Kedaruratan Medik Pada Lanjut Usia

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:05 2017 / +0000 GMT

Kedaruratan Medik Pada Lanjut Usia
LINK DOWNLOAD [768.50 KB]

PENDAHULUAN
Kedaruratan medik dapat terjadi pada seseorang maupun pada sekelompok orang pada setiap saat dan di mana saja. Keadaan ini
membutuhkan pertolongan segera berupa pertolongan pertama sampai pertolongan selanjutnya di rumah sakit. Tindakan tersebut
dimaksudkan untuk menyelamatkan jiwa, mencegah dan membatasi cacat serta meringankan penderitaan penderita. Keadaan ini
selain membutuhkan pengetahuan, ketrampilan yang baik dari penolong serta sarana yang memadai.
Pertolongan yang diberikan harus tepat sebab penanganan yang salah dapat mengakibatkan kematian atau cacat tubuh. Pertolongan
pertama biasa diberikan oleh orang-orang di sekitar korban seperti dengan menghubungi petugas kesehatan atau dokter terdekat.
Setelah pertolongan pertama diberikan, penderita dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat dan selama perjalanan penderita
harus tetap mendapat pertolongan dan pengawasan yang ketat.

DEMOGRAFI DAN EPIDEMIOLOGI
Prevalensi kedaruratan medik pada lanjut usia dapat dilihat dari jumlah penderita yang mengalami perawatan di ruang gawat darurat.
Sekitar 15% penderita yang dirawat di ruang gawat darurat adalah penderita yang berusia lebih dari 65 tahun. Hal ini ada
hubungannya antara faktor usia dan morbiditas penyakit seperti arterosklerosis, kanker dan penyakit infeksi dimana penderita lanjut
usia mempunyai kecenderungan enam kali lebih besar daripada penderita usia muda. Di bawah ini adalah presentasi penderita lanjut

usia dibanding penderita usia muda di unit gawat darurat.

Diagnosis
Lanjut Usia (%)
Dewasa Muda (%)

Penyakit jantung paru
18
7

Trauma akibat jatuh
14
2

Masalah psikososial
2
8

Infeksi
13


Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/16 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:05 2017 / +0000 GMT

16

Masalah muskuloskeletal
12
9

Penyakit neurologis
6
7

Trauma non akibat jatuh
16

19

Sebab lainnya
19
32

KEDARURATAN JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian dan disabilitas pertama pada lanjut usia. Sekitar 50%nya
berupa infark miokard dan rata-rata 2 - 3 dari kematian akibat infark miokard adalah pasien yang berusia lebih dari 65 tahun. Pada
lanjut usia berbagai fungsi organ tubuh mengalami penurunan, demikian halnya dengan jantung, terjadi penurunan heart rate,
sklerosis dan kalsifikasi pembuluh darah contohnya stenosis aorta, terjadi fibrosis nodus AV yang merupakan predisposisi terjadinya
blok jantung dan gangguan irama jantung. Hal-hal tersebut ditambah dengan aterosklerosis menempatakan lanjut usia pada resiko
tinggi terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat kedaruratan jantung dan pembuluh darah.
Gambaran jantung normal
CARDIAC ARREST
Henti jantung merupakan suatu keadaan yang patologis di mana jantung berhenti berkontraksi secara spontan dan mendadak. Hal ini
terjadi karena :

- infark miokard akut karena fibrilasi ventrikel dan aritmia
- emboli paru karena penyumbatan aliran darah paru

- aneurisma disekans karena kehilangan darah intravaskular
- hipoksia, asidosis karena payah jantung, aspirasi, kelainan SSP
- gagal ginjal karena hiperkalemia
Lanjut usia mempunyai resiko tertinggi terjadinya henti jantung. Pada umumnya henti jantung pada lanjut usia terjadi akibat aritmia
ventrikel pada infark miokard atau karena iskemia jantung. Manifestasi klinis pada pasien dengan henti jantung berupa kesadaran
menurun, apneu, nadi arteri karotis dan arteri femoralis tidak teraba / menghilang. Kadang-kadang sebelum henti jantung terjadi
didahului oleh iskemia atau infark jantung dengan gejala nyeri dada, sesak nafas, palpitasi, mual, muntah dan sincope. Lebih dari
20% penderita menunjukkan bahwa henti jantung merupakan tanda pertama dari kelainan jantung.
Penatalaksanaan umumnya dibagi dalam 3 tahap:

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/16 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:05 2017 / +0000 GMT

Pertolongan dasar / Basic Life Support yaitu suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan
mendistribusikan darah oksigen ke jaringan tubuh.


