S PGSD 1003490 Chapter 4

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siswa kelas IV SDN 1 Cibogo dengan menerapkan strategi

REACT untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Hasil tersebut dijabarkan dalam deskripsi pembahasan.

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan memaparkan hasil penelitian yang disusun berdasarkan rumusan masalah. Hasil penelitian ini berupa perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis pada siswa sekolah dasar yang dilaksanakan dalam dua siklus.

1. Perencanaan a. Siklus I

Perencanaan pembelajaran siklus I disusun berdasarkan hasil dari data awal sebelum penelitian. Pada tahap ini peneliti merencanakan tindakan yang akan dilakukan dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis pada siswa sekolah dasar. Upaya awal yang dilakukan yaitu menyusun instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I, lembar penilaian RPP, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, kisi-kisi soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis, soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis, pedoman wawancara siswa, dan catatan lapangan. Selanjutnya peneliti membagi siswa ke dalam kelompok. Kelompok dipilih sesuai dengan kemampuan siswa. Salain itu, peneliti juga menyiapkan media pembelajaran.

Sebelum penyusunan RPP, penulis menyusun antisipasi didaktis pedagogis yang akan menjadi acuan dalam pembuatan skenario pembelajaran yang akan dilakukan pada tahap pelaksanaan siklus I yang dapat dilihat pada tabel berikut.


(2)

(3)

Tabel 4.1. Antisipasi Didaktis Pedagogis Siklus I

Komponen Materi Kegiatan Siswa dan Guru Kemungkinan Respon Siswa Antisipasi Guru

Relating Sifat-sifat kubus dan balok

Siswa menemutunjukkan benda yang berbentuk kubus dan balok dengan tepat melalui kegiatan tanya jawab dengan menghubungkan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada siswa yang mampu menemutunjukkan benda di sekitar kelas yang berbentuk kubus dan balok.

Jika tidak ada siswa yang mampu menemutunjukkan,

maka guru harus

menanyakan kembali dan memberi kata kunci jawaban sehingga siswa mampu menemutunjukkan benda di sekitar kelas yang berbentuk kubus dan balok. Dalam hal ini guru membantu siswa dengan mengaitkan materi sebelumnya mengenai bangun datar.

Siswa menemutunjukkan satu buah benda di sekitar kelas yang berbentuk kubus dan balok dengan tepat.

Jika siswa menjawab dengan kemungkinan tersebut, guru harus bisa mengajak siswa untuk menemutunjukkan benda lainnya.

Siswa menemutunjukkan benda di sekitar kelas yang berbentuk kubus dan balok dengan tepat lebih dari satu buah.

Jika siswa menjawab lebih dari satu, maka guru

mengarahkan untuk

menyebutkan benda lainnya yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa.


(4)

menemutunjukkan benda berbentuk kubus dan balok sebanyak-banyaknya yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.

terjadi, maka guru

memberikan penguatan dari jawaban siswa.

Experiencing

, applying, dan

cooperating

Siswa menjelaskan sifat-sifat bangun ruang sederhana

dengan benar, dan

mengungkapkan kembali unsur-unsur bangun ruang sederhana dalam sebuah tabel dengan benar melalui kegiatan mengidentifikasi benda-benda berbentuk kubus dan balok dalam kegiatan kelompok.

Penjelasan siswa tidak tepat. Jika tidak ada siswa yang mampu menjelaskan dengan tepat, maka guru harus membimbing siswa dengan bantuan alat peraga berupa kerangka model kubus dan balok.

Hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan dengan tepat.

Jika hanya beberapa siswa yang mampu menjelaskan dengan tepat, maka guru mengarahkan siswa tersebut untuk membantu siswa lainnya yang berada pada satu kelompok dalam menjawab LKK maupun LKS.

Sebagian besar atau seluruh siswa mampu menjelaskan dengan tepat.

Jika kemungkinan tersebut

terjadi, maka guru

memberikan penguatan dari jawaban siswa.

Transferring Siswa menjelaskan pengertian

sisi, rusuk, dan titik sudut pada bangun ruang sederhana

Penjelasan siswa tidak tepat. Jika tidak ada siswa yang mampu menjelaskan dengan tepat, maka guru harus


(5)

dengan benar melalui kegiatan menerapkan konsep dan presentasi.

membimbing siswa dengan memberikan penjelasan kembali mengenai sifat-sifat kubus dan balok.

Hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan dengan tepat.

Jika hanya beberapa siswa yang mampu menjelaskan dengan tepat, maka guru mengarahkan siswa tersebut untuk membantu siswa lainnya yang berada dalam kelompoknya

Sebagian besar atau seluruh siswa mampu menjelaskan dengan tepat.

Jika kemungkinan tersebut

terjadi, maka guru

memberikan penguatan dari jawaban siswa.

Ketika presentasi, tidak ada

kelompok yang

mempresentasikan.

Guru memberikan motivasi bahwa kelompok yang mempresentasikan akan diberikan reward.

Sebagian atau seluruh kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

Guru memberikan reward

dan penguatan atas jawaban siswa.


(6)

Di dalam RPP tersebut, disusunlah indikator capaian kompetensi yang disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian kompetensi yang disesuaikan dengan indikator kemampuan komunikasi matematis; tujuan pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran REACT; materi pembelajaran; pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran; langkah kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kegiatan yang ada pada strategi REACT; media dan sumber belajar; penilaian; Lembar Kerja Kelompok (LKK); serta lembar evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Materi yang disampaikan pada siklus I mengenai unsur-unsur dan sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan kompetensi dasar 8.1. menentukan sifat-sifat balok dan kubus. Hal ini diuraikan lebih rinci dalam lembar Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I yang terlampir pada lampiran A.1 pada halaman 90.

Untuk menilai RPP tersebut diperlukan instrumen. Adapun penilaian yang diperoleh dari RPP siklus I adalah sebagai berikut.

Tabel 4.2. Penilaian RPP Siklus I

No. ASPEK YANG DIAMATI NILAI ASPEK(Skala 0-4)

1 Rumusan Tujuan Pembelajaran (Umum) 4

2 Penjabaran Indikator (Kriteria Kinerja) 3

3 Materi Pembelajaran 4

4 Langkah-langkah Pembelajaran (Skenario) 4

5 Media Pembelajaran 4

6 Evaluasi 3,5

Jumlah Nilai Aspek 22,5

Nilai RPP (R) 3,75

Adapun penilaian RPP siklus I secara lebih rinci berdasarkan aspek penilaian ini terlampir pada lampiran C.1 halaman 146.

b. Siklus II

Perencanaan siklus II dilaksanakan setelah melakukan refleksi siklus I. Sehingga dalam pembuatan rencana pelaksanaan siklus II ini disusun tidak jauh berbeda dengan perencanaan pada siklus I, terutama yang berkaitan dengan langkah-langkah pembelajaran. Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka peneliti menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan


(7)

Pembelajaran (RPP) siklus II, lembar penilaian RPP siklus II, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, kisi-kisi soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis, soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis, pedoman wawancara siswa, dan catatan lapangan. Selanjutnya peneliti juga menyiapkan media pembelajaran berupa kubus dan balok yang terbuat dari karton. Media tersebut diberikan nama yang ditulis langsung pada media misalnya, kubus ABCD.EFGH sehingga memudahkan siswa dalam menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok dengan menyertakan nama pada setiap titik sudutnya. Selain itu peneliti juga mempersiapkan kardus kotak makanan untuk mempermudah siswa mengidentifikasi jaring-jaring balok.

Sama halnya dengan siklus I sebelum menyusun RPP, terlebih dahulu penulis membuat antisipasi didktis pedagogis sebagai acuan pembuatan skenario pembelajaran yang dapat dilihat pada tabel berikut.


(8)

Tabel 4.3. Antisipasi Didaktis Pedagogis Siklus II

Komponen Materi Kegiatan Belajar Kemungkinan Respon Siswa Antisipasi Guru

Relating Jaring-jaring kubus dan balok

Siswa menemutunjukkan jaring-jaring kubus dan balok melalui kegiatan mengaitkan jaring-jaring kubus dan balok ke dalam kehidupan sehari-hari.

Tidak ada siswa yang mampu menemutunjukkan jaring-jaring kubus dan balok dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

Jika tidak ada siswa yang mampu menemutunjukkan, maka guru harus menanyakan kembali dan memberi kata kunci jawaban sehingga siswa mampu menemutunjukkan benda di sekitar kelas yang berbentuk kubus dan balok. Dalam hal ini guru membantu siswa dengan bantuan alat peraga berupa kardus makanan.

Siswa mampu

menemutunjukkan jaring-jaring kubus dan balok yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.

Jika kemungkinan tersebut terjadi, maka guru memberikan penguatan dari jawaban siswa.

Experiencin

g dan

cooperating

Siswa menjelaskan pengertian jaring-jaring bangun ruang dengan benar melalui kegiatan mengidentifikasi jaring-jaring kubus dan balok dalam kelompok.

Penjelasan siswa tidak tepat. Jika tidak ada siswa yang mampu menjelaskan dengan tepat, maka guru harus membimbing siswa dengan mengaitkan materi pada materi sebelumnya yakni sifat-sifat kubus dan balok.

Hanya sedikit siswa yang mampu menjelaskan dengan

Jika hanya beberapa siswa yang mampu menjelaskan


(9)

tepat. dengan tepat, maka guru mengarahkan siswa tersebut untuk membantu siswa lainnya yang berada pada satu kelompok dalam menjawab LKK maupun LKS.

Sebagian besar atau seluruh siswa mampu menjelaskan dengan tepat.

Jika kemungkinan tersebut terjadi, maka guru memberikan penguatan dari jawaban siswa.

Applying dan

transferring

Siswa menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok dengan benar

melalui kegiatan

menggunting dan

menggambar.

Tidak ada siswa yang menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok.

Guru membantu siswa denga

cara memperagakan

menggunting benda berbentuk kubus dan balok kemudian menggambarkannya di papan tulis

Sebagian besar atau seluruh siswa mampu menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok dengan tepat.

Jika kemungkinan tersebut terjadi, maka guru memberikan penguatan dari jawaban siswa. Ketika presentasi, tidak ada

kelompok yang

mempresentasikan.

