KEPMENDAGRI NO 12 TH 2001

MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH
NOMOR 12 TAHUN 2001
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN
KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN
KABUPATEN / KOTA YANG DIBENTUK SETELAH PEMILIHAN UMUM 1999

MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH,
Menimbang :

a. bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun
2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Jumlah
dan Tata Cara Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota yang telah
dibentuk setelah Pemilihan Umum 1999 sebagai
pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2000
hanya mengatur teknis pengisisan Keanggotaan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi dan Kabupaten / Kota
yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 45

sampai 55 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 5 sampai dengan 15 Tahun 2000;
b. bahwa dengan adanya pembentukan Daerah-daerah baru
selain Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu
menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Jumlah Dan
Tata Cara Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota yang telah
dibentuk setelah Pemilihan Umum 1999 sebagai
pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2001
dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah.

Mengingat

:

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai
Politik ( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3809);
2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pemilihan

Umum sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 4 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun

2000 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3959):

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Sususnan
dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3811):
4. Keputusan Presiden Nomor 76 Tahun 1999 tentang Tata
Cara Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I (Propinsi), dan
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Daerah
Tingkat
II
(Kabupaten/Kota) dari Angkatan Bersenjata Republik

Indonesia.
5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2000 tentang
Penetapan Jumlah dan Tata Cara Pengisisan Keanggotaan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Dan
Kabupaten/Kota Yang Telah Dibentuk Setelah Pemilihan
Umum 1999;
6. Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2001 tentang
Penetapan Jumlah Dan Tata Cara Pengisian Keanggotaan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Dan
Kabupaten/Kota Yang Telah Dibentuk Setelah Pemilihan
Umum 1999;
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2000
tentang Pedoman Penggantian Antar Waktu Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2000
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Jumlah Dan
Tata Cara Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Propinsi Dan Kabupaten/Kota Yang Telah
Dibentuk Setelah Pemilihan Umum 1999;
9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2000

tentang
Formulir
Pengisian
Keanggotaan
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Dan Kabupaten/Kota
Yang Telah Dibentuk Setelah Pemilihan Umum 1999;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI
DAERAH TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENETAPAN
JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN
PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAN KABUPATEN /
KOTA YANG DIBENTUK SETELAH PEMILIHAN UMUM 1999.

Pasal 1
(1)Petunjuk pelaksanaan mengenai penetapan jumlah dan tata
cara pengisian keanggotaan dewan perwakilan rakyat
daerah (dprd) propinsi dan kabupaten / Kota yang dibentuk

setelah pemilihan umum 1999 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I Keputusan ini.
(2)Jenis kegiatan dan susunan organisasi Sekretariat Panitian
Pengisian Keanggotaan DPRD Propinsi dan Kabupaten/Kota
yang dibentuk setelah Pemilihan Umum 1999 sebagaimana
tercantum dalam Lampitan II Keputusan ini.
Pasal 2
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Jumlah Dan Tata Cara
Pengisian Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Propinsi Dan Kabupaten/Kota Yang Telah Dibentuk Setelah
Pemilihan Umum 1999 tetap diberlakukan sampai demgan
selesai dalam pengisian keanggotaan DPRD Propinsi dan
Kabupaten/Kota yang dibentuk berdasarkan Undang-undang
Nomor 45 Tahun 1999 sampai dengan Undang-undang Nomor
55 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 5 Tahun 2000 sampai dengan Nomor 15 Tahun
2000.
Pasal 3
(1) Penyelesaian pengisian bagi anggota DPRD Propinsi dan
Kabupaten/Kota yang dibentuk setelah Pemilihan Umum

1999 yang belu diresmikan keanggotaannya dan atau
belum mengucapkan sumpah/janji, diselesaikan oleh Tim
yang dibentuk oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.
(2) Tim
penyelesaian
Pengisian
Keanggotaan
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), berjumlah 5 (lima) orang terdiri dari unit kerja
yang
mempunyai
tugas
dalam
bidang
Kesatuan
Bangsa/Perlindungan Masyarakat dan pemerintahan.
Pasal 4
Biaya penyelesaian pengisian keanggotaan DPRD sebagaimana
dimaksud dalam pasal 3, dibebankan kepada Anggaran

Pemerintah Propinisi atau Pemerintah Kabupaten/Kota.

Pasal 5
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Pebruari 2001
MENTERI DALAM NEGERI
DAN OTONOMI DAERAH,

SURJADI SOEDIRDJA

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN MENTERI DALAM

NEGERI
DAN OTONOMI DAERAH
NOMOR : 12 TAHUN 2001
TANGGAL : 28 FEBRUARI 2001


PETUNJUK PELAKSANAAN PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA
PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG DIBENTUK
SETELAH PEMILIHAN UMUM 1999
I.