- Airway control : membebaskan jalan nafas supaya tetap terbuka dan bersih
- Breathing control : mempertahankan ventilasi dan oksigenasi paru secara adekuat
- Circulation support : mempertahankan sirkulasi darah

Pertolongan lanjut / Advanced Life Support yaitu suatu tindakan untuk mengembalikan sirkulasi spontan dan stabilisasi sistem
kardiovaskular

- drug and fluid : pemberian obat-obatan dan cairan
- EKG : penentuan irama jantung
- Fibrilation treatment : Penentuan kerusakan otak dan resusitasi serebral

Pertolongan jangka panjang / Prolonged Life Support yaitu tindakan perawatan pasca resusitasi

- gaughing : memonitor dan mengevaluasi CPR, pemeriksaan dan penentuan penyebab dasar serta penilaian dapat / tidaknya
pasien diselamatkan dan diteruskan pengobatan
- Human mentation : penentuan kerusakan otak dan resusitasi serebral
- Intensive care : perawatan intensif jangka panjang

SYOK
Syok merupakan keadaan darurat yang disebabkan oleh kegagalan perfusi darah ke jaringan sehingga mengakibatkan gangguan

metabolisme sel. Berdasarkan mekanismenya, syok dibagi menjadi:

- Syok Hipovolemik
- Syok Kardiogenik
- Syok Obstruktif
- Syok Distributif

- Syok hipovolemik ? terjadi karena volume plasma yang berkurang akibat :
- Kehilangan plasma ke luar tubuh, misalnya perdarahan, gastroenteritis, luka bakar, keringat berlebihan
- kehilangan cairan di dalam ruang tubuh, misalnya asites, ileus obstruktif, hemotoraks, hemoperitoneum
- Syok kardiogenik ? syok yang terjadi akibat kegagalan pompa jantung. Dalam hal ini volume plasma normal, misalnya pada
infark jantung dan payah jantung
- Syok obstruktif ? syok dengan volume plasma normal, terjadi akibat obstruksi aliran darah, misalnya pada emboli paru,
tension pneumotoraks, tamponade jantung
- Syok distributif ? syok terjadi karena perubahan resistensi dari pembuluh darah perifer, volume plasma tetap normal,

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/16 |


This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:05 2017 / +0000 GMT

misalnya akibat infeksi/sepsis, anafilaktik.
Jadi sindroma klinis syok terjadi jika terdapat satu atau lebih dari keempat mekanisme syok diatas sebagai akibat kegagalan perfusi
jaringan dan ketidakmampuan tubuh memenuhi kebutuhan cairan untuk metabolisme sel. Pada lanjut usia, syok yang terjadi tidak
hanya terbatas pada 1 mekanisme saja tetapi lebih dari 1 mekanisme di mana antara 1 mekanisme dengan yang lain saling
berhubungan, contohnya pada lanjut usia dengan infeksi primer saluran kemih dapat terjadi syok karena infeksi/sepsis dan keadaan
ini dapat menyebabkan iskemia jantung sekunder yang dapat mencetuskan syok kardiogenik.
Manifestasi klinis yang terjadi pada lanjut usia berupa gelisah, lemas, mual, muntah, sianosis, penurunan kesadaran, terjadi hipotensi
absolut dengan tekanan sistolik < 70 - 80mmHg atau hipotensi relatif di mana terjadi penurunan tekanan sistolik ³ 30mmHg dari
semula. Menurut beratnya gejala, syok dapat dibedakan menjadi 4 stadium:

Stadium
Plasma yang hilang
Gejala

Presyok
10-15%
(± 750ml)

Pusing, takikardi ringan, sistolik 90-100mmHg

Ringan
20-25 %
(1000-1200 ml)
Gelisah, keringat dingin, haus, diuresis berkurang, takikardi >100/menit, sistolik 80-90 mmHg