Guru memberikan motivasi bahwa kelompok yang mempresentasikan akan diberikan reward.

Sebagian atau seluruh kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

Guru memberikan reward dan penguatan atas jawaban siswa.


(10)

Dalam RPP siklus II disusun indikator capaian kompetensi yang disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian kompetensi yang disesuaikan dengan indikator kemampuan komunikasi matematis; tujuan pembelajaran berdasarkan strategi pembelajaran REACT; materi pembelajaran; pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran; langkah kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kegiatan yang ada pada strategi REACT; media dan sumber belajar; penilaian; Lembar Kerja Kelompok (LKK); Lembar Kegiatan Siswa (LKS); serta lembar evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Yang menjadi perbedaan dalam penyusunan RPP pada siklus II dengan siklus I yaitu terletak pada materi yang disampaikan. Pada siklus II ini materi yang disampaikan yaitu mengenai jaring-jaring bangun ruang sederhana dengan kompetensi dasar 8.2. menentukan jaring-jaring balok dan kubus. RPP terlampir pada lampiran A.2 halaman 99.

Adapun penilaian dari RPP siklus II adalah sebagai berikut. Tabel 4.4. Penilaian RPP Siklus II

No. ASPEK YANG DIAMATI NILAI ASPEK(Skala 0-4)

1 Rumusan Tujuan Pembelajaran (Umum) 4

2 Penjabaran Indikator (Kriteria Kinerja) 3,5

3 Materi Pembelajaran 4

4 Langkah-langkah Pembelajaran (Skenario) 4

5 Media Pembelajaran 3,5

6 Evaluasi 3,5

Jumlah Nilai Aspek 22,5

Nilai RPP (R) 3,75

Sementara untuk penilaian RPP siklus II secara lebih rinci berdasarkan aspek penilaian ini terlampir pada lampiran C.2 halaman 148. 2. Pelaksanaan

a. Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan di SDN 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat untuk siswa kelas IV pada hari Rabu tanggal 30 April 2014. Banyaknya siswa yang hadir pada siklus I yaitu 15 orang dari jumlah seluruh siswa 16 orang. Siswa yang tidak hadir adalah SOF karena sakit. Siklus I


(11)

dilaksanakan selama 4 x 35 menit. Pada awalnya penelitian akan dilaksanakan dalam dua pertemuan, namun pada saat beberapa hari sebelum pelaksanaan siklus, guru pendidikan agama Islam meminta pertukaran waktu sehingga penelitian dilaksanakan dalam satu pertemuan namun tidak mengubah banyaknya jam pelajaran yang digunakan. Pelaksanaan penelitian pada siklus I berjalan dengan lancar. Meskipun masih ada kendala dan kekurangan dalam pelaksanaannya.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I diobservasi oleh seorang guru wali kelas IV SDN 1 Cibogo, mahasiswa PGSD, dan peneliti sendiri. Peneliti mengobservasi pelaksanaan penelitian pada siswa yang dituangkan pada lembar catatan lapangan. Sedangkan guru dan rekan peneliti melakukan observasi pelaksanan pembelajaran keseluruhan baik pada guru maupun siswa. Sesuai dengan rencana yang telah dirancang, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan penerapan strategi REACT. Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dengan tiga langkah kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut ini dipaparkan dengan lebih rinci mengenai deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT

pada siklus I.

Pada kegiatan pendahuluan, proses pembelajaran berlangsung dimulai dengan guru dan siswa bersama membaca do’a. Setelah berdo’a peneliti menanyakan kabar siswa. Guru mengecek kehadiran siswa dan memberikan motivasi dan semangat melalui kegiatan ice breaking “tepuk semangat”. Kemudian melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan yaitu bangun datar persegi dan persegi panjang. Siswa cukup aktif pada kegiatan tanya jawab ini. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran pada siklus I.

Kegiatan inti dimulai dengan guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari “pernahkah kalian melihat kardus sepatu? Berbentuk apakah kardus sepatu tersebut?”. Beberapa siswa menjawab “kotak bu”, namun ada juga siswa menjawab pertanyaan guru dengan benar “berbentuk balok bu”. Hal ini


(12)

menunjukkan pada kegiatan relating, yaitu siswa mengaitkan pembelajaran konsep bangun ruang kubus dan balok dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Kemudian di kegiatan experiencing dan cooperating, guru memperlihatkan dua buah benda yaitu rubik dan kardus, guru memberikan pertanyaan arahan “dari dua benda tersebut, manakah yang termasuk kubus? Manakah yang termasuk balok?”. Siswa aktif dalam kegiatan tersebut sehingga guru harus memilih siswa yang akan menyampaikan pendapatnya. Siswa yang menjawab pertanyaan guru dengan benar mendapatkan reward berupa bintang. Setelah itu, guru bertanya kembali “siapa yang bisa menyebutkan benda-benda yang berbentuk kubus?”. Siswa menjawab pertanyaan tersebut. Guru mengulang pertanyaan serupa untuk benda yang berbentuk balok. Siswa sangat antusias dalam pembelajaran. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan guru, mendapatkan bintang yang ditempel pada kartu prestasi. Guru membagi siswa ke dalam empat kelompok, dalam satu kelompok terdiri dari empat orang siswa. Anggota kelompok tersebut dipilih oleh guru secara heterogen. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketimpangan antar kelompok. Anggota dalam kelompok ini akan tetap hingga akhir penelitian. Guru membagikan LKK dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara kelompok. Dalam hal ini siswa melakukan eksplorasi terhadap permasalahan yang disajikan pada LKK yaitu mengenai unsur-unsur dan sifat-sifat kubus dan balok. Siswa mendiskusikan masalah-masalah yang ada pada LKK dengan cara pengamatan menggunakan media berbentuk kubus dan balok. Hal tersebut menunjukkan kegiatan dimana siswa mengalami sendiri menemukan jawaban dari permasalahan pada LKK secara berkelompok (experiencing dan cooperating).

Pada kegiatan applying dan cooperating, siswa diberikan permasalahan secara berkelompok terkait dengan materi yang telah didapat pada tahap sebelumnya dan LKK guna menerapkan konsep.

Kegiatan selanjutnya pada kegiatan inti yaitu transferring dan

cooperating, dimana siswa diberikan permasalahan dalam situasi baru sehingga siswa dapat menyimpulkan sendiri konsep-konsep pada bangun ruang berbentuk kubus dan balok. Setelah siswa selesai mengerjakan LKK, siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru memberikan penguatan


(13)

dan penjelasan pada siswa ketika terjadi miskonsepsi pada penjelasan siswa. Siswa yang sudah menyampaikan pendapatnya diberikan reward berupa bintang. Pemberian reward ini dilakukan untuk memotivasi siswa agar mau menyampaikan pendapatnya.

Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan penutup. Guru membagikan soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Siswa mengerjakan secara individu. Guru melakukan review dan membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya yaitu jaring-jaring kubus dan balok. Guru memberikan penguatan dan motivasi terhadap apa yang telah dipelajari dalam pertemuan hari ini. Setelah itu guru menutup pelajaran.

Di sela-sela siswa beristirahat, guru membagikan pedoman wawancara tertulis yang harus diisi siswa. Wawancara tersebut berkaitan dengan pembelajaran yang dilaksanakan pada saat itu. Hal ini dimaksudkan untuk melihat kekurangan pada siklus I agar dijadikan refleksi untuk siklus selanjutnya.

Saat dilaksanakannya tindakan pembelajaran siklus I dengan langkah-langkah tersebut, dilakukan pengamatan atau observasi. Berikut ini adalah pemaran hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti berupa catatan lapangan, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer, dan hasil wawancara dengan siswa.

1) Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan temuan-temuan peneliti selama pelaksanaan penelitian di kelas. Di bawah ini adalah catatan temuan yang diperoleh peneliti selama proses penelitian siklus I.

Tabel 4.5. Catatan Lapangan Siklus I

Catatan Lapangan Kendala/Kesulitan Usaha Perbaikan Saat pelaksanaan

kegiatan kelompok, beberapa siswa kurang berpartisipasi aktif dalam mengerjakan LKK.

Beberapa siswa ribut dan sulit untuk dikendalikan.

Mengingatkan siswa yang ribut dan memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan kelompok.

Siswa masih belum bisa menamai tiap unsur pada kubus dan balok.

Siswa sulit menentukan

sisi dan rusuk

berdasarkan gambar.

Guru membimbing siswa dengan memberikan penjelasan melalui media


(14)

berbentuk kubus dan balok.

Beberapa siswa masih

belum dapat

mendefinisikan sisi, rusuk, dan titik sudut.

Siswa sulit

mengkomunikasikan ide/ gagasannya mengenai konsep bangun ruang berbentuk kubus dan balok.

Guru membimbing siswa dalam mendefinisikan sisi, rusuk, dan titik sudut dengan memberikan penjelasan secukupnya sehingga pengetahuan siswa tereksplorasi. Guru menyarankan agar siswa mencatat hal-hal yang dianggap penting.

Pada kegiatan applying,

siswa sulit mengerti

penjelasan yang

diberikan guru.

Saat guru mengaitkan konsep sebelumnya pada permasalahan baru, beberapa siswa masih ada yang kebingungan.

Guru membantu siswa dengan mengaitkan materi atau konsep sebelumnya.

Waktu pelaksanaan siklus I dirasa kurang sehingga tidak dilaksanakannya kegiatan berdo’a di akhir pembelajaran.

Siswa sudah ingin istirahat dan sulit dikendalikan.

Guru harus lebih memperhatikan alokasi waktu dan dapat memprediksi waktu yang diperlukan.

2) Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi ini diisi oleh observer yaitu guru dan rekan peneliti. Lembar ini bertujuan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT. Berikut ini adalah hasil observasi atau temuan dari para observer.

Tabel 4.6. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I No

. KomponenREACT Hal yang Diamati

Hasil Pengamatan

Ya Tidak

1. Relating  Guru mengajukan pertanyan kepada siswa untuk mengetahui konsep awal terkait materi yang akan dipelajari.

 Siswa memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru.

√ √

2. Experiencing  Guru mengajukan pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari hal-hal atau


(15)

contoh lain yang ada pada lingkungan sekitar terkait materi yang akan diajarkan pada pertemuan ini.

 Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

3. Applying dan

Cooperating

 Guru menjelaskan hal-hal yang akan dilakukan pada kegiatan kelompok.

 Siswa memperhatikan penjelasan guru.

√ √

 Guru mengkondisikan siswa

menjadi kelompok yang

beranggotan 4 orang.

 Siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan.

√ √

 Guru membagikan Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) kepada siswa.

 Siswa mengerjakan dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk memecahkan permasalahan yang disajikan dalam Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).

√ √

 Guru berkeliling untuk memantau dan membimbing jalannya diskusi dan memberikan bantuan secukupnya pada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami LKK.

 Siswa menemukan masalah yang disajikan dalam LKK dan berani bertanya kepada guru tentang LKK yang diberikan. √ √ 4. Transferring dan Cooperating

 Guru memberikan soal atau masalah dalam situasi baru, namun masih berhubungan dengan konsep yang telah dipelajari pada tahap-tahap sebelumnya.

 Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

 Guru memilih kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.


(16)

 Siswa berani mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal yang tidak dipahami.

 Siswa berpartisipasi aktif saat kegiatan diskusi kelas.

√ √

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran yang secara rinci ada pada lampiran, jumlah aspek yang terlaksana sebanyak 38 aspek atau 90% dan tidak terlaksana sebanyak 4 aspek atau 10%. Meskipun yang terlaksana baru 90%, hal ini tidak akan terlalu berpengaruh karena yang tidak terlaksana bukanlah komponen kegiatan pada strategi REACT melainkan pada kegiatan penutup. Hasil dari lembar observasi pelaksanaan pembelajaran siklus I secara rinci terdapat pada lampiran C.3 halaman 150.

3) Wawancara Siswa

Berdasarkan hasil wawancara terstulis kepada siswa kelas IV SDN 1 Cibogo, diperoleh data bahwa respon siswa menunjukkan respon positif. Seluruh siswa menjawab senang dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam menjawab LKK dan soal evaluasi, namun sebagian besar siswa menganggap bahwa soal yang diberikan mudah. Soal yang diberikan dan pembelajaran selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa juga merasa lebih senang dengan pembelajaran yang diberikan saat siklus I daripada pelajaran-pelajaran sebelumnya karena mereka bisa bekerjasama dalam kelompok sehingga walaupun ada soal yang sulit, mereka bisa mengerjakannya bersama-sama. Sebagian besar siswa berpendapat bahawa mereka mengerti dengan materi yang telah diajarkan.

Berdasarkan pelaksanaan siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan. Maka dari itu dilakukan refleksi untuk perbaikan di siklus selanjutnya. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperbaiki pada siklus selanjutnya.

a) Guru harus memotivasi siswa agar mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok.

b) Dalam penggunaan media, sebaiknya media diberikan nama yang ditulis langsung pada media misalnya, kubus ABCD.EFGH sehingga memudahkan


(17)

siswa dalam menggambarkan jaring-jaring kubus dan balok dengan menyertakan nama pada setiap titik sudutnya.

c) Guru memberikan bimbingan yang lebih pada siswa yang kemampuan komunikasi matematisnya masih dikatakan kurang.

d) Pemberian reward lebih banyak lagi, agar siswa termotivasi untuk memberikan ide atau menjawab pertanyaan.

e) Guru mengaitkan pembelajaran dengan benda-benda yang kongkrit agar siswa lebih paham.

f) Guru harus lebih memperhatikan alokasi waktu pelaksanaan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

g) Waktu yang tersedia dalam silabus sekolah untuk materi bangun ruang sederhana ini masih tersisa empat jam pelajaran, sehingga penelitian masih berlanjut ke siklus selanjutnya.

b. Siklus II

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Selasa, 6 Mei 2014 dengan menggunakan alokasi waktu 2 x 35 menit dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Mei 2014 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit. Pada pertemuan pertama banyaknya siswa yang hadir yaitu 14 orang dengan siswa yang tidak hadir ARI dan SIT. Sedangkan pada pertemuan kedua banyaknya siswa yang hadir sebanyak 15 orang dari 16 orang siswa. Siswa yang tidak hadir adalah SYU karena sakit. Sesuai dengan rencana yang telah dirancang, kegiatan pembelajaran dilakukan dengan penerapan strategi REACT.

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II diobservasi oleh seorang guru wali kelas IV SDN 1 Cibogo, mahasiswa PGSD, dan peneliti sendiri. Peneliti mengobservasi pelaksanaan penelitian pada siswa yang dituangkan pada lembar catatan lapangan. Sedangkan guru dan rekan peneliti melakukan observasi pelaksanan pembelajaran keseluruhan baik pada guru maupun siswa. Selama kegiatan berlangsung, observer ikut mengamati berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dengan penerapan strategi REACT dan mengisi lembar observasi. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dengan tiga langkah kegiatan


(18)

pembelajaran yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut ini dipaparkan dengan lebih rinci mengenai deskripsi pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT pada siklus II.

Kegiatan pendahuluan pada siklus II pertemuan pertama dimulai dengan guru masuk ke ruangan kelas kemudian mengucapkan salam dan siswa menjawab salam. Setelah itu guru dan siswa bersama membaca do’a. Setelah berdo’a peneliti menanyakan kabar siswa. Guru mengecek kehadiran siswa dan memberikan motivasi dan semangat melalui kegiatan ice breaking “tepuk semangat”. Kemudian melakukan tanya jawab mengenai materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan dan meninjau ulang pembelajaran sebelumnya terutama yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada pembelajaran yang akan dilakukan. Siswa sangat aktif pada kegiatan tanya jawab ini. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran pada siklus II. Siswa memperhatikan penjelasan guru. Sebelum pada kegiatan inti, guru meminta siswa untuk duduk secara berkelompok sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.

Pada kegiatan inti, guru memulai dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui konsep awal siswa tentang materi yang akan dipelajari: “pernahkah kalian melihat kotak makanan yang direbahkan sebelum dijadikan sebuah kotak?”. Seluruh siswa menjawab “pernah melihat”. Kemudian guru memperlihatkan kardus makanan yang sudah jadi dan yang masih berbentuk jaring-jaring. Siswa mengamati kardus makanan tersebut. Guru mengajukan pertanyaan kembali “dari benda ini, manakah yang merupakan jaring-jaring kubus?”. Kemudian siswa menjawab pertanyaan guru dan menemutunjukkan jaring-jaring bangun ruang. Setelah itu guru mencoba membuka kardus makanan dan merebahkannya menjadi jaring-jaring. Sementara kardus yang masih berbentuk jaring-jaring dibentuk menjadi balok. Hal ini menunjukkan pada kegiatan relating, yaitu siswa mengaitkan pembelajaran jaring-jaring bangun ruang kubus dan balok dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Pada kegiatan experiencing dan cooperating, guru memperlihatkan dua buah benda misalnya dadu dan kardus minuman. Kemudian guru memberikan


(19)

pertanyaan arahan: “dari dua buah benda tersebut jika sisi-sisinya digunting dapatkah kalian membuat sketsa jaring-jaringnya?”. Siswa menjawab “bisa”. Guru meminta dua orang siswa untuk menggambar kemungkinan jaring-jaring kubus dan balok yang dapat dibentuk dari benda tersebut. Siswa sangat aktif, semua siswa ingin mencoba membuat jaring-jaring tersebut. Kemudian guru memilih dua orang siswa yang terlebih dahulu mengangkatkan tangannya. Siswa yang dipilih menggunting kardus dan karton berbentuk dadu sedemikian rupa sehingga membentuk jaring bangun ruang sederhana. Kemudian jaring-jaring tersebut ditempel dan digambarkan di papan tulis. Siswa yang sudah membuat jaring-jaring tersebut diberikan reward berupa bintang yang ditempel di kartu prestasi. Guru membagikan LKK kepada siswa, meminta siswa untuk mengerjakannya secara kelompok. Dalam hal ini siswa melakukan eksplorasi terhadap permasalahan yang disajikan pada LKK yaitu mengenai jaring-jaring kubus dan balok. Siswa mendiskusikan masalah-masalah yang ada pada LKK dengan cara pengamatan menggunakan kerangka model kubus dan balok. Dalam hal ini siswa mengidentifikasi jaring-jaring kubus dan balok sehingga siswa dapat menyimpulkan pengertian jaring-jaring kubus dan balok. Guru berkeliling untuk membantu dan membimbing jalannya diskusi, memberikan bantuan secukupnya pada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memhami LKK. Hal tersebut menunjukkan kegiatan dimana siswa mengalami sendiri menemukan jawaban dari permasalahan pada LKK secara berkelompok (experiencing dan cooperating).

Pada kegiatan applying dan cooperating, siswa diberikan permasalahan secara berkelompok terkait dengan materi yang telah didapat pada tahap sebelumnya dan LKK guna menerapkan konsep.

Setelah siswa menyelesaikan LKK, guru bersama-sama dengan siswa membahas jawaban pada LKK. Siswa yang berani menjawab di depan kelas diberikan reward. Setelah itu, guru menyampaikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya masih mengenai jaring-jaring kubus dan balok. Guru menutup pelajaran dengan berdo’a dan memberikan salam.

Pertemuan kedua yaitu pada hari Sabtu, 10 Mei 2014 kegiatan pendahuluan dimulai sama seperti kegiatan pada pertemuan pertama. Guru


(20)

menanyakan mengenai materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Di awal pembelajaran ini, siswa sudah duduk secara berkelompok dengan kelompok sebelumnya.

Pada kegiatan transferring dan cooperating guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisikan soal atau masalah dalam situasi baru yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, namun masih berhubungan dengan konsep yang telah dipelajari dan didapatkan pada tahap sebelumnya. Siswa diberikan berbagai jenis jaring-jaring kubus dan balok secara berkelompok. Penggunaan media ini dilakukan dalam kelompok namun untuk pengerjaan LKS dikerjakan secara individu. Setelah mengerjakan LKS tersebut, guru mempersilakan salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Siswa dalam kelompok lain mendengarkan dan menanggapi hasil pekerjaan temannya. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk presentasi di depan kelas sehingga setiap kelompok mendapatkan bintang. Kemudian guru memberi pengutan dan penjelasan pada siswa terhadap jawaban yang telah dipaparkan.

