Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan pertolongan orang lain. Sebagai makhluk sosial yang selalu ingin menjalin hubungan dengan masyarakat guna membentuk hubungan atau ikatan yang emosional diantaranya, manusia memerlukan komunikasi sebagai perantara. Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara individu maupun sosial. Hampir setiap kegiatan manusia selalu disertai dengan kegiatan komunikasi. Ini menunjukkan bahwa komunikasi merupakan suatu hal yang berperan penting dalam berinteraksi dan bersosialisasi di masyarakat. Karena tanpa adanya komunikasi, individu tidak dapat bertukar pikiran, perasaan, ide kepada orang lain.

Melalui komunikasi setiap individu dapat mengenal orang lain dan sebaliknya orang lain dapat mengenal individu tersebut sehingga eksistensi setiap individu dapat diakui oleh orang lain. Komunikasi yang memegang peranan penting dalam membangun sebuah relasi antar individu yang satu dengan individu yang lain menjadikan komunikasi sebagai sarana yang ampuh dalam menjaga hubungan relasi tersebut. Proses komunikasi tidak semudah seperti yang dikatakan karena dalam berkomunikasi tidak hanya berbicara dan mengenal satu dengan yang lainnya tetapi juga terdapat proses yang sangat rumit untuk dimengerti. Seperti ketika berkomunikasi individu harus memperhatikan latar belakang dan kepribadian komunikannya agar pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti dan diterima. Sebagai seorang komunikator, individu harus dapat mengolah pesan dan menyampaikannya dengan baik agar mudah dimengerti sesuai dengan kemampuan komunikan. Ini menunjukkan bahwa dalam berkomunikasi seorang komunikator harus mampu mengetahui psikologi dan kepribadian dari lawan bicaranya sehingga dapat tercipta komunikasi yang efektif.

Komunikasi tidak hanya berbicara mengenai individu yang satu dengan individu yang lain dalam membagi perasaan, bertukar pikiran untuk mempertahankan hubungan yang telah dibentuk atau sering disebut dengan melakukan komunikasi


(2)

interpersonal. Tetapi dalam realitasnya seseorang memerlukan komunikasi intrapersonal dalam berinteraksi dengan masyarakat. Ini dikarenakan komunikasi intrapersonal merupakan pondasi dari komunikasi interpersonal. Dengan melihat pengetian dari komunikasi intrapersonal yang merupakan komunikasi dengan diri sendiri dimana individu berperan sebagai komunikator sekaligus komunikan didalamnya, dapat diketahui betapa pentingnya komunikasi intrapersonal bagi individu maupun untuk bermasyarakat. Dengan melakukan komunikasi intrapersonal artinya kita belajar untuk mampu mengenal diri kita sendiri dan mampu berdialog dengan diri sendiri.

Belajar untuk mengenal diri sendiri berarti belajar untuk mengetahui bagaimana kita berfikir, merasakan, mengamati, menginterpretasikan serta mereaksi lingkungan di sekitar kita. Dengan memahami komunikasi intrapersonal memudahkan individu untuk membentuk kepribadian yang mereka ingin tampilkan. Mampu mengenal diri sendiri merupakan suatu hal yang penting bagi setiap individu. Setiap individu akan mengerti apa yang dia butuhkan, inginkan, lakukan untuk dirinya. Dengan mengenal dirinya sendiri individu akan mampu mengetahui identitas diri, kepribadian, konsep diri serta perilaku apa yang ingin dia tampilkan di masyarakat. Dengan begitu ketika individu tersebut sudah mengenal dirinya sendiri, ia akan mampu berkomunikasi interpersonal dengan baik dan siap untuk bersosialisasi dengan siapa saja.

