Index of /ProdukHukum/kehutanan
Oleh:
Retno Maryani, Alfonso Jehamat, Smart Manaon Paulus
Demoor cs
Outline presentasi
Gambaran umum Kabupaten Flores
Timur
H asil identifikasi cendana
Issue yang muncul
Penutup
Gambaran umum Kabupaten Flores
Timur
•
•
•
Wilayah daratan dan perairan: terbagi ke dalam 17
pulau (3 pulau dihuni); terdapat 4 gunung berapi
Terdiri atas 18 kecamatan, terutama berkembang
melalui pemekaran daerah
Jumlah penduduk 229.500 jiwa (2008), kepadatan 126
jiwa/km2
Gambaran umum Kabupaten Flores Timur
•
•
Mata pencaharian: pertanian lahan kering, perikanan
dan jasa
Komoditas unggulan: jambu mete, ikan, mutiara
(bekerjasama dengan Jepang)
H asil identifikasi cendana
Nama Desa/Kecamatan
Lewogeka / Solor Timur
Menanga / Solor Timur
Lamaole / Solor Barat
Ritaebang / Solor Barat
Tanah Lein / Solor Barat
Jumlah
Sumber: Laporan D ishut Flotim 2007
Jumlah cendana
148
78
49
138
25
438
H asil identifikasi cendana
tanaman cendana hasil budidaya yang
dilakukan semenjak tahun 1977 sampai
dengan tahun 2008. D ata tidak
menyebutkan jumlah tanaman yang dipelihara
tetapi menampilkan luas areal pemeliharaan
yang meliputi 115 ha dan tersebar di 11
lokasi dengan luas minimum 5 ha dan
maksimum 20 ha.
Selain itu, dilaporkan juga rencana lokasi
pengembangan yang direncanakan meliputi 7
lokasi kecamatan yang meliputi berbagai desa
dengan total luas areal 250 ha.
H asil identifikasi cendana
Kadishut Flotim beserta staf di kantor Larantuka
H asil identifikasi cendana
Kunjungan ke tiga desa: Lewogeka kecamatan Solor
Timur; Tanah Lein kecamatan Solor Barat; Muda Eputu
kecamatan Ile Mandiri
W awancara dilakukan dengan mengumpulkan warga di
balai desa
Kunjungan ke lokasi tanaman cendana
D esa Lewogeka
D iskusi terbuka yang dilakukan bersama warga diperoleh informasi bahwa
terdapat pohon induk cendana di desa ini, disamping adanya kegiatan
pemeliharaan tanaman cendana yang dibiayai dari kabupaten
dan didukung oleh propinsi.
Masyarakat melaporkan rendahnya curah hujan di daerah ini merupakan
penghambat keberhasilan penanaman yang selama ini dilakukan.
W arga pada umumnya menyambut baik rencana pengembangan tanaman
cendana di N TT, namun demikian mereka mempertanyakan
kepemilikan pohon pada usia masak tebang. Pada umumnya warga
mengkhawatirkan bahwa tanaman cendana tersebut akan diambil
kepemilikannya oleh pemerintah. H al ini dinyatakan oleh majoritas
responden di dalam kuesioner yang dibagikan.
Berkaitan dengan keberhasilan penanaman, dilaporkan bahwa pendekatan
‘sistem kontrak’ yang dipakai dalam pelaksanaan program rehabilitasi lahan
tidak menjamin keberhasilan tanaman dan bahkan tidak mendorong
partisipasi masyarakat di dalam kegiatan penanaman. Sistem kontr ak ini
mulai berlaku setelah tahun 2000 melalui ketetapan PERD A, dimana
sebelum sistem ini diberlakukan sistem Swakelola. D itambahkan lebih
lanjut bahwa keberadaan tanaman cendana yang terus dipelihara sampai
saat ini berasal dari penanaman sistem swakelola, dan dengan sistem
kontrak sebagian besar penanaman mengalami kegagalan.
