ProdukHukum BankIndonesia

B
O
K
S

Triwulan I-2009

Penyerapan Keuangan Daerah
di Zona Sumbagteng Belum Optimal*

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, penyerapan anggaran pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah masih terbatas pada belanja rutin. Hal ini
ditunjukkan dengan meningkatnya simpanan pemerintah daerah di perbankan yang terjadi pada
semua provinsi di Sumbagteng pada bulan Januari 2009(grafik 4.1.). Pada triwulan I-2009,
biasanya proses kegiatan pemerintah baru berjalan pada tahap tender sehingga realisasi belanja
baru akan terjadi mulai triwulan II-2009.
18,000,000

9,000,000


16,000,000

8,000,000

14,000,000

7,000,000

12,000,000

6,000,000
10,000,000
5,000,000
8,000,000
4,000,000
6,000,000

3,000,000
2,000,000


4,000,000

1,000,000

2,000,000

0

Juta Rupiah (Total Sumbagteng)

Juta Rupiah (Kep. Riau, Jambi, Sumbar, Riau)

10,000,000

0

Kep. Riau

Jambi


Sumbar

Riau

Total Sumbagteng

Sumber: SEKDA-BI, diolah

Grafik 4.1. Perkembangan Simpanan Menurut Golongan Pemilik Pemerintah Daerah
Pada tahun 2009, pemerintah pusat mengalokasikan dana APBN baik melalui dana
perimbangan, dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan, serta belanja instansi
vertikal sekitar Rp 43 Triliun. Dalam alokasi dana perimbangan, Provinsi Riau memperoleh
alokasi terbesar sebanyak Rp 14,55 triliun, sementara provinsi Kepri mendapatkan alokasi terkecil
sebesar Rp 1,99 triliun (grafik 4.2.) Meski Provinsi Riau masih mendapatkan alokasi terbesar,
namun sejak tahun ini terdapat beberapa pemerintah kabupaten yang tidak mendapatkan alokasi
Dana Alokasi Umum (DAU) karena telah dapat memenuhi kebutuhan fiskalnya dari alokasi Dana
Perimbangan. Pemerintah Kabupaten yang tidak mendapatkan alokasi DAU yaitu Pemkab
Bengkalis, Pemkab Rokan Hilir, dan Pemkab Siak. Pada tahun 2009, semua pemerintah daerah di
Provinsi Riau mendapatkan dana bagi hasil migas sekitar Rp 11,4 triliun.


*

Zona Sumbagteng terdiri dari Provinsi Sumatera Barat, Jambi, Riau dan Kepulauan Riau.

Alokasi Dana Perimbangan Sumatera (Triliun)

Alokasi APBN di Sumatera Bagian Tengah

16.00

16,000

14.00

14,000

14,238

12.00


12,000

8.00

Rp Milyar

10.00

14.55

6.00
4.00

7.74

9,653

10,000
8,000
6,000

4,000

4.97

2.00

2,000

1.99
-

Provinsi Sumatera
Barat

Provinsi Riau

Provinsi Kepulauan
Riau

-


Provinsi Jambi

2007

Sumber: DJPK-Depkeu

2008

2009

Sumber: DJPK-Depkeu

Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan
Sumbagteng

Grafik 4.3. Alokasi APBN Non Dana
Perimbangan Sumbagteng

70%


Alokasi APBD Pemprov (Rp triliun )

60%

7.00

50%

6.00

40%

5.00

Belanja Modal

30%

2008


20%

2009

10%

Belanja Non Modal

4.00
3.00

2.00

0%
-10%

11,613

1.00


Belanja
Belanja Barang Belanja Modal Belanja Pegawai
Bantuan Sosial

-20%

Sumber: DJPK-Depkeu
Grafik 4.4. Jenis Belanja APBN (Dana
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan)
Sumbagteng