Dengan melakukan komunikasi intrapersonal sebelum melakukan komunikasi interpersonal, individu dapat mengetahui konsep diri dan perilaku apa yang ingin ditampilkan di masyarakat, baik atau buruk, pantas atau tidak sesuai dengan lingkungan yang ada disekitarnya. Dengan begitu individu tersebut dapat mengetahui perilaku apa yang seharusnya ia tampilkan ketika berbicara dengan orang lain. Karena pada saat berbicara dengan orang lain, setiap individu harus mampu membaca situasi dan kondisi yang ada sehingga ia mengetahui apa yang harus dikatakan atau tidak demi keberhasilan dari komunikasi interpersonal tersebut. Dalam membaca situasi dan kondisi individu akan berdiskusi dan berfikir dengan dirinya sendiri, situasi dan kondisi apa yang sedang ia hadapi saat berkomunikasi.


(3)

Ditambah lagi, jika individu harus berbicara dengan berbagai latar belakang, pendidikan, budaya, agama seperti yang ada di negara Indonesia. Dengan keberagaman tersebut membuat seseorang harus memiliki identitas atau jati diri yang konsisten dengan komunikasi yang baik agar tidak sering terjadi mis komunikasi. Inilah salah satu alasan pentingnya komunikasi intrapersonal bagi setiap individu.

Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman budaya, bahasa, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan bagi setiap penduduknya. Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya di masyarakat untuk menjalin sebuah interaksi sosial dan budaya yang ada. Dengan keberagaman suku, budaya, agama yang ada di Indonesia tidak dapat dihindari pula bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku dan tindakan sosial setiap individu dalam berinteraksi di masyarakat. Salah satunya dalam hal berpenampilan seperti berpakaian atau berbusana.

Penampilan setiap individu di masyarakat juga dapat dipengaruhi oleh suku, budaya, agama maupun lingkungan sosial dimana individu tersebut tinggal, bergaul dan berinteraksi di lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, lingkungan sosial tidak hanya berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir individu tetapi juga cara berpakaian/ berpenampilan seseorang. Lingkungan sangat memberikan kontribusi yang sangat besar dalam kehidupan seseorang individu untuk dapat bertahan di dalam hubungan masyarakat. Dengan begitu cara berpakaian atau berpenampilan seseorang akan mempengaruhi status sosialnya di masyarakat. Dengan melihat cara berpenampilan seseorang kita dapat menilai seperti apa citra dirinya, status sosialnya, kepribadiannya sehingga kita dapat mengetahui gambaran diri yang ingin individu tersebut tampilkan di masyarakat secara tidak langsung.

Salah satu gejala atau fenomena sosial yang muncul di Indonesia adalah perbedaan penampilan yang terlihat pada seorang wanita muslim. Adanya perbedaan berpakaian dengan wanita muslim pada umumnya memberikan persepsi baru terhadap kelompok individu tersebut. Perbedaan penampilan tersebut adalah penggunaan cadar pada wanita muslim. Cadar yang disebut niqab dalam bahasa Arab memiliki arti pakaian wanita yang menutup wajah. Sedangkan dalam Kamus Besar


(4)

Bahasa Indonesia (KBBI) pengertiaan cadar adalah kain penutup kepala atau muka (http://kbbi.web.id/cadar (diakses pada hari senin, 26 Januari 2015 pukul 15.12 wib)). Padanan kata untuk cadar sangat beraneka ragam antara lain: hijab, niqab, burqa atau purdah. Namun pada intinya cadar merupakan selembar kain tipis yang menutupi wajah wanita saat dirinya berada di luar rumah dan berada diantara bukan mahramnya (Waskito, 2009). Penggunaan cadar selalu diidentikkan dengan wanita muslim atau wanita yang memeluk agama Islam yang lebih bersifat fanatik terhadap agama. Cadar merupakan versi lanjutan dari pemakaian jilbab.

Cadar sendiri merupakan salah satu ciri khas pakaian wanita muslim yang berasal dari Timur Tengah. Penggunaan cadar bagi wanita Timur Tengah atau yang lebih dikenal dengan bangsa Arab ataupun Mesir ini dikarenakan berbagai alasan seperti untuk melindungi wajahnya dari paparan sinar matahari yang begitu panas dan menghindari debu bahkan untuk melindungi diri dari laki-laki hidung belang. Sebagian ulama di Indonesia menganggap penggunaan cadar merupakan hal yang wajib bagi setiap wanita muslim dan sebagian lagi mengganggap bahwa cadar tidak diwajibkan untuk digunakan bagi kaum muslimah. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan hadist yang merupakan salah satu pedoman umat muslim mengenai pandangan menggunakan cadar bagi seorang wanita.