Sedang
30-35%
(1500-1750 ml)
Gelisah, pucat, dingin, oliguri, takikardia>100/menit, sistolik 70-80 mmHg

Berat
35-50%
(1750-2250ml)
Pucat, sianotik, dingin, takipnea, anuria, kolaps pembuluh darah, takikardia/ tak teraba lagi, sistolik
0-40mmHg

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com


| Page 4/16 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:05 2017 / +0000 GMT

Prinsip manajemen syok dengan mengganti sejumlah cairan plasma yang hilang dan memperbaiki perfusi jaringan.
Penatalaksanaannya berupa:

- Posisi Tredelenburg
- Kepala setinggi atau lebih tinggi sedikit daripada dada
- Posisi tubuh horisontal atau dada sedikit lebih rendah
- Kedua tungkai lurus, diangkat 200

- Pelihara jalan nafas dan tambahkan oksigen
- Bila disebabkan perdarahan pada ektremitas, hentikan dengan torniket balut tekan
- Letakkan botol infus setinggi mungkin dan gunakan jarum yang besar, bila perlu gunakan beberapa vena sekaligus dan
lakukan vena seksi
- Berikan volume expander pada syok yang bukan disebabkan oleh perdarahan atau sebelum darah tersedia
- EKG untuk monitoring
- Obat-obatan seperti dopamin, dobutamin, epinefrin,dan fenilefrin yang penting untuk pengobatan syok kardiogenik dan

distributif akibat hipotensi
- Monitoring urine output (kateter Foley)
NYERI DADA
Nyeri dada dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti infark miokard akut, iskemik jantung, emboli paru, aorta disekans,
pleuritis. Nyeri dada mungkin merupakan gejala primer dari kelainan jantung, paru, pembuluh darah atau akibat penjalaran penyakit
yang bukan berasal dari rongga dada seperti pada kelainan hepar dan lien. Pada usia lanjut, nyeri dada merupakan suatu tanda
terjadinya iskemik jantung, sekitar 50% dari lanjut usia yang berumur lebih dari 80 tahun dengan akut miokard infark mengeluh
nyeri dada.

- Menurut The American Heart Association, nyeri dada yang tidak jelas sebabnya dan berlangsung > 5 menit, perlu dicurigai
adanya kelainan pada jantung atau pembuluh darahnya. Penatalaksanaannya meliputi:
- Pasang oksigen kira-kira 4-6 liter/menit melalui nasal kateter atau face mask
- Observasi tanda-tanda vital
- Manajemen jika terjadi syok
- Monitoring EKG
- Roentgen foto thorax
PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK
Manifestasi klinis:
Aritmia dapat ditemukan pada pemeriksaan rutin atau dapat asimptomatik, kadang-kadang juga timbul bersamaan dengan palpitasi,
pingsan, pusing, letih, tergantung dari keadaan hemodinamika.

BRADIARITMIA
Terjadi sinus bradikardia, AV blok, SA blok. Terapinya tergantung dari gejalanya:

Terapi bradikardia simptomatik
- Posisi Tredelenburg
- Pasang oksigen
- Atropin 0,5 mg ,ulang tiap 2-5 menit sampai maksimal 2 mg

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/16 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:05 2017 / +0000 GMT

- Pacemaker transkutaneus
- Dopamin/epinefrin drip
- Isoproterenol drip 2-20 ?g/menit dititrasi untuk heart rate ³ 65/menit
- Cari dan terapi faktor penyebabnya

- Terapi bradikardia asimptomatik
Terapi penyebabnya. Anjurkan untuk memasang alat pacu jantung jika bradikardia menjadi simptomatik atau pasien beresiko tinggi
bertambah buruknya bradiaritmia.
TAKIARITMIA
Pada lanjut usia biasanya terjadi pada atrial takiaritmia (fibrilasi atrium, flutter atrium, takikardia supraventrikular, sinus takikardia)
dan ventrikel takikardia. Terapi berdasarkan kondisi klinis pasien.

