S FIS 0800057 Chapter5
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil temuan dan pembahasan, peneliti menyimpulkan hasil
penelitian ini sebagai berikut:
1.
Siswa SMP memiliki kemampuan berpikir tersebar di tiap kategori berpikir
yaitu berpikir formal, berpikir transisi dan berpikir konkret. Siswa SMP
umumnya berada pada kategori berpikir transisi, baik berdasarkan dari hasil
TOLT dan tes berpikir logis yang dimodifikasi. Sedangkan siswa rendah di
kategori berpikir formal untuk hasil tes berpikir logis modifikasi, akan tetapi
untuk hasil TOLT yang rendah merupakan pada kategori berpikir konkret.
2.
Siswa mengalami miskonsepsi pada semua konsep gerak yaitu pada konsep
jarak, perpindahan, GLB dan GLBB. Siswa paling banyak mengalami
miskonsepsi pada konsep jarak dan perpindahan.
3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi
sebagian besar merupakan siswa yang berada pada kategori berpikir konkret.
Sedangkan siswa yang rendah mengalami miskonsepsi yaitu siswa pada
kategori berpikir formal. Jadi perkembangan kognitif siswa merupakan salah
satu hal yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa.
B. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa
saran. Bagi guru di sekolah yang dijadikan tempat penelitian, peneliti
menyarankan untuk mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa dan memperbaiki
pemahaman siswa, dan sangat direkomendasikan untuk menerapkan three-tier test
agar benar–benar dapat diketahui apakah siswa mengalami miskonsepsi, tidak
tahu konsep serta siswa yang mengalami error. Terkait dengan penelitian
selanjutnya, peneliti menyarankan sebaiknya mengkombinasikan penggunaan
Agustina, Tiara. 2014
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA
MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
three-tier test yang ditambahkan isian kosong pada opsi soal tingkat kedua
(second tier), dengan teknik wawancara agar dapat menggali informasi baru
secara lebih mendalam, dan instrumen pada indikator kemampuan pengontrolan
variabel yang dibuat hendaknya lebih spesifik yaitu terhadap hal yang ditanyakan
dan menetpakan atau mengontrol variabel-variabel tertentu dari susatu masalah.
C. Keterbatasan Penelitian
Pada tahap pembuatan instrumen penelitian yaitu three-tier test adanya
tahapan yang tidak dilakukan yaitu pemberian soal essai dan wawancara semiterstruktur yang bertujuan menjaring informasi terkait konsepsi siswa dan dapat
dijadikan sebagai ditraktor. Keterbatasan lainnya yaitu soal berpikir logis yang
dibuat belum dapat dikatakan setara.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil temuan dan pembahasan, peneliti menyimpulkan hasil
penelitian ini sebagai berikut:
1.
Siswa SMP memiliki kemampuan berpikir tersebar di tiap kategori berpikir
yaitu berpikir formal, berpikir transisi dan berpikir konkret. Siswa SMP
umumnya berada pada kategori berpikir transisi, baik berdasarkan dari hasil
TOLT dan tes berpikir logis yang dimodifikasi. Sedangkan siswa rendah di
kategori berpikir formal untuk hasil tes berpikir logis modifikasi, akan tetapi
untuk hasil TOLT yang rendah merupakan pada kategori berpikir konkret.
2.
Siswa mengalami miskonsepsi pada semua konsep gerak yaitu pada konsep
jarak, perpindahan, GLB dan GLBB. Siswa paling banyak mengalami
miskonsepsi pada konsep jarak dan perpindahan.
3.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi
sebagian besar merupakan siswa yang berada pada kategori berpikir konkret.
Sedangkan siswa yang rendah mengalami miskonsepsi yaitu siswa pada
kategori berpikir formal. Jadi perkembangan kognitif siswa merupakan salah
satu hal yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa.
B. Saran
Sehubungan dengan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa
saran. Bagi guru di sekolah yang dijadikan tempat penelitian, peneliti
menyarankan untuk mengatasi miskonsepsi yang dialami siswa dan memperbaiki
pemahaman siswa, dan sangat direkomendasikan untuk menerapkan three-tier test
agar benar–benar dapat diketahui apakah siswa mengalami miskonsepsi, tidak
tahu konsep serta siswa yang mengalami error. Terkait dengan penelitian
selanjutnya, peneliti menyarankan sebaiknya mengkombinasikan penggunaan
Agustina, Tiara. 2014
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA
MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
66
three-tier test yang ditambahkan isian kosong pada opsi soal tingkat kedua
(second tier), dengan teknik wawancara agar dapat menggali informasi baru
secara lebih mendalam, dan instrumen pada indikator kemampuan pengontrolan
variabel yang dibuat hendaknya lebih spesifik yaitu terhadap hal yang ditanyakan
dan menetpakan atau mengontrol variabel-variabel tertentu dari susatu masalah.
C. Keterbatasan Penelitian
Pada tahap pembuatan instrumen penelitian yaitu three-tier test adanya
tahapan yang tidak dilakukan yaitu pemberian soal essai dan wawancara semiterstruktur yang bertujuan menjaring informasi terkait konsepsi siswa dan dapat
dijadikan sebagai ditraktor. Keterbatasan lainnya yaitu soal berpikir logis yang
dibuat belum dapat dikatakan setara.