PENGERTIAN UMUM
1.

Pengisian Keanggotaan DPRD Propinsi yang dibentuk setelah
Pemilihan Umum 1999 adalah pengisian berdasarkan perimbangan
hasil perolehan suara partai Politik (Parpol) peserta Pemilihan Umum
(Pemilu) 1999 yang dilaksanakan di Propinsi induk dalam wilayah
Kabupaten/Kota yang masuk wilayah Propinsi yang dibentuk setelah
Pemilihan Umum 1999.

2.

Pengisian Keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota yang dibentuk

setelah Pemilu 1999 adalah pengisian berdasarkan perimbangan
hasil perolehan suara Parpol peserta Pemilu 1999 yang
dilaksanakan di Kabupaten induk dalam wilayah Kecamatan yang
masuk wilayah kabupaten/Kota yang dibentuk setelah Pemilu 1999.

3.

Propinsi dan Kabupaten induk adalah Propinsi dan Kabupaten yang
sebagian wilayahnya belum dimekarkan sebelum berlangsungnya
Pemilu 1999.

4.

Propinsi dan Kabupaten/Kota yang baru dibentuk adalah Propinsi
dan Kabupaten/Kota yang dibentuk setelah Pemilu 1999.

5.

Suara sah hasil Pemilu adalah suara sah hasil Pemilu Anggota DPRD
Tingkat I dan DPRD Tingkat II Pemilu 1999.


6.

Daftar Calon Tetap Pemilu 1999 adalah daftar nama-nama calon
Anggota DPRD pada Pemilu 1999 yang belum terpilih dan yang
mewakili Kabupaten/Kota atau Kecamatan-kecamatan pada Daerah
yang dibentuk setelah Pemilu 1999, yang selanjutnya disebut DCT.

7.

Calon Tambahan adalah daftar nama-nama calon Anggota DPRD
yang diusulkan oleh Pimpinan Parpol apabila calon dalam DCT
Pemili 1999 tidak mencukupi.

8.

Daftar Calon Sementara Baru adalah daftar nama-nama calon
sebagaimana dimaksud angka 6 dan 7 yang disusun oleh PPK DPRD
berdasarkan nama-nama yang diajukan oleh Pimpinan Parpol yang
selanjutnya disebut DCSB.


9.

Daftar Calon Tetap Baru adalah daftar nama-nama calon tetap
Anggota DPRD yang diambil dari DCSB, yang selanjutnya disebut
DCTB.

10. Bilangan Pembagi Pemilihan adalah jumlah seluruh suara sah yang
diperoleh Parpol peserta Pemilu 1999 pada Propinsi dan
kabupaten/Kota yang dibentuk setelah Pemilu 1999 dibagi dengan
jumlah kursi yang dipilih untuk Propinsi/Kabupaten/Kota selanjutnya
disebut BPP.
11. Untuk
menjamin
objektifitas
dalam
pembentukan
dan
pengangkatan keanggotaan PPK DPRD, Gubernur/Bupati/Walikota
dapat membentuk Tim yang beranggotakan sebanyak-banyaknya 7
(tujuh) orang.
II.

JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN
1. Penentuan keanggotaan
ditetapkan berdasarkan :

DPRD

Propinsi

yang

baru

dibentuk,

a. Jumlah Anggota DPRD Propinsi yang dipilih adalah jumlah Anggota
DPRD Propinsi dikurangi kursi TNI/POLRI.
b. Perolehan suara Parpol yang berada di Propinsi yang baru dibentuk
diinventarisasi dan dijumlahkan. Jumlah suara sah di Propinsi yang
baru dibentuk adalah penggabungan jumlah suara sah dari semua
Kabupaten/Kota yang masuk kedalam Propinsi yang baru dibentuk
tersebut.
c. Menentukan BPP dengan cara :
Suara sah
= BPP
Kursi yang dipilih
d. Memperoleh kursi setiap Parpol Peserta Pemilu 1999 ditentukan
dengan cara :
1) Jumlah suara sah Parpol yang bersangkutan dibagi BPP
(pembagian tahap I)
2) Bagi Parpol yang pada pembagian tahap I, suaranya tidak
memenuhi BPP sehingga tidak memperoleh kursi, maka suara
Parpol itu dianggap sebagai siasa suara. Sisa kursi yang belum
terbagi dialokasikan kepada Parpol yang memiliki sisa suara
terbanyak.
3) Apabila terdapat siasa suara yang sama dan hanya 1 kursi yang
akan diperebutkan, penyelesaiannya dilakukan dengan cara
musyawarah atau dengan undian.
4) Perolehan kursi tiap Parpol di Propinsi yang baru dibentuk,
termasuk jumlah kursi pindahan dari Propinsi induk.
5) Parpol peserta Pemilu mengalokasikan kursi yang diperolehnya
kepada Kabupaten/Kota dengan mengacu kepada BPP dan
suara
terbanyak
yang diperoleh
Parpol
tersebut di
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.