- Terapi takikardi yang stabil
Pada pasien dengan takikardia yang stabil dapat menerima bermacam-macam jenis obat tergantung aritmianya

- Terapi takikardi non stabil

- Posisi tredelenburg
- Pasang oksigen
- Monitoring EKG
- Bila diperlukan, beri sedasi
Kelainan Katup Jantung
Penyakit jantung valvular merupakan penyakit jantung yang masih cukup tinggi insidensinya, terutama di negara-negara yang
sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Namun demikian akhir-akhir ini, prevalensi penyakit jantung valvular ada
kecenderungan semakin menurun, sedangkan penyakit jantung koroner cenderung meningkat. Pada usia lanjut, kelainan katup
jantung jarang ditemukan. Penyakit jantung koroner dan penyakit degenerasi (contoh kalsifikasi aorta) lebih sering ditemukan dan
menjadi penyebab kelainan katup pada lanjut usia.
Manifestasi klinis
Dari pemeriksaan fisik terdengar adanya bising jantung. Pada pasien dengan gagal jantung kongestif yang onsetnya tidak jelas atau
pada penderita angina biasanya ditemukan adanya kelainan katup jantung (yang sering yaitu stenosis mitral). Pada stenosis mitral
terjadi blok aliran darah di katup mitral akibat tidak membukanya katup mitral secara sempurna pada saat diastolik.
Komplikasi dari stenosis mitral yang paling sering (40-50%) yaitu fibrilasi atrium. Mekanisme terjadinya fibrilasi atrium belum
diketahui secara jelas. Adanya peningkatan pada atrium kiri lama-kelamaan akan menimbulkan hipertrofi dan dilatasi atrium kiri,
perubahan struktur ini diduga dapat merubah keadaan elektrofisiologis atrium kiri yang merupakan faktor predisposisi timbulnya
fibrilasi atrium.
Terapi biasanya cukup diatasi dengan pembatasan garam dan pemberian diuretik oral seperti digitalis. Digitalis perlu untuk
mengurangi ventrikular rate apabila ada fibrilasi atrium. Selain itu juga dapat dipertimbangkan untuk dilakukan operasi. Operasi
dilakukan apabila ada indikasi :

- stenosis sedang sampai berat (65 tahun menderita hipertensi. Hipertensi sistolik pada
usia lanjut merupakan faktor utama meningkatnya morbiditas dan mortalitas pada lanjut usia dan merupakan penyebab primer
terjadinya stroke. Pada pasien lanjut usia dengan peningkatan tekanan darah yang berat biasanya disebabkan karena hipertensi
pembuluh darah ginjal (stenosis arteri renalis,infark ginjal), hipertensi esensial (tidak diketahui penyebabnya) yang progresif bahkan
kelainan neurologis (tekanan intra kranial meningkat dengan cepat).
Manifestasi klinis yang timbul berupa sakit kepala hebat yang mendadak, gangguan penglihatan karena edema papil N.optici,
ensefalopati, iskemik jantung bahkan dapat terjadi perdarahan otak. Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan edema papil, cotton
wool patches, perdarahan / eksudat pada retina yang memberikan gambaran seperti bintang / star figure dan makula yang menonjol.
Tujuan terapi hipertensi maligna dengan menurunkan tekanan sistolik sekitar 160-180 mmHg secara perlahan-lahan. Beberapa ahli
menyebutkan bahwa nifedipin sublingual dapat digunakan untuk permulaan terapi dalam keadaan darurat. Terapi standar yang biasa
dilakukan adalah dengan :

- Infus nitroprusid 2-20 ?g/kg/menit
- Monitor keadaan hemodinamiknya
Pemberian obat-obatan:
- Klonidin / Catapres per oral 75-150 ?g yang dapat diulang setiap 2-4 jam sampai efek yang diinginkan tercapai atau sampai
dosis 9 tablet /hari. Dosis sehari diberikan dalam 3 kali pemberian.
- Diuretika (misalnya HCT 25 mg) per oral 1-2 tablet/hari, dapat dinaikkan 1 tablet setiap hari sampai efek yang diinginkan
tercapai. Secara parenteral diberikan hanya bila ada mual-mual, muntah atau edema berat. Bila dosis sudah cukup besar
sedangkan efek yang diinginkan belum tercapai dapat ditambah vasodilator.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 7/16 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:06 2017 / +0000 GMT

