S PLB 1004966 Chapter3

(1)

Tini Sumartini, 2014

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Metode penelitian digunakan untuk memperoleh pemecahan suatu masalah yang diteliti. Ada dua macam pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan kuantitatif dimana peneliti akan bekerja dengan angka-angka sebagai perwujudan gejala yang diamati dan pendekatan kualitatif dimana peneliti akan bekerja dengan informasi-informasi data dan di dalam menganalisanya tidak menggunakan analisa data statistik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen yaitu : “penelitian yang diinginkan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali” Sugiyono (2008:107). Penelitian ini bertujuan menyelidiki pengaruh permainan puzzle dalam upaya mengurangi gerakan flapping pada anak autisme dengan mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil sebelum diberi intervensi dan ketika diberikan intervensi.

B. DESAIN PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan metode single subjeck research (SSR), yaitu suatu metode penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan dari perlakuan /intervensi terhadap perilaku yang ingin dirubah. Adapun menurut Sunanto dkk (2006:11) “single subject designs (disain subjek tunggal) adalah suatu disain eksperimen dengan setiap individu menjadi kontrol atas dirinya sendiri”.

Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain A-B-A yang memiliki tiga fase yaitu : baseline 1 (A1), intervensi (B), baseline2 (A2), yang bertujuan untuk mempelajari besarnya pengaruh dari suatu perlakuan/ intervensi terhadap variabel tertentu yang diberikan kepada individu. Disain A-B-A ini telah menunjukan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas” (Sunanto et al,2005:61)


(2)

19

Struktur dasar disain A-B-A digambarkan sebagai berikut:

Grafik 3.1

Struktur Dasar Disain A-B-A

Baseline (A) Intervensi (B) Baseline (A)

Sesi (Waktu)

C. SUBJEK DAN TEMPAT PENELITIAN 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah subjek tunggal sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu subjek tunggal. Subjek penelitian ini adalah seorang anak laki-laki 12 tahun, adapun data anak sebagai berikut:

Nama : M. R.

Tempat tanggal lahir : Cimahi, 1 Oktober 2002

Umur : 12 tahun

Alamat : Jalan Sukagalih Rt 01 Rw 03 no 34 Melong,

Cimahi Selatan

2. Karakteristik Subjek

Dari hasil pengamatan peneliti terhadap subjek terlihat bahwa subjek sudah bisa menyapa namun kepada orang-orang yang dikenalinya saja, tidak mau diajak bermain dalam kelompok, emosi subjek kadang meluap-luap


(3)

20

tanpa sebab yang tidak jelas, ketika belajar perhatiannya mudah beralih, sering mengulang-ngulang bahasa iklan, sering menjawab pertanyaan yang sama sesuai apa yang kita katakan, kontak mata kurang, suka melakukan gerakan yang diulang-ulang seperti flapping. Subjek sudah bisa mengikuti perintah akan tetapi perintahnya yang sering subjek dengar dan harus berulang-ulang, subjek sudah bisa menulis namun tulisan masih belum rapi, sudah bisa membedakan warna, bentuk dan ukuran.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di SDN Tunas Harapan

Bandung, yang mana sekolah ini merupakan sekolah yang

menyelenggarakan pendidikan inklusi, sekolah ini menerima anak-anak berkebutuhan khusus. Di sekolah ini disediakan ruangan-ruangan khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Ruangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ruang dukungan berukuran 3x3 m.

D. DEFINISI OPERASIONAL 1. Definisi Konsep

Variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian. Variabel dapat berbentuk benda atau kejadian yang dapat diamati dan diukur, istilah konseptual, variabel merupakan suatu konsep yang memiliki variasi nilai.

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Sebaliknya variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat” (Sunanto.J, 2005:12-13).

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu permainan puzzle. Bermain merupakan kegiatan spontan anak. Tidak ada peraturan yang mengikat saat anak bermain. Oleh karena itu bermain memberi peluang berkembang tanpa melalui aturan yang ketat. Bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenag-senang(kamus umum bahasa


(4)

21

Indonesia, sedangkan menurut Elizabeth Hurlock (1194) Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Puzzel Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata

puzzle berasal dari bahasa inggris yang berarti teka-teki, bongkar-pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Puzzle sebagai salah satu media permainan yang bentuk dan cara memainkannya bersifat menantang kreatifitas, daya ingat, kesabaran dan ketekunan. Puzzle sebagai salah satu permainan diungkap oleh Nur Jatmika(2012:25)”Puzzle adalah permainan yang menarik bagi anak, sebab pada dasarnya, ia menyukai gambar dan warna yang menarik”.

b. Variabel Terikat (Y)

Gerakan flapping pada anak autis yaitu penyimpangan perilaku. Ada beberapa penyimpangan perilaku yang sering muncul pada anak autis, diantaranya: adanya aktivitas yang berlebihan, adanya sikap menentang aturan, tidak patuh terhadap aturan, suka memukul kepala, menepuk-nepukan tangannya, bahkan melukai kepala dengan membentur-benturkannya ke tembok. Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu upaya mengurangi gerakan flapping pada anak autis dengan permainan puzzle.