2. Penentuan keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota yang baru dibentuk,
ditetapkan berdasarkan :
a. Jumlah Anggota DPRD Kabupaten/Kota yang dipilih adalah jumlah
anggota DPRD Kabupaten/Kota dikurangi kursi TNI/POLRI.
b. Perolehan suara Parpol yang berada di Kabupaten/Kota yang baru
dibentuk diinventarisasi dan dijumlahkan. Jumlah suara sah di
Kabupaten/Kota yang baru dibentuk adalah penggabungan jumlah
suara sah dari semua Kecamatan yang masuk kedalam
Kabupaten/Kota yang baru dibentuk yang bersangkutan.
c. Menentukan BPP dengan cara :
Suara sah
= BPP
Kursi yang dipilih
d. Perolehan kursi setiap Parpol Peserta Pemilu ditentukan dengan
cara :
1) Jumlah suara sah Parpol yang bersangkutan dibagi BPP
(pembagian tahap I).
2) Bagi Parpol yang pada pembagian tahap I, suaranya tidak
memenuhi BPP, sehingga tidak memperoleh kursi, maka suara
Parpol itu dianggap sebagai sisa suara. Sisa kursi yang belum
terbagi dialokasikan kepada Parpol yang memiliki sisa suara
terbanyak.
3) Apabila terdapat sisa suara yang sama dan hanya 1 kursi yang
akan diperebutkan, penyelesaiannya dilakukan dengan cara
musyawarah atau dengan undian.
4) Perolehan kursi tiap Parpol di Kabupaten/Kota yang baru
dibentuk, termasuk jumlah kursi pindahan dari Kabupaten
induk.
5) Parpol peserta Pemilu mengalokasikan kursi yang diperolehnya
kepada Kecamatan dengan mengacu kepada BPP dan suara
terbanyak yang diperoleh Parpol tersebut di Kecamatan yang
bersangkutan.
3. Alokasi kursi DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota/Kecamatan.
a. Dasar pengalokasian adalah Keputusan Menteri Dalam Negeri dan
Otonomi Daerah tentang Penetapan Jumlah Kursi dan alokasinya
pada setiap Kabupaten/Kota/Kecamatan.
b. Setelah masing-masing Parpol memperoleh kursi sesuai dengan
hasil
pembagian
berdasarkan
suara
Pemilu
1999
di
Propinsi/Kabupaten/Kota yang dibentuk setelah Pemilu 1999,
tahap berikutnya, kursi-kursi tersebut dialokasikan kepada
Kabupaten/Kota/Kecamatan sebagaimana jumlah yang telah
ditetapkan dalam huruf a dengan cara :
1) Klarifikasi perolehan suara Parpol yang telah memperoleh kursi
dan suara diurut sesuai besarnya perolehan suara.

2) Bagi suara Parpol yang memenuhi BPP penempatan kursi
langsung pada Kabupaten/Kota/Kecamatan yang bersangkutan
dengan memperhatikan kemungkinan terdapat sisa suara.
3) Bagi Anggota DPRD yang dengan sendirinya pindah dari
Propinsi/Kabupaten
Induk,
tempatkan
sesuai
dengan
Kabupaten/Kota/Kecamatan yang diwakilinya.
4) Bagi suara Parpol yang tidak memenuhi BPP, tapi mendapat
kursi atau adanya sisa suara setelah dilakukan pembagian
sebagaimana dimaksud angka 2) maka penempatan Calon
Terpilih tetap mempertimbangkan suara terbanyak Parpol
lainnya pada Kabupaten/Kota/Kecamatan yang bersangkutan.
4. Penentuan
pengisian
kekurangan
keanggotaan
DPRD
Propinsi/Kabupaten
Induk
yang
dipindahkan
ke
Propinsi/Kabupaten/Kota yang baru dibentuk, dilakukan dengan cara :
a. Jumlah dan komposisi keanggotaan DPRD tetap.
b. Menempatkan kursi yang diperoleh Parpol tersebut kepada
Kabupaten/Kota/Kecamatan secara proporsional, menurut ranking
perolehan
suara
Parpol
di
masing-masing
Kabupaten/Kota/Kecamatan yang bersangkutan.
c. Dalam
penentuan
alokasi
kursi
dengan
memperhatikan
Kabupaten/ Kota/Kecamatan yang belum terwakili.
d. Mempertimbangkan BPP Pemilu 1999.
III.