KEDARURATAN SISTEM PERNAFASAN
Dengan meningkatnya usia terjadi penurunan berbagai fungsi organ begitu juga dengan fungsi paru. Pada paru terjadi penurunan
compliance paru, menurunnya tekanan maksimum inspirasi maupun ekspirasi dan berkurangnya elastisitas bronkiolus. Hal-hal yang
menyebabkan pada lanjut usia dapat terjadi kegagalan pernafasan. Respiratory distress dapat disebabkan :

- Obstruksi jalan nafas, misalnya oleh benda asing, infeksi,neoplasma
- Pneumonia, aspirasi
- COPD dan asma
- Edema paru
- Emboli paru
- Tension pneumothorax
- Kelainan neuromuskuler, misalnya pada Miastenia Gravis, Guillain Barre Syndrome
- Asidosis metabolik
Gejala klinis yang sering ditemukan berupa batuk, dahak/ sputum, sesak nafas, batuk darah, wheezing, stridor, nyeri dada. Terapi
yang diberikan tergantung dari status klinis pasien.
OBSTRUKSI JALAN NAFAS
Obstruksi jalan nafas dapat dibagi menjadi 4 tahap:
Stadium I : sesak nafas, stridor inspirasi, retraksi suprasternal, keadaan umum masih baik
Stadium II
: gejala stadium I + retraksi epigastrium, penderita mulai gelisah
Stadium III : gejala stadium II + retraksi supra / infra klavikular, penderita sangat gelisah dan sianotik
Stadium IV
: gejala stadium III + retraksi interkostal, penderita berusaha sekuat tenaga untuk menghirup udara, lama kelamaan
terjadi paralisis pusat pernafasan, penderita menjadi apatik dan akhirnya meninggal.
Penatalaksanaan:
Jika pasien sadar, ada stridor, pertimbangkan kemungkinan adanya benda asing dan usahakan segera dikeluarkan dengan manuver
Heimlich, yang terdiri dari 2 cara :

- Jika penderita dalam posisi duduk/berdiri:

- Penolong duduk / berdiri di belakang penderita
- Lingkarkan kedua tangan , mengelilingi pinggang penderita
- Buat kepalan dengan satu tangan, tangan lain mencekap kepalan tersebut dengan ibu jari menghadap perut dan diletakkan di
epigastrium
- Lakukan pendorongan dengan kuat dan cepat ke arah atas
- Tindakan ini dapat diulang beberapa kali
- Bila tidak berhasil , coba kait benda asing tersebut dengan jari yang dimasukkan ke dalam laring
- Bila sulit atau benda asing terletak dalam, penderita dibungkukkan dan dilakukan penepukan kuat di punggung di antara
kedua skapula

- Jika penderita dalam posisi telentang:

- Penolong berlutut di atas penderita dengan kedua lutut di samping kanan dan kiri penderita
- Satu telapak tangan diletakkan di epigastrium penderita, telapak tangan yang lain di atasnya
- Lakukan penekanan dengan pangkal telapak tangan dengan kuat dan cepat ke arah atas
- Tindakan ini dapat diulang beberapa kali

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 8/16 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:06 2017 / +0000 GMT

- Bila penderita muntah, miringkan tubuhnya dan bersihkan mulutnya
Bila penderita tidak sadar lakukan abdominal trust.
Abdominal Thrust
Jika tidak berhasil, lakukan laringoskopi, intubasi endotrakeal. Jika masih tidak berhasil, lakukan cricotirotomi.
HIPOKSIA
Pada keadaan hipoksia yang penting adalah pemasangan oksigen agar saturasi oksigen tetap di atas 90%. Bila diperlukan gunakan
ventilator mekanik.
TENSION PNEUMOTHORAX
Pneumothoraks adalah suatu keadaan terdapatnya udara dalam rongga pleura secara spontan maupun oleh karena trauma. Keluhan
pada pasien biasanya nyeri dada pada sisi paru yang terkena, sesak nafas, pada pemeriksaan fisik ditemukan suara nafas dan fremitus
melemah sampai menghilang, hipersonor pada perkusi. Pada tension pneumothorax dicurigai bila didapatkan adanya takikardi berat,
hipotensi dan pergeseran mediastinum dan trakea ke sisi yang sehat. Pada prinsipnya, penatalaksanaan diupayakan untuk
pengembangan paru sesegera mungkin antara lain dengan pemasangan WSD (Water Sealed Drainage) yaitu semacam pipa khusus
yang steril dimasukkan ke rongga pleura.
Pneumothorax Chest X-Ray
BRONKOSPASME
Pasien dengan bronkospasme berat biasanya mempunyai riwayat asma atau COPD. Pada pasien bronkospasme biasanya terdapat
wheezing, fase ekspirasi memanjang, retraksi otot-otot bantu pernafasan. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi
bronkospasme :