2. Definisi Operasional Variabel

Menurut Mustafa (2011) dalam makalah ppt & blog pribadinya mendefinisikan sebagai berikut:

“operasional variabel adalah proses penentuan ukuran suatu variabel. Sedangkan pengertian variabel adalah setiap hal dalam suatu

penelitian yang datanya ingin diperoleh.

Dinamakan variabel karena nilai dari data tersebut beragam. Ada beberapa jenis variabel yang bisa digunakan dalam penelitian”.


(5)

22

Terkait masalah ini peneliti lebih memilih variabel bebas

(independent variabel) yaitu variabel yang dalam penelitian tersebut nilainya tidak tergantung pada nilai variabel lain. Peneliti memilih variabel bebas karena lebih mudah dalam mengambil suatu metode penelitian yang akan dilakukan di lapangan.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah “suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. (Sugiyono,2006:148). Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah melalui observasi/pengamatan yang dirancang untuk mengukur target behavior berupa pencatatan kejadian, pencatatan interval, dan pencatatan sampel waktu. Dalam pelaksanaan kegiatannya alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah

puzzle, selain itu digunakan juga stopwatch untuk menghitung waktu.

Anak akan diobservasi selama pembelajara selama satu jam pelajaran (35 menit) 10 menit pertama peneliti mengajak subjek MR untuk memulai pembelajaran, setelah itu subjek diberi intruksi membongkar pasang puzzle

logika gambar peta dunia selama 15 menit, pada saat subjek bermain puzzle

logika gambar peta dunia sampai dengan selesai, peneliti mengamati dan mencatat berapa frekuensi flapping perilaku yang muncul, setelah permainan selesai subjek MR kembali dialihkan lagi ke kegiatan lain (pembelajaran), kegiatan baseline 1 (A1) terus dilakukan selama empat sesi. Selanjutnya sebagai konsekuensi atau tindakan intervensi untuk menangani perilaku

flapping anak, yang yang dilakukan selama delapan sesi, Setelah mendapat data dari hasil intervensi, peneliti melanjutkan observasi untuk mendapatkan data baseline 2(A2) yang dilakukan sama halnya dengan baseline 1(A1) selama empat sesi.

Hal ini terus dilakukan sampai data yang dibutuhkan mengenai pengaruh permainan puzzle ini terhadap perilaku flapping anak sudah diperoleh oleh peneliti.


(6)

23 F. PROSEDUR PENELITIAN

1. Observasi Pendahuluan

Langkah awal dimana dalam studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui kondisi subjek dan memperoleh informasi tentang permasalahan yang dimiliki oleh subjek dari guru kelas, para guru yang mengajar di SDN Tunas Harapan Bandung, dan dari orangtua siswa SDN Tunas Harapan Bandung.

2. Pengurusan surat izin

Langkah kedua penelitian diperlukan persiapan untuk mendukung kelancaran penelitian. Tahapan-tahapan persiapan pelaksanaan sebagai berikut:

a. Permohonan surat pengantar dari jurusan untuk pengangkatan dosen pembimbing.

b. Mengajukan surat permohonan penelitian kepada dekan FIP UPI Bandung.

c. Permohonan surat pengantar dari fakultas kepada rektor untuk membuat surat pengantar kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah Provinsi Jawa Barat.

d. Setelah mendapatkan surat izin dari Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Barat kemudian diteruskan kepada pemerintah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

e. Dari Pemerintah Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat peneliti menerima surat izin untuk disampaikan kepada Kepala Sekolah SDN Tunas Harapan Bandung.


