KEPMENDAGRI NO 9 TH 2001

MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH
NOMOR 9 TAHUN 2001
TENTANG
KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MRNTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH,
Menimbang :

a. bahwa dalam rangka pembinaan dan pemberdayaan
sumber daya manusia dan peningkatan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan, perlu dibentuk Kader
Pemberdayaan masyarakat;
b. bahwa untuk maksud tersebut pada huruf a, perlu
ditetapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi
Daerah.

Mengingat

:


1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
sebagai daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
4. Keputusan Presiden Nomor
Tahun
tentang Penataan
Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan lain;
5. Keputusan Presiden Nomor
Tahun
Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa.

tentang


MEMUTUSKAN
Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI
DAERAH TENTANG KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan Pemerintah Daerah,
serta Kelurahan dan Desa adalah sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah.
2. Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau sebutan lain
adalah wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat
sebagai mitra Pemerintah Desa dan Pemerintah
Kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi
dan kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan yang
ditetapkan oleh Desa dan Kelurahan.
3. Kader Pemberdayaan Masyarakat selanjutnya disingkat
KPM adalah seorang anggota warga masyarakat Desa

dan Kelurahan yang memiliki pengetahuan dan
ketrampilan
menggerakkan
masyarakat
untuk
berperanserta dalam pembangunan di wilayahnya.
Pasal 2
(1) Di setiap Desa dan Kelurahan dibentuk KPM melalui
proses pemilihan.
(2) Jumlah KPM disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat.
(3) Mekanisme dan tata cara penyelenggaraan pemilihan
KPM sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih
lanjut oleh Pemerintah Kabupaten/Kota.
Pasal 3
Penetapan KPM dilakukan dengan Keputusan Kepala Desa
dan Kepala Kelurahan, selanjutnya disampaikan kepada
Bupati/Walikota.
Pasal 4
KPM memiliki tugas :

a. Membantu Pemerintah Desa/Kelurahan dalam rangka
peningkatan partisipasi masyarakat.

b. Membantu
Pemerintah
Desa/Kelurahan
dalam
penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan.
c. Menimbuhkembangkan dinamika kelompok masyarakat
dalam proses pembangunan.
Pasal 5
KPM memiliki fungsi :
a. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat serta
membimbing kelompok masyarakat dalam proses
perencanaan
pelaksanaan,
dan
pengendalian
pembangunan.
b. Memotivasi dan mengidentifikasi

sumber daya pembangunan.

permasalaan

dan

c. Menumbuhkembangkan prakarsa dan swadaya gotong
royong masyarakat sebagai langkah pemantapan
koordinasi masyarakat desa/kelurahan.
Pasal 6
(1) Pembinaan KPM dilakukan oleh Kepala Desa/Kelurahan
yang pelaksanaannya bersama Lembaga Ketahanan
Masyarakat Desa atau sebutan lain.
(2) Dalam rangka peningkatan kinerja KPM dalam
menggerakan masyarakat,
diberikan
pembekalan
pengetahuan dan ketrampilan melalui pelatihan.
Pasal 7
(1) Standarisasi

Pemerintah.

kurikulum

pelatihan

ditetapkan

oleh

(2) Pelaksanaan evaluasi pelatihan pelatihan dilakukan oleh
Pemerintah Propinsi.
(3) Penyelenggaraan pelatihan dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Pasal 8
Sumber biaya bagi pembentukan KPM diperoleh dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, Bantuan Luar Negeri,

Swadaya Masyarakat dan lain-lain sumber dana yang syah
dan tidak mengikat.

Pasal 9
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 8 Januari 2001
MENTERI DALAM NEGERI
DAN OTONOMI DAERAH

SURJADI SOEDIRDJA