Biji cendana dan pohon berumur 20 tahun
Issue yang muncul
Kepemilikan tanah
cendana disarankan untuk
dikembangkan pada tanah milik
Kepemilikan pohon cendana setelah masak tebang
supaya ada aturan tertulis dan diketahui masyarakat
Pemasaran cendana dan turunannya, termasuk biji,
semai supaya dibangun informasi pasar
Penanaman cendana di sekitar mata air dikaitkan
dengan kegiatan rehabilitasi dan konservasi mata air
Keterkaitan pengembangan cendana (ITTO ) dengan
program pemerintah lainnya (mis, reboisasi, hutan
rakyat) serta farming system yang berlaku.
terimakasih
Retno Maryani, Alfonso Jehamat, Smart Manaon Paulus
Demoor cs
Outline presentasi
Gambaran umum Kabupaten Flores
Timur
H asil identifikasi cendana
Issue yang muncul
Penutup
Gambaran umum Kabupaten Flores
Timur
•
•
•
Wilayah daratan dan perairan: terbagi ke dalam 17
pulau (3 pulau dihuni); terdapat 4 gunung berapi
Terdiri atas 18 kecamatan, terutama berkembang
melalui pemekaran daerah
Jumlah penduduk 229.500 jiwa (2008), kepadatan 126
jiwa/km2
Gambaran umum Kabupaten Flores Timur
•
•
Mata pencaharian: pertanian lahan kering, perikanan
dan jasa
Komoditas unggulan: jambu mete, ikan, mutiara
(bekerjasama dengan Jepang)
H asil identifikasi cendana
Nama Desa/Kecamatan
Lewogeka / Solor Timur
Menanga / Solor Timur
Lamaole / Solor Barat
Ritaebang / Solor Barat
Tanah Lein / Solor Barat
Jumlah
Sumber: Laporan D ishut Flotim 2007
Jumlah cendana
148
78
49
138
25
438
H asil identifikasi cendana
tanaman cendana hasil budidaya yang
dilakukan semenjak tahun 1977 sampai
dengan tahun 2008. D ata tidak
menyebutkan jumlah tanaman yang dipelihara
tetapi menampilkan luas areal pemeliharaan
yang meliputi 115 ha dan tersebar di 11
lokasi dengan luas minimum 5 ha dan
maksimum 20 ha.
Selain itu, dilaporkan juga rencana lokasi
pengembangan yang direncanakan meliputi 7
lokasi kecamatan yang meliputi berbagai desa
dengan total luas areal 250 ha.
H asil identifikasi cendana
Kadishut Flotim beserta staf di kantor Larantuka
H asil identifikasi cendana
Kunjungan ke tiga desa: Lewogeka kecamatan Solor
Timur; Tanah Lein kecamatan Solor Barat; Muda Eputu
kecamatan Ile Mandiri
W awancara dilakukan dengan mengumpulkan warga di
balai desa
Kunjungan ke lokasi tanaman cendana
D esa Lewogeka
D iskusi terbuka yang dilakukan bersama warga diperoleh informasi bahwa
terdapat pohon induk cendana di desa ini, disamping adanya kegiatan
pemeliharaan tanaman cendana yang dibiayai dari kabupaten
dan didukung oleh propinsi.
Masyarakat melaporkan rendahnya curah hujan di daerah ini merupakan
penghambat keberhasilan penanaman yang selama ini dilakukan.
W arga pada umumnya menyambut baik rencana pengembangan tanaman
cendana di N TT, namun demikian mereka mempertanyakan
kepemilikan pohon pada usia masak tebang. Pada umumnya warga
mengkhawatirkan bahwa tanaman cendana tersebut akan diambil
kepemilikannya oleh pemerintah. H al ini dinyatakan oleh majoritas
responden di dalam kuesioner yang dibagikan.
Berkaitan dengan keberhasilan penanaman, dilaporkan bahwa pendekatan
‘sistem kontrak’ yang dipakai dalam pelaksanaan program rehabilitasi lahan
tidak menjamin keberhasilan tanaman dan bahkan tidak mendorong
partisipasi masyarakat di dalam kegiatan penanaman. Sistem kontr ak ini
mulai berlaku setelah tahun 2000 melalui ketetapan PERD A, dimana
sebelum sistem ini diberlakukan sistem Swakelola. D itambahkan lebih
lanjut bahwa keberadaan tanaman cendana yang terus dipelihara sampai
saat ini berasal dari penanaman sistem swakelola, dan dengan sistem
kontrak sebagian besar penanaman mengalami kegagalan.
Biji cendana dan pohon berumur 20 tahun
Issue yang muncul
Kepemilikan tanah
cendana disarankan untuk
dikembangkan pada tanah milik
Kepemilikan pohon cendana setelah masak tebang
supaya ada aturan tertulis dan diketahui masyarakat
Pemasaran cendana dan turunannya, termasuk biji,
semai supaya dibangun informasi pasar
Penanaman cendana di sekitar mata air dikaitkan
dengan kegiatan rehabilitasi dan konservasi mata air
Keterkaitan pengembangan cendana (ITTO ) dengan
program pemerintah lainnya (mis, reboisasi, hutan
rakyat) serta farming system yang berlaku.
terimakasih