuk oleh masyarakat melalui musyawarah dan telah disepakati bersama. Kader berperan dalam mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam kegiatan posyandu, melaksanakan kegiatan posyandu dengan membuka pelayanan 3 meja, membantu petugas dalam pemeriksaan kesehatan dan pelayanan lainnya serta melakukan penyuluhan.


(3)

Pelaksanaan kegiatan posyandu ini juga diperlukan peran serta dari pihak terkait seperti puskesmas, camat dan lurah untuk memperlancar kegiatan tersebut. Peran puskesmas dalam kegiatan ini adalah memfasilitasi dari segi tenaga kesehatan dan alat-alat yang digunakan untuk posyandu. Camat berperan sebagai penanggung jawab kelompok kerja pembinaan lansia di tingkat kecamatan, sedangkan lurah terlibat sebagai penanggung jawab tim pelaksana pembinaan lansia di tingkat kelurahan/desa.

Kegiatan di posyandu lansia juga didukung dengan sarana dan prasarana penunjang, antara lain: tempat kegiatan, meja, kursi, alat tulis, buku pencatat kegiatan, timbangan dewasa, pengukur tinggi badan, tensi meter dan stetoskop, peralatan laboratorium sederhana, termometer dan Kartu Menuju Sehat (KMS) lanjut usia. Dalam pelaksanaan kegiatan yang ada di posyandu terdiri dari 3 meja. Meja pertama yaitu pendaftaran, lansia mendaftarkan diri untuk dapat memperoleh pelayanan. Di meja kedua, lansia melakukan penimbangan berat badan. Pada meja ketiga, tekanan darah lansia diukur dengan tensimeter oleh tenaga kesehatan yang ada diposyandu, apabila tekanan darah lansia tersebut tinggi maka lansia tersebut diberi obat.

Adapun jenis kegiatan lainnya yang dilakukan dalam posyandu lansia adalah pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, pemeriksaan adanya gula dalam air seni, pemeriksaan adanya protein dalam air seni, pelaksanaan rujukan ke puskesmas, penyuluhan kesehatan, Pemberian Makanan Tambahan


(4)

(PMT), kegiatan olahraga dan program kunjungan lanjut usia. Pelaksanaan kegiatan yang ada disalah satu posyandu Kecamatan Medan Deli kurang sesuai dengan standar. Kegiatan yang dilakukan hanya ada pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan saja dan pengukuran tekanan darah. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketersediaan peralatan untuk pemeriksaan kesehatan yang lainnya. Dari fenomena di atas menunjukkan bahwa pelaksanaan posyandu lanjut usia tidak berjalan sesuai yang diharapkan.

Menurut penelitian dari Efnileli (2013) yaitu tentang analisis implementasi program posyandu Lansia di Kota Cirebon mengatakan bahwa Rendahnya cakupan dikarenakan petugasnya kurang aktif, komunikasi dengan lintas program maupun dengan masyarakat kurang, lanjut usianya rata-rata berpendidikan rendah, kurang dukungan pejabat setempat, kader posyandu hanya 2 orang. Ukuran dasar dan tujuan kebijakan belum tertulis di Puskesmas, sumber daya petugas khusus posyandu lansia saat ini belum ada, anggaran untuk posyandu lansia kurang, belum memilki tempat untuk pelaksanaan posyandu, peralatan untuk pemeriksaan kesehatan tidak memenuhi kualitas.

Sementara itu, hasil penelitian Kristianti (2013) dalam implementasi program posyandu lanjut usia di RW IV Kelurahan Wonokromo Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya yaitu diketahui bahwa implementasi program posyandu lanjut usianya telah memenuhi keempat variabel tersebut meskipun masih ada beberapa problematika seperti kurangnya kesadaran lansia tentang pentingnya posyandu, kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar atau mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu, tidak semua lansia tercantum


(5)

dalam daftar penerima PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya, serta anggaran yang minim.

Hasil penelitian Siahaan (2014) dalam Pelaksanaan Program Posyandu Lansia dan Tingkat Kepuasan Lansia Pengguna Posyandu di Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi menunjukkan bahwa pelaksanaan program posyandu terlaksana sepenuhnya 96,7% dan terlaksana sebagian 68,9%. Tingkat kepuasan lansia pengguna posyandu kategori puas adalah 68,9%, kategori tidak puas 16,3% dan sangat puas 14,8%.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui bagaimana Pelaksanaan Posyandu lanjut usia di Kecamatan Medan Deli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang ditemukan di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Pelaksanaan Posyandu Lanjut usia di Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pelaksanaan Posyandu Lanjut usia di Kecamatan Medan Deli tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Puskesmas dan sektor terkait dalam pembinaan lanjut usia tentang bagaimana pelaksanaan Posyandu lanjut usia.


(6)

2. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara nyata bagi penulis.

3. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan Posyandu lanjut usia.