Fenomena wanita bercadar telah banyak ditemui di beberapa daerah dan kalangan masyarakat sehingga cadar bukanlah sesuatu hal yang asing dan baru lagi bagi masyarakat Indonesia mengingat mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam. Namun, pengguna cadar di Indonesia masih menjadi kaum minoritas sekalipun cadar bukanlah hal yang asing bagi agama Islam. Sekalipun wanita bercadar sudah sering kita jumpai tetap saja masyarakat Indonesia masih memiliki persepsi atau stigma yang negatif terhadap kehadiran cadar atau pengguna cadar. Sebagian masyarakat Indonesia melihat seseorang yang menggunakan cadar lebih bersifat fanatik terhadap agama. Adapun kasus pengguna cadar yang terjadi yakni mengenai dua mahasiswi bercadar Fakultas Kedokteran USU yang nyaris tidak dapat menyelesaikan kuliahnya karena adanya kebijakan Fakultas Kedokterran USU yang


(5)

menetapkan larangan bagi mahasiswinya yang mengenakan busana muslimah bercadar. Dengan begitu mahasiswi tersebut harus memilih antara melepaskan cadarnya atau pindah dari Fakultas Kedokteran USU (Ratri, Lintang.2011). Hal ini menunjukkan adanya hambatan bagi pengguna cadar khususnya mahasiswi bercadar dalam meraih cita-citanya dan belajar di sebuah Perguruan Tinggi sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Tidak hanya itu adanya diskriminasi terhadap pengguna cadar juga terjadi dalam sebuah persidangan kasus korupsi proyek Hambalang, dimana kuasa hukum Anas Urbaningrum, Adnan Buyung Nasution protes terhadap majlis hakim karena Jaksa Penuntut Umum KPK memanggil tiga orang saksi yang menggunakan cadar karena dianggap akan menyulitkan terdakwa untuk mengetahui siapa saksi yang dihadirkan (m.wartabuana.com/saksi pakai cadar, Adnan Buyung protes-.html).

Masyarakat menganggap pengguna cadar sebagai kelompok masyarakat yang tertutup dan tidak terbuka pada masyarakat umum serta tidak terlalu tertarik terhadap teknologi-teknologi baru seperti dalam hal penggunaan sosial media. Ketertutupan wanita bercadar terhadap dunia luar seperti pada masyarakat umum biasanya membuat mereka menganggap bahwa wanita bercadar tidak mudah untuk diajak berkomunikasi dan bersosialisasi di masyarakat. Selain dengan memakai cadar yang membuat diri tertutup di masyarakat, mereka juga tidak suka menggunakan pakaian yang bersifat glamor dan berwarna cerah yang dapat mengundang perhatian banyak orang. Mereka lebih suka menggunakan pakaian dengan warna yang lebih gelap dan polos seperti warna hitam pekat, hijau gelap, biru tua dan merah tua. Dengan begitu, secara tidak sadar masyarakat telah melakukan pengucilan atau diskriminasi pada kelompok pengguna cadar tersebut akibat dari penampilan yang mereka tampilkan di masyarakat.

Penampilan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi konsep diri setiap individu. Dari penampilan seseorang yang ditampilkan, dapat diketahui bagaimana gambaran diri dan kepribadian secara umum dari setiap individu karena penampilan dapat dijadikan sebagai salah satu ciri khas dari seseorang, tak terkecuali


(6)

pada penampilan perempuan bercadar yang dapat dijadikan sebagai suatu identitas yang melekat pada diri mereka. Dalam hal menilai seseorang yang pertama kali dilihat adalah bagaimana penampilannya atau cara berpakaiannya. Dari segi penampilan dapat diketahui citra diri dari setiap orang secara umum dan orang dapat mengetahui serta memiliki pemikiran seperti siapakah anda, apakah anda orang yang baik atau tidak, apa pekerjaan anda dan lain sebagainya. Pada dasarnya hal ini menunjukkan bahwa apa yang ingin kita tampilkan atau lakukan di masyarakat sesuai dengan konsep diri yang kita bentuk.

Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisir. Diri memberikan kerangka berfikir yang menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan dan banyak hal lainnya (Baron dan Byrne,2005:165). Menurut Stuart dan Sundeen (1998) konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Seperti pada mahasiswi yang menggunakan cadar dalam kegiatan sehari-harinya yang tentunya memiliki perubahan dalam dirinya terutama perubahan konsep diri sebelum memakai cadar dan sesudah memakai cadar. Dengan adanya perubahan konsep diri yang dibentuk akan menentukan bagaimana pengguna cadar memandang, menilai dan mempersepsikan dirinya sendiri. Dalam membentuk konsep diri yang baru, setiap individu akan melakukan komunikasi intrapersonal pada dirinya. Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya sendiri (Effendi,2003:57).

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu, atau dengan kata lain proses komunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung


(7)

arti bagi manusia baik yang terjadi di luar maupun yang terjadi dalam diri seseorang. Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam pikiran manusia setelah mendapat rangsangan dari panca indera yang dimilikinya. Hasil kerja dari proses pikiran tadi setelah dievaluasi pada gilirannya akan memberi pengaruh pada pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang (Cangara, 2005:30). Artinya ketika seseorang mendapatkan informasi mengenai suatu hal seperti pengetahuan tentang cadar dan ia merasa informasi mengenai cadar tersebut memberikan pengaruh dan perhatian yang besar terhadap dirinya maka dia secara sadar atau tidak akan mengkomunikasikan informasi cadar tersebut dalam dirinya. Sebelum mereka memutuskan untuk menggunakan cadar mereka akan berbicara pada diri mereka sendiri bagaimana konsekuensi yang mereka dapatkan jika mereka menggunakan cadar, apa tanggapan keluarga, teman, masyarakat mengenai dirinya dengan penampilan yang baru. Semua itu akan dibicarakan dalam diri seseorang sampai ia memutuskan untuk melakukannya dan pada akhirnya akan membentuk konsep diri yang baru juga. Konsep diri dapat berubah-ubah sepanjang kehidupan setiap individu sesuai dengan perubahan situasi yang terjadi dalam kehidupan seseorang.

Konsep diri mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya. Dengan begitu konsep diri merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam hubungan interpersonal, karena setiap individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. Suksesnya komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri setiap individu; positif atau negatif (Rakhmat, 2005:105). Apabila konsep diri seseorang positif, maka individu akan cenderung mengembangkan sikap-sikap positif dalam dirinya sendiri sebaliknya jika konsep diri seseorang negatif, maka individu tersebut akan cenderung mengembangkan perasaan tidak mampu, rendah diri dan kurang percaya diri. Dalam hal ini konsep diri mahasiswi bercadar sangat menentukan perilakunya saat melakukan hubungan atau komunikasi interpersonal dan bagaimana konsep diri mahasiswi bercadar, apakah mereka memiliki konsep diri yang positif atau sebaliknya. Bagaimana mahasiswi


(8)

bercadar dalam melakukan komunikasi interpersonal baik dengan keluarga, teman maupun lingkungan masyarakat. Apakah mereka bersedia membuka diri atau melakukan self disclosure terhadap orang lain dengan konsep diri mereka yang baru atau tidak. Konsep diri mempengaruhi perilaku individu dan self disclosure (keterbukaan diri) setiap individu. Bagaimana sikap mereka dan keterbukaannya dalam lingkungan sosial atau dunia luar, apakah mereka bersedia membuka diri untuk mengenal orang lain dengan budaya dan persepsi yang berbeda-beda dari setiap individu. Keterbukaan diri bagi setiap individu memiliki level yang berbeda-beda termasuk juga pada self disclosure mahasiswi bercadar, mereka bisa terbuka atau bahkan sangat tertutup.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar Terhadap Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa dengan menggunakan studi Kualitatif. Lokasi penelitian yang dipilih adalah STAI As-Sunnah Tanjung Morawa dikarenakan STAI As-Sunnah merupakan Sekolah Tinggi yang mewajibkan mahasiswinya menggunakan cadar, selain itu juga merupakan tempat yang memiliki anggota komunitas mahasiswi pengguna cadar yang lebih banyak untuk bisa didapatkan untuk dijadikan informan dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta lainnya yang ada di wilayah Medan dan sekitarnya. Peneliti ingin mengetahui bagaimana proses komunikasi intrapribadi yang berlangsung pada mahasiswi untuk memutuskan menggunakan cadar dalam kegiatannya sehari-hari, bagaimana pendapat mereka mengenai penampilan diri mereka yang baru, bagaimana konsep diri mahasiswi bercadar, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan konsep diri yang baru setelah menggunakan cadar, bagaimana self disclosure yang terjadi dalam proses komunikasi interpersonal pada mahasiswi pemakai cadar, hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam melakukan komunikasi interpersonal.