- bronkodilator contoh: ?-adrenergik (metaproterenol, albuterol ) secara inhalasi
- kortikosteroid contoh : metil prednisolon 125 mg
- antikolinergik contoh : ipratropium secara inhalasi
- antibiotik, bila penyebabnya karena infeksi bronkus atau pneumonia
PNEUMONIA
Merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, bronkiolus terminal, bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Penyebab infeksi tersering adalah Streptococcus pneumoniae.
Manifestasi klinis:
Gejala klasik pneumonia berupa demam, batuk yang produktif, dan sesak nafas. Pada lanjut usia gejala sering atipikal, tidak ada
demam, tidak ada batuk dan hanya ada penurunan aktivitas dan nafsu makan. Pemeriksaan yang dapat menunjang diagnosis yaitu
pemeriksaan radiologis, laboratorium dan pemeriksaan bakteriologis berupa kultur kuman. Terapi utama diberikan antibiotik sebagai
terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
EMBOLI PARU
Merupakan keadaan obstruksi sebagian atau total arteri pulmonalis atau cabang-cabangnya akibat tersangkutnya tromboemboli pada
cabang-cabang pembuluh darah pulmonal. Penyebab emboli paru semula belum jelas, tetapi hasil penelitian dari autopsi paru pasien
yang meninggal akibat penyakit ini menunjukkan dengan jelas bahwa penyebabnya adalah trombus pada pembuluh darah. Pasien
dengan emboli paru biasanya mengeluh nyeri pleura, sesak nafas dan demam di atas 37,50C, terjadi efusi pleura. Pengobatan yang
utama untuk emboli paru yaitu dengan antikoagulan (heparin dan warfarin) dan dengan trombolitik (heparin,streptokinase dan
urokinase). Tujuan pengobatan ini adalah menghambat pertumbuhan tromboemboli, melarutkan tromboemboli dan mencegah
timbulnya emboli ulang.
ASIDOSIS METABOLIK
Suatu keadaan terjadinya gangguan keseimbangan biokimiawi dalam tubuh dengan berkurangnya ion bikarbonat yang
mengakibatkan turunnya pH darah. Penurunan ini merangsang pusat pernafasan sehingga frekuensi nafas menjadi lebih cepat dan
dalam. Asidosis metabolik yang berat bisa terjadi karena ketoasidosis diabetik, sepsis, kelainan fungsi hepar, gagal ginjal dan
overdosis salisilat. Manifestasi klinis pada pasien dengan asidosis metabolik berupa nafasnya cepat, takipneu (frekuensi nafas >20
x/menit). Penatalaksanaan pasien dengan asidosis metabolik berat dilakukan intubasi jika tidak ada ventilator.
KEDARURATAN SISTEM SARAF PUSAT

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 9/16 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:06 2017 / +0000 GMT

Lanjut usia beresiko tinggi terhadap kelainan neurologis baik akut, kronis dan progresif yang meliputi perubahan status mental dan
fungsi motorik.
DELIRIUM
Delirium merupakan perubahan akut maupun subakut dari status mental terutama pada lanjut usia dan dapat dengan cepat
mengalami perbaikan jika faktor penyebab dihilangkan. Prevalensinya pada lanjut usia sekitar 15%. Tanda utama dari delirium
adalah gangguan kesadaran, biasanya terlihat bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Delirium adalah suatu
sindrom, bukan suatu penyakit. Penyebab utama dari delirium adalah penyakit susunan saraf pusat, penyakit jantung dan intoksikasi
zat.
Penyebab delirium pada umumnya:

Obat-obatan
Antikolinergik, antidepressan, psikotropika, hipnotik sedatif, antikonvulsi, antiparkinson, antihipertensi, antiaritmia, narkotik,
antihistamin dan digoksin

Keseimbangan metabolik
Hipo/ hipernatremia, hipo/ hiperkalsemia, hipo/hiperglikemia, alkalosis, dehirasi, uremia, hipo/hipertermia

Infeksi
ISK, pneumonia, influenza, meningitis dan septikemia

Kelainan neurologis
Stroke, status epileptikus, hematom subdural, defisiensi vitamin

Kelainan kardiopulmonal
Gagal jantung kongestif, bradi/takiaritmia, infark miokard akut, emboli paru

Ketergantungan zat
Intoksikasi alkohol

Kelainan endokrin
Miks edema/tirotoksikosis

Kriteria diagnosis delirium :

- gangguan kesadaran dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan atau mengalihkan perhatian
- perubahan kognitif (defisit daya ingat, disorientasi)
- gangguan timbul setelah periode waktu yang singkat dan cenderung berfluktuasi
- adanya riwayat penyakit, pemeriksaan fisik dan dari pemeriksaan laboratorium bahwa gangguan disebabkan langsung dari

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 10/16 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:06 2017 / +0000 GMT

kondisi medis umum.
Penatalaksanaannya bertujuan mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium. DOC untuk delirium yaitu haloperidol (IM)
dan jika ada kecurigaan infeksi pada jaringan otak (contohnya meningitis) beri antibiotik (IV)
KOMA
Koma adalah keadaan menurunnya kesadaran yang terberat, di mana penderita tidak bereaksi lagi terhadap rangsangan nyeri. Koma
terjadi bila terdapat gangguan / kerusakan pada pusat kesadaran di talamus. Koma dapat disebabkan oleh:

- Penyakit intrakranial

- Trauma susunan saraf pusat
- Gangguan peredaran darah ke otak
- Infeksi SSP
- Tumor SSP
- Serangan-serangan, kejang, epilepsi/seizure
Peninggian tekanan intra kranial
Penyakit ekstrakranial
- vaskuler : syok, payah jantung, hipertensi, hipotensi
- metabolik : Asidosis
- keracunan : alkohol, barbiturat, narkotik , CO
- infeksi sistemik berat (pneumonia, malaria, tifoid)

Penatalaksanan pasien koma bertujuan untuk mempertahankan fungsi vital dan mencukupi kebutuhan tubuh akan oksigen, cairan
dan kalori, mencegah infeksi sekunder dan dekubitus, pengobatan simtomatik. Hal yang penting dilakukan adalah pemasangan
intubasi, oksigenasi, pemberian D5% dan melakukan evaluasi lanjutan.
STROKE (CVD)
Stroke yaitu suatu gangguan mendadak peredaran darah di otak yang menimbul defisit neurologis. Keadaan ini bisa disebabkan
antara lain aterosklerosis, hipertensi dan aneurisma. Untuk lebih lengkap baca Bab VIII. Stroke dan Penanganannya.
HIPERTERMIA DAN HIPOTERMIA
HIPERTERMIA
Hipertermia dapat disebabkan oleh:

- Heat cramps
- Heat exhaustion
- Heat stroke
HEATCRAMPS
Disebabkan oleh hilangnya sejumlah besar NaCl tubuh melalui keringat akibat kerja otot yang berat, terutama di lingkungan yang
bersuhu tinggi. Dapat ditemukan tersendiri atau bersama-sama heat exhaustion.
Gejala dan tanda heat cramps:

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 11/16 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:06 2017 / +0000 GMT

- Kejang otot, sifatnya mendadak, sangat nyeri dan paroksismal terutama mengenai otot fleksor anggota gerak, dapat juga
menyerang otot perut sehingga menyerupai akut abdomen
- Kulit pucat dan basah
- Kesadaran tetap baik
- Suhu tubuh dan tekanan darah masih normal
Penatalaksanaan heat cramps:

- Penderita dibaringkan telentang di tempat yang sejuk
- Beri air garam secukupnya sampai gejala hilang. Biasanya tindakan ini sudah cukup, tetapi bila perlu dapat diberikan infus
500-1000 ml NaCl 0,9%
- Untuk mengurangi nyeri, tekan otot yang kejang dengan kuat, jangan diberi kompres panas
HEAT EXHAUSTION
Disebabkan oleh kegagalan penyesuaian tubuh terhadap pelebaran pembuluh darah yang terjadi akibat lingkungan bersuhu tinggi.
Keadaan ini lebih mudah timbul pada peminum alkohol, dehidrasi, banyak keringat, muntah dan diare. Gejala dan tanda heat
exhaustion :

- dapat didahului gejala prodromal berupa lemah, pusing, nyeri kepala, mual, gangguan penglihatan dan kejang otot ringan
- gelisah, mungkin disertai dengan penurunan kesadaran, pupil melebar, kulit pucat, dingin, lembab dan banyak keringat,
suhu tubuh masih normal, nadi normal , tekanan darah sedikit menurun.
Penatalaksanaannya:

- Penderita dibaringkan telentang di tempat yang sejuk dengan kepala lebih rendah, pakaian dilonggarkan
- Beri minum air dingin
- Bila keadaan berat dapat diberikan infus NaCl 0,9% plasma ekspander untuk mengatasi kolaps sirkulatorik atau epinefrin
1/1000 0,3-1 ml subkutan dan diberikan oksigen.
HEATSTROKE

Disebabkan karena kegagalan metabolisme pengatur suhu tubuh akibat kontak lama dengan suhu lingkungan yang tinggi ditambah
dengan ventilasi yang buruk dan kerja berat, biasanya diderita setelah hari kedua serangan gelombang udara panas. Merupakan
keadaan berat dan sering menimbulkan komplikasi kegagalan ginjal akut, kerusakan hati dan syok berat yang dapat menyebabkan
kematian. Gejala dan tanda heat stroke:

- didahului gejala prodromal berupa lemah, pusing, nyeri kepala, mual dan berkurangnya sekresi keringat
beberapa jam kemudian timbul gelisah dan penurunan kesadaran, pupil mula-mula mengecil lalu melebar, kulit kemerahan, panas
dan kering, tidak ada sekresi keringat, suhu tubuh naik dengan cepat sampai 40-41 0 Takikardia, pernafasan cepat, kejang setempat
atau umum.
Penatalaksanaannya:

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 12/16 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 17:11:06 2017 / +0000 GMT

Turunkan suhu tubuh segera dengan memindahkan penderita ke tempat sejuk dan berventilasi baik, pakaian ditanggalkan,
menguyur penderita dengan air dingin, massage kulit untuk mengatasi efek vasokontriksi dari air dingin dan mempercepat aliran
darah. Periksa suhu rektal tiap 10 menit dan jaga jangan sampai < 38,50C karena dapat timbul hipotermia.
- Obat-obatan bila perlu berupa infus cairan, sedatif hanya diberikan bila kejang terus menerus, misalnya diazepam 10-20mg
iv, jangan diberikan morfin atau epinefrin
HIPOTERMIA
Hipotermia disebabkan karena berkurangnya masa otot, kehilangan lemak tubuh, penyakit kronis (hipotiroid), obat-obatan
(?-blokers,vasodilator), ketergantungan alkohol. Resiko terjadinya hipotermia pada lanjut usia meningkat jika terpapar suhu yang
rendah. Jika suhu mencapai 350C, gejalanya menggigil, takipneu dan takikardia.
Hipotermia dapat dibagi menjadi:

- hipotermia ringan
- hipotermia sedang
- hipotermia berat
Hipotermia ringan jika suhu mencapai 320C, pada suhu ini timbul gejala berupa bicara gemetar dan tidak jelas karena menggigil,
kulit jika diraba terasa dingin, bahkan bisa terjadi ataksia. Jika suhu mencapai 28-320C (hipotermia sedang) timbul gejala menggigil,
otot kaku, turunnya frekuensi nafas dan denyut jantung, hipotensi, penurunan kesadaran (bisa stupor sampai koma). Pasien dengan
hipotermia berat di mana suhu