(7)

24 3. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian pendekatan permainan puzzle untuk mengurangi gerakan flapping memiliki tahapan sebagai berikut : a. Tahapan Persiapan

1) . Menyiapkan media yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu puzzle

2) .Menyiapkan stopwatch sebagai alat untuk menghitung waktunya. 3) Mengkondisikan siswa di ruangan yang sudah dipersiapkan.

b. Tahapan Pelaksanaan

Selama pembelajaran berlangsung apabila anak melakukan perilaku

flapping maka anak diberikan istirahat sekitar sepuluh menit, kemudian anak diberikan puzzle untuk membongkar kemudian memasangkannya kepingan puzzle kembali sampai selesai dengan benar, apabila anak berhasil anak diberikan reward. Setelah limabelas menit maka anak diintruksikan kembali untuk memulai kembali pembelajaran. Hal ini terus dilakukan sampai data yang dibutuhkan mengenai pengaruh permainan

puzzle ini bagi perilaku flapping anak sudah diperoleh oleh peneliti.

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada disain A-B-A adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan perilaku yang akan diubah sebagai target behavior, dalam hal ini yaitu berhubungan dengan perilaku subjek, ketika subjek melakukan perilaku

flapping.

2. Melaksanakan tahap baseline-1 (A1) untuk mengetahui kemampuan dasar subjek penelitian dalam melakukan perilaku gerakan flapping yaitu diukur saat subjek sedang dalam proses belajar. Tiap sesi dilaksanakan 15 menit. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat frekuensi gerakan flapping yang dilakukan oleh subjek. Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam format pencatatan data baseline-1 (A1)

3. Melakukan tahap intervensi (B) sebanyak delapan sesi (pertemuan) yang tiap sesi dilaksanakan selama 15 menit


(8)

25

4. Melaksanakan tahap baseline2 (A2), yaitu pengukuran kembali kemampuan mengurangi perilaku gerakan flapping untuk mengetahui sampai sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengaruh terhadap subjek. Pada tahap ini sama dengan tahap baseline-1 (A1).

G. TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

Setelah data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis dalam statistik deskriptif dan penyajian data diolah dengan menggunakan grafik. Sugiyono (2007: 147) menyatakan bahwa :

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”

Tujuan utama analisis data dalam penelitian di bidang modifikasi perilaku adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah. Ada beberapa komponen penting yang akan dianalisis dalam penelitian ini, antara lain :

1. Analisis dalam Kondisi

Analisis perubahan dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Komponen-komponen yang akan dianalisis dalam penelitian ini meliputi Komponen-komponen (a) panjang kondisi, (b) estimasi kecenderungan arah, (c) kecenderungan stabilitas, (d) jejak data, (e) level stabilitas dan rentang, dan (f) perubahan level.

a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi. Banyaknya data dalam kondisi menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada tiap kondisi. Panjang kondisi tidak ada ketentuan pasti. Data dalam kondisi baseline

dikumpulkan sampai data menunjukan arah yang jelas.


(9)

26

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintas semua data dalam suatu kondisi. Untuk membuat garis, dapat dilakukan dengan 1) metode tangan bebas (freehand) yaitu membuat garis secara langsungpada suatu kondisi, sehingga membelah data sama banyak yang terletak di atas dan di bawah garis tersebut. 2) metode belah tengah (split-middle), yaitu membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.

c. Kecenderungan Stabilitas

Kecenderungan stabilitas yaitu menunjukan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan data dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data point yang berada di dalam rentang, kemudian dibagi banyaknya data point, dikalikan 100 . Jika presentase sebesar 85-90 maka data tersebut dikatakan stabil, sedangkan diluar itu dikatakan tidak stabil.

d. Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar.

e. Level Stabilitas dan Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang ini memberikan informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan.

f. Perubahan Level

Perubahan level menunjukan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.


(10)

27

Analisis data antar kondisi terkait dengan komponen utama yang meliputi (a) Jumlah variabel yang diubah, (b) perubahan kecenderungan dan efeknya, (c) perubahan stabilitas dan efeknya, (d) perubahan level data, (e) data yang tumpang tindih(overlap)

a. Jumlah Variabel yang Diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Dalam analisis data antar kondisi, perubahan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukan makna perubahan perilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh intervensi. Kemungkinan kecenderungan grafik antar kondisi adalah 1) mendatar ke mendatar, 2) mendatar ke menaik, 3) mendatar ke menurun, 4) menaik ke menaik, 5) menaik ke mendatar, 6) menaik ke menurun, 7) menurun ke menaik, 8) menurun ke mendatar, 9) menurun ke menurun. Sedangkan makna efek tergantung pada tujuan

intervensi.

c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya

Stabilitas data menunjukan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukan arah (mendatar, menaik, menurun) secara konsisten.

d. Perubahan Level

Perubahan data menunjukan seberapa besar data berubah. Tingkat (level) perubahan data antar kondisi (misalnya kondisi baseline dan intervensi) ditunjukan selisih antara data terakhir pada kondisi baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh dari intervensi.