Langkah terakhir dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan penutup. Guru membagikan soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Siswa mengerjakan secara individu. Guru melakukan review dan membuat kesimpulan terhadap materi yang telah dipelajari. Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya yaitu simetri lipat yang akan disampaikan oleh wali kelas IV SDN 1 Cibogo. Guru memberikan penguatan dan motivasi terhadap apa yang telah dipelajari dalam pertemuan hari ini. Kemudian guru menutup pelajaran. Setelah pembelajaran selesai, guru membagikan pedoman wawancara tertulis yang diisi oleh siswa.

Seperti halnya pada pembelajaran siklus I, saat dilaksanakannya tindakan pembelajaran siklus II dengan langkah-langkah tersebut dilakukan pengamatan atau observasi. Berikut ini adalah pemaran hasil observasi yang dilaksanakan oleh peneliti berupa catatan lapangan, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran yang diisi oleh observer, dan hasil wawancara dengan siswa.


(21)

1) Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan temuan-temuan peneliti selama pelaksanaan penelitian di kelas. Berikut ini adalah catatan temuan yang diperoleh peneliti selama proses penelitian siklus II.

Tabel 4.7. Catatan Lapangan Siklus II

Catatan Lapangan Kendala/Kesulitan Usaha Perbaikan Masih ada siswa yang

belum bekerja dalam kegiatan kelompok. Bebeberapa siswa terlihat kurang berpartisipasi pada kelompok terutama kelompok persegi. Dan kelompok tersebut sulit dikendalikan.

Beberapa siswa ribut dan sulit untuk dikendalikan.

Mengingatkan siswa yang ribut dan memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan kelompok.

Beberapa siswa masih kebingungan dalam menggambarkan jaring-jaring bangun ruang

terutama ketika

menggambarkan dengan ukuran yang tepat.

Kemampuan awal siswa dalam menggambar

dengan ukuran

sebenarnya maupun skala menggunakan penggaris masih sangat rendah sehingga peneliti memberikan penjelasan dan contoh menggambar dengan lebih rinci pada siswa tersebut

Guru harus memiliki cara yang efektif dalam menyampaikan materi menggambarkan jaring-jaring bangun ruang dengan ukuran tertentu.

2) Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi ini diisi oleh observer yaitu guru dan rekan peneliti. Lembar ini bertujuan untuk melihat sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT. Berikut ini adalah hasil observasi atau temuan dari para observer.

Tabel 4.8. Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II No

.

Komponen

REACT Hal yang Diamati

Hasil Pengamatan

Ya Tidak

1. Relating  Guru mengajukan pertanyan kepada siswa untuk mengetahui konsep awal terkait materi yang akan dipelajari.


(22)

 Siswa memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru.

2. Experiencing  Guru mengajukan pertanyaan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari hal-hal atau contoh lain yang ada pada lingkungan sekitar terkait materi yang akan diajarkan pada pertemuan ini.

 Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.

3. Applying dan

Cooperating

 Guru menjelaskan hal-hal yang akan dilakukan pada kegiatan kelompok.

 Siswa memperhatikan penjelasan guru.

√ √

 Guru mengkondisikan siswa

menjadi kelompok yang

beranggotan 4 orang.

 Siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan.

√ √

 Guru membagikan Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) kepada siswa.

 Siswa mengerjakan dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya untuk memecahkan permasalahan yang disajikan dalam Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).

√ √

 Guru berkeliling untuk memantau dan membimbing jalannya diskusi dan memberikan bantuan secukupnya pada kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami LKK.

 Siswa menemukan masalah yang disajikan dalam LKK dan berani bertanya kepada guru tentang LKK yang diberikan. √ √ 4. Transferring dan Cooperating

 Guru memberikan soal atau masalah dalam situasi baru, namun masih berhubungan dengan konsep yang telah dipelajari pada


(23)

tahap sebelumnya.

 Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.

 Guru memilih kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas.

 Siswa berani mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

√ √

 Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal yang tidak dipahami.

 Siswa berpartisipasi aktif saat kegiatan diskusi kelas.

√ √

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pmbelajaran, seluruh aspek terlaksana 100% pada siklus II. Adapun untuk deskripsi tiap aspek dapat dilihat di lampiran C.4 halaman 155.

3) Wawancara Siswa

Sama halnya dengan siklus I, wawancara yang dilakukan terhadap siswa kelas IV SDN 1 Cibogo adalah wawancara tertulis. Hasil dari wawancara tertulis ini menunjukkan respon positif. Seluruh siswa menjawab senang dengan pembelajaran yang telah diberikan. Sebagian kecil merasa kesulitan dalam menjawab soal baik LKK, LKS, maupun soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis namun sebagian besar menjawab mudah. Pelajaran yang diberikan juga selalu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa lebih mengerti. Seluruh siswa menjawab sangat senang dengan kegiatan kelompok karena mereka bisa memberikan pendapat dalam kelompok juga bertanya mengenai hal yang tidak dimengerti kepada anggota kelompok lainnya. Hanya satu orang yang menjawb bahwa tidak mengerti dengan pembelajaran pada siklus II ini, namun sisanya menjawab mengerti dengan pembelajaran yang telah diberikan.

Kegiatan refleksi dilakukan setelah peneliti menganalisis data dari pelaksanaan tindakan siklus II. Data-data yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan siklus II yaitu hasil observasi pelaksanaan pembelajaran, observasi respon siswa terhadap pembelajaran, dan catatan lapangan. Dari data tersebut


(24)

menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II berjalan dengan baik meskipun terdapat beberapa kendala. Guru telah melaksanakan pembelajaran dengan baik, mulai dari memberi motivasi, apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, menjelaskan materi, membimbing siswa dalam kelompok, memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, serta memberikan evaluasi kepada siswa.

Waktu yang disediakan dalam silabus untuk materi bangun ruang sederhana adalah delapan jam pelajaran. Dengan habisnya waktu yang disediakan untuk materi bangun ruang sederhana di kelas IV semester 2 yang terdapat pada silabus ini, maka berakhir pula siklus atau kegiatan penelitian ini dan tidak dilakukan tindakan berikutnya.

3. Kemampuan Komunikasi Matematis a. Siklus I

Berdasarkan penelitian siklus I yang telah dilakukan pada hari Rabu, 30 April 2014 terhadap siswa kelas IV SDN 1 Cibogo dengan banyaknya siswa yang mengikuti siklus adalah 15 siswa. Dari 15 orang siswa yang hadir, data yang diolah hanya data dari 14 orang siswa saja karena hanya 14 orang siswa yang memiliki kehadiran lengkap. Materi yang disampaikan saat siklus I mengenai sifat-sifat kubus dan balok Berikut ini adalah hasil tes yang telah dilakukan di akhir siklus I, diperoleh data nilai mengenai ketuntasan belajar siswa sebagai berikut.

Tabel 4.9. Hasil Evaluasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus I

Nilai Tertinggi 100

Nilai Terendah 26,47

Rata-Rata 74,79

KKM 66,25

Banyaknya siswa yang tuntas 13 orang Banyaknya siswa yang tidak tuntas 1 orang

Hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siklus I secara rinci terlampir pada lampiran D.3 halaman 191. Berdasarkan tabel di atas rata-rata nilai UTS yang dijadikan data awal siswa sebelumnya


(25)

yaitu 48,41 dibandingkan dengan rata-rata nilai siklus I ialah 74,79 maka mengalami peningkatan. Dari 14 orang siswa, nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada evaluasi kemampuan komunikasi matematis siklus I ini adalah 100, sedangkan nilai terendah adalah 26,47. Banyaknya siswa yang tuntas adalah 13 orang dengan persentase 92,86%, sedangkan banyaknya siswa yang tidak tuntas sebanyak satu orang dengan persentase 7,14% dengan KKM 66,25. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

92.86% 7.14%

Tuntas Tidak Tun-tas

Diagram 4.1. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

Pada siklus I ini ada satu siswa yang tidak bekerja sama dengan anggota kelompoknya karena anggota yang lain tidak ingin berada dalam satu kelompok dengan siswa tersebut, sehingga siswa tersebut tidak berpartisipasi dalam pengerjaan LKK, padahal soal pada LKK sangat menunjang sebagai latihan evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Akibatnya siswa tersebut kurang memahami pembelajaran pada siklus I dan setelah melihat hasil evaluasi siklus I mendapatkan nilai yang kecil bahkan sangat jauh berbeda dengan siswa lainnya. Untuk itu peneliti harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa agar mau bekerja sama dengan siapapun.


(26)

Berdasarkan data tersebut rata-rata hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis adalah 74,79 maka diperlukan adanya peningkatan dan melanjutkan ke siklus selanjutnya.

b. Siklus II

Berdasarkan evaluasi siklus II yang telah dilaksanakan pada pertemuan kedua siklus II hari Sabtu, 10 Mei 2014 di kelas IV SDN 1 Cibogo dengan jumlah siswa yang mengikuti pertemuan kedua siklus II adalah 15 orang namun yang memiliki kehadiran lengkap 14 orang maka yang diolah adalah 14 orang, materi yang disampaikan mengenai jaring-jaring kubus dan balok dan didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 4.10. Hasil Evaluasi Kemampuan Komunikasi Matematis Siklus II

Nilai Tertinggi 96

Nilai Terendah 48

Rata-Rata 80,57

KKM 65

Banyaknya siswa yang tuntas 12 orang Banyaknya siswa yang tidak tuntas 2 orang

Hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siklus II secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel di atas, nilai tertinggi yang diperoleh siswa adalah 100 dan nilai terkecil adalah 48 dengan rata-rata 80,57. Siswa yang tuntas sebanyak 12 orang dengan persentase 86,71%, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 2 orang dengan persentase 14,29%. Tabel hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis siklus II setiap siswa dapat dilihat pada lampiran D.5 halaman 193.


