Bahan Workshop 29102013

PERSPEKTIF
STAKEHOLDERS
ATAS UU 25 TAHUN
2004
Oleh: Emmy Suparmiatun, SH, MPM
Kepala Biro Hukum Kementerian PPN/Bappenas
HOTEL IBIS TAMARIN
SELASA, 29 OKTOBER 2013

LATAR BELAKANG (1)
• Konstruksi regulasi di Bidang
Perencanaan dan Penganggaran yang
belum tertata dengan baik.
• Ada disharmoni, inkonsistensi, dan
pertentangan antar peraturan

UU
1/
UU
17/
UU 2004

2003
25/
UU
2004
33/
UU 32/
2004
2004
UU
27/
2009

PP 39/
2006
PP 23/
2011

PP 8/
PP 40/ 2008
2006

PP
90/
2010
PP 58/
2005

Perpr
es
RPJMN
PERPR
ES RKP

UU
RPJP
N
UU
APB
N
MP3E


PERDA/
PERKAD
A
RPJMD
PERKA
DA
RKPD

I

PERD
A
RPJP
PERD D
A
APBD

LATAR BELAKANG (2)
• UU 25/2004 merupakan landasan
Hukum di Bidang Perencanaan

Pembangunan untuk Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah sehingga
Perencanaan Pembangunan Nasional
dapat disusun secara Sistematis,
Terarah, Terpadu, Menyeluruh dan
Tanggap terhadap perubahan.
• UU 25/2004 sudah berjalan 8 tahun dan
melibatkan banyak stakeholders.

Tujuan Kajian Biro
Hukum
1. Menggali informasi perspektif
stakeholders terhadap UU 25/2004;
2. Menggali Informasi mengenai
implementasi UU 25/2004 + kendala
+ permasalahan;
3. solusi dan saran mengenai kendala
dan permasalahan yang ditemukan
dalam Kegiatan Survey dan FGD
Perspektif Stakeholders terhadap UU

25/2004 tentang SPPN.

Metode Pelaksanaan
Kegiatan

Hasil Survey dan FGD
• Telah dilakukan FGD di Semarang, Jakarta dan
Medan
• Terkumpul responden dari 9 (sembilan) Bappeda
Kabupaten/Kota, 3 (tiga) Bappeda Provinsi dan 9
(sembilan) Kementerian/Lembaga.

2. HASIL SURVEY DI
BAPPEDA
a) 75 % responden menyatakan bahwa turunan UU 25/2004
tidak lengkap

b) 83% responden menyatakan bahwa masih perlu adanya
aturan teknis untuk UU 25/2004


c) 75% responden berpendapat bahwa UU 25/2004 tidak
memberatkan instansinya dan dengan melaksanakannya
memberikan dampak positif bagi Bappeda

d) 100% responden menyatakan bahwa telah ada kegiatan
peningkatan kompetensi staf yang diberikan baik oleh
Bappenas ataupun instansi lain, namun frekuensi fasilitas,
bimtek dan substansi tersebut dirasa belum mencukupi
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia

e) Menurut responden, UU 25/2004 belum menciptakan
integritas, sinkronisasi, dan sinergi antardaerah,
antarruang, dan antarfungsi pemerintah

f) Bappeda mengalami kesulitan teknis dalam proses
penyusunan dokumen perencanaan ( RKPD, RPJMD, dan
RPJPD)

2. HASIL SURVEY DI K/L
a) Masing-masing K/L memiliki UU sektoral yang berkaitan

dengan bidangnya masing-masing, dan UU 25/2004 sudah
selaras dengan UU sektoral yang mereka gunakan

b) 44% responden berpendapat bahwa aturan waktu yang
diatur dalam UU 25/2004tidak dapat dilaksanakan dalam
proses penyusunan dan penetapan dokumen perencanaan

c) 44% responden menyatakan bahwa pengaduan
masalah yang mereka sampaikan kepada bappenas
tidak mendapatkan respon

d) 56% responden menyatakan bahwa frekuensi fasilitas dan
bimtek yang diberikan bappenas telah mencukupi, namun
44% responden berpendapat bahwa substansi materi
dalam bimtek belum mencukupi.

e) Menurut responden, UU 25/2004 belum
menciptakan integritas, sinkronisasi, dan sinergi
antardaerah, antarruang, dan antarfungsi
pemerintah


f) 67% responden berpendapat bahwa Musrenbangnas tidak
cukup mengakomodir kepentingan pusat dan daerah untuk
menyusun RKP dan RPJM.

1. Hasil Rapat FGD di
Bappeda
1) RPJMD yang disusun kepala daerah, disusun setelah kepala
daerah dilantik. Sedangkan pelantikan kepala daerah berbedabeda di tiap tempat. Hal tersebut mengakibatkan kurang ada
sinkronisasi antara RPJMD dan RPJMN;
2) Adanya dualisme pengaturan tentang dokumen perencanaan
pembangunan, sebagaimana diatur dalam UU 25/2004 dan UU
32/2004 + aturan pelaksanaannya
3) Seharusnya ada perbaikan dalam pelaksanaan Musrenbangnas,
sehingga bukan hanya menjadi sebuah ceremonial perencanaan
pembangunan, namun juga menjadi ruang bagi daerah untuk
dalam
menjaring
aspirasi
masyarakat

terutama
untuk
kepentingan daerah
4) Perlu dikembalikan kedudukan Bappenas dan Bappeda sebagai
koordinator perencanaan pembangunan

2. Hasil Rapat FGD di
K/L
1) Jangka waktu yang diberikan untuk pembuatan Renja K/L
begitu singkat, sehingga kualitas dokumen perencanaan
dirasa rendah. Serta sulit pula untuk melakukan
sinkronisasi RKP dan RKPD dalam Musrenbangnas;
2) Adanya intervensi DPR dalam pembahasan RKP, membuat
K/L sulit menjaga pelaksanaan dari RKP yang telah
ditetapkan;
3) Kurangnya koordinasi dari beberapa kementerian sehingga
menyebabkan K/L harus membuat banyak laporan,
padahal substansi laporan tersebut hampir sama;
4) Kurangnya kualitas SDM yang dimiliki tiap K/L sehingga
mempengaruhi kualitas perencanaan.


Terima kasih