(11)

28 e. Persentase Overlap

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data sama pada kedua kondisi tersebut (baseline dengan intervensi). Data yang tumpang tindih menunjukan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindih, semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi.

Dalam penelitian ini, bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis. Penggunaan analisis dengan grafik ini diharapkan dapat memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen.

Sunanto. J. Et al (2006 : 30) menyatakan komponen-komponen penting dalam grafik, antara lain:

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukan satuan untuk waktu (misalnya sesi, hari, dan tanggal). 2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi dan durasi).

3. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4. Skala adalah garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%).

5. Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen. misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul Grafik adalah judul yang mengarahkan pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Adapun langkah-langkah yang dapat diambil dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :


(12)

29

2. Menskor hasil pengukuran pada intervensi dari subjek pada setiap sesinya. 3. Menskor hasil pengukuran pada baseline-2 dari subjek pada setiap sesinya. 4. Membuat tabel perhitungan skor-skor pada fase baseline-1, intervensi dan baseline-2 pada setiap sesinya.

5. Menjumlahkan semua skor yang diperoleh fase baseline-1, intervensi dan baseline-2 pada setiap sesinya.

6. Membandingkan hasil skor-skor pada baseline-1, intervensi, dan baseline-2 dari subjek.

7. Membuat analisis dalam bentu, grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari kedua fase tersebut.

8. Membuat analisis dalam bentuk grafik batang sehingga dapat diketahui dengan jelas setiap perubahan tingkah laku subjek dalam setiap fasenya secara keseluruhan.


(1)

24

3. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian pendekatan permainan puzzle untuk mengurangi gerakan flapping memiliki tahapan sebagai berikut : a. Tahapan Persiapan

1) . Menyiapkan media yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu puzzle

2) .Menyiapkan stopwatch sebagai alat untuk menghitung waktunya. 3) Mengkondisikan siswa di ruangan yang sudah dipersiapkan.

b. Tahapan Pelaksanaan

Selama pembelajaran berlangsung apabila anak melakukan perilaku flapping maka anak diberikan istirahat sekitar sepuluh menit, kemudian anak diberikan puzzle untuk membongkar kemudian memasangkannya kepingan puzzle kembali sampai selesai dengan benar, apabila anak berhasil anak diberikan reward. Setelah limabelas menit maka anak diintruksikan kembali untuk memulai kembali pembelajaran. Hal ini terus dilakukan sampai data yang dibutuhkan mengenai pengaruh permainan puzzle ini bagi perilaku flapping anak sudah diperoleh oleh peneliti.

Prosedur penelitian yang dilaksanakan pada disain A-B-A adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan perilaku yang akan diubah sebagai target behavior, dalam hal ini yaitu berhubungan dengan perilaku subjek, ketika subjek melakukan perilaku flapping.

2. Melaksanakan tahap baseline-1 (A1) untuk mengetahui kemampuan dasar subjek penelitian dalam melakukan perilaku gerakan flapping yaitu diukur saat subjek sedang dalam proses belajar. Tiap sesi dilaksanakan 15 menit. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat frekuensi gerakan flapping yang dilakukan oleh subjek. Hasilnya kemudian dimasukan ke dalam format pencatatan data baseline-1 (A1)

3. Melakukan tahap intervensi (B) sebanyak delapan sesi (pertemuan) yang tiap sesi dilaksanakan selama 15 menit


(2)

25

4. Melaksanakan tahap baseline2 (A2), yaitu pengukuran kembali kemampuan mengurangi perilaku gerakan flapping untuk mengetahui sampai sejauh mana intervensi yang dilakukan berpengaruh terhadap subjek. Pada tahap ini sama dengan tahap baseline-1 (A1).

G. TEKHNIK PENGUMPULAN DATA

Setelah data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis dalam statistik deskriptif dan penyajian data diolah dengan menggunakan grafik. Sugiyono (2007: 147) menyatakan bahwa :

“Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”

Tujuan utama analisis data dalam penelitian di bidang modifikasi perilaku adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah. Ada beberapa komponen penting yang akan dianalisis dalam penelitian ini, antara lain :

1. Analisis dalam Kondisi

Analisis perubahan dalam kondisi adalah analisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Komponen-komponen yang akan dianalisis dalam penelitian ini meliputi Komponen-komponen (a) panjang kondisi, (b) estimasi kecenderungan arah, (c) kecenderungan stabilitas, (d) jejak data, (e) level stabilitas dan rentang, dan (f) perubahan level.

a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi. Banyaknya data dalam kondisi menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada tiap kondisi. Panjang kondisi tidak ada ketentuan pasti. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukan arah yang jelas.