TATA CARA PENCALONAN
1. Pengajuan Calon Anggota
dilakukan dengan cara :

DPRD

Propinsi/DPRD

Kabupaten/Kota

a. Pengambilan formulir pencalonan, dilakukan oleh utusan Parpol
sesuai tingkatannya dengan membawa Surat Kuasa dari Pimpinan
Parpol.
b. Surat pencalonan (Model B) ditandatangani oleh Ketua dan
Sekretaris Parpol Propinsi/Kabupaten/Kota serta dibubuhi cap
parpol dalam rangkap 3 (tiga).
c. Rangkap pertama Surat Pencalonan (Model B) ditempel tanda
gambar Parpol Peserta Pemilu dengan ukuran 3 X 3 cm
(berwarna/hitam putih).
d. Surat Pencalonan (ModelB) dilampirkan dengan :
1) Daftar Nama Calon (Model BA) yang memuat :
a) Nama Calon Anggota DPRD Propinsi untuk tiap daerah
pemilihan dengan mencantumkan Daerah Pemilihan
Kabupaten/Kota yang diwakili;
b) Nama Calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota untuk tiap
daerah pemilihan dengan mencantumkan Daerah Pemilihan
Kecamatan yang diwakili.
2) Surat Keterangan dan Surat Pernyataan mengenai diri masingmasing calon dalam rangkap 3 (tiga) terdiri dari :

a) Surat Pernyataan Kesediaan menjadi Calon, dibuat oleh
calon dengan menggunakan formulir model BB dan
diketahui Ketua serta sekretaris Parpol;
b) Surat Keterangan Syarat-syarat calon, dibuat oleh Pimpinan
Parpol dengan menggunakan formulir model BB1;
c) Surat Pernyataan Setia Kepada Pancasila dan UndangUndang
Dasar
1945,
dibuat
oleh
calon
dengan
menggunakan formulir model BB2 dan diketahui oleh
Pimpinan Parpol;
d) Surat Pernyataan Daftar Kekayaan Pribadi Calon, dibuat oleh
calon dengan menggunakan formulir model BB3 dan
diketahui oleh Pimpinan Parpol;
e) Daftar Riwayat Hidup Calon, dibuat oleh calon dengan
menggunakan formulir model BB4 dan diketahui oleh
Pimpinan Parpol;
f) Surat Keterangan Nyata-nyata Sedang Tidak Terganggu
Jiwa/Ingatannya, dibuat oleh dokter umum/dokter ahli
penyakit jiwa dalam bentuk Surat Keterangan Kesehatan;
g) Surat Keterangan Bertempat Tinggal Calon, dibuat oleh
Kepala Desa/Kepala Kelurahan UPT atau Kartu Tanda
Penduduk (KTP);
h) Surat Keterangan Tidak Merangkap jabatan, dibuat calon
dan diketahui oleh Pimpinan Parpol;
i) Pasphoto ukuran 4 X 6 cm sebanyak 5 (lima) lembar.
2. Cara pengajuan calon
a. Penulisan nama calon pada Model BA, Model BB, Model BB1, Model
BB3 dan Model BB4 adalah sama dengan yang tercantum dalam
Surat Keterangan yang dibuat oleh Kepala Desa/Kepala
Kelurahan/Kepala UPT/KTP.
b. Nomor urut calon dalam Model BA disesuaikan dengan
keterwakilan calon di Kabupaten/Kota/Kecamatan yang ditentukan
oleh Ketua dan Sekretaris Parpol.
c. Jumlah calon yang diajukan sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali
jumlah
yang
diperoleh
masing-masing
Parpol
untuk
Propinsi/Kabupaten/Kota yang dibentuk setelah Pemilu 1999.
d. Pengajuan calon bagi Parpol yang mempunyai Anggota DPRD
Propinsi/Kabupaten yang dengan sendirinya menjadi Anggota
DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota yang dibentuk setelah Pemilu 1999,
sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali jumlah kursi yang diperoleh
masing-masing Parpol, dikurangi dengan jumlah Anggota DPRD
yang
dengan
sendirinya
menjadi
Anggota
DPRD
Propinsi/Kabupaten/Kota yang dibentuk setelah Pemilu 1999.
e. Dalam pengajuan calon, seorang calon hanya dapat dicalonkan
dalam satu jenis badan perwakilan rakyat, yaitu Calon Anggota
DPRD Propinsi atau Calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota. Seorang
calon yang telah tercantum dalam DCTB yang telah disahkan tidak
dapat diubah.
f. Map calon :