(9)

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar Terhadap Konsep Diri Mahasiswi STAI AS Sunnah Tanjung Morawa?”

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :

1 Untuk mengetahui proses komunikasi intrapersonal pada mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa dalam memutuskan dirinya untuk menggunakan cadar.

2 Untuk mengetahui konsep diri pada mahasiswi pengguna cadar yang terdapat di STAI As-Sunnah Tanjung Morawa.

3 Untuk mengetahui bagaimana self disclosure yang terjadi dalam proses komunikasi interpersonal pada mahasiswi pengguna cadar di STAI As-Sunnah Tanjung Morawa.

4 Untuk mengetahui beberapa hambatan yang dialami mahasiswi pengguna cadar STAI As-Sunnah Tanjung Morawa dalam proses komunikasi interpersonal.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah :

1 Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap pengetahuan bidang komunikasi, memperluas bahan penelitian komunikasi dan sumber bacaan bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2 Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan serta menjadi sumber informasi mengenai Ilmu Komunikasi khususnya yang berhubungan dengan bidang Psikologi Komunikasi.

3 Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan masukan bagi pihak – pihak yang membutuhkan


(10)

pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi, terutama bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya.


(1)

menetapkan larangan bagi mahasiswinya yang mengenakan busana muslimah bercadar. Dengan begitu mahasiswi tersebut harus memilih antara melepaskan cadarnya atau pindah dari Fakultas Kedokteran USU (Ratri, Lintang.2011). Hal ini menunjukkan adanya hambatan bagi pengguna cadar khususnya mahasiswi bercadar dalam meraih cita-citanya dan belajar di sebuah Perguruan Tinggi sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Tidak hanya itu adanya diskriminasi terhadap pengguna cadar juga terjadi dalam sebuah persidangan kasus korupsi proyek Hambalang, dimana kuasa hukum Anas Urbaningrum, Adnan Buyung Nasution protes terhadap majlis hakim karena Jaksa Penuntut Umum KPK memanggil tiga orang saksi yang menggunakan cadar karena dianggap akan menyulitkan terdakwa untuk mengetahui siapa saksi yang dihadirkan (m.wartabuana.com/saksi pakai cadar, Adnan Buyung protes-.html).

Masyarakat menganggap pengguna cadar sebagai kelompok masyarakat yang tertutup dan tidak terbuka pada masyarakat umum serta tidak terlalu tertarik terhadap teknologi-teknologi baru seperti dalam hal penggunaan sosial media. Ketertutupan wanita bercadar terhadap dunia luar seperti pada masyarakat umum biasanya membuat mereka menganggap bahwa wanita bercadar tidak mudah untuk diajak berkomunikasi dan bersosialisasi di masyarakat. Selain dengan memakai cadar yang membuat diri tertutup di masyarakat, mereka juga tidak suka menggunakan pakaian yang bersifat glamor dan berwarna cerah yang dapat mengundang perhatian banyak orang. Mereka lebih suka menggunakan pakaian dengan warna yang lebih gelap dan polos seperti warna hitam pekat, hijau gelap, biru tua dan merah tua. Dengan begitu, secara tidak sadar masyarakat telah melakukan pengucilan atau diskriminasi pada kelompok pengguna cadar tersebut akibat dari penampilan yang mereka tampilkan di masyarakat.