(3)

26

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintas semua data dalam suatu kondisi. Untuk membuat garis, dapat dilakukan dengan 1) metode tangan bebas (freehand) yaitu membuat garis secara langsungpada suatu kondisi, sehingga membelah data sama banyak yang terletak di atas dan di bawah garis tersebut. 2) metode belah tengah (split-middle), yaitu membuat garis lurus yang membelah data dalam suatu kondisi berdasarkan median.

c. Kecenderungan Stabilitas

Kecenderungan stabilitas yaitu menunjukan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan data dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data point yang berada di dalam rentang, kemudian dibagi banyaknya data point, dikalikan 100 . Jika presentase sebesar 85-90 maka data tersebut dikatakan stabil, sedangkan diluar itu dikatakan tidak stabil.

d. Jejak Data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menaik, menurun, dan mendatar.

e. Level Stabilitas dan Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir. Rentang ini memberikan informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat perubahan.

f. Perubahan Level

Perubahan level menunjukan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.


(4)

27

Analisis data antar kondisi terkait dengan komponen utama yang meliputi (a) Jumlah variabel yang diubah, (b) perubahan kecenderungan dan efeknya, (c) perubahan stabilitas dan efeknya, (d) perubahan level data, (e) data yang tumpang tindih(overlap)

a. Jumlah Variabel yang Diubah

Dalam analisis data antar kondisi sebaiknya variabel terikat atau perilaku sasaran difokuskan pada satu perilaku. Artinya analisis ditekankan pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya

Dalam analisis data antar kondisi, perubahan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi menunjukan makna perubahan perilaku sasaran (target behavior) yang disebabkan oleh intervensi. Kemungkinan kecenderungan grafik antar kondisi adalah 1) mendatar ke mendatar, 2) mendatar ke menaik, 3) mendatar ke menurun, 4) menaik ke menaik, 5) menaik ke mendatar, 6) menaik ke menurun, 7) menurun ke menaik, 8) menurun ke mendatar, 9) menurun ke menurun. Sedangkan makna efek tergantung pada tujuan intervensi.

c. Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya

Stabilitas data menunjukan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data. Data dikatakan stabil apabila data tersebut menunjukan arah (mendatar, menaik, menurun) secara konsisten.

d. Perubahan Level

Perubahan data menunjukan seberapa besar data berubah. Tingkat (level) perubahan data antar kondisi (misalnya kondisi baseline dan intervensi) ditunjukan selisih antara data terakhir pada kondisi baseline dan data pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh dari intervensi.


(5)

28

e. Persentase Overlap

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi adalah terjadinya data sama pada kedua kondisi tersebut (baseline dengan intervensi). Data yang tumpang tindih menunjukan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindih, semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi.

Dalam penelitian ini, bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis. Penggunaan analisis dengan grafik ini diharapkan dapat memperjelas gambaran dari pelaksanaan eksperimen.

Sunanto. J. Et al (2006 : 30) menyatakan komponen-komponen penting dalam grafik, antara lain:

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukan satuan untuk waktu (misalnya sesi, hari, dan tanggal). 2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi dan durasi).

3. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4. Skala adalah garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%).

5. Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen. misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul Grafik adalah judul yang mengarahkan pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Adapun langkah-langkah yang dapat diambil dalam menganalisis data adalah sebagai berikut :


(6)

29

2. Menskor hasil pengukuran pada intervensi dari subjek pada setiap sesinya. 3. Menskor hasil pengukuran pada baseline-2 dari subjek pada setiap sesinya. 4. Membuat tabel perhitungan skor-skor pada fase baseline-1, intervensi dan baseline-2 pada setiap sesinya.

5. Menjumlahkan semua skor yang diperoleh fase baseline-1, intervensi dan baseline-2 pada setiap sesinya.

6. Membandingkan hasil skor-skor pada baseline-1, intervensi, dan baseline-2 dari subjek.

7. Membuat analisis dalam bentu, grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari kedua fase tersebut.

8. Membuat analisis dalam bentuk grafik batang sehingga dapat diketahui dengan jelas setiap perubahan tingkah laku subjek dalam setiap fasenya secara keseluruhan.