1) Surat Pencalonan (Model B), Daftar Nama Calon (Model BA)
dimasukkan dalam map tersendiri;
2) Surat Keterangan dan Surat Pernyataan masing-masing calon
tiap rangkap dimasukkan kedalam map tersendiri.
3) Surat Pencalonan beserta lampirannya disampaikan oleh Ketua
dan Sekretaris Parpol sesuai tingkatannya, yaitu :
a) Untuk Calon Anggota DPRD Propinsi disampaikan kepada
PPK DPRD Propinsi;
b) Untuk Calon Anggota DPRD Kabupaten/Kota disampaikan
kepada PPK DPRD Kabupaten/Kota;

g. Pemenuhan syarat-syarat calon bagi Anggota TNI/POLRI yang
diangkat, disesuaikan dengan Keputusan Presiden Nomor 76 Tahun
1999 tentang Tata Cara Pencalonan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, DPRD I dan DPRD II dari ABRI.
3. Penelitian Calon
a. PPK
Propinsi/Kabupaten/Kota
meneliti
kelengkapan
dan
menetapkan keabsahan data Calon Anggota DPRD Propinsi dan
DPRD Kabupaten/Kota.
b. Ruang lingkup penelitian :
1) Penelitian syarat pengajuan calon.
a) Tanggal Pengajuan Calon, apakah sesuai dengan jadwal
yang ditentukan;
b) Surat Pencalonan (Model B) dan Daftar Nama Calon (Model
BA), apakah telah ditandatangani Pimpinan Parpol peserta
Pemilu dan dicap.
2) Penelitian syarat calon yaitu apakah Surat Keterangan dan
Surat Pernyataan yang terdiri dari Model BB, Model BB1, Model
BB2, Model BB3, Model BB4, Surat Keterangan Dokter, Surat
Keterangan Tidak Merangkap Jabatan dan Pasphoto telah sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
c. Penolakan/penerimaan calon Anggota DPRD Propinsi
Kabupaten/Kota diputuskan dalam rapat pleno PPK
Propinsi/PPK DPRD Kabupaten/Kota.

DPRD
DPRD

d. Apabila seorang calon ditolak, karena tidak memenuhi syarat
calon, penolakannya diberitahukan secara tertulis kepada
Pimpinan Parpol yang bersangkutan disertai alasan yang jelas.
e. Pimpinan Parpol yang menerima pemberitahuan bahwa terdapat
nama calon tidak memenuhi syarat calon, diberi kesempatan
untuk melengkapi dan memperbaiki syarat calon atau mengajukan
calon baru.
f. Bagi calon Anggota DPRD yang diambilkan dari DCT Pemilu 1999,
berkas calon yang bersangkutan dapat diadakan klarifikasi
sepanjang ada bukti baru berkenaan dengan pencalonan.