(27)

85.71% 14.29%

Tuntas Tidak Tuntas

Diagram 4.2. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Persentase ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami penurunan. Siswa yang tidak tuntas pada evaluasi kemampuan komunikasi matematis siklus II sebanyak dua orang berada dalam kelompok yang sama yaitu kelompok persegi. Berdasarkan pengamatan saat pelaksanaan pembelajaran siklus II yang dilakukan oleh observer dan peneliti sendiri kedua siswa tersebut tidak memperhatikan pembelajaran dan mengobrol. Peneliti beberapa kali mengingatkan siswa tersebut untuk tetap memperhatikan dan mengikuti pembelajaran dengan baik, namun sulit untuk mengikuti instruksi peneliti. Karena tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, akibatnya kedua siswa tersebut memperoleh nilai pada evaluasi siklus II di bawah KKM. Hal ini didukung pula dengan hasil wawancara tertulis dengan kedua siswa tersebut. Berdasarkan hasil wawancara tertulis, kedua siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi dan mengerjakan soal baik soal LKK, LKS, maupun evaluasi kemampuan komunikasi matematis.

Pembelajaran di siklus II tentunya merupakan hasil refleksi siklus I agar lebih baik dari siklus sebelumnya dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis. Berdasarkan hasil analisis pada siklus I dan siklus II, untuk melihat peningkatan nilai evaluasi kemampuan komunikasi matematis setiap siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat pada lampiran D.6 halaman 194. Atau dapat dilihat pula diagram berikut ini.


(28)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II

Nama Siswa

N

il

a

i

Diagram 4.3. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dari Siklus I ke Siklus II

Dari data tersebut, siswa yang mengalami peningkatan sebanyak sembilan orang dengan persentase 64,29%, siswa yang mengalami penurunan sebanyak empat orang dengan persentase 28,57%, dan siswa dengan nilai tetap sebanyak satu orang dengan persentase 7,14%.

64.29%

28.57% 7.14%

Meningkat Menurun Tetap

Diagram 4.4. Persentase Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Penurunan nilai evaluasi dari beberapa siswa yang turun disebabkan oleh ketelitian siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada soal. Selain itu faktor kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide atau gagasannya ke dalam


(29)

bentuk tulisan masih sulit. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran konstruktivisme dimana siswa harus menemukan sendiri suatu konsep matematika. Kemampuan beberapa siswa dalam menjawab pertanyaan masih lambat sehingga bagi siswa tersebut waktu yang diberikan masih dirasa kurang dan siswa menjawab dengan asal tanpa dipikirkan terlebih dahulu jawaban yang sebenarnya. Faktor lain yang menjadi penyebab menurunnya hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis siswa adalah faktor eksternal pengaruh lingkungan belajar yang kurang mendukung seperti kurangnya perhatian keluarga sehingga hanya belajar di lingkungan sekolah saja dan ketika di rumah tidak mempelajari ulang pelajaran di sekolah.

Rata-rata nilai siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan walaupun hanya sedikit.

Rata-Rata Nilai Siklus I Rata-Rata Nilai Siklus II 65.00

70.00 75.00 80.00 85.00 90.00 95.00 100.00

74.79

80.57

Diagram 4.5. Persentase Peningkatan Rata-rata Kemampuan Komunikasi Matematis

Berdasarkan diagram di atas bahwa rata-rata nilai siswa pada siklus II mengalami peningkatan yaitu dari 74,79 meningkat menjadi 80,57. Seingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat.

Dalam suatu kelas tertentu siswa dapat dikelompokkan pada tiga kategori yaitu siswa yang memiliki kemampuan tinggi, siswa yang memiliki kemampuan sedang, dan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Begitu pula dengan kelas IV SDN 1 Cibogo dengan banyaknya siswa yaitu 14 orang. Untuk menghitung banyaknya siswa yang memiliki


(30)

kemampuan tinggi yaitu dengan menghitung 27% dari seluruh siswa pada kelas tersebut atau sebanyak empat orang siswa, siswa yang berkemampuan rendah 27% dari seluruh siswa pada kelas atau sebanyak empat orang siswa, dan sisanya 54% atau enam orang siswa di kelas memiliki kemampuan sedang. Berdasarkan wawancara dengan guru wali kelas IV SDN 1 Cibogo, siswa yang memiliki kemampuan tinggi adalah ALI, KUS, RIZ, dan SIT. Siswa yang memiliki kemampuan sedang adalah ARI, ILS, MUH, NOR, SIL, dan TRI. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah adalah ARD, NOV, RIS, dan WIW. Berikut ini adalah peningkatan kemampuan komunikasi matematis dari siklus I ke siklus II berdasarkan analisis terhadap siswa yang memiliki kemampuan inggi, sedang, dan rendah.

Tabel 4.11. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa Berkemampuan Tinggi

No

. Nama Siswa Siklus I Siklus II Keterangan

1 ALI 100 100 Tetap

2 KUS 85,29 88 Meningkat

3 RIZ 79,41 84 Meningkat

4 SIT 85,29 76 Menurun

Dari tabel dengan kategori siswa berkemampuan tinggi di atas, sebanyak dua orang siswa dengan persentase 50% mengalami peningkatan, satu orang siswa dengan persentase yaitu 25% mengalami penurunan, dan satu orang siswa dengan persentase 25% memperoleh nilai yang tetap.

Tabel 4.12. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa Berkemampuan Sedang

No

. Nama Siswa Siklus I Siklus II Keterangan

1 ARI 67,65 56 Menurun


(31)

3 MUH 73,53 48 Menurun

4 NOR 70,59 96 Meningkat

5 SIL 73,53 88 Meningkat

6 TRI 79,41 92 Meningkat

Dari tabel dengan kategori siswa berkemampuan sedang di atas, sebanyak empat orang siswa dengan persentase 66,67% mengalami peningkatan dan dua orang siswa dengan persentase yang sama yaitu 33,33% mengalami penurunan.

Tabel 4.13. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa Berkemampuan Rendah

No

. Nama Siswa Siklus I Siklus II Keterangan

1 ARD 85,29 80 Menurun

2 NOV 82,35 92 Meningkat

3 RIS 67,65 68 Meningkat

4 WIW 26,47 68 Meningkat

Dari tabel dengan kategori siswa berkemampuan rendah di atas, sebanyak tiga orang siswa dengan persentase 75% mengalami peningkatan dan satu orang siswa dengan persentase 25% mengalami penurunan.

Pada penilitian ini peneliti memberikan soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis yang memuat dua indikator kemampuan komunikasi matematis di setiap siklus. Indikator tersebut yaitu: (1) memberikan penjelasan secara logis dan benar atau argumen verbal yang didasarkan pada analisis terhadap gambar dan konsep-konsep formal dan (2) memunculkan model konseptual seperti gambar, diagram, tabel, atau grafik.

Hasil analisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis setiap siswa pada indikator (1) memberikan penjelasan secara logis dan benar atau argumen verbal yang didasarkan pada analisis terhadap gambar dan konsep-konsep formal setelah dikonversikan dalam skala 0-100


(32)

terdapat pada lampiran D.8 halaman 196 atau dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

ALIARD ARI ILH KUSMUHNORNOV RIS RIZ SIL SIT TRIWIW

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00

Siklus I Siklus II

Nama Siswa

N

il

a

i

Diagram 4.6. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Indikator (1)

Dari data tersebut, rata-rata untuk indikator (1) mengalami peningkatan dari 81,29 menjadi 85,71. Peningkatan rata-rata ini tidak terlalu besar.

64.29%

28.57% 7.14%

Naik Turun Tetap

Diagram 4.7. Persentase Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Indikator (1)


(33)

Berdasarkan diagram di atas, siswa yang mengalami peningkatan pada indikator (1) sebanyak sembilan orang dengan persentase 64,29%, penurunan sebanyak empat orang dengan persentase 28.57%, dan tetap sebanyak satu orang dengan persentase 7,14%. Setelah menganalisis terhadap jawaban siswa, siswa mengalami penurunan dalam menjawab pertanyaan mengenai menjelaskan suatu definisi dari konsep tertentu. Siswa mendapatkan skor rendah dalam menjawab pertanyaan pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut pada evaluasi siklus I. Sedangkan pada evaluasi siklus II siswa mendapatkan skor rendah dalam menjawab pertanyaan pengertian jaring-jaring bangun ruang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mendefinisikan suatu konsep matematis. Hasil analisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis setiap siswa pada indikator (2) memunculkan model konseptual seperti gambar, diagram, tabel, atau grafik setelah dikonversikan dalam skala 0-100 dapat dilihat pada lampiran D.10 halaman 198 atau dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II

Nama Siswa

N

il

a

i

Diagram 4.8. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Indikator (2)


(34)

Dari data tersebut, pada indikator (2) mengalami peningkatan dari 64,29 menjadi 74,03. Peningkatan rata-rata ini tergolong sedang.

78.57% 14.29%

7.14%

Naik Turun Tetap

Diagram 4.9. Persentase Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Indikator (2)

Dari diagram di atas, siswa yang mengalami peningkatan pada indikator (2) sebanyak 11 orang dengan persentase 78,57%, penurunan sebanyak dua orang dengan persentase 14,29%, dan tetap sebanyak satu orang dengan persentase 7,14%. Persentase peningkatan pada indikator (2) ini jauh lebih baik daripada siklus I. Setelah menganalisis terhadap jawaban siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami penurunan dalam menjawab pertanyaan mengenai menggambarkan bangun ruang berbentuk balok dengan membubuhkan nama pada setiap titik sudutnya.

Berdasarkan data hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis di siklus I dan siklus II, ditentukan besarnya gain dan indeks gain untuk menganalisis peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Hasil analisis gain tiap siswa dari Siklus I ke Siklus II terdapat pada lampiran D.11 halaman 199.

Berdasarkan data tersebut, diperoleh rata-rata gain sebesar 5,78 dan indeks gain sebesar 0,23 dengan interpretasi rendah.

Dari penelitian siklus II terlihat peningkatan rata-rata evaluasi siswa yaitu 80,57 dan mengalami peningkatan dari siklus I walaupun


(35)

peningkatannya masih pada interpretasi rendah. Sebagian besar siswa atau 64,29% siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Mengingat alokasi waktu yang tersedia pada silabus untuk materi bangun ruang sederhana ini sudah berkahir, maka berakhir pula penelitian tindakan kelas ini.

B. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menggunakan penerapan strategi pembelajaran Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring (REACT) yang sebelumnya belum pernah dilaksanakan pada siswa kelas IV SDN 1 Cibogo. Pembelajaran dalam kelas selalu dilaksanakan dengan metode ceramah sehingga kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan ide matematisnya masih dikatakan rendah. Oleh karena itu, bagian pembahasan hasil penelitian ini diajukan untuk menjawab semua permasalahan dalam penelitian untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis dengan menerapkan strategi REACT. Dari hasil penelitian di atas dapat dibahas deskripsi mengenai perencanaan, pelaksanan, dan peningkatan kemampuan komunikasi matematis sebagai berikut.

1. Perencanaan

Berdasarkan perencanaan dari penelitian siklus I dan siklus II, pada bagian ini peneliti akan mendeskripsikan perbedaan perencanaan di setiap siklusnya.

Perencanaan yang dilakukan pada siklus I dirangcang untuk mengatasi masalah awal yang terjadi di kelas IV SDN 1 Cibogo yaitu rendahnya kemampuan siswa dalam mengkomunikasikan ide matematisnya. Pada perencanaan siklus I, peneliti menyusun Antisipasi Didaktis Pedagogis (ADP). Hal tersebut disusun sebagai acuan dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam ADP tersebut dituangkan prediksi atau kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi pada kegiatan pembelajaran saat penelitian siklus I. ADP disusun berdasarkan komponen yang terdapat pada strategi REACT yang merujuk


(36)

pada pendapat Crawford (2001: 3-15) yaitu: relating (mengaitkan/ menghubungkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan),

cooperating (bekerja sama), dan transferring (mentransfer). Pada kegiatan

relating, siswa menemutunjukkan benda yang berbentuk kubus dan balok dengan tepat melalui kegiatan tanya jawab dengan menghubungkan benda-denda dalam kehidupan sehari-hari. Dipilihnya kegiatan tersebut karena strategi REACT sendiri merupakan pengembangan dari pembelajaran kontekstual. Strategi REACT yang merupakan strategi pembelajaran CTL ini terfokus pada pengajaran dan pembelajaran konteks dan merupakan inti dari prinsip konstruktivisme (Crawford, 2001: 3). Dengan demikian pembelajaran harus dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, demikian pula dengan pembelajaran pada siklus I ini, untuk mengenal kubus dan balok siswa harus menemutunjukkannya dengan benda-benda yang ada di sekitar mereka. Komponen selanjutnya yaitu experiencing, applying, dan

cooperating dengan kegiatan pembelajaran siswa menjelaskan sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan benar dan mengungkapkan kembali unsur-unsur bangun ruang sederhana dalam sebuah tabel dengan benar melalui mengidentifikasi benda-benda berbentuk kubus dan balok dalam kegiatan kelompok. Dalam komponen experiencing ini siswa diharapkan dapat mengalami sendiri dalam menjelaskan suatu ide matematisnya melalui kegiatan mengidentifikasi. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan pembelajaran lebih bermakna sejalan dengan pendapat Ausubel (dalam Suyono dan Hariyanto, 2012: 100) bahwa pembelajaran berdasarkan hapalan (rote learning) tidak banyak membantu siswa di dalam memperoleh pengetahuan, pembelajaran oleh guru harus sedemikian rupa sehingga membangun pemahaman dalam struktur kognitifnya, pembelajaran haruslah bermakna (meaningful learning) bagi siswa untuk menyelesaikan problem-problem kehidupannya. Selanjutnya komponen transferring yaitu dimana siswa mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya terhadap suatu konsep baru. Transferring juga berarti siswa mengungkapkan idenya pada orang lain. Kegiatan belajar yang dipilih adalah presentasi. Kegiatan ini dipilih karena kemampuan yang hendak diukur adalah


(37)

kemampuan komunikasi matematis, sehingga siswa harus mampu mengkomunikasikan ide matematisnya.

Setelah disusunnya ADP, peneliti menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penerapan strategi

REACT dan berdasarkan ADP tersebut. Merujuk pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, kompetensi dasar mata pelajaran matematika kelas IV semester 2 materi bangun ruang sederhana adalah 8.1. menentukan sifat-sifat balok dan kubus. Adapun indikator capaian kompetensi disesuaikan dengan kompetensi dasar tersebut dan indikator kemampuan komunikasi matematis. Selain itu, peneliti juga menyiapkan daftar kelompok nama siswa secara heterogen, lembar penilaian RPP, catatan lapangan, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, pedoman wawancara tertulis, LKK, soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis beserta kunci jawaban, reward berupa bintang dan kartu prestasi, dan media yang menunjang untuk membantu proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penilaian ahli, RPP pada siklus I ini memperoleh nilai 3,75 (dalam skala 0-4).

Perencanan siklus II disusun berdasarkan hasil refleksi dari siklus I. Pada perencanaan siklus II, peneliti juga membuat suatu ADP. Sama halnya dengan siklus I, ADP yang disusun ini berdasarkan komponen yang ada pada strategi

REACT. Pada komponen relating kegiatan belajar yang direncanakan adalah siswa menemutunjukkan jaring-jaring kubus dan balok ke dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti menyiapkan media berupa kardus makanan yang sudah dibentuk dan yang masih berbentuk jaring-jaring. Hal ini dimaksud agar pembelajaran lebih kontekstual dengan kehidupan siswa. Pada komponen experiencing dan

cooperating, siswa menjelaskan pengertian jaring-jaring bangun ruang dengan benar melalui kegiatan mengidentifikasi jaring-jaring kubus dan balok dalam kelompok. Pada kegiatan ini diharapkan siswa dapat mengidentifikasi berbagai jenis jaring-jaring kubus dan balok sehingga siswa dapat menyimpulkan sendiri pengertian jaring-jaring bangun ruang. Siswa dapat mengalami sendiri dan pengetahuan siswa dapat dikonstruksi pada kegiatan tersebut. Selanjutnya, pada komponen applying dan transferring siswa menggambarkan jaring-jaring kubus


(38)

dan balok dengan benar melalui kegiatan menggunting dan menggambar. Diharapkan siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperolehnya dalam situasi baru dan dapat mengkomunikasikannya melalui kegiatan presentasi.

Kemudian, peneliti juga menyiapkan RPP yang disusun berdasarkan ADP siklus II dengan mengacu pada komponen-komponen strategi REACT. Yang membedakan dalam RPP ini adalah terletak pada kompetensi dasar yaitu 8.2. menentukan jaring-jaring kubus sehingga dalam penyusunan indikator capaian komptensi, tujuan, materi juga mengacu pada komptensi dasar tersebut. RPP disusun dalam dua pertemuan dengan masing-masing pertemuan dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Sama halnya dengan siklus I, pada siklus II ini juga peneliti menyiapkan daftar kelompok nama siswa secara heterogen, lembar penilaian RPP, catatan lapangan, lembar observasi pelaksanaan pembelajaran, pedoman wawancara tertulis, LKK, LKS, soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis beserta kunci jawaban, reward berupa bintang dan kartu prestasi, dan media yang menunjang untuk membantu proses pembelajaran. Media yang disiapkan merupakan perbaikan dari siklus I, dimana pada media ini diberikan nama setiap bangun ruangnya misalnya untuk kubus diberikan nama kubus ABCD.EFGH dan dibubuhkan pula nama di setiap titik sudut media tersebut. Berdasarkan hasil penilaian ahli, RPP pada siklus I ini memperoleh nilai yang sama dengan siklus I yaitu 3,75 (dalam skala 0-4).

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini merujuk pada komponen strategi REACT yang merupakan salah satu strategi pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut Muchlis (2009: 41) pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari. Pada pembelajaran siklus I, guru mengaitkan konsep bangun ruang sederhana kubus dan balok dengan benda-benda yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini juga sejalan dengan


(39)

komponen strategi REACT menurut Crawford (2001: 3) yaitu relating

(mengaitkan/ menghubungkan). Guru dikatakan menggunakan strategi menghubungkan ketika siswa mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang tidak asing bagi siswa. Menurut Crawford (2001: 4) guru yang memulai pembelajaran dengan strategi relating harus selalu mengawali pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh hampir semua siswa dari pengalamannya hidupnya di luar kelas. Dalam hal ini peneliti juga bertanya pada siswa “pernahkah kalian melihat kardus sepatu? Berbentuk apakah kardus sepatu tersebut?” kemudian siswa menjawab sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pada kegiatan experiencing siswa mengalami, menggali, dan menemukan konsep-konsep bangun ruang sederhana. Kemudian di kegiatan

applying siswa menerapkan konsep yang telah diperolehnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKK dengan bekerja sama di kelompoknya

(cooperating). Selanjutnya pada kegiatan transferring ini siswa diharapkan menggunakan pengetahuan ke dalam konteks yang baru atau situasi yang baru. Siswa dapat meyimpulkan pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut pada bangun ruang mempresentasikannya di depan kelas. Sehingga siswa atau kelompok yang mau menyampaikan pendapatnya diberikan reward berupa bintang. Kemudian, peneliti melakukan tes evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siklus I. Berdasarkan pengamatan observer yang dituangkan pada lembar observasi, langkah pembelajaran pada siklus I ini sudah terlaksana 90%. Meskipun pencapaiannya hanya 90%, namun tidak merubah esensi dari strategi REACT itu sendiri, karena langkah yang tidak terlaksana yaitu pada kegiatan penutup. Sehingga peneliti perlu memperhatikan penggunaan alokasi waktu.