RIAU

SUMBAR

KEPRI

JAMBI


SUMBAGTENG

Sumber: DJPK-Depkeu
Grafik 4.5. Alokasi Belanja APBD Pemprov di
Sumbagteng

Alokasi dana APBN non dana perimbangan di Sumbagteng meningkat cukup tinggi
pada tahun 2009. Grafik 4.3. menunjukkan bahwa alokasi dana dekonsentrasi dan tugas
pembantuan meningkat sebesar Rp 2,6 triliun atau 22,60%. Kenaikan belanja tersebut dialokasikan
terutama untuk belanja bantuan sosial dan belanja barang (grafik 4.4.). Kegiatan-kegiatan yang
dibiayai oleh belanja tersebut antara lain kegiatan bantuan operasional sekolah (BOS), penyaluran
bantuan langsung tunai (BLT), penyaluran beras miskin (raskin), serta belanja pemilu. Di sisi lain,
kegiatan belanja modal justru mengalami penurunan yang cukup tajam. Beberapa kegiatan belanja
pemerintah pusat yang akan dijalankan di Sumbagteng pada tahun 2009 antara lain: pengembangan
perkeretapian di Sumbar senilai Rp 34 miliar, pembangunan jalan dan jembatan provinsi senilai Rp
627 miliar di provinsi Sumbar, Riau dan Jambi, pengelolaan sumber daya air senilai Rp 500 milyar,
serta pengembangan listrik pedesaan di Riau sebesar Rp 39 milyar.
Pemerintah daerah di Sumbagteng masih menempatkan ekses likuiditasnya dalam
bentuk kas daerah di Bank Pembangunan Daerah. Di Provinsi Riau yang mendapatkan dana
perimbangan cukup besar, hanya Kabupaten Kampar saja yang menempatkan dananya dalam
bentuk investasi jangka pendek, sementara mayoritas pemerintah kabupaten/kota di Riau masih
menempatkan ekses likuiditas dalam bentuk kas daerah (grafik 4.6.-4.7). Hal ini mengakibatkan

penempatan dana BPD di SBI meningkat seiring dengan peningkatan dana pemerintah daerah di
BPD, demikian pula sebaliknya. Hal ini dikonfirmasi dengan kondisi di Provinsi Riau dan Kepri
dimana terjadi korelasi positif antara penempatan SBI dan simpanan pemerintah daerah di BPD
(grafik 4.8.).
Posisi Kas Daerah

Posisi Aset Lancar Pemda Provinsi/Kab/Kota di Riau

Milyar Rp

1,800
1,600
1,400
1,200
1,000
800
600
400
200
-

2006
2007

Kampar Pelalawan Rokan Hilir Pemprov
Riau

Rokan
Hulu

Dumai Pekanbaru

Sumber: DJPK-Depkeu
Grafik 4.6. Posisi Aset Lancar Pemda di Provinsi
Riau
14,000,000
12,000,000

Rp Juta

10,000,000
8,000,000
6,000,000
4,000,000
SBI BPD Riau
2,000,000

Pemda Riau dan Kepri
4/1/2007
5/1/2007
6/1/2007
7/1/2007
8/1/2007
9/1/2007
10/1/2007
11/1/2007
12/1/2007
1/1/2008
2/1/2008
3/1/2008
4/1/2008
5/1/2008
6/1/2008
7/1/2008
8/1/2008
9/1/2008
10/1/2008
11/1/2008
12/1/2008
1/1/2009

-

Sumber: DJPK-Depkeu
Grafik 4.8. Perkembangan Penempatan SBI BPD
Riau dan Posisi Simpanan Pemda Riau dan Kepri
di BPD

100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Kampar

Pekanbaru Rokan Hulu

Dumai

Pemprov
Riau

Pelalawan Rokan Hilir

Sumber: DJPK-Depkeu
Grafik 4.7. Pangsa Kas Daerah Pemda di Prov.
Riau terhadap Posisi Aset Lancar Pemda di
Provinsi Riau