4. Penyusunan dan Pengesahan Daftar Calon Sementara Baru (DCSB).
a. Nama calon yang telah memenuhi syarat calon disusun dalam
DCSB anggota DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota;
b. Penyusunan DCSB menggunakan formulir :
1) Model BD untuk Pemilu Anggota DPRD Propinsi;
2) Model BE untuk Pemilu Anggota DPRD kabupaten/Kota.
c. Bagi anggota DPRD Propinsi dan Kabupaten/Kota yang dengan
sendirinya menjadi anggota DPRD pada Propinsi/Kabupaten/Kota
yang dibentuk setelah Pemilu 1999, namanya tidak perlu
dimasukkan dalam DCSB/DCTB tetapi diumumkan kepada
masyarakat melalui pengumuman resmi pemerintah daerah.
d. Cara penyusunan DCSB dilakukan :
1) Tanda gambar Parpol berukuran 3 X 3 cm ditempelkan pada
kolom yang telah ditentukan berjajar dari kiri ke kanan.
2) Di atas tanda gambar Parpol dicantumkan nama Parpol Peserta
Pemilu dan di bawah nama Parpol Peserta Pemilu ditulis nomor
urut Parpol Peserta Pemilu 1999.
3) Di bawah masing-masing tanda gambar Parpol ditulis nama
calon sesuai tata urutan dalam Daftar Calon Parpol (Model BA)
dengan nama Kabupaten/Kota/Kecamatan yang diwakili.
4) Dalam penyusunan DCSB/DCTB, nomor urut dalam DCT Pemilu
1999 tidak harus sama dengan nomor urut dalam DCSB.
5) Setelah
DCSB
selesai
disusun,
PPK
DPRD
Propinsi/Kabupaten/Kota meminta kepada Pimpinan Parpol
Peserta Pemilu 1999 untuk memeriksa isi DCSB tersebut,
kemudian membubuhkan paraf sebagai bukti persetujuan.
e. Pengesahan DCSB
1) Untuk
keperluan
pengesahan
DCSB,
PPK
DPRD
Propinsi/Kabupaten/ Kota menggandakan DCSB sebanyak 2
(dua) set.
2) Pengesahan DCSB DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota dilakukan
dalam Rapat PPK DPRD dan ditanda tangani sekurangkurangnya 2/3 anggota.
3) DCSB yang sudah ditandatangani lalu diperbanyak/dicetak
untuk diumumkan secara luas dan efektif kepada masyarakat.
f. Pengumuman DCSB
1) PPK DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota mengumumkan DCSB
anggota DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota selama 14 (empat
belas) hari.
2) Pengumuman dilakukan dengan cara :
a) Dimuat dalam Media Massa;
b) Ditempelkan dalam papan pengumuman yang ada di
Sekretariat
PPK
DPRD
Propinsi/Kabupaten/Kota/Kantor
Pemerintah Daerah/ Kecamatan;
c) Selama jangka waktu pengumuman, setiap orang dapat
mengemukakantanggapan/keberatan isi DCSB dengan
pengaturan :

(1) Untuk keanggotaan DPRD Propinsi diajukan kepada PPK
DPRD Propinsi;
(2) Untuk keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota diajukan
kepada PPK DPRD Kabupaten/Kota.
3) Penelitian terhadap tanggapan masyarakat.
a) Setelah menerima tanggapan/keberatan masyarakat atas isi
DCSB lalu ditelilti oleh PPK DPRD Propinsi dan
Kabupaten/Kota;
b) Keberatan/penilaian yang diajukan oleh masyarakat, dibagi
atas kriteria :
(1) berkaitan dengan syarat calon;
(2) berkaitan dengan perubahan nama/alamat calon;
(3) berkaitan dengan masalah intern Parpol dan atau bersifat
mendukung.
5. Penyusunan, pengesahan, pengiriman dan pengumuman DCTB.
a. DCTB DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota disusun oleh PPK DPRD
Propinsi/Kabupaten/Kota setelah mendapat tanggapan/penilian
masyarakat diproses dan menjadi bahan masukan bagi
penyusunan DCTB
b. Formulir yang digunakan dalam penyusunan DCTB yaitu :
(1) Model BD1, untuk Pemilu Anggota DPRD Propinsi
(2) Model BE1, untuk Pemilu Anggota DPRD Kabupaten/Kota
c. Apabila setelah diadakan penelitian terhadap tanggapan/penilaian
masyarakat dan ternyata nama-nama yang terdapat dalam DCSB
ada yang dicoret, maka Parpol Peserta Pemilu dapat megajukan
nama calon baru.
d. Setelah DCTB disusunoleh PPK DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota,
terlebih dahulu diminta paraf masing-masing Pimpinan Parpol.
e. Untuk keperluan penandatanganan, DCTB tersebut digandakan
sebanyak 2 ( dua) eksemplar.
f. DCTB yang telah ditandatangani kemudian digandakan dan
diumumkan dalam pengumuman resmi pemda dan ditempelkan
di Sekretariat PPK DPRD dan di Pemda /Kecamatan.
IV.

PENELITIAN TERPILIH
1. Yang
dengan
sendirnya
menjadi
Anggota
Propinsi/Kabupaten/Kota yang dibentuk setelah Pemilu 1999.

DPRD

2. a. Keanggotaan DPRD Propinsi yang baru dibentuk.
(1) Calon Terpilih Anggota DPRD Propinsi ditetapkan berdasarkan
perolehan kursi Parpol dan DCTB.
(2) Untuk memenuhi ketentuan bahwa setiap Kabupaten/Kota
memperoleh sekurang-kurangnya 1 ( satu ) kursi sebagaimana
tersebut dalam pasal 5 ayat (3) Undang-undang Nomor 3 Tahun
1999 jo. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000, Parpol yang
memperoleh suara terbanyak di Kabupaten/Kota, dapat
menunjuk calonnya sebagai calon terpilih untuk mewakili
Kabupaten/Kota tersebut.