Pelaksanaan siklus II dilakukan berdasarkan refleksi dari siklus I, pelaksanaan dilakukan dalam dua pertemuan dan menjalankan komponen dari strategi REACT. Pada pertemuan pertama komponen REACT yang dilakukan yaitu mulai dari relating sampai cooperating, kemudian di pertemuan kedua masih pada komponen cooperating hingga transferring. Kegiatan relating guru mengajukan pertanyaan pada siswa “pernahkah kalian melihat kardus makanan yang


(40)

direbahkan sebelum dijadikan sebuah kotak?”. Kemudian memperlihatkan kardus makanan yang sudah dibentuk dan yang masih direbahkan lalu kembali mengajukan pertanyan “dari benda ini, manakah yang merupakan jaring-jaring kubus?”, siswa menjawab pertanyaan guru. Pada kegiatan experiencing siswa mengalami, menggali, dan menemukan jaring-jaring bangun ruang sederhana. Kemudian di kegiatan applying siswa menerapkan konsep yang telah diperolehnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKK dengan bekerja sama di kelompoknya (cooperating). Pertemuan selanjutnya, pada kegiatan cooperating dan transferring siswa diberikan LKS yang berisi soal-soal atau masalah yang baru namun masih berkaitan guna menerapkan konsep. Siswa diberikan berbagai jaring-jaring kubus dan balok, kemudian siswa menentukan mana yang merupakan jaring-jaring kubus dan balok dan mana yang bukan merupakan jaring-jaring dan memberikan penjelasannya. Kemudian siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Berdasarkan refleksi pada siklus I, pemberian reward harus lebih banyak lagi guna memotivasi siswa agar lebih aktif dalam berpendapat. Sehingga dalam presentasi ini, siswa lebih banyak memperoleh bintang. Di akhir kegiatan, peneliti memberikan soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siklus II. Berdasarkan pengamatan observer yang dituangkan pada lembar observasi, seluruh langkah pembelajaran pada siklus II ini sudah terlaksana 100%.

3. Kemampuan Komunikasi Matematis

Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siklus I dan siklus II dibandingkan dengan data awal hasil UTS siswa menunjukkan adanya peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Data awal menunjukkan rata-rata 47,92, pada siklus I meningkat menjadi 74,79, dan pada siklus II meningkat menjadi 80,57. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis ini berkaitan dengan strategi pembelajaran strategi REACT. Hal ini bisa dilihat pada pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan pembahasan mengenai pelaksanaan pembelajaran, telah dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II lebih baik daripada pelaksanaan pembelajaran


(41)

pada siklus I. Sehingga, peningkatan kemampuan komunikasi matematis siklus II lebih baik daripada siklus I.

Persentase ketuntasan belajar siswa mengalami penurunan, pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 13 orang (92,86%) dan tidak tuntas sebanyak satu orang (7,14%) sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 12 orang (85,71%) dan tidak tuntas sebanyak dua orang (14,29%). Penurunan ini disebabkan karena pada saat siklus II siswa yang mengalami penurunan tidak memperhatikan pembelajaran dan mengobrol. Peneliti beberapa kali mengingatkan siswa tersebut untuk tetap memperhatikan dan mengikuti pembelajaran dengan baik, namun sulit untuk mengikuti instruksi peneliti. Karena tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, akibatnya kedua siswa tersebut memperoleh nilai pada evaluasi siklus II di bawah KKM. Hal ini didukung pula dengan hasil wawancara tertulis dengan kedua siswa tersebut. Berdasarkan hasil wawancara tertulis, kedua siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi dan mengerjakan soal baik soal LKK, LKS, maupun evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Sedangkan siswa yang mengalami peningkatan sebanyak sembilan orang dengan persentase 64,29%, siswa yang mengalami penurunan sebanyak empat orang dengan persentase 28,57%, dan tetap sebanyak satu orang dengan persentase 7,14%. Dua orang siswa yang mengalami penurunan ini merupakan siswa yang ketuntasan belajar pada siklus II berada di bawah KKM yaitu siswa ARI dan MUH, sementara dua siswa lainnya adalah ARD dan SIT. Penurunan pada ARD dan SIT tidak begitu besar. Nilai ARD padal siklus I adalah 85,29 menjadi 80 dan nilai SIT pada siklus I 85,29 turun menjadi 76. Kedua siswa tersebut juga memperoleh nilai yang baik dan sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sementara penurunan yang terjadi pada ARI dan MUH mengalami penurunan yang cukup besar. ARI pada siklus I memperoleh nilai 67,65 dan pada siklus II memperoleh nilai 56. MUH pada siklus I memperoleh nilai 73,53 dan pada siklus II memperoleh nilai 48. Penurunan nilai evaluasi dari beberapa siswa yang turun disebabkan oleh ketelitian siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada soal. Selain itu faktor kemampuan siswa dalam mengungkapkan


(42)

ide atau gagasannya ke dalam bentuk tulisan masih sulit. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran konstruktivisme dimana siswa harus menemukan sendiri suatu konsep matematika. Kemampuan beberapa siswa dalam menjawab pertanyaan masih lambat sehingga bagi siswa tersebut waktu yang diberikan masih dirasa kurang dan siswa menjawab dengan asal tanpa dipikirkan terlebih dahulu jawaban yang sebenarnya. Faktor lain yang menjadi penyebab menurunnya hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siswa ARI dan MUH adalah kedua siswa berada dalam kelompok yang sama. Dalam kegiatan diskusi kelompok siswa tersebut tidak mengikuti dengan baik, kedua siswa mengobrol dan melakukan keributan pada kelompoknya. Hal tersebut sudah ditegur dan diingatkan oleh guru, namun peringatan tersebut tidak diindahkan. Pada pertemuan satu siklus II siswa ARI tidak hadir dalam pembelajaran dan hanya mengikuti pembelajaran siklus II pada pertemuan kedua, padahal proses

relating hingga cooperating dilaksanakan pada pertemuan pertama, sedangkan pada pertemuan kedua hanya dilakukan kegiatan cooperating dan transferring

hingga evaluasi. Siswa ARD mengalami penurunan karena siswa tersebut memang kurang memahami materi. Penurunan terjadi pada indikator (1) memberikan penjelasan secara logis dan benar atau argument verbal yang didasarkan pada analisis terhadap gambar dan konsep-konsep formal. Kemampuan ARD dalam menjelaskan konsep atau ide matematika masih kurang, meskipun demikian secara keseluruhan nilai ARD sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sementara siswa SIT mengelamai penurunan dikarenakan pada siklus II pertemuan satu siswa tersebut tidak hadir dalam pembelajaran dan hanya mengikuti pembelajaran siklus II pada pertemuan kedua sama halnya dengan siswa ARI, padahal proses relating hingga cooperating dilaksanakan pada pertemuan pertama, sedangkan pada pertemuan kedua hanya dilakukan kegiatan

cooperating dan transferring hingga evaluasi, namun nilai siswa SIT sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal.

Hasil analisis berdasarkan kemampuan siswa menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan tinggi sebanyak dua orang (50%)


(43)

mengalami peningkatan, satu orang (25%) mengalami penurunan, dan satu orang (25%) dengan nilai tetap. Siswa yang memiliki kemampuan sedang sebanyak empat orang (66,67%) mengalami peningkatan dan sebanyak dua orang (33,33%) mengalami penurunan. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah sebanyak riga orang (75%) mengalami peningkatan dan sebanyak satu orang (25%) mengalami penurunan.

Menurut Ansari (dalam Mustikawati, 2013: 6) terdapat indikator kemampuan komunikasi matematis yaitu (1) memberikan penjelasan secara logis dan benar atau argumen verbal yang didasarkan pada analisis terhadap gambar dan konsep-konsep formal dan (2) memunculkan model konseptual seperti gambar, diagram, tabel, atau grafik. Rata-rata pada indikator (1) mengalami peningkatan dari 81,29 menjadi 85,71. Peningkatan rata-rata ini tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, siswa yang mengalami peningkatan pada indikator (1) sebanyak sembilan orang dengan persentase 64,29%, penurunan sebanyak empat orang dengan persentase 28.57%, dan tetap sebanyak satu orang dengan persentase 7,14%. Setelah menganalisis terhadap jawaban siswa, siswa mengalami penurunan dalam menjawab pertanyaan mengenai menjelaskan suatu definisi dari konsep tertentu. Siswa mendapatkan skor rendah dalam menjawab pertanyaan pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut pada evaluasi siklus I. Sedangkan pada evaluasi siklus II siswa mendapatkan skor rendah dalam menjawab pertanyaan pengertian jaring-jaring bangun ruang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mendefinisikan suatu konsep matematis. Sedangkan rata-rata untuk indikator (2) mengalami peningkatan dari 64,29 menjadi 74,68. Peningkatan rata-rata ini tergolong sedang. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa yang mengalami peningkatan pada indikator (2) sebanyak 11 orang dengan persentase 78,57%, penurunan sebanyak dua orang dengan persentase 14,29%, dan tetap sebanyak satu orang dengan persentase 7,14%. Persentase peningkatan pada indikator (2) ini jauh lebih


(44)

baik daripada siklus I. Setelah menganalisis terhadap jawaban siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami penurunan dalam menjawab pertanyaan mengenai menggambarkan bangun ruang berbentuk balok dengan membubuhkan nama pada setiap titik sudutnya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis pada siswa kelas IV SDN 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat sebagian besar mengalami peningkatan baik bagi siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang, maupun siswa berkemampuan rendah. Adapun peningkatan berdasarkan perhitungan gain yaitu 0,23 dengan interpretasi tergolong rendah.


(1)

komponen strategi REACT menurut Crawford (2001: 3) yaitu relating

(mengaitkan/ menghubungkan). Guru dikatakan menggunakan strategi menghubungkan ketika siswa mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang tidak asing bagi siswa. Menurut Crawford (2001: 4) guru yang memulai pembelajaran dengan strategi relating harus selalu mengawali pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh hampir semua siswa dari pengalamannya hidupnya di luar kelas. Dalam hal ini peneliti juga bertanya pada siswa “pernahkah kalian melihat kardus sepatu? Berbentuk apakah kardus sepatu tersebut?” kemudian siswa menjawab sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Pada kegiatan experiencing siswa mengalami, menggali, dan menemukan konsep-konsep bangun ruang sederhana. Kemudian di kegiatan

applying siswa menerapkan konsep yang telah diperolehnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKK dengan bekerja sama di kelompoknya

(cooperating). Selanjutnya pada kegiatan transferring ini siswa diharapkan menggunakan pengetahuan ke dalam konteks yang baru atau situasi yang baru. Siswa dapat meyimpulkan pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut pada bangun ruang mempresentasikannya di depan kelas. Sehingga siswa atau kelompok yang mau menyampaikan pendapatnya diberikan reward berupa bintang. Kemudian, peneliti melakukan tes evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siklus I. Berdasarkan pengamatan observer yang dituangkan pada lembar observasi, langkah pembelajaran pada siklus I ini sudah terlaksana 90%. Meskipun pencapaiannya hanya 90%, namun tidak merubah esensi dari strategi REACT itu sendiri, karena langkah yang tidak terlaksana yaitu pada kegiatan penutup. Sehingga peneliti perlu memperhatikan penggunaan alokasi waktu.