Penampilan merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi konsep diri setiap individu. Dari penampilan seseorang yang ditampilkan, dapat diketahui bagaimana gambaran diri dan kepribadian secara umum dari setiap individu karena penampilan dapat dijadikan sebagai salah satu ciri khas dari seseorang, tak terkecuali


(2)

pada penampilan perempuan bercadar yang dapat dijadikan sebagai suatu identitas yang melekat pada diri mereka. Dalam hal menilai seseorang yang pertama kali dilihat adalah bagaimana penampilannya atau cara berpakaiannya. Dari segi penampilan dapat diketahui citra diri dari setiap orang secara umum dan orang dapat mengetahui serta memiliki pemikiran seperti siapakah anda, apakah anda orang yang baik atau tidak, apa pekerjaan anda dan lain sebagainya. Pada dasarnya hal ini menunjukkan bahwa apa yang ingin kita tampilkan atau lakukan di masyarakat sesuai dengan konsep diri yang kita bentuk.

Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisir. Diri memberikan kerangka berfikir yang menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan dan banyak hal lainnya (Baron dan Byrne,2005:165). Menurut Stuart dan Sundeen (1998) konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Seperti pada mahasiswi yang menggunakan cadar dalam kegiatan sehari-harinya yang tentunya memiliki perubahan dalam dirinya terutama perubahan konsep diri sebelum memakai cadar dan sesudah memakai cadar. Dengan adanya perubahan konsep diri yang dibentuk akan menentukan bagaimana pengguna cadar memandang, menilai dan mempersepsikan dirinya sendiri. Dalam membentuk konsep diri yang baru, setiap individu akan melakukan komunikasi intrapersonal pada dirinya. Komunikasi Intrapersonal adalah komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang. Orang itu berperan baik sebagai komunikator maupun sebagai komunikan. Dia berbicara kepada dirinya sendiri dan dijawab oleh dirinya sendiri (Effendi,2003:57).

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu, atau dengan kata lain proses komunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya proses komunikasi disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung


(3)

arti bagi manusia baik yang terjadi di luar maupun yang terjadi dalam diri seseorang. Objek yang diamati mengalami proses perkembangan dalam pikiran manusia setelah mendapat rangsangan dari panca indera yang dimilikinya. Hasil kerja dari proses pikiran tadi setelah dievaluasi pada gilirannya akan memberi pengaruh pada pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang (Cangara, 2005:30). Artinya ketika seseorang mendapatkan informasi mengenai suatu hal seperti pengetahuan tentang cadar dan ia merasa informasi mengenai cadar tersebut memberikan pengaruh dan perhatian yang besar terhadap dirinya maka dia secara sadar atau tidak akan mengkomunikasikan informasi cadar tersebut dalam dirinya. Sebelum mereka memutuskan untuk menggunakan cadar mereka akan berbicara pada diri mereka sendiri bagaimana konsekuensi yang mereka dapatkan jika mereka menggunakan cadar, apa tanggapan keluarga, teman, masyarakat mengenai dirinya dengan penampilan yang baru. Semua itu akan dibicarakan dalam diri seseorang sampai ia memutuskan untuk melakukannya dan pada akhirnya akan membentuk konsep diri yang baru juga. Konsep diri dapat berubah-ubah sepanjang kehidupan setiap individu sesuai dengan perubahan situasi yang terjadi dalam kehidupan seseorang.

Konsep diri mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya. Dengan begitu konsep diri merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam hubungan interpersonal, karena setiap individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya. Suksesnya komunikasi interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep diri setiap individu; positif atau negatif (Rakhmat, 2005:105). Apabila konsep diri seseorang positif, maka individu akan cenderung mengembangkan sikap-sikap positif dalam dirinya sendiri sebaliknya jika konsep diri seseorang negatif, maka individu tersebut akan cenderung mengembangkan perasaan tidak mampu, rendah diri dan kurang percaya diri. Dalam hal ini konsep diri mahasiswi bercadar sangat menentukan perilakunya saat melakukan hubungan atau komunikasi interpersonal dan bagaimana konsep diri mahasiswi bercadar, apakah mereka memiliki konsep diri yang positif atau sebaliknya. Bagaimana mahasiswi