(3) Penetapan calon terpilh yang diperoleh sura Kabupaten/Kota
memenuhi BPP, dilakukan oleh PPK DPRD Propinsi dengan
mengambil nama mulai dari nomor urut terkecil dalam DCTB
Parpol yang bersangkutan yang mewakili Kabupaten/Kota
tersebut.
(4) Penetapan calon terpilih yang suaranya pada Kabupaten/Kota
kurang dari BPP, ditetapkan oleh PPK DPRD Propinsi dengan
cara :
a. mengacu kepada suara terbanyak yang diperoleh Parpol
yang bersangkutan pada Kabupaten/Kota.
b. Memperhatikan suara terbanyak Parpol lainnya pada
Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
c. Mengambil nama berdasarkan nomor urut terkecil dalam
DCTB yang mewakili Kabupaten/Kota.
(5) Pemberitahuan kepada calon terpilih Anggota DPRD Propinsi
dlakukan oleh PPK DPRD Propinsi dengan menggunakan formulir
Model EG, EG1 dan EG2 serta jadwal yang ditetapkan.

b. Keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota yang baru dibentuk.
1) Calon Terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota ditetapkan
berdasarkan perolehan kursi Parpol di Kabupaten/Kota dan
DCTB.
2) Untuk memenuhi ketentuan bahwa setiap Kecamatan
memperoleh sekurang-kurangnya 1 (satu) kursi sebagaimana
tersebut dalam pasal 6 ayat (3) Undang-undang Nomor 3 Tahun
1999 jo. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2000, Parpol yang
memperleh suara terbanyak di Kecamatan dapat menunjuk
calonnya sebagai calon terpilih untuk mewakili Kecamatan
tersebut.
3) Penetapan Calon Terpilih yang perolehan suara Kecamatan
memenuhi BPP, dilakukan oleh PPK DPRD Kabupaten dengan
mengambil nama muali dari nomor urut terkecil dalam DCTB
Parpol yang bersangkutan yang mewakili Kecamatan tersebut.
4) Penetapan Calon Terpilih yang perolehan suara Kecamatan
kurang dari BPP, ditetapkan oleh PPK DPRD Kabupaten/Kota
dengan cara :
a. mengacu kepada suara terbanyak yang diperoleh Parpol
yang bersangkutan pada Kecamatan.
b. Memperhatikan suara terbanyak Parpol lainnya pada
Kecamatan yang bersangkutan.
c. Mengambil nama berdasarkan nomor urut terkecil dalam
DCTB yang mewakili Kecamatan yang bersangkutan.
3. Keanggotaan DPRD Propinsi/Kabupaten induk.
a. Apabila DCT Pemilu 1999, junmlahnya mencukupi untuk mengisi
kekurangan Anggota DPRD Propinsi/Kabupaten induk, maka cara
yang dipergunkan untuk mengisi kekurangan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2000 tentang Pedoman Penggantian Antar
Waktu Anggota DPRD.
b. Apabila DCT Pemilu 1999 jumlahnya tidak mencukupi untuk
mengisi kekurangan Anggota DPRD Propinsi/Kabupaten induk,
maka cara yang dipergunakan adalah dengan membentuk PPK
DPRD Propinsi/Kabupaten.
V.

PERESMIAN DAN PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI
1. Nama-nama Calon Terpilih Anggota DPRD Propinsi dibuat dalam
Berita Acara dan diajukan oleh PPK DPRD Propinsi kpada Menteri
Dalam Negeri dan Otonomi Daerah melalui Gubernur Propinsi untuk
diresmikan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah atas nama Presiden.
2. Nama-nama Calon Terpilih Anggota DPRD Kabupaten/Kota dibuat
dalam Berita Acara dan diajukan oleh PPK DPRD Kabupaten/Kota
kepada Gubernur Propinsi melalui Bupati/Walikota untuk diresmikan
dengan Keputusan Gubernur atas nama Presiden.