Pelaksanaan siklus II dilakukan berdasarkan refleksi dari siklus I, pelaksanaan dilakukan dalam dua pertemuan dan menjalankan komponen dari strategi REACT. Pada pertemuan pertama komponen REACT yang dilakukan yaitu mulai dari relating sampai cooperating, kemudian di pertemuan kedua masih pada komponen cooperating hingga transferring. Kegiatan relating guru mengajukan pertanyaan pada siswa “pernahkah kalian melihat kardus makanan yang


(2)

direbahkan sebelum dijadikan sebuah kotak?”. Kemudian memperlihatkan kardus makanan yang sudah dibentuk dan yang masih direbahkan lalu kembali mengajukan pertanyan “dari benda ini, manakah yang merupakan jaring-jaring kubus?”, siswa menjawab pertanyaan guru. Pada kegiatan experiencing siswa mengalami, menggali, dan menemukan jaring-jaring bangun ruang sederhana. Kemudian di kegiatan applying siswa menerapkan konsep yang telah diperolehnya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada pada LKK dengan bekerja sama di kelompoknya (cooperating). Pertemuan selanjutnya, pada kegiatan cooperating dan transferring siswa diberikan LKS yang berisi soal-soal atau masalah yang baru namun masih berkaitan guna menerapkan konsep. Siswa diberikan berbagai jaring-jaring kubus dan balok, kemudian siswa menentukan mana yang merupakan jaring-jaring kubus dan balok dan mana yang bukan merupakan jaring-jaring dan memberikan penjelasannya. Kemudian siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Berdasarkan refleksi pada siklus I, pemberian reward harus lebih banyak lagi guna memotivasi siswa agar lebih aktif dalam berpendapat. Sehingga dalam presentasi ini, siswa lebih banyak memperoleh bintang. Di akhir kegiatan, peneliti memberikan soal evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siklus II. Berdasarkan pengamatan observer yang dituangkan pada lembar observasi, seluruh langkah pembelajaran pada siklus II ini sudah terlaksana 100%.

3. Kemampuan Komunikasi Matematis

Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siklus I dan siklus II dibandingkan dengan data awal hasil UTS siswa menunjukkan adanya peningkatan kemampuan komunikasi matematis. Data awal menunjukkan rata-rata 47,92, pada siklus I meningkat menjadi 74,79, dan pada siklus II meningkat menjadi 80,57. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis ini berkaitan dengan strategi pembelajaran strategi REACT. Hal ini bisa dilihat pada pelaksanaan pembelajaran. Berdasarkan pembahasan mengenai pelaksanaan pembelajaran, telah dijelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II lebih baik daripada pelaksanaan pembelajaran


(3)

pada siklus I. Sehingga, peningkatan kemampuan komunikasi matematis siklus II lebih baik daripada siklus I.

Persentase ketuntasan belajar siswa mengalami penurunan, pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 13 orang (92,86%) dan tidak tuntas sebanyak satu orang (7,14%) sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 12 orang (85,71%) dan tidak tuntas sebanyak dua orang (14,29%). Penurunan ini disebabkan karena pada saat siklus II siswa yang mengalami penurunan tidak memperhatikan pembelajaran dan mengobrol. Peneliti beberapa kali mengingatkan siswa tersebut untuk tetap memperhatikan dan mengikuti pembelajaran dengan baik, namun sulit untuk mengikuti instruksi peneliti. Karena tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, akibatnya kedua siswa tersebut memperoleh nilai pada evaluasi siklus II di bawah KKM. Hal ini didukung pula dengan hasil wawancara tertulis dengan kedua siswa tersebut. Berdasarkan hasil wawancara tertulis, kedua siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi dan mengerjakan soal baik soal LKK, LKS, maupun evaluasi kemampuan komunikasi matematis. Sedangkan siswa yang mengalami peningkatan sebanyak sembilan orang dengan persentase 64,29%, siswa yang mengalami penurunan sebanyak empat orang dengan persentase 28,57%, dan tetap sebanyak satu orang dengan persentase 7,14%. Dua orang siswa yang mengalami penurunan ini merupakan siswa yang ketuntasan belajar pada siklus II berada di bawah KKM yaitu siswa ARI dan MUH, sementara dua siswa lainnya adalah ARD dan SIT. Penurunan pada ARD dan SIT tidak begitu besar. Nilai ARD padal siklus I adalah 85,29 menjadi 80 dan nilai SIT pada siklus I 85,29 turun menjadi 76. Kedua siswa tersebut juga memperoleh nilai yang baik dan sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sementara penurunan yang terjadi pada ARI dan MUH mengalami penurunan yang cukup besar. ARI pada siklus I memperoleh nilai 67,65 dan pada siklus II memperoleh nilai 56. MUH pada siklus I memperoleh nilai 73,53 dan pada siklus II memperoleh nilai 48. Penurunan nilai evaluasi dari beberapa siswa yang turun disebabkan oleh ketelitian siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan pada soal. Selain itu faktor kemampuan siswa dalam mengungkapkan


(4)

ide atau gagasannya ke dalam bentuk tulisan masih sulit. Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran konstruktivisme dimana siswa harus menemukan sendiri suatu konsep matematika. Kemampuan beberapa siswa dalam menjawab pertanyaan masih lambat sehingga bagi siswa tersebut waktu yang diberikan masih dirasa kurang dan siswa menjawab dengan asal tanpa dipikirkan terlebih dahulu jawaban yang sebenarnya. Faktor lain yang menjadi penyebab menurunnya hasil evaluasi kemampuan komunikasi matematis pada siswa ARI dan MUH adalah kedua siswa berada dalam kelompok yang sama. Dalam kegiatan diskusi kelompok siswa tersebut tidak mengikuti dengan baik, kedua siswa mengobrol dan melakukan keributan pada kelompoknya. Hal tersebut sudah ditegur dan diingatkan oleh guru, namun peringatan tersebut tidak diindahkan. Pada pertemuan satu siklus II siswa ARI tidak hadir dalam pembelajaran dan hanya mengikuti pembelajaran siklus II pada pertemuan kedua, padahal proses

relating hingga cooperating dilaksanakan pada pertemuan pertama, sedangkan pada pertemuan kedua hanya dilakukan kegiatan cooperating dan transferring

hingga evaluasi. Siswa ARD mengalami penurunan karena siswa tersebut memang kurang memahami materi. Penurunan terjadi pada indikator (1) memberikan penjelasan secara logis dan benar atau argument verbal yang didasarkan pada analisis terhadap gambar dan konsep-konsep formal. Kemampuan ARD dalam menjelaskan konsep atau ide matematika masih kurang, meskipun demikian secara keseluruhan nilai ARD sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Sementara siswa SIT mengelamai penurunan dikarenakan pada siklus II pertemuan satu siswa tersebut tidak hadir dalam pembelajaran dan hanya mengikuti pembelajaran siklus II pada pertemuan kedua sama halnya dengan siswa ARI, padahal proses relating hingga cooperating dilaksanakan pada pertemuan pertama, sedangkan pada pertemuan kedua hanya dilakukan kegiatan

cooperating dan transferring hingga evaluasi, namun nilai siswa SIT sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal.

Hasil analisis berdasarkan kemampuan siswa menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan tinggi sebanyak dua orang (50%)


(5)

mengalami peningkatan, satu orang (25%) mengalami penurunan, dan satu orang (25%) dengan nilai tetap. Siswa yang memiliki kemampuan sedang sebanyak empat orang (66,67%) mengalami peningkatan dan sebanyak dua orang (33,33%) mengalami penurunan. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah sebanyak riga orang (75%) mengalami peningkatan dan sebanyak satu orang (25%) mengalami penurunan.

Menurut Ansari (dalam Mustikawati, 2013: 6) terdapat indikator kemampuan komunikasi matematis yaitu (1) memberikan penjelasan secara logis dan benar atau argumen verbal yang didasarkan pada analisis terhadap gambar dan konsep-konsep formal dan (2) memunculkan model konseptual seperti gambar, diagram, tabel, atau grafik. Rata-rata pada indikator (1) mengalami peningkatan dari 81,29 menjadi 85,71. Peningkatan rata-rata ini tidak terlalu besar. Berdasarkan hasil yang diperoleh, siswa yang mengalami peningkatan pada indikator (1) sebanyak sembilan orang dengan persentase 64,29%, penurunan sebanyak empat orang dengan persentase 28.57%, dan tetap sebanyak satu orang dengan persentase 7,14%. Setelah menganalisis terhadap jawaban siswa, siswa mengalami penurunan dalam menjawab pertanyaan mengenai menjelaskan suatu definisi dari konsep tertentu. Siswa mendapatkan skor rendah dalam menjawab pertanyaan pengertian sisi, rusuk, dan titik sudut pada evaluasi siklus I. Sedangkan pada evaluasi siklus II siswa mendapatkan skor rendah dalam menjawab pertanyaan pengertian jaring-jaring bangun ruang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mendefinisikan suatu konsep matematis. Sedangkan rata-rata untuk indikator (2) mengalami peningkatan dari 64,29 menjadi 74,68. Peningkatan rata-rata ini tergolong sedang. Berdasarkan data yang diperoleh, siswa yang mengalami peningkatan pada indikator (2) sebanyak 11 orang dengan persentase 78,57%, penurunan sebanyak dua orang dengan persentase 14,29%, dan tetap sebanyak satu orang dengan persentase 7,14%. Persentase peningkatan pada indikator (2) ini jauh lebih


(6)

baik daripada siklus I. Setelah menganalisis terhadap jawaban siswa, dapat disimpulkan bahwa siswa mengalami penurunan dalam menjawab pertanyaan mengenai menggambarkan bangun ruang berbentuk balok dengan membubuhkan nama pada setiap titik sudutnya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis pada siswa kelas IV SDN 1 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat sebagian besar mengalami peningkatan baik bagi siswa berkemampuan tinggi, siswa berkemampuan sedang, maupun siswa berkemampuan rendah. Adapun peningkatan berdasarkan perhitungan gain yaitu 0,23 dengan interpretasi tergolong rendah.