(4)

bercadar dalam melakukan komunikasi interpersonal baik dengan keluarga, teman maupun lingkungan masyarakat. Apakah mereka bersedia membuka diri atau melakukan self disclosure terhadap orang lain dengan konsep diri mereka yang baru atau tidak. Konsep diri mempengaruhi perilaku individu dan self disclosure (keterbukaan diri) setiap individu. Bagaimana sikap mereka dan keterbukaannya dalam lingkungan sosial atau dunia luar, apakah mereka bersedia membuka diri untuk mengenal orang lain dengan budaya dan persepsi yang berbeda-beda dari setiap individu. Keterbukaan diri bagi setiap individu memiliki level yang berbeda-beda termasuk juga pada self disclosure mahasiswi bercadar, mereka bisa terbuka atau bahkan sangat tertutup.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar Terhadap Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa dengan menggunakan studi Kualitatif. Lokasi penelitian yang dipilih adalah STAI As-Sunnah Tanjung Morawa dikarenakan STAI As-Sunnah merupakan Sekolah Tinggi yang mewajibkan mahasiswinya menggunakan cadar, selain itu juga merupakan tempat yang memiliki anggota komunitas mahasiswi pengguna cadar yang lebih banyak untuk bisa didapatkan untuk dijadikan informan dibandingkan dengan Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta lainnya yang ada di wilayah Medan dan sekitarnya. Peneliti ingin mengetahui bagaimana proses komunikasi intrapribadi yang berlangsung pada mahasiswi untuk memutuskan menggunakan cadar dalam kegiatannya sehari-hari, bagaimana pendapat mereka mengenai penampilan diri mereka yang baru, bagaimana konsep diri mahasiswi bercadar, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan konsep diri yang baru setelah menggunakan cadar, bagaimana self disclosure yang terjadi dalam proses komunikasi interpersonal pada mahasiswi pemakai cadar, hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam melakukan komunikasi interpersonal.


(5)

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar Terhadap Konsep Diri Mahasiswi STAI AS Sunnah Tanjung Morawa?”

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :

1 Untuk mengetahui proses komunikasi intrapersonal pada mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa dalam memutuskan dirinya untuk menggunakan cadar.

2 Untuk mengetahui konsep diri pada mahasiswi pengguna cadar yang terdapat di STAI As-Sunnah Tanjung Morawa.

3 Untuk mengetahui bagaimana self disclosure yang terjadi dalam proses komunikasi interpersonal pada mahasiswi pengguna cadar di STAI As-Sunnah Tanjung Morawa.

4 Untuk mengetahui beberapa hambatan yang dialami mahasiswi pengguna cadar STAI As-Sunnah Tanjung Morawa dalam proses komunikasi interpersonal.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah :

1 Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif terhadap pengetahuan bidang komunikasi, memperluas bahan penelitian komunikasi dan sumber bacaan bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2 Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan wawasan serta menjadi sumber informasi mengenai Ilmu Komunikasi khususnya yang berhubungan dengan bidang Psikologi Komunikasi.

3 Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan masukan bagi pihak – pihak yang membutuhkan


(6)

pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi, terutama bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya.


Dokumen yang terkait

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

16 111 210

Konsep Diri Mahasiswi yang Menikah Muda (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Menikah Usia Muda di Kota Medan)

5 37 248

KONSEP DIRI PENGGUNA AKTIF JEJARING SOSIAL PATH KONSEP DIRI PENGGUNA AKTIF JEJARING SOSIAL PATH (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Konsep Diri Siswa SMA Santo Bellarminus Bekasi Sebagai Pengguna Aktif Jejaring Sosial Path).

0 3 14

KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI MANTAN PENGGUNA NAPZA Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Mantan Pengguna Napza.

0 0 16

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 15

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 2

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

1 2 21

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 2

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

1 2 65

Komunikasi Interpersonal dan Konsep Diri Pengguna Sabu (Studi Kasus di Medan Denai)

0 0 28