3. Dalam
rangka
pengucapan
sumpah/janji,
PPK
DPRD
Propinsi/Kabupaten/Kota melakukan pemanggilan terhadap calon
Anggota DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota .
4. Pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD Propinsi dipandu oleh Katua
Pengadilan Tinggi dan untuk Anggota DPRD Kabupaten/Kota dipandu
oleh Ketua Pengadilan Negeri. Bagi Propinsi/Kabupaten/Kota yang
belum memiliki Pengadilan Tinggi/Pengadilan Negeri, pemanduan
pengucapan sumpah/janji Anggota DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota
tersebut dapat dilakukan oleh Ketua Pengadilan Tinggi / Pengadilan
Negeri Induk.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Pebruari 2001
MENTERI DALAM NEGERI

SURJADI SOEDIRDJA

LAMPIRAN
NEGERI

II

KEPUTUSAN

MENTERI

DALAM

DAN OTONOMI DAERAH
NOMOR
: 12 TAHUN 2001
TANGGAL : 28 FEBRUARI 2001

JENIS KEGIATAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT
PANITIA PENGISIAN KEANGGOTAAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
PROPINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG DIBENTUK
SETELAH PEMILIHAN UMUM 1999
I.

JENIS KEGIATAN
A. PROSES PENGISIAN
1. Penyiapan sosialisasi oleh Tim Departemen Dalam Negeri dan
Otonomi Daerah ( 15 hari ).
2. Pemanggilan Panitia Daerah untuk penjelasan anggaran biaya dan
hal-hal yang perlu disiapkan ( 10 hari ).
3. a. Pembentukan Tim yang berangotakan sebanyak-banyaknya 7
(tujuh) orang untuk memilih calon anggota PPK DPRD (5 hari).
b. Pembentukan Panitia Pengisian Kenggotaan (PPK) DPRD Propinsi
dan Kabupaten/Kota (10 hari).
4. Pelaksanaan sosialisasi (15 hari).
5. Proses Pengisian Anggota DPRD :
a. Pembagian kursi dan Penetapan Jumlah Terpilih oleh PPK DPRD
(3 hari).
b. Pemberitahuan kepada Dewan Pimpinan Wilayah/Dewan
Pimpinan Daerah/Dewan Pimpinan Cabang Parpol mengenai
Persiapan Pengajuan Calon oleh PPK DPRD (3 hari).
c. Pengambilan formulir Seri B oleh Pengurus Parpol kepada PPK
DPRD (2 hari).
d. Pengajuan Nama Calon oleh Pengurus Parpol (5 hari).
e. Penelitian Calon oleh PPK DPRD (7 hari).
f. Penyusunan dan Pengesahan DCSB oleh PPK DPRD (2 hari).
g. Pencetakan, pengiriman dan pengumuman DCSB oleh PPK
DPRD (20 hari).
h. Penyusunan, pencetakan dan pengumuman Daftar Calon Tetap
Baru (DCTB) oleh PPK DPRD (7 hari).
i. Pemberitahuan kepada Terpilih oleh PPK DPRD (5 hari).
B. PERESMIAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
1. Penyampaian nama-nama Calon Anggota DPRD Propinsi kepada
Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah serta Calon Anggota
DPRD Kabupaten/Kota kepada Gubernur (2 hari).
2. Pembuatan Keputusan Peresmian Anggota DPRD Oleh Menteri
Dalam Negeri dan Otonomi Daerah/Gubernur (7 hari).

3. Penyampaian
Keputusan
Pembentukan
PPK
DPRD
Propinsi/Kabupaten/Kota oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah/Gubernur (3 hari).
C. PENGUCAPAN SUMPAH/JANJI
II.

SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT PANITIA PENGISIAN KEANGGOTAAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
A. Propinsi
1. Seorang Kepala Sekretariat (yang mempunyai
pengalaman dalam administrasi Pemilihan Umum);

kualifikasi

2. Dua orang Kepala Biro yang terdiri dari :
a) Biro Administrasi terdiri dari :
1) Bagian Tata Usaha;
2) Bagian Perlengkapan.
b) Biro Penyelenggaraan terdiri dari :
1) Bagian Teknis;
2) Bagian Pengumpulan Data.
3. Pelaksana sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang.
B. Kabupaten/Kota
1. Seorang Kepala Sekretariat (yang mempunyai
pengalaman dalam administrasi Pemilihan Umum);

kualifikasi

2. Dua orang Kepala Bagian yang terdiri dari :
a) Sub Bagian Tata Usaha;
1) Sub Bagian Tata Usaha;
2) Sub Bagian Perlengkapan.
b) Bagian Penyelenggara terdiri dari :
1) Sub Bagian Teknis;
2) Sub Bagian Pengumpulan Data.
3. Pelaksana sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Februari
2001
MENTERI DALAM NEGERI
DAN OTONOMI DAERAH,

SURJADI SOEDIRDJA